2.3.1 Kunyit
Pengobatan demam dapat dilakukan dengan menggunakan terapi farmakologi
dan non farmakologi. Salah satu pengobatan non farmakologi yaitu dengan
memanfaatkan terapi herbal sebagai antipiretik dan salah satunya yaitu dengan
pemanfaatan tanaman rimpang kunyit. Kunyit merupakan tumbuhan berbatang basah,
tingginya sampai 0,75 m, daunnya berbentuk lonjong, bunga majemuk berwarna
merah atau merah muda. Tanaman herbal tahunan ini menghasilkan umbi utama
berbentuk rimpang berwarna kuning tua atau jingga terang (Rahayu, 2019).
Menurut Damayanti, Ma’ruf dan Wijayanti (2014), kunyit merupakan tanaman
tahunan yang tumbuhnya merumpun. Tanaman kunyit terdiri dari akar, rimpang
(rizoma), batang semu, pelepah daun, daun, tangkai bunga dan kuntum bunga.
Rimpang merupakan modifikasi batang tumbuhan yang tumbuhnya menjalar di
bawah permukaan tanah dan dapat menghasilkan tunas dan akar baru dari ruas-
ruasnya. Rimpang kunyit tumbuh dari umbi utama dengan bentuknya yang bervariasi
antara bulat-panjang, pendek dan tebal lurus ataupun melengkung. Batang tanaman
kunyit relatif pendek dan membentuk tanaman semu dari pelepah daun yang saling
menutupi.
Menurut (Azis, 2019), taksonomi tanaman kunyit dikelompokkan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Class : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma domestica Val
Gambar 2. Pohon dan Rimpang Kunyit
Sumber: Suproborini, Laksana dan Yudiantoro (2018)
2.3.2 Kandungan Zat Aktif Kunyit
Kandungan rimpang kunyit adalah minyak asiri, kurkumin, dimetoksin
kurkumin, arabinosa, luktosa, glukosa, pati, tanin, magnesium besi, kalsium, natrium,
dan kalium. Berdasarkan kandungan tersebut rimpang kunyit memiliki efek herbal
atau khasiat untuk menjaga stamina, hepatoprotektor, diuretik, antioksidan,
antiradang, immunomodulator, dan antikanker. Selain itu kunyit juga bersifat anti
inflamasi, antiproliferatif dan antitumor. Rimpang kunyit juga digunakan untuk
menurunkan tekanan darah, obat malaria, sakit perut, memperbanyak ASI, stimulan,
mengobati keseleo, memar, rematik, meredakan batuk, dan antikejang (Mulyani,
Widyastuti, dan Ekowati, 2016).
Rimpang kunyit merupakan salah satu tanaman herbal yang dapat digunakan
sebagai obat demam. Salah satu kandungan senyawa kunyit yang diduga dapat
mengobati demam adalah flavonoid. Efek antipiretik dari ekstrak rimpang kunyit ini
kemungkinan disebabkan oleh kandungan fenol, salah satunya yaitu senyawa
flavonoid. Senyawa flavonoid dalam kandungan rimpang kunyit akan menempel pada
sel imun dan memberikan signyal intraseluler untuk mengaktifkan kerja sel imun agar
lebih baik (Suproborini, Laksana dan Yudiantoro, 2018).
Kandungan zat kimia yang ada dalam rimpang kunyit adalah minyak atsiri,
pati, serat dan abu. Rimpang kunyit kandungan kimianya akan lebih tinggi apabila
berasal dari dataran rendah dibandingkan dengan rimpang kunyit yang berasal dari
dataran tinggi. Komponen utama dalam rimpang kunyit adalah kurkuminoid dan
minyak atsiri. Berdasarkan hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat (Balittro) bahwa kandungan kurkumin dari rimpang kunyit rata-rata 10,92%.
