Makalah Material Cerdas

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MATERIAL CERDAS

Anggota :

Maharani Devi Dhieniaty 2413100101

Muhammad Thoriq Azmi 2414100023

Pieter Karunia Deo 2414100068

Kadek Sunantara 2414100098

Amalia Puruhita 2414100119

DEPARTEMEN TEKNIK FISIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini, perkembangan teknologi semakin pesat guna memudahkan
pekerjaan manusia. Tetapi, masih ada yang memanfaatkan tenga manusia. Contohnya terjadi
pada Luke Lamont. Luke Lamont adalah seorang pembersih jendela pencakar langit di
Melbourne, termasuk Eureka Tower, yang merupaakn gedung tertinggi di ota Melbourne,
Australia.
Pekerjaan sebagai pemberih gedung bertingkat memiliki resio yang besar. tiongkok pernah
melaporkan kejadian yang menimpa dua pekerja pembersih kaca, berayunan dari satu sisi ke
sisi yang lain seperti pendulum oleh sapuan angin kencang selama 20 menit di Greenland
Center, Xi’an, provinsi Shaanxi. Dari ketinggian 270 meter gedung pencakar langit yang
difungsikan sebagai pusat komersi itu, du pekerja tersebut membersihkan kaca d lantai 12 dan
15 gedung itu akhirnya meninggal.
Berdasarkan pengalaman tersebut, resiko yang dihadapi para pekerja pembersih kaca
gedung pencakar langit dapat dihindari dengan meniru mekanisme yang terjadi di alam.
Peniruan alam disebut dengan biomimetik atau biomimikri. Sehingga dengan mekanisme
tersebut dapat membantu pekerjaan manusia.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah :
a. Bagaimana biomimikri itu?
b. Bagaimana mekanisme dari self-cleaning, self-healing dan self-assembly?
c. Bagaimana metode pembuatan self cleaning?
d. Bagaimana pemilihan material yang cocok untuk jendela dari gedung tinggi tersebut?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
a. Mengetahui biomimikri
b. Mengetahui mekanisme dari selfcleaning, self-healing dan self-assembly.
c. Mengetahui metode pembuatan self cleaning.
d. Mengetahui maerial yang cocok untuk jendela pada gedung tinggi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Biomimetik
Biomimetik merupakan metode yang menggunakan sistem alam sebagai model untuk
memecahkan masalah yang dihadapi manusia. Saat ini biomimetic terus berkembang dan
digunakan dalam berbagai disiplin ilmu, salah satunya adalah dalam desain produk. Dalam
desain produk, biomimetic dapat digunakan untuk menciptakan inovasi khususnya untuk
merancang desain yang maksimal, efisien, dan lebih ramah dari pada rancangan-rangcangan
yang sudah ada. Dengan mempelajari sistem alam, kita dapat melihat lebih jauh bagaimana
alam sebenarnya sudah menghasilkan pemecahan atas masalah serupa yang manusia hadapi.
Teknologi biomimetic yang dapat diterapkan pada desain produk dapat dibagi menjadi tiga
tingkat. Pertama, mimicking, menyerupai struktur bentuk, raut, tekstur, dan sebagainya. Kedua,
imitasi dari mekanisme yang ditemukan dari alam, seperti gerakm proses, pola, dan sebagainya.
