Oleh
HANI NURAPIPAH
NIS
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Penanggung
Jawaban Praktik Kerja Lapangan (PKL).
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
dikenal dalam banyak hal yang positip, dan profesi keperawatan itu sendiri
1998).
keperawatan dalam asuhan yang diberikan perawat kepada klien yang sehat
Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat akan memberikan kemudahan
bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah klien. Selain itu untuk
mengetahui sejauh mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh
masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat.
keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam
jawab dan tanggung gugat dari berbagai kemungkinan masalah yang dialami
klien baik masalah kepuasan maupun ketidakpuasan terhadap pelayanan yang
Dari kegiatan PKL tersebut saya mengambil penyakit ASMA dari salah satu
Asma adalah jenis penyakit kronis pada saluran pernapasan yang timbul
menyebabkan sesak atau sulit bernapas. Asma bisa dialami oleh siapa saja
1.2.1 Manfaat
kejuruan ( SMK ).
Industri.
f) Mengenalkan siswa – siswi pada pekerjaan lapangan di
komunikasi terkini.
yaitu :
1.2.2 Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
kerja.
globalisasi.
di lingkungan sekolah.
dunia usaha.
RSUD CIAMIS
atau shift yaitu shift pagi yang dimulai dari jam 08:00 WIB sampai dengan
jam 14:00 WIB, shift sore yang dimulai dari jam 14:00 WIB sampai
dengan jam 20:00 WIB dan yang terakhir shift malam yang dimulai dari
jam 20:00 WIB sampai dengn jam 08:00 WIB. Walaupun dimulainya jam
08:00 tapi penulis sudah datang sebelum jam tersebut, karna kami
bagian berikut:
a) BAB I. Memuat latar belakang, dilaksanakannya Praktek Kerja
dan siswa, memuat tempat kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL), waktu
b) BAB II. Memuat profil instansi yang didalamnya ada visi dan misi,
keperawatan.
BAB II
PELAKASANAAN KEGIATAN
Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis ( RSUD) didirikan tahun 1942 dan
berdiri diatas tanah pemerintah Kabupaten Ciamis seluas 19.504 m2 yang
beralamat di jalan raya Rumah Sakit 76 Ciamis-Jawa Barat.
Rumah Sakit ini pertamakali dipimpin oleh Dr. Suwarto, selain menjadi
pimpinan Rumah Sakit beliau juga merangkap sebagai Kepala Dinas
Kesehatan Daerah Tingkat II Ciamis.
Ketika awal berdiri rumah sakit ini mempunyai kapasitas 40 ruangan
yang terdiri dari kelas I dan II.Jumlah karyawan sebanyak 55 orang. Pada
periode 1958-1965 ini RSUD Ciamis ada pada masa transisi,setelah
beberapa tahun mengalami kesulitan. Karena terjadi krisis ekonomi yang
melanda masyarakat Ciamis, sandang pangan sulit didapat, begitu pula
harga-harga yang melambung tinggi. Sehingga pasien yang berobat ke
Rumah Sakit dipegang Dr. Supandi yang merangkap sebagai Kepala Dinas
Kesehatan KabupatenCiamis, kemudian terjadi pergantian pimpinan
menjadi Dr.Hj. Hasanah sebagai direktur.
Pada periode dibawah kepemimpinan Dr.Hj.Hasanah terjadi kemajuan
dan perbaikan dalam kegiatan pelayanan,terutama dalam pemenuhan sarana
dan prasarana, misalnya adanya penambahan bangunan-bangunanseperti
ruang perawatan laboratorium, ruangan farmasi, Unit Gawat Darurat, dapur
umum dan tempat penyimpanan peralatan yang semuanya bersumber dari
bantuan pemerintah Provinsi. Pada tanggal 19 Januari 1994 RSUD Ciamis
ditingkatkan kelasnya dari kelas D menjadi kelas C, dibawah kepemimpinan
Dr.Hendra Suminarto. Kemudian pada awal tahun 2001 terjadi pergantian
pimpinan oleh Dr. Hj.Tika Satraparwira, M.Kes.
