Anda di halaman 1dari 17

ISLAM DAN DEMOKRASI:

PANDANGAN INTELEKTUAL MUSLIM DAN


PENERAPANNYA DI INDONESIA
Kiki Muhamad Hakiki
Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung
Jl. Letkol. H. Endro Suratmin Sukarame Bandar Lampung 35131, Indonesia
E-mail: m_hakiki@yahoo.com
_________________________

Abstract
Democracy is one interrested topic of discussions especially in relation to Islam. Many questions emerge associated
with Islam and democracy such as: Does Islam has the concept of democracy? Does democracy compatible with
Islam? What is the Muslim scholars response to the issue of democracy? This paper will investigates these questions
using library research. This study discoveres that there are different opinions among Muslim scholars in relation to
democracy: some said that democracy is compatible with the Islamic doctrine, another scholars stated otherwise,
while the others stand between the two. Islamhas a term that resemble with the term democracy that is shurā, with
different principles. In regard to the application of democracy in Indonesia, the majority of Muslim scholars in
Indonesia accept positively to the concept of democracy and considered it to be compatible with the Islamic
doctrine.
Keywords:
Islam; democracy; shurā; Indonesia.
__________________________

Abstrak
Perbincangan seputar tema demokrasi memang menarik, terlebih jika dikaitkan dengan doktrin agama dalam hal ini
Islam. Maka berbagai pertanyaan pun menyeruak; apakah demokrasi mendapatkan tempat yang layak dalam Islam?;
apakah pesan-pesan demokrasi sesuai dengan ajaran Islam?; apakah Islam sendiri mempunyai aturan yang sama
dengan demokrasi?; dan bagaimana respon para sarjana muslim terhadap isu demokrasi? Pertanyaan-pertanyaan ini-
lah yang akan coba disajikan dalam tulisan yang singkat dan sederhana ini. Dengan penelusuran pustaka, hasil studi
menemukan bahwa ada beberapa pesan demokrasi yang sesuai dengan Islam, ada juga yang sebaliknya. Dalam
Islam sendiri ada istilah yang hampir dekat dengan istilah demokrasi yakni shurā, akan tetapi keduanya ada
perbedaan yang prinsip. Karena itu respon para sarjana Muslim pun beraneka ragam; ada yang menerima secara
utuh istilah demokrasi, ada juga yang menentangnya, ada juga yang abu-abu—antara menentang dan menerima.
Sedangkan dengan penerapan demokrasi di Indonesia, ternyata umat Islam Indonesia begitu menerima dan
berhubungan positif dengan konsep demokrasi yang selama ini dianggap bertentangan dengan ajaran Islam oleh
sebagian sarjana Islam.
Kata Kunci:
Islam; demokrasi; shurā; Indonesia
__________________________
DOI: http://dx.doi.org/10.15575/jw.v39i1.583
Received: January 2015 ; Accepted: December 2015 ; Published: February 2016

A. PENDAHULUAN negara merasa penting untuk “mencontoh”—


Tema demokrasi adalah salah satu tema baik secara langsung atau tidak—segala
yang sampai saat ini masih menarik untuk bentuk kemajuan yang pernah dicapai oleh
didiskusikan. Berbagai karya yang mengulas Barat—termasuk di dalamnya tema
tentang demokrasi telah dihasilkan—baik itu demokrasi.
oleh para pemikir Islam maupun Barat. Di kalangan para intelektual Islam terdapat
Semenjak kedatangan bangsa Barat ke dunia perbedaan pendapat dalam menanggapi
Islam, dan seiring dengan kemajuan bangsa permasalahan demokrasi. Apakah konsep
Barat saat ini, maka sesuatu yang datang dari yang mulanya warisan Barat ini dapat sesuai
Barat selalu dijadikan indikator simbol dengan Islam dan bisa diterapkan di negara
kemajuan. Atas klaim itu sehingga banyak Islam? Apakah arti demokrasi itu sendiri?.
Kiki Muhamad Hakiki Islam dan Demokrasi: Pandangan Intelektual Muslim
dan Penerapannya di Indonesia

Permasalahan lainnya adalah apakah konsep mendukung berkembangnya demokrasi


demokrasi dengan shu>ra> dalam Islam adalah seperti, John Locke dari Inggris (1632-1704)
sama? Untuk menjawab permasalahan ini, dan Montesquieu dari Prancis (1689-1755).
berbagai kalangan cendekiawan Muslim Demokrasi tumbuh begitu pesat ketika
menyajikan konsepnya yang antara satu sampai masa renaissance, istilah ini digunakan
dengan lainnya saling berbeda pendapat. Itulah untuk suatu sistem demokrasi langsung, yakni
beberapa permasalahan yang akan dicoba masyarakat secara langsung menempati posisi
dibedah dalam artikel ini. pemerintahan. Mereka berperan dalam seluruh
aktivitas politik, legislatif, eksekutif, yudikatif
B. HASIL DAN PEMBAHASAN dsb. Sejak dulu, sistem pemerintahan
1. Pengertian Demokrasi semacam ini ditentang oleh filsuf-filsuf besar.
Asal kata demokrasi adalah “demos”, Plato menyifatinya sebagai pemerintahan
sebuah kosa kata Yunani berarti masyarakat, orang-orang bodoh. Aristoteles menamakan-
dan “kratio” atau “krato” yang dalam bahasa nya pemerintahan orang-orang miskin tak
Yunani berarti pemerintahan. Demokrasi berkeutamaan. Abu Nasr Al-Farabi dan Ibn
secara etimologis berarti “pemerintahan oleh Rusyd menyebutnya sebagai kebusukan dalam
rakyat” (rule by the people). Dilihat dari pemerintahan utama (madi>nah fad}i>lah).
sejarahnya, pertama kali, istilah ini digunakan Salah satu keberatan lain yang cukup kasat
sekitar lima abad sebelum Masehi. mata adalah bahwa sistem ini sama sekali
Chleisthenes—tokoh pada masa itu—dianggap tidak praktis apabila jumlah masyarakat telah
banyak memberi kontribusi dalam pengemba- membesar. Oleh karena itu, Jean Jacques
ngan demokrasi. Chleisthenes adalah tokoh Rousseau beserta filsuf politik lain me-
pembaharu Athena yang menggagas sebuah nyempurnakannya dengan teori demokrasi
sistem pemerintahan kota. Pada 508 SM, perwakilan, sistem pemilihan para wakil
Chleisthenes membagi peran warga Athena ke rakyat sebagai pemerintah. Sistem perwakilan
dalam 10 kelompok. Setiap kelompok terdiri ini telah menjadi norma berharga dan prinsip
dari beberapa demes yang mengirimkan yang diterima di dunia sehingga memaksa
wakilnya ke Majelis yang terdiri dari 500 banyak cendekiawan muslim menciptakan
orang wakil. teori demokratisasi Islam.
Sejatinya, jauh sebelum bangsa Yunani Demokrasi adalah suatu bentuk
mengenal demokrasi. Para ilmuwan meyakini, pemerintahan di mana kekuasaan tertinggi
bangsa Sumeria yang tinggal di Mesopotamia berada di tangan rakyat, dilaksanakan secara
juga telah mempraktikkan bentuk-bentuk langsung oleh mereka, atau oleh wakil terpilih
demokrasi. Konon, masyarakat India Kuno dalam sistem pemilu yang bebas.1Karena
pun telah menerapkan prinsip-prinsip definisi ini maka Abraham Lincoln, salah
demokrasi dalam kehidupan mereka, jauh seorang mantan Presiden Amerika Serikat,
sebelum Yunani dan Romawi. mengatakan bahwa dalam proses demokrasi
“Demokrasi muncul dari pemikiran mengharuskan adanya partisipasi rakyat dalam
manusia,” ungkap Aristoteles seorang pemikir memutuskan suatu permasalahan dan me-
termasyhur dari Yunani. Gagasan demokrasi ngontrol pemerintahan yang berkuasa.2
yang berkembang di Yunani sempat hilang di Sedangkan Sadek J. Sulaiman3 mengatakan
barat, saat Romawi Barat takluk ke tangan bahwa prinsip dasar demokrasi adalah adanya
suku Jerman. Pada abad pertengahan, Eropa
1
Barat menganut sistem feodal. Kehidupan Ali Nawaz Memon, “Membincang Demokrasi,”
sosial dan spiritual dikuasai Paus dan pejabat dalam Islam Liberalisme Demokrasi, terj. Mun’im A.
Sirry (Jakarta: Paramadina, 2002), 3.
agama Lawuja Magna Charta yang lahir pada 2
Sadek J. Sulaiman, “Demokrasi dan Shura,” dalam
1215 dianggap sebagai jalan pembuka Islam Liberal, ed. Charles Khurzman, terj. Bahrul Ulum
munculnya kembali demokrasi di Barat. Pada dan Heri Junaedi (Jakarta: Paramadina, 2003), 125.
3
masa itu, muncullah pemikir-pemikir yang Ia adalah seorang mantan duta besar Oman untuk
Amerika Serikat.