Ketiga, mempelajari tingkah laku organisme. Ketiga tingkat ini dapat digunakan salah satunya
maupun gabungan diantaranya.
Berikut merupakan beberapa aplikasi biomimetic yang sudah ada:
a. Gecko Tape, University of California – Berkeley membuat yaitu sebuah perekat
sekumpulan micro-fibers sintetik dengan gesekan yang kuat agar dapat perekat tersebut
dapat menahan beban pada permukaan yang halus. Gecko Tape ini terinspirasi dari
nanostructure pada rambut halus yang terdapat di kaki gecko (reptil).
b. Velcro, meurpakan kait kecil yang dapat menempel pada loop di kain. Diciptakan oleh
George de Mestral pada tahun 1940 yang terinspirasi dari tanaman xanthium yang dapat
menempel pada kain atau bulu.
c. Drag Reduction oleh Shark Skin, terinspirasi dari kulit hiu yang memiliki struktur sisik
yang berupa gigi yang dapat mengurangi hambatan (tarikan) dan menolak
mikroorganisme yang menempel pada kulit tersebut maka dapat meningkatkan
kemampuan renang hiu tersebut. Teknisi dari University of Florida, Anthony Brennan
mengatakan bahwa semua hiu memiliki sisik-sisik yang saling tumpang tindih, atau
dentikula, yang terlalu kasar sehingga bakteri pun tidak bisa bergabung. Perusahaan
Sharklet Technologies meniru pola dari sisik hiu untuk menghambat pertumbuhan
bakteri pada perangkat dan permukaan alat medis.
d. Efek Lotus, permukaan daun lotus yang memiliki mekanisme pembersihan diri secara
alami, karena struktur mikroskopik pada permukaannya menyebabkan daun tersebut
tidak pernah basah. Butiran – butiran air pada daun akan menggumpal seperti air raksa,
dapat mengambil lumpur, seramhha dan bahan – bahan pengotor bersamanya. Beberapa
ahli dari nanotechnology sedang mengembangkan metode untuk membuat cat dan
pembersihan pada pelapis permukaan pipa pada kilang minyak.
2.2 Coreseal Tire Technology
Teknologi ban telah berkembang seiring berjalannya waktu. Kebutuhan manusia akan
inovasi dari telah juga mengalami perkembangan. Khususnya untuk kaum menengah atas,
mereka menginginkan ban yang memiliki performansi lebih, seperti anti peluru, anti bocor
ataupun lainnya. Sebenarnya, tidak ada istilah ban anti-peluru ataupun anti-bocor, yang ada
hanyalah ban tersebut mampu mengurangi efek dari peluru atau bocor tersebut. Terdapat
beberapa jenis ban sekarang ini seperti ban tubeless, run-flat tire, coreseal tire, dll.
Coreseal tire merupakan teknologi ban yang mengaplikasi beberapa lapisan dari sealant.
Sealant adalah bahan yang dapat melekat ke setidaknya dua permukaan dan mengisi ruang di
antara itu sebagai pembatas atau lapisan pelindung. Selain itu juga digunakan untuk mengisi
celah, ketahanan atau mengakomodasi gerakan antara substrat, dan menjaga air atau udara
keluar. Sealant tidak dimaksudkan untuk pemindahan beban dan karena itu biasanya
kekuatannya lebih rendah daripada perekat, tetapi memiliki fleksibilitas lebih tinggi.

