Anda di halaman 1dari 82

Pendahuluan

Dalam pembelajaran bahasa Arab mempunyai beberapa tujuan yang ingin

dicapai, mulai untuk tujuan studi Islam, bisnis, diplomatik, wisata, dan lain

sebagainya. Dari sekian banyak tujuan tersebut, tujuan untuk studi Islam dianggap

paling dominan, terutama lembaga-lembaga pendidikan Islam.1 Universitas Islam

Negeri Sunan Ampel yang memandang bahwa kemampuan berbahasa Arab

merupakan syarat mutlaq yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa, khususnya

pada mahasiswa jurusan Bahasa Arab baik sastra maupun pendidikan. Salah satu

tujuan utama yang harus mampu dikuasai oleh pembelajar bahasa arab adalah

mampu memahami isi bacaan teks bacaan berbahasa Arab.

Dalam pembelajaran bahasa pada umumnya memiliki beberapa tujuan

yang harus mampu dicapai setelah berlangsungnya proses pembelajaran. Tidak

terkecuali pada pembelajaran bahasa Arab baik ditingkat dasar, menengah, lanjutan

bahkan Universitas pasti memiliki tujuan utama dalam proses pembelajaran. Salah

satu tujuan utama yang harus mampu dikuasai oleh pembelajar bahasa arab adalah

mampu memahami isi bacaan teks bacaan berbahasa Arab (fahmul maqru’).

Islam menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dalam

kehidupan umat manusia. Banyak ayat Al-Qur’an yang mengharuskan umat Islam

untuk mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Secara teoritis, Ilmu

pengetahuan yang dimiliki manusia tidak mungkin dimilikinya tanpa melalui proses

pendidikan. Hal ini karena manusia merupakan makhluk pedagogik yaitu makhluk

yang dilahirkan membawa potensi yang dapat dididik dan mendidik. 2 Salah satu
1
Sama’un Bakry, Menggagas Konsep Ilmu Penddikan Islam (Bandung: Pustaka Bani Qurasy,
2005), 1
2
Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm.16

1
tujuan pendidikan adalah memaksimalkan potensi manusia, membantu manusia

untuk berkembang mencapai tingkat kesempurnaan yang setinggi-tingginya.

Adapun menurut Drs. H. Sama’un Bakry, M.Ag. tujuan pelaksanaan pendidikan

Islam adalah terbentuknya manusia yang sempurna yaitu manusia yang beribadah

kepada Allah, memiliki kesehatan jasmani, kuat secara mental, memiliki

keterampilan yang dibutuhkan, akalnya cerdas dan pandai, serta kalbunya penuh

iman kepada Allah SWT.3 Hal ini sejalan dengan tujuan penciptaan manusia yaitu

untuk beribadah kepada Allah Swt sebagaimana firman Allah dalam surat Al

Dzariyat ayat 56;

‫س إالَّ لِيَ ْعبُ ُدوْ ِن‬


َ ‫الج َّن َواإل ْن‬
ِ ‫ت‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ْق‬

(Dan Aku tidaklah menciptakan Jin dan manusia melainkan supaya untuk

beribadah kepada-Ku.)4

Melihat pentingnya pendidikan anak, maka mutlak diperlukan dan

dibutuhkan adanya suatu konsep pendidikan yang sempurna, lengkap dengan

metodologinya. Tetapi apapun program pendidikan yang dijalankan, hasilnya

sangat tergantung paling tidak pada dua hal, yaitu dasar falsafah dan metode yang

digunakan.5

Melihat pentingnya pendidikan anak, sudah barang tentu dibutuhkan suatu

tatanan dan konsep tentang pendidikan yang tidak saja luas cakupan materinya,

tetapi juga secara metodologis (pendekatannya). Anak memerlukan metode yang

tepat dan sesuai dengan kondisi anak. Dan diantara tokoh pemerhati pendidikan

3
Sama’un Bakry....... 39
4
Departemen Agama RI. Alqur’an dan Terjemahnya  (Semarang: CV. Asy-Syifa’, 2001). 523.
5
Jalaluddin Rakhmat, Catatan Kang Jalal (Visi Media, Politikdan Pendidikan), (Bandung:
Rosdakarya, 1998), 351.

2
Islam yang berkaitan dengan pendidikan anak adalah Abdullah Nasikh Ulwan yang

terdapat dalam buku “Tarbiyatul Aulad Fil Islam”.

Dalam hal ini maka peneliti ingin menganalisis sejauh mana kompetensi

mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, khususnya pada mahasiswa Pendidikan

Bahasa Arab (PBA) yang sudah tentu akan membutuhkan kemampuan fahmul

maqru’ dalam proses pengajarannya nanti setelah terjun dalam masyarakat untuk

mengemban tanggung jawab sebagai seorang pengajar.

Pemahaman Maqru’dari Kitab At-Turats “Tarbiyatul Aulad”

1.a) Pengertian Kompetensi

Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan

perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh

seseorang dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.6

Definisi kompetensi menurut Amstrong & Murlis dalam Ramelan adalah

sebagai karakteristik mendasar individu yang secara kausal berhubungan

dengan efektivitas atau kinerja yang sangat baik. Menurut Wahjosumidjo

kompetensi adalah merupakan kinerja tugas rutin yang integratif, yang

menggabungkan resources (kemampuan, pengetahuan, asset dan proses, baik

yang terlihat maupun yang tidak terlihat) yang menghasilkan posisi yang lebih

tinggi dan kompetitif. Sebagai konsekuensi dari defenisi kompeten atau

kompetensi ini, atau yang lain maka pengertian kompetensi merujuk pada

6
Abdullah Nasikh Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam (Jakarta: Pustaka Amani, 2002), hlm 7.

3
kemampuan orang untuk memenuhi persyaratan perannya saat ini atau masa

mendatang.7

Kompetensi menurut Spencer Dan Spencer dalam Palan (2007) adalah

sebagai karakteristik dasar yang dimiliki oleh seorang individu yang

berhubungan secara kausal dalam memenuhi kriteria yang diperlukan dalam

menduduki suatu jabatan. Kompetensi terdiri dari 5 tipe karakteristik, yaitu

motif (kemauan konsisten sekaligus menjadi sebab dari tindakan), faktor

bawaan (karakter dan respon yang konsisten), konsep diri (gambaran diri),

pengetahuan (informasi dalam bidang tertentu) dan keterampilan (kemampuan

untuk melaksanakan tugas).

Hal ini sejalan dengan pendapat Becker and Ulrich dalam Suparno

(2005:24) bahwa competency refers to an individual’s knowledge, skill, ability

or personality characteristics that directly influence job performance. Artinya,

kompetensi mengandung aspek-aspek pengetahuan, ketrampilan (keahlian) dan

kemampuan ataupun karakteristik kepribadian yang mempengaruhi kinerja.

Berbeda dengan Fogg (2004:90) yang membagi Kompetensi kompetensi

menjadi 2 (dua) kategori yaitu kompetensi dasar dan yang membedakan

kompetensi dasar (Threshold) dan kompetensi pembeda (differentiating)

menurut kriteria yang digunakan untuk memprediksi kinerja suatu pekerjaan.

Kompetensi dasar (Threshold competencies) adalah karakteristik utama, yang

biasanya berupa pengetahuan atau keahlian dasar seperti kemampuan untuk

7
Al-Khafidz Abi Abdillah Muh bin Yazid Sunan Ibnu Majah (Beirut: Dar-Al-Fikr), hlm 391.

4
membaca, sedangkan kompetensi differentiating adalah kompetensi yang

membuat seseorang berbeda dari yang lain.8

Kompetensi berasal dari kata “competency” merupakan kata benda yang

menurut Powell (1997:142) diartikan sebagai 1) kecakapan, kemampuan,

kompetensi 2) wewenang. Kata sifat dari competence adalah competent yang

berarti cakap, mampu, dan tangkas.Pengertian kompetensi ini pada prinsipnya

sama dengan pengertian kompetensi menurut Stephen Robbin (2007:38) bahwa

kompetensi adalah “kemampuan (ability) atau kapasitas seseorang untuk

mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan, dimana kemampuan ini

ditentukan oleh 2 (dua) faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan

fisik.

Pengertian kompetensi sebagai kecakapan atau kemampuan juga

dikemukakan oleh Robert A. Roe (2001:73) sebagai berikut : Competence is

defined as the ability to adequately perform a task, duty or role. Competence

integrates knowledge, skills, personal values and attitudes. Competence builds

on knowledge and skills and is acquired through work experience and learning

by doing“ Kompetensi dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk

melaksanakan satu tugas, peran atau tugas, kemampuan mengintegrasikan

pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan

kemampuan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan

pada pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan.9

8
Abdullah Nasikh Ulwan, Pendidikan Anak..., hlm 10.
9
Ibid, hlm 12.

5
Secara lebih rinci, Spencer dan Spencer dalam Palan (2007:84)

mengemukakan bahwa kompetensi menunjukkan karakteristik yang mendasari

perilaku yang menggambarkan motif, karakteristik pribadi (ciri khas), konsep

diri, nilai-nilai, pengetahuan atau keahlian yang dibawa seseorang yang

berkinerja unggul (superior performer) di tempat kerja. Ada 5 (lima)

karakteristik yang membentuk kompetensi yakni 1). Faktor pengetahuan

meliputi masalah teknis, administratif, proses kemanusiaan, dan sistem. 2).

Keterampilan; merujuk pada kemampuan seseorang untuk melakukan suatu

kegiatan. 3). Konsep diri dan nilai-nilai; merujuk pada sikap, nilai-nilai dan

citra diri seseorang, seperti kepercayaan seseorang bahwa dia bisa berhasil

dalam suatu situasi. 4). Karakteristik pribadi; merujuk pada karakteristik fisik

dan konsistensi tanggapan terhadap situasi atau informasi, seperti pengendalian

diri dan kemampuan untuk tetap tenang dibawah tekanan. 5). Motif;

merupakan emosi, hasrat, kebutuhan psikologis atau dorongan-dorongan lain

yang memicu tindakan.

Pernyataan di atas mengandung makna bahwa kompetensi adalah

karakteristik seseorang yang berkaitan dengan kinerja efektif dan atau unggul

dalam situasi pekerjaan tertentu. Kompetensi dikatakan sebagai karakteristik

dasar (underlying characteristic) karena karakteristik individu merupakan

bagian yang mendalam dan melekat pada kepribadian seseorang yang dapat

dipergunakan untuk memprediksi berbagai situasi pekerjaan tertentu.

Kemudian dikatakan berkaitan antara perilaku dan kinerja karena kompetensi

menyebabkan atau dapat memprediksi perilaku dan kinerja.10


10
Al-Khafidz Abi Abdillah Muh bin Yazid Sunan Ibnu Majah, hlm 395.

6
Peraturan Pemerintah (PP) No. 23 Tahun 2004, tentang Badan Nasional

Sertifikasi Profesi (BNSP) menjelaskan tentang sertifikasi kompetensi kerja

sebagai suatu proses pemberian sertifikat kompetensi yang dilakukan secara

sistimatis dan objektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar

kompetensi kerja nasional Indonesia dan atau Internasional.

Menurut Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negeri Nomor: 46A

tahun 2003, tentang pengertian kompetensi adalah :kemampuan dan

karakteristik yang dimiliki oleh seorang Pegawai Negeri Sipil berupa

pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam

pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga Pegawai Negeri Sipil tersebut dapat

melaksanakan tugasnya secara profesional, efektif dan efisien.

Kompetensi dasar adalah kompetensi/ keterampilan yang dibutuhkan

untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau menjalankan suatu jabatan.

Kompetensi pembeda adalah karakteristik perilaku yang ditunjukkan oleh

mereka yang berkinerja tinggi yang berbeda karakteristiknya dengan orang

yang tidak efektif. Konsep kompeten bahkan menjadi lebih rumit lagi dengan

adanya pendapat beberapa orang bahwa kompetensi adalah penguasaan

perilaku, pengetahuan dan ketrampilan. Sementara itu beberapa orang lain

berpendapat bahwa kompetensi adalah efektivitas penggunaan pengetahuan

dan ketrampilan, bukan pengetahuan dan ketrampilan itu sendiri. Salah satu

cara untuk keluar dari rimba bahasa ini adalah dengan mengingat bahwa gaji

berkait dengan kompetensi harus tergantung pada metode pengukuran

kompetensi.11
11
Ibid, hlm 398.

7
Untuk melakukan hal ini penting bagi kita untuk membedakan aspek

kinerja input, proses, output, dan penting bagi kita untuk memahami

bagaimana kompetensi diukur pada masing-masing aspek kinerja tersebut.,

diantaranya:

a. Sebagai input, kompetensi bisa diukur sebagai kapasitas seseorang untuk

menjalankan pekerjaannya. Kapasitas disini merujuk pada pengertian apa

yang dibawa orang ke dalam pekerjaannya dalam bentuk pengetahuan,

ketrampilan dan atribut pribadi.

b. Sebagai sebuah proses, kompetensi bisa diukur dalam bentuk perilaku

yang dipersyaratkan dalam suatu jabatan agar bisa secara efektif

mengubah input menjadi output.

c. Sebagai sebuat output, kompetensi diukur melalui hasil perilaku orang

dalam menggunakan pengetahuan, ketrampilan dan atribut pribadi

terbaiknya. seseorang perlu memiliki sejumlah kapabilitas. Kapabilitas

biasanya merupakan kombinasi dari dimensi sifat pribadi, ketrampilan dan

pengetahuan.12

Menurut Thoha ada 5 tipe karakteristik dasar dari kompetensi yaitu :

a. Motif (Motive) yaitu sesuatu yang secara terus menerus dipikirkan atau

diinginkan oleh seseorang yang menyebabkan adanya tindakan. Motif ini

menggerakan, mengerahkan dan memiliki prilaku terhadap tindakan

tertentu atau tujuan dan perbedaan orang lain.

b. Sifat (Trait) yaitu karakteristik fisik dan respon yang konsisten terhadap

situasi dan informasi.


12
Adnan Hasan Shalih Bharits, Mendidik Anak Laki-Laki (Jakarta: Gema Insani, 2007), hlm 66.

8
c. Konsep pribadi (Self Concept) yaitu pelaku, nilai – nilai dan kesan pribadi

seseorang.

d. Pengetahuan (Knowledge) yaitu informasi mengenai seseorang yang

memiliki bidang substansi tertentu.

e. Keterampilan (Skill) yaitu kemampuan untuk melakukan tugas fisik dan

mental tertentu.13

Dengan kata lain, kompetensi adalah penguasaan terhadap seperangkat

pengetahuan, ketrampilan, nilai nilai dan sikap yang mengarah kepada kinerja

dan direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan

profesinya. Selanjutnya, menurut Wibowo kompetensi diartikan sebagai

kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas

yang dilandasi oleh keterampilan dan pengetahuan kerja yang dituntut oleh

pekerjaan tersebut.

Dengan demikian kompetensi menunjukkan keterampilan atau

pengetahuan yang dicirikan oleh profesionalisme dalam suatu bidang tertentu

sebagai suatu yang terpenting. Kompetensi sebagai karakteristik seseorang

berhubungan dengan kinerja yang efektif dalam suatu pekerjaan atau situasi.14

Dari pengertian kompetensi tersebut di atas, terlihat bahwa fokus

kompetensi adalah untuk memanfaatkan pengetahuan dan ketrampilan kerja

guna mencapai kinerja optimal. Dengan demikian kompetensi adalah segala

sesuatu yang dimiliki oleh seseorang berupa pengetahuan ketrampilan dan

13
Haya binti Mubarok Al-Barik, Eksiklopedi Wanita Muslimah (Jakarta: Darul Falah, 2006), hlm
248.
14
Dharma Kesuma, dkk., Pendidikan Karakter (Kajian Teori dan Praktik Sekolah), (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya: 2012), hlm 15.

9
faktor-faktor internal individu lainnya untuk dapat mengerjakan sesuatu

pekerjaan. Dengan kata lain, kompetensi adalah kemampuan melaksanakan

tugas berdasarkan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki setiap individu.

Dari beberapa pendapat diatas tentang pengertian kompetensi penulis

menyimpulkan bahwa kopetensi adalah keterampilan atau kemampuan

seseorang dalam menyelesaikan sesuatu, entah itu berupa pekerjaan atau

pendidikan.

1.b) Karakteristik Bahasa Arab

Secara etimologi, karakteristik berasal dari akar kata bahasa Inggris

yaitu character yang berarti watak, sifat, ciri. Kata characteristic berarti sifat

yang khas atau ciri khas sesuatu. Achmad Maulana mengartikan karakteristik

dengan ciri khas, bentuk-bentuk watak dan tabiat individu, corak tingkah laku

atau tanda khusus. Dalam istilah bahasa Arab, kata karakteristik dikenal

dengan ‫ائص‬ee‫خص‬ sebagai bentuk jamak dari ‫خصوصيـة‬ yang diartikan dengan

kekhususan atau keistimewaan. Maka dapat dikatakan bahwa karakteristik

bahasa Arab adalah bentuk watak dan ciri khas atau tanda-tanda khusus yang

dimiliki bahasa Arab.15

Pengetahuan tentang karakteristik bahasa Arab merupakan tuntutan yang

harus dipahami oleh para pengajar bahasa Arab, karena pemahaman akan

diskursus ini akan memudahkan mereka yang berkecimpung pada bidang

pendidikan dan pengajaran bahasa Arab dalam melaksanakan kegiatan proses

15
Agus Wibowo, Manajemen Pendidikan Karaktr di Sekolah: Konsep dan Praktek Implementasi
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm 2.

10
pembelajaran. Tetapi perlu diperhatikan bahwa karakteristik bahasa Arab

tidaklah identik dengan kesulitannya, karena dengan memiliki pengetahuan

serta pemahaman tentang karakteristiknya, setidaknya akan tersingkap

kelebihan-kelebihan yang ada pada tubuh bahasa Arab, dan menjadi aspek

kemudahan yang menjadi pintu untuk membuka jalan bagi mereka yang ingin

mempelajari dan mendalaminya.16

Bahasa Arab memiliki karakteristik yang unik dan universal. Dikatakan

unik karena bahasa Arab memiliki ciri khas yang membedakannya dengan

bahasa lainnya, sedangkan universal berarti adanya kesamaan nilai antara

bahasa Arab dengan bahasa lainnya. Karakteristik universalitas bahasa Arab

antara lain dapat diuraikan sebagai berikut :17

a. Bahasa Arab memiliki gaya bahasa yang beragam, yang meliputi:

 Ragam sosial atau sosiolek yaitu ragam bahasa yang menunjukan

stratifikasi sosial ekonomi penuturnya.

