Anda di halaman 1dari 30

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Soal 2
Soal 1 Seorang laki-laki (52 tahun) dirawat pasca 2
Seorang perempuan (20 Tahun) dirawat DHF minggu rawatan rumah dengan stroke iskemik dan
grade III hari pertama. Pasien mengeluh sangat hemiparese dekstra. Pasien terus berbaring selama
haus. Bibir tampak kering, urin sedikit dan kuning di rumah. Kulit bokong tampak kering dan lecet,
pekat. CRT 4 detik, tekanan darah 90/60 mmHg, pasien BAB 5 hari lalu dengan tinja keras dan
frekuensi nadi 110 x/menit, nadi teraba lemah dan padat. Pasien tampak mengejan namun tidak ada
suhu 37,5 C. Apakah masalah keperawatan utama pengeluaran feses dan mengeluh anusnya nyeri.
pada pasien tersebut? Apakah masalah keperawatan yang tepat pada
a. Kekurangan volume cairan pasien?
b. Hipertermi a. Gangguan mobilitas fisik
c. Resiko perdarahan b. Resiko luka tekan
d. Penurunan curah jantung c. Inkontinensia fekal
e. Perfusi jaringan perifer tidak efektif d. Konstipasi
Jawaban tepat: a e. Nyeri akut
Jawaban: d
Pembahasan:
DS: - p/ mengeluh haus Pembahasan:
DO: DS:
- bibir tampak kering - p/ berbaring terus selama di rumah
- urin sedikit kuning pekat - BAB terakhir 5 hari y.l
- CRT > 4 detik - Tinja keras dan padat
- TD 90/60 mmHg DO:
- HR 110x/menit - p/ tampak mengejan saat BAB
- Nadi teraba lemah - tidak ada feses yang keluar saat pasien mengejan
- Suhu 37,8 Jawaban tepat: d. konstipasi dibuktikan dengan
Jawaban benar adalah A. Kekurangan volume cairan defekasi kurang dari 2x/minggu, pengeluaran feses
Menurut SDKI (2016), Kekurangan volume cairan lama dan sulit, feses keras dan mengejan saat defekasi
adalah Penurunan volume cairan intravaskular,
interstisial, dan/atau intraselular. Pada kasus DHF, Jawaban tidak tepat:
biasanya pasien mengalami masalah volume cairan di - gangguan mobilitas fisik: kurang tepat. Pasien
intravascular akibat virus dengue. memang mengalami hemiparese dekstra yang dapat
menjadi penyebab masalah konstipasi. Konstipasi
jawaban tidak tepat: menjadi prioritas karena eliminasi fekal harus segera
- Opsi Hipertermi : kurang tepat. Terdapat data diintervensi.
peningkatan suhu, tetapi peningkatan suhu disebabkan - resiko luka tekan: kurang tepat, tetapi dapat menjadi
oleh kekurangan cairan atau mungkin juga karena diagnosis sekunder karena kulit bokong tampak kering
proses infeksi. Berdasarkan prioritas, hipovolemia dan lecet. Konstipasi lebih prioritas karena menjadi
lebih penting untuk diinterb=vensi karena dapat masalah aktual.
sekaligus mengatasi hipertermi - Inkontinensia fekal: tidak tepat karena tidak ada data
- Opsi Resiko Cedera : Kurang tepat. Diagnosisi ini yang menggambarkan kondisi pasien tidak menyadari
ditujukan terhadap pasien yang Kerentanan terhadap pengeluaran feses
kerusakan fisik karena kondisi interaksi lingkungan - Nyeri akut: tidak tepat, data nyeri tidak signifikan
dengan respon adaptatif dan defensif individu, yang
dapat mengganggu kesehatan Soal 3
- Opsi Penurunan curah jantung: Kurang tepat. Data Seorang laki-laki (60 tahun) dirawat di RS
mendukung penurunan curah jantung afterload yang bronchitis kronik. Pasien mengalami demam hari
terjadi pada pasien karena pasokan darah yang masuk ke-3, rhinorrhea, dan batuk. Pasien mengalami
kejantung berkurang akibat Hypovolemia, sehingga kesulitan bernapas hingga sulit berbicara, merasa
darah yang dipompakan ke luar jantung menjadi tidak nyaman dan gelisah. Frekuensi batuk sangat
berkurang juga. sering tanpa pengeluaran sputum. Hasil auskultasi
- Opsi perfusi jaringan perifer tidak efektif: Kurang ronkhi di kedua lapang paru. Apakah masalah
tepat. Karena hanya ada data CRT dan nadi perifer keperawatan yang tepat pada pasien?