Gambar 2.1 Contoh aplikasi sealant

Pada coreseal tire, sealant digunakan pada lapisan dalam. Berikut skemanya,

Gambar 2.2 Lapisan sealant pada ban


Ketika ban terkena paku atau tertusuk, maka sealant akan mengisi dan menghadang lubang
itu. Akibatnya adalah udara tercegah untuk keluar atau bocor. Tidak hanya menambah
keamanan dengan menjaga tekanan udara ketika ban tertusuk, tetapi juga menghilangkan
keberadaan ban cadangan. Dengan begitu akan menghemat sumber, meringankan beban
kendaraan dan kebebasan yang lebih besar dalam merancang/mendesain mobil.
Gambar 2.3 Skema kerja coreseal tire technology

2.3 Self-healing
Material yang dapat menyembuhkan dirinya sendiri bukan lagi sebuah ilusi dan kita berada
tidak jauh dari hari dimana benda buatan manusia dapat mengembalikan struktur diri mereka
sendiri ketika mengalami kerusakan. Contohnya, retakan-retakan pada bangunan dapat
menutup sendiri retakan itu atau goresan – goresan pada bodi mobil kita dapat kembali pada
tampilan mengkilat seperti aslinya. Sesungguhnya, ini adalah apa yang semua orang lihat pada
kasus seperti penyembuhan natural dari luka dan goresan pada makhluk hidup. Sebenarnya,
semua material sangat terpengaruh oleh alam atau mengalami degrasi dan rusak oleh waktu.
Pada kasus material struktural, proses degradasi untuk waktu yang panjang dapat menyebabkan
retakan kecil tersebut menyebabkan kegagalan/kerusakan yang lebih besar. Kemudian,
perbaikan tidak dapat dihindarkan untuk meningkatkan reliabilty dan jangka waktu pemakian
material tersebut.
Self-healing dapat didefinisikan sebagai kemampuan material untuk menyembuhkan
(memulihkan/memperbaiki) kerusakan-kerusakan secara otomatis dan oleh diri mereka sendiri,
tanpa interfensi dari luar. Self-healing dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu :
a. Autonomic (tanpa intervensi)
b. Nonautonomic (butuh campur tangan manusia/pemicu dari luar)
Saat ini, self-healing hanya dianggap sebagai pemulihan dari kekuatan mekanik melalui
pemulihan retakan. Bagaimanapun juga, ada juga contoh dimana tidak hanya retakan tapi juga
lubang kecil dapat diisi dan disembuhkan untuk memiliki performansi yang lebih baik.
Beberapa strategi dari perancangan material self-healing adalah sebagai berikut :
a. Release of healing agent
b. Reversible cross-links
c. Miscellaneous technologies
– electrohydrodynamics
– conductivity
– shape memory effect
– nanoparticle migration
– co-deposition.

2.3.1 Release of healing agent


Agen aktif liquid seperti monomer-monomer, tinta, dan pengeras mengandung kapsul
mikro, serat berongga, atau saluran yang tertanam pada sistem polimerik selama proses
pembuatan. Jika terjadi keretakan, maka penampung akan pecah dan agent reaktif tertuang
pada daerah retakan melalui tekanan kapilaritas dimana itu akan mengeras karena kehadiran
katalis dan menyembuhkan retakan.
2.3.1.1 Microcapsule embedment
Mikroenkapsulasi adalah proses melapisi partikel padat berukuran mikron, tetes kecil
dari liquid atau gas pada lapisan kulit, yang mana akan mengisolasi dan melindungi dari
pengaruh lingkungan luar. Produk akhir mikroenkapsulasi adalah mikrokapsul. Mikrokapsul
memiliki dua bagian, dinamakan inti dan kulit. Agen penyembuhan atau katalis mengandung
mikrokapsul digunakan untuk mendesain komposit polimer self-healing.

Gambar 2.6 Skema representasi dari konsep self-healing menggunakan konsep embedded
microcapsules
Kapsul-kapsul berwarna merah akan pecah ketika terdapat retakan, dan akan mengeluarkan
healing agent dan mengalir menuju retakan. Kemudian akan mengalami kontak dengan katalis
dan mengalami pengerasan. Akhirnya terjadi polimerisasi dan retakan tertutup. Konsep
mikrokapsul memiliki kerugian besar. Ketidakpastian dalam mencapai kondisi pulih
sepenuhnya dan atau beberapa penyembuhan karena memiliki jumlah agen penyembuh yang
terbatas dan tidak diketahui kapan agen penyembuh akan habis seluruhnya.

2.3.1.2 Hollow Fiber Embedment


Untuk mencapai penyembuhan secara ganda dalam material komposit, tipe lain dari
tampungan (reservoir) yang mampu menyalurkan jumlah lebih banyak dari agen penyembuh
dikembangkan oleh Dry and coworkers. Mereka menggunakan serat berongga sebagai wadah
dari agen penyembuh dan katalis.

