Anda di halaman 1dari 13

1

AKUNTABILITAS PENGGUNAAN DANA DESA DI INDONESIA


TAHUN 2015

Yanhar Jamaluddin
yanharja-ii@uisu.ac.id
FISIP Universitas Islam Sumatera Utara

ABSTRAK. Realita penggunaan dana desa pada tahun 2015 tidak dimanfaatkan dengan
baik karena tidak memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat. Hal ini disebabkan
oleh ketidaktahuan dan ketidakmampuan desa mengelola anggaran, kurangnya
kompetensi petugas pendamping, dan kurangnya pengembangan teknis pengelolaan
anggaran yang sesuai dengan anggaran nasional ke desa. Artikel ini mengacu pada isu
"Bagaimana pertanggungjawaban penggunaan dana desa dalam hal dimensi transparansi,
akuntabilitas, pengendalian, tanggung jawab, dan daya tanggap?".

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa "Akuntabilitas penggunaan dana desa tidak
optimal digunakan". Dengan demikian hal tersebut menimbulkan beberapa efek, yaitu:
a. Penduduk desa tidak mengerti substansi dana desa, sehingga masyarakat dalam
penggunaan dana desa masih rendah, b. Desa tidak dapat memprioritaskan penggunaan
anggaran secara akurat, dan c. Kebijakan program penganggaran tidak direncanakan
dan disusun berdasarkan kebutuhan dan tipologi desa yang sebenarnya. Akuntabilitas
penggunaan dana desa berguna untuk mengukur bahwa desa telah menggunakan dana
tersebut dengan baik, yang berarti bahwa hasil penggunaan dana desa oleh desa telah
dilakukan dan diberikan manfaat yang dipertanggungjawabkan kepada pemerintah, dan
akan menjadi Mudah bagi desa untuk mengendalikan anggaran.
 
Kata kunci: Akuntabilitas, Dana, Desa

Abstract.The reality use of village fund in 2015 was not well utilized because it did
not meet the expectations and the needs of the society. This was caused by
the ignorance and the incompetence of the village to manage the budget, the lack of
competence of escort officer, and the lack of technical development of budget
management as patterned in the  national budget to the village. This article refers to
the issue of "How is the accountability of  the use of the village fund in terms of the
dimensions of transparency, accountability, control, responsibility, and
responsiveness? ".

The findings of this research shows that "The Accountability of the use of the village
fund is not optimal in use". Thus it causes some effects, namely: a. Villagers do not
understand the substance of village fund, so the community involvement in the use of
village fund is still low, b. The village cannot prioritize the use of the
budget accurately, and c. The policy of budgeting program is not planned
and arranged based on the real needs and typology of the village. The acountability of
the use of the village fund is useful to measure that the village has used the fund
properly which means that the result of using the village fund by the village has made
and given benefits that are accounted for the government, and it will be easy for the
village to control the budget.
 
Keywords: Accountability, Fund, Village
2 ………Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol 7. No 1, Januari-Juni 2016.

I. PENDAHULUAN desa-perhatikan-tipologi-desa, diakses


pada tanggal 13/04/2016). Namun
A. Latar Belakang penggunaan dana Desa ternyata masih
menimbulkan permasalahan. Seperti
Mewujudkan Desa menjadi kuat, maju, hasil penelitian PATTIRO ; “ Ditemukan
mandiri, dan demokratis merupakan adanya penggunaan dana Desa yang
missi pemerintah saat ini. Pemerintah tidak sesuai peruntukkannya dan tidak
melakukannya dengan memberdayakan memberikan hasil yang signifikan bagi
peran dan potensi Desa, serta pembangunan Desa. Sekitar 6 % dana
mengalokasikan Dana Desa yang Desa dipergunakan tidak sesuai
Bersumber Dari Anggaran Pendapatan peruntukkannya selama tahun 2015 “
dan Belanja Negara. Program ini (dikutip dari :
dilegitimasi dalam Peraturan http://www.liputan6.com, pada tgl.
Pemerintah (PP) nomor 60 Tahun 2014 10/03/2016). Demikian pula penilaian
tentang Dana Desa yang Bersumber dari Komisi Pemberantasan Korupsi yang me-
Anggaran Pendapatan dan Belanja Warning ada 14 potensi permasalahan
Negara, juncto PP No. 22 Tahun 2015, dana Desa yang ditemukan pada empat
juncto PP No. 8 Tahun 2016. Program aspek, yakni aspek regulasi dan
dana Desa dimaksudkan “ untuk kelembagaan, aspek tatalaksana, aspek
mengoptimalkan : a. penyelenggaraan pengawasan, dan aspek sumberdaya
pemerintahan desa, b. pelaksanaan manusia “(sumber :
pembangunan desa, c. pembinaan http://www.antaranews.com/berita/50
kemasyarakatan desa, dan d. 1199/kpk--ada-14-potensi-
pemberdayaan masyarakat “. permasalahan-dana-desa tgl 12 Juni
Penggunaan dana desa pada intinya 2015, diakses tgl. 23/04/2016).
untuk membiayai program-program
penyelenggaraan peme-rintahan, Permasalahan ini membuktikan bahwa
pembangunan, pemberdayaan dana Desa yang telah dialokasikan,
masyarakat, dan kemasyarakatan. Oleh peruntukkan dan penggunaannya tidak
karenanya penggunaan dana Desa harus untuk membiayai program-program
lebih diprioritaskan untuk membiayai pembangunan Desa dan Pemberdayaan
program pembangunan Desa dan masyarakat Desa. Akibatnya
pemberdayaan masyarakat Desa, dengan berimplikasi terhadap belum
mengacu pada tingkat perkembangan terpenuhinya maksud pemerintah pusat
kemajuan Desa, yang meliputi kategori dan harapan masyarakat Desa agar
Desa Tertinggal, Desa Sangat Tertinggal, infrastruktur Desa lebih tersedia dan
Desa Berkembang, Desa Maju, dan Desa berpengaruh Terhadap peningkatan
Mandiri. ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Pengalokasian dana Desa pertama kali Berdasarkan fenomena tersebut, maka


dimulai pada tahun 2015. Pemerintah dapat diidentifikasi bahwa akuntabilitas
telah mengalokasikan dana Desa melalui penggunaan dana Desa belum optimal
APBN tahun anggaran 2015 sebesar Rp. dilakukan sebagaimana Permendagri
20,766,2 Triliun sehingga rata-rata per- Nomor 113 Tahun 2014 tentang
desa memperoleh Rp. 280,3 juta Penggunaan Keuangan Desa. Pada
(dikutip dari : permendagri tersebut dinyatakan bahwa
http://bisnis.liputan6.com/read, pada “ Keuangan Desa dikelola berdasarkan
tanggal 30/09/2015). Dana Desa asas-asas transparan, akuntabel,
tersebut dialokasikan secara bertahap partisipatif serta dilakukan dengan
ke 74.754 Desa di seluruh Indonesia tertib dan disiplin anggaran “. Jika
(dikutip dari ditelaah secara mendalam maka
http://www.kemendesa.go.id/index.ph fenomena ini erat kaitannya dengan
p/view/detil/1679/penggunaan-dana- akuntabilitas pemerintah Desa dalam