 Ragam geografis, ragam bahasa yang menunjukan letak geografis

penutur antara satu daerah dengan daerah lain, sehingga melahirkan

dialek yang beragam.

 Ragam idiolek yaitu ragam bahasa yang menunjukan integritas

kepribadian setiap individu masyarakat (‫)لهجة فردية‬.

b. Bahasa Arab dapat diekspresikan secara lisan atau pun tulisan. Menurut

Bloomfield bahasa lisan merupakan hakekat adanya suatu bahasa. Realitas

ini dapat dipahami karena adanya bentang sejarah peradaban manusia


16
Sutarjo Adi Susilo, Pembelajaran Nilai Karakter: Kotruktivisme dan VCT sebagai Inovasi
Pendekatan Pembelajaran Afektif (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hlm 7.
17
Ibid, hlm 13.

11
terlihat jelas mereka pada umumnya berbahasa lisan meskipun diantara

mereka tidak dapat menulis dan tidak mengenal lambang tulisan. Bahasa

lisan sebagai system verbal lebih banyak dipakai oleh manusia dalam

berkomunikasi antara satu dengan lainnya antar anggota masyarakat di

lingkungannya. Hal ini dimaksudkan agar penyampaian pesan lebih cepat

dipahami maknanya oleh masyarakat sasaran.

c. Bahasa Arab memiliki system, aturan dan perangkat yang khas, antara lain

bahasa Arab itu :

Sistemik, bahasa yang memiliki system standard yang terdiri dari sejumlah sub-

sub system (sub system tata bunyi, tata kata, kalimat, syntax, gramatikal, wacana

dll.).

 Sistematis, artinya bahasa Arab juga memiliki aturan-aturan khusus,

dimana masing-masing komponen sub system bahasa bekerja secara

sinergis dan sesuai dengan fungsinya.

 Komplit, maksudnya bahasa itu memiliki semua perangkat yang

dibutuhkan oleh masyarakat pemakai bahasa itu ketika digunakan

untuk sebagai alat komunikasi dalam berinteraksi dan bersosialisasi

antar mereka.

1.c) Penerapan Karakteristik Unik Bahasa Arab dalam Pengajaran Bahasa

Arab bagi Non Arab.

Pada bagian ini, penulis akan mengetengahkan beberapa ciri-ciri khusus

bahasa Arab yang dianggap unik dan tidak dimiliki bahasa-bahasa lain di

12
dunia, terutama bahasa Indonesia. Ciri-ciri khusus ini perlu diketahui oleh para

pengajar bahasa agar memudahkannya dalam menyusun dan mengembangkan

berbagai strategi pembelajaran bahasa, khususnya bagi non Arab. Ciri-ciri

khusus tersebut dapat ditemui dalam aspek-aspek bahasa, sebagai berikut :18

a. Aspek Bunyi

Bahasa pada hakekatnya adanya bunyi, yaitu berupa gelombang

udara yang keluar dari paru-paru melalui pipa suara dan melintasi organ-

organ speech atau alat bunyi. Proses terjadinya bahasa apapun di dunia ini

adalah sama. Maka tidak asing apabila ada beberapa bunyi bahasa yang

hampir dimiliki oleh beberapa bahasa di dunia seperti bunyi m, n, l, k, dan

s.

Bahasa Arab, sebagai salah satu rumpun bahasa Semit, memiliki

ciri-ciri khusus dalam aspek bunyi yang tidak dimiliki bahasa lain,

terutama bila dibandingkan dengan bahasa Indonesia atau bahasa-bhasa

daerah yang banyak digunakan di seluruh pelosok tanah air Indonesia.

Ciri-ciri khusus itu adalah :19

 Vokal panjang dianggap sebagai fonem (َ‫ أ‬، ‫ ِي‬، ‫أُو‬ )

 Bunyi tenggorokan (‫)أصوات الحلق‬, yaitu ‫ح‬ dan ‫ع‬

 Bunyi tebal ( ‫)أصوات مطبقة‬, yaitu ‫ط‬ , ‫ص‬ , ‫ض‬ dan ‫ظ‬ .

 Tekanan bunyi dalam kata atau stress (‫النبر‬ )

 Bunyi bilabial dental (‫شفوى أسنـانى‬ ), yaitu ‫ف‬

18
Baharuddin, dkk., Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hlm
143.
19
Adnan Hsan Shalih Bharits, Mendidik Anak..., hlm 68.

13
Dan untuk mengetahui dimana letak ‫نبر‬ dalam suatu kata, kita

harus mengetahui jenis syllable atau suku kata dalam bahasa Arab.

Untuk menentukan letak ‫نبر‬ dalam suatu kata, para ahli berbeda

pendapat. Sebagai contoh, menurut Ibrahim Anis, letak ‫بر‬ee‫ن‬ (stress)

dalam suatu kata bahasa Arab dapat dilihat dari macam atau jenis suku

kata atau syllable paling akhir dari kata itu. Bila suku kata akhir itu

berupa jenis keempat atau kelima ( cvvc atau cvcc ) maka disitulah

letak nabr-nya. Contoh kata ‫ نستــعين‬dan ‫مستــقر‬ , nabr-nya ada pada

suku kata ‫عين‬ dan ‫قـ ّر‬ .20

Apabila suku kata terakhir dari jenis keempat atau kelima, lihat

suku kata sebelum akhir. Bila ia berupa jenis syllable kedua atau

ketiga (cvv atau cvc), maka disitu letak nabr-nya. Contoh pada

kata ‫يستحيل‬ dan ‫استغـفر‬ letak nabr-nya pada suku kata ‫حي‬ dan ‫تغ‬ .

Dan apabila suku kata sebelum akhir bukan dari jenis kedua atau

ketiga, artinya jenis pertama, maka lihat kembali suku kata ketiga dari

akhir, seperti pada kata ‫جلس‬ dan ‫اجتمع‬ .

Menurut Brockelmann (linguist Jerman), ‫نبر‬ (stress) dalam kata

bahasa Arab bias diketahui dengan cara menelusuri jenis suku kata

dari akhir suatu kata sampai awal. Kapan kita menemui suku kata

atau ‫مقطع‬ panjang yaitu jenis kedua, ketiga, keempat atau kelima dalam

kata itu, maka disitulah nabr-nya. Dan bila tidak ditemui ‫مقطع‬ panjang

20
Dharma Kesuma, dkk., Pendidikan Karakter..., hlm 25.

14
pada kata tersebut, berarti nabr-nya ada pada suku kata pertama dari

depan dalam kata tersebut. Contoh :

 ‫يقاتل‬ nabr-nya pada ‫قا‬

 ‫يجتـمع‬ nabr-nya pada ‫يَجـ‬

 ‫جمع‬ nabr-nya pada َ ‫جـ‬

Jadi perlu diingat bahwa nabr atau stress itu ada dalam bahasa

Arab, meskipun bukan merupakan fonem yang membedakan arti.21

b. Aspek Kosakata

Ciri khas kedua yang dimiliki bahasa Arab adalah pola

pembentukan kata yang sangat fleksibel, baik melalui derivasi (‫ريف‬ee‫تص‬

‫استـقاقى‬ ) maupun dengan cara infleksi (‫تصريف إعرابـى‬ ). Dengan melalui dua

cara pembentukan kata ini, bahasa Arab menjadi sangat kaya sekali

dengan kosakata. Misalnya dari akar kata ‫علم‬ , bila dikembangkan dengan

cara ‫اشتقاقى‬ , maka akan menjadi :

 ‫يَعلَم‬ — ‫ َعلِم‬ dan seterusnya (‫تصريف اصطالحى‬ ) = 10 kata

 — ‫يعلِّم عَلّم‬ dan seterusnya = 10 kata

 ‫يعلم‬ — ‫أعلم‬ dan seterusnya = 10 kata

 ‫يتعلم‬ — ‫تعلم‬ dan seterusnya = 10 kata

 ‫يتعالم‬ — ‫تعالم‬ dan seterusnya = 10 kata

 ‫استعلم‬ —‫يستعلم‬ dan seterusnya = 10 kata

21
Ibid, hlm 35.

15
Dari masing-masing kata ini dapat lagi kembangkan dengan

cara ‫ريف إعرابـى‬ee‫تص‬ sehingga akan lebih memperkaya bahasa Arab. Dari

kata ‫علم‬ saja akan menjadi ratusan kata. Bahkan menurut suatu penelitian,

unsur bunyi yang ada pada suatu kata, meskipun urutan letaknya dalam

kata tersebut berbeda akan mengandung arti dasar yang sama.

c. Aspek Kalimat

 I’râb

Bahasa Arab adalah bahasa yang memiliki sistem i’râb terlengkap

yang mungkin tidak dimiliki oleh bahasa lain. I’râb  adalah perubahan

bunyi akhir kata, baik berupa harakat atau pun berupa huruf sesuai

dengan jabatan atau kedudukan kata dalam suatu

kalimat. I’râb berfungsi untuk membedakan antara jabatan suatu kata

dengan kata yang lain yang sekaligus dapat merubah pengertian

kalimat tersebut.

Contoh :

 ‫هذا قات ٌل أخى‬

 ‫هذا قات ُل أخى‬

Dua kalimat itu sangat berbeda sekali artinya, hanya karena

perbedaan bunyi akhir kataqâtil (‫قاتل‬ ). Yang pertama

dibaca tanwin dan yang kedua tidak dibaca tanwin (di-idlâfat-kan).

Maka kalimat pertama berarti orang ini yang membunuh saudaraku,

16
sedang kalimat kedua artinya orang ini adalah pembunuh saudaraku.

Contoh lain adalah :

 ً‫خالدا‬ َ‫ما أحسن‬ artinya alangkah baiknya si Khalid.

 ‫خال ٍد‬ ُ‫ما أحسن‬ artinya apa yang baik pada si Khalid ?

 ‫خال ٌد‬ َ‫ما أحسن‬ artinya apa yang diperbuat baik oleh si Khalid ?

 Jumlah Fi’liyyah dan Jumlah Ismiyyah

Komponen kalimat dalam bahasa apapun pada dasarnya sama,

yaitu subyek, predikat dan obyek. Namun, yang berbeda antara satu

bahasa dengan bahasa lainnya adalah struktur atau susunan (‫)تركيب‬

kalimat itu. Pola kalimat sederhana dalam bahasa Arab adalah :

 ‫اسم‬ + ‫اسم‬

 ‫اسم‬ + ‫فعل‬

Sementara dalam bahasa Indonesia pola kalimatnya adalah :

 KB + KB( kata benda)

 KB + KK( kata kerja)

Pola ‫اسم‬ + ‫فعل‬ dalam bahasa Arab sudah dianggap dua kalimat.

Dari perbandingan itu, tampak bahwa pola ‫اسم‬ + ‫فعل‬ hanya dimiliki

bahasa Arab. Meskipun kadang ada ungkapan bahasa dalam

percakapan sehari-hari pola yang sama dengan ini ditemui dalam

bahasa Indonesia seperti turun hujan, tetapi ungkapan itu biasanya

17
didahului oleh keterangan waktu umpamanya tadi malam turun

hujan.

 Muthâbaqah (Concord)

Ciri yang sangat menonjol dalam susunan kalimat bahasa arab

adalah diharuskannya muthabaqah atau persesuaian antara beberapa

bentuk kalimat. Misalnya harus ada muthabaqah antara mubtada’

dan khobar dalam hal ‘adad( mufrod,tasniyah,jama’) dan dalam hal

jenisnya( mudzakkar,muannats). Contohnya adalah lafadz:

*‫زيد قائم‬

* ‫قائمانالزيدان‬

* ‫الزيدون قائمون‬

d. Aspek Huruf

Ciri yang nampak dominan pada huruf-huruf bahasa Arab adalah :

 Bahasa Arab memiliki ragam huruf dalam penempatan susunan

kata, yaitu ada huruf yang terpisah, ada bentuk huruf di awal kata,

di tengah dan di akhir kata.

 Setiap satu huruf hanya melambangkan satu bunyi.

 Cara penulisan berbeda dengan penulisan huruf Latin, yakni dari

arah kanan ke kiri.

18
Disamping itu, ada beberapa huruf yang tidak dibunyikan seperti

pada kata-kata:  ‫وة – أنا‬ee‫الزك‬ ‫ – أولئك‬dan sebaliknya, ada beberapa bunyi

yang tidak dilambangkan dalam bentuk huruf seperti: ‫هذا – ذلك‬

Pemaparan beberapa karakteristik unik bahasa Arab di atas

setidaknya dapat dijadikan acuan dalam pengajaran bahasa Arab untuk

non Arab, sehingga memudahkan para pengajar dalam melaksanakan

proses kegiatan pembelajaran bahasa Arab.

Secara kodrati, manusia pertama kali mengenal bahasa melalui

pendengaran, setelah itu berbicara, membaca, kemudian menulis.

Demikian pula halnya dengan pengajaran bahasa Arab, hendaknya harus

dimulai dengan melatih anak untuk selalu mendengar bahasa Arab.

Langkah pertama ini dapat dilakukan dengan memasukan anak

ke dalam

lingkungan bahasa Arab (‫ )البيئة اللغوية‬atau ke dalam laboratotium

bahasa. Guru dapat juga menciptakan ruang kelas dengan selalu aktif

menggunakan bahasa Arab sebagai pengantarnya, hal ini akan menarik

perhatian siswa untuk berbicara seperti gurunya dengan menyimak atau

disebut dengan listening.

Tahap selanjutnya adalah bercakap-cakap atau speaking.

Langkah kedua ini harus didukung oleh perbendaharaan kosakata yang

dimiliki siswa. Guru jangan menyuruh siswa untuk menghafalkan

kamus, tetapi guru bisa mengajarkan kata-kata yang dipakai sehari-hari

19
sehingga dapat dipraktekkan anak didik baik di sekolah maupun di luar

sekolah. Dalam pembelajaran bahasa Arab, cara ini disebut

dengan muhâdatsah.

Langkah selanjutnya adalah membaca (reading). Pada tahap ini

siswa mulai diperkenalkan denganbacaan atau wacana bahasa Arab

yang telah menggunakan gramatika yang benar. Penerjemahan kata atau

wacana seminimal mungkin dilakukan oleh guru guna mendorong siswa

untuk memahami teks tanpa membutuhkan penerjemahan secara utuh.

Setelah siswa memperoleh kemahiran membaca, maka tahap

berikutnya yaitu menulis (writing) yang dalam bahasa Arab

disebut insya’. Dengan berbekal hasil membaca berbagai wacana aatau

bacaan yang baik, maka siswa perlahan-lahan dapat mengungkapkan

pikirannya dalam sebuah tulisan. Dengan begitu maka empat kemahiran

bahasa telah diperoleh siswa yaitumenyimak, berbicara,

membaca dan menulis. Kemahiran bahasa ini kelak akan dapat

dijadikan sarana dalam mempelajari, mengkaji dan mengembangkan

ilmu-ilmu yang lainnya pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan

masyarakat luas.22.

1.d) Pemikiran Abdullah Nasikh Ulwan tentang Pendidikan dalam Kitab

Tarbiyatul Aulad

a. Pengertian Kitab At-Turats


22
Ibn Maskawaih Tahzib Al-Akhlaq, Menuju Kesempurnaan Akhlaq (Bandung: Mizan, 1994),
hlm 56.

20
Islam memang lahir di tengah-tengah umat yang dikenal

dengan ummat ummiyyah(ummat buta huruf). Bahkan Nabi Muhammad

SAW yang merupakan penyampai risalah Islam juga dengan tegas disebut

oleh Al Qur’an sebagai Nabi yang Ummi. Maka ketika malaikat Jibril

pertama kali datang menemui Muhammad untuk meminta beliau

membaca, beliau menjawab, “Aku tak bisa membaca”.

Di tengah ummat yang tak pandai membaca, kepada seorang laki-

laki yang juga tak pandai membaca, wahyu yang pertama kali turun justru

adalah perintah untuk membaca. Dan kemudian sejarah melihat secara

berangsur-angsur, ayat per ayat, surat per surat, wahyu itu dengan tuntas

turun semuanya ke bumi. Dan himpunan semua wahyu yang turun ke bumi

itu kemudian dikenal oleh kawan maupun lawan sebagai Al Qur’an.

Secara harfiah, nama kitab suci tersebut bisa kita maknai sebagai

‘bacaan’.23

Penyebaran luas ‘bacaan’ tersebut dan juga ajaran-ajaran yang

terdapat di dalamnya tidak lain adalah merupakan jasa tak terlupa dari

perjuangan cerdas para ulama dan juga pengorbanan ikhlas para syuhada.

Sebab, sebagaimana dikatakan oleh seorang pecinta dan pejuang Islam.

Keindahan peradaban Islam yang kita saksikan sepanjang belasan

abad, adalah lukisan agung perpaduan dua warna; hitam tinta para ulama

dan merah darah para syuhada.

