MANAJEMEN
KOMPENSASI DAN
HUBUNGAN
INDUSTRIAL
10
Fakultas Ekonomi Manajemen Mochamad Soelton, S.Psi.,MM.,CHRMP,
dan Bisnis Psikolog
Abstract Kompetensi
Perkuliahan membahas masalah Mahasiswa memahami ketentuan-
manajemen pengupahan, dalam hal ini ketentuan kompensasi, faktor-faktor
mahasiswa mempelajari bagaimana penentuan kompensasi, serta memiliki
manajemen pengupahan dilaksanakan kemampuan untuk melaksanakan
dengan baik agar membantu efektivitas kegiatan pengelolaan system
dan efisiensi perusahaan, sehingga kompensasi dalam organisasi
membantu terciptanya tujuan perusahaan.
perusahaan..
BAHAN KAJIAN
Strategi kebijakan peninjauan upah dan gaji
Kenaikan gaji umum
Kenaikan gaji perorangan
Kenaikan gaji/upah dan produktivitas
Mengatasi beban kenaikan gaji/upah di masa kritis
Upah/gaji pekerja dan karyawan bisa maju (naik) melalui beberapa jalur atau cara. Di
lingkungan perusahaan swasta, terutama perusahaan yang besar yang telah menerapkan
manajemen sumber daya manusia yang lebih canggih, biasanya terdapat beberapa cara
untuk menyelesaikan upah dan gaji pekerja dan karyawan tergantung dari strategi dan
kebijakan yang mereka terapkan. Yang paling umum terjadi adalah 2 (dua) cara yaitu
”Kenaikan Bersifat Umum” (general salery increase), dan “Kenaikan Perseorangan”
(individual increase).
Istilah kenaikan gaji yang bersifat umum yang biasa digunakan di perusahaan
besar terutama perusahaan internasional adalah ” general salery increase” .
Kenaikan ini berlaku atau diberikan untuk semua karyawan dari semua tingkatan,
maka disebut ”Kenaikan Umum” atau Across the Board Increase”. Dasar (alasan) dari
kenaikan umum biasa salah satu dari hal berikut:
prestasi kerja
promosi
masa kerja
Tetapi, bila pada suatu saat negara dilanda byper inflation seperti terjadi
pada tahun 1998, kenaikan sebesar itu akan dicibir! Anggaran untuk kenaikan
gaji/upah atas dasar merit biasanya setelah dari anggaran sebesar 20%,
perusahaan harus menganggarkan sekitar 10% dari total biaya upah/gaji untuk
merit saja. Dengan demikian, bila kebiasaan memberikan kenaikan merit ini akan
diperhatikan, perusahaan tersebut harus menyediakan anggaran sebesar 30%
dari jumlah biaya gaj/upah.
Selain itu, sekali lagi harus dingat bahwa sistem kenaikan gaji berdasarkan
merit lebih tepat bagi perusahaan yang mendorong karyawannya untuk bersaing
secara individu. Bagi perusahaan yang menekankan ”semangat kerja sama” dan
kelompok kerja, sistem merit sangat tergantung dengan falsafah yang dianut.
Kesulitan akan dihadapi terutama dalam menerapkan sistem merit pada
kelompok tenaga sebuah team kerja yang solid. Prestasi kerja karyawan
kelompok tenaga pelaksana atau tenaga profesional yang harus bekerja sebagai
3.1 Keuntungan
1. Pekerja mendapat kaminan bahwa daya belinya akan terpelihara dan tidak
perlu mengajukan permintaan atau tuntutan, apabila tertekan
2. Karena kepastian tersebut, tidak akan menjadi ketegangan dalam hubungan
antara pengusaha/pimpinan perusahaan dan pekerja/organisasi pekerja, dan
waktu produktif tidak terbuang percuma untuk negosiasi yang tidak perlu!
3. Perusahaan dengan mudah memperhitungkan besarnmya kenaikan upah
yang perlu diberikan dan memasukannya dalam anggaran tahunan
perusahaan.