ADMINISTRATIO ISSN: 2087-0825


Yanhar Jamaludin, Akuntabilitas Penggunaan Dana Desa di Indonesia......... 3

menggunakan anggaran yang berasal presents a picture of types of people or


dari publik, serta melakukan tugas yang of social activities “. Sedangkan data
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan yang diperlukan terdiri dari data
publik. Primer dan data skunder. Data primer
diperoleh melalui observasi yang
Sebagaimana yang diungkapkan dilakukan dengan mengamati fenomena
Moncrieffe (2001) dalam Setiyono (2014: yang berkaitan dengan permasalahan,
183) “ Asas akuntabilitas publik pada sedangkan data skunder didapatkan
prinsipnya menggariskan bahwa siapa melalui literatur atau dokumen terkait
pun adanya, apakah perseorangan tentang akuntabilitas penggunaan dana
maupun lembaga yang diberikan Desa, buku-buku serta peraturan
wewenang oleh publik, memakai dan penggunaan keuangan Desa.
menggunakan fasilitas dan dana yang
berasal dari publik, harus bisa Selanjutnya pendekatan kualitatif
memberikan pertanggungjawaban digunakan untuk menganalisis data.
kepada publik terhadap segala sesuatu Tujuannya untuk menguraikan data
yang mereka gunakan“. Oleh sebab itu dalam bentuk kalimat yang teratur,
pertanggung-jawaban penggunaan dana runtun, logis, tidak tumpang tindih dan
desa merupakan proses kewajiban yang efektif sesuai dengan topik kajian
harus dilakukan Pemerintah Desa sehingga memudahkan pemahaman
kepada pemerintah pusat dan masya- dan interpretasi data.
rakat Desa secara adil, transparan, dan
akuntabel. Berdasarkan alasan akademik Analisis dengan cara tersebut juga
itulah fenomena ini relevan dan menarik bertujuan untuk menggali secara
untuk dianalisis dengan mengambil judul mendalam dan selektif data deskriptif
“Akuntabilitas Penggunaan Dana Desa atau lisan dari informan. Pertimbangan
Tahun 2015 “. yang mendasari digunakannya
pendekatan kualitatif, karena peneliti
B. Rumusan Masalah ingin men-deskripsikan fakta dan
fenomena akuntabilitas penggunaan
Berdasarkan latar belakang diatas, dana Desa. Sebagaimana defenisi
pernyataan masalah (problem penelitian kuali-tatif yang diungkapkan
statement) yaitu “Penggunaan dana Berg (2007 : 3 ), “ Qualitative research
desa belum optimal sesuai dimensi thus refers to the meaning, concepts,
akuntabilitas“. Merujuk pada defenition, characterictics, metaphors,
pernyataan masalah (problem symbols, and description of things “.
statement) tersebut, maka pertanyaan
masalah (research questions) adalah II. TINJAUAN PUSTAKA : Konsep
Bagaimana-kah akuntabilitas Akuntabilitas
penggunaan dana Desa ditinjau dari
dimensi transparansi, kewajiban, Akuntabilitas merupakan istilah yang
pengendalian, tanggung jawab, dan melekat dalam kajian tata
responsivitas? pemerintahan (Governance). Akunta-
bilitas memiliki beberapa makna yang
C. Metode terminologinya sering dikaitkan dengan
beberapa konsep seperti answerability,
Untuk menjawab permasalahan diatas responsibility, liability dan terminologi
penulis menggunakan metode lain yang berkaitan dengan harapan
penelitian Deskriptif. Menurut Neuman pemberi mandat dengan pelaksana
(2006 : 35) dalam Sugiyono (2014), mandat. Dalam konteks politik, secara
penelitian deskriptif sebagai presents a singkat accountability mencakup
picture of the spesific details of a harapan atau asumsi prilaku hubungan
situation, social setting or antara pemberi mandat dan penerima
relationship.... descriptive study mandat, sedangkan dalam konsep yang

ADMINISTRATIO ISSN: 2087-0825


4 ………Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol 7. No 1, Januari-Juni 2016.