2 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 1 (Januari 2016): 1-17
Kiki Muhamad Hakiki Islam dan Demokrasi: Pandangan Intelektual Muslim
dan Penerapannya di Indonesia

kesamaan antara seluruh manusia. Apa pun berlawanan di atas berpendapat bahwa antara
bentuk diskriminasi manusia, baik yang demokrasi dan shu>ra> dalah dua istilah yang
berdasarkan ras, gender, agama, status sosial, mempunyai sisi persamaan, dan tak sedikit
adalah bertentangan dengan demokrasi.4 Lebih juga sisi perbedaannya dengan Islam.
lanjut ia mengatakan dalam demokrasi ada Hasil Kongres Amerika pada tahun 1989,
tujuh prinsip: Pertama, kebebasan berbicara. memutuskan beberapa kriteria sebuah negara
Dalam sistem ini setiap warga negara bebas bisa dikatakan demokratis bila; Pertama,
untuk mengemukakan pendapatnya tanpa didirikan sistem politik yang sepenuhnya
harus merasa takut. Dalam sistem demokrasi, demokratis dan representatif berdasarkan
hal ini sangat penting untuk mengontrol pemilihan umum yang bebas dan adil; Kedua,
kekuasaan agar berjalan dengan benar. Kedua, diakui secara efektif kebebasan-kebebasan
pelaksanaan pemilu. Pemilu ini merupakan fundamental dan kemerdekaan-kemerdekaan
sarana konstitusional untuk melihat dan pribadi, termasuk kebebasan beragama,
menilai apakah pemerintah yang berkuasa berbicara dan berkumpul; Ketiga, dihilangkan
layak didukung kembali atau perlu diganti semua perundang-undangan dan peraturan
dengan yang lain. Ketiga, kekuasaan dipegang yang menghalangi berfungsinya pers yang
oleh mayoritas tanpa mengabaikan kontrol bebas dan terbentuknya partai-partai politik;
minoritas. Prinsip ini mengakui adanya hak Keempat, diciptakan suatu badan kehakiman
oposisi suatu kelompok terhadap pemerintah. yang bebas; dan Kelima, didirikan kekuatan-
Keempat, sejalan dengan prinsip ketiga, dalam kekuatan militer, keamanan, dan kepolisian
sistem demokrasi, partai politik memainkan yang tidak memihak.5 Kriteria yang tidak jauh
peranan penting, rakyat berhak dengan bebas berbeda juga diungkapkan oleh Franz Magnis
mendukung partai mana yang lebih sesuai Suseno dan Afan Ghafar. Menurut Franz
dengan pandangan dan pilihannya. Kelima, Magnis Suseno, sebuah negara demokrasi
demokrasi meniscayakan pemisahan antara apabila ia memiliki; 1).Negara hukum; 2).
kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Pemerintahan yang berada di bawah kontrol
Dengan pemisahan ini akan ada checks and nyata masyarakat; 3).Ada pemilihan umum
balances, sehingga kekuasaan akan terhindar berkala yang bebas; 4). Prinsip mayoritas; dan
dari praktik-praktik eksploitatif. Keenam, 5).Adanya jaminan terhadap hak-hak demo-
demokrasi menekankan adanya supremasi kratis dasar.6 Sedangkan menurut Afan Ghafar
hukum. Semua individu harus tunduk di hampir sama dengan Franz Magnis dengan
bawah hukum, tanpa memandang kedudukan tanpa menyebutkan hukum.7
dan status sosialnya. Ketujuh, dalam Dari beberapa prinsip di atas, sepintas
demokrasi, semua individu atau kelompok terlihat bahwa konsep demokrasi sesuai
bebas melakukan perbuatan. Karenanya semua dengan apa yang diajarkan dalam Alquran
individu bebas mempunyai hak milik, tanpa tentang shu>ra>, tetapi apakah benar kedua
boleh diganggu oleh pihak manapun. istilah ini sama, baik itu dalam konsep
maupun aplikasinya. Dalam bagian
2. Antara Demokrasi dan Shu>ra>
Menanggapi permasalahan di atas, 5
Sukron Kamil, Islam dan Demokrasi; Telaah
kalangan intelektual Muslim saling berbeda Konseptual dan Historis (Jakarta: Gaya Media Pratama,
pendapat. Sebagian dari mereka memandang 2002), 32.
demokrasi dan shu>ra> adalah dua hal yang 6
Franz Magnis-Suseno, “Demokrasi Tantangan
identik; sebagian yang lain memandang Universal,” dalam Agama dan Dialog Antar
berbeda yakni demokrasi dan shu>ra> adalah dua Peradaban, ed. M. Nasir Tamara dan Elza Peldi Taher
(Jakarta: Paramadina, 1996), 127.
hal yang saling berlawanan. Sebagian lagi 7
Afan Ghafar, “Demokratisasi dan Prospeknya di
dengan maksud mendamaikan dua kubu yang Indonesia Orde Baru,” dalam pengantar Buku
Demokratisasi Politik, Budaya dan Ekonomi;
Pengalaman Indonesia Masa Orde Baru, ed. Elza Peldi
4
Sulaiman, “Demokrasi dan Shura.”, 125. Taher (Jakarta: Paramadina, 1994), xxvii-xxix.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 1 (Januari 2016): 1-17 3
Kiki Muhamad Hakiki Islam dan Demokrasi: Pandangan Intelektual Muslim
dan Penerapannya di Indonesia

selanjutnya akan diuraikan kajian kritis demokrasi konvensional sangat rentan terha-
tentang konsep demokrasi dan shu>ra>. dap prilaku diktator, karena demokrasi
Demokrasi selalu muncul sebagai isu memungkinkan penguasa melakukan upaya
sentral dalam setiap episode sejarah peradaban tertentu merebut dan mempengaruhi ke-
manusia dan merupakan satu-satunya isu dan kuasaan legislatif, lalu menciptakan undang-
wacana yang mampu menyatukan cita ideal undang tersendiri yang berfungsi untuk
manusia sejagad karena wacana demokrasi memperluas kekuasaannya. Dengan begitu ia
mampu melintasi batas-batas geografis, suku menegaskan bahwa sistem shu>ra> sebenarnya
bangsa, agama, dan kebudayaan. Menanggapi telah melangkah lebih maju ketimbang sistem
permasalahan ini, kalangan intelektual Muslim demokrasi modern, karena sistem shu>ra>
saling berbeda pendapat. Mengutip klasifikasi mewajibkan para penguasa berpegang pada
yang dilakukan oleh John L. Esposito dan syariat atau sumber samawi yang lebih tinggi
James P. Piscatori, tanggapan para cendekia- dari penguasa yang tidak memungkinkan
wan Muslim terhadap demokrasi bisa diklasi- mereka mencampurinya, sekalipun pada
fikasikan menjadi tiga kelompok;8 persoalan yang tidak dijelaskan secara pasti,
Pertama, sebagian dari mereka memandang karena itu wewenang ulama.10
demokrasi dan shu>ra> adalah dua hal yang Kedua, sebagian yang lain memandang
identik akan tetapi terdapat juga perbedaan. Di berbeda yakni shu>ra> dan demokrasi adalah dua
antara cendekiawan Muslim yang beranggapan hal yang saling berlawanan dan harus ditolak.
seperti adalah Imam Khomeini. Ia mengatakan Di antara cendekiawan Muslim yang masuk
bahwa di satu sisi Iran menganggap bahwa dalam katagori ini adalah Syaikh Fadhallah
Tuhan sebagai penguasa mutlak yang semua Nuri, Sayyid Qutub, al-Sya’rawi, Ali
perintah-Nya harus diikuti, sedangkan di sisi Benhadji, Hasan Turabi, Abu> al-A’lâ al-
lain sebagai negara republik, Iran memandang Maudu>di>.
perlunya partisipasi rakyat di bidang politik, Menurut Syaikh Fadhallah Nuri, demokrasi
ekonomi, sosial, dan budaya, seperti lewat adalah persamaan semua warga negara, dan
pemilu untuk memilih wakil mereka di hal ini menurutnya sangatlah tidak mungkin
parlemen, pemilu presiden. Pemerintah Iran dalam Islam. Dalam demokrasi, perbedaan
merupakan pemerintahan hukum Tuhan atas yang luar biasa yang tidak mungkin dihindari
manusia sebagai pemegang kedaulatan pasti terjadi. Misalnya; antara yang beriman
tertinggi, tetapi juga dengan parlemen yang dan yang tidak beriman, antara yang kaya dan
bertugas menyusun program untuk berbagai miskin, antara faqih (ahli hukum) dan
kementerian, dengan kekuasaan tertinggi di penganutnya. Tidak hanya itu, ia juga me-
tangan seorang faqih.9 Cendekiawan Muslim nolak legislasi oleh manusia. Agama Islam
lainnya yang masuk dalam kelompok ini menurutnya tidak memiliki kekurangan yang
adalah Taufiq al-Syawi dalam bukunya “Fiqh memerlukan penyempurnaan dan dalam Islam
al- Shu>ra> wa al-Istisharah” ia mengatakan tidak ada seorang pun yang diizinkan me-
bahwa demokrasi merupakan bentuk shu>ra> ngatur hukum. Karena itu, ia menegaskan
versi Eropa. Meskipun begitu, demokrasi tidak bahwa demokrasi sangatlah bertentanga dalam
sama dengan shu>ra> karena tidak berpegang Islam.11 Nada mengecam terhadap demokrasi
pada dasar syariat Islam. Menurutnya, juga disampaikan oleh Sayyid Qutub, ia
mengatakan bahwa demokrasi adalah sebuah
8
John L. Esposito dan James P. Piscatori, “Islam dan pelanggaran terhadap kekuasaan Tuhan dan
Demokrasi,” Islamika, Jurnal Dialog Pemikiran Islam merupakan suatu bentuk tirani sebagian orang
April-Januari, no. 4 (1994), 19-21.
9
Riza Sihbudi, “Masalah Demokratisasi di Timur
10
Tengah,” dalam Agama, Demokrasi, dan keadilan, terj. Taufiq Al-Syawi, Syura Bukan Demokrasi, terj.
M. Imam Aziz (Jakarta: Gramedia, 1993), 174. atau Djamaluddin ZS (Jakarta: Gema Insani Press, 1997),
lihat Riza Sihbudi, “Bahasa dalam Kelompok Syi’ah, 21-23.
11
Kasus Vilayat Faqih,” Islamika, Jurnal Dialog John L. Esposito, Islam dan Politik (Jakarta: Bulan
Pemikiran Islam, no. 5 (1994), 47-48. Bintang, 1990), 118.

