Analisis Vektor 2
Analisis Vektor 2
Aljabar Vektor
Operasi vektor
Besaran yang memiliki nilai dan arah disebut dengan vektor. Contohnya adalah
perpindahan, kecepatan, percepatan, gaya, dan momentum. Sementara itu, besaran yang
hanya memiliki nilai tanpa arah disebut dengan skalar. Contohnya adalah massa, muatan,
kerapatan, dan temperatur. Untuk notasinya, besaran yang dinyatakan sebagai vektor akan
,
ditandai dengan tanda panah di atas simbolnya ( A B , dan seterusnya), sedangkan skalar
dapat dituliskan ∣A∣
dinyatakan dengan huruf biasa. Besar (nilai) dari suatu vektor A
atau dengan notasi skalar, A .
A
A
Gambar 1
Dalam diagram, vektor biasanya dinyatakan dengan panah. Panjang dari panah
sebanding dengan besar vektor dan kepala panah menyatakan arah dari vektor tersebut.
(yaitu A
Minus A , tetapi
) adalah sebuah vektor dengan besar yang sama seperti A
pada arah sebaliknya (gambar 1). Perhatikan bahwa vektor memiliki besar dan arah, tetapi
tidak mutlak menyatakan lokasi. Sebagai contoh, sebuah perpindahan sejauh 4 km ke arah
utara dari Bandung direpresentasikan dengan vektor yang sama pada perpindahan sejauh 4
km ke utara Padang (kelengkungan Bumi diabaikan). Dengan demikian vektor dapat
digeser sesuka hati selama besar dan arahnya tidak diubah.
halaman 1
Kappa Mu Phi, 2007
halaman 2
A B= .
B A
B
B A
A
A
B A
B
Gambar 2
A =A
B C B
C .
A
B= A B .
B
A
A
B
Gambar 3
(2) Perkalian dengan sebuah skalar. Perkalian suatu vektor oleh sebuah skalar k
positif merupakan perkalian besar vektor oleh skalar tersebut dengan arah yang tidak
berubah (gambar 4). Namun jika k negatif, arah vektor berubah menjadi sebaliknya.
Kappa Mu Phi, 2007
halaman 3
k A k
B =k A B.
B
2A
A
A
Gambar 4 Gambar 5
A⋅B= A B cos , (1)
dengan adalah sudut antara vektor-vektor tersebut ketika kedua ekornya saling bertemu
(gambar 5). Perhatikan bahwa A⋅B menghasilkan sebuah skalar sehingga perkalian titik
ini sering juga disebut perkalian skalar. Perkalian ini bersifat komutatif,
A⋅B= ,
B⋅A
dan distributif,
⋅
A = A
B C ⋅ ⋅C
B A . (2)
⋅
Secara geometri, A B adalah perkalian dari A dengan proyeksi (atau
B pada A
pada
sebaliknya perkalian B dengan proyeksi A B ). Jika dua vektor sejajar, maka
A⋅ , secara khusus berlaku
B= A B . Untuk sembarang vektor A
⋅A
A = A2 . (3)
dan
Jika vektor A
B saling tegak lurus, maka A⋅B=0 .
×
A B = A B sin n , (4)
Kappa Mu Phi, 2007
halaman 4
dengan n adalah sebuah vektor satuan (yang panjangnya 1) mengarah tegak lurus bidang
dan
yang sisi-sisinya dibentuk oleh vektor A B . Namun ternyata ada dua arah yang
tegak lurus bidang tersebut, yaitu “masuk” dan “keluar”. Untuk mengatasi masalah ini,
digunakanlah kesepakatan aturan tangan kanan: jadikan keempat jari selain ibu jari agar
menunjuk pada vektor pertama (dengan ibu jari tegak lurus keempat jari), kemudian putar
keempatnya (pada sudut terkecil) ke arah vektor kedua, maka ibu jari menandakan arah
dari perkalian silang kedua vektor tersebut. Perhatikan bahwa A× B akan menghasilkan
sebuah vektor sehingga perkalian silang sering disebut dengan perkalian vektor.
B
A
×
Gambar 6. A B mengarah keluar bidang kertas, mengarah masuk bidang kertas.
B×A
A× = A×
B C C ,
B A× (5)
tetapi tidak komutatif, justru
A× B= .
