Asesmen Nasional merupakan upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan secara menyeluruh. Asesmen
Nasional dirancang untuk menghasilkan informasi akurat untuk memperbaiki kualitas belajar-mengajar, yang
pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar siswa.
1. Asesmen Nasional menghasilkan informasi untuk memantau: (a) perkembangan mutu dari waktu ke
waktu, dan (b) kesenjangan antar bagian di dalam sistem pendidikan
2. Asesmen Nasional bertujuan untuk menunjukkan apa yang seharusnya menjadi tujuan utama sekolah,
yakni pengembangan kompetensi dan karakter siswa.
3. Asesmen Nasional juga memberi gambaran tentang karakteristik esensial sebuah sekolah yang efektif
untuk mencapai tujuan utama tersebut.
2. UN kurang dapat dimanfaatkan guru untuk memperbaiki pembelajaran pada subjek siswa yang sama.
Asesmen Nasional dirancang untuk memberi dorongan lebih kuat ke arah pengajaran yang inovatif dan
berorientasi pada pengembangan kompetensi, termasuk di dalamnya kemampuan bernalar
3. UN kurang optimal sebagai alat untuk mengevaluasi mutu pendidikan secara nasional. Hal ini disebabkan
UN diterapkan di akhir jenjang pendidikan lebih sebagai assessment of learning yang mengukur capaian
akhir, bukan sebagai sebagai assessment for learning, yang mengukur proses pembelajaran
pengadilan Negeri Jakarta pada 2007, dan kemudian Mahkamah Agung (MA) pada 2009, menilai bahwa UN tidak adil bagi
siswa yang berada di sekolah dan/atau daerah yang kekurangan sumberdaya. MA memerintahkan pemerintah untuk “meninjau
kembali sistem pendidikan nasional”
Petunjuk dan Teknis Pelaksanaan Asesmen Nasional
Hal ini terkait dengan tujuan dan fungsi Asesmen Nasional. Asesmen Nasional tidak digunakan untuk
menentukan kelulusan menilai prestasi siswa sebagai seorang individu. Evaluasi hasil belajar setiap individu
siswa menjadi kewenangan pendidik. Asesmen Nasional merupakan cara untuk memotret dan memetakan
mutu sekolah dan sistem pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, tidak semua siswa perlu menjadi peserta
dalam Asesmen Nasional.
Murid kelas V akan mengerjakan 30 butir soal untuk mengukur kompetensi literasi membaca dan 30 butir
soal untuk mengukur kompetensi numerasi.
AKM dilaksanakan secara adaptif, sehingga setiap siswa akan menempuh soal yang sesuai dengan tingkat
kemampuan siswa itu sendiri. AKM mengukur kompetensi mendasar yang perlu dipelajari semua siswa tanpa
membedakan peminatannya. Oleh karena itu seluruh siswa akan mendapat soal yang mengukur kompetensi
yang sama.
Literasi baca dan tulis adalah pengetahuan dan kecakapan untuk membaca, menulis, mencari, menelusuri,
mengolah, dan memahami informasi untuk menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks tertulis untuk
mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan potensi, serta untuk berpartisipasi di lingkungan sosial.
1. Pada level pembelajaran 1 untuk kelas 1 dan 2, siswa akan menemukan informasi dengan cara
mengakses dan mencari informasi dalam teks. Selain itu siswa akan memahami teks secara literal,
kemudian menyusun inferensi, membuat koneksi dan prediksi baik teks tunggal maupun teks jamak.
Siswa juga akan mengevaluasi dan merefleksi dengan menilai format penyajian dalam teks.
2. Pada level pembelajaran 2 untuk kelas 3 dan 4, sama seperti level pembelajaran 1 siswa juga akan
belajar sesuai tingkat kognitif pada literasi membaca hanya saja siswa pada kelas 3 dan 4 akan
menggunakan konten yang sesuai dengan jenjangnya.
3. Pada level pembelajaran 3 untuk kelas 5 dan 6, sama seperti level pembelajaran 2 siswa juga akan
belajar sesuai tingkat kognitif pada literasi membaca hanya saja siswa pada kelas 5 dan 6 akan
menggunakan konten yang sesuai dengan jenjangnya.