lemah, tidak ada data akral teraba dingin, warna kulit a. Pola napas tidak efektif
yng pucat dan penurunan turgor kulit b. Bersihan jalan napas tidak efektif
c. Gangguan pertukaran gas Pneumothorax suatu kondisi dimana terdapat udara
d. Gangguan ventilasi spontan pada kavum pleura.Pada kondisi normal, rongga
e. Gangguan rasa nyaman pleura tidak terisi udara sehingga paru-paru dapat
Jawaban: b leluasa mengembang terhadap rongga dada. Paru-paru
akan bertambah kecil dengan bertambah luasnya
Pembahasan: pneumotoraks. Konsekuensi dari proses ini adalah
DS: timbulnya sesak akibat berkurangnya kapasitas vital
- P/ merasa tidak nyaman paru dan turunnya PO2.
- p/ merasa gelisah
- p/ kesulitan bicara DS:
DO: - P/ mengeluh sulit bernapas
- rhinorrhea (+) - p/ mengeluh kedulitan bernapas jika berbaring ->
- Batuk (+) tanpa pengeluaran sputum ortopnea (+)
- Frekuensi batuk: sangat sering - p/ mengeluh lelah
- auskultasi: ronkhi (+) di kedua lapang paru - p/mengeluh makin sulit bernapas setelah banyak
bergerak
Jawaban tepat: B. Bersihan jalan napas tidak efektif -> DO:
terjadi obstruksi jalan napas oleh sputum yang sulit - RR 37x/menit irreguler
dikeluarkan dibuktikan dengan batuk yang sering - p/ tampak membungkuk saat bernapas
tanpa pengeluaran sputum tetapi hasil auskultasi - bahu tampak naik turun
terdengar ronchi (penumpukan sekret) Jawaban tepat: A. Pola napas tidak efektif -> terjadi
penurunan kapasitas vital pada paru akibat
Jawaban tidak tepat: pneumothorax sinistra sesuai dx medis.
- Pola napas tidak efektif: bisa jadi tapi kurang tepat
karena bersihan jalan napas telah aktual dan Jawaban tidak tepat:
diutamakan - Opsi B Gangguan ventilasi spontan: tidak tepat
- Gangguan pertukaran gas: tidak tepat karena data karena tidak ada data AGD dan tidak tampak ada
PCO2 dan PO2 tidak dapat dipastikan tidak ada penurunan cadangan energy yang menyebabkan
masalah keseimbangan energy atau ggn pernapasan tidak adekuat
kardiovaskuler - Opsi C Gangguan pertukaran gas: tidak tepat karena
- Gangguan ventilasi spontan: tidak tepat karena tidak data PCO2 dan PO2 tidak dapat dipastikan tidak ada
ada data AGD dan tidak tampak ada penurunan masalah keseimbangan energy atau ggn
cadangan energy yang menyebabkan pernapasan tidak kardiopulmovaskuler
adekuat - Opsi D Bersihan jalan napas tidak efektif: tidak ada
- Gangguan rasa nyaman: tidak tepat karena keluhan obstruksi atau ketidakmampuan mengeluarkan
rasa nyaman pada pasien diakibatkan oleh gangguan obstruksi pada jalan napas
pada pernapasannya - Opsi E Intoleransi aktivitas: tidak ada masalah
keseimbangan energy atau ggn kardiovaskuler pada
Soal 4 kondisi pasien
Seorang perempuan (24 tahun) pneumothorax
sinistra hari pertama. Pasien mengeluh kesulitan Soal 5
bernapas sejak 3 hari yang lalu terutama jika Seorang laki-laki (18 tahun) datang ke Puskesmas
berbaring. Pasien tampak membungkuk dan bahu dengan keluhan kram perut, mencret 6x dalam 12
pasien naik turun. Frekuensi napas 37x/menit jam disertai rasa mual, mulut terasa asam dan
irreguler. Pasien tampak lelah dan bertambah ingin muntah. Pasien tampak lemas, pucat dan
sesak setelah banyak bergerak. Apakah masalah berkeringat banyak dan kulit teraba dingin. Hasil
keperawatan yang tepat pada pasien? pengkajian: tekanan darah 110/70 mmHg,
a. Pola napas tidak efektif frekuensi nadi 96x/menit, bising usus 36x/menit.
