Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN


“Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis”
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Uji
Kompetensi dan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK)

Oleh
HANI NURAPIPAH
NIS

YAYASAN AZZAHRA USWATUN HASANAH


SMK KESEHATAN PARIGI
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Penanggung
Jawaban Praktik Kerja Lapangan (PKL).

Penulis menyadari sepenuhnya masih jauh dari sempurna, sehingga masih


terdapat kukurangan baik dalam penyajian materi maupun dalam tata bahasanya.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan yang ada pada diri penulis dan penulis sadari
tidak lepas dari bantuan dan dorongan yang diberikan oleh berbagai pihak
sehingga sudah selayaknya jika penulis pada kesempatan ini menyampaikan rasa
terima kasih dan paling dalam kepada:

1. Ibu Atikah, S.Pd, M. Pd, Selaku direktur SMK Kesehatan Parigi.


2. Bapak Dasep Supriatna, S.Pd.Mm, Selaku Ketua Yayasan.
3. Bapak Ivan H Sobirin, S.S, S.Pd, Selaku kapala sekolah SMK
Kesehatan Parigi.
4. Ibu Sheni Krisnadhiati N, S.Kep, Ners, selaku KaProdi
Keperawatan.
5. Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis, yang telah memberi
kesempatan kami untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan.
6. Bapak Erfin Rachman Hakim, S.Kep, Ners, Selaku pembimbing
utama, yang telah memberi masukan-masukan atas penyelesaian
laporan ini.
7. Bapak Edi Santoso S.Pd, selaku pembimbing kedua, yang juga
telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
8. Keluarga yang selalu mendukung, baik dalam segi mental maupun
finansial
9. Sahabat yang selalu mendukung dan memberi saran yang
bermanfaat untuk penulis.

Penulis menyadari adanya keterbatasan pengetahuan dan


kemampuan dalam membuat laporan ini, untuk itu penulis terbuka
dalam menerima saran dan kritik yang membangun demi kemajuan
kepemerintahan dimasa yang akan datang.

Pangandaran, Oktober 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan di Indonesia saat ini masih dalam suatu proses

profesionalisasi yaitu terjadinya suatu perubahan dan perkembangan

karakteristik sesuai tuntutan secara global dan lokal / otonomi. Untuk

mewujudkannya maka perawat Indonesia harus mampu memberikan

asuhan keperawatan secara profesional kepada klien dan berpartisipasi

aktif dalam pembangunan bangsa dan negara (Nursalam, 2001).

Keperawatan adalah ilmu dan kiat yang berkenaan dengan masalah

masalah fisik, psikologi, sosiologis, budaya dan spiritual dari individu.

Ilmu keperawatan didasarkan atas kerangka teori yang luas, kiatnya

tergantung pada ketrampilan merawat dan kemampuan perawat secara

individual. Pentingnya perawat dalam sistem perawatan kesehatan telah

dikenal dalam banyak hal yang positip, dan profesi keperawatan itu sendiri

sedang menyatakan kebutuhan untuk para praktisinya agar menjadi

profesional dan bertanggung jawab (Doengoes, Moorhouse, Geissler,

1998).

Pelayanan keperawatan dilakukan dalam upaya meningkatkan derajat

kesehatan, mencegah penyakit, penyembuhan, pemulihan serta

pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan

kesehatan utama untuk memungkinkan setiap penduduk mencapai

kemampuan hidup sehat dan produktif yang dilakukan sesuai wewenang,

tanggung jawab dan etika profesi keperawatan (Gaffar, 1999).


Perawat perlu menggunakan langkah-langkah dalam melakukan proses

perawatan. Langkah-langkah proses perawatan tersebut meliputi pengumpulan

data, pengidentifikasian masalah atau kebutuhan, penetapan tujuan,

pengidentifikasian hasil dan pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai

hasil serta tujuan yang diharapkan, dengan menentukan keberhasilan

penyelesaian masalah. Pada elemen-elemen tersebut saling berhubungan,

kesemuanya membentuk siklus yang kontinyu tentang pemikiran dan tindakan

melalui kontak dengan pasien dengan sistem perawatan kesehatan (Doengoes,

Moorhouse, Geissler, 1998). Hal ini merupakan inti kegiatan praktek

keperawatan dalam asuhan yang diberikan perawat kepada klien yang sehat

maupun yang sakit.

Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat akan memberikan kemudahan

bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah klien. Selain itu untuk

mengetahui sejauh mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh

masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat.

Hal ini akan membantu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Melalui

keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam

membentuk asuhan keperawatan kepada klien. Dengan demikian akan dapat

diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian asuhan keperawatan yang

diberikan guna pembinaan dan pengembangan lebih lanjut (Nursalam, 2001).

Dokumentasi keperawatan sangat penting bagi perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan karena pelayanan keperawatan yang diberikan pada klien

membutuhkan catatan dan pelaporan yang dapat digunakan sebagai tanggung

jawab dan tanggung gugat dari berbagai kemungkinan masalah yang dialami
klien baik masalah kepuasan maupun ketidakpuasan terhadap pelayanan yang

diberikan (Hidayat, 2001).

Dari kegiatan PKL tersebut saya mengambil penyakit ASMA dari salah satu

pasien yang masuk ke RSUD CIAMIS.

Asma adalah jenis penyakit kronis pada saluran pernapasan yang timbul

karena terjadinya peradangan dan penyempitan saluran napas yang bisa

menyebabkan sesak atau sulit bernapas. Asma bisa dialami oleh siapa saja

baik remaja, dewasa, atau bahkan pada anak-anak.