lebih luas accountability memungkinkan memberikan kewenangan) kepada aktor


adanya negative feedback setelah lain yaitu penerima kewenangan
keputusan atau tindakan diambil, (birokrasi, pejabat publik). Dengan
sehingga accountability memiliki fungsi demikian peran akuntabilitas semakin
yang amat penting untuk mencegah memperjelas tugas, kewajiban dan hak
terjadinya penyalahgunaan fasilitas, para aktor karena pada dasarnya
sarana, dan anggaran publik oleh suatu hakekat akuntabilitas adalah penentuan
institusi (Setiyono, 2014: 181). kriteria atau kesepakatan yang jelas
dari para pihak, sifatnya, transparan,
Akuntabilitas tidak hanya dimaknai dari secara konsisten diimplementasikan,
konteks politik. Dalam konteks memunculkan inisiatif, mengidentifikasi
kebijakan pun dapat dilihat bagaimana tanggungjawab, serta mendorong
mandat itu dilaksanakan untuk partisipasi untuk perbaikan (Manar,
memenuhi aspirasi politik masyarakat. 2015: 786) .
Segala hal yang meliputi cara pilihan
kebijakan ditetapkan, cara kebijakan Sesuai perkembangan pemerintahan
dilaksanakan dan didelegasikan, saat ini, penerapan prinsip akuntabilitas
bagaimana kewenangan diberikan, dan menjadi syarat penting dan semakin
bagaimana program dilaksanakan adalah menguat tuntutannya untuk diterapkan
sepenuhnya berdasarkan pada konteks- diseluruh tingkatan pemerintahan.
tualitas politik. Jika pemahamannya Menurut pandangan yang dikemukakan
seperti itu maka konsep ini tidak lain oleh Koppel (2005) ; “ Akuntabilitas
merupakan konsekuensi politik dari secara tradisional dipahami sebagai alat
akuntabilitas. yang digunakan untuk mengawasi dan
mengarahkan perilaku administrasi
Sejalan dengan pemahaman diatas dengan cara memberikan kewajiban
berarti akuntabilitas menggambarkan untuk dapat memberikan jawaban
adanya proses dan hubungan antara (answerability) kepada sejumlah
pemilik kedaulatan yaitu rakyat dengan otoritas eksternal. Dalam arti yang
aktor-aktor lain seperti anggota paling fundamental, akuntabilitas pada
legislatif, pejabat pemerintah hingga publik merujuk kepada kemampuan
pelaksana kebijakan pada level yang menjawab seseorang terkait dengan
paling rendah. Pada hubungan ini kinerja yang diharapkan “. Menyimak
tercipta public accountability pendapat Koppel ini, berarti
(pertanggungjawaban publik) dari suatu akuntabilitas erat kaitannya dengan
institusi publik atas tindakannya yang perilaku administrasi yang wajib
mencerminkan kehendak dan keinginan dilakukan oleh penerima tanggung
rakyat yang disuarakan melalui lembaga jawab dalam menerima
perwakilan (Setiyono, 2014: 182). pertanggungjawaban dari pihak yang
Selanjutnya Bickers & Williams (2001) memiliki kedaulatan yaitu warga negara
mengutarakan “ pada negara dan sebagai owner, atas semua urusan
pemerintahan demokrasi, rakyat sebagai publik yang telah dimandatkan.
pemegang kedaulatan perlu mendapat Demikian pula pendapat Bovens (2003)
jaminan mekanisme bahwa pembuat “ Adapun akuntabilitas publik berkaitan
maupun pelaksana kebijakan tidak dengan urusan publik yang dilaksanakan
menyalahgunakan kewenangannya untuk oleh para pejabat publik “.
kepentingan mereka sendiri, yang pada
hakekatnya justru merugikan rakyat “. Dari beberapa pandangan diatas,
Akuntabilitas berhubungan dengan
Pada pemerintahan demokratis proses kewajiban institusi pemerintahan
serah terima mandat terjadi pada para maupun para aparatur untuk menjawab
aktor, seperti rakyat dengan wakil (obligation to answer) semua amanah
rakyat atau pada lingkup yang lebih yang diperoleh dari rakyat, kewenangan
besar antara pemilik kewenangan (yang dan capaian kinerjanya kepada

ADMINISTRATIO ISSN: 2087-0825


Yanhar Jamaludin, Akuntabilitas Penggunaan Dana Desa di Indonesia......... 5

masyarakat, bukan hanya sekedar performance ?” (apakah suatu


penyampaian laporan (giving an organisasi telah mengungkapkan
account), dan untuk membuat fakta-fakta kinerjanya kepada
kebijakan maupun melakukan aksi yang stakeholder dan publik)
sesuai dengan nilai yang berlaku  Kedua ; dimensi pertanggunganjawab
maupun sesuai kebutuhan masyarakat. merujuk pada “ Did the organization
Oleh karenanya, akuntabilitas publik face consequences for its
adalah mekanisme yang melibatkan performance?” (apakah suatu
rakyat – wakil rakyat – dan pejabat organisasi telah menyadari
publik sampai dengan penyedia layanan konsekuensi atas tindakan dan
publik yang berhadapan langsung aktivitasnya)
dengan rakyat.  Ketiga ; dimensi pengendalian
merujuk pada “ Did the organization
Akuntabilitas juga berkorelasi positif do what the principal (e.g.,
dalam penyelenggaran tata kelola congress, president) desired ? “
pemerintahan terutama membantu (apakah suatu organisasi telah
penerima tanggung-jawab dalam proses melakukan secara tepat apa yang
pengambilan keputusan yang tepat. diharapkan para pihak yang
Simon Joss (2010) mengatakan : “ berkepentingan)
Processes are also supposed to enhance  Keempat ; dimensi tanggungjawab
the legitimacy of decision-making and merujuk pada “ Did the organization
its outcomes through increased follow the rules ?” (apakah suatu
transparency, openness and organisasi telah mengikuti aturan-
accountability (on the link, at policy aturan hukum)
level, between accountability and ‘good  Kelima ; dimensi responsiveness
governance)”. Maknanya adalah bahwa merujuk pada “ Did the organization
untuk meningkatkan legitimasi dalam fulfill the substantive expectation
pengambilan keputusan, dapat (deman/need) ? “ (apakah organisasi
diperoleh hasilnya melalui transparansi, memenuhi harapan substantif yang
keterbukaan dan akuntabilitas. Keadaan disampaikan dalam bentuk kebutuhan
ini pun akan dapat membantu /permintaan)
terwujudnya suatu tata kelola
pemerintahan yang baik. III. PEMBAHASAN

Akuntabilitas sebagai sebuah pilar tata Seperti yang telah diuraikan sebelumnya
pemerintahan memiliki beberapa bahwa akuntabilitas memiliki lima
dimensi. Dimensi merupakan variabel dimensi yaitu transparansi, pertang-
yang dapat digunakan untuk mengukur gunganjawab, pengendalian, tanggung-
ketercapaian kinerja organisasi sektor jawab, dan responsivitas. Maka dalam
publik menjalankan fungsi, tugas dan bagian pembahasan ini akan dianalisis
tanggung-jawab. Salah seorang pencetus masing-masing dimensi akuntabilitas
dimensi akuntabilitas adalah Koppel dikaitkan dengan fenomena penggunaan
(2005 : 96) yang menyatakan ; “ The dana desa.
five dimensions of accountability
offered are transparency, liability, Transparansi :
controllability, responsibility, and Transparansi berarti keterbukaan
responsiveness “. Maknanya bahwa (openness). Menurut Birkinshaw (2006)
terdapat lima dimensi akuntabilitas, “Transparansi adalah pelaksanaan
yaitu transparansi, kewajiban, urusan publik dalam hal keterbukaan
pengendalian, tanggung jawab, dan yang bisa menjadi pengawasan publik “.
responsif. Selanjutnya seorang pakar transparansi
 Pertama ; Dimensi transparansi Florini (2007) dalam Subhan (2015: 811)
merujuk pada “ Did the organization mengartikan “ Transparansi sebagai
reveal the facts of its derajat ketersediaan informasi bagi