Salah satu hal yang seharusnya menjadi karakteristik umat Islam

adalah aktivitas membaca. Bagaimana tidak, Al Qur’an yang secara


23
Ibid, hlm 58.

21
harfiah tadi kita maknai sebagai ‘bacaan’ adalah sebuah kitab suci yang

diawali dengan wahyu pertama berupa perintah membaca. Iqra’. Hal inilah

yang disadari betul oleh para ulama kita dahulu. Sehingga Islam yang

tampak saat itu, adalah Islam sebagai Ummat Qariah (umat

pembaca). Aktivitas membaca yang mendarah daging itu akhirnya

melahirkan aktivitas baru; menulis. Maka sudah sejak dini sekali Al

Qur’an dan juga hadits, selain selalu dibaca, dihafalkan namun juga ditulis

dalam bebatuan, pelepah kurma.24

Tradisi menulis yang dimasa-masa awal Islam belum terlalu kental,

tiba-tiba berubah menjadi tradisi yang begitu melekat. Sehingga sejak

masa pasca tabi’in, mulailah tumbuh benih-benih tulisan yang kemudian

semakin membesar, berkembang dan akhirnya membentuk sebuah

peradaban. Diantara semua jenis tulisan, barangkali karya-karya fiqih

merupakan warna yang paling dominan. Karena itulah tidak

mengherankan jika salah seorang pemikir muslim pernah

mengatakan, “Andaikan saja peradaban Islam bisa diungkapkan dengan

salah satu produknya, maka kita akan menamakannya sebagai

“Peradaban Fiqih” sebagaimana Yunani diidentikkan dengan

“Peradaban Filsafat”.

Dan karena begitu besarnya bangunan fiqih tersebut, sampai-

sampai kita seakan tidak akan mampu untuk mengenal semuanya. Apalagi

mau membaca semuanya. Itu belum lagi ditambah dengan banyaknya

24
Muhammad Fauzil Adhim, Positive Parenting: Cara-Cara Islami Mengembangkan Karakter
Positif Pada Anak Anda (Bandung: Mizana, 2006), hlm 272.

22
karya-karya fiqih yang hilang karena peristiwa penyerangan kaum Tatar ke

wilayah Baghdad dulu.25

b. Mengenal Ragam Penulisan dalam Kitab At-Turats

Salah satu bentuk penghormatan terhadap turats fiqih yang perlu

kita bangun adalah dengan berusaha untuk mengenal dan kemudian

mempelajari secara ilmiah warisan-warisan intelektual kaum fuqaha itu

dalam halaqah, pengajian dan ta’lim. 

Sebelum melakukan kajian lebih jauh, alangkah lebih baiknya jika

kita mengenal terlebih dahulu istilah-istilah turats fiqih yang sering

dipakai oleh para fuqaha dalam karya-karya fiqih mereka yaitu:26

 Matan

Dalam kajian hadits, setiap pembahasan tidak akan keluar dari

kajian seputar sanad ataupun kajian tentang matan. Namun pengertian

matan disini berbeda. Agak susah menemukan definisi matan dalam

khazanah turats Islam, termasuk di dalamnya turats fiqih. Meski

begitu, sebenarnya pemahaman kita tentang matan, bisa saja dibangun

tanpa harus mengetahui definisinya yang baku. Salah satu definisi

yang penulis temukan adalah apa yang dikemukakan oleh Dr.

Abdullah ibn ‘Uwaiqil As Sullami dalam salah satu makalahnya.

‫ة من‬ee‫ مصطلح يطلق عند أهل العلم على مبادئ فن من فنون جمعت في رسائل صغيرة خالي‬: ‫المتن‬

.‫االستطراد والتفصيل والشواهد واألمثلة إال في حدود الضرورة‬

25
Ibn Maskawaih Tahzib Al-Akhlaq, Menuju Kesempurnaan..., hlm 56.
26
Ibid, hlm 58.

23
“Matan adalah istilah yang dikenal oleh para ulama untuk dasar-

dasar sebuah disiplin ilmu yang dikumpulkan pada risalah kecil tanpa

mengandung uraian panjang, penjelasan terperinci, dalil dan contoh

kecuali sebatas keperluan”27

Dari definisi diatas, bisa kita simpulkan bahwa penulisan matan

bertujuan untuk menghindari uraian yang melebar, agar apa yang

tertulis dalam matan tersebut bisa dengan mudah dipahami, dihafalkan

dan langsung dijadikan sebagai panduan beramal dan beribadah.

Karena itulah matan terbaik dan paling diterima dalam turats fiqih

adalah matan yang paling singkat namun padat.

Bahkan untuk lebih mempermudah lagi dalam proses menghafal,

para fuqaha selain menulis matan dalam bentuk natsar (prosa),

mereka juga menulis matan dalam bentuknadzam (semacam puisi).

Yaitu sebuah matan yang tertulis dalam bentuk bait-bait syair. Dalam

dunia syair, matan mandzum (berbentuk nadzam) biasa dikenal

dengan syair ta’limi. Dan biasanya nadzam ini menggunakan bahr

(pola nada) rajaz, sehingga matan nadzam ini kemudian populer

dengan sebutan Urjuzah. 

Pada masa-masa awal penulisan fiqih, para fuqaha tidak terlalu

akrab dengan istilah matan. Mereka biasanya menggunakan

istilah; mukhtashar, yang secara substansi tidak berbeda sama sekali

dengan matan. Namun dalam perkembangannya, istilah mukhtashar


27
Baharuddin, dkk., Teori Belajar..., hlm 150.

24
kemudian perlu dibedakan dengan istilah matan. Mukhtashar lebih

dipahami sebagai ringkasan dari sebuah kitab lain, sedangkan matan

adalah kitab asli (belum diberi syarah atau hasyiyah) yang bentuknya

bisa saja mukhtashar (ringkas) ataupun muthawwal (panjang).”

 Syarah

‫ول‬ee‫تراوح بين الط‬ee‫و ي‬ee‫ وه‬،‫ا‬ee‫ل منه‬ee‫ا أُجم‬e‫يل م‬ee‫ون وتفص‬ee‫ا غمض من المت‬ee‫ توضيح م‬: ‫الشرح‬

.‫ وفيه الوجيز والوسيط والبسيط‬،‫والقصر والسهولة والعسر‬

“Penjelasan atas kerumitan yang terdapat di dalam matan,

memperinci permasalahan dalam matan yang masing global dan

umum. Penjelasan tersebut biasanya ada yang tertulis panjang atau

pendek, mudah ataupun berat, ada yang amat singkat, sedang-sedang

saja, dan ada yang sedikit singkat”

Contoh-contoh kitab syarah adalah; Al Hawi Al Kabir karya Imam

Al Mawardi yang mensyarah Mukhtashar Al Muzani,  Al Mughni

karya Ibn Qudamah yang mensyarah kitab Mukhtashar Al

Khiraqi, Mawahib Al Jalil karya Al Hatab Ar Ru’aini yang

mensyarahMukhtashar Al Khalil.

 Hasiyah

‫ل‬ee‫ا ح‬ee‫د منه‬ee‫ وقد قص‬،‫ إيضاحات مطولة دعت إليها ظاهرة انتشار المتون والشروح‬: ‫الحاشية‬

،‫أ‬ee‫ على الخط‬e‫ه‬e‫ه والتنبي‬ee‫ا يفوت‬ee‫تدراك م‬ee‫ه واس‬ee‫عب في‬ee‫ا يص‬ee‫ير م‬ee‫رح وتيس‬ee‫تغلق من الش‬ee‫ا يس‬ee‫م‬

.‫واإلضافة النافعة وزيادة األمثلة والشواهد‬

25
“Penjelasan panjang yang ditulis karena adanya fenomena

tersebarnya matan dan syarah, ditulis dengan tujuan untuk

menguraikan syarah yang masih rumit, memudahkan syarah yang

susah, melengkapi kandungan syarah yang terlewat, mengingatkan

atas sebuah kekeliruan dalam syarah, memperkaya tambahan yang

berfaidah dan memperbanyak contoh-contoh serta dalil-dalil”28

Contoh-contoh hasyiyah adalah Futuhat Al Wahhab yang

merupakan hasyiyah atas kitab Fath Al Wahhab karya Syaikhul Islam

Zakariya Al Anshari. Hasyiyah yang ditulis oleh Sulaiman ibn ‘Umar

Al Azhari ini lebih populer dengan nama Hasyiyah Al Jamal. Ada

juga Hasyiyah Al Qolyubi dan hasyiyah Amirah. Dua hasyiyah yang

sering tercetak bersama ini, adalah hasyiyah atas kitab Syarah Minhaj

At Thalibin yang ditulis oleh Jalaluddin Al Mahalli.

 Taqrir

‫ا يعن‬ee‫خهم مم‬ee‫راف نس‬ee‫نفون على أط‬ee‫ فهو بمثابة هوامش كان يسجلها العلماء والمص‬: ‫التقرير‬

‫دريس من‬ee‫امهم بالت‬ee‫ وذلك أثناء قي‬،‫لهم من الخواطر واألفكار على نقطة معينة أو نقاط متعددة‬

.‫الشروح والحواشي‬

“Semacam catatan pinggir yang ditulis oleh para ulama penulis kitab

pada tepian kitab-kitab mereka, berupa ide-ide dan gagasan yang

terlintas atas sebuah poin tertentu atau beberapa poin beragam, ide

dan gagasan pikiran itu terlewat di saat mengajar dengan syarah-

syarah dan hasyiyah”29

28
Agus Wibowo, Manajemen Pendidikan..., hlm 15.
29
Muhammad Fauzil Adhim, Positive Parenting..., hlm 280.

26
Warisan para fuqaha yang berupa taqrir tidak sebanyak warisan

mereka yang berupa matan, syarah ataupun hasyiyah. Salah satu

contoh kitab taqrir adalah taqrirat yang ditulis oleh Abdul Qadir Ar

Rafi’i. Beliau menuliskan taqrir ini atas hasyiyah ibn Abdin dalam

fiqih hanafi. Taqrir ini beliau tulis saat mengajarkan hasyiyah ibn

Abdin (Radd Al Muhtar) hampir separuh umurnya. Taqrir ini

kemudian atas izin beliau dikumpulkan oleh muridnya Muhammad Ar

Rasyid Ar Rafi’i. Setelah dibaca ulang beberapa kali, akhirnya

terbitlah taqrir atas hasyiyah ibn Abdin ini dengan nama ‘At Tahrir Al

Mukhtar’. Namun taqrir ini kemudian lebih dikenal dengan

nama Taqrirat Ar Rafi’i ‘Ala Hasyiya ibn‘abdin.30

 Kitab, fasl dan bab

Selain memahami istilah-istilah jenis penulisan turats fiqih

diatas, perlu dipahami pula sistematika pembahasan yang dimiliki

oleh masing-masing penulis kitab fiqih. Mungkin beberapa pembaca

ada yang merasa sedikit janggal ketika mendapati sebuah kitab fiqih di

dalamnya terdapat puluhan kitab. Hal ini dapat dimaklumi karena dua

kata kitab dalam kalimat tersebut memang memiliki makna yang

berbeda. Secara mudah, kitab dalam frase ‘kitab Al Majmu’ bisa

dimaknai sebagai; buku Al Majmu’. Yang mana ‘kitab’ tersebut

‘mengumpulkan’ didalamnya kitab-kitab, bab-bab, masalah-

masalah fiqih secara umum dan menyeluruh dalam semua temanya.31


30
Abah Hambali dan Bambang, Pendidikan Karakter Berbasis al-Qur’an (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2008), hlm 99.
31
Ibid, hlm 104.

27
Sedangkan kitab dalam frase ‘kitab At Thaharah’ bisa

dimaknai sebagai kelompok pembahasan yang hanya mengumpulkan

masalah thaharah saja. Di dalam Kitab Taharah terdapat kelompok-

kelompok pembahasan yang lebih kecil bernamaBab Al Wudhu, Bab

Al Ghusl (mandi), Bab Tayammum. Yang lebih kecil lagi dari

kelompok tersebut adalah fashl. Di dalam Bab Wudhu misalnya,

terdapat Fashl rukun-rukun wudhu, fashl sunnah-sunnah wudhu, dan

lain-lain.

Jelasnya adalah bahwa sebuah kitab fiqih -baik

yang madzhabi (satu madzhab) maupunmuqaran (perbandingan lintas

madzhab)- akan memuat di dalamnya pembahasan-pembahasan fiqih

yang terdistribusi dalam sebuah sistematika penulisan tertentu.

Sistematika yang paling umum adalah Kitab, Bab dan Fashl. Kitab,

sebagai kelompok pembahasan terbesar, akan memuat beberapa bab,

dan masing-masing bab memuat beberapa fashl.

Salah satu kitab fiqih yang memiliki sistematika apik

adalah Bidayah Al Mujtahid. Kitab fiqih muqaran ini ditulis oleh

seorang faqih bermadzhab maliki dengan urutan kelompok

pembahasan; Kitab (sebagai kelompok pembahasan terbesar), Jumlah,

Bab, Fashl, Qism dan mas’alah. Distribusi seperti ini dilakukan jika

tema pembahasannya memang besar dan lengkap. Jika tidak, maka

beberapa kelompok pembahasan akan ditiadakan. 

28
Mengenal istilah-istilah Kitab, Bab, Fashl atau matan, syarah,

hasyiyah dan taqrir seperti yang diangkat dalam tulisan ini akan

mempermudah pembaca kitab at turats dalam memahami methodologi

para ulama’terdahulu dalam menulis dan menyusun sebuah kitab at

turats.32

Pemikiran Nashih Ulwan Tentang Pendidikan Dalam Kitab Tarbiyatul Aulad

2.a) Biografi Dr. Abdullah Nashih Ulwan

Abdullah Nashih Ulwan adalah seorang tokoh muslim, ia dilahirkan di

kota Halab Suriah pada tahun 1928 tepatnya didaerah qodhi askar. Beliau

mempunyai nama lengkap Al-Ustadz Syaikh Abdullah Nashih Ulwan.

Abdullah Nashih Ulwan putra Syekh Ulwan yang pada umur 15 beliau sudah

menghafal al-Qur'an dan menguasai ilmu Bahasa Arab dengan baik. Beliau

sangat cemerlang dalam pelajaran dan selalu menjadi tumpuan rujukan

teman-temannya di madrasah. Beliau adalah orang yang pertama kali

memperkenalkan mata pelajaran Tarbiyah Islamiyah sebagai pelajaran dasar

di sekolah. Dan pada perkembangan selanjutnya, pelajaran Tarbiyah

Islamiyah ini menjadi mata pelajaran wajib yang harus diambil murid-murid

di sekolah menengah di seluruh Suriyah. Beliau aktif sebagai da’i di

sekolahsekolah dan masjid-masjid di daerah Halab. Abdullah Nashih Ulwan

merupakan pemerhati masalah pendidikan terutama pendidikan anak dan

dakwah Islam. Jenjang pendidikan yang dilaluinya yakni setelah beliau

menyelesaikan Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, beliau


32
Zaim El-Mubarok, Membumikan Pendidikan Nilai (Bandung: CV. Alfabet, 2008), hlm 110-111.

29
melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkatan Atas di Halab juga pada tahun

1949. Jurusan Ilmu Syari’ah dan Pengetahuan Alam. Kemudian melajutkan di

Al-Azhar University (Mesir) mengambil Fakultas Ushuluddin, yang selesai

pada tahun 1952 diselesaikan selama 4 tahun, dengan gelar sarjana. Dan

melanjutkan S-2 pada perguruan tinggi lulus pada tahun 1954 dan menerima

ijazah spesialis bidang pendidikan, Pada tahun yang sama (1954) ia belum

sempat meraih gelar doktor pada perguruan tinggi tersebut, karena diusir dari

negeri Mesir karena ia seorang aktivis dalam organisasi ikhwanul

musliminyang dikenal ajarannya radikal, yaitu tahun 1954, Ulwan aktif

menjadi seorang da’i. Pada tahun 1979 Abdullah Nashih Ulwan

meninggalkan Suriah menuju ke Jordan, di sana beliau tetap menjalankan

dakwahnya dan pada tahun 1980 beliau meninggalkan Jordan ke Jeddah Arab

Saudi setelah mendapatkan tawaran sebagai dosen di Fakultas Pengajaran

Islam di Universitas Abdul Aziz dan beliau menjadi dosen di sana. Beliau

berhasil memperoleh ijazah Doktor di Universitas Al-Sand Pakistan pada

tahun 1982 dengan desertasi “Fiqh Dakwah wa Daiyah”. Setelah pulang

menghadiri pengkumpulan di Pakistan beliau merasa sakit di bagian dada,

lalu dokter mengatakan bahwa ia mengalami penyakit di bagian hati dan

paru-paru, lalu beliau dirawat di rumah sakit. Abdullah Nashih Ulwan

meninggal pada tanggal 29 Agustus 1987 M bertempatan dengan tanggal 5

Muharram 1408 H pada hari Sabtu jam 09.30 pagi di rumah sakit Universitas

Malik Abdul Aziz Jeddah Arab Saudi dalam usia 59 tahun. Jenazahnya di

bawa ke Masjidil Haram untuk dishalati dan dikebumikan di Makkah.33


33
Abah Hambali dan Bambang, Pendidikan Karakter..., hlm 125.

30
2.b) Karya-Karya Dr. Abdullah Nashih Ulwan

Sebagai seorang ulama dan cendikiawan muslim, beliau telah banyak

menulis buku, termasuk penulis yang produktif, untuk masalah-masalah

dakwah, syari’ah dan bidang tarbiyah. Sebagai spesialisasinya ia dikenal

sebagai seorang penulis yang selalu memperbanyak fakta-fakta Islami, baik 2

Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad fil Islam, terj. Saifullah Kamali

dan Hery Noer Ali, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Semarang: asy-

Syifa’, Jilid II, t.th., hlm. 542 3 Ibid. 19 yang terdapat dalam Al-Qur’an, as-

Sunnah, dan atsar-atsar para salaf yang saleh terutama dalam bukunya yang

berjudul “Tarbiyatul Aulad fil Islam”. Hal ini sesuai dengan pendapat Syeh

Wahbi Sulaiman al-Ghawaji al-Albani yang berkata bahwa dia adalah

seorang beriman yang pandai dan hidup.4 Abdullah Nashih Ulwan telah

menulis beberapa karya ilmiah yang dapat dikaji dan dipelajari oleh para

generasi muda Islam dan umat Islam pada umumnya. Kebanyakan karya

tulisnya berkisar pada masalah dakwah dan pendidikan.34

Diantara karya-karya beliau adalah: 35

 Karya yang berkisar pada masalah dakwah dan pendidikan.