Gambar 2.7 Bentuk hollow fiber


Skema kerja dari konsep serat berongga adalah seperti pada gambar dibawah

Gambar 2.8 Skema kerja self-healing dengan konsep serat berongga

Gambar 2.9 Bagian dari serat berongga

Beberapa keuntungannya adalah:


a. Volume dari agen penyembuh untuk memperbaiki kerusakan lebih banyak
b. Metode aktivasi berbeda dari resin dapat digunakan
c. Inspeksi visual dari daerah terdampak adalah bagus/layak
d. Serat berongga dapat dengan mudah dicampur dan disesuaikan dengan fiber
konvensional
Sedangkan kekurangannya adalah:
a. Fiber harus hancur untuk melepaskan agen penyembuh
b. Resin dengan viskositas rendah harus digunakan untuk infiltrasi fiber
c. Multistep fabrikasi dibutuhkan
2.3.1.3 Microvascular System
Untuk mengatasi kesulitas dari supply pendek agen penyembuh pada mikrokapsul,
pendekatan lain pada sistem vaskular biologis dari tumbuh-tumbuhan dan binatang dipelajari.
Pendekatan ini berdasarkan pada jaringan yang terpusat untuk distribusi agen penyembuh pada
sistem polimer dalam jalan yang berkelanjutan. Proses fabrikasinya komplek dan sangat sulit
untuk mencapai material sintesis dengan jaringan-jaringan untuk aplikasi praktis. Dalam
proses, tinta organik dialirkan mengikuti sebuah array 3D dan pori-pori diantara garis-garis
yang dicetak, diinfiltrasi dengan sebuah resin epoxy. Ketika polimer disembuhkan, tinta akan
dihilangkan dan menyisakan sebuah saluran mikrovaskular 3D dengan konektivitas yang
sangat baik.

Gambar 2.10 Visualisasi konsep dari microvascular system

2.3.2 Reversible Cross-Links


Hubungan silang, yang mana merupakan proses yang tidak dapat dikembalikan atau
irreversible, meterial polimer diaplikasi untuk menghasilkan sifat mekanis super, seperti
modulus yang tinggi, ketahanan pelarut, dan kekuatan patah yang tinggi. Bagaimanapun juga,
itu berdampak negatif terhadap kemampuan refabrication dari polimer. Lebih lagi, material
yang memiliki hubungan silang memiliki kerugian seperti mudah rapuh dan memiliki
kecenderungan untuk retak. Sistem reversible cross-linked tidak melakukan kemampuan self-
repairing oleh dirinya sendiri. Sebuah pemantik dari luar seperti termal, foton, atau aktivasi
kimia dibutuhkan untuk mencapai proses pengembalian dan kemampuan penyembuhan.
Gambar 2.11 Proses reversible cross-links

2.3.3 Aplikasi
Berbagai aplikasi telah dikembangkan seperti di dunia otomotif. Nissan Motor
mengomersialkan lapisan self-healing pertama di dunia untuk lapisan mobil. Dinamakan
“Stratch guard coat”. Cat hidrofobik dapat memperbaiki goresan-goresan pada permukaan
mobil dan efektif selama 3 tahun. Cat tersebut mengandung resin yang memiliki elastisitas
tinggi yang mencegah goresan untuk mengenai lapisan dalam dari permukaan cat mobil. Faktor
kedalaman dari goresan dan temperatur sekitar, proses penyembuhan/pengembalian terjadi
antara satu sampai tujuh hari.

Gambar 2.12 Contoh pengembalian dari goresan pada mobil Nissan


Masih banyak aplikasi lainnya seperti lapisan pada smartphone LG G-Flex, bata ringan
yang dapat memulihkan retakan, pada bodi pesawat.

Gambar 2.13 Bio-concrete


Gambar 2.14 Self-repairing aircraft

2.4 Self-Assembly

Self assembly adalah fenomena dimana komponen dari sistem tersebut merakit drinya
secara spontan melalui interaksi guna memebentuk unit yang lebih besar. hal ini dapat
terjadi akibat dari interaksi spesifik langsung atau tidak langsung melalui lingkungan
mereka.