ADMINISTRATIO ISSN: 2087-0825


6 ………Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol 7. No 1, Januari-Juni 2016.

pihak luar (outsider) yang menjadikan Desa kurang mengetahui dan memahami
mereka mampu mengetahui proses substansi mengenai dana Desa,
pengambilan keputusan dan untuk penggunaannya untuk apa, dan siapa
menilai keputusan yang dibuat “. yang menjadi sasaran. Masyarakat Desa
Dengan demikian Transparansi dalam hanya tahu kalau dana Desa itu dikelola
konteks penggunaan dana Desa berarti oleh Kepala Desa. Akibatnya masyarakat
bentuk keterbukaan pemerintah Desa Desa kurang intens terlibat dalam
dalam mengungkapkan berbagai proses, seluruh rangkaian penggunaan dana
kegiatan dan hasilnya kepada Desa sehingga keterlibatan masyarakat
stakeholder dan masyarakat desa. menjadi minim dalam proses
Tujuannya agar masya-rakat desa dapat perencanaan dan pelaksanaan program
mengetahui sejauhmana kegiatan dan serta pengawasan anggaran. Bahkan
hasil pembangunan dengan mengunakan yang lebih ironis masyarakat Desa pun
dana Desa yang bersumber dari APBN itu cendrung mempercayakan sepenuhnya
telah dicapai. Transparansi juga berarti pengambilan keputusan kepada
adanya kesediaan pemerintah Desa pemerintah Desa, sehingga program-
dalam memberikan informasi yang program pemba-ngunan yang telah
terkait dengan penggunaan dana Desa dirumuskan oleh pemerintah Desa itu
khususnya kepada masyarakat Desa dan dengan mudah dapat ditetapkan.
kepada pihak-pihak yang membutuhkan Padahal belum tentu program-program
informasi. yang ditetapkan tersebut benar-benar
memenuhi harapan dan kebutuhan nyata
Beberapa manfaat yang didapat jika masyarakat.
transparansi ini dilaksanakan, antara
lain : Apa semestinya yang harus dilakukan ?
1. Menciptakan horizontal Sepatutnya pemerintah Desa harus
accountability antara pemerintah membuka ruang komunikasi yang lebih
Desa dengan penduduk Desa dan luas kepada masyarakat Desa dan pihak-
pihak-pihak lain sehingga tercipta pihak yang berkepentingan sehingga
pemerintahan yang transparan, dapat mengakses perkembangan
efisien, efektif dan responsif pembangunan yang menggunakan dana
terhadap aspirasi dan kepentingan Desa. Misalkan melalui kegiatan Rembug
masyarakat Desa. Desa, Silaturrahmi Program Desa atau
2. Menciptakan hubungan harmonis pun mengupayakan penyediaan jaringan
antara pemerintah Desa dengan teknologi informasi desa.
masyarakat Desa dalam mendukung
pengambilan keputusan yang Pertanggunganjawab :
ekonomis untuk kepentingan Makna Akuntabilitas pada dimensi ini
pemberdayaan masyarakat dan adalah menekankan Apakah pemerintah
pembangunan Desa. Desa telah menyadari konsekuensi atas
3. Membandingkan kinerja anggaran / tindakan dan aktivitasnya apabila
penggunaan anggaran dan untuk mematuhi atau tidak mematuhi
menilai kondisi dana dengan hasil ketentuan keuangan negara.
yang dicapai, sehingga berguna untuk Konsekuensi yang dimaksud berarti
menyusun prioritas anggaran untuk adanya pelaporan yang mutlak harus
mewujudkan program yang dipenuhi atas tindakan dan aktivitas
diprioritaskan. yang telah dilakukan dikarenakan
4. Sebagai kontrol publik terhadap pemerintah Desa menggunakan berbagai
pemerintah Desa sumber daya-sumber daya, aset maupun
anggaran. Terkait dengan dana Desa
Realita pada dimensi transparansi ini berarti terdapat pertanggunganjawab
dapat dikatakan transparansi secara legal pemerintah Desa dalam
pemerintah Desa belum optimal. menggunakan dana Desa sesuai dengan
Ditandai dengan mayoritas masyarakat peraturan pengelolaan keuangan Desa