B× A (6)
×
Secara geometri, ∣A dan
B∣ adalah luas daerah jajaran genjang yang dibentuk oleh A
B (gambar 6). Jika kedua vektor saling sejajar, maka perkalian silangnya nol dan secara
A=0
khusus A× .
untuk sembarang vektor A
Bentuk komponen
Pada bagian sebelumnya telah didefinisikan beberapa operasi vektor dalam bentuk yang
masih kabur, yakni tanpa merujuk pada sistem koordinat tertentu. Dalam praktik biasanya
cukup mudah untuk bekerja dengan komponen vektor dalam sistem koordinat tertentu.
Misalkan pada koordinat kartesian: i , j , dan k masing-masing adalah vektor satuan
Kappa Mu Phi, 2007
halaman 5
dapat
yang sejajar dengan sumbu-x, y, dan z (gambar 7). Sebuah vektor sembarang A
dinyatakan dalam suku vektor basis tersebut (gambar 8), yaitu
A x i A y j A z k .
A=
z z
A
k A z k
j
y A x i y
i
A y j
x x
Gambar 7 Gambar 8
A B= A x B x i A y B y j A z B z k . (7)
A⋅B= A x B x A y B y A z B z . (10)
⋅A
A = A 2x A 2y A 2z ,
⇒ A= A x A y A z .
2 2 2
(11)
Kappa Mu Phi, 2007
halaman 6
i × i = j × j =k×
k=0
,
i × j = j × i= k , (12)
j ×k=
j = i ,
k×
i =i ×k=
k× j .
∣ ∣
i j k
A× B= A x Ay Az . (13)
Bx By Bz
Perkalian tripel
,
Perkalian titik dan silang antara 3 buah vektor, A dapat menghasilkan
B , dan C
sesuatu yang berarti dalam bentuk A⋅B C , A⋅
, dan A×
B ×C B×C . Aturan-
aturan yang berlaku adalah:
⋅
A B C ≠ A
.
B⋅C (14)
⋅
A = B
B ×C ⋅ C
×A
=C⋅
A ×
B , (15)
∣ ∣
Ax Ay Az
A⋅ = B x
B ×C By Bz . (16)
Cx Cy Cz
A× B×C ≠ A×
B×C , (17)
A× B ×C = A⋅
C
B A⋅
B C
. (18)
B
A× ×C = A⋅
C
B A
B⋅C
⋅
Perkalian A disebut dengan perkalian tripel skalar dan dapat ditulis [ A
B ×C B C ] .
Secara geometri, perkalian tripel skalar akan menghasilkan besar volume ruang yang
,
dibentuk oleh A sebagai sisi-sisinya. Volume ruang tersebut akan bernilai
B , dan C
positif atau negatif tergantung pada unsur perkalian silang di dalam perkalian tripel skalar.
Sementara itu, perkalian A× B×C disebut dengan perkalian tripel vektor karena hasil
akhirnya adalah sebuah vektor.
Kappa Mu Phi, 2007
halaman 7
r =x i y j z k .
(19)
Besarnya
r =x y z , (20)
2 2 2
r x i y j z k
r = = , (21)
r x 2 y 2z 2
Bagian kecil vektor perpindahan, dari x , y , z hingga x dx , ydy , z dz adalah
titik medan
r
r
titik sumber
r '
Gambar 9. Vektor posisi relatif antara titik sumber dan titik medan.
Kappa Mu Phi, 2007
halaman 8
r r r '
r = = . (25)
r ∣r r '∣
Kalkulus Vektor
Konsep fungsi ini dapat diperluas dengan mudah. Jika setiap titik x , y , z berkaitan
, maka A
dengan sebuah vektor A adalah fungsi dari x , y , z yang dinyatakan dengan
x , y , z = A x x , y , z i A y x , y , z j A z x , y , z k . Dapat dikatakan vektor A
A
ini mendefinisikan sebuah medan vektor dan serupa dengannya x , y , z mendefinisikan
medan skalar.
Aturan limit, kontinuitas, dan turunan untuk fungsi vektor mengikuti aturan yang sama
seperti skalar.
lim u 0 .