4 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 1 (Januari 2016): 1-17
Kiki Muhamad Hakiki Islam dan Demokrasi: Pandangan Intelektual Muslim
dan Penerapannya di Indonesia

kepada yang lainya. Menurutnya mengakui atas berpendapat bahwa antara shu>ra> dan
kekuasaan Tuhan berarti melakukan penen- demokrasi adalah dua istilah yang mempunyai
tangan secara menyeluruh terhadap kekuasaan sisi persamaan. Di antara para cendekiawan
manusia dalam seluruh pengertian, bentuk, yang masuk dalam kelompok ini adalah
sistem dan kondisi. Ia menambahkan bahwa Muhammad Husein Heikal, Fahmi Huwaidi,
agresi menentang kekuasaan Tuhan adalah Mohammad Taha, Abdullah Ahmad al-Na’im,
bentuk jahiliyah. Ia menandaskan bahwa Bani Sadr, Mehdi Bazargan, Hasan al-Hakim,
negara Islam harus berlandaskan pada prinsip Amin Rais.
musyawarah, karena Islam sebagai sebuah Menurut Fahmi Huwaidi, demokrasi adalah
sistem hukum dan moral sudah lengkap, sangat dekat dengan Islam dan substansinya
sehingga dengan demikian tidak ada lagi sejalan dengan Islam. Argumentasi yag
legislasi lain yang mengatasinya. Pendapat dihadirkan oleh Fahmi Huwaidi adalah;
serupa pula dikatakan oleh Mutawali al- Pertama, beberapa hadits menunjukan bahwa
Sya’rawi seorang ulama besar asal Mesir yang Islam menghendaki pemerintahan yang disetu-
mengatakan bahwa Islam dan demokrasi tidak jui oleh rakyatnya. Kedua, penolakan Islam
bersesuaian, dan shu>ra> tidak dengan sendirinya kepada kediktatoran. Ketiga, dalam Islam,
demokrasi mayoritas.12 Ali Benhadji seorang pemilu merupakan kesaksian rakyat dewasa
pemimpin FIS (Front Islamique du Salut) bagi kelayakan seorang kandidat dan mereka
mengatakan bahwa konsep demokrasi adalah tentu saja seperti yang diperintahkan Alquran.
sebuah konsep Yudeo-Kristen yang harus Keempat, demokrasi merupakan se-buah
diganti dengan prinsip-prinsip kepemimpinan upaya mengembalikan sistem kekhila-fahan
yang inhern dalam Islam. Para teotitisi politik Khulafa al-Rashidi>n yang memberikan hak
Barat sendiri, kata Benhadji mulai melihat kebebasan kepada rakyat yang hilang ketika
sistem demokrasi adalah sistem yang cacat. beralihnya sistem kekuasaan Islam kepada
Menurutnya demokrasi hanya dinilai baik jika sistem kerajaan. Kelima, negara Islam adalah
lebih menguntungkan Barat daripada negara negara keadilan dan persamaan ma-nusia di
Islam itu sendiri.13 Menurut John L. Esposito depan hukum. Kelima, suara mayoritas
dan James P. Piscatori bahwa sebagian umat tidaklah identik dengan kesesatan, kekufuran
Muslim mencemaskan model demokrasi Barat dan ketidaksyukuran. Keenam, legislasi dalam
serta sistem pemerintahan yang dicanangkan parlemen tidaklah berarti penentangan
Inggris. Sebenarnya, reaksi negatif tersebut terhadap legislasi ketuhanan.15
merupakan ungkapan dari penolakan secara Muhammad Husein Heikal berpendapat
redikal terhadap kolonialisme Eropa, dan bahwa kebebasan, persaudaraan, dan persa-
merupakan pembelaan terhadap Islam dalam maan yang merupakan semboyan demokrasi
usaha mengurangi ketergantungan umat Islam dewasa ini juga termasuk di antara prinsip-
terhadap negara-negara Barat. Ungkapan prinsip utama Islam. Kaidah-kaidah yang
penolakan terhadap kolonialisme Eropa tadi ditetapkan oleh paham demokrasi sekarang
berakibat pada penolakan terhadap sistem sebenarnya juga merupakan kaidah-kaidah
demokrasi Barat.14 Islam.16 Mohammad Taha salah seorang
Ketiga, sebagian lagi dengan maksud pemikir Sudan mengatakan bahwa demokrasi
mendamaikan dua kubu yang berlawanan di sejajar dengan sosialisme. Keduanya adalah
dua sayap masyarakat yang dibutuhkan.
12
Kamil, Islam dan Demokrasi; Telaah Konseptual Sosialisme merupakan proses mencari kemak-
dan Historis, 48.
13
John L. Esposito dan John O. Voll, Demokrasi di
15
Negara-Negara Muslim (Bandung: Mizan, 1999), 214. Fahmi Huwaidi, Demokrasi, Oposisi, dan
14
John L. Esposito dan James P. Piscatori, “Islam Masyarakat Madani, terj. M. Abdul Ghofar (Bandung:
and Democracy,” Middle East Journal VL, no. III Mizan, 1996), 193.
(1991). Atau lihat Fahmi Huwaydi, Al-Isla>m wa al- 16
Muhammad Husein Heikal, Pemerintahan Islam,
Demuqra>ti>yah (Kairo: Markaz al-Ahram, 1993). terj. Tim Pustaka Firdaus (Jakarta: Pustaka Firdaus,
. 1993), 95.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 1 (Januari 2016): 1-17 5
Kiki Muhamad Hakiki Islam dan Demokrasi: Pandangan Intelektual Muslim
dan Penerapannya di Indonesia

muran sosial yang lebih baik, maka demokrasi demokrasi sebagai kebenaran universal yang
merupakan proses pembagian kekuasaan yang tidak perlu dipersoalkan.18
mesti mendahuluinya. Menurut Taha, demo- Pembelaan terhadap konsep demokrasi juga
krasi bukan akhir dari sebuah tujuan, tetapi datang dari Amin Rais yang merupakan salah
sebagai sarana untuk meraih tujuan me- seorang cendekiawan Indonesia, bahwa ia
realisasikan martabat manusia. Demokrasi tidak melihat adanya pertentangan antara
tidak hanya pandangan dari suatu Islam (musyawarah) dengan demokrasi.
pemerintahan, tetapi juga pandangan hidup, Hanya saja menurutnya istilah demokrasi
dan demokrasi merupakan pendekatan terbaik dewasa ini telah disalahpahami menurut
bagi usaha pencapaian martabat manusia. Taha kepentingan politik rezim yang berkuasa.
menyadari bahwa dalam demokrasi banyak Lebih lanjut ia mengutarakan tiga alasan
ketidaksempurnaan, meskipun begitu me- penerimaannya terhadap konsep demokrasi;
nurutnya ketidaksempurnaannya lebih rendah pertama, secara konsep dasar, Alquran me-
dibandingkan dengan marxisme. Ia menam- merintahkan umat Islam agar melaksanakan
bahkan bahwa demokrasi adalah kebalikan musyawarah dalam menyelesaikan masalah-
dari kediktatoran di mana ia merupakan tipe masalah mereka. Kedua, secara historis, Nabi
pemerintahan yang memiliki kemampuan mempraktekkan musyawarah dengan para
tinggi dalam menyediakan kesempatan bagi sahabat. Ketiga, secara rasional, umat Islam
manusia untuk merealisasikan kehormatan dan diperintahkan untuk menyelesaikan dilema
kemuliaannya. Yang menarik dari pemikiran dan masalah-masalah mereka.
Taha adalah ia mela-kukan kritik terhadap Salah seorang ulama yang mempunyai
konsep shu>ra> yang menurutnya shu>ra> bukan- pendapat seperti yang terakhir di atas adalah
lah ajaran asli Islam tetapi cenderung sebagai Yusuf Al-Qardhawy, ia mengatakan bahwa
sebuah ajaran subsider. Menurutnya musya- secara substansi, demokrasi tidak bertentangan
warah bukanlah demokrasi, tetapi lebih dengan Islam, bahkan ajaran substansi
sebagai aturan di mana individu-individu demokrasi telah lama dikenal oleh Islam.19
dewasa menyiapkan negara menuju demo- Meskipun substansi demokrasi sudah dikenal
krasi. Dengan tegas ia menyatakan justru oleh Islam, akan tetapi rinciannya diserahkan
demokrasi adalah merupakan konsep asli kepada ijtihad orang-orang Muslim, sesuai
Islam.17 Pandangan apresiatif terhadap dengan dasar-dasar agamanya, kemaslahatan
demokrasi juga datang dari seorang mantan dunianya, perkembangan hidupnya menurut
presiden pertama Iran masa Imam Khomeini pertimbangan tempat dan waktu serta trend
yakni Bani Sadr. Ia mengatakan bahwa konsep kehidupan manusia. Lantas pertanyaannya
wilayatul Faqih Imam khomeini yang di- adalah apakah substansi dari demokrasi itu
terapkan di Iran hingga sekarang telah sendiri?. Ia menjawab bahwa substansi
memberikan peranan yang terlalu besar demokrasi terlepas dari berbagai definisi
kepada ulama dalam urusan kenegaraan, istilah-istilah akademis adalah suatu proses
mereka menguasai lembaga perwalian yang pemilihan yang melibatkan banyak orang
memiliki hak veto. Dengan hak seperti itu, untuk mengangkat seseorang yang berhak
maka akibatnya kekuasaan sulit dikontrol dan memimpin dan mengurus keadaan mereka.
tingkat partisipasi politik rakyat menjadi Dan hal ini tentu saja mereka tidak akan
sangat rendah, padahal dalam sistem demo- mengangkat seseorang yang tidak mereka
krasi, kontrol terhadap kekuasaan dan adanya sukai atau sistem yang mereka benci. Mereka
partisipasi politik rakyat merupakan dua unsur berhak memperhitungkan pemimpin yang
yang sangat dominan. Pendapat senada pun
diungkapkan oleh politisi Iran lainnya yakni 18
Dawam Rahardjo, “Syura,” Jurnal Ulumul Qur’an
Mehdi Bazargan yang mengatakan bahwa 1, no. 1 (1989), 34.
19
Yusuf Al-Qardhawy, Fiqih Daulah; Dalam
17
Kamil, Islam dan Demokrasi; Telaah Konseptual Perspektif Al-Qur’an dan Sunnah, terj. Kathur Suhardi
dan Historis, 61. (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1997), 184.

