MASYARAKAT
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kepemimpinan dan Berpikir Sistem
Kesehatan Masyarakat
OLEH KELOMPOK 2
C 2019
2021
PENDEKATAN SYSTEM THINKING DALAM KESEHATAN MASYARAKAT
Berfikir sistem pertama kali diperkenalkan oleh Barry Richmond padatahun 1994 dan
mendefinisikan berfikir sistem sebagai ilmu dan senitentang bagaimana
menginterpretasikan perilaku secara reliabel denganmengembangkan pemahaman yang
mendalam terhadap struktur yang melandasi perilaku tersebut.
Berfikir sistem yang mulai dikembangkan pada awal abad 20, pertama kalidiaplikasikan
pada bidang teknik, ekonomi, dan ekologi. Masalah padabidang kesehatan juga lambat
laun disadari memiliki karakteristik yangkompleks dan seperti fenomena gunung es
sehingga diperlukan berfikirsistem untuk menanganinya.
Konsep tentang berfikir sistem hadir berdasarkan pepatah yang menyatakan bahwa “the
whole is greater than the sum of its parts” Artinya ketika elemen-elemen dalam
organisasi/sistem digabungkan maka akan menghasilkan penjumlahan yang lebih besar.
B. Pengertian Berfikir Sistem (System Thinking)
Menurut Arnold & Wade (2015) melalui studi literature dari para ahli
mendefinisikan berfikir sistem atau system thinking sebagai kemampuan untuk
mengidentifikasi dan memahami sistem, memprediksi perilaku sistem, dan merancang
modifikasi sistem untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Sebelum terjun jauh dari definisi Arnold & Wade, berfikir sistem (system
thinking) pertama kali digagaskan oleh Barry Richmond (1994) dalam Arnold & Wade
(2015) mendefinisikan berfikir sistem sebagai ilmu dan seni tentang bagaimana
menginterpretasikan perilaku secara reliabel dengan mengembangkan pemahaman yang
mendalam terhadap struktur yang melandasi perilaku tersebut. Richmond berpendapat
bahwa seseorang yang melakukan berfikir sistem (system thinking) itu diibaratkan
seperti individu yang dapat melihat hutan dan pohon secara bersamaan.
Ada silo atau "subsistem" di tempat kerja yang mewakili fungsi-fungsi seperti
manajemen keuangan, kesehatan penduduk, manajemen strategis, pemasaran, HRM, dan
peningkatan kualitas. Mengidentifikasi hubungan, faktor, dan pengaruh antara fungsi-
fungsi ini mungkin tidak sejelas yang berkaitan dengan menghasilkan nilai yang lebih
baik.
Perspektif lain pada pendekatan sistem melibatkan riset operasi. Riset operasi
menggunakan proses ilmiah dalam pengambilan keputusan. Pendekatan sistem mengacu
pada bagaimana riset operasi mempelajari perilaku dan struktur yang mendasari sistem.
Hal ini kemudian akan menjelaskan penyebab sebagian besar masalah yang muncul.
System thinking dan pendekatan riset operasi dapat mengenali hubungan yang ada
antara lingkungan dan proses internal dan bertujuan untuk menganalisis dan
mengembangkan model untuk pilihan simulasi. Ketika sistem dimodelkan, sistem
kemudian dapat dimanipulasi dengan berbagai cara untuk memperkirakan efek dari
perubahan kebijakan atau keputusan. Oleh karena itu, ketika diterapkan pada
manajemen, kombinasi riset operasi dan pendekatan sistem dapat menjadi sarana yang
ampuh untuk meningkatkan hasil atau membuat keputusan yang lebih tepat.
Sistem kesehatan seharusnya memandang lebih holistik yang tidak hanya fokus
pada analisa satu bagian sistem, tetapi lebih ke arah bagaimana menyatukan seluruh
komponen subsistem dan saling menghubungkannya satu sama lain. Hal ini disebabkan
jika hanya menganalisis dan melakukan perbaikan pada satu sektor saja, dapat
mengakibatkan gangguan terhadap keseimbangan keseluruhan sistem yang sudah
dibangun sejak awal dan menyebabkan bagian sistem yang lain menjadi menolak
terhadap aksi perbaikan tersebut. Oleh karena itu, pendekatan masalah yang paling
memungkinkan adalah pendekatan system thinking.
Pendekatan sistem ini memiliki peran yang penting dalam kesehatan masyarakat
karena pada pendekatan sistem berpikir ini petugas atau pihak yang berwenang dapat
memandang persoalan-persoalan kesehatan dengan lebih menyeluruh dan dengan
demikian pengambilan keputusan dan pilihan aksi dapat dibuat lebih terarah kepada
sumber-sumber persoalan yang akan mengubah sistem secara efektif. Selain itu, berfikir
sistem dalam kesehatan masyarakat merupakan hal terpenting yang harus dimiliki setiap
individu untuk melakukan kegiatan yang ada di dalam organisasi kesehatan masyarakat
karena sistem memiliki prinsip bersama dan saling berkaitan tidak dapat berdiri sendiri-
sendiri.