Ada banyak data dan literatur yang membuktikan bahwa rimpang kunyit berpotensi
besar dalam aktifitas farmakologi yaitu sebagai anti inflamasi, anti imunodefisiensi,
anti virus, anti bakteri, anti jamur, anti oksidan, anti karsinogenik, dan anti infeksi
(Damayanti dkk, 2014). Kunyit digunakan dalam berbagai bidang seperti kesehatan,
kuliner dan kosmetik. Pada pengobatan tradisional, kunyit digunakan sebagai
antiinflamasi, antiseptic, antiiritansia, anoreksia, obat luka dan gangguan hati. Selain
itu kunyit juga memiliki khasiat sebagai antipiretik (Azis, 2019).
2.3.3 Mekanisme Kerja Kunyit
Substansi yang dapat menyebabkan demam disebut pirogen dan berasal baik
dari eksogen atau endogen. Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh berupa
mikroorganisme seperti bakteri, virus dan jamur. Sedangkan pirogen endogen berupa
molekul kimia seperti kompleks antigen-antibodi, metabolit steroid androgenik dan
sitokin inflamasi (IL-1, IL-6, TNF dan IFN). Pirogen dapat menyebabkan keadaan
demam melalui stimulus hipotalamus. Pirogen eksogen yang masuk ke dalam tubuh
atau zat asing akan dikelilingi dan dilekatkan pada imunoglobulin serta komplemen
yang selanjutnya difagosit oleh makrofag. Proses ini akan melepaskan sejumlah
sitokin pro inflamasi seperti IL-1, IL-6, TNF-α, Interferon (IFN) yang bekerja pada
daerah preoptik hipotalamus anterior. Sitokin akan memicu pelepasan asam
arakidonat yang berasal dari membran fosfolipid dengan bantuan enzim fosfolipase
A2. Asam arakidonat selanjutnya diubah menjadi prostaglandin karena peran dari
enzim siklooksigenase 2 (COX-2). Kunyit (Curcuma domestica Val) mengandung
senyawa kurkumin yang dapat menghambat aktivitas COX-2. Sehingga ketika terjadi
penghambatan COX-2 maka pembentukan prostaglandin akan terhambat, sehinggal
akan terjadi penurunan suhu tubuh pada keadaan demam (Fahryl dan Carolia, 2019).
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mamun, M. A., Akter, Z., Uddin, M. J., Ferdaus, K. M. K. B., Hoque, K. M. F., Ferdousi,
Z., & Reza, M. A. (2016). Characterization and evaluation of antibacterial and
antiproliferative activities of crude protein extracts isolated from the seed of Ricinus
communis in Bangladesh. BMC complementary and alternative medicine, 16(1), 1-10.
Agustina, M. (2019). Identifikasi Perubahan Jalur Fotosintesis Pada Cocor Bebek
(Kalanchoe Pinnata) Melalui Konduktansi Stomata (Studi Deskriptif Sebagai Sumber
Belajar Peserta Didik Materi Fotosintesis SMA Kelas XII Semester Ganjil) (Doctoral
dissertation, UIN Raden Intan Lampung).
Azis, A. (2019). Kunyit (Curcuma domestica Val) Sebagai Obat Antipiretik. Jurnal Ilmu
Kedokteran dan Kesehatan, 6(2), 116-120.
Cahyaningrum, E. D. (2017). Pengaruh kompres bawang merah terhadap suhu tubuh anak
demam. Bidan Prada: Jurnal Publikasi Kebidanan Akbid YLPP Purwokerto.
Cahyaningrum, E. D., & Putri, D. (2017). Perbedaan Suhu Tubuh Anak Demam Sebelum dan
Setelah Kompres Bawang Merah. Jurnal Ilmiah Ilmu- Ilmu Kesehatan, V(2), 66-74.
ISSN: 2621- 2366.
Damayanti, S. D. (2020). Penerapan Kompres Bawang Merah Pada Anak Dengan Febris Di
Puskesmas Muara Bungo 1 (Doctoral dissertation, Universitas Perintis Indonesia).
Damayanti, E., Ma'ruf, W. F., & Wijayanti, I. (2014). Efektivitas Kunyit (Curcuma longa
Linn.) Sebagai Pereduksi Formalin Pada Udang Putih (Penaeus merguiensis)
Penyimpanan Suhu Dingin. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
Perikanan, 3(1), 98-107.