6 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 1 (Januari 2016): 1-17
Kiki Muhamad Hakiki Islam dan Demokrasi: Pandangan Intelektual Muslim
dan Penerapannya di Indonesia

melakukan kesalahan, berhak mencopot dan kerancuan yang menghasilkan pengertian-


menggantinya dengan orang lain jika me- pengertian yang bertolak belakang antara
nyimpang.20 Alasan lain diterimanya konsep pengertian yang Islami dan yang tidak
demokrasi dalam Islam menurutnya karena Islami.22 Pernyataan senada pun dikuman-
demokrasi mempunyai beberapa kelebihan, di dangkan oleh Ihsan Sammarah dalam kitabnya
antaranya adalah demokrasi telah menuntun Mafhu>m Al-’Adalah Al-Ijtima’iyah fi> Al-
ke beberapa bentuk dan sarana, yang hingga Fikri> Al-Isla>mi> Al-Mu’as}ir yang menyatakan
kini dianggap sebagai satu-satunya sistem penolakannya atas penggunaan istilah yang
yang memberi jaminan keselamatan bagi dapat menimbulkan kerancuan atau bias, yang
rakyat dari jarahan tangan para tiran. Meski- pengertiannya kemungkinan berupa makna
pun begitu, sistem demokrasi juga tak bisa Islami atau makna yang tidak Islami. Karena
dilepaskan dari kecacatan dan kekurangan, itu, penggunaan istilah demokrasi, teokrasi,
seperti lazimnya perbuatan manusia yang tak atau teo-demokrasi tidak dapat diterima,
lepas dari kekurangan. Ia menganjurkan karena pengertiannya mengandung ambi-
bahwa tidak ada salahnya bagi kita untuk valensi antara yang mengartikannya menurut
mencari alternatif sistem lain yang lebih ideal perspektif sekular dan yang mengartikannya
dan lebih baik, tapi harus lebih mudah menurut perspektif Islami.23 Membandingkan
diterapkan dalam kehidupan manusia. Karena dua pendapat di atas yang bertolak belakang,
itu, tak ada salahnya bagi kita untuk me- nampaknya keduanya di dalam memandang
ngambil sistem demokrasi, sebagai sarana demokrasi berawal dari persepsi yang
untuk mewujudkan keadilan dan shu>ra>, berbeda. Yusuf Al-Qardhawy memahami
menghormati hak-hak manusia, menghadang demokrasi dari sisi substansi yang dibawa
langkah para tiran di muka bumi ini.21 Yang oleh demokrasi itu sendiri. Sedangkan
menarik dari pemikiran Yusuf Al-Qardhawy Taqiyuddin Al-Nabhani dan Ihsan Sammarah
ini di dalam memperkuat argumentasinya memandang demokrasi bukan dari pesan yang
adalah dengan memakai kaidah hukum dibawanya melainkan dari sejarah ke-
“Apabila yang wajib tidak bisa mencapai munculan istilah itu sendiri yakni dari Barat
sempurna kecuali dengan sesuatu, maka yang tentunya berbeda dengan Islam.
sesuatu itu pun hukumnya wajib”. Dari sinilah Membicarakan tentang apakah konsep
kita bisa mengambil tatacara demokrasi dan demokrasi sesuai atau malah bertentangan
kandungan-kandungannya yang sesuai dengan dengan Islam memang tidak mudah. Karena
diri kita dan kita bisa menyaring dan bagaimanapun, konsep ini bermula dari Barat
membenahinya. yang tentunya mempunyai latar belakang
Jika kita bandingkan pendapat Yusuf Al- alasan kemunculannya tersendiri. Meskipun
Qardhawy di atas dengan pendapat Taqi- begitu, tidak sedikit para ilmuwan Islam yang
yuddin Al-Nabhani sangatlah bertolak memandang bahwa konsep demokrasi sesuai
belakang. Taqiyuddin Al-Nabhani mengatakan dengan konsep Islam. Berbagai istilah yang
jika suatu istilah asing mempunyai makna dikenal dalam Islam kerapkali disama-
yang bertentangan dengan Islam, istilah itu samakan atau disepadankan dengan pengertian
tidak boleh digunakan. Sebaliknya, jika demokrasi, seperti keadilan (‘adl), persamaan
maknanya terdapat dalam khazanah pemikiran (musa>wah), musyawarah (shu>ra>). Meskipun
Islam, istilah tersebut boleh digunakan. Dalam begitu, tidak sedikit ilmuwan Muslim menolak
hal ini menurutnya Islam telah melarang penyamaan antara demokrasi dengan beberapa
umatnya untuk menggunakan istilah-istilah istilah di atas dengan alasan bahwa Muslim
yang menimbulkan kerancuan, apalagi
22
Taqiyuddin Al-Nabh}ani, Niz}am Al-Isla>m, (t.tp.:
20
Al-Qardhawy, Fiqih Daulah; Dalam Perspektif Al- t.p., 2001), 85-86.
Qur’an dan Sunnah, 183. 23
Ih}sa>n Sammarah, Mafhu>m Al-'Ada>lah Al-
21
Al-Qardhawy, Fiqih Daulah; Dalam Perspektif Al- Ijtimaiyah fi> Al-Fikri> Al-Isla>mi> Al-Mu’as}ir (Bairut:
Qur’an dan Sunnah, 192-193. Da>r Al-Nahd}ah Al-Isla>miyah, 1991), 10-11.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 1 (Januari 2016): 1-17 7
Kiki Muhamad Hakiki Islam dan Demokrasi: Pandangan Intelektual Muslim
dan Penerapannya di Indonesia

tidak dibolehkan untuk menciptakan hubungan iman.26 Tesis Fazlur Rahman ini
kesepakatan-kesepakatan yang dinegosiasikan mendapatkan argumentasi pembenaran jika
terhadap segala sesuatu yang dipercaya ber- merujuk ungkapan Muhammad Yusuf Musa
tentangan dengan hukum Allah dan hal ini yang mengatakan bahwa masyarakat Arab
berbeda dengan demokrasi, apapun boleh (pemuka Arab) kalau mereka tidak diajak
dinegosiasikan. Melihat dari kenyataan di atas, untuk bermusyawarah dalam urusan mereka,
maka alangkah baiknya jika kita sedikit mereka akan kecewa dan berkecil hati. Hal ini
berhati-hati ketika membicarakan kaitan antara semata-mata dilakukan dalam rangka mem-
demokrasi dengan Islam. Untuk memperjelas pererat hungan darah dengan mereka dan
uraian dua istilah di atas, penulis terlebih menghilangkan rasa kecewa di kalangan me-
dahulu menguraikan istilah shu>ra> dalam reka.27
Alquran. Jika merujuk pada penjelasan Alquran,
Kata shu>ra> yang berasal dari kata kerja maka kata shu>ra> dapat dijumpai dalam tiga
“shawara-yushawiru” secara etimologis be- ayat. Pertama:
rarti menjelaskan, menyatakan atau mengaju- Para ibu hendaklah menyusukan anak-
kan dan mengambil sesuatu. Bentuk lain yang anaknya selama dua tahun penuh, yaitu
berasal dari kata kerja “shawara” adalah bagi yang ingin menyempurnakan penyu-
ashara (memberi isyarat), “tashawara” (be- suan. Dan kewajiban ayah memberi makan
runding, saling bertukar pendapat), “shawir” dan pakaian kepada para ibu dengan cara
(meminta pendapat), dan “mustashir” (me- yang ma`ruf. Seseorang tidak dibebani
minta pendapat orang lain). Dari istilah-istilah melainkan menurut kadar kesanggupannya.
di atas dapat dimengerti bahwa shu>ra> adalah Janganlah seorang ibu menderita keseng-
saling menjelaskan dan merundingkan pen- saraan karena anaknya dan juga seorang
dapat atau saling meminta dan menukar ayah karena anaknya, dan warispun berke-
pendapat mengenai suatu perkara. wajiban demikian. Apabila keduanya ingin
Jika merujuk pada definisi istilah yang menyapih (sebelum dua tahun) dengan
tertera dalam kamus “Lisa>n al-‘Arab” maka kerelaan keduanya dan permusyawaratan,
kata shu>ra> yang berasal dari kata “sha-w-r” maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan
secara etimilogis berarti mengeluarkan madu jika kamu ingin anakmu disusukan oleh
dari sarang lebah.24 Dari definisi ini, Quraish orang lain, maka tidak ada dosa bagimu
Shihab memberikann definisi shu>ra> dengan apabila kamu memberikann pembayaran
segala sesuatu yang dapat diambil atau menurut yang patut. Bertakwalah kepada
dikeluarkan dari yang lain untuk memperoleh Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
kebaikan. Menurutnya hal tersebut semakna Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS: al-
dengan pengertian lebah yang mengeluarkan Baqarah: 233)
madu yang berguna bagi manusia.25 Dalam ayat ini diuraikan bagaimana antara
Istilah shu>ra> sendiri sebenarnya sudah suami dan istri diharuskan untuk bermu-
dikenal dan dipraktekkan bangsa Arab pada syawarah ketika mengambil keputusan yang
masa pra-Islam. Sebagaimana dikatakan oleh berkaitan dengan rumah tangga dan anak-anak
Fazlur Rahman bahwa shu>ra> merupakan termasuk di dalamnya menyapih anaknya
tuntutan abadi dari kodrat manusia sebagai sebelum berumur dua tahun. Kedua:
makhluk sosial. Hanya saja Alquran merubah Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah
shu>ra> dari sebuah institusi suku yang kamu berlaku lemah-lembut terhadap
berlandaskan pada hubungan darah menjadi mereka. Sekiranya kamu bersikap keras
institusi komunitas yang menekankan prinsip lagi berhati kasar, tentulah mereka men-

24
Ibn Manzu>r, Lisa>nul ’Arab, Jilid 4 (Beirut: Da>r al- 26
Muhammad Syafi’i Maarif, Islam dan Masalah
Shadr, 1968), 434. Kenegaraan (Jakarta: LP3ES, 1985), 49-50.
25
Muhammad Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an 27
Muhammad Yusuf Musa, Niz}a>m al-H{ukm fi> al-
(Bandung: Mizan, 1996), 469. Isla>m (Kairo: Da>r al-Katib al-‘Arabi>, t.t.).