1.2 MANFAAT DAN TUJUAN PKL

1.2.1 Manfaat

1. Manfaat bagi siswa

a) Menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki

keahlian profesional, dengan keterampilan, pengetahuan,

serta etos kerja yang sesuai dengan tuntutan zaman.

b) Mengasah keterampilan yang di berikan sekolah menengah

kejuruan ( SMK ).

c) keterampilan, pengetahuan, gagasan – gagasan seputar

dunia usaha serta industri yang professional dan handal.

d) Membentuk pola pikir siswa -siswi agar terkonstruktif baik

serta memberikan pengalaman dalam dunia Industri

maupun dunia kerja.

e) Menjalin kerja sama yang baik antara sekolah dan

perusahaan terkait, baik dalam dunia usaha maupun dunia

Industri.
f) Mengenalkan siswa – siswi pada pekerjaan lapangan di

dunia industri dan usaha sehingga pada saatnya mereka

terjun ke lapangan pekerjaan yang sesungguhnya dapat

beradaptasi dengan cepat.

g) Meningkatkan efisiensi waktu dan tenaga dalam mendidik

dan melatih tenaga kerja yang berkualitas.

h) Sebagai bentuk pengakuan dan penghargaan bahwa

pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan.

i) Mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas yang

sesuai dengan kebutuhan di era teknologi informasi dan

komunikasi terkini.

j) Memberikan keuntungan pada pihak sekolah dan siswa –

siswi itu sendiri, karena keahlian yang tidak diajarkan di

sekolah didapat didunia usaha/industri.

2. Manfaat bagi sekolah

1) Menjalankan kewajiban undang undang

2) Meningkatkan citra sekolah.

3) Meningkatkan hubungan sekolah dengan masyarakat.

4) Meningkatkan popularitas sekolah di mata masyarakat.

5) Memberikan kontribusi dan tenaga kerja bagi perusahaan.

3. Manfaat bagi Rumah Sakit

Rumah Sakit sendiri mendapat manfaat yang cukup banyak,

yaitu :

1) Mendapatkan tenaga kerja sementara


2) Mendukung program pendidikan pemerintah

3) Meningkatkan citra perusahaan.

1.2.2 Tujuan

1. Tujuan umum

a) Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional

dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan etos kerja yang

sesuai dengan tuntutan lapangan kerja.

b) Memperkokoh kesesuaian dan kesepadanan antara sekolah

dengan dunia kerja.

c) Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman

kerja sebagai bagian dari proses pendidikan.

d) Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga

kerja yang berkualitas profesional.

e) Untuk mencapai Visi dan Misi SMK Kesehatan Parigi.

2. Tujuan khusus

1) Membantu siswa memahami pengertian PKL, beradaptasi,

serta berkompetisi dengan bekerja secara maksimal, serta

membantu siswa dalam memahami etika, tata tertib, dan

variasi lokasi PKL.

2) Memberikan latihan kepada siswa untuk sikap siap mental

dalam menghadapi tantangan dunia nyata pada lingkungan

kerja.

3) Memberikan motivasi agar siswa serius dan bersemangat

dalam mencapai cita-cita.


4) Menyiapkan siswa agar mampu memilih karir dalam era

globalisasi.

5) Menambah wawasan dan keahlian siswa yang tidak diperoleh

di lingkungan sekolah.

6) Meningkatkan kecakapan mandiri dalam bekerja serta percaya

diri dalam penyelesaian masalah yang dihadapi dalam dunia

7) Memahami karakter pelanggan serta persaingannya dalam

dunia usaha.

1.3 TEMPAT KEGIATAN PKL

RSUD CIAMIS

Dalam pembagian jam kerja, terbagi menjadi tiga waktu

atau shift yaitu shift pagi yang dimulai dari jam 08:00 WIB sampai dengan

jam 14:00 WIB, shift sore yang dimulai dari jam 14:00 WIB sampai

dengan jam 20:00 WIB dan yang terakhir shift malam yang dimulai dari

jam 20:00 WIB sampai dengn jam 08:00 WIB. Walaupun dimulainya jam

08:00 tapi penulis sudah datang sebelum jam tersebut, karna kami

ditungtut harus datang lebih awal.

1.4 WAKTU DAN KEGIATAN PKL

Senin, 26 September 2019 – Jum’at, 25 november 2019

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan laporan praktek kerja lapangan (PKL) terdiri dari

bagian berikut:
a) BAB I. Memuat latar belakang, dilaksanakannya Praktek Kerja

Lapangan (PKL), maksud dan tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL),

manfaat kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) bagi Instansi, sekolah

dan siswa, memuat tempat kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL), waktu

dilakukannya Praktek Kerja Lapangan (PKL), dan sistematika penulisan

laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL).

b) BAB II. Memuat profil instansi yang didalamnya ada visi dan misi,

fasilitas pelayanan, dan tindakan di tempat kerja.

c) BAB III. Memuat definisi, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi Klinis,

Pathway, Data fokus, Analisa data, Diagnosa keperawatan, Rencana

keperawatan.