ADMINISTRATIO ISSN: 2087-0825


Yanhar Jamaludin, Akuntabilitas Penggunaan Dana Desa di Indonesia......... 7

dan peraturan pengelolaan keuangan  Pada aspek pengawasan : KPK


negara. menekankan agar pemerintah
memerhatikan tiga masalah, yaitu
Bentuk konkrit pertanggunganjawabnya efektivitas pengawasan pengelolaan
itu adalah pelaporan administrative, keuangan, saluran pengaduan
yang berkaitan dengan sistem dan masyarakat belum dikelola dengan
prosedur tertentu. Implikasi dari baik serta evaluasi dan pengawasan
pelaporan administrative tentunya pemerintah daerah belum jelas.
menghasilkan penilaian atas keseluruhan  Pada aspek sumber daya manusia :
kinerja yang dilakukan. Dalam konteks KPK menemukan persoalan berupa
penggunaan anggaran, hasil penilaian adanya potensi korupsi tenaga
itu pemerintah akan mendapatkan “ pendamping dengan memanfaatkan
Opini terbaik / atau / Opini wajar tanpa lemahnya aparat desa.
pengecualian “ dari lembaga pemegang (http://www.antaranews.com/berit
otoritas keuangan negara. Biasanya a/501199/kpk--ada-14-potensi-
opini-opini tersebut akan saling berbeda permasalahan-dana-desa, diakses
pertimbangannya, bahkan substansinya 23/04/2016)
akan sampai pada temuan apakah
terdapat penyimpangan/ penyelewe- Berdasarkan dinamika tersebut, maka
ngan penggunaan anggaran. Contohnya akuntabilitas administrative
saja ketika KPK melakukan kajian mensyaratkan bahwa Kepala Desa
penggunaan dana Desa tahun 2015, dari sebagai pengambil keputusan,
kajian yang dilakukan sejak Januari berprilaku sesuai dengan mandat atau
2015, KPK menemukan 14 temuan pada kewenangan yang diterimanya. Syarat
empat aspek, yakni aspek regulasi dan dan ketentuan ini dapat dilihat dalam
kelembagaan, aspek tata laksana, aspek Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
pengawasan, dan aspek sumber daya 2014 – pasal 103 dan 104, yang intinya
manusia menyatakan “ Kepala Desa
(http://www.tribunnews.com/nasional/ menyampaikan laporan realisasi
2015/06/13/warning-kpk-ada-14- pelaksanaan APB Desa kepada
potensi-masalah-dana-desa) : Bupati/Walikota setiap semester
 Pada aspek regulasi dan kelembagaan berjalan, dan kepala Desa juga
: KPK menemukan sejumlah menyampaikan laporan pertanggung
persoalan, antara lain; Belum jawaban realisasi pelaksanaan APB Desa
lengkapnya regulasi dan petunjuk kepada Bupati/Walikota setiap akhir
teknis pelaksanaan yang diperlukan tahun anggaran” . Demikian pula ketika
dalam pengelolaan keuangan desa. kepala Desa akan merencanakan
 Pada aspek tata laksana : terdapat penggunaan dana Desa dan merumuskan
lima persoalan, antara lain Kerangka kebijakan anggaran Desa secara yuridis
waktu siklus pengelolaan anggaran formal harus mengikuti kebijakan dan
desa sulit dipatuhi oleh desa; Satuan petunjuk pelaksanaan yang telah
harga baku barang/jasa yang ditentukan, serta disusun dan
dijadikan acuan bagi desa dalam ditetapkan bersama-sama dengan BPD
menyusun APBDesa belum tersedia; melalui musyawarah Desa, dan hasilnya
Transparansi rencana penggunaan harus dapat diakses dan
dan pertanggungjawaban APBDesa dikomunikasikan secara vertikal dan
masih rendah; Laporan horizontal dengan baik kepada
pertanggungjawaban yang dibuat pemerintah pusat, masyarakat Desa
desa belum mengikuti standar dan maupun pihak-pihak berkepentingan
rawan manipulasi; serta APBDesa lainnya.
yang disusun tidak sepenuhnya
menggambarkan kebutuhan yang Dari pemahaman tersebut, maka peme-
diperlukan desa. rintah Desa yang bertanggung jawab
adalah pemerintah Desa yang

ADMINISTRATIO ISSN: 2087-0825


8 ………Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol 7. No 1, Januari-Juni 2016.

mempertanggung-jawabkan terhadap penting karena anggaran yang tidak


segala prilaku, sikap, dan tindakan efektif dan tidak berorientasi pada
kerjanya . Karena itu proses penggunaan kinerja akan dapat menggagalkan
dana Desa sejauh ini dapat dikatakan perencanaan yang telah disusun.
kurang akuntabel, karena masyarakat
Desa kurang aktif dilibatkan dalam Pengalaman menunjukkan bahwa
MUSRENBANGDes dan pemerintah Desa setahun pengalokasian dana Desa
pun kurang transparan dalam memper- akuntabilitas anggaran bisa dilihat dari
tanggungjawabkan penggunaan dana banyaknya dana yang tidak terserap
Desa. dengan nilai SILPA (sisa lebih
penggunaan anggaran) rata-rata tinggi
Pengendalian : di Desa, belum lagi banyak Pemerintah
Dimensi pengendalian menekankan Daerah yang kemudian menyimpan
“apakah suatu organisasi telah dananya dalam SBI dari pada untuk
melakukan secara tepat apa yang merealisasi-kannya ke Desa. Persoalan
diharapkan para pihak yang lain juga adalah banyak alokasi
berkepentingan “. Dapat dikatakan anggaran yang tidak efektif
bahwa dimensi ini berkaitan dengan penggunaannya dan bukan untuk belanja
etika penyelenggara pemerintahan pembangunan dan pemberdayaan
(Ethical Accountability). Jika Etika masyarakat yang langsung dapat
penyelenggara dikaitkan dengan dinikmati oleh masyarakat desa. Jika
penggunaan dana Desa, berarti terdapat hal ini terjadi, maka berdasarkan PP no.
norma dan aturan yang dipedomani dan 22 Tahun 2015 (pasal 27) menegaskan ;
dilaksanakan oleh perangkat Desa dalam a. Apabila terdapat SiLPA dana desa
proses penganggaran dimulai ketika lebih dari 30% pada tahun anggaran
perumusan strategi dan hingga sebelumnya, Bupati/Walikota
perencanaan strategi telah selesai membe-rikan sanksi administratif
dilakukan. kepada Desa yang bersangkutan,
berupa penundaan penyaluran Dana
Patut dipahami bahwa penganggaran Desa tahap I (40%) tahun anggaran
atau Anggaran merupakan artikulasi dari berjalan sebesar SiLPA Dana Desa.
hasil perumusan strategi dan b. Apabila pada tahun anggaran
perencanaan strategik yang telah berjalan masih terdapat SiLPA Dana
dibuat. Anggaran sektor publik yang Desa lebih dari 30%, Bupati/Walikota
berasal dari dana Desa pun harus dapat akan memberikan sanksi administratif
memenuhi kriteria, antara lain: kepada Desa yang bersangkutan
merefleksikan perubahan prioritas berupa pemotongan Dana Desa tahun
kebutuhan dan keinginan masyarakat anggaran berikutnya sebesar SiLPA
serta menentukan penerimaan dan Dana Desa tahun berjalan.
pengeluaran pemerintah Desa.
Berdasarkan pemahaman diatas, berarti
Anggaran disusun adalah untuk pemerintah desa dituntut agar
membantu menentukan tingkat beraktivitas secara cermat dan tepat
kebutuhan masyarakat agar terjamin menggunakan anggaran dana Desa
secara layak. Anggaran sektor publik dengan semaksimal mungkin
merupakan instrument akuntabilitas berdasarkan skala prioritas dalam upaya
atas pengelolaan dana publik dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
pelaksanaan program-program yang Untuk mencapai hal tersebut, peme-
dibiayai dari uang publik (Mardiasmo, rintah Desa harus mengedepankan etika
2005; 61). Penganggaran sektor publik dan prilaku pro-public. Pemikiran diatas
terkait dalam proses penentuan jumlah ada benarnya, ketika fenomena
alokasi dana untuk tiap-tiap program penggunaan dana desa nyata-nyata
dan aktivitas dalam satuan moneter. terjadi penggunaan yang tidak sesuai
Tahap pengang-garan menjadi sangat peruntukkan.