Fahryl, N., & Carolia, N. (2019). Kunyit (Curcuma domestica Val) sebagai Terapi Artritis
Gout. Jurnal Majority, 8(1), 251-255.
Guyton AC dan Hall JE. (2013). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-12. Jakarta: EGC.
Latief, A. (2012). Obat Tradisional. Jakarta: EGC.
Maharani, N. M. (2019). Pengaruh Kompres Bawang Merah terhadap Penurunan Suhu
Tubuh pada Pasien Demam Thypoid di RS PKU Muhammadiyah Gombong (Doctoral
dissertation, Stikes Muhammadiyah Gombong).
Mulyani, H., Widyastuti, S. H., & Ekowati, V. I. (2016). Tumbuhan herbal sebagai jamu
pengobatan tradisional terhadap penyakit dalam serat primbon jampi jawi jilid I. Jurnal
Penelitian Humaniora Uny, 21(2), 124817.
Mutia, V., & Oktarlina, R. Z. (2017). Efektivitas Daun Jarak Kepyar (Ricinus Communis L.)
Sebagai Anti-piretik. Jurnal Majority, 7(1), 36-41.
Pasaribu, S. (2017). Pengaruh Dosis Pupuk Kompos Gulma Siam Terhadap Pertumbuhan
Dan Hasil Tiga Varietas Bawang Merah (Doctoral dissertation, Universitas Mercu
Buana Yogyakarta).
Purwitasari, H., Yuliet, Y., & Ihwan, I. (2017). Efek Antipiretik Kombinasi Ekstrak Daun
Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata L.) Dan Ekstrak Daun Tembelekan (Lantana camara
L.) Pers. Terhadap Marmut (Cavia porcellus) Dengan Demam Yang Diinduksi
Pepton. Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal of Pharmacy)(e-Journal), 3(1),
43-48.
Rahayu, S. M. (2019). Tumbuhan Antipiretik Di Desa Sesaot, Kecamatan Narmada,
Kabupaten Lombok Barat. Pharmed: Journal of Pharmaceutical Science and Medical
Research, 2(2), 49-56.
Rezani, M. I., Safira, D., Khalidah, A. S., & Analita, R. N. (2020). Tanaman herbal cocor
bebek (kalanchoe pinnata (lam.) pers.) sebagai kompres dingin untuk menurunkan
demam: sebuah tinjauan. ISBN: 978-623-7533-51-1
Ridha, D. A. (2016). Pengaruh Getah Jarak Pagar (Jatropha curcas L) Terhadap
Penyembuhan Luka Pada Tikus (Rattus norvegcus) Strain Wistar (In Vivo) (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Suparni, I., & Kinoysan. (2012). Herbal Nusantara: 1001 Ramuan Tradisional Asli
Indonesia. Rapha Publishing.
Suproborini, A., Laksana, M. S. D., & Yudiantoro, D. F. (2018). Etnobotani Tanaman
Antipiretik Masyarakat Dusun Mesu Boto Jatiroto Wonogiri Jawa Tengah. Journal of
Pharmaceutical Science and Medical Research, 1(1), 1-11.
Susanti, D. S. (2015). Pemberian Berbagai Jenis Kompos Pada Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L) Di Kabupaten
Enrekang. Agricola, 5(1), 61-69.
Tambunan, L. R. (2019). Uji Efek Antipiretik Dekokta (Rebusan) Daun Cocor Bebek
(Kalanchoe Pinnata Lam) Pada Merpati (Columbia Livia) Parasetamol Sebagai
Pembanding.
Willyanto, J. R., Hamid, I. S., & Widodo, T. (2018). Uji antipiretik patch ekstrak etanol
bawang merah (Allium ascalonicum L.) dengan matriks chitosan dan Enhancer Tween-
80. Jurnal Farmasi Sains dan Terapan, 5(1), 53-58.
Yulandari, I., Mulyani, D. I., & Soedibyo, S. (2017). Persepsi Orangtua Mengenai Demam
dan Penggunaan Antipiretik: Studi Potong Lintang di RSUD Malingping dan RSUPN
Cipto Mangunkusumo. Cermin Dunia Kedokteran, 44(10), 677-683.