BAB II
PELAKASANAAN KEGIATAN

2.1 Profil Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis

Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis ( RSUD) didirikan tahun 1942 dan
berdiri diatas tanah pemerintah Kabupaten Ciamis seluas 19.504 m2 yang
beralamat di jalan raya Rumah Sakit 76 Ciamis-Jawa Barat.
Rumah Sakit ini pertamakali dipimpin oleh Dr. Suwarto, selain menjadi
pimpinan Rumah Sakit beliau juga merangkap sebagai Kepala Dinas
Kesehatan Daerah Tingkat II Ciamis.
Ketika awal berdiri rumah sakit ini mempunyai kapasitas 40 ruangan
yang terdiri dari kelas I dan II.Jumlah karyawan sebanyak 55 orang. Pada
periode 1958-1965 ini RSUD Ciamis ada pada masa transisi,setelah
beberapa tahun mengalami kesulitan. Karena terjadi krisis ekonomi yang
melanda masyarakat Ciamis, sandang pangan sulit didapat, begitu pula
harga-harga yang melambung tinggi. Sehingga pasien yang berobat ke
Rumah Sakit dipegang Dr. Supandi yang merangkap sebagai Kepala Dinas
Kesehatan KabupatenCiamis, kemudian terjadi pergantian pimpinan
menjadi Dr.Hj. Hasanah sebagai direktur.
Pada periode dibawah kepemimpinan Dr.Hj.Hasanah terjadi kemajuan
dan perbaikan dalam kegiatan pelayanan,terutama dalam pemenuhan sarana
dan prasarana, misalnya adanya penambahan bangunan-bangunanseperti
ruang perawatan laboratorium, ruangan farmasi, Unit Gawat Darurat, dapur
umum dan tempat penyimpanan peralatan yang semuanya bersumber dari
bantuan pemerintah Provinsi. Pada tanggal 19 Januari 1994 RSUD Ciamis
ditingkatkan kelasnya dari kelas D menjadi kelas C, dibawah kepemimpinan
Dr.Hendra Suminarto. Kemudian pada awal tahun 2001 terjadi pergantian
pimpinan oleh Dr. Hj.Tika Satraparwira, M.Kes.
Nama- nama Direktur RSUD Ciamis dan lama masa jabatanya dari tahun
1985 sampai dengan sekarang yaitu :
1. Dr. Hj Hasanah, tahun 1985 s.d tahun 1989
2. Dr. H. Hendra Suminarsa, tahun 1989 s.d 1997
3. H. Herman Sutrisno, MM, tahun 1997 s.d1998
4. Hj. Mekaryanis Senowaty, MARS, tahun 1998 s.d 2001
5. Dr. Hj. Tika Sastraparwira, M. Kes, tahun 2001 s.d 2004
6. Herman Umar, M Kes, tahun 2004s.d 2005
7. Dr. H. Dedi Rukhwandi, SP.A, tahun 2005 s.d 2007
8. Dr. Engkan Iskandar, MM, tahun 2007 s.d 2009
9. H. Dendy Rahayu, MM, tahun 2009 s.d 2010
10. Dr.H. Dede Syaeful Uyun,SKM,M.Kes, tahun 2010 s.d 2012
11. Dr.Widianingsih Notomulyaono, tahun 2012 s.d 2013
12. Dr. H.Aceng Solehudin A. M.Kes, tahun 2013 sampai sekarang.
2.2 Visi dan Misi
2.2.1 Visi
Rumah sakit yang profesional dan diminati masyarakat
2.2.2 Misi
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang optimal dan
berkualitas.
2. Meningkatkan dan mengembangkan kompetensi sumber daya
manusia.
3. Mengembangkan sarana prasarana rumah sakit sesuai dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

2.3 Fasilitas Pelayanan


a) Instalasi gawat darurat
b) Rawat Jalan
c) Rawat Inap
d) Laboratorium
e) Kebidanan
f) Farmasi
g) Poli kesehatan gigi
h) Elektromedik
i) Radiologi
j) Kamar Operasi (OK)
k) Instalasi Pemulasaraan Jenazah (IPJ)
2.4 Tindakan di tempat kerja
2.4.1 TTV
1.Mengukur suhu tubuh
Mengukur suhu badan pasien dengan secara oral dengan
mengunakan thermometer.
a) Tujuan
Mendapatkan hasil yang objektif
1) Indikasi
2) pasien baru
3) Perkembangan kondisi pasien
b) Persiapan alat
1) thermometer air raksa atau digital
2) Kertas tisu
3) Sarung tangan
4) Pena,pensil,dan lembar kerja,atau rekam medic
5) Proesdur
6) cuci tangan
7) jelaskan prosedur pada pasien
8) Hindarkan termometer sesuai dengan jenisnya,selanjutnya
menekan tombol khusus
9) Persiapkan posisi yang nyaman pada pasien,duduk atau
terlentang
10) Mintalah pasien untuk membuka ketiaknya dan dengan perlahan
letakan thermometer Ketiak pasien
11) Mintalah pasien untuk menahan thermometer dengan
mengapitkan tangannya
12) Biarkan thermometer dalam ketiak pasien sampai bunyi
13) Lepaskan thermometer dan bersihkan menggunakan tisu,baca
hasilnya
14) Cuci tangan dan buang sarung tangan
15) Catat hasil pengukuran pada catatan perawat dan rekam medik
2. Menghitung Nadi
Menghitung denyut nadi pasien.
a) Tujuan
1)Mengetahui denyut nadi beserta irama,frekuensi,dan kekuatannya
2)Menilai kemampuan fungsi kardio vaskuler
b) Persiapan alat
1)Jam tangan dengan detiknya
2)Pena,pensil,dan lembar kerja atau reka medic
c) Prosedur
cuci tangan
2)jelaskan tujuan dan prosedur pada pasien
3)Atur posisi yang nyaman pada pasien,duduk atau berbaring.Bila
Berbaring,letakan tangannya menyilang di dada.Bila duduk,tekuk
sikutnya 90
Sangga lengan bawahnya di atas kursi atau tangan dada
4)Letakan ujung dua jari pertama atau tiga jari tengah anda menekn
sepanjang
Celah radial
5)Beri tekanan ringan dan rileks di atas radius sehingga denyutan
mudah di palpasi
6)Bila nadi dapat di raba dengan teratur,hitung frekuensi nadi mulai
dari nol
Selama sat menit
30 detik dan kalikan hasilnya dengan dua.Bila ritme nadi tidak
teratur,hitung
Satu menit penuh
7)Kaji keteraturan frekensi distritmia
8) Tentukan kekutan nadi perhatikan apakah nadi yang di raba
dengan ujung jari
Menonjol, kuat,lemah,atau cepat
9)Cuci tangan
10)Catat karakteristik nadi dalam lembar kerja atau rekam
medik.Laporkan
Abnormalitas pada dokter yang bertugas
3. menghitung respirasi
Mengukur pernafasan pasien
a) Tujuan
1)Mengetahui frekuensi,irama,dan kedalaman pernafasan
2)Menilai kemampuan fungsi pernafasan
b) Indikas
1) Pasien baru
2) Perkembangan kondisi pasien
3) Pasien yang menagalami sesak nafas