Siti dan Udin namanya. Muka mereka penuh debu. Dengan baju rombengan, mereka
menyanyi di tengah kebisingan. Pagi sampai malam, mereka tersenyum dalam peluh,
menyapa om dan tante, mengharap receh seadanya. Beribu Siti dan Udin berkeliaran di jalan-
jalan, dengan suara serak dan napas yang sesak oleh polusi. Kalau hari ini bisa makan,
alhamdulillah. Siti dan Udin tetap berdoa agar mereka bisa sekolah dan punya rumah
berjendela.
Klik pada satu pilihan jawaban!
Apa permintaan Siti dan Udin dalam doanya?
a. ingin bersekolah
b. ingin bernyanyi
c. ingin bekerja
d. ingin bertamasya
Konsep Numerasi
Numerasi termasuk dalam kompetensi yang paling mendasar yang ingin dievaluasi dalam Asesmen
Kompetensi Minimum.
Numerasi merupakan suatu kompetensi yang mencakup pengetahuan, keterampilan, perilaku, dan disposisi
yang dibutuhkan siswa untuk menggunakan matematika dalam cakupan dan situasi yang lebih luas.
Numerasi menuntut siswa untuk mengenali dan memahami peran matematika di dunia, memiliki disposisi
dan kapasitas untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan matematika untuk memecahkan masalah
dalam kehidupan nyata.
1. Representasi
Memahami pecahan dan pecahan campuran positif dengan penyebut bilangan satu atau dua angka (misal 5/12, 2⅗). (3 Soal)
Mengetahui posisi pecahan pada garis bilangan. (3 Soal)
2. Sifat Urutan
Membandingkan dua pecahan, termasuk membandingkan pecahan dan bilangan cacah. (2 Soal)
3. Operasi
Menghitung hasil penjumlahan/pengurangan/perkalian/pembagian dua bilangan cacah (maks. enam angka), termasuk
menghitung kuadrat dari suatu bilangan cacah (maks. tiga angka). (4 Soal)
Menentukan KPK, faktor suatu bilangan cacah, dan FPB. (1 Soal)
B. Geometri dan Pengukuran
1. Bangun Geometri
Menghitung luas persegi panjang bila diketahui panjang dan lebarnya, dan menghitung panjang atau lebar bila diketahui luas
dan salah satu sisinya. (2 Soal)
Mengenal prisma dan tabung. (2 Soal)
2. Pengukuran
Mengenal dan menggunakan satuan luas (cm2, m2) dan volume (cm3, m3). (3 Soal)
C. Aljabar
Menyelesaikan persamaan sederhana menggunakan operasi perkalian/pembagian saja (dalam bentuk yang ramah bagi anak).
(13 Soal)
Mengenali pola bilangan sederhana dan melanjutkan pola tersebut. (10 Soal)
D. Data dan Ketidakpastian
Memahami cara penyajian data sederhana (menggunakan turus dan diagram gambar). (4 Soal)
Dari penjelasan pada aktivitas-aktivitas sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa butir-butir soal asesmen
numerasi AKM melibatkan proses penalaran yang tidak dapat dipersiapkan melalui program bimbingan
belajar intensif yang berfokus pada latihan-latihan soal saja. Proses penalaran siswa justru perlu lebih banyak
dikembangkan dan dipupuk melalui strategi pembelajaran di kelas.
Dalam sistem pembelajaran berbasis kompetensi, siswa melakukan pembelajaran sesuai dengan tahapan
penguasaan kompetensinya hingga tuntas sebelum akhirnya mampu melanjutkan pada tahap penguasaan
kompetensi berikutnya. Sebagai sebuah proses, pembelajaran berbasis kompetensi ini membutuhkan waktu
sehingga sedikit demi sedikit siswa menunjukan penguasaan pengetahuan, konsep dan keterampilan untuk
memecahkan masalah
setiap usaha dan proses yang dilakukan siswa untuk mencapai level yang lebih tinggi, tentu akan
menunjukan peningkatan kinerja siswa. Dimana siswa menjadi lebih fasih dan terampil. Kefasihan mengacu
pada kelancaran mereka dalam melakukan pekerjaannya. Siswa menjadi lebih yakin pada kemampuannya jika
siswa dapat naik ke level penguasaan yang lebih tinggi.