 Al-Takafulul al-Ijtima’i fil Islam ‫التكافل اإلجتماعي في اإلسالم‬

 Ta’addudu al- Zaujah fil Islam ‫تعدد الزوجات في اإلسالم‬

 Sholahuddin al-Ayyubi ‫صالح الدين األيوبي‬

 Hatta Ya’ Lama al-Syabab ‫حتى يعلم الشباب‬


34
Ibid, hlm 128.
35
Zaim El-Mubarok, Membumikan Pendidikan..., hlm 120.

31
 Tarbiyatul Aulad fil Islam.

 Karya yang menyangkut kajian Islam (Studi Islam)

 Ila Kulli Abin Ghayyur Yu’min Billah ‫الى كل أب غير يؤمن باهللا‬

 Fadha’ilul al-Shiyam wa Ahkamuhu ‫فضائل الصيام واحكامه‬

 Hukmu al-Ta’min fil Islam ‫حكم التأمن في اإلسالم‬

 Ahkamul al-Zakat (Empat Madzhab) )‫احكام الزكاة (على ضوء المذاهب االربعة‬

 Syubhat wa-Rudud ‫شبهات والردود‬

 Aqabatu’zzawaj wa-Thuruqu Mu’alajtiha ’Ala Dhau’i Islam ‫ات‬ee‫عقاب‬

‫الزواج وطروق معالجتها على ضوء االسالم‬

 Masuliyatul al-Tarbiyah al-Jinsiyah ‫مسؤولية التربية الجنسية‬

 Illa Warasatil al-Anbiya’ ‫الى وراثة األنبياء‬

 Hukum Islam fi Wasa’ Ilil I’Lam ‫حكم االسالم فى وسائل اإلعالم‬

 Tawinu’sy Syahkhsiyah Alinsaniyah fi Nazari’i Islam ‫تكو ين الشخشية‬

)‫اإلنسانية في نظر اإلسالم (محاضرة‬

 Adabul Khitbah wa’z Zifaf Wahuququ’z Zaujaini ‫اف‬ee‫اداب الخطبة والزف‬

‫وحقوق الزوجين‬

 Ma’alimu’l Hadzarah al-Islamiyah wa Atsaruha fi’n Nahdhah Al-

Aurubiyyah ‫معالم الحظرة اإلسالمية واثارها في النهضية العربية‬

 Nizhamu’r Rizqi Fi’l Islam ‫نظام الرزق في اإلسالم‬

 Hurriyatu’ I I’tiqad Fi’sy Syari’ah AlIslamiyah ‫حرية االعتقاد في الشريعة‬

‫اإلسالمية‬

 Al-Islam Syari’atuz Zaman Wa ‘Imakan ‫اإلسالم سريعة الزمان والمكان‬

32
 Al-Qoumiyyah fi Mizani Islam.5 ‫القومية في مزان اإلسالم‬

Selain karya-karya tersebut di atas juga akan menerbitkan karya yang

berjudul Qishotul Hidah. Buku tersebut menyikap kelompok Islam yang

tendentif terdiri dari dua jilid.

2.c) Latar Belakang Pendidikan Dr. Abdullah Nashih Ulwan

Abdullah Nashih Ulwan telah belajar di bebarapa sekolah diantaranya:

a. Sekolah Dasar dan sekolah lanjutan pertama di Halab selesai tahun 1964.

b. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas jurusan Ilmu Syari’ah dan Pengetahuan di

Halab selesai tahun 1949.

c. Universitas al-Azar di Mesir mengambil fakultas Ushuluddin dapat

terselesaikan pada tahun 1952.

d. Di al-Azhar, Abdullah Nashih Ulwan melanjutkan S-2 dan lulus pada

tahun 1954 dan menerima Ijazah Spesialis Pendidikan setara dengan

Master of Arts (M.A).36

Dr. Abdullah Nasih Ulwan mendapat pendidikan peringkat rendah

(ibtidaei) di Bandar Halib. Setelah berusia 15 tahun, Syeikh Said Ulwan

menghantar beliau ke Madrasah Agama untuk mempelajari ilmu agama

dengan cara yang lebih luas. Ketika itu, beliau sudah menghafal al Quran dan

sudah mampu menguasai ilmu bahasa arab dengan baik. Semasa di madrasah,

beliau menerima asuhan dari guru-guru yang mursyid. Beliau sangat

mengkagumi Syeikh Raghib al Tabhakh, seorang ulama hadis di Bandar

36
Mukhlas Samani, Konsep dan Model Pendidikan Karakter (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2012), hlm 9.

33
Halb. Beliau sangat cemerlang dalam pelajaran dan sentiasa menjadi tumpuan

rujukan rakan-rakan di madrasah, beliau juga seorang yang aktif dalam

persatuan dengan berkebolehan berpidato dan mengetuai skuad penerbitan

yang bertanggungjawab menerbitkan sebaran ilmiah kepada masyarakat

sekitar.

Beliau dikenali sebagai seorang yang sangat berani pada kebenaran serta

mempunyai kemahiran dalam pergaulan dan dakwah. Semasa usia remaja

beliau sudah terkesan dengan bacaan tulisan ulama-ulama sanjungan di waktu

itu seperti Dr. Syeikh Mustafa al Sibaei.

Pada tahun 1949 beliau memperolehi sijil menengah agama yang

melayakkan beliau melanjutkan pelajaran di salah sebuah pusat pengajian di

Mesir dalam bidang Syariah Islamiah.

Dr. Abdullah Nasih Ulwan memasuki Universiti al Azhar pada tahun

berikutnya dan memperolehi ijazah pertama dalam Fakulti Usuluddin pada

tahun 1952, seterusnya beliau memperolehi takhassus pendidikan dan tarbiah

pada tahun 1954. Semasa berada di Mesir beliau banyak menghadiri Majlis

perbincangan ulama-ulama dan mendekati gerakan Islam.

Dr. Abdullah Nasih Ulwan memperolehi Ijazah Kedortoran dari Universiti

al Sand Pakistan pada tahun 1982 dengan tesis yang bertajuk “feqh Dakwah

wa al Da’iah”.37

2.d) Pengalaman Abdullah Nasikh Ulwan

Abdullah Nashih Ulwan dalam hal ini berpengalaman sebagai tenaga

pengajar untuk materi pendidikan Islam di sekolah-sekolah lanjutan atas di


37
Ibid, hlm 15.

34
Halab yaitu pada tahun 1954 dan dia aktif menjadi seorang da’i. Dr. Abdullah

Nasih Ulwan memulakan khidmat sepenuh masa sebagai pendakwah setelah

pulang dari al Azhar. Beliau telah dilantik sebagai guru sebuah Kolej di

Bandar Halb. Beliaulah orang yang pertama memperkenalkan mata pelajaran

Tarbiah Islamiah sebagai matapelajaran asas dalam sukatan pembelajaran di

Kolej berkenaan. Seterusnya matapelajaran Tarbiah Islamiah ini menjadi

matapelajaran teras yang wajib diambil oleh penuntut-penuntut menengah di

seluruh Syria.

Beliau telah meletakkan matlamat perguruan sebagai senjata tarbiah yang

sangat berkesan dalam mendidik generasi negara akan datang. Prinsip yang

digunapakai ialah guru sebagai ibubapa kepada pelajar, mendidik mereka

seperti mendidik anak-anak sendiri. Beliau telah meletakkan matlamat yang

sangat tinggi dalam pendidikan, iaitu membawa dan membimbing pelajar ke

arah mencintai Islam dan beramal dengannya serta sanggup melakukan apa

sahaja untuk memenangkan Islam.

Semasa menjadi guru di kolej berkenaan, Dr. Abdullah Nasih Ulwan telah

menerima pelbagai jemputan menyampaikan kuliah dan syarahan di merata

tempat, di samping menjadi pensyarah jemputan di beberapa buah Universiti

di Syria. Tidak pernah mengenal penat dan letih untuk menyebarkan risalah

Allah. Sepenuh masanya diberikan untuk dakwah Islamiah. Masjid-masjid di

daerah Halb sentiasa melimpah dengan orang ramai yang datang untuk

mendengar kuliahnya, di mana sahaja beliau pergi menyampaikan ceramah

dan kuliah pasti dibanjiri ribuan manusia. Masyarakat yang dahagakan ilmu

35
pengetahun dan tarbiah Islamiah akan menjadikan beliau sebagai tempat

rujukan.

Dr. Abdullah Nasih Ulwan turut berjuang menghapuskan fahaman

jahiliyyah dalam pemikiran masyarakat dengan suluhan cahaya hidayah

rabbani. Beliau telah menggunakan Masjid Umar bin Abd Aziz sebagai

markaz tarbiah generasi pemuda di Syria. Kuliah yang disampaikan di masjid

ini ialah Feqh, Tafsir dan Sirah. Di samping memberi kuliah pengajian, Dr.

Abdullah Nasih Ulwan telah mendidik pemuda-pemuda dengan kemahiran

pidato dan penulisan serta kemahiran uslub berdakwah. Hasil daripada tarbiah

ini, lahirlah ratusan generasi muda yang berakhlak mulia dan menjadi agen

penggerak dakwah Islamiah di Syria.

Walaupun sibuk dengan tugas menyampaikan risalah Islam di merata

tempat, Dr. Abdullah Nasih Ulwan juga sangat dikenali di kalangan

masyarakat tempatan sebagai seorang yang berbudi luhur. Menjalinkan

hubungan baik sesama anggota masyarakat dan sentiasa menjalankan khidmat

masyarakat apabila diperlukan.

Beliau juga mempunyai hubungan yang sangat erat dengan ulama-ulama

Syria serta menganggotai Majlis Ulama Syria. Beliau sangat dihormati di

kalangan mereka.

Siapa saja yang menelusuri denai dakwah Islamiah pasti akan diuji oleh

Allah, ujian untuk membuktikan kebenaran dakwah yang di bawa serta

menambahkan keyakinan dan pergantungan yang utuh hanya kepada Allah.

Allahlah yang berhak memberi nusrah kepada sesiapa yang dikehendaki.

36
Dr. Abdullah Nasih Ulwan juga menerima ujian ini, sehingga memaksa

beliau meninggalkan Syiria pada tahun 1979 menuju ke Jordan. Semasa di

Jordan beliau terus menjalankan peranan sebagai da’i yaitu menyampaikan

kuliah dan syarahan di merata tempat, menerima undangan di masjid-masjid,

perayaan hari kebesaran Islam dan ceramah umum.

Beliau meninggalkan Jordan pada tahun 1980 setelah mendapat tawaran

sebagai pensyarah di Fakulti Pengajian Islam Universiti Malik Abd Aziz,

Jeddah, Saudi. Beliau menjadi pensyarah di Universiti berkenaan sehinggalah

beliau bertemu dengan Allah (wafat).38

2.e) Setting Sosial Abdullah Nashih Ulwan

Mendasarkan segala ide dan pemikirannya pada al-Qur'an dan hadits

Rasulullah, kemudian memberikan ilustrasi penjelasannya pada apa yang

diperbuat Rasulullah, para sahabatnya dan para salaf yang shahih. Sebagai

seorang penganut Sunni dan aktifitas dalam organisasi Ikhwanul Muslimin,

hampir-hampir dia tidak mengambil referensi para pemikir Barat kecuali

dalam keadaan tertentu, pemikiran tersebut dipengaruhi oleh pemikiran

jama’ah Ikhwanul muslimin, dimana ia sebagai aktivis dalam organisasi

tersebut.

Pada waktu itu berkembang aliran Alawi yang ada di Suriah. Aliran

tersebut pada sistem keagamaan dan kepercayaan, pesta dan adat istiadat telah

dipengaruhi oleh agama Kristen, hal ini disebabkan karena Suriah pernah

38
Muhammad Fauzil Adhim, Positive Parenting..., hlm 295.

37
dijajah oleh nergara-negara Barat, dimana pemeluk agama Kristen telah hidup

berabad-abad di Suriah. Namun demikian, Abdullah Nashih Ulwan tidak

terpengaruh oleh aliran tersebut, justru pemikirannya banyak dipengaruhi

oleh pemikiran ihwanul muslimin, yang dapat dari Mesir. Ia hidup pada masa

Suriyah berada pada di bawah kekuasaan asing sampai tahun 1947. Lalu pada

masa pemerintahan di bawah rezim Sunni dan pemerintahan kaum Alawi

setelah tahun 1966. Ia adalah seorang yang berani dalam menyatakan

kebenaran, tidak takut atau gentar kepada siapapun dalam menyatakan

kebenaran sekalipun pada pemerintah.

Semasa di Suriah, ia telah menegur beberapa sistem yang diamalkan oleh

pemerintah pada masa itu yang telah terkontaminasi oleh ajaran Barat yang

pernah menjajahnya, dan dia juga selalu menyeru agar kembali kepada sistem

Islam, sehingga memaksanya meninggalkan Suria menuju ke Jordan.

Abdullah Nashih Ulwan terkenal di kalangan masyarakatnya sebagai seorang

yang berbudi luhur, menjalin hubungan baik antar sesama masyarakat dan

selalu menjalankan hikmat masyarakat apabila ia berpegang teguh, karena ia

dibesarkan dalam keluarga yang berpegang teguh pada agama dan

mementingkan akhlak Islam dalam pergaulan dan hubungan antar sesama.

Ayahnya, Syekh Said Ulwan terkenal sebagai orang ulama dan tabib yang

disegani. Selain berdakwah ke seluruh pelosok kota Halab, ia juga menjadi

tumpuan untuk mengobati berbagai penyakit dengan ramuan akar kayu yang

dibuat sendiri. Ketika merawat orang sakit lidahnya selalu membaca al-

Qur'an dan menyubut nama Allah. Ia selalu berdo’a semoga keturunannya

38
ada yang menjadi ulama “Murabbi”. Allah memperkenankan do’a dengan

lahirnya Abdullah Nashih Ulwan sebagai ulama Murabbi (pendidik).39

2.f) Pendekatan Metode Pendidikan Islam

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan diartikan sebagai

“proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”.40

Makna pendidikan dapat dilihat dalam pengertian secara khusus dan

pengertian secara luas. Dalam arti khusus, Langeveld mengemukakan bahwa

pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak

yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Sementara pendidikan

dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan

hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat.41

Ahmad D. Marimba mendefenisikan pendidikan sebagai bimbingan atau

pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan

rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.42

Sedangkan menurut Syed Muhammad Naqib Al-‘Attas, dalam bukunya

yang berjudul, “Islam dan Sekularisme” menyebutkan bahwa pendidikan

adalah menyerapkan dan menanamkan adab pada manusia ia

adalah ta’dȋb. Lebih lanjut, Al-‘Attas menuliskan dalam buku tersebut:.....Saya

39
Dony Koesoema A., Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global (Jakarta:
PT. Grafindo, 2007), hlm 112.
40
Sofware KBBI V.1.0
41
Uyoh Sadulloh, 2009: 54-55
42
1989: 19, dalam skripsi Syahrul, 2011: 14.

39
menggunakan konsep (ma’nâ) adab di sini dalam pengertiannya yang paling

awal dari istilah itu, sebelum munculnya inovasi yang dibuat oleh para jenius

kesusastraan. Pengertian adab pada asalnya adalah undangan kepada suatu

jamuan.

Konsep jamuan ini membawa makna bahwa tuan rumah adalah seorang

yang mulia dan terhormat, dan ramai orang yang hadir; para hadirin adalah

mereka yang dalam penilaian tuan rumah patut mendapat penghormatan atas

undangan itu. Oleh karena itu mereka adalah orang budiman dan terhormat

yang diharapkan berperilaku sesuai dengan kedudukan mereka, dalam

percakapan, tingkah laku, dan etiket. Dalam pengertian yang sama bahwa

kenikmatan makanan yang lezat dalam suatu jamuan itu makin bertambah

dengan kehadiran orang-orang yang terhormat serta ramah, dan bahwa

hidangan tersebut disantap dengan tata cara, perilaku, dan etiket yang penuh

dengan kesopanan. Demikian pula halnya ilmu harus disanjung dan dinikmati

serta didekati dengan cara yang sama sesuai dengan ketinggian yang

dimilikinya. Dan inilah sebabnya kita mengatakan bahwa analogi ilmu

adalah hidangan dan kehidupan bagi jiwa itu.

Jalaluddin Rahmat dan Zainal Abidin Ahmad membagi pendekatan

pendidikan islam dalam enam kategori, yaitu :43

a. Pendekatan tilawah (pengajaran)

Pendekatan tilawah ini meliputi membaca ayat-ayat Allah yang

bertujuan memandang fenomena alam sebagai ayat-Nya,mempunyai

keyakinan bahwa semua ciptaan Allah memiliki keteraturan yang


43
Dony Koesoema A., Pendidikan Karakter..., hlm 120.

40
bersumber dari Rabb al-‘alamiin, serta memandang bahwa segala yang

ada tidak di ciptakan-Nya secara sia-sia belaka. Bentuk tilawah

mempunyai indikasi tafakkur (berfikir) dan tadzakkur (berdzikir),

sedangkan aplikasinya adalah pembentukan kelompok ilmiah, bimbingan

ahli, kompetisi ilmiah dengan landasan akhlak islam, dan kegiatan-

kegiatan ilmiah lainnya, misalnya penelitian, pengkajian, seminar, dan

sebagainnya.

b. Pendekatan tazkiyah

Pendekatan ini meliputi menyucikan diri dari upaya amar ma’ruf

dan nahi mungkar. Pendekatan ini bertujuan untuk memlihara kebersihan

diri dari lingkungannya, memelihara dan mengembalikan akhlak yang

baik, menolak dan menjauhi akhlak tercela, berperan serta dalam

memelihara kesucian lingkungannya.

c.  Pendekatan ta’lim al-kitab

Mengajarkan Al-Kitab dengan menjelaskan hukum halal dan

haram. Pendekatan ini bertujuan untuk membaca, memahami dan

merenungkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai keterangannya.

Pendekatan ini bukan hanya memahami fakta, tetapi juga makna di balik

fakta, sehingga dapat menafsirkan informasi secara kreatif dan produktif.

Indikatornya pembelajaran membaca Al-Qur’an, diskusi tentang Al-

Qur’an di bawah bimbingan para ahli, memonitor pengkajian islam,

kelompok diskusi, kegiatan membaca literature islam dan lomba kreatifitas

islam.