c) Persiapan alat
1)Jam tangan dengan jarum detiknya
2)Pena,pensil dan lembar kerja atau rekam medic
d) Prosedur
1). Cuci tangan
2). Pastikan pasien dalam posisi yang nyaman,lebih baik duduk
3). Letakan lengan pasien pada posisi rileks menyilang abdomen atau
dada bagian bawahnya
4). Observasi siklus pernafasan lengkap (sekali inspirasi dan sekali
ekspirasi)
5). Sekali siklus pernafasan lengkap,perhatikan jarum jam penunjuk detik
dan mulai hitung Frekuensi pernafasn.Jika teratur selama 30 detik lalu
kalikan dua,jika tidak teratur Lakukan selama 1 menit penuh (untuk
bayi/anak kecil hitung pernafasan selama satu Menit penuh)
6). Selama menghitung apakah irama pernafasan dangkal,normal,atau
terjadi perubahan Pola
7). Catat hasil pada lembar kerja,laporkan irama tanda-tanda perubahan
pernafasan

4. Menghitung tekanan darah


Mengetahui tekanan darah
a) Tujuan
1) Mengetahui nilai tekanan darah
b) Indikasi
1)Pasien baru
2)Perkembangan kondisi pasien
c) Persiapan alat
1)Stetoskop
2)Sphygmomanometer denagn menset
3)Pena,pensil,dan lembar kerja atau rekm medic
d) Posedur
1)Jelaskan tujuan dan prosedur pasien
2) Cuci tangan
3) Bantu pasien pada posisi nyaman
4) Gulung lengan baju pasien ke atas
5) Pasang menset sphygmomanometer
6) Pastikan manometer terletak pada setinggi titik pandangan mata
pengamat harus berada
Kurang dari 1 m.
7) Naikan tekanan dalam manset sambil meraba arteri radialis sampai
denyutnya hilang.
8) Tekanan dinaikan kurang lebih mmHg.
9) Letakan stetoskop pada arteri brachialis pada posa cubiti dengan
cermat dan tentukan
sistoliknya.
10) Turunkan tekanan dalam manset dengan kecepatan 4 mmHg/detik
sampai mendengar
hilangnya bunyi pembuluh darah yang mengikuti 5 fase.
11) Lepaskan manset dari lengan, lalu lipat manset disimpan dengan
benar.
12) Bantu pasien untuk posisi yang di inginkan.
13) Cuci tangan
14) Catat hasil pada lembar kerja atau rekam medic.

2.4.2 Membantu pasien pindah dari tempat tidur ke kursi roda atau
sebaliknya
1. Tujuan
Pasien dapat pindah dari tempat tidur ke kursi roda atau
sebaliknya.
2. Indikasi
Sesuai kebutuhan (pasien akan dibawa ketempat lain atau tempat
tidur akan dirapikan).
3. Prosedur
a) Identifikasi kebutuhan pasien untuk duduk di sisi kanan atau
kiri tempat tidur.
b) Pasang sepatu atau sandal.
c) Pastikan posisi kursi roda terkunci bantu pasien agar dapat
menggenggam lengan kursi ( jika mampu )
d) Sangga kedua aksila pasien dengan kedua tangan perawat.
e) Letakan kaki perawat agak ke samping di depan pasien.
f) Ambil ancang ancang dan pakai gerakan koordinasi agar
perawat hanya membantu pergerakan tubuh pasien, bukan
mengangkat pasien.
g) Atur posisi di kursi agar nyaman dengan cara menanyakan
pada pasien
Catat tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya.

2.4.3 Mengganti alat tenun ( Badmaking )


1. Pengertian
Mengganti alat tenun kotor dengan alat tenun yang bersih
pada tempat tidur pasien dengan posisi pasien di atas tempat tidur
dan pada tempat tidur kosong.

2. Tujuan
a) Menciptakan lingkungan yang bersih, tenang, dan nyaman.
b) Menghilangkan hal-hal yang dapat mengintasi kulit dengan
menciptakan alat tidur dan selimut yang bebas dari kotoran.
c) Meningkatkan gambaran diri dan harga diri pasien dengan
menciptakan tempat tidur yang bersih, rapih dan nyaman.
d) Mengontrol penyebaran mikroorganisme.
3. Persiapan alat
a) Laken besar/seprei
b) Stik laken/seprei kecil
c) Alas/ perlak
d) Sarung bantal

