Anda di halaman 1dari 6

STUDI KASUS KEPERAWATAN

Kamis, 18 Maret 2021


Nama : Nanda Zarrintajshufi
NIM : 202311101134
Kelompok :D
Pembimbing : Ns. Nurfika Asmaningrum, M.Kep., Ph.D

Kasus 3
Seorang pasien laki-laki usia 21 tahun dirawat di ruang penyakit infeksi
karena nyeri di sekitar ulu hati dan demam. Pasien mengatakan diare sejak 3
minggu sebelum MRS. Pasien mual-mual dan nafsu makan menurun. Hasil
pemeriksaan positif HIV, BB 48 kg, TB 170 cm, pasien tampak lemas, mukosa
bibir kering, kulit tampak kering, turgor kulit > 2 detik. TD 90/65 mmHg, HR

86 x/menit, RR 19 x/menit, Suhu 390C. Pasien mendapatkan terapi infus RL


1500cc/hari, ceftriaxone 3x1 gr, omeperazole 3 x 4 mg.

DO :
1. Positif HIV 7. Turgor kulit > 2 detik
2. BB 48 kg 8. TD 90/65 mmHg
3. TB 170 cm 9. HR 86 x/menit
4. Pasien tampak lemas 10. RR 19 x/menit
5. Mukosa bibir kering 11. Suhu 390C
6. Kulit tampak kering
DS:
1. Pasien mengatakan diare sejak 3 minggu sebelum MRS
2. Pasien mual-mual dan nafsu makan menurun
Kasu Diagnosis
No Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
s Keperawatan (SDKI)
1. 3 Hipovolemia b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipovolemia (03116)
keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
kehilangan cairan aktif
diharapkan hipovolemia pada pasien 1) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis.
d.d turgor kulit menjadi teratasi dengan kriteria hasil: Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
tekanan darah menurun, tekanan nadi
menurun, mukosa Tujuan
Indikator Awal menyempit, turgor kulit menurun, membran
kering, tampak lemah, 1 2 3 4 5 mukosa kering, volume urin menurun,
Turgor 3  hematokrit meningkat, haus, lemah)
suhu tubuh meningkat,
kulit 2) Monitor intake dan output cairan
TD 90/65 mmHg 1 = menurun Terapeutik
2 = cukup menurun 1) Hitung kebutuhan cairan
3 = sedang 2) Berikan posisi Modified Trendelenburg
4 = cukup meningkat 3) Berikan asupan cairan oral
5 = meningkat Edukasi
1) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Tujuan Kolaborasi
Indikator Awal Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis.
1 2 3 4 5 NaCl, RL)
Tekanan 3 
darah Manajemen diare
Membran 4  Observasi
mukosa 1) Identifikasi penyebab diare(mis. inflamasi
Berat 3  gastrointestinal, proses infeksi,
badan malabsorbsi, ansietas, stres, efek obat-
Intake 3  obatan, pemberian botol susu)
cairan 2) Monitor warna, volume, konsistensi tinja
Suhu 2  3) Monitor tanda dan gejala hipovolemia
tubuh (mis. takikardi, nadi teraba lemah, tekanan
1 = memburuk darah turun, turgor kulit turun, mukosa
2 = cukup memburuk mulut kering, CRT melambat, BB
3 = sedang menurun)
4 = cukup membaik 4)
5 = membaik