8 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 1 (Januari 2016): 1-17
Kiki Muhamad Hakiki Islam dan Demokrasi: Pandangan Intelektual Muslim
dan Penerapannya di Indonesia

jauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu kesempatan kepada manusia untuk memikir-
ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun kan bagaimana prosedur dan mekanisme pe-
bagi mereka, dan bermusyawarahlah nyelesaiannya yang sesuai dengan kebu-
dengan mereka dalam urusan itu. tuhannya termasuk di dalamnya masalah
Kemudian apabila kamu telah membulat- shu>ra. Penafsiran lain mengapa Alquran tidak
kan tekad, maka bertawakkallah kepada memberikan penjelasan secara mendetail
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai tentang shu>ra karena Alquran ternyata
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. menganut prinsip bahwa untuk permasalahan-
(QS: Ali-‘Imran: 159) permasalahan yang sifatnya bisa berkembang
Asba>b al-nuzu>l ayat ini ketika terjadi sesuai dengan kondisi, budaya, politik, dan
perang Uhud yang membawa kekalahan bagi ekonomi, maka Alquran tidak mengu-
umat Islam, pada waktu itu, Nabi sendiri raikannya secara final, akan tetapi hanya
mengalami luka-luka. Atas kejadian itu, maka menetapkan garis-garis besarnya saja.
turunlah ayat ini dalam rangka memberi Langkah ini bertujuan memberikan kesem-
pelajaran kepada Nabi dan seluruh umat Islam patan kepada manusia untuk memikirkan
agar selalu melakukan musyawarah dalam penyelesaiannya secara baik dan sesuai
memutuskan sesuatu yang bersangkutan bagi dengan kebutuhannya sejauh tidak melanggar
kemaslahatan umat. Ketiga: atau bertentangan dengan ketentuan yang jelas
Dan (bagi) orang-orang yang menerima dilarang dalam Alquran. Sebagaimana sabda
(mematuhi) seruan Tuhannya dan men- Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Imam
dirikan shalat, sedang urusan mereka Muslim: “Kalian lebih mengetahui persoalan
(diputuskan) dengan musyawarah antara dunia kalian”, atau sabda Rasulullah Saw
mereka; dan mereka menafkahkan sebagian yang diriwayatkan oleh Ahmad: “Yang
dari rezki yang Kami berikan kepada berkaitan dengan urusan agama kalian, maka
mereka. (QS: al-Shu>ra 42: 38) kepadaku (rujukannya), dan yang berkaitan
Ayat ini Allah memberikann uraian tentang dengan urusan dunia kalian, maka kalian
salah satu ciri seorang mukmin yaitu lebih mengetahui”.
mendirikan sholat dengan baik dan benar, Uraian di atas memunculkan permasalahan
menafkahkan rizki dengan amanah dan ia dalam hal apa sajakah yang harus
selalu bermusyawarah sebelum mengambil dimusyawarahkan sebelum mengambil
keputusan. keputusan? Dalam menjawab permasalahan
Ketiga ayat di atas menjelaskan bahwa ini para ulama berbeda pendapat. Sebagian di
Islam sangat menganjurkan umat Islam untuk antara mereka seperti Muqatil, Ibn Abi Rabi’
selalu mengedepankan musyawarah terlebih mengatakan bahwa permasalahan-permasala-
dahulu sebelum memutuskan sebuah perkara. han yang harus dimusyawarahkan hanyalah
Terbukti dengan dimasukkannya musyawarah yang berkaitan dengan strategi berperang
sebagai ciri orang yang beriman sebagaimana sesuai dengan penjelasan surat Ali Imran ayat
dalam surat al-Shura ayat 38 di atas. 159 di atas.28 Kelompok ini nampaknya
Meskipun Alquran sangat mementingkan menafsirkan ayat di atas secara literalis atau
musyawarah, akan tetapi Allâh tidak me- harfiah sehingga kejadian atau asba>b al-nuzu>l
nguraikan bagaimana prosedur, bentuk atau ayat di atas menjadi patokan bahwa per-
tata cara bermusyawarah. Hal ini secara tidak masalahan yang dibolehkan untuk dimu-
langsung memberikan gambaran kepada syawarahkan hanya berkaitan dengan strategi
manusia bahwa Alquran bukanlah seperti berperang saja tidak pada yang lain.
karya ilmiah lainnya yang harus ditulis dan Berbeda dengan pendapat-pendapat ulama
diuraikan dengan sangat mendetail agar tidak di atas, ulama lain seperti Hasan Basri, al-
terjadi kesalahan pemahaman. Alquran adalah Dahaq mengatakan bahwa permasalahan-
kitab suci petunjuk umat Islam yang bersifat
global. Keglobalan tersebut memberikan 28
Musa, Niz}a>m al-H{ukm fi>> al-Isla>m.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 1 (Januari 2016): 1-17 9
Kiki Muhamad Hakiki Islam dan Demokrasi: Pandangan Intelektual Muslim
dan Penerapannya di Indonesia

permasalahan yang harus dimusyawarahkan tukar sesuai dengan kehendak hatinya karena
hanya khusus terkait pada masalah yang hal ini sudah baku atau qat}’i.
berkaitan dengan urusan duniawi saja bukan Permasalahan lain yang muncul jika
dalam permasalahan agama. Alasan mereka musyawarah dikaitkan dengan negara adalah
adalah bahwa sebenarnya Nabi tidaklah siapa yang berhak untuk melaksanakan
membutuhkan jawaban-jawaban dari saha- musyawarah dan menentukan kebijakan
batnya, akan tetapi bermaksud mendidik pemerintah. Quraish Shihab mengutip sebuah
umatnya betapa musyawarah ini merupakan hadits:
hal yang sangat penting dalam kehidupan Wahai Ali, jangan bermusyawarahah
sosial politik umat Islam.29 Pendapat lain, dengan orang penakut, karena dia memper-
pendapat ulama-ulama modern, yang menga- sempit jalan keluar, jangan juga dengan
takan bahwa musyawarah tidaklah dilakukan orang kikir, karena dia menghambat
hanya untuk permasalahan duniawi saja, akan engkau dari tujuanmu, juga tidak dengan
tetapi juga untuk permasalahan keagamaan. yang berambisi, karena dia akan mem-
Untuk itulah menurut kelompok ini, musya- perindah untukmu keburukan sesuatu.
warah dalam segi apa pun harus dilakukan Ketahuilah wahai Ali, bahwa takut, kikir,
baik urusan duniawi maupun agama. Kema- dan ambisi merupakan bawaan yang sama.
juan teknologi, agama pun akan terkena imbas Semuanya bermuara pada prasangka buruk
dan tentunya membutuhkan solusi yang tidak kepada Allah.30
bisa ditunda-tunda. Dari ketiga pendapat di Hadis di atas memberikan pemahaman
atas, tampaknya pendapat yang lebih masuk bahwa untuk melakukan musyawarah sebaik-
akal dan realistis adalah pendapat yang nya tidak dilakukan secara sembarang, ada
terakhir, yang mengemukakan argumentasi beberapa hal yang harus dipertimbangkan
jika perkembangan dan perubahan masyarakat untuk memilih siapa yang layak diajak
tidak di antisipasi untuk diberikan solusinya bermusyawarah. Hadis di atas juga mem-
secara bersama-sama, maka tidak tertutup berikan petunjuk bahwa tidak semua anggota
kemungkinan umat Islam dengan tidak mem- masyarakat harus dilibatkan dalam proses
butuhkan waktu yang lama akan tertinggal musyawarah. Sebagai contoh apa yang pernah
jauh. dilakukan oleh sahabat Nabi ketika melakukan
Konsep di atas jika dibandingkan dengan pemilihan siapa yang layak menjadi pengganti
pengertian teori demokrasi sebagaimana yang Nabi setelah Nabi meninggal. Pada saat itu
sudah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam tidak semua sahabat Nabi diharuskan untuk
demokrasi apa pun boleh dinegosiasikan; berkumpul. Hanya sebagian saja yakni sahabat
dalam demokrasi, semua individu atau kelom- Nabi yang mempunyai kredibilitas tinggi yang
pok bebas melakukan perbuatan, maka kelom- diperkenankan hadir. Di samping itu, dili-
pok yang ketiga di atas secara otomatis mene- batkan juga beberapa utusan kepala dari
rima dan menganggap bahwa pesan-pesan masing-masing suku. Ini membuktikan bahwa
demokrasi sesuai dengan Islam. musyawarah tidak dilakukan terhadap semua
Meskipun begitu, menurut hemat penulis, anggota masyarakat. Hanya mereka yang
bagaimanapun tidak semua permasalahan dianggap layak yang berhak untuk mengikuti
agama harus dimusyawarahkan. Ada beberapa musyawarah.
hal yang tidak layak atau dilarang untuk Quraish Shihab ketika mengomentari surat
dimusyawarahkan misalnya dalam hal Ali Imran: 159 mengatakan bahwa sebenarnya
keimanan, ibadah, seperti tentang pembagian ayat ini telah memberikan arahan kepada kita
jumlah rakaat shalat dalam setiap waktunya perihal sikap yang harus diperhatikan ketika
tidak perlu dimusyawarahkan atau ditukar- hendak bermusyawarah. Ia mengatakan,
sedikitnya ada tiga sikap yang harus

29
Musa, Niz}a>m al-H{ukm fi>> al-Isla>m. 30
Shihab, Wawasan Al-Qur’an, 480.

10 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 1 (Januari 2016): 1-17
Kiki Muhamad Hakiki Islam dan Demokrasi: Pandangan Intelektual Muslim
dan Penerapannya di Indonesia