41
d. Pendekatan ta’lim al-hikmah

Pendekatan ini hampir sama dengan pendekatan ta’lim al-kitab,

haya saja bobot dan proporsinya serta frekuensinya di perluas dan di

perbesar. Insikator pendekatan ini adalah mengadakan perenungan

(reflective thingking), reinovasi dan interpretasi terhadap pendekatan

ta’lim al kitab. Aplikasi pendekatan ta’lim al-hikamah ini dapat berupa

studi banding antar lembaga pendidikan, antar lembaga pengkajian, antar

lembaga penelitian dan sebagainya sehingga terbentuk suatu konsensus

umum yang dapat di pedomani oleh masyarakat islam secara universal dan

sebagai pembenahan atas tidak relevannya pendekatan ta’lim al-kitab.

e. Yu’allim-kum ma lam takunu ta’lamun

Suatu pendekatan yang mengajarkan suatu hal yang memangbenar-

benar asing dan belum di ketahui, sehingga pendekatan ini membawa

peserta didik pada suatu alam pemikiran yang benar-benar luar biasa.

Pendekatan ini hanya mungkin dapat di nikmati oleh nabi dan rasul saja,

seperti adanya malaikat, sedangkan manusia hanya bias menikmati

sabagiankecil saja. Indicator pendekatan ini adalah penemuan teknologi

canggih yang dapt membawa manusia pada penjelajhan luar angkasa,

sedangkan aplikasinya adalah mengemabangkan produk teknologi yang

dapat mempermudah dan membantu kehdupan manusia sehari-hari.

f. Pendekatan ishlah

Pelepasan beban dan belenggu-belenggu yang bertujuan memiliki

kepekaan terhadap penderitan orang lain, sanggup menganalisis

42
kepincangan-kepincangan yang lemah, memiliki komitmen memihak bagi

kaum yang tertindas dan berupaya menembatani perbedaan paham. Di

samping itu, pelepasan beban dan belenggu ini bertujuan memelihara

ukhuwah islamiyah dengan aplikasinya kunjungan ke

kelompok dhu’afa, kampanye amal saleh, kebiasaan bersedekah, dan

proyek-proyek social, serta mengembangkan badan amil zakat infak dan

sedekah (BAZIS).

2.g) Pemikiran Nasikh Ulwan tentang Pendidikan

a. Kontribusi Pemikiran Nashih Ulwan dalam Pendidikan Islam

Semenjak ditetapkan sebagai tenaga pengajar untuk materi

pendidikan Islam di sekolah-sekolah lanjutan atas di Halab, yaitu tahun

1954, Ulwan juga aktif menjadi seorang da’i. Ulwan termasuk penulis

yang produktif, untuk masalah-masalah dakwah, syariah, dan bidang

tarbiyah sebagai spesialisnya. Ia dikenal sebagai seorang penulis yang

selalu memperbanyak fakta-fakta Islami, baik yang terdapat dalam al-

Qur’an, as-Sunnah, dan atsar-atsar para salaf yang saleh terutama dalam

bukunya yang berjudul“Tarbiyatul Aulad Fil-Islam.” Hal ini sesuai

dengan pendapat Syaikh Wahbi Sulaiman al-Ghawaji al-Albani yang

berkata : bahwa dia adalah seorang beriman yang pandai dan hidup.44

b. Metode Pendidikan Moral Anak dalam Keluarga menurut Abdullah

Nashih Ulwan.45

44
Mukhlas Samani, Konsep dan Model..., hlm 20.
45
Hamid Darmaji, Belajar Pendidikan Karakter dari Thomas Lickona, Blogspot.com, 2012.

43
Untuk memperoleh hasil yang baik dalam pelaksanaan pendidikan

(moral) maka harus memenuhi beberapa faktor-faktornya. Salah satu

faktornya adalah metode. Metode merupakan sarana untuk menyampaikan

isi atau materi pendidikan tersebut, agar tujuan yang diharapkan dapat

tercapai dengan hasil yang baik.Seorang muslim sepatutunya mencontoh

teladan yang telah diberikan Rasul SAW, dalam memuliakan putra

putrinya. Beliau dalam mendidik anak-anaknya melalui ajaran wahyu Ilahi

yaitu dengan penuh kasih sayang terhadap anak-anaknya. Dengan

pemberian kasih sayang tersebut, diharapkan dapat menunjang

pertumbuhan dan perkembangan  anak. Sebab anak merupakan aset masa

depan. Sebagai orang tua dapat meneladani ajaran-ajaran Rasul SAW

tersebut, melalui para pemikir dan pemerhati pendidikan (anak) dalam

Islam. Salah satu pemerhati pendidikan (anak) dalam Islam yang

memberikan gambaran yang benar sesuai dengan ajaran Islam adalah

Ulwan. Ia memberikan pandangannya dalam mendidik anak dalam

keluarga melalui metode-metode yang harus diterapkan dalam pendidikan

anak termasuk dalam hal pendidikan moral.

Apabila metode-metode tersebut diterapkan, niscaya apa yang

menjadi harapan bersama sebagai muslimin yaitu tumbuhnya para generasi

Islam yang tangguh dan sebagai penebar kebenaran, dapat

direalisasikan.Untuk mmemperoleh hasil yang baik dalam pelaksanaan

pendidikan (moral) maka harus memenuhi beberapa faktor-faktornya.

Salah satu faktornya adalah metode. Metode merupakan sarana untuk

44
menyampaikan isi atau materi pendidikan tersebut, agar tujuan yang

diharapkan dapat tercapai dengan hasil yang baik.

Diantara metode-metode pendidikan moral anak dalam keluarga

menurut Abdullah Nasih Ulwan  adalah :46

 Pendidikan dengan keteladanan.

 Pendidikan dengan adat kebiasaan.

 Pendidikan dengan nasihat.

 Pendidikan dengan memberikan perhatian.

 Pendidikan dengan memberikan hukuman.

Menurut pemikiran Ulwan, apabila metode-metode tersebut

diterapkan dalam pendidikan anak khususnya dalam keluarga, maka secara

bertahap mereka para orang tua mempersiapkan anak-anaknya untuk

menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi kehidupan dan pasukan-

pasukan yang kuat untuk kepentingan Islam (sebagai penegak ajaran-

ajaran Islam dalam kehidupan).

Diantara metode pendidikan moral anak dalam keluarga yang

ditawarkan oleh Abdullah Nashih Ulwan adalah : 47

 Pendidikan dengan keteladanan

Menurut al-Ghazali anak adalah amanat bagi orang tuanya. Hatinya

yang suci merupakan permata tak ternilai harganya, masih murni dan

belum terbentuk.Orang tuanya merupakan arsitek atau pengukir 

46
Novan Ardy Wiyani, Manajemen Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasinya di
Sekolah (Ypgyakarta: Pdagogja, 2012), hlm 72.
47
Ibid, hlm 75.

45
kepribadian anaknya. Sebelum  mendidik orang lain, sebaiknya orang

tua harus mendidik pada dirinya terlebih dahulu. Sebab anak

merupakan peniru ulung. Segala informasi yang masuk pada diri anak,

baik melalui penglihatan dan pendengaran dari orang di sekitarnya,

termasuk orang tua akan membentuk karakter anak tersebut. Apalagi

anak yang berumur sekitar 3-6 tahun, ia senantiasa melakukan imitasi

terhadap orang yang ia kagumi (ayah dan ibunya). Rasa imitasi dari

anak yang begitu besar, sebaiknya membuat orang tua harus ekstra

hati-hati dalam bertingkah laku, apalagi didepan anak-anaknya. Sekali

orang tua ketahuan berbuat salah dihadapan anak, jangan berharap

anak akan menurut apa yang diperintahkan. Oleh karena itu sudah

sepantasnya bagi orang tua pemegang amanat, untuk memberikan

teladan yang baik kepada putra putrinya dalam kehidupan

berkeluarga. Keluarga merupakan sekolah pertama bagi anak. Orang

tua terutama ibu merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak

dalam membentuk pribadinya.

Ibu mempengaruhi anak melalui sifatnya yang menghangatkan,

menumbuhkan rasa diterima, dan menanamkan rasa aman pada diri

anak. Sedangkan ayah mempengaruhi anaknya melalui sifatnya yang

mengembangkan kepribadian, menanamkan disiplin, memberikan

arah dan dorongan serta bimbingan agar anak tambah berani dalam

menghadapi kehidupan.

46
Teladan yang baik dari orang tua kepada anak (sekitar umur 6

tahun) akan berpengaruh besar kepada perkembangan anak di masa

mendatang. Sebab kebaikan di waktu kanak-kanak awal menjadi dasar

untuk pengembangan di masa dewasa kelak. Untuk itu lingkungan

keluarga harus sebanyak mungkin memberikan keteladanan bagi anak.

Dengan keteladanan akan memudahkan anak untuk menirunya. Sebab

keteladanan lebih cepat mempengaruhi tingkah laku anak. Apa yang

dilihatnya akan ia tirukan dan lama kelamaan akan menjadi tradisi

bagi anak. Hal ini sesuai firman Allah SWT QS. al-Ahzab ( 33) : 21.

ِ ‫وْ َم ْا‬eeَ‫وا هللاَ َو ْالي‬ee‫ َح َسنَةٌ لِـ َم ْن َكانَ يَرْ ُج‬ ٌ‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِى َرسُو ُل هللاِ أ ْس َو ة‬
َ e‫ َر َو َذ َك‬e‫الخ‬
‫ر هللاَ َكـثِ ْيرًا‬e

)۲۱ :‫(االحزاب‬

Artinya   :  “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri

teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap

(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak

menyebut Allah.”(QS. Al-Ahzab : 21)

Dalam hal keteladanan ini, lebih jauh Abdullah Nashih Ulwan

menafsirkan dalam beberapa bentuk, yaitu :48

 Keteladanan dalam ibadah.

 Keteladanan bermurah hati.

 Keteladanan kerendahan hati.

 Keteladanan kesantunan.

48
Novan Ardy Wiyani, Manajemen Pendidikan..., hlm 80.

47
 Keteladanan keberanian.

 Keteladanan memegang akidah

Karena obyeknya anak (kanak-kanak) tentunya bagi orang tua

dalam memberikan teladan harus sesuai dengan perkembangannya

sehingga anak mudah mencerna apa yang disampaikan oleh bapak

ibunya. Sebagai contoh agar anak membiasakan diri dengan

ucapan “salam”, maka senantiasa orang tua harus memberikan ajaran

tersebut setiap hari yaitu hendak pergi dan pulang ke rumah

(keteladanan kerendahan hati). Yang penting bagi orang tua tampil

dihadapan anak sesuai dengan ajaran-ajaran Islam, niscaya semua itu

akan ditirunya.

 Pendidikan dengan adat kebiasaan.

Setiap manusia yang dilahirkan membawa potensi, salah satunya

berupa potensi beragama. Potensi beragama ini dapat terbentuk pada

diri anak (manusia) melalui 2 faktor yaitu faktor pendidikan Islam

yang utama dan faktor pendidikan lingkungan yang baik. Faktor

pendidikan Islam yang bertanggung jawab penuh adalah bapak

ibunya. Ia merupakan pembentuk karakter anak. Hal ini sesuai dengan

sabda Rasul SAW yang diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Hurairah:

‫ ُد‬e َ‫وْ ٍد إِاَّل يُوْ ل‬eeُ‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلّم َما ِم ْن َموْ ل‬:‫عن ابى هريرة رضي هللا عنه قال‬

)‫ص َرانِ ِهأَوْ يُ َم ِّج َسـانِ ِه (رواه مســلم‬ ْ ِ‫َعلَى ْالف‬


ِّ َ‫ط َر ِة فَأَبَ َواهُ يُهَ ِّودَانِ ِهأ َ َويُن‬

48
Artinya   :  “Dari Abi hurairah ra. telah bersabda Rasulullah SAW.

tidak ada anak yang dilahirkan, kecuali dalam keadaan fitrah. Maka

kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya sebagai orang

yahudi, nasrani, atau majusi”. (HR. Muslim).

Setelah anak diberikan masalah pengajaran agama sebagai sarana

teoritis dari orang tuanya, maka faktor lingkungan harus menunjang

terhadap pengajaran tersebut, yakni orang tua senantiasa memberikan

aplikasi pembiasaan ajaran agama dalam lingkungan keluarganya.

Sebab pembiasaan merupakan upaya praktis dan pembentukan

(pembinaan) dan persiapan.

Pada umur kanak-kanak kecenderungannya adalah meniru apa

yang dilakukan oleh orang-orang disekitarnya, baik saudara famili

terdekatnya ataupun bapak ibunya. Oleh karena itu patut menjadi

perhatian semua pihak, terutama orang tuanya selaku figur yang

terbaik di mata anaknya. Jika orang tua menginginkan putra putrinya

tumbuh dengan menyandang kebiasaan-kebiasaan yang baik dan

akhlak terpuji serta kepribadian yang sesuai ajaran Islam, maka orang

tua harus mendidiknya sedini mungkin dengan moral yang baik.

Karena tiada yang lebih utama dari pemberian orang tua kecuali budi

pekerti yang baik. Hal ini sesuai dengan sabda Rasul SAW yang

diriwayatkan al-Tirmidzi dari Ayyub bin Musa.

‫ ٌد‬eeِ‫ َما ن ََح َل َوال‬:‫أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلّم قال‬
ّ ‫حدثنا ايوب ابن موسى عن ابى عن جده‬

ٍ ‫ض َل ِم ْن أَ َد‬
)‫ب َح َس ٍن (رواه الترمذى‬ َ ‫َولَدَا ِم ْن نحل أَ ْف‬

49
Artinya :    “Diceritakan dari Ayyub bin Musa dari ayahnya dari

kakeknya, bahwa Rasulullah saw bersabda : Tidak ada pemberian

yang lebih utama dari seorang ayah kepada anaknya kecuali budi

pekerti yang baik”. (H.R At-Tirmidzi).

Apabila anak dalam lahan yang baik (keluarganya) memperoleh

bimbingan, arahan, dan adanya saling menyayangi antar anggota

keluarga, niscaya lambat laun anak akan terpengaruh informasi yang

ia lihat dan ia dengar dari semua perilaku orang– orang disekitarnya.

Dan pengawasan dari orang tua sangat diperlukan sebagai kontrol atas

kekeliruan dari perilaku anak yang tak sesuai dengan ajaran Islam.

 Pendidikan dengan Nasihat

Pemberi nasihat seharusnya orang yang berwibawa di mata anak.

Dan pemberi nasihat dalam keluarga tentunya orang tuanya sendiri

selaku pendidik bagi anak. Anak akan mendengarkan nasihat tersebut,

apabila pemberi nasihat juga bisa memberi keteladanan. Sebab nasihat

saja tidak cukup bila tidak diikuti dengan keteladanan yang baik.Anak

tidak akan melaksanakan nasihat tersebut apabila didapatinya pemberi

nasihat tersebut juga tidak melaksanakannya. Anak tidak butuh segi

teoritis saja, tapi segi praktislah yang akan mampu memberikan

pengaruh bagi diri anak.Nasihat yang berpengaruh, membuka jalannya

ke dalam jiwa secara langsung melalui perasaan. Setiap manusia

(anak) selalu membutuhkan nasihat, sebab dalam jiwa terdapat

50
pembawaan itu biasanya tidak tetap, dan oleh karena itu kata-kata atau

nasihat harus diulang–ulang.Nasihat akan berhasil atau mempengaruhi

jiwa anak, tatkala orangtua mampu memberikan keadaan yang baik.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. al-Baqarah ( 2) :

44 .

َ َّ‫اَتَأْ ُمرُونَ الـن‬


َ ‫اس بِ ْالبِ ِّر َوتـ َ ْن َسوْ نَ اَنـْفُ َسـ ُك ْم َواَنـْتـ ُ ْم تـ َ ْتلُوْ نَ ْال ِكـت‬
)٤٤: ‫أفَالَ تـ َ ْعقِلُوْ نَ (البقرة‬ ‫قلى‬ ‫َاب‬

Artinya   :  “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan)

kabaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri,

Padahal kamu membaca al-Kitab (Taurat) ? maka tidakkah kamu

berpikir ? (Q.S al-Baqarah : 44).

Agar harapan orang tua terpenuhi yakni anak mengikuti apa– apa

yang telah diperintahkan dan yang telah diajarkannya, tentunya

disamping memberikan nasihat yang baik juga ditunjang dengan

teladan yang baik pula. Karena pembawaan anak mudah terpengaruh

oleh kata–kata yang didengarnya dan juga tingkah aku yang sering

dilihatnya dalam kehidupan sehari–hari dari pagi hari sampai sore

hari.Nasihat juga harus diberikan sesering mungkin kepada anak–anak

masa sekolah dasar, sebab anak sudah bersosial dengan teman

sebayanya. Agar apa–apa yang telah diberikan dalam keluarganya

tidak mudah luntur atau tepengaruh dengan lingkungan barunya.

Menurut Ulwan, dalam Penyajian atau memberikan nasihat itu ada

pembagiannya, yaitu :

51
 Menyeru untuk memberikan kepuasan dengan kelembutan atau

penolakan. Sebagai contohnya adalah seruan Lukman kepada

anak–anaknya, agar tidak mempersekutukan Allah SWT. Q.S.

Lukman (31) :13.

)۱۳:‫إن الشرك لظلم عظيم (لقمن‬ ‫قلى‬ ‫وأذ قال لقمن البـنه وهو يعظه يـبنـي التشرك باهلل‬

Artinya   : “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada

anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya : “Hai

anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya

mempersekutukan (Allah) adalah  benar–benar kezaliman yang

besar.” (Q.S Luqman : 13).

 Metode cerita dengan disertai tamsil ibarat dan nasihat.

Metode ini mempunyai pengaruh terhadap jiwa dan akal.

Biasanya anak itu menyenangi tentang cerita-cerita. Untuk itu

orang tua sebisa mungkin untuk memberikan masalah cerita yang

berkaitan dengan keteladanan yang baik yang dapat menyentuh

perasaannya.

Sebagaimana firman-Nya dalam QS. al-A`raf (7) : 176.