4. Prosedur
a) Identifikasi pasien
b) Periksa rekam medik/catatan pasien tentang adanya hal-hal
khusus yang berkenaan dengan pergerakan dan posisi
pasien
c) Siapkan peralatan dan susunan sesuain urutannya pada
kursi di samping tempat tidur, pindahkan alat yang tidak
diperlukan.
d) Tutup tirai
e) Cuci tangan
f) Turunkan penghalang tempat tidur pada tempat perawat
berdiri atau tinggi tempat tidur, atur posisi baring pasien,
yaitu supine/mendatar atau serata mungkin bila perlu
angkat bantal.
g) Miringkan pasien ke arah yang berlawanan dengan posisi
perawat
h) Lepaskan lipatan alat tenun yang terdapat di bawah kasur
dari kepala ke kaki tempat tidur, lipat alat tenun tersebut ke
arah pasien, pertama-tama stik laken, selanjutnya perlak
kemudian laken besar, lipat sampai ke bawah bokong,
punggung dan bahu pasien.
i) Letakan alat tenun bersih di tengah kasur, arah memanjang.
j) Bentuk sudut kepada kepala tempat tidur.
k) Buka lipatan perlak dan stik laken ke arah perawat berdiri,
kemudian lipat bagian yang menjuntai ke lantai ke bawah
kasur lakukan dengan rapih sehingga tidak ada kerutan di
atasnya.
l) Pasang kembali penghalang tempat tidur dan pindah ke sisi
yang lain kemudian turunkan penghalang pada setiap sisi
tersebut.
m) Bantu pasien bergeser ke sisi lain tempat alat tenun telah
separuh terpasang.
n) Lepaskan/angkat lipatan alat tenun kotor yang terdapat di
bawah kasur.
o) Pindahkan alat tenun kotor dengan menggulungnya dan
permukaan yang kotor ada di sebelah di dalam bak alat
tenun kotor.
p) Tarik lipatan alat tenun yang bersih di atas kasur dari
kepala hingga kaki.
q) Bantu pasien bergeser ke posisi mendatar.
r) Bentuk sudut laken pada bagian kepala dan kaki tempat
tidur.
s) Buka lipatan dan stiklaken (seperti pada poin 11).
t) Pasang selimut pada dada pasien, beritahu pasien untuk
memegang ujung lipatan sebelah atas. Perawat memegang
ujung lipatan lainnya bersamaan dengan ujung-ujung
selimut yang kotor. Kemudian perawat menarik ujung
selimut yang kotor ke arah kaki tempat tidur dan pasien
menahan pegangan pada ujung selimut, masukan selimut
kotor ke dalam bak alat tenun kotor.
u) Masukan sisi selimut yang terdapat pada kaki tempat tidur
ke bawah kasur.
v) Pasang kembali penghalang tempat tidur
w) Ganti sarung bantal, buka sarung bantal, masukan sarung
bantal kotor ke dalam bak alat kotor, pasang sarung bantal
yang bersih.
x) Angkat kepala pasien dan letakan bantal di bawahnya.
y) Kembalikan pasien ke tempat tidur seperti posisi semula
kemudian buka tirai.
z) Kembalikan alat-alat pada tempatnya.
aa) Cuci tangan

2.4.4 Memindahkan Pasien Di Atas Tempat Tidur


1. Prosedur
a) Identifikasi kebutuhan pasien akan pergerakan di tempat
tidur
b) Jelaskan tujuan, manfaat, dan tindakan yang akan dilakukan
c) Cuci tangan
d) Letakan kepala pasien dalam posisi datar dengan tempat
tidur (ambil bantal dari tempat tidur)
e) Atur tinggi tempat tidur, sesuaikan dengan body-body
aligenment perawat (aman dan nyaman)
f) Tekuk lutut pasien dan anjurkan untuk meletakan tangan di
atas dadanya
g) Letakan satu tangan perawat di bawah bahu dan tangan
yang lain di bawah paha pasien (atau sisipkan tangan kiri
perawat pada pasien dan tangan kanan pasien berpegangan
pada bahu kanan perawat)
h) Angkat dan tarik pasien sesuai yang diinginkan, mintalah
pasien untuk mendorong kaki
i) Atur posisi pasien, tempatkan bantal-bantal sesuai yang di
perlukan
j) Evaluasi tindakan yang telah dilakukan, tanyakan apakah
pasien telah merasa nyaman
k) Cuci tangan
l) Catat tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya

2.4.5 Memotong kuku


1. Pengertian
Merawat kuku pada pasien yang tidak mampu merawat kuku secara
sendiri.
2. Tujuan
Menjaga kebersihan kuku dan mencegah timbulnya luka atau
infeksi kuku yang panjang .
3. Persiapkan alat
a) Gunting dan sikat kuku
b) Handuk
c) Bengkok (piala ginjal) berisi lisol 2% atau cairan antiseptic
lainnya.
d) Baskom berisi air hangat.
e) Kapas alcohol
f) Sabun
g) Lotion
4. Prosedur
a) Cuci tangan
b) Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
c) Letakan handuk dan bengkok di bawah tangan atau kaki
d) Gunting kuku jari tangan bundar, sedangkan jari tangan lurus
e) Kuku yang keras direndam dalam air hangat
f) Bersihkan kuku
g) Bereskan alat-alat yang dipakai
h) Cuci tangan

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran nafas. Saluran nafas
yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila
terangsang faktor resiko tertentu, jalan nafas menjadi tersumbat dan aliran udara
terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses
radang (Almazini,2012).
Asma adalah suatu keadaan saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan yang menyebabkan peradangan
penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat
timbul disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak
usia dibawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan
(Saheb,2011).
Dapat disimpulkan asma merupakan gangguan radang kronik saluran
nafas atau penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan yang
menyebabkan peradangan penyempitan ini bersipat sementara. Asma umumnya
lebih sering terjadi pada anak-anak usia dibawah 5 tahun dan orang dewasa pada
usia 30 tahunan.

3.2 Etiologi

Sampai saat ini etiologi dari asma bronchial belum di ketahui. Suatu hal
yang menonjol pada penderita asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus.
Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non
imunologi.