diperhatikan: pertama, adalah sikap lemah berdasarkan pandangan mayoritas. Dari tiga
lembut. Dalam bermusyawarahah apabila model keputusan ini maka Quraish
sebagai pemimpin, haruslah ia menghindari mengatakan bahwa konsep shu>ra dalam Islam
tutur kata yang kasar serta sikap keras kepala. tidak tepat jika mengambil model yang
Karena jika tidak, maka mitra musyawarah pertama di atas. Tidak hanya itu, model kedua
akan meninggalkannya. Kedua, memberi maaf pun menurutnya tak pantas bagi konsep shu>ra.
dan membuka lembaran baru sebagaimana Ia berkata: jika suara minoritas menjadi
kalimat ayat tersebut fa’fu ’anhum (maafkan pilihan, apa keistimewaan pendapat minoritas
mereka). Ketiga, adalah hendaknya selalu sehingga menjadi pilihan? Sebagai jawaban-
menjaga keharmonisan hubungan dengan nya ia merasa cocok dengan model ketiga,
Tuhan, dengan cara memohon ampunan Ilahi akan tetapi hal itu tidaklah mutlak. Untuk
sebagaimana yang dijelaskan oleh ayat memperkuatnya, ia mengutip ungkapan
tersebut dengan kalimat “wa istaghfir Ahmad Kamal Abu al-Majid yang menga-
lahum”.31 takan bahwa keputusan janganlah langsung
Jika merujuk pada penjelasan literatur diambil berdasarkan pandangan mayoritas
klasik, dijelaskan bahwa mereka yang ditunjuk setelah melakukan sekali dua kali musya-
untuk melakukan musyawarah dalam rangka warah, tetapi hendaknya berulang-ulang
mencari jalan keluar terhadap permasalahan hingga dicapai kata sepakat.33
yang dihadapi umat Islam, disebut oleh Al- Meskipun begitu, menurut penulis, dalam
Mawardi dengan Ahl al-H{all wa al-‘Aqd konsep shu>ra proses pengambilan keputusan
(orang yang berhak melepas dan mengikat). tidak mesti ditentukan dengan suara
Ahl al-H{all wa al-‘Aqd adalah sekelompok mayoritas. Ada kalanya suara minoritas justru
orang yang mempunyai kualitas tinggi dalam yang dipilih, hal ini disebabkan mungkin suara
hal penguasaan ilmu pengetahuan, dan minoritas yang lebih tepat untuk dipilih.
dijadikan tempat untuk bertanya dan sekaligus Kondisi ini pernah terjadi pada masa Khalifah
merekalah yang ditugasi untuk melakukan Abu Bakar. Pada waktu itu Khalifah pernah
musyawarah dalam rangka mencari solusi mengabaikan pendapat suara mayoritas dalam
terhadap permasalahan yang dihadapi oleh hal sikap terhadap para pembangkang
umat Islam baik itu dalam permasalahan yang pembayar zakat. Pada saat itu sebagian
dihadapi negara atau pun rakyatnya. Atau mayoritas sahabat yang dimotori oleh Umar
sebagaimana ungkapan Muhammad ‘Abduh Ibn Khatab berpendapat bahwa orang-orang
yang mengatakan Ahl al-H{all wa al-‘Aqd yang menolak membayar zakat tetaplah
sebagai orang yang menjadi rujukan masya- dikatakan Muslim dan tidak boleh diperangi.
rakat untuk kebutuhan dan kepentingan umum Akan tetapi Khalifah Abu Bakar pada waktu
mereka, yang mencakup pemimpin formal itu tetap memilih untuk memerangi mereka
maupun non-formal, sipil maupun militer.32 yang enggan membayar zakat sekaligus meno-
Inilah yang membedakan antara shu>ra dan lak mereka yang menghendaki untuk tidak
demokrasi. memeranginya sebagaimana dimotori oleh
Sisi lain perbedaan antara shu>ra dan Umar. Pendapat Abu Bakar pun kemudian
demokrasi adalah dalam hal pengambilan disetujui oleh forum dan realisasi kebijakan
keputusan. Menurut Quraish Shihab sedikitnya Khalifah pun berjalan dalam sejarah.
manusia mengenal tiga cara dalam mengambil Kondisi penolakan atas suara mayoritas
keputusan: pertama, keputusan yang pun pernah dilakukan pada masa Khalifah
ditetapkan oleh penguasa. Kedua, keputusan Umar. Saat itu permasalahan yang menjadi
yang ditetapkan berdasarkan pandangan agenda musyawarah adalah perihal harta
minoritas. Ketiga, keputusan yang ditetapkan rampasan perang (ghanimah) berupa tanah.
Pada saat sebagian sahabat menghendaki agar
31
Shihab, Wawasan Al-Qur’an, 473-475.
32 33
Dikutip oleh Shihab, Wawasan Al-Qur’an, 481. Shihab, Wawasan Al-Qur’an, 482-483.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 1 (Januari 2016): 1-17 11
Kiki Muhamad Hakiki Islam dan Demokrasi: Pandangan Intelektual Muslim
dan Penerapannya di Indonesia

harta yang dimiliki oleh mereka yang kalah ini pernah dicontohkan oleh Abu Bakar ketika
berperang dirampas dan kemudian dibagikan memilih Umar. Pengangkatan putra mahkota
kepada mereka yang mengikuti peperangan. ini sifatnya pengajuan calon saja dari Abu
Alasan mereka karena cara seperti ini Bakar dan bukan suatu kemestian. Ketiga,
diajarkan oleh Nabi dan juga dipraktekkan mempersiapkan salah seorang dari tiga orang
pada masa Khalifah Abu Bakar. Kebijakan ini atau lebih anggota masyarakat yang dipandang
kemudian ditentang oleh Khalifah Umar. terbaik di dalam masyarakat. Dan cara yang
Umar dan beberapa sahabat minoritas ketiga ini nampaknya menjadi pilihan setiap
menghendaki agar harta rampasan itu tidak negara di dalam memilih pemimpinnya.
disita, akan tetapi dikembalikan lagi kepada
mereka sebagai pemilik sah dan umat Islam 3. Hubungan Islam dan Demokrasi: Kasus
hanya boleh memungut pajaknya saja. Dan Indonesia
pada akhirnya kebijakan Umar pun disetujui Setelah di atas kita memfokuskan pada
oleh semua sahabat dan hal itu terrealisasi juga kajian seputar makna dari demokrasi dan
dalam sejarah. syura, dan beberapa tipologi pandangan
Dari adanya beberapa pendapat di atas, intelektual Muslim terhadap isu demokrasi,
yang terpenting dalam konsep shu>ra adalah pada bagian ini akan coba disajikan potret
seberapa besar nilai kebaikan dari pendapat- penerapan demokrasi dengan mengambil
pendapat tersebut—baik itu dari minoritas sampel kasus di Indonesia.
maupun mayoritas. Jika ternyata pendapat Pengambilan kasus Indonesia dalam hal ini
minoritas yang lebih banyak manfaatnya, sangat menarik karena dua alasan; pertama,
maka ia pun menjadi pilihan, begitu sebalik- Indonesia dilihat dari kuantitas jumlah adalah
nya. Inilah menurut penulis di antara sisi penganut agama Islam mayoritas di dunia
perbedaan lainnya dengan demokrasi yang dibandingkan negara-negara berpenduduk
mensyaratkan bahwa hanya suara mayoritaslah Islam lainnya. Kedua, dalam kasus penerapan
yang menjadi pilihan. demokrasi, Indonesia adalah negara paling
Begitu pentingnya konsep shu>ra dalam berhasil dalam menerapkan isu demokrasi.35
sebuah negara membuat konsep ini dijadikan Dalam memotret kasus Indonesia ini,
oleh Jumhur Ulama sebagai syarat bagi penulis berdasar pada penemuan Saiful
seseorang yang akan diangkat menjadi seorang Mujani melalui riset disertasinya yang
pemimpin negara. Menurut Jumhur Ulama, kemudian dibukukannya dengan judul
proses pemilihan seorang pemimpin negara “Muslim Demokrat; Islam, Budaya Demo-
haruslah dengan jalan musyawarah. Lalu krasi, dan Partisipasi Politik di Indonesia
pertanyaannya bagaimana mekanisme menja- Pasca Orde Baru”.36 Buku yang ditulis oleh
lankan musyawarah dalam memilih pemimpin Saiful Mujani ini37 adalah sebuah bantahan
negara dalam dunia realitas. Dalam hal ini bagi mereka yang mengatakan bahwa Islam
para ulama menentukan tiga cara;34 Pertama, atau masyarakat Islam tak sesuai dengan
pemilihan secara bebas melalui musyawarah demokrasi atau tak akan bisa mene-rima
tanpa pencalonan lebih dahulu oleh seseorang. konsep penerapan demokrasi.
Menurut para ulama, hal ini pernah
dicontohkan ketika pemilihan Abu Bakar. Ia
dipilih secara bebas tanpa dipersiapkan oleh 35
Saiful Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya
Rasulullah Saw untuk menjadi penggantinya. Demokrasi, dan Partisipasi Politik di Indonesia Pasca
Kedua, Khalifah mempersiapkan putra Orde Baru, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007).
36
mahkota sebagai penggantinya jika antara Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya
Demokrasi, dan Partisipasi Politik di Indonesia Pasca
keduanya tidak ada hubungan keluarga. Cara Orde Baru.
37
Buku ini pada awalnya adalah sebuah disertasi
34
Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan untuk memperoleh gelar doktor dalam ilmu politik dari
‘Aqidah dalam Islam, terj. Abd. Rahman Dahlan dan Departemen Ilmu Politik, di The Ohio State University,
Ahmad Qarib (Jakarta: Logos, 1996), 95-96. Colombus, Amerika Serikat.

12 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 1 (Januari 2016): 1-17
Kiki Muhamad Hakiki Islam dan Demokrasi: Pandangan Intelektual Muslim
dan Penerapannya di Indonesia