)۱٧٦:‫…فالقصص القصص لـعلهم يـتفكرون (االعراف‬ 

Artinya: “… Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu

agar mereka berpikir”.(Q.S al-Araf : 176).

 Pengarahan melalui wasia

52
Orang tua yang bertanggung jawab tentunya akan berusaha menjaga

amanat-Nya dengan memberikan yang terbaik buat anak demi masa

depannya dan demi keselamatannya.

 Pendidikan dengan Perhatian

Sebagai orangtua berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan–

kebutuhan anaknya, baik kebutuhan jasmani ataupun kebutuhan yang

berbentuk rohani. Diantara kebutuhan anak yang bersifat rohani

adalah anak ingin diperhatikan dalam perkembangan dan

pertumbuhannya.Pendidikan dengan perhatian adalah mencurahkan,

memperhatikan dan senantiasa mengikuti perkembangan anak dalam

pembinaan akidah dan moral, persiapan spiritual dan sosial,

disamping selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan

daya hasil ilmiahnya.Orang tua yang bijaksana tentunya mengetahui

perkembangan-perkembangan anaknya. Ibu adalah pembentuk pribadi

putra putrinya lebih besar prosentasenya dibanding seorang ayah. Tiap

hari waktu Ibu banyak bersama dengan anak, sehingga wajar bila

kecenderungan anak lebih dekat dengan para ibunya. Untuk itu ibu

diharapkan mampu berkiprah dalam mempersiapkan pertumbuhan dan

perkembangan putra-putrinya.Apabila orang tua mampu bersikap

penuh kasih sayang dengan memberikan perhatian yang cukup,

niscaya anak-anak akan menerima pendidikan dari orang tuanya

dengan penuh perhatian juga. Namun pangkal dari seluruh perhatian

yang utama adalah perhatian dalam akidah.

53
 Pendidikan dengan memberikan hukuman

Hukuman diberikan, apabila metode-metode yang lain sudah tidak

dapat merubah tingkah laku anak, atau dengan kata lain cara hukuman

merupakan jalan terakhir yang ditempuh oleh pendidik, apabila ada

perilaku anak yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Sebab hukuman

merupakan tindakan tegas untuk mengembalikan persoalan di tempat

yang benar.Hukuman sesungguhnya tidaklah mutlak diberikan.

Karena ada orang dengan teladan dan nasehat saja sudah cukup, tidak

memerlukan hukuman. Tetapi pribadi manusia tidak sama

seluruhnya.Sebenarnya tidak ada pendidik yang tidak sayang kepada

siswanya. Demikian juga tidak ada orang tua yang merasa senang

melihat penderitaan anaknya. Dengan memberikan hukuman, orang

tua sebenarnya merasa kasihan terhadap anaknya yang tidak mau

melaksanakan ajaran Islam. Karena salah satu fungsi dari hukuman

adalah mendidik.Sebelum anak mengerti peraturan, ia dapat belajar

bahwa tindakan tertentu benar apabila tidak menerima hukuman dan

tindakan lainnya salah apabila mendapatkan suatu hukuman.

Dalam memberikan hukuman ini diharapkan orang tua melihat

ruang waktu dan tempatnya. Diantara metode memberikan hukuman

kepada anak adalah:

 Menghukum anak dengan lemah lembut dan kasih sayang.

 Menjaga tabiat anak yang salah.

54
 Hukuman diberikan sebagai upaya perbaikan terhadap diri anak,

dengan tahapan yang paling akhir dari metode-metode yang lain.

Memberi hukuman pada anak, seharusnya para orang tua sebisa

mungkin menahan emosi untuk tidak memberi hukuman berbentuk

badaniah.

Kalau hukuman yang berbentuk psikologis sudah mampu merubah

sikap anak, tentunya tidak dibutuhkan lagi hukuman yang

menyakitkan anak tersebut. Menurut Nashih Ulwan, hukuman

bentuknya ada dua, yakni hukuman psikologis dan hukuman

biologis. Bentuk hukuman yang bersifat psikologis adalah:

 Menunjukkan kesalahan dengan pengarahan.

 Menunjukkan kesalahan dengan memberikan isyarat.

 Menunjukkan kesalahan dengan kecaman.

Hukuman bentuk psikologis ini diberikan kepada anak dibawah

umur 10 tahun. Apabila hukuman psikologis tidak mampu merubah

perilaku anak, maka hukuman biologislah yang dijatuhkan tatkala

anak sampai umur 10 tahun tidak ada perubahan pada sikapnya. Hal

ini dilakukan supaya anak jera dan tidak meneruskan perilakunya

yang buruk. Sesuai sabda Rasul SAW yang diriwayatkan Abu Daud

dari Mukmal bin Hisyam.

‫الة وهم‬ee‫روا اوالدكم بالص‬ee‫لّم م‬ee‫ه وس‬ee‫ قال رسول هللا صلى هللا علي‬:‫حدثنا مأمل بن هشام قال‬

‫وا بـيـنهم فى الـمضاجع(رواه‬ee‫ر وفرق‬ee‫اء عش‬ee‫ا وهم أبن‬ee‫ربوهم عليه‬ee‫ابـناء سبع سـنـين واض‬

)‫ابوداود‬

55
Artinya   :  “Suruhlah anak kalian mengerjakan shalat, sedang

mereka berumur tujuh tahun, dan pukulilah mereka itu karena

shalat ini, sedang mereka berumut sepuluh tahun, dan pisahkanlah

tempat tidu mereka”. (HR. Abu Daud).

2.h) Kontribusi dan Signifikasi Nashih Ulwan dalam kaitannya dengan

Pendidikan

Dr. Abdullah Nashih Ulwan selalu merujuk pada Al-Qur’an dan Hadits

dalam menguraikan metode pendidikan. Begitu juga dalam hal pendidikan

akhlak. Menurut Dr. Abdullah Nashih Ulwan, Islam sangat memperhatikan

pendidikan anak-anak dari aspek akhlak dan memberikan petunjuk yang

sangat berharga dalam membentuk anak dan mengajarkan akhlak yang

tinggi. 

Berdasarkan analisa atas beberapa hadits tentang pendidikan akhlak, Dr.

Abdullah Nashih Ulwan menyimpulkan bahwa yang paling bertanggung

jawab terhadap pendidikan akhlak anak-anak adalah orang tua.

“Para pendidik, terutama ayah dan ibu mempunyai tanggung jawab

sangat besar dalam mendidik anak-anak dengan kebaikan dan dasar-dasar

moral (akhlak).” 

Pemikiran Dr. Abdullah nashih Ulwan ini sejalan dengan Jamaal Abdur

Rahman. Menurut Beliau, para ulama’ mengatakan bahwa seorang anak

adalah amanat bagi kedua orang tuanya. Berdasarkan Al-qur’an dan Hadits,

56
Jamaal Abdur Rahman menyimpulkan bahwa mendidik dan mengajar anak

merupakan tugas yang harus dilakukan oleh setiap orang tua.

DR. Abdullah Nashih Ulwan mendefinisikan tentang pengembangan

kepribadian anak yaitu bahwa beliau menjelaskan berbagai tanggung jawab

yang dipikulkan Islam di atas pundak para pendidik termasuk ayah, ibu, para

pengajar atau guru dan masyarakat adalah pendidikan fisik atau jasmani, hal

ini dimaksudkan agar anak-anak tumbuh dewasa dengan kondisi fisik yang

kuat, sehat, bergairah, dan bersemangat. Tanggung jawab pendidikan rasio

atau akal yaitu membentuk (pola) pikir anak dengan segala sesuatu yang

bermanfaat, seperti ilmu-ilmu agama, berkebudayaan dan peradaban.

Tanggung jawab pendidikan kejiwaan atau rohani bagi anak dimaksudkan

untuk mendidik anak semenjak mulai mengerti supaya bersikap berani

terbuka, mandiri suka menolong, bisa mengendalikan amarah dan senang

kepada seluruh bentuk keutamaan jiwa dan moral secara mutlak. Ketiga

tanggung jawab ini saling berkaitan erat dalam proses pembentukan dan

pengembangan kepribadian anak secara integral dan sempurna, agar menjadi

manusia yang konsisten dan melaksanakan kewajiban, risalah dan tanggung

jawab.

Dr. Abdullah Nashih Ulwan menganjurkan para pendidik dan orang tua

memusatkan perhatian pada pengajaran anak-anak tentang kebaikan dan

upaya membiasakannya sejak ia mulai memahami realita kehidupan.

57
Ada beberapa hal penting yang harus diketahui oleh para pendidik dalam

hal mengajarkan kebaikan kepada anak-anak dan membiasakan mereka

berbudi luhur. Hal-hal penting tersebut adalah:

a. Mengikuti metode pemberian dorongan dengan kata-kata yang baik,

memberi hadiah.

b. Memakai metode pengenalan untuk disenangi (targhib) dan pengenalan

untuk dibenci (tarhib).

c. Jika dipandang membawa maslahat, dapat memberikan hukuman untuk

meluruskan anak.

Metode pendidikan dengan nasihat merupakan metode yang penting sebab

nasihat dapat membukakan mata anak-anak pada hakekat sesuatu. Nasihat

juga dapat mendorong anak untuk berakhlak mulia. Nasihat juga dapat

digunakan untuk membekali anak dengan prinsip-prinsip Islam. Nasihat yang

tulus, jika memasuki jiwa yang bening, hati yang terbuka, akal yang bijak dan

berpikir, maka nasihat tersebut akan mendapat tanggapan secepatnya dan

meningkatkan bekas yang dalam.

Adapun metode penyampaian nasihat dapat kita pelajari dalam Al-Quran

dan sunnah Nabi. Metode Al-Quran dan Rasulullah dalam memberikan

nasihat dan pendidikan mempunyai ciri tersendiri. Di antara ciri-ciri tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Menggunakan seruan untuk memberikan kepuasan dengan kelembutan

atau penolakan.

b. Menggunakan metode cerita dengan disertai tamsil ibarat dan nasihat.

58
c. Menggunakan wasiat dan nasihat untuk memberi pengarahan.

Pengarahan dapat dilakukan dengan berbagai teknik:

 Menggunakan kata penguat (taukid)

 Menggunakan kata tanya yang berarti kecaman

 Memberikan argumentasi logika

 Menggunakan nilai-nilai Islam yang universal

 Menggunakan kaidah-kaidah yurisprudensi

 Menggunakan metode dialog

 Menggunakan sumpah kepada Allah

 Menggunakan humor untuk menghilangkan kejemuan

 Menggunakan nasihat yang berwibawa

 Memberikan perumpamaan

 Memberikan peragaan tangan

 Memberikan peragaan gambar

 Memberikan peragaan praktis (praktek)

 Mempergunakan kesempatan bagi siapa saja yang hendak diberi

petunjuk dan nasihat agar lebih membekas.

 Memilih suatu permasalahan yang lebih penting

 Menampakkan sesuatu yang haram

Pendidikan dengan memberi perhatian adalah mencurahkan perhatian dan

senantiasa mengikuti perkembangan anak dan selalu bertanya tentang

kesehatan jasmani dan pengetahuan ilmiahnya.

59
Memberikan perhatian merupakan unsur utama dari pendidikan anak,

sehingga jika anak lalai, segera diperingatkan. Jika anak melencengkan,

segera diluruskan. Jika anak melihat kemungkaran, segera dicegah agar

tidak mendekatinya. Jika anak berbuat kebaikan, segera mendapat motivasi

dan ucapan terima kasih.  Metode Islam dalam memberikan hukum kepada

anak adalah sebagai berikut:

 Lemah lembut dan kasih sayang

 Memperingatkan atau menghukum dengan teknik yang sesuai dengan

tabiat anak

 Dalam memperbaiki kesalahan anak, hendaknya dilakukan secara

bertahap, dari yang paling ringan hingga yang paling keras.

Adapun metode Rasulullah Saw. dalam memperbaiki penyimpangan anak

adalah sebagai berikut:

 Menunjukkan kesalahan dengan pengarahan

 Menunjukkan kesalahan dengan keramahtamahan

 Menunjukkan kesalahan dengan memberi isyarat

 Menunjukkan kesalahan dengan kecaman

 Menunjukkan kesalahan dengan memutuskan hubungan

(meninggalkannya)

 Menunjukkan kesalahan dengan memukul

 Menunjukkan kesalahan dengan memberi hukuman yang menjerakan.

60
Pada bagian lain, Dr. Abdullah Nashih Ulwan menguraikan secara lebih

ringkas tentang cara dan dasar-dasar pendidikan akhlak. Cara-cara dan

dasar-dasar pendidikan akhlak tersebut adalah:

 Menghindari peniruan dan taklid buta

 Tidak terlalu larut dalam kesenangan dan kemewahan

 Tidak memutar musik dan lagu-lagu porno

 Tidak bersikap dan bergaya menyerupai wanita

 Tidak bepergian, pamer diri, bergaul bebas, dan menyaksikan hal-hal

yang haram.

Klasifikasi metode pendidikan Islam oleh Dr. Abdullah Nashih Ulwan

merupakan klasifikasi yang lebih lengkap dan lebih sistematis apabila

dibandingkan dengan pemikiran Syekh Khalid maupun Jamaal Abdur

Rahman. Syekh Khalid bin Abdurrahman Al-‘Akk menguraikan metode

pendidikan Islam meliputi; mengikuti Al-Qur’an dan Sunah, teladan yang

baik, nasihat yang baik, dan motivasi. Sedangkan Jamaal Abdur Rahman

tidak melakukan klasifikasi metode pendidikan secara sistematis.

Adapun menurut Hamdani Ihsan dan A. Fu’ad Ihsan sebagaiman dikutip

Drs. H. Samaun Bakry, M.Ag. mengklasifikasikan metode pendidikan Islam

berdasarkan prinsip-prinsip psikologis. Prinsip-prinsip tersebut meliputi:

memberikan suasana kegembiraan, memberikan layanan dan santunan

dengan lemah lembut, memberikan model perilaku yang baik, mendorong

anak untuk praktek secara aktif, dan memberikan bimbingan dan

61
penyuluhan.49 Kitab “Tarbiyatul Aulad Fil Islam” memiliki karakteristik

tersendiri. Keunikan karakteristik itu terletak pada uraiannya yang

menggambarkan totalitas dan keutamaan Islam. Islam sebagai agama yang

tertinggi dan tidak ada yang melebihi ketinggiannya adalah menjadi obsesi

Ulwan dalam setiap analisa dan argumentasinya, sehingga tidak ada satu

bagian pun dalam kitab tersebut yang uraiannya tidak didasarkan atas dasar-

dasar dan kaidah-kaidah nash.

Sedangkan materi pendidikan dalam pandangan Abdullah Nasih Ulwan

dan Zakiyah Drajat dikaitkan dengan berbagai tenggung jawab orang tua atu

pendidik terhadap anak. Secara rinci materi yang sama antara kedua tokoh

ini meliputi: pendidikan keimanan, moral, Intelektual, dan sosial. Hal ini

dapat dilihat dari ungkapan Abdullah Nasih Ulwan dan Zakiah Derajat

berikut:

Pendidikan dengan keimanan menurut Abdullah Nasih Ulwan adalah

mengikat anak-anak dengan dasar iman, rukun Islam dan dengan dasar-

dasar iman, rukun Islam dan dasar-dasar syariah sejak anak mulai mengerti

dan memahami sesuatu. Dan cara penerapan pendidikan keimanan dalam

pandangan Ulwan meliputi: “ Pertama, membuka kehidupan anak dengan

kalimat La Ilaha Illa Allah, Kedua, engenalkan hukum-hukum halal dan

haram kepada anak agar anak setelah besar telah mengetahui perintah-

perintah allah dan mampu melaksanakan, bahkan menjahui larangan-Nya,

Ketiga, menyuruh anak untuk beibadah pada usia tujuh tahun agar setelah

49
Sama’un Bakry, M.Ag.Menggagas Konsep Ilmu Penddikan Islam,(Bandung: Pustaka Bani
Qurasy, 2005), hlm.84-87

62
besar cenderung mentaati Allah dan bersandar kepada-Nya, Keempat,

mendidik anak untuk mencintai Rasul, ahl bait dan membaca Al-Qur’an.50

Zakiah Drajat juga sangat setuju jika seorang anak kecil dibiasakan ikut

serta dalam ibadah sholat bersama orang tuanya. Sebab dengan terbiasa

melihat orang tuanya sholat, maka anak akan ikut-iktan menirukan gerakan

shalat dan membiasakan sholat dalam kehidupannya.

Jadi demikian pendidikan keimanan yang dimaksud Ulwan dan Zakiah

adalah sebagai upaya pembentukan kekuatan akidah seorang anak agar

menjadi satu keyakinan dan pegangan dal kehidupannya kelak. Keimanan

bukan hanya cukup myakini dan mengucapkan, namun harus mampu

diaplikasikan dalam seluruh kehidupannya. Artinya, keimanan adalah

pondasi dari seluruh segi kehidupan manusia. Untuk itu, pendidikan

keimanan adalah hal yang krusial dikenalkan semenjak dini kepada anak

agar menjadi pedoman sekaligus barometer yang mampu mengarahkan dan

membimbing anak dalm hal sikap, ucapan dan perilaku nya dalam lapangan

kehidupan yang luas.

Dan yang kedua yaitu Pendidikan akhlak. Adapun upaya pendidikan

akhlak dalam pandangan Ulwan adalah meliputi: Pertama, mendidik

seorang anak semenjak kecil didik untuk berlaku benar, dapat dipercaya

istiqamah, mementingkan orang lain, mengharagai orang besar.

Menghormati tamu, berbuat baik kepada tetangga, dan mencintai orang lain,

Kedua, membersihkan lidah anak dari kata-kata yang buruk dan cela serta

dari segala perkataan yang menimbulkan dekadensi moral dan buruknya


50
Abdullah Nasih Ulwan, Hatta Ya’lam al-Syahab, cet ke-13, hal 113-115

63
pendidikan, Ketiga membiasakan anak-anak dengan perasaan – perasaan

manusiawi yang mulia, seperti berbuat baik kepada anak yatim, kaum fakir

dan mengasishi para janda dan kaum miskin.51

Berkaitan dengan pendidikan akhlak Ulwan menekankan pentingnya

menjauh anak dari gejala suka dusta, mencuri, mencela dan mencemooh,

serta kenakalan dan penyimpangan yang dewasa ini telah menjamur dalam

kehidupan masyarakat . Keempat gejala tersebut merupakan gambaran

kehidupan masyarakat dewasa ini.