b. Gangguan ventilasi spontan Apakah masalah keperawatan yang tepat pada
c. Gangguan pertukaran gas pasien?
d. Bersihan jalan napas tidak efektif a. Nyeri akut
e. Intoleransi aktivitas b. Nausea
Jawaban: a c. Resiko hipovolemia
d. Diare
Pembahasan: e. Resiko gangguan elektrolit
Jawaban: d
efektif atau kurangnya aktivitas peristaltik pada sistem
Pembahasan: gastointestinal. Pada kasus ini, pasien mengalami
DS: penurunan aktivitas peristaltik usus akbiat dari
- p/ mengeluh kram pada abdomen tindakan laparatomy ekplorasi.
- p/ mencret 6x / 12 jam
DO: Jawaban tidak tepat:
- BU = 36x/menit -> hiperaktif - Opsi Defisit Nutrisi: kurang tepat. Tidak ada data
Jawaban tepat: d. diare -> frekuensi BAB > 3x sehari, penurunan BB lebih dari 20 %.
konsistensi cair - Resiko Defisit Nutrisi: Kurang tepat, lebih tepat
sebagai diagnosis sekunder dengan faktor resiko
Jawaban tidak tepat: sehubungan dengan berkurangnya asupan
- Nyeri akut: tidak tepat, terjadi kram perut tetapi - Opsi Resiko Disfungsi motilitas gastrointestinal:
tidak dapat ditentukan tingkat toleransi nyeri pada Kurang tepat karena diagnosis Disfungsi motilitas
kasus gastrointestinal sudah aktual
- Nausea: kurang tepat, data memang menunjukkan - Opsi Resiko perlambatan pemulihan pasca bedah:
aktual terjadinya masalah nausea / mual. Tetapi tidak tepat karena kondisi post op masih dalam
masalah diare juga aktual dan berdasarkan prinsip rentang waktu normal
ABC, diare lebih prioritas karena dapat menyebabkan
kekurangan cairan jika tidak diatasi. Soal 7
- Resiko hipovolemia: kurang tepat, dx ini dapat Seorang perempuan (49 tahun) datang ke
menjadi dx sekunder karena diare dapat menyebabkan poliklinik penyakit dalam. Hasil pengkajian:
hipovolemia jika tidak diatasi dengan baik tekanan darah 120/80 mmHg, BB 70 kg, TB 150
- Resiko gangguan elektrolit: kurang tepat, dx ini cm. Pasien adalah pelawak dan mengeluh sering
dapat menjadi dx sekunder karena diare dapat ngompol jika tertawa terbahak-bahak dan
menyebabkan gangguan elektrolit jika tidak diatasi setelahnya perutnya akan terasa kram. Pasien juga
dengan baik mengatakan sulit menahan BAK. Apakah masalah
keperawatan yang tepat pada pasien?
Soal 6 a. Inkontinensia urin urgensi
Seorang laki-laki (48 tahun) terpasang vaccum b. Inkontinesia urin fungsional
drain pada abdomen kanan post Laparatomy c. Inkontinensia urin berlebih
explorasi hari ke-2. Pasien melaporkan belum d. Inkotinensia urin berlanjut
flatus dan BAB, merasa mual, pusing dan bising e. Inkontinensia urin stres
usus 3x/menit. Pasien mendapat TPN, terpasang Jawaban: e
NGT dan tampak residu bewarna kekuningan.