Nama- nama Direktur RSUD Ciamis dan lama masa jabatanya dari tahun
1985 sampai dengan sekarang yaitu :
1. Dr. Hj Hasanah, tahun 1985 s.d tahun 1989
2. Dr. H. Hendra Suminarsa, tahun 1989 s.d 1997
3. H. Herman Sutrisno, MM, tahun 1997 s.d1998
4. Hj. Mekaryanis Senowaty, MARS, tahun 1998 s.d 2001
5. Dr. Hj. Tika Sastraparwira, M. Kes, tahun 2001 s.d 2004
6. Herman Umar, M Kes, tahun 2004s.d 2005
7. Dr. H. Dedi Rukhwandi, SP.A, tahun 2005 s.d 2007
8. Dr. Engkan Iskandar, MM, tahun 2007 s.d 2009
9. H. Dendy Rahayu, MM, tahun 2009 s.d 2010
10. Dr.H. Dede Syaeful Uyun,SKM,M.Kes, tahun 2010 s.d 2012
11. Dr.Widianingsih Notomulyaono, tahun 2012 s.d 2013
12. Dr. H.Aceng Solehudin A. M.Kes, tahun 2013 sampai sekarang.
2.2 Visi dan Misi
2.2.1 Visi
Rumah sakit yang profesional dan diminati masyarakat
2.2.2 Misi
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang optimal dan
berkualitas.
2. Meningkatkan dan mengembangkan kompetensi sumber daya
manusia.
3. Mengembangkan sarana prasarana rumah sakit sesuai dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
c) Persiapan alat
1)Jam tangan dengan jarum detiknya
2)Pena,pensil dan lembar kerja atau rekam medic
d) Prosedur
1). Cuci tangan
2). Pastikan pasien dalam posisi yang nyaman,lebih baik duduk
3). Letakan lengan pasien pada posisi rileks menyilang abdomen atau
dada bagian bawahnya
4). Observasi siklus pernafasan lengkap (sekali inspirasi dan sekali
ekspirasi)
5). Sekali siklus pernafasan lengkap,perhatikan jarum jam penunjuk detik
dan mulai hitung Frekuensi pernafasn.Jika teratur selama 30 detik lalu
kalikan dua,jika tidak teratur Lakukan selama 1 menit penuh (untuk
bayi/anak kecil hitung pernafasan selama satu Menit penuh)
6). Selama menghitung apakah irama pernafasan dangkal,normal,atau
terjadi perubahan Pola
7). Catat hasil pada lembar kerja,laporkan irama tanda-tanda perubahan
pernafasan
2.4.2 Membantu pasien pindah dari tempat tidur ke kursi roda atau
sebaliknya
1. Tujuan
Pasien dapat pindah dari tempat tidur ke kursi roda atau
sebaliknya.
2. Indikasi
Sesuai kebutuhan (pasien akan dibawa ketempat lain atau tempat
tidur akan dirapikan).
3. Prosedur
a) Identifikasi kebutuhan pasien untuk duduk di sisi kanan atau
kiri tempat tidur.
b) Pasang sepatu atau sandal.
c) Pastikan posisi kursi roda terkunci bantu pasien agar dapat
menggenggam lengan kursi ( jika mampu )
d) Sangga kedua aksila pasien dengan kedua tangan perawat.
e) Letakan kaki perawat agak ke samping di depan pasien.
f) Ambil ancang ancang dan pakai gerakan koordinasi agar
perawat hanya membantu pergerakan tubuh pasien, bukan
mengangkat pasien.
g) Atur posisi di kursi agar nyaman dengan cara menanyakan
pada pasien
Catat tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya.
2. Tujuan
a) Menciptakan lingkungan yang bersih, tenang, dan nyaman.
b) Menghilangkan hal-hal yang dapat mengintasi kulit dengan
menciptakan alat tidur dan selimut yang bebas dari kotoran.
c) Meningkatkan gambaran diri dan harga diri pasien dengan
menciptakan tempat tidur yang bersih, rapih dan nyaman.
d) Mengontrol penyebaran mikroorganisme.