Adapun pendapat Zakiah Drajat tentang pendidikan akhlak adalah

kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran,

perasaan bawaan, dan kebiasaan yang menyatu membentuk suatu kesatuan

tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Dari

kelakuan itu lahirlah perasaan moral yang terdapat di dalam diri manusia

sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana

yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna.

Dan zakiah menambahkan bahwa Akhlak adalah implementasi dari iman

dalam segala bentuk perilaku. Di antara contoh akhlak yang diajarkan

pendidik kepada anaknya adalah:

 Akhlak anak terhadap ibu dan bapak.

 Akhlak terhadap orang lain adalah adab, sopan asntun dalam bergaul,

tidak sombong, dan tidak angkuh, serta berjalan sederhana dan bersuara

lembut.

51
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad, jilid 1, hal.180

64
 Akhlak dalam penampilan diri.52

Materi yang sama lainnya dari kedua tokoh ini adalah pendidikan sosial.

Abdullah Nasih Ulwan mendefinisikan pendidikan sosial adalah mendidik

anak agar terbiasa menjalankan adab sosial yang baik dan dasar-dasar psikis

yang mulia dan bersumber pada akidah islamiyah yang abadi dan perasaan

keimanan yang mendalam, agar di dalam masyarakat nanti bisa tampil

dengan pergaulan dan adab yang baik, keseimbangan akal yang matang dan

tindakan yang bijaksana.

Adapun pendidikan sosial yang dimaksud Abdullah Nasih Ulwan

meliputi:

Pertama, menanamkan dasar-dasar psikis yang mulia pada anak, seperti

takwa, persaudaraan, kasih saying, mengutamakan orang lain, memberi

maaf, dan berjiwa berani.

Kedua, menyampaikan pada anak tentang hak-hak orang lain, baik hak

terhadap kedua orang tua, saudara-saudara, guru, teman, dan orang besar

atau orang yang lebih tua.

Ketiga, menyampaikan pada anak tetang tata kesopan sosial, seperti adab

makan dan minum, memberi salam, meminta izin, berbicara, menjenguk

orang sakit, ta’ziyah, bersin dan menguap.

Keempat, mengajarkan kepada anak tentang kewajiban memerintahkan

kebaikan dan mencegah kemungkaran.

52
Zakiah Drajat, Pendidikan Islam dalam keluarga dan Sekolah, (Jakarta: CV Ruhama, 1995), Cet
II, hal 55-58

65
Sedangkan menurut Zakiah Drajat adalah kecenderungan menusia untuk

bergaul dapat diamati semenjak kecil. Anak-anak mulai bergaul dalam

lingkungan keluarga, kemudian teman pergaulan, terutama anak yang telah

mencapi usia sekolah akan senang bergaul dengan teman sebaya, bahkan

kadang-kadang berteman dengan teman-teman yang lebih dewasa maupun

orang tua. Oleh karena itu, agar anak dalam pergaulan dan kehidupannya

mempunyai sifat-sifat yang mulia dan etika pergaulan yang baik, maka anak

diberikan pengetahuan tentang etika sosial, sehingga ia dapat menyesuaikan

diri dengan lingkungannya dan bahkan membatasi peragulannya. Misalnya:

anak diajarkan menghormati dan patuh kepada orang tua dan orang dewasa

lainnya, merendahkan diri dan lemah lembut dalam bertutur kata dan

bersikap, dan lain-lain.

Sedangkan menurut tokoh lain Musthafa Al-Ghulayaini adalah ulama

kelahiran Beirut Lebanon tahun 1886. Saat remaja, beliau menuntut ilmu di

Mesir dan berguru pada Syaikh Muhammad Abduh di Al Azhar University

serta mendalami ilmu-ilmu syariah, bahasa, dan sastra. Beliau dikenal

sebagai ulama sekaligus wartawan pada majalah Nibras, banyak tulisan-

tulisan beliau yang telah dibukukan diantaranya jami’ ad-durus al-lughah

al-‘arabiyyah(magnum opus), nazharat fi al lughah wa al adab, al islam

ruh al nasyi’in, al ilmu a din dan diwan al ghulayaini. Idhatun Nasyi’in

adalah satu diantara kumpulan tulisan-tulisan beliau yang mengulas adab

dan pendidikan bagi pemuda. Beliau wafat di Beirut pada tanggal 17

februari 1944 pada usia 58 tahun.

66
Menurut Musthofa al-Ghulayaini, dalam kitab Idhatun Nasyi’in,

‫ى تُصْ بِ َح‬ ِ َّ‫س النَّا ِشئِ ْينَ َو َس ْقيُهَا بِ َما ِء اإْل ِ رْ َشا ِد َوالن‬
َّ ‫صي َْح ِة َحت‬ ِ َ‫ق ْالف‬
ِ ْ‫ض ْيلَ ِة فِى نُفُو‬ ِ ‫اَلتَّرْ بِيَةُ ِه َي غَرْ سُ ااْل َ ْخاَل‬
53
.‫ض ْيلَةَ َو ْالخَ ْي َر َوحُبَّ ْال ِع ْل ِم لِنَ ْف ِع ْال َوطَ ِن‬
ِ َ‫س ثُ َّم تَ ُكوْ نُ ثَ َم َراتُهَا ْالف‬
ِ ‫ت النَّ ْف‬
ِ ‫َملَ َكةً ِم ْن َملَ َكا‬

Artinya:

Pendidikan adalah menanamkan perilaku yang utama di dalam kepribadian

anak didik dan menyiraminya dengan butir-butir petunjuk dan bimbingan,

sehingga melekat menjadi suatu kepribadian yang kemudian mampu

membuahkan keutamaan dan kebaikan serta senang berbuat yang

bermanfaat bagi nusa dan bangsa.

Pendidikan adalah menanam pekerti yang utama pada diri pemuda,

menyiraminya dengan kebenaran dan nasehat yang terpatri kuat dalam hati

pemuda yang mana hasilnya adalah keutamaan dan kebaikan, cinta dan

mau berbuat sesuatu untuk tanah airnya. Pendidikan adalah sesuatu yang

besar dan agung, anak- kata Imam Ghazali- adalah amanat bagi orang

tuanya. Mereka berhati suci, murni layaknya permata yang bersih tanpa

tulisan, tanda maupun gambar. Jika mereka diajar dan dibiasakan beramal

kebaikan yang membuat tinggi pekertinya maka mereka akan hidup pada

asas dasar kebaikan yang membawa kebaikan dunia akhirat. Orangtua,

termasuk guru dan pembimbingnya pun akan mendapat bagian dari hasil

didikannya itu. Sebaliknya, jika mereka dibiasakan tiada berakhlak maka

akan rusaklah mereka dan dosanya ikut dipikul orangtuanya. Dalam

jangka dan efek yang lebih luas akan tiadanya akhlak pemuda akan

53
Musthofa al-Ghulayani, Idhah al-Nasihin, (Pekalongan: Rajamurah, 1953), hlm. 189.

67
membawa dampak buruk untuk umat, lingkungan, dan negaranya. Melihat

yang demikian itu, betapa penting pengenalan dan pendidikan akhlak

(baca:karakter) pemuda kader bangsa dan negara.54

Dan inilah 11 konsep pendidikan karakter yang dituliskan Syaikh

Musthafa al Ghalayaini dalam kitab Idhatun Nasyi’in:55

1. Percaya diriDalam konsep ini, beliau menukil kisah-kisah ulama

dan umat terdahulu yang dimuliakan dan saat mendengar kisah

mereka akan banyak kepala tertunduk karena mereka berani berbuat

sesuatu yang lebih disertai niat yang agung. Menurut Musthafa, Allah

SWT menciptakan bumi seisinya untuk dieksploitasi manusia, untuk

kebaikan manusia. Hal itu tak akan maksimal tanpa curahan kekuatan

dan kepercayaan tinggi.Mendidik rasa percaya diri anak dan berani

tampil merupakan sebuah keniscayaan. Dengan percaya diri akan

memiliki keberanian bertindak dan bertanggung jawab atas

perbuatannya. Bila ada satu anak terbiasa dengan rasa percaya diri dan

dalam lingkungan pendidikan berisi anak-anak yang berani tampil

untuk mengasah mental dan skill-nya, dan banyak lembaga-lembaga

pendidikan mengamalkannya maka kehidupan masyarakat di masa

depan akan cemerlang.

2. Sabar manusia berakal adalah manusia yang mampu menghadapi

persoalan seberat tanpa hawa nafsu, tanpa mengeluh, dan tanpa

kebingungan. Sifat dari jiwa yang berakal adalah tenang, hati-hati,


54
Rahmat Djatnika, Sistem Ethika Islami (Akhlak Mulia), (Jakarta : Balai Pustaka,
1994), hlm. 26.
55
Musthofa al-Ghulayani………., hlm 201

68
waspada, dan tidak terburu-buru. Dengan jiwa seperti ini maka semua

masalah akan terselesaikan tanpa menimbulkan masalah baru yang

lain.Berhubungan dengan sifat ini, anak diajarkan untuk berproses dan

menikmatinya, bukan menciptakan generasi instan yang mau

semuanya serba cepat dan kilat. Anak-anak diajak menikmati proses

belajar, berkegiatan di sekolah bersama guru dan teman-temannya,

menyadarkan bahwa sekolah itu bukanlah beban yang berat melainkan

kegiatan edukatif yang menyenangkan meski tidak harus dengan

selalu bermain. Bila anak terbiasa tenang dan dapat menikmati sebuah

proses pembelajaran maka dia akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi

yang lebih tahan stress dan siap menerima tongkat estafet

kepemimpinan umat.56

3. Ikhlasruh dari amal adalah ikhlas. Badan tanpa ruh adalah jasad

mati demikian pula amal bila tanpa dasar keikhlasan, jangan

diharapkan akan kemanfaatannya meskipun amal itu banyak.

Seseorang yang beramal dengan ikhlas untuk umat dan tanah airnya

maka hati orang lain akan condong padanya, akan melindungi dan

mengagungkannya. Bila terjadi demikian, manusia akan rela

membantu dan melestarikan sifat ikhlas itu. Apakah berarti bahwa

sifat ikhlas itu menular? Saya katakan ya, karena dengan keikhlasan

akan menambah semangat demi tujuan yang lebih besar. Berapa

banyak kita lihat gerakan apapun begitu cepat ambruk dan hancur

tanpa keikhlasan orang-orang didalamnya, itu adalah contoh


56
Rahmat Djatnika, Sistem Ethika..., hlm 27.

69
nyata.Seorang guru harus mencontohkan, bukan cuma mengajarkan,

keikhlasan didalam perbuatannya karena sekecil apapun perbuatan

guru akan terekam dan ditiru oleh murid. Bila kebaikan yang

ditampilkan berdasar keikhlasan maka murid akan memotret dan

mencontoh kebaikan yang ikhlas itu karena pendidikan adalah

mencontohkan.57

4. Nilai keberanian berani adalah pertengahan antara sembrono dan

ketakutan. Seorang yang pemberani bisa memperkirakan kapan dia

harus maju dan kapan dia harus mundur untuk mengatur siasat. Bila

ditanya manakah yang lebih buruk antara sembrono dan sifat takut

bagi umat maka jawabannya adalah dalam kesembronoan terkadang

orang mendapatkan apa yang dia kehendaki sedang tidak ada manfaat

apapun dalam sifat takut. Namun keselamatan tetaplah pada sifat

berani yang melatih anak untuk bertanggungjawab.Yang diajarkan

disini adalah keberanian dengan perhitungan, bukan berani babi. Anak

diajarkan untuk memiliki naluri seorang entrepreneur yang berani

namun tetap memperhitungkan segala sesuatu sebelum bertindak demi

cita-citanya.

5. Maslahah mursalah mengutamakan kepentingan umat yang lebih

besar dari kepentingan diri sendiri atau kelompok dan golongannya

itulah maslahah mursalah. Tiap manusia memiliki ego yang masing-

masing dari ego tersebut harus dipenuhi dan dituruti kemauannya.

Karena itu terkadang terjadi benturan-benturan kepentingan antara ego


57
Musthofa al-Ghulayani………., hlm 204.

70
dan kepentingan orang banyak yang memiliki kemanfaatan lebih luas

dan lebih banyak.Pendidikan mengalahkan ego dan berkorban demi

orang banyak adalah poin dari konsep maslahah mursalah ini yang

wajib diajarkan pada anak-anak. Pendidikan ini bertujuan untuk

mengendalikan rasa manja anak dan melatih tata hidup bersama

bersama anak-anak lainnya. Demi kepentingan yang lebih besar maka

ego diabaikan, itulah karakter yang harus bisa tertanam dalam jiwa

anak.58

6. Nilai kemuliaan bila orang diminta bercerita tentang dirinya maka

dia akan bercerita dan mengklaim bahwa dirinya adalah orang yang

mulia/ terhormat. Banyak orang mengaku mulia meski dia memiliki

kelakuan, hati, niat dan kebiasaan yang buruk. Kenapa demikian? Hal

itu karena perbedaan dalam mengartikan arti kemuliaan itu

sendiri.Kebanyakan manusia mengartikan kemuliaan dengan banyak

harta, pangkat, berkedudukan diatas kelompok lain sehingga bisa

berlagak kuasa. Mereka menyangka bahwa banyaknya orang lain yang

mengelu-elukannya, orang-orang miskin yang tunduk padanya adalah

sebuah kemuliaan. Apakah mereka sadar bahwa jaman akan berganti,

roda akan berputar dan betapa nasib akan mempermainkan kehidupan

dengan seenaknya. Saat mereka jadi miskin, papa, tak berpangkat, saat

tanda tangan tak lagi berlaku, taring tak lagi runcing akankah mereka

berani berlagak menyombongkan harta dan pangkatnya? Sebagian lain

mengartikan kemuliaan adalah memiliki badan yang kuat perkasa


58
Rahmat Djatnika, Sistem Ethika..., hlm 27.

71
meski otaknya tumpul. Ada yangmengartikan mulia adalah sehat saat

yang lain sakit, masih hidup kala yang lain mati, dalam posisi

aman/terjamin saat yang lain terjepit, terhormat dan mulia saat umat

tertindas, dan terpandang saat umat terhina. Kekayaan, kekuasaan,

kemegahan diri sendiri apakah itu kemuliaan? Bukan, andai mereka

dapat berfikir jernih.

Kemuliaan hakiki adalah kemuliaan yang dirasakan bersama umat,

hidup sejahtera bersama umat, terhina saat umat dihinakan, merasa

mati saat kematian umat. Sifat-sifat mulia dan agung ini hanya dapat

dimiliki manusia yang terhormat, berani, suci hati dan pikiran, berilmu

dan orang yang rajin menuntut ilmu. Bukan seorang dictator, egois,

mencerai beraikan umat melalui isu-isu SARA, politisasi hukum, dan

sebagainya. Orang yang mulia adalah orang yang melayani tanah air

dengan ikhlas dan rela berkorban demi tegaknya tanah air.

Menganggap diri mulia saat umat/ bangsa terhina adalah

pengkhianatan terhadap nilai-nilai patriotik, sifat yang mulai memudar

pada diri pemuda masa kini. Matinya umat adalah kematianku,

mulianya umat adalah kemuliaanku perlu diejawantahkan dalam karya

nyata dan bukan hanya slogan semata.

7. Nilai ReligiusitasReligiusitas yang benar bisa menerangi negara dan

mengamalkannya bisa memberi petunjuk umat manusia. Negara bisa

tegak berdiri karena religiusitas yang benar. Agama dan negara saling

menguatkan, bila tanpa satu diantara dua itu maka akan hancur

72
keduanya. Induk nilai religiusitas adalah kebenaran dan hakikat.

Keberuntungan atau kerusakan manusia tergantung pada terpatrinya

nilai ini. Sayang, agama hari ini layaknya bayangan tanpa ruh dan

membuat manusia alergi. Hal ini dimanfaatkan para penghasut agar

mereka lari dari agama dan mengikuti pemikiran mereka. Mereka

pandai menarik simpati umat untuk mengagungkan mereka dan

mendapat bagian dari harta umat meski mereka orang bodoh yang

berakhlak buruk dan jauh dari hakikat kebenaran. Mereka adalah

penipu, para penyembah berhala, dan pengumbar hawa nafsu. Umat

yang tidak tahu bahwa mereka dibodohi hanya mengikuti para

penghasut ini tanpa dasar, bertentangan dengan syara’, melakukan

kebohongan, memperuncing perbedaan yang mengancam

persatuan.Musthafa juga mengingatkan agar kita menjauhi 2 jenis

laki-laki:

a) Laki-laki yang menyangka bahwa agama Allah adalah agama

yang meninggalkan kenikmatan dunia dan meyakini bahwa

berpaling dari dunia adalah lebih utama.

b) Laki-laki yang mengajak keburukan dengan bersumpah atas

namanya, mengkafirkan, menbid’ah-bid’ahkan ibadah dan

menuduh fasik pada selainnya dan golongannya, supaya umat

menyangka bahwa laki-laki ini yang paling benar dalam

beragama. Mereka-mereka inilah golongan perusak agama yang

sesungguhnya.\r\n\r\nBila anak didik bisa diberi pengetahuan

73
tentang ini sejak dini alangkah cerah masa depan bangsa dan umat

ini. Memperkuat aspek keagamaan untuk memperkuat kekayaan

spiritual anak-anak akan ajaran agamanya hanya bisa diajarkan

sekolah yang bercirikan agama.