Au = A
u u0
u didefinisikan d A = lim A u u A u , dengan syarat
(2) Turunan dari A
du u 0 u
u =A x u i A y u j Az u k dapat diperoleh
limitnya ada. Pada kasus A
Kappa Mu Phi, 2007
halaman 9
dA x
dA dA dA
= i y j z k .
du du du du (26)
x , y , z = A x x , y , z i A y x , y , z j A z x , y , z k , maka
(3) Jika A
= ∂ A dx ∂ A dy ∂ A dz .
dA (27)
∂x ∂y ∂z
.
adalah diferensial total dari A
(4) Turunan dari perkalian vektor dengan skalar atau vektor dengan vektor mengikuti
aturan yang sama seperti pada fungsi skalar. Namun perlu diingat ketika kita
melibatkan perkalian silang maka urutan penulisan penting untuk diperhatikan karena
terkait dengan arah dari hasil perkalian tersebut.
d = d A d A
A , (28)
du du du
∂
A⋅ ⋅∂ B ∂ A ⋅
B = A B , (urutan tidak masalah) (29)
∂ y ∂y ∂y
∂ A
× × ∂ B ∂ A ×
B = A dan
B (pertahankan urutan A B ). (30)
∂z ∂ z ∂z
i ∂ j ∂ k ∂
∇=
∂x ∂y ∂z . (31)
x , y , z memiliki turunan parsial pertama yang kontinu pada
Jika x , y , z dan A
daerah tertentu, maka dapat didefinisikan beberapa besaran berikut:
= ∂ i ∂ j ∂ k
gradien: grad =∇
∂x ∂ y ∂z (32)
Kappa Mu Phi, 2007
halaman 10
A ∂ A x ∂ A y ∂ Az
= ∇⋅
divergensi: div A = (33)
∂x ∂y ∂z
∣ ∣
i j k
curl: curl A A
= ∇× = ∂ ∂ ∂
(34)
∂x ∂y ∂z
Ax Ay Az
,
Jika turunan parsial dari fungsi-fungsi A B , U , dan V diasumsikan ada, maka
1. U V = ∇
∇ U ∇
V atau grad U V =grad U grad V
2. A
∇⋅ A
B = ∇⋅
∇⋅
B atau div A div
B =div A B
3.
∇×
A ×A
B =∇ ×
∇
B atau curl A div
B =curl A B
4.
∇⋅U A U ⋅A
= ∇ A
U ∇⋅
5.
∇×U A U × A
= ∇ A
U ∇×
6. A
∇⋅ ×
B = ×A
B⋅ ∇ A ×
⋅ ∇ B
7.
∇× ×
A B = A
B⋅∇ A
B ∇⋅ A
⋅∇
∇⋅
B A B
8. A
∇ ⋅
B = A
B⋅∇ A
⋅∇ B ×A
B × ∇ A ×
× ∇ B
2 2 2
9. ∇
∇⋅ U =∇ 2 U = ∂ U ∂ U ∂ U disebut Laplacian dari U
2 2 2
∂x ∂y ∂z
∂2
2 ∂2 ∂2
dan ∇ = 2 2 2 disebut dengan operator Laplacian.
∂x ∂ y ∂z
∇
10. ∇× U =0 . Curl dari gradien U adalah nol.
∇
11. ∇⋅ ×A adalah nol.
=0 . Divergensi dari curl A
∇×
12. ∇× A ∇⋅
=∇ A ∇ 2 A
Gradien, divergensi, dan curl bukanlah sekedar operasi matematik belaka. Ketiganya
dapat ditafsirkan secara geometri.
Kappa Mu Phi, 2007
halaman 11
Tafsiran Gradien. Seperti vektor lainnya, gradien memiliki besar dan arah. Untuk
menentukan arti geometrinya, kita dapat memisalkan ada sebuah fungsi tiga variabel,
katakanlah temperatur dalam ruang, T x , y , z , yang merupakan sebuah skalar.