3. Persiapan alat
a) Laken besar/seprei
b) Stik laken/seprei kecil
c) Alas/ perlak
d) Sarung bantal
4. Prosedur
a) Identifikasi pasien
b) Periksa rekam medik/catatan pasien tentang adanya hal-hal
khusus yang berkenaan dengan pergerakan dan posisi
pasien
c) Siapkan peralatan dan susunan sesuain urutannya pada
kursi di samping tempat tidur, pindahkan alat yang tidak
diperlukan.
d) Tutup tirai
e) Cuci tangan
f) Turunkan penghalang tempat tidur pada tempat perawat
berdiri atau tinggi tempat tidur, atur posisi baring pasien,
yaitu supine/mendatar atau serata mungkin bila perlu
angkat bantal.
g) Miringkan pasien ke arah yang berlawanan dengan posisi
perawat
h) Lepaskan lipatan alat tenun yang terdapat di bawah kasur
dari kepala ke kaki tempat tidur, lipat alat tenun tersebut ke
arah pasien, pertama-tama stik laken, selanjutnya perlak
kemudian laken besar, lipat sampai ke bawah bokong,
punggung dan bahu pasien.
i) Letakan alat tenun bersih di tengah kasur, arah memanjang.
j) Bentuk sudut kepada kepala tempat tidur.
k) Buka lipatan perlak dan stik laken ke arah perawat berdiri,
kemudian lipat bagian yang menjuntai ke lantai ke bawah
kasur lakukan dengan rapih sehingga tidak ada kerutan di
atasnya.
l) Pasang kembali penghalang tempat tidur dan pindah ke sisi
yang lain kemudian turunkan penghalang pada setiap sisi
tersebut.
m) Bantu pasien bergeser ke sisi lain tempat alat tenun telah
separuh terpasang.
n) Lepaskan/angkat lipatan alat tenun kotor yang terdapat di
bawah kasur.
o) Pindahkan alat tenun kotor dengan menggulungnya dan
permukaan yang kotor ada di sebelah di dalam bak alat
tenun kotor.
p) Tarik lipatan alat tenun yang bersih di atas kasur dari
kepala hingga kaki.
q) Bantu pasien bergeser ke posisi mendatar.
r) Bentuk sudut laken pada bagian kepala dan kaki tempat
tidur.
s) Buka lipatan dan stiklaken (seperti pada poin 11).
t) Pasang selimut pada dada pasien, beritahu pasien untuk
memegang ujung lipatan sebelah atas. Perawat memegang
ujung lipatan lainnya bersamaan dengan ujung-ujung
selimut yang kotor. Kemudian perawat menarik ujung
selimut yang kotor ke arah kaki tempat tidur dan pasien
menahan pegangan pada ujung selimut, masukan selimut
kotor ke dalam bak alat tenun kotor.
u) Masukan sisi selimut yang terdapat pada kaki tempat tidur
ke bawah kasur.
v) Pasang kembali penghalang tempat tidur
w) Ganti sarung bantal, buka sarung bantal, masukan sarung
bantal kotor ke dalam bak alat kotor, pasang sarung bantal
yang bersih.
x) Angkat kepala pasien dan letakan bantal di bawahnya.
y) Kembalikan pasien ke tempat tidur seperti posisi semula
kemudian buka tirai.
z) Kembalikan alat-alat pada tempatnya.
aa) Cuci tangan
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran nafas. Saluran nafas
yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila
terangsang faktor resiko tertentu, jalan nafas menjadi tersumbat dan aliran udara
terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses
radang (Almazini,2012).
Asma adalah suatu keadaan saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan yang menyebabkan peradangan
penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat
timbul disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak
usia dibawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan
(Saheb,2011).