Gambar 2.15 struktur DNA (kiri) akan mengalami self


assemble menjadi struktur yang divisualisa oleh mikroskop
atom (kanan)

2.4.1 Proses terjadinya self assembly

Proses nanopartikel melakukan self assemble ada 2 yaitu dari interaksi molekular dan
externally directed

 Interaksi molekular dibagi 2 yaitu gaya intermolekular dan interaksi Hamaker


i) Gaya antar molekular : sistem ini untyk meminimalkan energi bebas maka merakit diri
sebagai salah satu opsi untuk sistem untuk mencapai energi bebas terendah secara
temodinamika. Nanopartikel dapat diprogram menjadi self assemble dengan mengubah
fungsi dari kelompok mereka. Gaya antarmolekul ini memiliki sifat tarik menarik dan
juga tolak-menolak antar molekul. Ketika dua molekulnya berdekatan, gaya tolak antara
muatan yang sama akan timbul dan semakin tinggi energi tolaknya. Oleh karena itu akan
dibutuhkan energi yang lebih tinggi pula untuk memampatkan suatu molekul

Gambar 2.16 Self Assembly akibat interaksi gaya antar molekul

ii) Interaksi hamaker : Interaksi nanopartikel berlangsung pada nano,interaksi partikel harus
ditingkatkan dengan cara yang sama. Interaksi hamaker memperhitungkan polarisasi
karakteristik dari sejumlah besar partikel di dekatnya dan pengaruh mereka pada satu
sama lain. interaksi Hamaker menjumlah semua kekuatan antara semua partikel dan
pelarut (s) yang terlibat dalam sistem. Sementara teori Hamaker umumnya
menggambarkan sistem makroskopik, luas jumlah nanopartikel dalam sistem self-
assemble memungkinkan untuk diterapkan.

 Externally directed dibagi menjadi 3


i) Medan listrik dan magnet
Medan listrik dan magnet memungkinkan induksi interaksi untuk menyelaraskan
partikel. medan memanfaatkan dari polarisabilitas dari nanopartikel dan kelompok
fungsional mereka. Ketika interaksi medan induksi ini mengatasi gerak acak Brown,
partikel bergabung untuk membentuk rantai dan kemudian merakit.
ii) Medan aliran

Gambar 2.17 Apabila terdapat aliran viscous makroskopis


Melalui medan aliran viscous makroskopis partikel dapat self-assembling langsung dari
larutan yang awalnya memiliki partikel acak menjadi patikel yang tersusun seperti pada
gambar diatas. Walaupun, partikel yang tersusun tersebut dapat menjaid partikel acak
kembali ketika lairannya berhenti. Sistem ini dimulai ketika pada ketidakseimbangan ,
medan aliran ini berguna untuk merelaksasi sistem sehingga menjadi seimbang.

iii) Kombinasi dari medan medan tersebut


Jika medan dan kondisi yang dioptimalkan, self-assembly bisa permanen dan lengkap.
Ketika sebuah Kombinasi medan digunakan dengan nanopartikel yang disesuaikan
secara intrinsik responsif, perakitan yang paling lengkap diamati. Kombinasi dari bidang
memungkinkan manfaat dari self-assembly, seperti skalabilitas dan kesederhanaan,
dipertahankan sementara bisa mengontrol orientasi dan pembentukan struktur. kombinasi
lapangan memiliki satu potensi terbesar untuk masa depan diarahkan kerja self-assembly
(kombinasi dari medan yang paling kompleks diamati sehingga akan menghasilkan
potensi yang besar untuk pengembangan dari self assembly)

2.4.3 Aplikasi
a) Programmable carbon fiber
Serat karbon diketahui secara umum bahwa mempunyai kekakuan tinggi, kekuatan tarik
yang susah, berat rendah sehingga menguntungkan untuk digunakan dalam pengaplikasian
industri. Dengan programmed carbon fiber agar dapa mengubah sendiri dengan mencetak
bahan yang aktif pada serat karbon yang fleksibel. Dan menerapkan panas sebagai aktivator.
Contoh lainnya adalah BAC morphing supercar wing dan engine flap airbus. Cara kerjanya
masing2 satu bagian dari serat karbon diprogram untuk mengubah bentuknya sehingga dapat
menciptakan keunggulan aerodinamik. Hal ini tidak memerlukan elektronika yang kompleks,
sensor atau aktuator .
Gambar 2.18 Programmable carbon fiber