1.Adapun rangsangan atau factor pencetus yang sering menimbulkan asma adalah:
(Smeltzer & Bare,2002).
a. Faktor ekstrinsik (alergik): reaksi alergik yang di sebabkan oleh allergen yang
di kenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.
b. Faktor intrinsik (non-alergik): tidak berhubungan dengan allergen,seperti
common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan
dapat mencetuskan serangan.

3.Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik
dari bentuk alergik dan non-alergik.
5. Menurut The Lung Association of Canada, ada 2 faktor yang menjadi
pencetus asrama:
a. Pemicu Asma (trigger)
Pemicu asma di akibatkan mengencang atau menyempitnya saluran
pernafasan (bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan
peradangan.trigger di anggap menyebabkan gangguan pernafasan
akut,yang belum berarti asma,tetapi bisa menjurus menjadi asma jenis
intrinsik. gejala-gejala dan bronkokonstriksi yang di akibatkan oleh
pemicu cenderung timbul seketika,berlangsung dalam waktu pendek
dan relative mudah di atasi dalam waktu singkat.namun,saluran
pernafasan akan bereaksi lebih cepat terhadap pemicu,apabila sudah
ada,atau sudah terjadi peradangan. umumnya pemicu yang
mengakibatkan bronkokonstriksi adalah perubahan cuaca,suhu
udara,polusi udara,asap rokok,infeksi saluran pernafasan,gangguan
emosi,dan olahraga yang berlebihan.
b.Penyebab asma (inducer)
Penyebab asma dapat menyebabkan peradangan (inflamasi) dan
sekaligus hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari saluran
pernafasan.inducer di anggap sebagai sebagai penyebab asma yang
sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma dapat
menimbulkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung lebih lama
(kronis), dan lebih sulit di atasi. Umumnya penyebab asma adalah
alergen, yang tampil dalam bentuk ingestan (alergen yang masuk ke
tubuh melalui mulut), inhalan (alergen yang di hirup masuk tubuh
melalui hidung atau mulut, dan alergen yang di dapat melalui kontak
kulit (VitaHealth,2006)
3.3 Fatofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma
adalah spasme otot polos, ederma dan inflamasi membran mukosa jalan udara,
dan eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris selular. Obstruksi
menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang merendahkan volume
ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan premature jalan udara, hiperinflasi
paru, bertambahnya kerja pernapasan, perubahan sifat elastik dan frekuensi
pernapasan. Walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi menyebabkan
perbedaan satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat perfusi bagian paru tidak
cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-gas darah terutama
penurunan pCO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi disaluran nafas, antibody IgE berikatan dengan
alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut histamine
dilepaskan. Histamine menyebabkan kontriksi otot polos bronkiolus apabila
respon histamine berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena
histamine juga merangsang pembentukan mukkus dan meningkatan permiabilitas
kapilar, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium
paru.
Individu yang mengalami asama mungkin memiliki respo IgE yang
sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau se-sel mast-nya terlalu mudah
mengalami degranulasi. Dimanapun letak hipersensitifitas respon pradangan
tersebut, hasil akhirnya adalah bronkopasme, pembentukan mukus, edema dan
obstruksi aliran udara.
3.4. Pathway Asma

3.5 Manifestasi klinis


Gambar klasik penderita asma berubah sesak nafas, batuk-batuk dan
mengi (whezzing) telah di kenal oleh umum dan tidak sulit untuk di ketahui.
batuk-batuk kronis dapat merupakan satu-satunya gejala asma dan demikian pula
rasa sesak dan berat di dada.
Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat di golongkan menjadi:

1.Asma tingkat I
yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan gejala asma atau
keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi paru. Asma akan
muncul bila penderita terpapar faktor pencetus atau saat di lakukan tes provokasi
bronchial di laboratorium.
2.Asma tingkat II
Yaitu penederita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan tidak ada kelainan,
tetapi dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi saluran pernafasan.
Biasanya terjadi setelah sembuh dari serangan asma.

3.Asma tingkat III


Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik
dan tes fungsi paru memiliki tanda-tanda obstruksi. Biasanya penderita merasa
tidak sakit tetapi bila pengobatan di hentikan asma akan kambuh.

4.Asma tingkst VI
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit yaitu
dengan keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.
Pada serangan asma ini dapat di lihat yang berat dengan gejala-gejala yang makin
banyak antara lain:
a.kontraksi otot-otot bantu pernafasan stemokliedo mastoideus
b.sianosis
c.silent chest
d.gangguan kesadaran
e.tampak lelah
f.hiperinflasi thoraks dan takhikardi

5.Asma tingkat V
Yaitu status asma tikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis beberapa
serangan asma yang berat bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang
lazim di pakai. Karena pada dasarnya asma bersifat revesible maka dalam kondisi
apapun di usahakan untuk mengembalikan nafas ke kondisi normal.
3.6 Pemeriksaan diagnostik
1. pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan:
- Kristal – Kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari Kristal
eosinophil
- Terdapatnya spiral curschman, yakni spiralyang merupakan silinder sel-sel
cabang-cabang bronkus.
- Terdapatnya creole yang merupakan fragmen dari efitel bronkus.
- Terdapatnya neotrofil eosinophil.
2. pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinophil meninggi, sedangkan leukosit
dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma.

- Gas analisa darah


Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat peninggian
PaCO2 maupun penurunan pH menunjukan prognosis yang buruk.
- Kadang-kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
- Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi

Waktu serangn dan menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.

- Pemeriksaan test kulit untuk memeriksa faktor alergi dengan berbagai alergennya
dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopic.