Apakah masalah keperawatan yang tepat pada Pembahasan;
pasien? DS:
a. Disfungsi motilitas gastrointestinal - P/ mengeluh sering ngompol saat tertawa terbahk-
b. Defisit nutrisi bahak
c. Resiko defisit nutrisi - P/ mengeluh perutnya kram setelah terkencing akibat
d. Resiko Disfungsi motilitas gastrointestinal tertawa
e. Resiko perlambatan pemulihan pasca bedah - P/ mengatakan sulit menahan BAK
Jawaban: a DO:
- IMT: 70/(1,5x1,5) = > 30, interpretasi: obesitas
Pembahasan: Jawaban tepat: D. Inkontinensia urin stres à kebocoran
DS: urin mendadak akibat aktivitas yang meningkatkan
- p/ melaporkan belum flatus sejak post op tekanan intra-abdominal. Keyword: “ngompol saat
- p/ belum BAB tertawa”
- p/merasa mual
- p/ merasa pusing Jawaban tidak tepat:
DO: - Opsi Inkontinensia urin urgensi: tidak tepat karena
- BU 3x/menit -> hipoaktif pasien tidak merasakan keinginan berkemih (kebelet)
- p/ mendapat TPN - Opsi Inkontinensia urin fungsional: tidak tepat
- residu lambung (+) karena kondisi ini terjadi jika pasien masih merasakan
Jawaban tepat: A. Disfungsi motilitas gastrointestinal sensasi berkemih tetapi kesulitan atau tidak mampu
Menurut SDKI (2016), Disfungsi motilitas mencapai toilet pada waktu yang tepat
gastrointestinal adalah Peningkatan, penurunan, tidak
- Opsi Inkontinensia urin berlanjut: tidak terjadi napas 26x/menit dan suhu 40,5 C. Kulit teraba
pengeluaran urin tidak terkendali dan terus menerus hangat dan wajah memerah. Pasien terpasang
tanpa distensi atau perasaan penuh pada kandung NaCl I.V 20 tetes/menit. Apakah diagnosis
kemih keperawatan yang tepat pada pasien?
- Opsi Inkontinensia urin berlebih: tidak tepat karena a. Nyeri akut
tidak ada overdistensi kandung kemih pada pasien b. Hipovolemia
c. Hipertermi
Soal 8 d. Resiko infeksi
Seorang laki-laki (32 tahun) memeriksakan diri ke e. Nyeri kronis
Puskesmas. Pasien mengeluh lelah karena lembur Jawaban: c
5 hari berturut-turut dan kurang istirahat padahal
nanti malam ia harus dinas keluar kota. Pasien Pembahasan:
tidur 4 jam sehari dan saat bangun tidur merasa DO:
tidak nyaman dan mengantuk. Pasien tampak lesu. - HR = 104x/menit -> takikardi
Apakah masalah keperawatan yang tepat pada - RR = 26x/menit -> takipnea
pasien? - Suhu = 40,5 C -> hipertermi
a. Intoleransi aktivitas - Kulit teraba hangat
b. Gangguan pola tidur - Wajah memerah
c. Gangguan rasa nyaman Jawaban tepat: c. Hipertermi -> terjadi peningkatan
d. Keletihan suhu tubuh akibat proses infeksi virus
e. Ketidakberdayaan
Jawaban: d Jawaban tidak tepat:
- Nyeri akut: kurang tepat, memang pasien merasakan
Pembahasan: nyeri dengan VAS 4 dan terjadi perubahan HR dan
DS: RR, namun perubahan tersebut diakibatkan oleh
- p/ mengeluh lelah karena 5 hari lembur bekerja proses penyakit. Hipertermi menjadi prioritas karena
- p/ mengeluh kurang istirahat kondisi ini dapat menyebabkan dehidrasi dan
- p/ tidur 4 jam/hari gangguan termoregulasi
- p/ merasa tidak nyaman dan mengantuk saat bangun - Hipovolumea: tidak tepat karena pasien sudah
tidur terpasang IV line untuk mencegah terjadinya
- p/ merasa lelah padahal harus dinas keluar kota hipovolemia
DO: - Resiko infeksi: tidak tepat karena infeksi pada pasien
- pasien tampak lesu sudah aktual
Jawaban tepat: d. keletihan -> kapasitas kerja - Nyeri kronis: tidak tepat karena tidak ada data yang
menurun dan tidak pulih dengan istirahat menunjukkan bahwa pasien merasakan nyeri > 3
bulan
Jawaban tidak tepat:
- opsi intoleransi aktivitas: tidak tepat karena tidak ada Soal 10
data yang menunjukkan penurunan frekuensi jantung Seorang laki-laki (30 tahun) dirawat di RS. Pasien
saat istirahat mengeluh dadanya berdebar-debar, sering merasa
- opsi gangguan pola tidur: tidak tepat karena waktu pusing dan sesak napas. Hasil pengkajian:
tidur tidur pasien berkurang karena pasien harus frekuensi nadi 106x/menit, PCO2=50, Ph=7,5,
lembur bukan karena ada kondisi-kondisi yang PO2=78. Bibir tampak sianosis. Apakah diagnosis
mengganggu tidur keperawatan yang tepat pada pasien?