Ada banyak ilmuwan yang mengatakan ada juga negara yang mayoritas muslim men-
bahwa Islam cenderung akan menolak istilah dukung secara baik penerapan demokrasi, dan
dan penerapan demokrasi. Di antaranya adalah negara itu adalah Indonesia.
Samuel P. Huntington yang mengatakan Jika kita membaca buku ini, istilah demo-
bahwa bila orang Islam berusaha memper- krasi dipahami melalui dua cara; sebagai
kenalkan demokrasi ke dalam masyarakat sebuah kompleks budaya politik dan sebagai
mereka, usaha itu cenderung akan gagal partisipasi politik. Sebagai sebuah konsep
karena Islam, yang sangat berpengaruh dalam budaya politik, demokrasi mencakup unsur-
kehidupan mereka, tidak mendukung unsur saling percaya antar sesama warga
demokrasi. Lebih lanjut ia berpendapat bahwa (interpersonal trust), jaringan keterlibatan
kegagalan demokrasi di negara-negara Muslim kewargaan (networks of civic engagement),
antara lain disebabkan oleh watak budaya dan toleransi, keterlibatan politik, kepercayaan
masyarakat Islam yang tidak ramah terhadap pada institusi politik, kepuasan terhadap
konsep-konsep liberalisme Barat.38 kinerja demokrasi, dukungan terhadap prinsip-
Pandangan serupa pun dikumandangkan prinsip demokrasi, dan dukungan terhadap
oleh Elie Kedourie. Ia menyatakan bahwa masyarakat politik modern, yakni negara-
ajaran, norma, kecenderungan, pengalaman bangsa (nation-state). Sebagai partisipasi
keseharian orang Islam telah membentuk politik, demokrasi merupakan seperangkat
pandangan politik kaum Muslimin yang khas aksi politik yang bersifat sukarela—mulai dari
dan jauh dari modern. Menurutnya peradaban voting hingga protes—oleh warga negara
Islam bersifat unik; kaum Muslim bangga biasa dengan tujuan mempengaruhi kebijakan
akan warisan masa lalu mereka dan bersikap publik.41
tertutup terhadap dunia luar. Peradaban seperti Buku yang ditulis oleh saudara Saeful
ini menurutnya akan menghambat kaum Mujani ini mencoba membuktikan apakah
Muslim untuk mempelajari dan menghargai Islam mempunyai hubungan negatif dengan
kemajuan politik dan sosial yang dicapai oleh demokrasi. Ada sekitar sepuluh hipotesis yang
peradaban lain.39 Pendapat senada pun diung- akan dibuktikan dalam buku ini;
kapkan oleh Bernard Lewis.40 Pertama, “semakin Islami seorang Muslim,
Beberapa pandangan di atas yang sedikit ia semakin cenderung tidak percaya kepada
menyentil Islam terbantahkan jika kita berkaca orang lain pada umumnya”.42 Berdasarkan
pada kasus Indonesia. Berdasarkan riset Saiful hasil penelitian di Indonesia, hipotesis tersebut
Mujani ditemukan bahwa meskipun mayoritas tidak menemukan pembuktiannya. Tidak ada
penduduk Indonesia beragama Islam, ternyata satu pun unsur Islam yang memiliki korelasi
masyarakat Islam Indonesia cukup menarik negatif dan signifikan dengan sikap saling
dengan penerapan demokrasinya. Meskipun percaya pada orang lain pada umumnya.43
buku ini tidak bisa secara total menggugurkan Kedua, “semakin Islami seorang Muslim,
teori Elie Kedourie, Bernard Lewis, dan ia akan semakin cenderung tidak percaya
Samuel P Huntington karena masih banyak kepada non-Muslim”. Dalam kasus kaum
negara-negara mayoritas muslim lainnya yang Muslim Indonesia hipotesis ini tertolak. Tidak
cenderung membenarkan pandangan tokoh di ada satu pun unsur Islam, kecuali “Islamisme”
atas, akan tetapi minimal kehadiran buku ini yang memiliki korelasi negatif dan signifikan
bisa sedikit dijadikan cacatan bahwa ternyata dengan faktor kepercayaan terhadap non-
38 41
Samuel P Huntington, The Clash of Civilizations: Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya
Remaking of The World Order (New York: Simon and Demokrasi, dan Partisipasi Politik di Indonesia Pasca
Schuster, 1997), 112. Orde Baru, 313.
39 42
Elie Kedourie, Democracy and Arab Political Untuk lebih jelasnya terkait dengan data
Culture (Portland: Frank Cass, 1994). penelitian ini dapat dilihat pada halaman 117-149.
40 43
Bernard Lewis, What Went Wrong ? Western Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya
Impact and Middle Eastern Response (Oxford: Oxford Demokrasi, dan Partisipasi Politik di Indonesia Pasca
University Press, 2002), 100. Orde Baru, 315.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 1 (Januari 2016): 1-17 13
Kiki Muhamad Hakiki Islam dan Demokrasi: Pandangan Intelektual Muslim
dan Penerapannya di Indonesia

Muslim. Baik didefinisikan sebagai keper- dengan konsolidasi demokrasi, karenanya,


cayaan terhadap orang lain secara umum harus diukur dengan melihat sejauh mana
maupun terhadap non-Muslim. Islam secara Islam memiliki korelasi negatif dengan
keseluruhan tidak berpengaruh terhadap tinggi toleransi politik secara umum tersebut. Karena
rendahnya kepercayaan antar sesama warga. itu hipotesisnya adalah; “semakin Islami
Rendahnya kepercayaan antar sesama warga seorang Muslim, ia semakin cenderung tidak
di kalangan Muslim Indonesia tidak memiliki toleran terhadap kelompok yang paling tidak
korelasi signifikan dengan Islam.44 disukainya”. Untuk kasus Indonesia, hipotesis
Ketiga, “semakin Islami seorang Muslim, ini tidak terbukti. Karena tidak ada satu pun
cenderung semakin rendah pula keterikatan- unsur Islam yang memiliki korelasi negatif
nya dalam aktivitas kewargaan yang bersifat dan signifikan dengan sikap toleran terhadap
sekular”. Hipotesis ini untuk Indonesia tidak kelompok yang paling tidak disukai.
meyakinkan. Tidak ada satu pun unsur Islam Sebaliknya, jaringan keterlibatan dalam per-
yang memiliki korelasi negatif dan signifikan kumpulan Islam memperlihatkan korelasi
dengan jaringan keterlibatan dalam perkum- yang relatif signifikan dan positif dengan
pulan sekular. Sebaliknya, hampir semua toleransi politik secara umum.47
unsur Islam memiliki korelasi positif, signi- Kelima, “semakin Islami seorang Muslim,
fikan, dan konsisten dengan jaringan keter- ia semakin cenderung tidak terlibat dalam
libatan tersebut. Karena itu untuk kasus politik”.48 Untuk kasus ini, Saeful Mujani
Indonesia, Islam ternyata memperkuat, bukan melihat dari keterilabatn umat Islam dalam
memperlemah, keterlibatan kaum Muslim mengikuti berita politik; baik melalui media
dalam perkumpulan kewargaan yang bersifat massa, diskusi politik dan perasaan penting-
sekular.45 nya menentukan sikap dalam proses politik.
Keempat, “semakin Islami seorang Muslim, Untuk kasus Indonesia, hipotesis ini ternyata
ia semakin cenderung tidak toleran terhadap juga tidak terbukti secara empiris. Tidak ada
orang Kristen”.46 Hipotesis ini jika dilihat satu pun unsur Islam yang memiliki korelasi
secara empirik di lapangan terlihat mempunyai negatif dan signifikan dengan unsur
pembuktiannya. Respon bagi kelompok keterlibatan politik. Sebaliknya, beberapa
Islamis memiliki korelasi negatif, signifikan unsur Islam, seperti: ibadah, memiliki korelasi
dan konsisten dengan sikap toleran terhadap yang signifikan, langsung, konsisten, dan
orang Kristen. Akan tetapi untuk kasus ini, positif dengan keterlibatan politik. Kesim-
Saeful Mujani menyatakan bahwa untuk kasus pulan akhir, justru Islam membantu me-
kaum Muslim Indonesia, Islamisme tidak ngintegrasikan para penganutnya dengan
identik dengan Islam. Karena itu, toleransi sistem demokrasi melalui keterlibatan
dalam hal ini lebih baik diukur dengan sikap politik.49
toleran terhadap kelompok yang paling tidak Keenam, “semakin Islami seorang Muslim,
disukai, dan bukan diukur dengan sikap ia semakin cenderung tidak percaya pada
toleran terhadap kelompok tertentu seperti institusi politik”. Dari hasil survai ditemukan
Kristen. Karena dengan pengertian toleransi bahwa ternyata bahwa tak satu pun unsur
politik seperti ini, lebih sensitif terhadap Islam yang memiliki korelasi negatif dan
persoalan konsolidasi demokrasi. Karena itu signifikan dengan lemahnya tingkat
klaim bahwa Islam memiliki korelasi negatif kepercayaan pada institusi politik. Sebaliknya,
44 47
Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya
Demokrasi, dan Partisipasi Politik di Indonesia Pasca Demokrasi, dan Partisipasi Politik di Indonesia Pasca
Orde Baru, 315. Orde Baru, 317.
45 48
Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya Untuk lebih jelasnya terkait dengan data penelitian
Demokrasi, dan Partisipasi Politik di Indonesia Pasca ini dapat dilihat pada halaman 189-217.
49
Orde Baru, 316. Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya
46
Untuk lebih jelasnya terkait dengan data penelitian Demokrasi, dan Partisipasi Politik di Indonesia Pasca
ini dapat dilihat pada halaman 153-186. Orde Baru, 318.

14 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 1 (Januari 2016): 1-17
Kiki Muhamad Hakiki Islam dan Demokrasi: Pandangan Intelektual Muslim
dan Penerapannya di Indonesia