Pembelajaran Berdasarkan Hasil Laporan Asesmen
Kompetensi Minimum
meskipun AKM tidak mengukur secara spesifik capaian belajar pada mata pelajaran, namun pelaporan hasil
AKM dapat dimanfaatkan untuk perbaikan proses pembelajaran pada berbagai mata pelajaran. Tentunya
dengan didasarkan pada analisis hasil laporan Asesmen Kompetensi Minimum.
Implikasi tingkat kompetensi pada pembelajaran dapat dilihat melalui contoh mata pelajaran IPS berikut ini.
Disajikan bacaan berisi materi baru mengenai koperasi: menjelaskan definisi, fungsi, manfaat dan beragam
contoh baik. Guru diharapkan menyesuaikan pembelajarannya sesuai tingkat kompetensi murid. Misalnya:
1. Murid di tingkat Perlu Intervensi Khusus belum mampu memahami isi bacaan, murid hanya mampu
membuat interpretasi sederhana. Guru IPS tidak cukup bertumpu pada materi bacaan tersebut. Murid perlu
diberi bahan belajar lain secara audio, visual dan pendampingan khusus.
2. Murid di tingkat Dasar telah mampu mengambil informasi dari teks, namun tidak memahami secara
utuh isi topik koperasi. Murid dapat diberi sumber belajar pendamping dalam bentuk catatan singkat atau
simpulan untuk pemahaman yang utuh.
3. Murid di tingkat Cakap mampu memahami dengan baik isi teks mengenai koperasi, namun belum
mampu merefleksi. Murid dapat diberi pembelajaran identifikasi kondisi lingkungan murid, mengaitkan
dengan fungsi dan manfaat koperasi.
4. Murid di tingkat Mahir mampu memahami isi bacaan dan merefleksi kegunaan koperasi dari teks
yang diberikan oleh guru. Guru dapat melakukan pembelajaran berupa menyusun beragam strategi
pemanfaatan koperasi.
1. Surat Kabar Guru Belajar Edisi Ke-21: Literasi untuk Belajar. Klik di http://bit.ly/skgurubelajar021
Asesmen seringkali dipersepsikan sebagai upaya menentukan nilai murid. Tidak heran apabila banyak dari
kita yang berusaha keras melakukan upaya agar nilai murid kita setinggi mungkin. Nilai murid menjadi
sasaran kinerja. Padahal peran asesmen yang pertama dan utama bukan lah menentukan nilai murid.
Peran pertama dan utama asesmen harus dilihat sebagai bagian dari proses pembelajaran yang utuh.
Kurikulum: Seperangkat kompetensi yang penting dikuasai murid dengan menggunakan cara belajar dan
asesmen tertentu. Pengembangan kurikulum, selain mengacu pada tantangan dunia nyata, hendaknya
mengacu pada hasil asesmen dan refleksi praktik pembelajaran.
Pembelajaran: Serangkaian aktivitas yang dirancang dan dilakukan di ruang kelas berdasarkan kompetensi
awal murid yang diketahui dari hasil asesmen dan untuk mencapai sasaran kompetensi yang ditetapkan
dalam kurikulum. Pembelajaran memadukan informasi dari asesmen dengan informasi dari kurikulum.
Keseimbangan antara paduan tersebut yang akan menghasilkan pembelajaran yang optimal.
Asesmen: Proses mengumpulkan, menganalisis dan melaporkan sejumlah informasi yang terkait pencapaian
kondisi murid dan penguasaan suatu kompetensi tertentu. Asesmen diagnosis: asesmen di awal untuk
merancang strategi pembelajaran. Asesmen formatif: asesmen sepanjang proses belajar untuk melakukan
perbaikan dan penyesuaian pembelajaran. Asesmen sumatif: asesmen di akhir untuk menentukan level
penguasaan kompetensi oleh murid.
Pemahaman terhadap segitiga belajar akan membawa kita pada kebutuhan membaca laporan Asesmen
Kompetensi Minimum dan menggunakannya untuk perbaikan kualitas pembelajaran