- opsi gangguan rasa nyaman: kurang tepat, karena a. Pola napas tidak efektif
pasien tidak gelisah dan masih memiliki kendali b. Gangguan pertukaran gas
terhadap aktivitasnya c. Gangguan ventilasi spontan
- opsi ketidakberdayaan: tidak tepat karena pasien d. Bersihan jalan napas tidak efektif
masih aktif beraktivitas dan mandiri, tidak bergantung e. Penurunan curah jantung
pada orang lain Jawaban: b

Soal 9 Pembahasan:
Seorang perempuan (42 tahun) dirawat dengan DS:
herpes genital dan gonorrhea. Pasien mengeluh - P/mengeluh berdebar-debar
panas, perih dan nyeri VAS 4 pada vagina. Hasil - p/ sering merasa pusing
pengkajian: frekuensi nadi 104x/menit, frekuensi - p/ merasa sesak napas
DO Jawaban tepat: c. resiko aspirasi -> kelemahan faring
- HR 106x/menit -> takikardi dapat menyebabkan saliva lama berada di rongga
- PCO2=50 -> meningkat mulut dan sulit ditelan sehingga saliva dapat
- PO2=78 -> menurun teraspirasi
- Ph=7,5 -> meningkat
- Bibir sianosis Jawaban tidak tepat:
Masalah keperawatan : "gangguan pertukaran gas". - Opsi Gangguan menelan: kurang tepat, dalam hal ini
Menurut NANDA 2015, gangguan pertukaran gas memang terjadi kelemahan faring tetapi belum tampak
merupakan kelebihan dan defisit eliminasi oksigen data adanya gangguan menelan seperti batuk sebelum
dan/atau karbondioksida pada membran alveolar- menelan, setealah makan dan minum, tersedak atau
kapiler, ditandai dengan hasil intrepretasi AGD yang makanan tertinggal di rongga mulut
abnormal. - Opsi Bersihan jalan napas tidak efektif: tidak tepat
karena tidak ada yang menghalangi airway
Jawaban tidak tepat: - Opsi Resiko cedera: kurang tepat, myasthenia gravis
- Opsi A kurang tepat. Pada kasus pasien memang memang dapat menimbulkan resiko cedera karena
mengalami perubahan pola napas tetapi juga terjadi kelemahan otot, tetapi pada kasus tidak ada data yang
gangguan oksigenasi dan eliminasi karbondioksida . adekuat mendukung dx ini
- Opsi C tidak tepat. Pada kasus tekanan parsial - Opsi resiko jatuh: kurang tepat, myasthenia gravis
oksigen (PO2) menurun tetapi tidak ada penurunan memang dapat menimbulkan resiko jatuh karena
volume tidal dan saturasi oksigen. Tidak ada penurunan kekuatan otot, tetapi pada kasus tidak ada
penggunaan otot bantu pernapasan data yang adekuat mendukung dx ini
- Opsi D tidak tepat. Pada kasus tidak ada data yang
menunjukkan pasien mengalami gangguan pada jalan Soal 12
napas pasien seperti sputum yang berlebih atau pasien Seorang laki-laki (54 tahun) dirawat post
yang tidak bisa batuk. angioplasty hari ke-3. Keluarga berteriak
- Opsi E kurang tepat, beberapa data menunjukkan memanggil perawat karena seluruh tubuh pasien
gejala dan tanda penurunan curah jantung, tetapi dingin dan seperti tidak bernapas. Hasil
kemudian diikuti dengan AGD abnormal dan pengkajian: Tekanan darah 56/40 mmHg, pulsasi
gangguan napas. Jika dibuat prioritas berdasarkan tidak teraba, frekuensi napas 6x/menit, pasien
prinsip ABCD, maka pada kasus ini, gangguan tidak berespon ketika namanya dipanggil. Apakah
pertukaran gas perlu diprioritaskan masalah keperawatan pada pasien?