Seberapa cepat perubahan temperatur tersebut dinyatakan dalam bentuk diferensial total
dT =
∂T
∂x
dx
∂T
∂y
dy
∂T
∂z
dz . (35)
dT = ∂ T ∂T ∂ T
∂x
i
∂ y
j
∂z
k ⋅dx i dy j dz k
(36)
T ⋅d r ,
= ∇
atau
T⋅d
dT = ∇ T∣∣d r ∣cos ,
r =∣∇ (37)
yang berarti
dT T⋅u ,
=∣∇ T∣cos =∇ (38)
dr
T dan d
dengan adalah sudut antara ∇ r , kemudian
u adalah suatu vektor satuan
yang menyatakan arah gerak kita. Dengan demikian, laju perubahan temperatur ( dT /dr )
T (yaitu saat =0 ).
akan bernilai paling besar ketika geraknya searah dengan ∇
Bayangkan kita berada pada sebuah lereng bukit. Lihat ke sekeliling dan temukan
bagian yang paling curam. Itu adalah arah dari gradien. Sekarang ukur kemiringan pada
arah tersebut. Itu adalah besar dari gradien. Lalu bagaimana jika gradiennya nol? Jika
T =0 pada x , y , z , maka dT =0 untuk perpindahan yang kecil di sekitar titik
∇
x , y , z . Keadaan ini akan berarti sebuah titik stasioner dari fungsi T x , y , z . Titik
tersebut dapat berupa nilai maksimum (puncak), minimum (lembah), daerah pelana, atau
sebuah permukaan berbentuk seperti “bahu”.
halaman 12
Fungsi pada gambar 10(a) memiliki divergensi yang sangat besar dan positif (jika panahnya
mengarah ke dalam berarti nilainya negatif), fungsi pada gambar 10(b) memiliki divergensi
nol, dan fungsi pada gambar 10(c) memiliki divergensi positif yang nilainya agak kecil.
(a) (b)
(c)
Gambar 10
Tafsiran Curl. Pemilihan nama curl juga disesuaikan dengan arti geometrinya yang
menyatakan ukuran rotasi pada sebuah titik. Oleh karena itu seluruh fungsi pada gambar
10 memiliki curl yang bernilai nol (bisa kita cek dengan mengetahui fungsinya) dan fungsi
pada gambar 11 memiliki curl yang sangat besar berarah pada sumbu-z.
x
Gambar 11
Kappa Mu Phi, 2007
halaman 13
Koordinat lengkung
Misalkan persamaan transformasi
x = f u 1 , u 2 , u 3 , y = g u 1 , u 2 , u 3 , z =h u 1 , u 2 , u 3 (39)
(dengan asumsi f, g, h kontinu, memiliki turunan parsial kontinu, dan memiliki sebuah nilai
invers tunggal) membentuk korespondensi satu-satu antara titik-titik dalam sistem
koordinat xyz dan u 1 u 2 u 3 . Dalam notasi vektor, persamaan (39) dapat dituliskan
r =x i y j z k=
f u 1 , u 2 , u 3 i g u 1 , u 2 , u 3 j h u 1 , u 2 , u 3 k . (40)
Sebuah titik P (gambar 12) dengan demikian dapat didefinisikan tidak hanya oleh
koordinat x , y , z tetapi juga oleh koordinat u 1 , u 2 , u 3 . Kita sebut u 1 , u 2 , u 3
sebagai koordinat lengkung dari suatu titik.
z
e3
u3
u1 u2
e1 P e2
r
y
x
Gambar 12
∂ r ∂ r ∂ r
r=
d du 1 du 2 du . (41)
∂ u1 ∂ u2 ∂ u3 3
Dalam sistem koordinat lengkung ini, bentuk diferensial dari panjang busur suatu kurva
dapat dituliskan
dengan
Kappa Mu Phi, 2007
halaman 14
∂ r ∂ r ∂ r ∂ r ∂ r ∂ r
g 11 = ⋅ , g 22 = ⋅ , g 22 = ⋅ . 43)
∂x ∂x ∂ y ∂y ∂z ∂z
Vektor ∂ r /∂ u 1 bersinggungan dengan koordinat u 1 pada P. Jika e1 merupakan
sebuah vektor satuan pada arah tersebut, maka ∂ r /∂ u 1=h 1 e1 dengan h 1=∣∂ r /∂ u 1∣ .