2. 3 Hipertermia b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermi


dehidrasi d.d suhu keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
tubuh 390C, turgor diharapkan hipertemia pada pasien 1) Identifikasi penyebab hipertermia (mis.
kulit > 2 detik, dan menjadi teratasi dengan kriteria hasil: dehidrasi, terpapar lingkungan, panas,
kulit tampak kering penggunaan inkubator)
2) Monitor suhu tubuh
Tujuan 3) Monitor kadar elektrolit
Indikator Awal
1 2 3 4 5 4) Monitor komplikasi akibat hipertermia
Suhu 2  Terapeutik
tubuh 1) Sediakan lingkungan yang dingin
1 = memburuk 2) Berikan cairan oral
2 = cukup memburuk 3) Lakukan pendinginan eksternal (mis.
3 = sedang selimut hipotermia atau komprs dingin
4 = cukup membaik pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
5 = membaik 4) Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
3. 3 Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan Pemantauan nutrisi
gangguan metabolisme keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
d.d diare, BB kurang, diharapkan hipovolemia pada pasien 1) Identifikasi faktor yang mempengaruhi
napsu makan menurun, menjadi teratasi dengan kriteria hasil: asupan gizi (mis. pengeahuan,
membran mukosa ketersediaan makanan,
kering, turgor kulit > 2 agama/kepercayaan, budaya, mengunyah
detik Tujuan tidak adekuat, gangguan menelan,
Indikator Awal
1 2 3 4 5 penggunaan obat-obatan atau pasca
Diare 2  operasi)
1 = meningkat 2) Identifikasi perubahan berat badan
2 = cukup meningkat 3) Identfikasi kelainan eliminasi (mis. diare,
3 = sedang darah, lendir, dan eleiminasi yang tidak
4 = cukup menurun teratur)
5 = menurun 4) Monitor mual dan muntah
5) Monitor asupan oral
Terapeutik
Tujuan
Indikator Awal 1) Timbang berat badan
1 2 3 4 5 2) Hitung perubahan berat badan
Berat 3  3) Atur interval waktu pemantauan sesuai
badan dengan kondisi pasien
IMT 3  4) Dokmentasikan hasil pemantauan.
Nafsu 3  Edukasi
makan 1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Membran 3  2) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
mukosa
1 = memburuk Manajemen nutrisi
2 = cukup memburuk Observasi
3 = sedang 1) Identifikasi status nutrisi
4 = cukup membaik 2) Monitor asupan makanan
5 = membaik 3) Monitor berat badan
4) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
1) Sajikan makanan yang menarik dan suhu
yang sesuai
Edukasi
1) Ajarkan diet yang yang dirogramkan
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu.
Evidence-Based Practice in Nursing

Judul : Comprehensive review: is it better to use the Trendelenburg


position or passive leg raising for the initial treatment of
hypovolemia
Penulis : Bart F. Geerts PhD , Lara van den Bergh MD , Theo Stijnen
PhD, Leon P.H.J. Aarts PhD, Jos R.C. Jansen PhD
Efektifitas : Hipovolemia adalah masalah umum yang banyak ditemui di
klinik. Kematian akibat syok hipovolemik secara langsung
terkait dengan tingkat keparahan dan durasi hipoperfusi organ,
penggantian volume yang cepat adalah ciri khas kesuksesan di
mengelola pasien hipovolemik. Resusitasi membutuhkan waktu
untuk melakukannya, manuver seperti posisi Trendelenburg atau
pengangkatan kaki pasif (PLR) biasanya digunakan sebagai
pengobatan awal syok dan hipotensi. Posisi Trendelenburg
adalah peninggian panggul di atas bidang horizontal dalam posisi
terlentang. Ini posisinya berasal dari Bardenhauer of Cologne,
tapi itu adalah seorang ahli bedah bernama Friedrich
Trendelenburg. Kemiringan kepala badan total dari 5 ° hingga 60
° digunakan sebagai definisi posisi Trendelenburg, sedangkan
PLR didefinisikan sebagai posisi terlentang dengan elevasi pasif
lurus kedua kaki pada sudut 10 ° hingga 90 °.
Posisi Trendelenberg dan PLR menyebabkan peningkatan
langsung CO (6% -9% dalam satu menit), efek yang terjadi
bersifat sementara mengikuti posisi Trendelenberg dan tahan
lebih lama setelah PLR. Reposisi baroreseptor di bawah jantung
dalam posisi Trendelenburg. Peningkatan hidrostatik dan tekanan
gravitasi pada tingkat baroreseptor sehingga menyebabkan
penurunan relatif SV dan HR. Gerakan cephalad dari organ perut
melawan diafragma dapat menyebabkan tekanan dada yang lebih
tinggi dan CVP, dan akibatnya penurunan aliran balik vena.
Meskipun posisi Trendelenberg adalah umum manuver antara
perawat dan dokter, kaki lurus pasif pemeliharaan mungkin
merupakan intervensi yang lebih baik dalam pengobatan awal
dari hipovolemia.

Anda mungkin juga menyukai