a. Resiko syok
Soal 11 b. Penurunan curah jantung
Seorang perempuan (34 tahun) dirawat dengan c. Pola napas tidak efektif
Myasthenia gravis hari ke-9. Pasien mengalami d. Hipotermia
kelemahan faring dan krisis medikasi e. Gangguan sirkulasi spontan
antikolinergik. Hasil pengkajian: pasien tampak Jawaban: e
pucat, diaphoresis, hipersalivasi. Apakah diagnosis
keperawatan yang tepat pada pasien? Pembahasan:
a. Gangguan menelan DS:
b. Bersihan jalan napas tidak efektif - Tidak ada respon
c. Resiko aspirasi DO:
d. Resiko cedera - TD 60/40 mmHg -> systole kurang dari atau sama
e. Resiko jatuh dengan 60 mmHg
Jawaban: c - Pulsasi nadi perifer tidak teraba
- Irama napas cepat irregular
Pembahasan: - Penurunan kesadaran (no respon dari pasien)
Krisis antikolinergik adalah reaksi tubuh terhadap MK yang tepat: Gangguan sirkulasi spontan (opsi E)
obat-obatan yang masuk terlalu banyak ke dalam
tubuh. Tanda-tanda dari krisis antikolinergik pada Jawaban tidak tepat:
pasien myasthenia gravis adalah fasikulasi otot, pucat, - Opsi A (resiko syok): tidak tepat karena tanda-tanda
berkeringat, hipersalivasi dan pupil mengecil. syok sudah muncul
DO: - Opsi B (Penurunan curah jantung): tidak tepat
- Kelemahan faring karena TTV menggambarkan malfungsi jantung yang
- Hipersalivasi sudah memperlihatkan tanda-tanda syok kardiogenik
- Opsi C (pola napas tidak efektif): tidak tepat walau 16x/menit dan suhu 37,8 C. Perawat segera
ada takipnea irregular rhythm -> kompensasi menghentikan aliran transfusi. Apakah langkah
malfungsi organ lain bagian dari gejala gangguan selanjutnya yang harus dilakukan oleh perawat?
sirkulasi spontan a. Mengganti cairan darah dengan NaCl / normal
- Opsi D (Hipotermia): tidak tepat karena hipotermia salin
terjadi akibat gangguan sirkulasi dan telah telah b. Mengganti giving tube dengan yang baru
terjadi malfungsi organ vital yang aktual c. Memberikan antipiretik per anal
d. Mengistirahatkan aliran vena hingga TTV stabil
Soal 13 e. Melaporkan kejadian alergi tranfusi kepada ketua
Seorang perempuan (60 tahun) sedang menjalani tim dan DPJP
prosedur peritoneal dialysis e.c GGK dengan Jawaban: a
ureum 173 mg/dl dan kreatinin 9,1 mg/dl. Apakah
posisi yang tepat untuk pasien selama menjalani Reaksi transfusi adalah reaksi yang terjadi ketika
proses peritoneal dialysis ? seorang pasien menjadi resipien darah. Reaksi alergi
a. Semi Fowler pada proses transfuse darah yang dapat terjadi yaitu:
b. Sims - Reaksi hemolitik: ketidakcocokan antara darah
c. Lateral resipien dengan pendonor (ABO atau Rh) ditandai
d. Orthopneic / Tripod dengan demam menggigil, nyeri, urin kemerahan atau
e. Trendelenburg's kecoklatan, takikardi, hipotensi
Jawaban: a - Reaksi demam tanpa hemolysis: karena sensitivitas
resipien terhadap salah satu komponen darah ditandai
dengan demam, menggigil, kulit teraba hangat dan
Pembahasan: kemerahan, cemas, mual
Posisi yang tepat diberikan kepada pasien dalam - Reaksi alergi ringan: sensitivitas terhadap protein
prosedur peritoneal dialysis adalah Semi Fowler plasma ditandai dengan kemerahan, urtikaria dengan
(meninggikan kepala dan batang tubuh 15-45 derajat) atau tanpa rasa gatal
yang berguna untuk mengoptimalkan keluarnya - Reaksi alergi berat: reaksi antibody antigen ditandai
dialisat dari rongga peritoneum. dengan dyspnea, stridor, penurunan saturasi oksigen,
Berikut adalah penjelasan istilah positioning dari nyeri dada, kemerahan
setiap opsi - Overload sirkulasi: aliran transfuse lebih cepat
- Posisi semi Fowler adalah posisi tidur dengan daripada yang dapat dikompensasi oleh tubuh ditandai
meninggikan kepala dan batang tubuh 15-45 derajat dengan dyspnea, hipotensi, ortopnea, krakels, distensi
- Posisi Sims adalah posisi semi-tengkurap (semi vena jugularis, takikardi, hipotensi
prone) antara posisi lateral dan prone. Lengan bawah - Sepsis: darah terkontaminasi ditandai dengan:
diposisikan di belakang klien, dan lengan atas dilipat demam tinggi, menggigil, diare, hipotensi, oliguria
di bahu dan siku. Kedua kaki dilipat di depan klien.