Serupa dengannya, ∂ r /∂ u 2 =h 2 e2 dan ∂ r /∂ u 3=h 3 e3 dengan h 2 =∣∂ r / ∂ u 2∣ dan
h 3=∣∂
r /∂ u 3∣ . Dengan demikian,
Jika e1 , e2 , e3 saling tegak lurus pada titik P, koordinatnya dikatakan ortogonal. Oleh
karena itu, kita temukan kuadrat panjang busur adalah
ds 2=d r ⋅d r =h 12 du 21 h 22 du 22 h 32 du 23 , (45)
yang bersesuaian dengan panjang diagonal ruang balok pada gambar 12, dan elemen
volumnya ( d ) dapat ditulis
d =h 1 h 2 h 3 du 1 du 2 du 3 . (46)
A 1 e1 A 2 e2 A 3 e3 adalah fungsi
Misalkan adalah sebuah fungsi skalar dan A=
dalam koordinat lengkung ortogonal u 1 , u 2 , u 3 , maka gradien, divergensi, curl, dan
laplacian-nya adalah:
1. =grad = 1 ∂ e 1 ∂ e 1 ∂ e
∇
h 1 ∂u 1 1 h2 ∂ u 2 2 h3 ∂u 3 3
1
2. A
∇⋅ =div A
=
[
∂ A h h ∂ h A h ∂ h h A
h1 h2 h3 ∂ u 1 1 2 3 ∂u 2 1 2 3 ∂u 3 1 2 3 ]
∣ ∣
h 1 e1 h2 e2 h 3 e3
A =curl A
= 1 ∂ ∂ ∂
3. ∇×
h1 h2 h3 ∂ u1 ∂ u2 ∂u 3
A1 A2 A3
4. ∇ 2 =laplacian =
1
[
∂ h2 h 3 ∂ ∂ h 1 h 3 ∂ ∂ h 1 h 2 ∂
h 1 h 2 h3 ∂u 1 h1 ∂ u 1 ∂ u 2 h 2 ∂ u 2 ∂ u 3 h 3 ∂ u 3 ]
Kappa Mu Phi, 2007
halaman 15
Keempat bentuk tersebut* akan tereduksi menjadi ekspresi biasa dalam koordinat
kartesian jika u 1 , u 2 ,u 3 digantikan oleh x , y , z ; lalu e1 , e2 , e3 diganti dengan i , j , k ; dan
h 1=h 2 =h 3 =1 .
Bentuk khusus koordinat lengkung ortogonal lain diantaranya adalah koordinat silinder
dan koordinat bola.
Z Z
z
P(ρ, θ, z) P(r, θ, φ)
r
z r k̂
θ
O ĵ y
O y iˆ φ ρ Y
x φ ρ Y x
X
X
Gambar 13 Gambar 14
Perhatikan bahwa dari sini dapat juga diperoleh hasil lain untuk koordinat polar dalam
bidang dengan mengabaikan ketergantungan pada z. Sebagai contoh dalam kasus
koordinat polar tersebut, ds 2=d 2 2 d 2 ; sedangkan elemen volum digantikan oleh
elemen luas, da= d d .
* Lihat buku Mathematical Methods in The Physical Sciences (Mary L. Boas) untuk penurunan lengkapnya.
Kappa Mu Phi, 2007
halaman 16
Integral Garis. Sebuah integral garis I adalah suatu pernyataan dalam bentuk
I =∫ v ⋅d r , (47)
a
dengan v adalah sebuah fungsi vektor, d r adalah elemen vektor perpindahan (pers. 22),
dan daerah integrasi berada pada lintasan antara titik a hingga titik b . Jika lintasan
integrasi membentuk loop tertutup, maka tanda integral diberi tambahan lingkaran:
∮ v⋅d r .
Integral Permukaan. Sebuah integral permukaan I didefinisikan
I =∫ v ⋅d a ,
S (48)
dengan v adalah sebuah fungsi vektor dan d a adalah elemen vektor luas yang arahnya
tegak lurus permukaan yang dimaksud. Jika permukaannya tertutup (menjadi seperti
ruang), maka seperti sebelumnya tanda integral diberi tambahan lingkaran:
∮ v⋅d a .
Untuk integral permukaan biasa (pers. 48) , dapat ditemui dua arah yang tegak lurus
Kappa Mu Phi, 2007
halaman 17
I =∫ T d ,
V (49)
dengan T adalah sebuah fungsi skalar dan d adalah elemen kecil dari volum. Untuk
koordinat kartesian,
d =dx dy dz .
Sebagai contoh, jika T adalah kerapatan suatu materi (yang nilainya dapat bervariasi dari
titik ke titik), maka integral volum akan memberikan massa total.