Misalnya pada program PSN sebagai upaya pemberantasan DBD. Kepala Dinkes
harus bisa mengatur antara kegiatan program dengan ketersediaan petugas pelaksana
program. Kepala Dinkes juga perlu memikirkan apakah jika program dilaksanakan
petugas mampu untuk melaksanakannya dengan baik. Hal ini terkait dengan sistem yang
terdiri dari input, proses, output, dan feedback. Dalam program PSN yang akan
dilaksanakan di sebuah puskesmas, seorang kepala puskesmas yang menjadi tonggak
pusat kesehatan masyarakat harus berpikir dari awal hingga akhir apakah sumber daya
(man, money, method, material, machine) tersedia dan apabila belum bagaimana
penindakannya. System thinking membantu pemimpin untuk mengelola segala sumber
daya yang ada sehingga tidak berantakan dan tidak terkontrol, namun menjadi teratur
dan dapat dikendalikan.
Lalu setelah memikirkan sumber daya sebagai input program PSN seperti
petugas kesehatan (man), kepala Dinkes seharusnya juga memikirkan proses apa yang
akan dilaksanakannya untuk menyelenggarakan program tersebut dan bagaimana sistem
memonitoring dalam setiap tahap dari keberjalan program tersebut sehingga outputnya
sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dari program tersebut.
Masalah pada bidang kesehatan juga lambat laun disadari memiliki karakteristik
yang kompleks dan seperti fenomena gunung es sehingga diperlukan berfikir sistem
untuk menanganinya. Berpikir sistem mampu memfasilitasi proses yang lebih baik
dalam memahami masalah dan menyelesaikan masalah yang kompleks. Pemahaman
sebagai sistem akan mengembangkan fokus kita kepada adanya hubungan antara apa
yang rusak dengan komponen lainnya. Hubungan ini bisa menimbulkan keterkaitan, dan
keterkaitan bisa berujung kepada ketergantungan, sehingga kita bisa melihat peluang
baru dan lebih baik dalam menyelesaikan masalah.
Dalam hal ini, kita tahu bahwa masalah kesehatan di Indonesia masih menjadi
masalah yang cukup besar karena terbatasnya sumber daya yang ada. Oleh sebab itu
seorang admistratir kesehatan perlu adanya system thinking agar tujuan dapat tercapai.
Dengan menerapkan pendekatan berpikir sistem, administrator dapat memandang lebih
luas mengenai masalah kebijakan kesehatan sehingga mempermudah dalam
menganalisis.
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang sudah berjalan sejak tahun2014
lalu ternyata dalam implementasinya banyak mengalami hambatan. Hambatan bukan
hanya dari sisi internal, melainkan juga dari factor eksternal. Sebagai suatu sistem yang
mengintegrasikan pelayanan kesehatan, pembiayaan kesehatan, dan kepesertaan
(masyarakat), SJSN melibatkan berbagai pihak baik dari bidang kesehatan, keuangan,
sosial,dan sebagainya. Sukses pelaksanaan SJSN membutuhkan pemimpin yang
mengerti keseluruhan aspek yang terkait pelayanan dan pembiayaan kesehatan. Dalam
memutuskan dan menangani permasalahan, pemimpin tersebut tidak hanya mampu
menganalisis bagian-bagian dari masalah (berfikir secara reduksionis) namun juga
secara holistik, atau disebut dengan Berfikir Sistem. Pertanyaan yang muncul kemudian
adalah mengapa sebagai tenaga kesehatan (atau calon tenaga kesehatan) perlu
mempelajari kepemimpinan padahal sebenarnya sudah dinyatakan kompeten di
bidangnya? Mengutip pendapat Frank J. Lexa dalam bukunya “Leadership Lessons for
Health Care Providers” bahwa terdapat beberapa alasan bagi tenaga kesehatan untuk
mempelajari kepemimpinan (Lexa,2017):
Aripin, Soffian, Muhammad Daud. 2014. Jurnal Academica Fisip. Peran Administrator
Publik Dalam Formulasi Dan Implementasi Kebijakan (Analisis Kurikulum
2013), Vol.06 No. 01 1158-1169.
Aslaksen, E.W. (2013). The System Concept and Its Application to Engineering. New
York : Springer.
Heryana, Ade. 2019. Kepemimpinan Berfikir Sistem Aplikasi pada Bidang Kesehatan.
Jakarta: e-book.
Hidayatno, Akhmad. 2016. Berpikir Sistem: Pola Berpikir untuk Pemahaman Masalah
yang Lebih Baik. Diakses melalui situs:
https://www.researchgate.net/publication/302412744
Lexa, F. J. (2017). Leadership lesson for health Care Providers. London : Elsevier Ltd.