ADMINISTRATIO ISSN: 2087-0825


Yanhar Jamaludin, Akuntabilitas Penggunaan Dana Desa di Indonesia......... 9

Lebih lanjut sebagaimana diatur dalam


Hal ini mengindikasikan bahwa PP No. 60 Tahun 2014 tentang Dana
perangkat desa berupaya hanya untuk Desa yang bersumber dari Anggaran
mencapai kepentingan pribadi semata Pendapatan dan Belanja Negara,
tanpa memperhitungkan dampaknya disebutkan bahwa ;
bagi kepentingan masyarakat secara a. Dana Desa dikelola secara tertib, taat
menye-luruh. Alhasil kepuasan dan pada ketentuan peraturan
manfaat program yang dicapai tidak perundang-undangan, efisien, ekono-
menyentuh langsung ke masyarakat. mis, efektif, transparan, dan
Begitu juga dalam konteks kajian bertanggungjawab dengan memper-
Perilaku ; Mengapa perangkat desa hatikan rasa keadilan dan kepatutan
bekerja untuk kepentingan pribadi ? serta mengutamakan kepentingan
Asumsinya adalah bahwa perangkat Desa masyarakat setempat.
selalu berkeinginan untuk meningkatkan b. Dana Desa digunakan untuk
pencapaian kepentingan pribadi. membiayai penyelenggaraan
Perangkat Desa mengharapkan dengan pemerintahan, pemba-ngunan,
pengalokasian dana Desa akan pemberdayaan masyarakat, dan
menguntungkan dirinya, baik sebagai kemasyarakatan. Namun penggunaan
pembuat kebijakan ataupun pelaksana dana Desa diprioritaskan untuk
kebijakan. Dalam membuat kebijakan membiayai pembangunan dan
penggunaan dana Desa, perangkat Desa pemberdayaan masyarakat, antara
akan menghindari konten kebijakan lain pemba-ngunan pelayanan dasar
yang mungkin merugikan pihaknya, dan pendidikan, kesehatan, dan
sebaliknya berusaha merumuskan infrastruktur. Dalam rangka
konten kebijakan yang menguntungkan pengentasan masyarakat miskin, dana
kelompok-nya sehingga tersusunlah Desa juga dapat digunakan untuk
kebijakan yang sesuai dengan memenuhi kebutu-han primer
kepentingan perangkat Desa pangan, sandang, dan papan
(Jamaluddin, 2016). masyarakat. Penggunaan dana Desa
untuk kegiatan yang tidak
Tanggungjawab : diprioritaskan dapat dilakukan
Dimensi tanggungjawab menekankan sepanjang kegiatan pembangunan
akuntabilitas sebagai tindakan menilai dan pemberdayaan masyarakat telah
sejauhmana tingkat kepatuhan terpenuhi.
pemerintah Desa terhadap peraturan
hukum dan perundang-undangan. Sedangkan tujuan penggunaan dana
Akuntabel juga berarti membantu Desa sebagaimana disebutkan dalam
pemerintahan Desa dalam mengen- Permendesa No. 5/2015 tentang
dalikan penerimaan dan pengeluaran Prioritas penggunaan dana Desa tahun
Desa secermat mungkin, atau sesegera 2015, adalah untuk :
mungkin dapat dicari penyebab a. Menanggulangi kemiskinan dan
timbulnya varians (selisih) dan tindakan mengurangi kesenjangan ;
antisipasi anggaran sehingga dapat b. Meningkatkan perencanaan dan
dihindari pemborosan dan penggunaan penganggaran pembangunan ditingkat
anggaran/ dana yang tidak tepat Desa dan pemberdayaan masyarakat ;
peruntukkannya. c. Meningkatkan pembangunan
infrastruktur pedesaan ;
Dana Desa sebagaimana disebutkan d. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai
dalam UU No. 6 Tahun 2014 tentang keagamaan, sosial budaya dalam
Desa, merupakan salah satu sumber rangka mewujudkan peningkatan
pendapatan Desa yang bersumber dari kesejahteraan sosial ;
alokasi anggaran transfer dari APBN dan e. Meningkatkan ketentraman dan
digunakan untuk mendanai kegiatan keterlibatan masyarakat ;
penyelenggaraan pemerintahan Desa.

ADMINISTRATIO ISSN: 2087-0825


10 ………Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol 7. No 1, Januari-Juni 2016.