b) Morphing supercar wing

Gambar 2.19 CFD dari morphing supercar wing

c) Programmable Wood - Custom Printed Wood Grain


Gambar 2.20 Programmable Wood

Teknik kayu-lipatan membutuhkan peralatan yang komplek seperti instrumen steaming, dan
tingkat keahlian yang tinggi. Selain itu, pola alami dari serat kayu dan sifat fisik dari kayu
membuatnya sulit untuk melipat ke bentuk yang komleks. Pencetakan terbaru dan
pengembagan teknologi material komposit dapat mengatasi keterbatasan yang disebutkan
sebelumnya. Cara kerjanya adalah lembaran datar dari komposit kayu dicetak dengan material
yang dapat diprogram sehingga dapat dikontrol. Untuk media aktivasinya adalah melalui air
sehingga komposit kayu ini dapat berubah meyesuaikan kondisi lingkungan.
d) Programmable textile

Gambar 2.21 Programmable Textile

Sifat tembus, ringan dan mudah dibentuk adalah sifat darii tekstil yang digunakan dalam
arsitektur, furnitur dan desain pakaian. Biasanya kain yang luwes tersebut untuk menjadi kain
yang strukturnya kakau membutuhkan cetakan yang kompleks dan metode mekanis. Cara
kerjanya yaitu mencetak material dalam ketebalan lapisan yang bervariasi ke tekstik yang lebar
sehingga mampu menciptakan struktur untuk mengubah sendiri dengan diprogram .
BAB III
PENUTUP
Adapun kesimpulan yang didapat dalam penyusunan laporan ini antara lain:

1. Biomimetik atau Biomimikri merupakan metode yang menggunakan sistem alam


sebagai model untu memecahkan masalah yang dihadapi manusia. Biomimetik dapat
digunakan untuk menciptakan inovasi khususnya untuk merancang desain yang
maksimal, efisien, dan lebih ramah daripada rancangan rancangan yang sudah ada.
2. Dalam mendesain self cleaning pada kaca digunakan metode hidrofilik dengan bantuan
fotokatalis pada material TiO2. Struktur anatase pada material TiO2 digunakan dan
dalam pelapisan ke kaca dipadukan dengan dispersant jenis PEG 4000.
3. Self assembly adalah fenomena dimana komponen dari sistem tersebut merakit drinya
secara spontan melalui interaksi guna memebentuk unit yang lebih besar.Proses
nanopartikel melakukan self assemble ada 2 yaitu dari interaksi molekular dan
externally directed. Interaksi molekular dibagi 2 yaitu gaya intermolekular dan
interaksi Hamaker. Sedangkan externally directed dibagi menjadi 3 yaitu akibat Medan
listrik Dan magnet, Medan aliran Dan kombinasi semua Medan.
4. Material yang dapat menyembuhkan dirinya sendiri bukan lagi sebuah ilusi dan kita
berada tidak jauh dari hari dimana benda buatan manusia dapat mengembalikan
struktur diri mereka sendiri ketika mengalami kerusakan. Beberapa strategi dari
perancangan material self-healing adalah Release of healing agent, Reversible cross-
links, dan Miscellaneous technologies
5.
DAFTAR PUSTAKA

Bar-Cohen, Y. (2012). Biomimetics. 1st ed. Boca Raton, FL: CRC.

B.J., Blaiszik, dan Kramer S. L. B. 2010. SELF HEALING POMYMERS AND


COMPOSITES.

"Efek lotus", Id.wikipedia.org, 2017. [Online]. Available: https://id.wikipedia.org/wiki/Efek_lotus.


Diakses pada tanggal 12- Apr- 2017 pukul 18.22

https://en.wikipedia.org/wiki/Self-assembly_of_nanoparticles?oldid=773601407 diakses pada


tanggal 12 April 2017 pukul 8.34

Ghosh, Swapan Kumar. t.thn. “Self healing materials: fundamentals, design strategies, and
applications.” (Willey-VCH Verlag).

Grzelczak, Marek (2010). “Directed Self-Assembly of Nanoparticles”. ACS Nano. 4 (7):


3591–3605.

Anda mungkin juga menyukai