ada sejumlah indikasi yang menegaskan tidak terbukti secara empiris karena tidak ada
bahwa Islam memiliki korelasi yang positif satu pun unsur Islam yang memiliki korelasi
dan signifikan dengan kepercayaan pada negatif dan signifikan dengan dukungan
institusi ini. Lebih lanjut ia menyatakan bahwa terhadap negara-bangsa Indonesia.54
dari sudut pandang stabilitas demokrasi, Kesembilan,“semakin Islami seorang
ternyata tidak ada indikasi bahwa Islam dapat Muslim, cenderung semakin kecil partisipasi-
mengakibatkan destabilitasi pemerintahan nya dalam politik, kecuali jika objek dari
demokrasi. Justru sebaliknya Islam memiliki partisipasinya itu bersifat keislaman”.55 Dari
kontribusi positif.50 hasil pengamatan ternyata hipotesis itu tidak
Keenam, “semakin Islami seorang Muslim, terbukti untuk kasus kaum Muslim Indonesia.
ia semakin cenderung tidak puas terhadap Karena tidak ada satu pun unsur Islam yang
kinerja demokrasi”. Dari hasil survai ditemu- memiliki korelasi negatif dan signifikan
kan ternyata tidak ada satu pun unsur Islam dengan partisipasi politik, terlepas dari apa
yang memiliki korelasi negatif dan signifikan pun objek partisipasinya, entah bersifat
dengan kepuasan terhadap kinerja demokrasi. keagamaan atau pun non-keagamaan.
Ternyata dari sini dapat disimpulkan bahwa Kesepuluh,“semakin Islami seorang
tingkat kesalehan kaum Muslim Indonesia Muslim, cenderung semakin kecil kemung-
ternyata tidak terkait dengan evaluasi mereka kinannya untuk menjadi warga yang setia, dan
terhadap kinerja demokrasi sebuah pemerin- semakin besar kemungkinannya untuk menjadi
tahan.51 warga yang teralienasi, naif, dan apatis”.
Ketujuh, “semakin Islami seorang Muslim, Dari hasil survai, hipotesis ini ternyata tidak
ia semakin cenderung tidak mendukung terbukti. Untuk kasus umat Islam Indonesia,
prinsip-prinsip demokrasi”.52 Untuk kasus warga negara yang setia dan teralienasi relatif
Indonesia, ternyata hipotesis ini tidak terbukti lebih aktif dalam semua bentuk partisipasi
secara empiris. Tidak ada satu pun unsur Islam politik—yang terlembagakan dan yang tidak
yang memiliki korelasi negatif dan signifikan terlembagakan, yang konvensional dan yang
dengan dukungan terhadap prinsip-prinsip non-konvensional—dibanding warga negara
demokrasi. Bahkan Saeful Mujani menemukan yang naif dan apatis. Lebih lanjut ia
bahwa sikap kalangan Islamis pun yang menemukan bahwa dikalangan warga yang
diduga kuat memiliki korelasi negatif, ternyata setia, tidak ada satu pun unsur Islam yang
tidak terbukti. Lebih lanjut ia menyatakan memiliki korelasi negatif dengan statusnya
bahwa Islam ternyata mempunyai dan memi- sebagai warga yang setia.56
liki potensi untuk memperkuat demokrasi, Dari penelitian di atas, Saeful Mujani
seperti tentang ijtiha>d, ijma>’, ikhtila>f, dan menyimpulkan bahwa ternyata tidak ada satu
shu>ra.53 pun unsur Islam yang memiliki korelasi
Kedelapan,“semakin Islami seorang negatif dan signifikan dengan satu unsur
Muslim, ia semakin cenderung tidak mendu- demokrasi. Keseluruhan proposisi bahwa
kung negara-bangsa”. Dari hasil penelitian Islam memiliki korelasi negatif dengan
juga ditemukan bahwa ternyata hipotesis ini demokrasi jika mengacu pada hasil survai
kaum Muslim Indonesia terbantahkan.
50
Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya
Berdasarkan data ini, maka pendapat mereka
Demokrasi, dan Partisipasi Politik di Indonesia Pasca yang menyatakan bahwa Islam mempunyai
Orde Baru, 318.
51 54
Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya
Demokrasi, dan Partisipasi Politik di Indonesia Pasca Demokrasi, dan Partisipasi Politik di Indonesia Pasca
Orde Baru, 319. Orde Baru, 321.
52 55
Untuk lebih jelasnya terkait dengan data penelitian Untuk lebih jelasnya terkait dengan data penelitian
ini dapat dilihat pada halaman 221-250. ini dapat dilihat pada halaman 253-292.
53 56
Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya
Demokrasi, dan Partisipasi Politik di Indonesia Pasca Demokrasi, dan Partisipasi Politik di Indonesia Pasca
Orde Baru, 320. Orde Baru, 323.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 1 (Januari 2016): 1-17 15
Kiki Muhamad Hakiki Islam dan Demokrasi: Pandangan Intelektual Muslim
dan Penerapannya di Indonesia

korelasi negatif dengan demokrasi dengan


mengacu pada pandangan kaum Muslim DAFTAR PUSTAKA
Indonesia terbantah atau secara otomatis Al-Qardhawy, Yusuf. Fiqih Daulah; Dalam
gugur. Perspektif Alquran dan Sunnah.
Diterjemahkan oleh Kathur Suhardi.
C. SIMPULAN Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1997.
Dari uraian di atas, menurut hemat penulis, Al-Syawi, Taufiq. Syura Bukan Demokrasi.
bahwa antara demokrasi dan shu>ra banyak Diterjemahkan oleh Djamaluddin ZS.
sekali titik persamaannya meskipun juga ada Jakarta: Gema Insani Press, 1997.
beberapa celah perbedaannya. Lalu mengapa Al-Nabh}ani, Taqiyuddin. Niz}am Al-Isla>m.
kita mesti takut menerima konsep demokrasi? t.k.: t.p., 2001.
Menurut hemat penulis, menolak demokrasi Esposito, John L. Islam dan Politik. Jakarta:
dengan alasan bahwa istilah ini datang dari Bulan Bintang, 1990.
Barat dan syarat akan muatan misi dan demo- Esposito, John L., dan James P. Piscatori.
krasi juga dianggap lebih mengusung sisi “Islam and Democracy.” Middle East
mayoritas dan meninggalkan minoritas, adalah Journal VL, no. III (1991).
pendapat yang keliru (tidak objektif). Bukan- ———. “Islam dan Demokrasi.” Islamika,
kah kita telah diajarkan oleh Nabi kita bahwa Jurnal Dialog Pemikiran Islam April-Janu,
mencari hikmah boleh di mana saja. Dan no. 4 (1994).
hikmah itu mungkin saja datang dari negeri Esposito, John L., dan John O. Voll.
Barat—tidak selamanya dari Timur (negara Demokrasi di Negara-Negara Muslim.
bermayoritas muslim). Sudahkah kita me- Bandung: Mizan, 1999.
nyadari bahwa terkadang kita juga secara tidak Ghafar, Afan. “Demokratisasi dan Prospeknya
disadari bersikap ala demokrasi, seperti dalam di Indonesia Orde Baru.” Di Demokratisasi
masalah mencari argumentasi dalam bidang Politik, Budaya dan Ekonomi; Pengalaman
fikih (hukum Islam) misalnya. Kita selalu Indonesia Masa Orde Baru, diedit oleh
mengatakan bahwa ”hendaklah dalam mencari Elza Peldi Taher. Jakarta: Paramadina,
dan mengikuti sebuah ketentuan hukum selalu 1994.
berpatokan kepada jumhur ulama atau ma- Heikal, Muhammad Husein. Pemerintahan
yoritas pendapat ulama sebagai pegangan”. Islam. Diterjemahkan oleh Tim Pustaka
Jika mereka bersikap seperti ini, berarti Firdaus. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993.
mereka juga (yang menolak demokrasi) secara Huntington, Samuel P. The Clash of
tidak disadari menjalankan ”ajaran” demo- Civilizations: Remaking of The World
krasi. Order. New York: Simon and Schuster,
Menurut hemat penulis, apakah pendapat 1997.
ulama yang minoritas itu salah, tentunya tidak Huwaidi, Fahmi. Demokrasi, Oposisi, dan
atau belum tentu bukan. Karena itu, pemikiran Masyarakat Madani. Diterjemahkan oleh
yang bijak haruslah menjadi acuan dan M. Abdul Ghofar. Bandung: Mizan, 1996.
pegangan, baik dalam melihat permasalahan Huwaydi, Fahmi. Al-Isla>m wa al-
demokrasi atau pun yang lainnya.Untuk kasus Demuqra>ti>yah. Kairo: Markaz al-Ahram,
umat Islam Indonesia berdasarkan penelitian 1993.
Saeful Mujani dalam bukunya “Muslim Demo- Kamil, Sukron. Islam dan Demokrasi; Telaah
krat” ternyata umat Islam Indonesia begitu Konseptual dan Historis. Jakarta: Gaya
menerima dan berhubungan positif dengan Media Pratama, 2002.
konsep demokrasi yang selama ini dianggap Kedourie, Elie. Democracy and Arab Political
”mahluk asing” dan bertentangan dengan Culture. Portland: Frank Cass, 1994.
ajaran Islam. Wallahu a’lam. Lewis, Bernard. What Went Wrong ? Western
Impact and Middle Eastern Response.
Oxford: Oxford University Press, 2002.

16 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 1 (Januari 2016): 1-17
Kiki Muhamad Hakiki Islam dan Demokrasi: Pandangan Intelektual Muslim
dan Penerapannya di Indonesia

Maarif, Muhammad Syafi’i. Islam dan Sihbudi, Riza. “Bahasa dalam Kelompok
Masalah Kenegaraan. Jakarta: LP3ES, Syi’ah, Kasus Vilayat Faqih.” Islamika,
1985. Jurnal Dialog Pemikiran Islam, no. 5
Magnis-Suseno, Franz. “Demokrasi Tantangan (1994).
Universal.” Di Agama dan Dialog Antar ———. “Masalah Demokratisasi di Timur
Peradaban, diedit oleh M. Nasir Tamara Tengah.” Di Agama, Demokrasi, dan
dan Elza Peldi Taher. Jakarta: Paramadina, keadilan, diterjemahkan oleh M. Imam
1996. Aziz. Jakarta: Gramedia, 1993.
Manzu>r, Ibn. Lisa>nul ’Arab. Jilid 4. Beirut: Sulaiman, Sadek J. “Demokrasi dan Shura.”
Da>r al-Shadr, 1968. Di Islam Liberal, diedit oleh Charles
Memon, Ali Nawaz. “Membincang Khurzman, diterjemahkan oleh Bahrul
Demokrasi.” Di Islam Liberalisme Ulum dan Heri Junaedi. Jakarta:
Demokrasi, diterjemahkan oleh Mun’im A. Paramadina, 2003.
Sirry. Jakarta: Paramadina, 2002. Zahrah, Muhammad Abu. Aliran Politik dan
Mujani, Saiful. Muslim Demokrat: Islam, ‘Aqidah dalam Islam. Diterjemahkan oleh
Budaya Demokrasi, dan Partisipasi Politik Abd. Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib.
di Indonesia Pasca Orde Baru,. Jakarta: Jakarta: Logos, 1996.
Gramedia Pustaka Utama, 2007.
Musa, Muhammad Yusuf. Niz}a>m al-H{ukm fi>>
al-Isla>m. Kairo: Da>r al-Katib al-‘Arabi>, t.t.
Rahardjo, Dawam. “Syura.” Jurnal Ulumul
Qur’an 1, no. 1 (1989).
Sammarah, Ih}sa>n. Mafhu>m Al-'Ada>lah Al-
Ijtimaiyah fi> Al-Fikri> Al-Isla>mi> Al-Mu’as}ir.
Bairut: Da>r Al-Nahd}ah Al-Isla>miyah, 1991.
Shihab, Muhammad Quraish. Wawasan
Alquran. Bandung: Mizan, 1996.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 1 (Januari 2016): 1-17 17

Anda mungkin juga menyukai