Kadang akan ditemui juga bentuk integral volum dari suatu fungsi vektor:
Teorema fundamental
Untuk memudahkan perhitungan seringkali dibutuhkan penyederhanaan bentuk integral
yang berdasarkan pada teorema tertentu. Ada tiga teorema fundamental berkaitan dengan
operasi diferensial dan integral yang telah dijelaskan sebelumnya.
v d =∮ v ⋅d a
∫ ∇⋅
Teorema Divergensi (Gauss): (52)
V S
Dari pers. 50 s.d. 52 dapat dilihat bahwa teorema gradien melibatkan operasi gradien dan
integral garis; teorema curl melibatkan operasi curl, integral permukaan, dan integral garis;
Kappa Mu Phi, 2007
halaman 18
dan teorema divergensi melibatkan operasi divergensi, integral volum, dan integral
permukaan.
F
∇× =0 ⇔ F V,
=∇ (53)
∫ F⋅d r tidak tergantung lintasan (konservatif) untuk setiap titik-titik ujung yang
a
diberikan,
F
∇⋅ =0 ⇔ F ×A
=∇ , (54)
∫ F⋅d a tidak tergantung permukaan untuk setiap batas tertutup yang diberikan,
KUMPULAN SOAL-JAWAB
SOAL 1
B
seperti pada gambar di samping. Turunkan
Misalkan suatu vektor C
pada
aturan cosinus dengan memanfaatkan perkalian titik dari vektor C C
A
dirinya sendiri dengan menyesuaikan variabel pada A dan B !
Kappa Mu Phi, 2007
halaman 19
Jawab:
=A
Dari gambar dapat kita tentukan: C
B , kemudian
C
C⋅ = A
B⋅ A A
B = A⋅ A⋅
B
B⋅A B⋅
B,
atau
SOAL 2
Jawab:
=1 i 1 j 1 k ; A= 3
A
1 r
A
B =1 i 1 j 1 k ; B= 3
r
B ⋅
A B =111=1= A B cos= 3 3cos
θ 1 y 1
⇔cos = ,
1 3
SOAL 3
Jawab:
2 y
Perkalian silang antara dua vektor sembarang yang menjadi
1
sisi-sisi bidang pada gambar akan menghasilkan vektor x
yang tegak lurus bidang tersebut. Sebagai contoh, ambil bagian alas dan sisi sebelah kiri
dan
masing-masing menjadi vektor A B:
Kappa Mu Phi, 2007
halaman 20
=1 i 2 j 0 k ;
A B =1 i 0 j 3 k
∣ ∣
i j k
A ×B = 1 2 0 =6 i 3 j 2 k .
1 0 3
×B
Vektor A ini arahnya sudah sesuai dengan n , tetapi besarnya belum cocok (ingat,
vektor satuan harus bernilai 1 satuan). Untuk menghasilkan vektor satuan n , bagi saja
×
A ×B
B dengan besarnya: ∣ A ∣= 3694=7 . Dengan demikian,
×
A B 6 3 2
n = = i k .
×
∣A B∣ 7 j 7
SOAL 4
Carilah vektor posisi relatif r dari titik sumber (2, 8, 7) ke titik medan (4, 6, 8). Tentukan
besarnya dan bentuk vektor satuan r !
Jawab:
r=r r '=4 i 6 j 8 k2
i 8 j7 k=2 i 2 j1 k .
2 2 1
∣r∣= 441=3 , sehingga r = i j k .
3 3 3
SOAL 5
Jawab:
f =2 x i 3 y 2 j 4 z 3 k
(a) ∇
f =2 x y 3 z 4 i 3 x 2 y 2 z 4 j 4 x 2 y 3 z 4 k
(b) ∇
(c) ∇
f =e x sin y ln z i e x cos y ln z j e x sin y 1 k
z
Kappa Mu Phi, 2007
halaman 21
SOAL 6
dengan y adalah jarak (dalam km) sebelah utara, x adalah jarak ke timur kota Bandung.
(c) Seberapa curam kemiringan (dalam satuan m/km) pada sebuah titik 1 km utara dan 1
km timur kota Bandung? Pada arah manakah kemiringan tercuram di titik tersebut?
Jawab:
2 y 6 x 18=0
2 x 8 y 28=0
} . Solusi dari sistem persamaan ini adalah x , y =2 ,3 .