3. foto rontgen

Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal pada serangan asma
gambaran ini menunjukan hiperinflasi paru berupa radiolusen yang bertambah,
dan pelebaran rongga intercostal serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi,
bila terdapat komplikasi kelainan yang terjadi adalah:
- Bila disertai dengan bronchitis, bercakan hilus akan bertambah
- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD) menimbulkan yang
bertambah
- Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrate
pada paru.
4. pemeriksaan faal paru
- Bila FEV1 lebih kecil dari 40% 2/3 penderita menunjukan penurunan
tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20% seluruh pasien menunjukan
penurunan tekanan sistolik.
- Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hamper terjadi pada
seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangkan penurunan TRC sering terjadi pada
asma yang berat.
5. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi atas tiga
bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru yakni:
- Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan dan
rotasi searah jarum jam.
- Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni terdapat RBBB
- Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan VES
atau terjadinya relatif ST defresi.

3.7 komplikasi

1. mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas


2. masalah fsikologis (cemas, stress, atau defresi)
3. menurunnya performa disekolah atau pekerjaan
4. pneumonia
5. gangguan pertumbuhan dan pubertas pada anak-anak
6. status asmatikus, yaitu kondisi asma yang parah dan tidak merespon dengan
terapi normal.
7. gagal prnapasan
8. kerusakan pada sebagian atau seluruh tubuh.
9. meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadi reaksi kontinu
yang lebih berat, yang disebut “status asmatikus”, kondisi ini mengancam hidup
(smeltzer & bare, 2002).
3.8 Pencegahan

1. Mengenali dan menghindari pemicu asma


2. mengikuti anjuran penanganan asma dari dokter
3. melakukan langkah pengobatan yang tepat dengan megenali penyebab serangan
asma
4. menggunakan obat-obatan asma yang telah dianjurkan oleh dokter secara
teratur
5. memonitor kondisi saluran nafas

3.9 terapi pengobatan


Dalam pengobatan asma ada dua hal yang perlu dilakukan, yakni
meredakan gejala dan mencegah gejala kambuh. Oleh karena itu, penting untuk
menjalani pengobatan dengan dokter, sehingga dapat diberikan obat untuk
mengatasi asma.
Disamping melalukan pengobatan pengidap asma, juga harus
menghindari dari hal-hal yang dapat menjadi pemicu asam kambuh. Biasanya,
dokter akan merekomendasikan inhaler juga berpotensi menyebabkan efek
samping bagi pengguna.
Apabila terjadi serangan asma dengan gejala yang semakin parah, maka
perlu penanganan medis yang lebih efektif karena asma dapat menyebabkan
kematian.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 PENGKAJIAN
4.1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny.A
Umur : 66 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Alamat : cijenjing
Diagnosa medis : Asma
4.1.2 Identitas penanggung jawab
Nama : Tn.S
Umur : 67 tahun
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Alamat : Cijenjing
Hubungan Dengan Pasien : Suami
4.2 RIWAYAT KESEHATAN
4.2.1 Keluhan Utama
Sesak nafas dan nyeri dada
4.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang ke IGD RSUD Ciamis pada pukul 17.05 dengan keluhan nyeri dada dan
sesak nafas, dirasakan kurang lebih Sejak 8tahun yang lalu, tindakan pertama yang
diberikan adalah pemasangan oksigen melalui nasal kanul 4ltr/menit.
4.2.3 Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien memiliki riwayat penyakit asma, di diagnosis kurang lebih sejak 8 tahun lalu.

4.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan didalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit asma.
4.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : klien tampak lemas, nafas 30x/menit
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD: 173/93, nadi: 109, respirasi: 30x/menit, suhu:
36,5
Pemeriksaan Head to Toe
1) Kepala : bentuk lonjong, tidak ada benjolan, rambut beruban, tidak ada nyeri
2) Mata : bentuk simetris, penglitan kurang, kesulitan membaca huruf kecil,
konjungtiva merah.
3) Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, mulut cukup bersih
4) Hidung : Tidak ada sekret, tidak ada nyeri, tidak ada benjolan, terpasang nasal
kanul
5) Telinga : Tidak ada serumen, pendengaran kurang.
6) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
7) Dada
Inspeksi : Perkembangan dada simetris
Palpasi : Ada nyeri tekan
Perkusi : Difragma normal – resonan ( dug dug dug )
Auskultasi: Terdengar suara tambahan wheezing
8) Perut
Inspeksi : Bentuk abdomen normal, tidak ada kelainan
Palpasi : Ada nyeri tekan
Auskultasi : Bising usus 6x/menit
Perkusi : Bunyi normal – timpani
9) Genetalia : Jenis kelamin perempuan, kebersihan cukup
10) Anus : Tidak ada hemoroid
11) Ekstrimitas : Ex kanan atas 5 dan kiri 5, Ex kanan bawah 5 dan kiri 5 K.O

4.4 Pola Aktivitas Sehari Hari


No Aktivitas Sebelum Saat Sakit
1 Makan
- Frekuensi 3x sehari 2x sehari
- Kualitas 1 porsi ½ porsi
- Jenis Makanan Nasi,daging,dan sayur Bubur, daging dan
sayur
- Makanan - -
Pantangan
- Gangguan - Tidak nafsu makan
2 Minum
- Kualiatas 1 – 2 lt/ hari 300-500 ml
- Jenis Minuman air putih,teh air putih
- Gangguan - -
3 Eliminasi
BAK
- Frekuensi 2– 4x sehari 3-6x/ hari
- Warna Urine kuning jernih kuning jernih
- Gangguan - -
BAB
- Frekuensi 2x sehari belum bab
- Warna kuning kuning
- Gangguan - sulit bab
4 Pola istirahar dan tidur
Tidur malam
- jam 21.00 23.00
- lamanya 8 jam 5 jam
- pengantar tidur - -
- gangguan - nyeri dada dan
sesak nafas
Tidur siang
- jam - -
- lamanya - -
- pengantar tidur - -
- gangguan - -
5 Personal hygine
- mandi 2x sehari wash lap
- gosok gigi 2x sehari 1x sehari
- cuci rambut 2x seminggu -