f. Meningkatkan pelayanan kepada yang ditandai dengan keinginan


masyarakat desa dalam rangka melayani customer dengan cepat “.
pengembangan kegiatan sosial dan Sedangkan menurut Dwiyanto (2008 :
ekonomi masyarakat. 147), “Pelayanan yang responsive
g. Mendorong peningkatan keswadayaan adalah kemampuan organisasi untuk
dan gotong royong masyarakat ; mengidentifikasi kebutuhan masyarakat,
h. Meningkatkan pendapatan Desa dan menyusun prioritas kebutuhan, dan
masyarakat Desa melalui Badan mengembangkannya kedalam berbagai
Usaha Milik Desa. program layanan “. Sementara itu
Lenvine dalam Dwiyanto (2003: 7)
Memperhatikan aturan formal diatas mengemukakan “Responsivitas merupa-
maka dapat diinterpretasikan bahwa kan indikator kinerja birokrasi, adalah
implemen-tasi penggunaan dana Desa kemampuan organisasi dalam menja-
pada 2015 belum sepenuhnya mengikuti lankan tugas dan missinya “. Dari
aturan-aturan yang telah ditetapkan. pandangan tersebut dan jika dikaitkan
Terbukti masih terdapat sebahagian dengan dana Desa maka responsivitas
desa menggunakan dana desa tidak berarti sejauhmana kemampuan
sesuai peruntukkannya, spt. Membangun pemerintah desa memenuhi skala
balai desa dan lapangan sepakbola. Jika prioritas kebutuhan masyarakat dengan
itu terjadi maka tujuan penggunaan cepat melalui anggaran yang berasal
dana desa untuk menanggulangi dari publik.
kemiskinan, meningkatkan pendapatan
desa dan masyarakat desa, mening- Menyelusuri sejarah perkembangan
katkan keswadayaan dan gotong royong pengalokasian anggaran yang dialoka-
masyarakat pun tidak akan tercapai. sikan ke desa sebenarnya telah dimulai
Oleh sebab itu sesuai dengan kewe- sejak masa pemerintahan orde baru.
nangan yang dimiliki Desa, pemerintah Dana Desa sebetulnya merupakan
Desa harus terlebih dahulu membuat program lanjutan dari alokasi Dana Desa
kebijakan perencanaan program dan (disingkat ADD). Program ADD sendiri
anggaran untuk melaksanakan kewe- muncul sejak dikeluarkannya Undang-
nangannya, menetapkan skala prioritas Undang Nomor 32 Tahun 2004, dimana
penggunaan dana Desa berdasarkan ADD dialokasikan dari Anggaran
kebutuhan nyata dan tipologi desa yang Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),
mendukung program pembangunan dan dan sebelum program ADD juga telah
pemberdayaan masyarakat Desa. ada program Dana Bantuan Desa yang
bergulir sejak tahun 1969 yang
Responsivitas : disediakan oleh pemerintah pusat dalam
Dimensi responsivitas menekankan bentuk Inpres Pembangunan Desa
apakah organisasi memenuhi harapan (Solekhan, 2014 : 87).
substantif yang disampaikan dalam
bentuk kebutuhan dan permintaan. Dari catatan ini sesungguhnya tersirat
Output-nya adalah tercapainya harapan besarnya harapan dan tuntutan
masyarakat yaitu terpenuhinya masyarakat kepada pemerintah Desa
kebutuhan hidup mereka. Secara sejak masa orde baru hingga ke masa
implisit, dimensi ini mengungkapkan pasca reformasi saat ini. Harapan dan
adanya proses dan aktivitas yang tuntutan itu adalah bagaimana agar
terjalin antara pemerintah desa sebagai kebutuhan dasar dan sangat vital bagi
penyedia layanan dalam memenuhi masyarakat dapat terpenuhi, dalam
kebutuhan masyarakat dengan bentuk tersedianya fasilitas, layanan
masyarakat sebagai penerima layanan. dan infrastruktur desa yang dapat
Jika dimensi ini dilihat dari konteks mendukung meningkatnya produksi
pelayanan, maka menurut Fitzsimmons pertanian, perikanan dan perekonomian
dalam Sinambela (2008 : 7), “ warga serta membaiknya tingkat
Responsivitas berarti suatu tindakan kesejahteraan masyarakat seperti

ADMINISTRATIO ISSN: 2087-0825


Yanhar Jamaludin, Akuntabilitas Penggunaan Dana Desa di Indonesia......... 11

jalan, jembatan, irigasi, layanan dari pihak luar yang berfungsi sebagai
pendidikan dan kesehatan. mitra perangkat Desa. Dalam
pelaksanaannya pendampingan ini dapat
Selama kurun waktu 2015 ternyata disinergikan dengan Program INKUBASI,
penggunaan dana desa belum yaitu program pembinaan yang
sepenuhnya mampu memenuhi harapan bersinergi antara pemerintah Desa
dan kebutuhan dasar masyarakat desa. dengan pihak terkait. Tujuan yang
Situasi ini terjadi disebabkan oleh diharapkan dalam program ini adalah
berbagai faktor antara lain; untuk menaikkan performa dan
a. Ketidakpahaman perangkat Desa ; keberdayaan perangkat Desa.
dana desa untuk apa bagaimana
menggunakannya dan sasarannya Proses pembelajaran dan pendampingan
siapa. pada akhirnya menjadi strategi
b. Ketidakmampuan perangkat Desa ; perangkat Desa untuk meningkatkan
mengidentifikasi kebutuhan, menyu- pengetahuan dan kompetensi teknisnya.
sun skala prioritas, menyusun Dengan demikian perangkat Desa yang
rencana program dan anggaran, memiliki pengetahuan dan kompetensi
menyusun strategi pelibatan yang optimal akan menjadi modal kuat
masyarakat, dan pelaksanaan untuk mewujudkan perannya dalam
program. memenuhi harapan masyarakat. Dalam
c. Minimnya kompetensi petugas istilah manajemen sumberdaya manusia
pendampingan, dan pekerja seperti ini disebut sebagai
d. Minimnya pembinaan ketrampilan human capital.
teknis penggunaan anggaran mengi-
kuti pola APBN bagi perangkat desa . Sebagaimana diungkapkan Agung (2007 :
28), “ Kompetensi human capital yang
Agar dimensi responsivitas ini terwujud, berfokus pada personal attribute yaitu
setidak-tidaknya perangkat Desa harus berorientasi pada hasil dan integritas
meningkatkan pengetahuan dan yang diwujudkan dalam komitmen
kemampuan teknisnya melalui program dalam bekerja. Dengan motivasi
pembelajaran dan pendampingan. berorientasi pada hasil, secara
sederhana karakter yang diharapkan
Proses Pembelajaran ditujukan untuk adalah suka memperhatikan hasil yang
memelihara potensi manusia dan untuk akan dicapai “
meningkatkan kualitas manusia. Dalam
proses pembelajaran terdapat dua IV. PENUTUP
kegiatan : a. Pembinaan, dimana A. Kesimpulan
dengan tindakan yang dilakukan orang-
orang dapat lebih berdaya guna dan Berdasarkan pembahasan pada bagian III
mempunyai kekuatan, dan b. diatas, maka dapat ditarik beberapa
Pengembangan; suatu proses mening- kesimpulan, antara lain ;
katkan kemampuan yang dimiliki orang- 1. Dana Desa yang bersumber dari
orang dalam rangka mencapai tujuan Anggaran Pendapatan dan Belanja
organisasi, terutama dalam mengatasi Negara adalah dalam rangka
dan menyelesaikan permasalahan di mewujudkan desa menjadi kuat,
masya-rakat. Sedangkan proses maju, mandiri, dan demokratis
pendampingan dimaksudkan agar sedangkan penggunaannya dipriori-
perangkat Desa terkawal secara efektif taskan untuk membiayai program
dan memiliki pengetahuan dan pembangunan dan pemberdayaan
ketrampilan baru. Para pendamping pun masyarakat desa.
ditugaskan mengajarkan hal-hal teknis 2. Penggunaan dana Desa tahun 2015
untuk penguatan sumberdaya perangkat belum optimal dan tidak sesuai
Desa agar menjadi maju, kuat, dan peruntukkannya sehingga hasilnya
mandiri. Pendampingan dapat berasal tidak sepenuhnya mampu memenuhi

ADMINISTRATIO ISSN: 2087-0825


12 ………Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol 7. No 1, Januari-Juni 2016.

