Anda di halaman 1dari 5

Nama : Lorenz Octavia Simamora

Kelas : 2C D4

NIM / No Absen : 1941420012 / 14

Mata Kuliah : Laporan Sementara Praktikum OTK 2

EKSTRAKSI CAIR – CAIR

Tujuan Praktikum :

1. Untuk menghitung koefisien distribusi asam propionate (A) – TCE (B) – air (C)
2. Membuat kurva kesetimbangan asam propionate (A) – TCE (B) – air (C)

Dasar Teori :

Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan
dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses pemisahan satu atau lebih komponen
dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair (solven) sebagai separating agen.
Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen- komponen dalam
campuran. Pemisahan zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak saling mencampur antara lain
menggunakan alat corong pisah. Ada suatu jenis pemisahan lainnya dimana pada satu fase dapat
berulang-ulang dikontakkan dengan fase yang lain, misalnya ekstraksi berulang-ulang suatu
larutan dalam pelarut air dan pelarut organik, dalam hal ini digunakan suatu alat yaitu corong
pisah.

Ekstraksi merupakan proses pemisahan, penarikan atau pengeluaran suatu komponen


cairan/campuran dari campurannya. Biasanya menggunakan pelarut yang sesuai dengan
kompnen yang diinginkan.Cairan dipisahkan dan kemudian diuapkan sampai pada kepekatan
tertentu. Ekstraksi memanfaatkan pembagian suatu zat terlarut antar dua pelarut yang tidak
saling tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut lain. Ekstraksi
memegang peranan penting baik di laboratorium maupun industry. Tujuan ekstraksi ialah
memisahkan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan pelarut.

Ekstraksi pada prinsipnya adalah teknik pemisahan (separasi) yang mengeksploitasi


perbedaan sifat kelarutan dari masing-masing komponen campuran terhadap jenis pelarut
tertentu. Hasil akhir yang diperoleh pada proses ekstraksi adalah ekstrak kental atau liquid kental
yang mengandung sari / kandungan dari bahan baku tanaman tanpa adanya ampas tanaman.

Contohnya adalah : Campuran A dan B hendak dipisahkan menggunakan pelarut X. Dari


data-data sifat kelarutan, komponen A sangat larut dalam X, sedangkan komponen B sedikit larut
atau bahkan tak larut. Apabila pelarut X tersebut ditambahkan pada campuran A dan B yang
berbeda sifat kepolarannya, maka komponen A akan larut dalam X, sedangkan B tidak. Sehingga
akan didapatkan komponen baru, yaitu A dan X.

Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan
dengan bantuan pelarut. Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila pemisahan campuran
dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan azeotrop atau
karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi
cair-cair selalu terdiri dari sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif bahan
ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair itu sesempurna mungkin. Pada laporan
ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai ekstraksi cair-cair.

Ekstraksi cair-cair (liquid extraction, solvent extraction): solute dipisahkan dari cairan
pembawa (diluen) menggunakan solven cair. Campuran diluen dan solven ini adalah heterogen
(immiscible, tidak saling campur), jika dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase diluen (rafinat) dan
fase solven (ekstrak). Perbedaan konsentrasi solute di dalam suatu fasadengan konsentrasi pada
keadaan setimbang merupakan pendorong terjadinya pelarutan (pelepasan) solute dari
larutanyang ada. Gaya dorong (driving force) yang menyebabkan terjadinya proses ekstraksi
dapatditentukan dengan mengukur jarak system dari kondisi setimbang. Fase rafinat = fase
residu, berisi diluen dan sisa diluen. Fase ekstrak = fase yang berisi iluen dan solven. Untuk
mencapai proses ekstraksi cair-cair yang baik, pelarut yang digunakan harus memenuhi diluents
sebagai berikut :

1. Kemampuan tinggi melarutkan komponen zat terlarut di dalam campuran.


2. Kemampuan tinggi untuk diambil kembali.

3. Perbedaan berat jenis antara ekstrk dan rafinat lebih besar.

4. Pelarut dan larutan yang akan diekstraksi harus tidak mudah campur.

5. Tidak mudah bereaksi dengan zat yang akan diekstraksi.

6. Tidak merusak alat secara korosi.

7. Tidak mudah terbakar, tidak beracun dan harganya diluents murah.

Alat dan Bahan :

Alat : • Corong pisah • Pipet

• Buret • Statip

• Beker glass • Corong

• Gelas ukur

Bahan : • TCE • Indikator PP

• HCL 0,1 N • Udara

• Aquades • Gas CO2

• NaOH 0,1 N
Prosedur Kerja :

Siapkan seperangkat alat batch ekstraksi dan dipastikan semua peralatan berfungsi dengan baik.

1. Isilah corong pisah bervolume 250 cc dengan TCE (100 – 125 cc) dan timbanglah beratnya.

2. Kemudian siapkan asam propionate (10 – 20 cc) dan ukur beratnya selanjutnya campurkan
kedalam corong pisah yang berisi TCE dan kocok sampai larut sempurna.

3. Ambil 10 cc campuran TCE – asam propionat diatas dan titrasi dengan NaOH 0,1 N dan
hitung kosentrasi asam propionatnya.

4. Kemudian kedalam campuran asam propionate – TCE dalam corong pisah ditambahkan
aquadest sebanding volume asam propionate – TCE dan kocok sampai terjadi dua lapisan,
lapisan atas berupa campuran asam propionate – air disebut ekstrak (E) dan dinotasikan dengan y
dan lapisan bawah asam propionate – TCE disebut raffinat (R) dan dinotasikan dengan x.

5. Kemudian pisahkan campuran ekstrak dan raffinat dan ambil 10 cc masing – masing lapisan
dan titrasi dengan NaOH 0,1 N kemudian hitung konsentrasi masing – masing lapisan (layer).

6. Setelah itu ukur sisa ekstrak dan raffinat masing – masing berat dan volumenya.

7. Sisa lapisan raffinat yang sudah diketahui berat dan volumenya diekstrak kembali dengan air
dengan volume yang sebanding sedangkan lapisan ekstrak tidak dipergunakan lagi dan bisa
ditampung di temapt tersendiri.

8. Ulangi prosedur (5) sampai menghasilkan sisa volume raffinat 30 cc

9. Hitunglah harga koefisien distribusinya


Skema Kerja :

Anda mungkin juga menyukai