Dengan demikian puncak bukit tersebut berada pada 2 km sebelah barat dan 3 km
utara Bandung.
h.
(c) Substitusikan x , y =1 , 1 pada ∇
h∣=220 2≈311 m/km , arahnya ke barat laut (135 derajat dari sumbu-x positif).
∣∇
Kappa Mu Phi, 2007
halaman 22
SOAL 7
r 2=2 r
(a) Tunjukkan bahwa ∇
Jawab:
(x, y, z)
r=x x 0 i y y 0 jz z 0 k
r= x x 0 y y 0 z z 0
2 2 2
2 ∂ ∂
(a) ∇ r = ∂ x [ x x 0 y y 0 z z 0 ] i ∂ y [ x x 0 y y 0 zz 0 ] j
2 2 2 2 2 2
∂ [ x x 0 y y 0 z z 0 ] k
2 2 2
∂z
=2 x x 0 i 2 y y 0 j 2z z 0 k=2 r (terbukti)
(b)
∂x ∂x x
∂ r n =n r n1 ∂ r =n r n1 1 1 2 r =n r n 1 r , ( r =x x )
2 r x x 0
SOAL 8
Ujilah kebenaran teorema gradien, menggunakan fungsi T =x 24 x y 2 y z 3 dengan
titik-titik a=0, 0 ,0 , b=1 ,1, 1 dan dua lintasan berikut:
(a) z
(b)
z
(1 , 1 , 1 ) (1 , 1 , 1 )
O
O
y
z = x2 = y 2 y
x x
Kappa Mu Phi, 2007
halaman 23
Jawab:
b
SOAL 9 z
2
Uji kebenaran teorema divergensi untuk fungsi
v =x y i 2 y z j 3 x z k . Gunakan volum pada
gambar kubus di samping dengan panjang sisi 2 satuan! 2 y
2
Jawab:
x
v d =∮ v ⋅d a
∫ ∇⋅
Teorema divergensi adalah: .
V S
v = y2z 3 x .
Cari dulu nilai ruas kiri: sesuai dengan soal, dapat diperoleh ∇⋅
Kappa Mu Phi, 2007
halaman 24
2 2 2
v d =∫∫∫ y 2z 3 x dx dy dz =48 .
∫ ∇⋅
0 0 0
Cek nilai ruas kanan dengan menggunakan penomoran permukaan berikut ini:
z (V )
(II)
(IV ) (III)
(I)
x (V I)
2 2
SOAL 10
Gunakan bola berjari-jari R pada oktan pertama sebagai volum yang ditinjau!
Kappa Mu Phi, 2007
halaman 25
Jawab:
z
v = 1 ∂ r 2 v 1
∇⋅ ∂ v sin 1 ∂v , R
r
r
2
∂r r sin ∂ r sin ∂ y
R
1 3 1 1
= 4 r cos r 2 cos cos r 2 cos cos
r 2
r sin r sin
r cos
= [4 sin coscos ]=4 r cos .
sin
Kemudian hitung ruas kiri teorema divergensi dengan elemen volum dalam koordinat
bola, d =r 2 sin dr d d :
R / 2 / 2
v d =∫∫∫ 4r cos r 2 sin dr d d =4 ∫ r 2 dr
∫ ∇⋅ ∫ cos sin d ∫ d
0 0 0
4
4 1 R
=R = .
2 2 4
Sekarang cek ruas kanan, perrmukaan bola yang dimaksud terdiri dari 4 bagian:
(1) bagian lengkung, d a1 =R 2 sin d d r ; r =R ; v⋅d a1=R 2 cos R 2 sin d d
/2 /2
4
1 R
∫ v⋅d a1=R 4 ∫ cos sin d ∫ d =R 4 2 2
=
4
.
0 0
∫ v⋅d a3=∫ r
0
3
dr ∫ cos d =
0
1 4
4
1
R 1= R 4 .
4
Kappa Mu Phi, 2007
halaman 26
4 4
R 1 4 1 4 R
Totalnya adalah: ∫ v⋅d a = 4
0 R R =
4 4 4
(cocok).
SOAL 11 z
Jawab: (0 , 2 a, 0 )
x
Cek ruas kanan, v ⋅d r = y dz .
Ambil jalur yang berlawanan jarum jam pada garis-garis batas permukaan tertutup segitiga.