Dapat disimpulkan asma merupakan gangguan radang kronik saluran
nafas atau penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan yang
menyebabkan peradangan penyempitan ini bersipat sementara. Asma umumnya
lebih sering terjadi pada anak-anak usia dibawah 5 tahun dan orang dewasa pada
usia 30 tahunan.
3.2 Etiologi
Sampai saat ini etiologi dari asma bronchial belum di ketahui. Suatu hal
yang menonjol pada penderita asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus.
Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non
imunologi.
1.Adapun rangsangan atau factor pencetus yang sering menimbulkan asma adalah:
(Smeltzer & Bare,2002).
a. Faktor ekstrinsik (alergik): reaksi alergik yang di sebabkan oleh allergen yang
di kenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.
b. Faktor intrinsik (non-alergik): tidak berhubungan dengan allergen,seperti
common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan
dapat mencetuskan serangan.
3.Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik
dari bentuk alergik dan non-alergik.
5. Menurut The Lung Association of Canada, ada 2 faktor yang menjadi
pencetus asrama:
a. Pemicu Asma (trigger)
Pemicu asma di akibatkan mengencang atau menyempitnya saluran
pernafasan (bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan
peradangan.trigger di anggap menyebabkan gangguan pernafasan
akut,yang belum berarti asma,tetapi bisa menjurus menjadi asma jenis
intrinsik. gejala-gejala dan bronkokonstriksi yang di akibatkan oleh
pemicu cenderung timbul seketika,berlangsung dalam waktu pendek
dan relative mudah di atasi dalam waktu singkat.namun,saluran
pernafasan akan bereaksi lebih cepat terhadap pemicu,apabila sudah
ada,atau sudah terjadi peradangan. umumnya pemicu yang
mengakibatkan bronkokonstriksi adalah perubahan cuaca,suhu
udara,polusi udara,asap rokok,infeksi saluran pernafasan,gangguan
emosi,dan olahraga yang berlebihan.
b.Penyebab asma (inducer)
Penyebab asma dapat menyebabkan peradangan (inflamasi) dan
sekaligus hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari saluran
pernafasan.inducer di anggap sebagai sebagai penyebab asma yang
sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma dapat
menimbulkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung lebih lama
(kronis), dan lebih sulit di atasi. Umumnya penyebab asma adalah
alergen, yang tampil dalam bentuk ingestan (alergen yang masuk ke
tubuh melalui mulut), inhalan (alergen yang di hirup masuk tubuh
melalui hidung atau mulut, dan alergen yang di dapat melalui kontak
kulit (VitaHealth,2006)
3.3 Fatofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma
adalah spasme otot polos, ederma dan inflamasi membran mukosa jalan udara,
dan eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris selular. Obstruksi
menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang merendahkan volume
ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan premature jalan udara, hiperinflasi
paru, bertambahnya kerja pernapasan, perubahan sifat elastik dan frekuensi
pernapasan. Walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi menyebabkan
perbedaan satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat perfusi bagian paru tidak
cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-gas darah terutama
penurunan pCO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi disaluran nafas, antibody IgE berikatan dengan
alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut histamine
dilepaskan. Histamine menyebabkan kontriksi otot polos bronkiolus apabila
respon histamine berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena
histamine juga merangsang pembentukan mukkus dan meningkatan permiabilitas
kapilar, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium
paru.
Individu yang mengalami asama mungkin memiliki respo IgE yang
sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau se-sel mast-nya terlalu mudah
mengalami degranulasi. Dimanapun letak hipersensitifitas respon pradangan
tersebut, hasil akhirnya adalah bronkopasme, pembentukan mukus, edema dan
obstruksi aliran udara.
3.4. Pathway Asma
1.Asma tingkat I
yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan gejala asma atau
keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi paru. Asma akan
muncul bila penderita terpapar faktor pencetus atau saat di lakukan tes provokasi
bronchial di laboratorium.
2.Asma tingkat II
Yaitu penederita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan tidak ada kelainan,
tetapi dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi saluran pernafasan.
Biasanya terjadi setelah sembuh dari serangan asma.