8. Konsep madani masyarakat madani yang benar adalah masyarakat

yang sehat jasmani dan akalnya, muka yang murah senyum yang

menjadikannya selamat dunia akhirat. Keutamaan akhlak dan pekerti,

mengutamakan kepentingan umum, giat beramal dan mengamalkan

apa yang dimilikinya untuk Negara, giat belajar untuk memperbaiki

diri dan pekerti.59

9. Cinta tanah air cinta tanah air yang sebenarnya adalah mencintai

kebaikan tanah air, mengabdi pada tanah airnya, seorang yang cinta

tanah air rela mati demi kebebasan tanah airnya dan rela menderita

demi kejayaan tanah airnya. Cinta tanah air juga merupakan sebagian

dari iman, hal ini terjadi bila seseorang rela menafkahkan sebagian

harta bendanya untuk kebaikan dan kemaslahatan umum, sibuk

menghidupi sekolah-sekolah yang mana disitu diajarkan nilai dan

esensi cinta tanah air yang karena pendidikan di sekolah-sekolah itu

akan tumbuhlah bibit-bibit keutamaan dan amal saleh. Bila nilai-nilai

kecintaan pada tanah air ini diajarkan pada anak-anak sejak dini maka

nilai-nilai ini akan dia bawa sampai dia dewasa. Dari generasi seperti

ini harapan kehidupan umat akan kesejahteraan akan semakin cepat

terwujud dan serangan musuh-musuh negara akan berkurang.


59
Ibid, hlm 108.

74
Pendidikan yang benar adalah esensi kehidupan dan ilmu adalah urat

nadinya. Tiada mungkin tercapai kemuliaan hidup tanpa ilmu dan

pendidikan. Pendidikan sebagai penolak adu domba dan siasat busuk

musuh, ilmu menunjukkan ke jalan kebenaran. Betapa penting

pendidikan kebangsaan ini agar negara benar-benar memperoleh

kemerdekaan dibidang  pendidikan dan bebas dari keinginan bangsa

asing yang ingin menguasai bakat-bakat anak bangsanya.\r\n\r\nSetiap

kesimpulan pastilah ada permulaan; permulaan kemerdekaan sebuah

bangsa adalah mendidik anak-anak mudanya menjadi seorang patriot

dan berdarah nasionalisme yang tinggi. Jika jiwa anak-anak bangsa

kosong dari nilai ini maka dianggap gagallah pendidikannya.

Pentingnya pendidikan nasionalisme bukanlah hal baru dari sistem

pendidikan sebuah bangsa, hal ini didorong dari keinginan luhur untuk

mempertahankan wilayah dan kehormatan dari serangan bangsa asing.

10. Nilai kemerdekaan/ kebebasan merdeka adalah seseorang yang murni

pendidikannya, suci hati, senantiasa berbuat keutamaan, jauh dari

perbuatan hina, lepas dari belenggu penjajahan dan selalu tahu akan

kewajibannya. Kemerdekaan adalah pemberian dari Sang Khalik

untuk makhlukNya, karenanya kemerdekaan merupakan nikmat yang

bersifat rabbaniyah. Kemerdekaan bukanlah kebebasan menggunakan

modal kekuatan, kekuasaan dan paksaan untuk menindas yang lemah.

Orang merdeka bukanlah bukanlah orang yang berbuat kerusakan di

bumi, menggunakan kekerasan, menodai kehormatan manusia

75
lainnya, dan orang yang membahayakan dirinya sendiri dan

lingkungannya.Manusia merdeka adalah manusia yang beramal

dengan daya yang dimilikinya demi kemakmuran dan persatuan umat,

bukan orang yang bebas memperturutkan nafsu angkara murkanya.

11. Nilai kedermawanan dermawan adalah pertengahan

antara israf (menyia-nyiakan harta secara berlebihan dan tanpa

manfaat) dan bakhil. Dalam israf terdapat unsur merusak kemanfaatan

harta dan didalam bakhil terdapat unsur menganiaya diri sendiri

dengan kesulitan. Israf bisa diartikansebagai foya-foya, harta yang

seharusnya bisa dimanfaatkan untuk kebaikan dan dimanfaatkan untuk

beribadah digunakan untuk hal yang tidak bermanfaat

secara syar’i.Sedang orang bakhil cenderung menahan keinginanya

sendiri demi mempertahankan hartanya, dan biasanya tidak disukai

oleh orang di lingkungan tempat tinggalnya. Maka dipilihlah jalan

tengah antara israf dan bakhil/ pelit yaitu sifat dermawan. Dermawan

adalah sifat yang dipilihkan Allah SWT untuk manusia sebagaimana

firmannya :“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu

pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu

kamu menjadi tercela dan menyesal”(al isra’:29). Sesungguhnya

dalam masyarakat terdapat 3 golongan:

a) Orang yang menyangka bahwa dengan bakhil mereka akan kekal

di dunia karena hartanya tidak berkurang. Padahal Allah SWT

sudah mengingatkan dalam firmannya: Kecelakaanlah bagi

76
setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan

menghitung-hitungnya, dia mengira bahwa hartanya itu dapat

mengekalkannya(al humazah:1-3)

b) Orang yang kikir pada dirinya sendiri dan juga pada orang lain.

c) Orang yang kikir pada orang lain namun murah hati pada dirinya

sendiri, orang-orang ini lebih senang bicara tentang dirinya

sendiri dan meremehkan orang lain. Dari seluruh konsep yang

diterangkan Syaikh Musthafa al Ghalayin, semua mengacu pada

kepentingan negara dan kebahagiaan dunia akhirat. Hal ini

disebabkan setting zaman saat beliau hidup pada abad 20 yang

notabene banyak negara-negara di Asia sedang memperjuangkan

kemerdekaannya dari belenggu penjajahan, termasuk negara kita.

Acuan beliau akan kebahagiaan dan kemakmuran dunia akhirat

disebabkan karena faktor keulamaan beliau karena sebagaimana

dikatakan beliau bahwa hasil pendidikan adalah perubahan pekerti

dan bakti pada ibu pertiwi.

Contoh teks yang diajarkan dalam pelajaran BMK di UINSA PBA untuk

meningkatkan pemahaman fahmul maqru’ terhadap At-Turats Tarbiyatul

Aulad, antara lain:

A. Teks 1

‫التربية بالمالحظة‬

77
‫املقص ود بالرتبي ة باملالحظ ة مالحق ة الول د ومالزمت ه يف التك وين العقي دي واالخالقي‪،‬‬
‫ومراقبت ه ومالحظت ه يف االع داد النفس ي واالجتس اعي‪ ،‬والس ؤال املستس ر عن وض عه وحال ه يف‬
‫تربيته اجلسمية وحتصيله العلمي‪...‬‬
‫والشك أن هذه الرتبية تعد من أقوى األسس يف إجياد االنسان املتوازن املتكامل الذي‬
‫يؤدي كل ذي حق حقه يف احلياة‪ .‬والذي تدفعه اىل أن ينهض بسؤولياته‪ .‬ويضطلع بواجباته على‬
‫أكم ل وج ه وأنب ل مع ىن‪ .‬وال ذي جتع ل من ه مسلس ا حقيقي ا يك ون احلج ر األس اس لبن اء القاع دة‬
‫االسالمية الصلبة اليت هبا يتحقق عز االسالم‪ ،‬وباالعتساد عليها تقوم الدولة االسالمية قوية عتيدة‬
‫‪ :‬تضاهي األمم حبضارهتا ومكانتها وكياهنا‪..‬‬
‫واالسالم مببادئه الشاملة‪ .‬وأنظسته اخلالدة ‪ ..‬حض اآلباء واألمهات واملربني جسيعا اىل‬
‫أن يهتسوا بالزمة أوالدهم‪ .‬ومراقبة أفالذ أكبادهم ‪ ..‬يف كل ناحية من نواحي احلياة‪ .‬ويف كل‬
‫جانب من جوانب الرتبية الشاملة ‪..‬‬
‫وإليك – أخي املريب – أهم هذه النصوص يف هذه املالزمة واملالحظة‪.‬‬
‫ق ال تع اىل ‪      :‬‬ ‫‪-‬‬
‫‪       ‬‬
‫‪(         ‬التحرمي ‪:‬‬
‫‪)٦‬‬
‫وكي ف يقي املرايب أهل ه وأوالده ن ارا إذا ه و مل ي أمرهم وينه اهم‪ ،‬ومل ي راقبهم‬
‫وبالحظهم ‪..‬؟‬
‫قال علي رضي اهلل عنه يف قوله تعاىل ‪ (( :‬قوا أنفسكم ‪ ))..‬أدبوهم وعلوهم ‪ :‬وقال عمر‬
‫رضي اهلل عنه ‪ (( :‬تنهو هنم عما هناكم اهلل عنه‪ ،‬وتأمروهنم مبا أمر كم اهلل به‪ ،‬فيكون بذلك وقاية‬
‫بينهن وبني النار ))‪.‬‬
‫وق ال ع ز من قائ ل ‪      :‬‬ ‫‪-‬‬
‫‪( ‬طه ‪)۱٣٢ :‬‬
‫وهل يكون األمر بالصالة إال يف حالة التقصري واالمهال يف حق اهلل تعاىل‬
‫وقال سبحانه ‪ :‬وعلى المولودله رزقهن وكسوتهن بالمعروف (البقرة)‬ ‫‪-‬‬
‫وكي ف يق وم األب ب رزق االه ل واألوالد وكس وهتم إذا مل ي راقب أح واهلم من الناحي ة اجلس مية‬
‫والصحية؟‬

‫‪78‬‬
‫واألحاديث التي تحض على المالزمة والمالحظة أكثر من أن تحصى ‪:‬‬
‫‪ -‬من هذه االحاديث ما رواه البخاري ومسلم عن ابن عمر رضي اهلل عنهما (( ‪ ...‬والرجل‬
‫راع يف أهله ومسؤول عن رعيته‪ ،‬واملرأة راعية يف بيت زوجها ومسؤولة عن رعيتها ‪.)) ..‬‬
‫‪ -‬ومن هذه االحاديث ما رواه أبو داود والرتمذي عن أيب مسربة رضي اهلل عنه قال ‪ :‬قال‬
‫رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم ‪ (( :‬علموا الصيب الصالة لسبع سنني‪ ،‬واضربوه عليها ابن‬
‫عشر سنني ))‪.‬‬
‫‪ -‬ومن ه ذه االح اديث م ا رواه الرتم ذي عن ه علي ه الص الة والس الم ‪ (( :‬ألن ي ؤدب الرج ل‬
‫ولده خري من أن يتصدق بصاع ))‪.‬‬
‫‪ -‬ومن هذه االحاديث ما رواه الطرباين عن علي كرم اهلل وجهه أن رسول اهلل صلى اهلل عليه‬
‫وس لم ق ال ‪(( :‬أدب وا أوالدكم على ثالث خص ال ‪ :‬حب ن بيكم‪ .‬وحب آل بيت ه‪ .‬وتالوة‬
‫القرآن ‪.))...‬‬
‫ومن ه ذه االح اديث م ا رواه البخ اري يف األدب املف رد عن أيب س ليمان مال ك بن‬

‫احلويرث قال ‪ :‬أتينا النيب صلى اهلل عليه وسلم وحنن شببة متقاربون‪ ،‬فأقمنا عنده‬

‫عشرين ليلة‪ ،‬فظن أنا اشتهينا أهلينا‪ ،‬فسألنا عمن تركنا يف أهلينا فأخربناه‪ ،‬وكان‬

‫رفيق ا رحيم ا‪ ،‬فق ال ‪ (( :‬ارجع وا اىل أهليكم فعلم وهم وم روهم ))‪ .‬وص لوا كم ا‬

‫‪ )).‬رأيتموين أصلي‪ ،‬فإذا حضرت الصالة فليؤذن أحدكم‪ .‬وليؤمكم اكربكم‬

‫‪B. Teks 2‬‬

‫الفصل األول‬

‫‪ )۱‬مسؤولية الرتبية اإلميانية‬

‫‪79‬‬
‫املقصود بالرتبية اإلميانية ربط الولد منذ تعقله بأصول اإلميان ‪ ،‬و تعويده منذ تفهمه‬

‫أركان االسالم ‪ ،‬و تعليمه من حني متييزه مبادىء الشريعة الغراء ‪..‬‬

‫و نعين بأصول االمان ‪:‬‬

‫كل ما ثبت عن طريق اخلرب الصادق من احلقائق االميانية ‪ ،‬واألمور الغيبية كاال ميان‬

‫باملالئكة ‪ ،‬واالميان بالكتاب السماوية ‪ ،‬واالميان بالرسل مجيعا ‪ ...‬واالميان بسؤال‬

‫ملكني ‪ ،‬و عذاب القرب ‪ ،‬و البعث ‪ ،‬و احلساب ‪ ،‬و اجلنة ‪ ،‬و النار ‪ ...‬وسائر املغيبات ‪.‬‬

‫و نعين بأركان االسالم ‪:‬‬

‫كل العبادات البدنية واملالية ‪ ،‬و هي ‪ :‬الصالة ‪ ،‬و الصوم ‪ ،‬و الزكاة ‪ ،‬و احلج من استطاع اليه‬

‫سبيال ‪.‬‬

‫و نعين مببادىء الشرعية ‪:‬‬

‫كل ما يتصل باملنهج الرباين ‪ ،‬و تعاليم االسالم من عقيدة ‪ ،‬و عبادة ‪ ،‬وأخالق ‪ ،‬و تشرع ‪ ،‬و‬

‫أنظمة ‪ ،‬و احكام ‪...‬‬

‫فعلى املريب أن ينشئ الولد منذ نشأته على هذه املفاهيم من الرتبية اإلميانية ‪ ،‬و على هذه األسس‬

‫من التعاليم االسالمية ‪ ..‬حىت يرتبط باالسالم عقيدة و عبادة ‪ ،‬و يتصل به منهاجا و نظاما ‪ ،‬فال‬

‫يعرف بعد هذا التوجية و الرتبيه سوى القرآن اماما ‪ ،‬و سوى الرسول صلوات اهلل و سالمه عليه‬

‫قائدا و قدوة ‪...‬‬

‫‪80‬‬
‫و هذا الشمول ملفاهيم الرتبية االميانية مستمد من وصايا الرسول صلى اهلل عليه و سلم‬

‫وارشاداته يف تلقني الولد أصول اإلميان ‪ ،‬و أركان االسالم ‪ ،‬و أحكام الشريعة ‪...‬‬

‫واليكم أهم ارشاداته ووصاياه عليه الصالة و السالم ‪:‬‬

‫‪ )۱‬أمره بالفتح على الولد بكلمة الإله إال اهلل ‪:‬‬

‫ملا روى احلاكم عن ابن عباس رضي اهلل عنهما عن النيب صلى اهلل عليه و سلم أنه قال ‪:‬‬

‫>> افتحوا على صبيانكم أول كلمة بال اله اال اهلل <<‬

‫والسر يف هذا ‪:‬‬

‫لتكون كلمة التوحيد ‪ ،‬و شعار الدخول يف الالسالم أول ما يقرع مسع الطفل ‪ ،‬و أول ما يفصح‬

‫هبا لسانه ‪ ،‬و أول ما يتعقلها من الكلمات و األلفاظ ‪.‬‬

‫و سبق أن ذكرنا يف فصل >> أحكام املولود << استجاب التأذين يف أذن املولوداليمىن ‪ ،‬و‬

‫اإلقامة باليسرى ‪ ،‬وال خيفى ما يف هذا العمل من أثر يف تلقني الولد أصل العقيدة و مبدأ التوحيد‬

‫و اإلميان‪.‬‬

‫‪ )٢‬تعريفه أول ما يعقل أحكام احلالل و احلرام ‪:‬‬

‫ملا أخرج ابن جرير ‪ ،‬وابن املنذر من حديث ابن عباس رضي اهلل عنهما أنه قال ‪ >> :‬اعسلوا‬

‫بطاعة اهلل واتقوا معاصي اهلل ‪ .‬ومروا أوالدكم بامتثال االوامر ‪ ،‬واجتناب النواهي ‪ ،‬فذلك وقاية‬

‫هلم و لكم من النار <<‬

‫والسر يف هذا ‪:‬‬

‫‪81‬‬
‫فريوض على امتثلها ‪ ،‬و على اجتناب نواهية ‪،‬‬
‫حىت يفتح الولد عينية منذ نشأته على أوامر اهلل ‪ّ ،‬‬
‫فيدرب على االبتعاد عنها ‪ ..‬و حني يتفهم الولد منذ تعقلهأحكام احلالل و احلرام ‪ ،‬و يرتبط منذ‬

‫صغره بأحكام الشريعة فإنه ال يعرف سوى االسالم تشريعا و منهاجا ‪..‬‬

‫‪ )۱‬أمره بالعبادات وهو يف سن السابعة ‪:‬‬

‫ملا روى احلاكم و أبو داود عن ابن عمرو بن العاص رضي اهلل عنهما عن رسول اهلل صل اهلل‬

‫علية و سلّم أنه قال ‪ (( :‬مروا أوالدكم بالصالة و هم أبناء سبع سنني ‪ ،‬واضربو هم عليها و هم‬

‫أبناء عشر ‪ ،‬و فرقوا بينهم يف املضاجع )) ‪ ،‬و يقاس على الصالة الرتويض على بعض أيام‬

‫الصوم اذا كان الولد يطيقة ‪ ،‬وتعويده احلج اذا كان االب يستطيعه ‪.‬‬

‫والسر يف هذا ‪:‬‬

‫حىت يتعلم الوحد أحكام هذه العبادات منذ نشأته ‪ ،‬و يتعاد أداء ها والقيام هبا منذ نعومة‬

‫أظفالره ‪ ،‬و حىت يرتىب كذلك على طاعة اهلل ‪ ،‬و القيام حبقه ‪ ،‬والشكر له ‪ ،‬وااللتجاء‬

‫اليه ‪ ،‬والثقة به ‪ ،‬واالعتماد عليه ‪ ،‬و التسليم جلنابة فيما ينوب و يروع ‪ ..‬و حىت جيد يف‬

‫هذه العبادات أيضا الطهر لروحه ‪ ،‬و الصحة جلسمه ‪ ،‬و التهذيب خللقة ‪ ،‬و اإلصالح‬

‫ألقواله و أفعاله !!‪.‬‬

‫‪82‬‬

Anda mungkin juga menyukai