Kaki bagian atas lebih tertekuk pada pinggul dan Pada kasus, reaksi yang terjadi pada pasien adalah
lutut, daripada yang lebih rendah. sbb:
- Posisi Lateral adalah posisi miring kiri atau kanan DS:
yaitu pasien berbaring di satu sisi tubuh dengan kaki - Pasien mengeluh kedinginan
bagian atas di depan kaki bagian bawah dan pinggul - Pasien mengeluh menggigil
dan lutut tertekuk. - Pasien mengeluh mual
- Orthopneic / tripod adalah menempatkan pasien DO:
dalam posisi duduk di sisi tempat tidur dengan meja - TD: 110/70 mmHg
tidur di depan untuk bersandar dan atau posisi duduk - Frek nadi: 90/menit
di tempat tidur dan bersandar /memeluk beberapa - Frek napas: 18x/menit
bantal ketika beristirahat. - Suhu: 37,8 C
- Trendelenburg’s adalah memposisikan kepala Reaksi yang tampak sesuai dengan tanda terjadi reaksi
tempat lebih rendah daripada kaki demam tanpa hemolisis. Tindakan yang harus
dilakukan pada pasien dengan reaksi alergi demam
Soal 14 tanpa hemolisis dalam Fundamental of Nursing (2015)
Seorang perempuan (45 tahun) mendapatkan adalah sbb:
transfusi PRC golongan B+. Setelah 15 menit, 1. Hentikan transfusi
pasien merasa kedinginan, menggigil dan mual. 2. Mengalirkan NaCl untuk maintenance
Hasil pengkajian: tekanan darah 110/70 mmHg, 3. Melaporkan kejadian alergi kepada perawat primer
frekuensi nadi 90x/menit, frekuensi napas dan DPJP
4. Memberikan antipiretik sesuai order antipiretik harus diberikan segera untuk
Maka langkah yang dilakukan setelah menghentikan menstabilkan suhu tubuh klien
transfuse adalah Mengganti cairan darah dengan NaCl  Opsi Mengganti pemasangan infus pada lokasi yang
/ normal salin (a) baru (kurang tepat), pada kasus tidak terdapat data
yang mengindikasikan harus dilakukan penggantian
Soal 15 lokasi tusukan infus; phlebitis, eritema, dll. Rasa
Seorang perempuan (20 tahun) dirawat dengan nyeri tetap akan dirasakan oleh klien karena efek
DHF. Pasien melaporkan badan terasa panas samping obat itu sendiri meskipun lokasi penusukan
dingin, menggigil dan nyeri kepala, suhu 39,7 C. infus dipindahkan.
Klien mendapatkan terapi PCT (IV) 1 gram.