Ada 3 bagian garis pada segitiga tersebut:
[ ]
0
1 1 y2 4 a2 2
∫ v⋅d r3=∫ y dy =
2 2 2 2a
=
4
=a
2a
1
∫ ∇ ×v ⋅d a = proyeksi permukaan segitiga pada bidang xy= 2 a 2a =a 2 (cocok).
Kappa Mu Phi, 2007
halaman 27
SOAL 12
Misalkan F1 =x 2 k dan F2=x i y j z k . Hitung divergensi juga curl dari F1 dan
F2 . Manakah yang dapat dituliskan sebaga gradien dari skalar? Cari potensial skalar yang
cocok dengannya! Dan manakah yang dapat dinyatakan sebagai curl dari vektor? Cari
potensial vektor yang cocok dengannya!
Jawab:
F = ∂ x ∂ y ∂z =111=3 .
F = ∂ 0 ∂ 0 ∂ x 2 =0; ∇⋅
∇⋅ 1 2
∂x ∂y ∂z ∂ x ∂ y ∂z
∣ ∣ ∣ ∣
i j k i j k
F = ∂
∇×
∂ ∂ ∂ 2
∂ ∂ ∂
∂ z = j ∂ x x =2 x j ; ∇ × F 2=
=0 .
1 ∂x ∂y ∂x ∂ y ∂z
0 0 x2 x y z
1 2 2 2 V.
Potensial skalar yang memenuhi adalah V = x y z sehingga F2= ∇
2
menyebabkan
∂ A y ∂ Az
∂z
∂ y
=
∂ A x ∂ Az
∂z
∂x
=0 ;
∂ A y ∂ Ax
∂x
∂y
2 x3
=x ⇒ A y = .
3
2
= x j (tapi tidak unik).
Dengan ketentuan ini dapat dipilih A x = Az =0 sehingga A
3
halaman 28
Jika seseorang mencari sebuah fungsi dengan divergensi positif yang sangat besar, maka
fungsi itulah contohnya. Akan tetapi, jika divergensinya dihitung dengan cara biasa
(koordinat bola), ternyata hasilnya tepat nol !
∇⋅
r ∂r
2
v = 1 ∂ r 2 1 = 1 ∂ 1=0 .
r
2
r ∂r
2
Lebih aneh lagi jika kita coba uji kebenaran teorema divergensi dengan mengecek ruas
kanan teorema, yaitu dengan mengintegrasikan fungsi sepanjang permukaan bola berjari-
jari R yang berpusat pada titik asal koordinat:
2
∮ v⋅d a =∫
1
R
r ⋅R 2 sin d d r =∫ sin d ∫ d =4 ,
2
0 0
x a
luasnya 1
satuan
a x
Gambar 15. Fungsi delta Dirac, luas daerah di bawah kurva bernilai 1 satuan.
Kappa Mu Phi, 2007
halaman 29
Definisi:
∞
x a =
{
0,
∞,
jika x ≠a
jika x =a } dengan ∫ x a dx =1 .
∞
(55)
Sifat-sifat:
∞
(56)
f x x a = f a x a dan ∫ f x x a dx = f a .
∞
Selain itu,
Dengan fungsi delta Dirac ini, masalah yang dikemukakan pada bagian awal dapat
terpecahkan secara mudah, yaitu
∇⋅
r2
r =4 3 r ,
∇⋅
r =4 3 r .
r2
(60)
SOAL 13
(a) Tuliskan pernyataan yang menyatakan kerapatan massa dari sebuah partikel bermassa
m yang berada pada titik r0 . Lakukan hal yang sama untuk rapat muatan dari suatu
Kappa Mu Phi, 2007
halaman 30
(b) Berapa rapat muatan dari sebuah dipol listrik, yang terdiri dari muatan titik -q pada
titik asal koordnat dan muatan titik +q pada r0 ?
(c) Berapakah rapat muatan yang seragam dari kulit bola tipis berjari-jari R dan muatan
totalnya Q?
Jawab:
(a) Perhatikan pers. (58), satu per volum merupakan fungsi delta Dirac, sehingga:
m r =m 3 r r0 ; q r =q 3 r r0 .
Q
syarat Q=∫ r d =∫ A r R 4 2 dr = A 4 R 2 , sehingga A= .
4 R 2
Q
Dengan demikian, r = r R .
4 R 2
***