harapan dan kebutuhan dasar sebagai bentuk transparansi kepada


masyarakat. Faktor penyebabnya masyarakat, seperti melalui kegiatan
antara lain ketidakpahaman dan Rembug Desa, Silaturrahmi Program
ketidakmampuan perangkat desa Desa, atau bila mungkin menyediakan
mengelola anggaran, minimnya akses jaringan teknologi informasi
ketersediaan petugas pendampingan dana Desa.
yang berkompeten, dan masih 2) Perlu pembinaan ketrampilan teknis
minimnya pembinaan teknis tentang secara berkelanjutan bagi perangkat
pengelolaan anggaran mengikuti pola Desa dalam hal :
APBN kepada perangkat Desa. a. Penyusunan kebijakan dan peren-
3. Akuntabilitas penggunaan dana Desa canaan (skala prioritas) program/
belum optimal berdasarkan dimensi anggaran berdasarkan kebutuhan
transparansi, pertanggunganjawab, nyata dan tipologi desa.
pengendalian, tanggungjawab, dan b. Penyusunan laporan pertang-
responsivitas, akibatnya ; gungjawaban penggunaan dana
a. Masyarakat desa kurang memahami Desa yang akuntabel mengikuti
substansi penting mengenai dana pola APBN.
desa sehingga keterlibatan DAFTAR KEPUSTAKAAN
masyarakat dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan Buku :
penggunaan dana desa masih rendah
b. Perangkat desa tidak cermat dalam Agung, A.M. Lilik, 2007, Human Capital
memprioritaskan penggunaan dana Competencies, Jakarta; Elex
untuk memenuhi kebutuhan dan Media Komputindo
layanan dasar masyarakat desa yang
mayoritas hidup pada sektor Berg, Bruce L, 2007, Qualitative
pertanian dan perikanan. Prilaku ini Research for The Social Sciences,
mengindikasikan bahwa perangkat Boston:Pearson Education, Inc.
desa dalam menjalankan
kewenangannya hanya untuk Bickert, Kenneth, N. Williams, John, T.,
memenuhi kepentingan pribadi tanpa 2001, Public Policy Analysis: A
memperhitungkan dampaknya bagi Political Economic Approach,
kepentingan masyarakat secara New York: Houghton Mifflin
keseluruhan. Company
c. Kebijakan dan perencanaan program
-anggaran tidak tersusun berdasarkan Birkinshaw, Patrick J, 2006,
kebutuhan nyata dan tipologi desa. Transparency as a Human Right
4. Penggunaan dana desa yang (dalam Hood, C. dan Heald, D :
Akuntabel bermanfaat sebagai alat Transparency, The Key to Better
ukur kepatuhan pemerintah desa Governance ?, Oxford: Oxford
terhadap penggunaan anggaran, hasil University Press.
dan manfaat yang dapat
dipertanggungjawabkan, dan Dwiyanto, Agus, 2003, Reformasi
membantu pemerintah Desa dalam Birokrasi Publik Indonesia,
mengendalikan anggaran. Yogyakarta: Pusat Media

B. Rekomendasi Dwiyanto, Agus, 2008, Mewujudkan


Good Governance Melalui
Untuk mewujudkan akuntabilitas Pelayanan Publik, Yogyakarta:
penggunaan dana Desa yang optimal, Gadjah Mada University Press.
berikut direkomendasikan :
1) Pemerintah Desa perlu menyediakan Sinambela, Lijan Poltak, 2008,
media komunikasi dan informasi Reformasi Pelayanan Publik :
pembangunan desa seluas-luasnya Teori, Kebijakan, dan

ADMINISTRATIO ISSN: 2087-0825


Yanhar Jamaludin, Akuntabilitas Penggunaan Dana Desa di Indonesia......... 13

Implementasi, Jakarta: Raja


Grafindo Persada. Peraturan Perundang-undangan :

Setiyono, Budi, 2014, Pemerintahan dan  Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014


Manajemen Sektor Publik, tentang Desa.
Yogyakarta: CAPS  Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang Peraturan
Solekhan, Moch, 2014, Penyelenggaraan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6
Pemerintahan Desa, Malang; Tahun 2014 tentang Desa
Setara Press.  Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2014 tentang Dana Desa yang
Sugiyono, 2014, Metode Penelitian bersumber dari Anggaran Pendapatan
Administrasi, Bandung; Alfabeta dan Belanja Negara
 Permendagri RI Nomor 113 Tahun
2014 tentang Penggunaan Keuangan
Desa
Artikel :  Peraturan Menteri Desa-PDT No. 5
Tahun 2015 tentang Penetapan
Bovens, Mark, 2003, Public Prioritas Penggunaan Dana Desa
Accountability, presentation Tahun 2015.
paper on EGPA Annual  Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun
Conference, Portugal, September 2015 tentang Perubahan pertama
2003 Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2014 tentang Dana Desa yang
Jamaluddin, Yanhar, 2016, Kebijakan bersumber dari APBN
Dana Desa dalam Perspektif
Teori Pilihan Rasional, Makassar: Internet :
Prosiding ICMR - Fisip Universitas
Hasanuddin.  http://bisnis.liputan6.com/read,
30/09/2015
Koppel, J. GS. 2005, Pathologies of  http://www.liputan6.com, pada tgl.
Accountability : ICANN and The 10/03/2016).
Challenge of Multiple  http://www.kemendesa.go.id/index.
Accountabilities Disorder, Public php/view/detil/1679/penggunaan-
Administration Review, Vol.65 dana-desa-perhatikan-tipologi-desa,
No.1 diakses pada tanggal 13/04/2016).
 http://www.tribunnews.com/nasiona
Manar, Dzunuwanus Ghulam, 2015, l/2015/06/13/warning-kpk-ada-14-
Mempertegas Akuntabilitas, potensi-masalah-dana-desa,
Bandung; Prosiding Fisip Unikom  http://www.antaranews.com/berita/
501199/kpk--ada-14-potensi-
Simon Joss : 2010, Accountable permasalahan-dana-desa,diakses
Governance, Accountable 23/04/2016
Sustainability? A Case Study of
Accountability in the
Governance for Sustainability,
Environmental Policy and
Governance No. 20, 408–421

Subhan, Ahmad (2015), Jaringan


Transparansi Pemerintahan
Multi Arah, Bandung: Prosiding -
FISIP Universitas Komputer.

ADMINISTRATIO ISSN: 2087-0825

Anda mungkin juga menyukai