4.5 Data Psikologis


Klien merasa ingin sembuh dari penyakitnya.
4.6 Koping Individu
Klien menerima penyakit yang di derita.
4.7 Hubungan Sosial
Keterbatasan mobilitas fisik, adanya ketergantungan terhadap orang lain.
4.8 Data Penunjang
Hasil lab
Tanggal 20 Oktober 2019
 Hb = 13,6
 Leukosit = 18.000/mm
 Trombosit = 280.000/mm
 Eritrosit = 4,12 juta/ul
 Hernatokrit = 41,0 %
4.9 Therapi
Infus rl 500 ml – 15 tts/menit
Amlodipin 1x5 mg
Salbutamol 3x1
Ceftriaxon 2x1
4.10 Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS: Infeksi saluran pernafasan Pola nafas tidak
 Klien mengeluh sesk nafas ↓ efektif
 Nyeri dada Pengaktifan respon imun
DO: ↓

 Klien nampak sesak nafas, Pengaktifan

nafas cepat,terlihat lemas mediatorkimiawihistamin, serotinin,

 Suara nafas tambahan kinin

wheezing ↓

 Frekuensi pernafasan Sekresi

30x/menit ↓
Penyempitan jalan nafas

Pola nafas tidak efektif
2. DS: Gangguan jalan nafas Gangguan pola
 Klien mengeluh susah tidur ↓ istirahat tidur
DO: Serangan paroksimal
 Klien nampak lemas dan ↓
kurang tidur Dispnea dan wheezing
 Klien tidur 5 jam/hari ↓
Susah tidur

Gangguan pola istirahat tidur

4.11 Diagnosa Keperawatan


4.11.1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan jalan nafas.
4.11.2 Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas dan nyeri dada.
4.12 Proses Keperawatan
Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
No Diagnose Keperawatan Implementasi Evaluasi
1 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan  Auskultasi  Untuk  Bunyi nafas S : klien mengatakan
tidak efektif tindakan keperawatan bunyi nafas mengetahui tambahan ( + ), sesak berkurang
berhubungan dengan selama 1x24 jam, adanya nafas pemberian
penyempitan jalan nafas maka diharapkan tambahan atau oksigen O : klien tampak
DS : bersihan jalan nafas tidak 4ltr/menit untuk tenang, frekuensi nafas
 Klien mengeluh efektif tanpa adanya mencukupi 25x/menit
sesak nafas sumbatan pada jalan  Untuk asupan oksigen
 Nyeri dada nafas.  Kaji/pantau mengetahui klien A : masalah teratasi
DO : Kriteria hasil : frekuensi asupan oksigen  Pemberian sebagian
 Klien Nampak Mempertahankan jalan nafas kepada klien oksigen agar
sesak nafas, nafas paten dengan cukup atau nafas oasien P : intervensi
nafas evaluasi bunyi nafas tidak menjadi normal dilanjutkan
cepat,terlihat jelas/bersih 25x/menit
lemas
 Suara nafas
 Peninggian
tambahan  Beri posisi
kepala tempat
wheezing yang
tidur
 Frekuensi nyaman mempermudah  Posisikan klien
pernafasan fungsi semi fowler
30x/menit pernafasan

 Berikan
obat sesuai  Pengobatan
resep yang akurat  Pemberian
dokter dapat therapy obat
mengurangi sesuai resep
atau dokter
menghilangka
n gejala
2 Gangguan pola istirahat Setelah dilakukan  Kaji  Factor  Ciptakan S : klien mengatakan
tidur berhubungan tindakan keperawatan pencetus pencetus lingkungan yang kebutuhan istirahatnya
dengan sesak nafas dan selama 1x24 jam, timbulnya sedapat nyaman dan sudah cukup terpenuhi
nyeri dada maka diharapkan gangguan mungkin bebas dari debu
DS : kebutuhan istirahat istirahat dihindari O : klien tampak bisa
 Klien mengeluh tidur klien dapat tidur beristirahat dengan
susah tidur terpenuhi  Batasi nyaman
DO : aktivitas  Akan memberi  Mengurangi A : masalah teratasi
 Klien Nampak Kriteria hasil : kesempatan aktivitas klien
lemas dan kurang Klien dapat tidur untuk lebih seperti P : intervensi
tidur dengan tenang, banyak mengobrol dilanjutkan
 Klien tidur 5 istirahat tidur 6-8 jam beristirahat dengan keluarga
jam/ hari sehari atau kerabat,
menciptakan
suasana yang
tenang dan
nyaman
BAB V

PENUTUPAN

5.1 Kesipulan

Setelah melakukan kegiatan prakerin ini, saya mendapatkan banyak


pengalaman dan ilmu baru yang tidak di ajarkan di sekolah.kita biasa
diajarkan teori di sekolah, dan di tempat prakerin kita akan
mempraktikannya.

Pada intinya, kegiatan prakerin sangat berguna untuk


mengembangkan apa yang sudah diajarkan disekolah.prakerin bisa di
katakan sebagai pelengkap serta proses pematangan agar siap ketika sudah
berkecimpung di dunia kerja.

5.2 Saran

Karena ditempat prakerin kita akan berhubungan langsung dengan


pekerjaan, maka alangkah baik nya kita mempersiapkan secara matanag
materi-materi yang di ajarkan disekolah.hal ini bertujuan agar kita tidak
bingung kalau disusuh melakukan sesuatu.

Anda mungkin juga menyukai