3.2 Kerugian
Kesulitan yang disebut dalam butir 3 (tiga) di atas akan lebih besar lagi bila
ketentuan dalam KKB berbunyi bahwa IHK mencapai tingkat tertentu (misalnya 3 atau
6%) perusahaan harus memberikan kenaikan upah/gaji secara otomatis sebesar IHK
a. Bila dalam dua atau tiga tahun lagi situasi menjadi kembali ”mendekati normal”
(tidak mungkin kembali ke 100% seperti sebelum ”Krismon”), tingkat upah dan gaji
sudah sedemikian tinggi dan karyawan menjadi overpaid dan beban perusahaan
menjadi sangat besar.
b. Komponen biaya personel lain yang biasanya didasarkan pada upah/gaji pokok
seperti iuran JAMSOSTEK, Permi upah lembur, Tunjangan Hari Raya, dan
tunjangan lain yang besarnya berupa persentase dari upah/gaji pokok akan turut
naik. Dengan demikian, seluruh biaya personel akan sangat membengkak.
c. Kenaikan upah rata-rata sebesar 7% setiap kali, dalam 6 kali jumlahnya bukan
6x7% atau 42% tetapi telah mencapai kira-kira 46% karena harus dihitung secara
compounded. Bukankah ini merupakan beban jangka panjang yang berat?
d. Pemberian kenaikan upah/gaji berbentuk presentase yang merata untuk semua
tingkatan justru akan merugikan pekerja pada tingkaan bawah dalam struktur
organisasi dan dalam struktur skala upah/gaji. Bila besarnya upah rata-rata
karyawan golongan terendah misalnya Rp. 250.000 perbulan, dan gaji karyawan
tingkat supervisor adalah Rp. 1.000.000 per bulan, maka selisihnya sekarang
adalah Rp. 750.000. bila semua dinaikan 40%, upah terendah hanya menjadi Rp.
350.000 sedangkan upah supervisor menjadi Rp. 1.400.000, dan selisihnya
sekarang menjadi Rp. 1.050.000 atau bertambah lebar dari Rp. 300.000 atau
hampir sama dengan gaji sebulan karyawan terendah. Dari contoh itu terlihat
bahwa karyawan golongan atas sebenarnya mendapatkan tambahan gaji lebih
besar daipada yang dibawah! Apakah ini yang diinginkan oleh semua orang?
Ditinjau dari keinginan pemerintah dan pekerja untuk memperkecil kesenjangan
sosial, keputusan 9dan tntutan kepada perusahaan) untuk memberikan kenaikan
upah/gaji seperti itu justru bersifat asosial! Karena itu, selalu dianjurkan aga bila
pemberian kenaikan upah/gaji umum berbentuk presentase, besarnya harus
berbeda antara kelompok atas (pimpinan) dan kelompok pekerja pelaksana.
Kelompok atas harus menerima presentase yang lebih kecil, antara 60% atau 75%
dari yang diberikan kepada pekerja pelaksana. Dengan demikian bila karyawan
Kenaikan upah umum sebaiknya di musyawarahkan setiap tahun sekali dan yang
menjadi dasar bagi pembicaraan tentang kenaikan upah adalah tingkat kenaikan
produktivitas dan efisiensi yang dicapai, seperti dilakukan oleh beberapa perusahaan
tertentu di Indonesia dan sudah menjadinorma di negara yang lebih maju seperti
Singapura dan Malaysia. Jadi, kenaikan gaji atau upah secara umum itu mestinya
dikaitkan dengan peningkatan produktivitas.
Dalam situasi krisis seperti sekarang yang di Indonesia sudah berjalan dua tahun
lebih, para manajer dan direktur Sumber Daya Manusia dituntut untuk semangat kreatif
dan inovatif untuk mencari trobosan. Mereka harus menemukan cara yang tidak
enyimpang dari ketentuan normatif, wajar/layak, dan dapat menyelamatkan
perusahaan.
Terobosan ini mungkin hanya dapat diterima oleh karyawan staf senior dan
manajerial yang dimaksudkan untuk mengganti jatah kenaikan gaji dengan
saham sehingga karyawan turut memiliki perusahaan. Dalam masa krisis,
perusahaan mungkin menderita rugi, atau walaupun untung tidak akan ada
pembagian divinden tetapi pada suatu saat nanti karyawan akan menikmati
keuangannya.