4.Asma tingkst VI
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit yaitu
dengan keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.
Pada serangan asma ini dapat di lihat yang berat dengan gejala-gejala yang makin
banyak antara lain:
a.kontraksi otot-otot bantu pernafasan stemokliedo mastoideus
b.sianosis
c.silent chest
d.gangguan kesadaran
e.tampak lelah
f.hiperinflasi thoraks dan takhikardi
5.Asma tingkat V
Yaitu status asma tikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis beberapa
serangan asma yang berat bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang
lazim di pakai. Karena pada dasarnya asma bersifat revesible maka dalam kondisi
apapun di usahakan untuk mengembalikan nafas ke kondisi normal.
3.6 Pemeriksaan diagnostik
1. pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan:
- Kristal – Kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari Kristal
eosinophil
- Terdapatnya spiral curschman, yakni spiralyang merupakan silinder sel-sel
cabang-cabang bronkus.
- Terdapatnya creole yang merupakan fragmen dari efitel bronkus.
- Terdapatnya neotrofil eosinophil.
2. pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinophil meninggi, sedangkan leukosit
dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma.
Waktu serangn dan menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.
- Pemeriksaan test kulit untuk memeriksa faktor alergi dengan berbagai alergennya
dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopic.
3. foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal pada serangan asma
gambaran ini menunjukan hiperinflasi paru berupa radiolusen yang bertambah,
dan pelebaran rongga intercostal serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi,
bila terdapat komplikasi kelainan yang terjadi adalah:
- Bila disertai dengan bronchitis, bercakan hilus akan bertambah
- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD) menimbulkan yang
bertambah
- Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrate
pada paru.
4. pemeriksaan faal paru
- Bila FEV1 lebih kecil dari 40% 2/3 penderita menunjukan penurunan
tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20% seluruh pasien menunjukan
penurunan tekanan sistolik.
- Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hamper terjadi pada
seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangkan penurunan TRC sering terjadi pada
asma yang berat.
5. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi atas tiga
bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru yakni:
- Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan dan
rotasi searah jarum jam.
- Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni terdapat RBBB
- Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan VES
atau terjadinya relatif ST defresi.
3.7 komplikasi
wheezing ↓
30x/menit ↓
Penyempitan jalan nafas
↓
Pola nafas tidak efektif
2. DS: Gangguan jalan nafas Gangguan pola
Klien mengeluh susah tidur ↓ istirahat tidur
DO: Serangan paroksimal
Klien nampak lemas dan ↓
kurang tidur Dispnea dan wheezing
Klien tidur 5 jam/hari ↓
Susah tidur
↓
Gangguan pola istirahat tidur
Berikan
obat sesuai Pengobatan
resep yang akurat Pemberian
dokter dapat therapy obat
mengurangi sesuai resep
atau dokter
menghilangka
n gejala
2 Gangguan pola istirahat Setelah dilakukan Kaji Factor Ciptakan S : klien mengatakan
tidur berhubungan tindakan keperawatan pencetus pencetus lingkungan yang kebutuhan istirahatnya
dengan sesak nafas dan selama 1x24 jam, timbulnya sedapat nyaman dan sudah cukup terpenuhi
nyeri dada maka diharapkan gangguan mungkin bebas dari debu
DS : kebutuhan istirahat istirahat dihindari O : klien tampak bisa
Klien mengeluh tidur klien dapat tidur beristirahat dengan
susah tidur terpenuhi Batasi nyaman
DO : aktivitas Akan memberi Mengurangi A : masalah teratasi
Klien Nampak Kriteria hasil : kesempatan aktivitas klien
lemas dan kurang Klien dapat tidur untuk lebih seperti P : intervensi
tidur dengan tenang, banyak mengobrol dilanjutkan
Klien tidur 5 istirahat tidur 6-8 jam beristirahat dengan keluarga
jam/ hari sehari atau kerabat,
menciptakan
suasana yang
tenang dan
nyaman
BAB V
PENUTUPAN
5.1 Kesipulan
5.2 Saran