Perawat memasang botol PCT pada infus dengan Soal 16
tetesan cepat. Pasien meringis dan mengeluh Seorang perempuan (58 tahun) terpasang selang
tangannya terasa pedih. Apakah tindakan yang kateter. Pasien mengeluh nyeri pada saluran
tepat dilakukan oleh perawat ? kencing, kandung kemih terasa penuh dan tidak
a. Mengganti IV cath dengan ukuran besar nyaman. Hasil pengkajian: tampak stosel pada
b. Menghentikan infus PCT sementara selang kateter, urin kemerahan dan terdapat
c. Melambatkan tetesan obat PCT lendir pada area perineum. Apakah tindakan
d. Mengganti cairan infus dengan normal salin keperawatan yang tepat dilakukan perawat ?
e. Mengganti pemasangan infus pada lokasi yang a. Melakukan perineum hygiene
baru b. Melakukan irigasi selang kateter
Jawaban: c c. Menganjurkan klien teknik relaksasi napas dalam
d. Mengganti selang kateter dengan yang baru
Obat Parasetamol memiliki nama lain acetaminophen e. Mengganti urin bag dengan yang baru
(baca: asetaminofen) obat ini termasuk sebagai Jawaban: b
analgesik (antinyeri) dan antipiretik (penurun panas).
Mekanisme kerja paracetamol yaitu sebagai inhibitor Pembahasan :
prostaglandin yang lemah. Jadi mekanisme kerjanya DS:
dengan menghalangi produksi prostaglandin, yang • Klien mengeluh nyeri pada area simpisis
merupakan bahan kimia yang terlibat dalam transmisi • Klien mengatakan kandung kemih terasa penuh
pesan rasa sakit ke otak. Paracetamol atau DO:
acetaminophen memiliki pH 5,5 dan osmolaritas 290 • Tampak ada stosesl pada selang kateter
mOsm/L, sehingga larutan paracetamol dapat • Distensi kandung kemih
mengiritasi pembuluh darah dengan derajat keasaman Masalah keperawatan : retensi urin. Menurut NANDA
yang cukup tinggi. 2015 retensi urin didefinisikan sebagai pengosongan
Data fokus masalah : klien menggigil, badan terasa kandung kemih yang tidak lengkap, yang ditandai
panas dingin, sakit kepala dan pusing. Suhu 39,5 c, dengan keluhan adanya rasa penuh pada kandung
klien mendapatkan terapi PCT (IV) 1 gram. Perawat kemih, adanya distensi kandung kemih. Pada kasus
memasang botol PCT pada infus dengan tetesan cepat, dijelaskan bahwa klien terpasang selang kateter post
dan klien mengeluh terasa pedih pada tangannya. tindakan operasi batu ginjal, klien mengalami retensi
 Opsi Mengganti IV cath dengan ukuran besar urin yang disebabkan karena aliran selang kateter
(kurang tepat), penggantian IV cath yang lebih besar yang tidak lancer, sehingga terjadi penumpukan urin
akan mempercepat aliran cairan infus ke pembuluh pada kandung kemih. Hal ini bisa disebabkan karena
darah klien adanya sumbatan pada selang kateter seperti; stosel,
 Opsi Menghentikan infus PCT sementara (kurang serpihan pecahan batu ginjal, dll. Sehingga tindakan
tepat), dengan menghentikan pemberian PCT utama yang dapat dilakukan oleh perawatan adalah
sementara akan memperlambat proses penurunan perawatan selang perkemihan : irigasi selang kateter
suhu tubuh. (opsi b tepat) dengan tujuan mempertahankan
 Opsi Melambatkan tetesan obat PCT (tepat), hal ini kepatenan kateter (NIC, 2015).
dilakukan dengan tujuan mengurangi rasa perih efek
PCT pada pembuluh darah yang akan  Opsi Melakukan perineum hygiene (kurang tepat),
mengakibatkan eritema pada pembuluh darah klien. hal ini bisa tetap dilakukan, namun bukan tindakan
Melambatkan tetesan infus dengan target < 15 menit utama yang dapat mengatasi masalah prioritas klien
lama waktu pemberian obat.  Opsi Menganjurkan klien teknik relaksasi napas
 Opsi Mengganti cairan infus dengan normal salin dalam (kurang tepat), teknik relaksasi napas
(kurang tepat), data pada kasus menunjukkan merupakan salah satu intervensi masalah nyeri, data
masalah hipertermi pada klien, sehingga terapi pada kasus tidak menunjukkan masalah nyeri secara
spesifik, sehingga intervensi ini kurang tepat untuk menunjukkan adanya hipovolemia yang berdampak
mengatasi masalah utama klien sistemik hingga menimbulkan adanya abnormalitas
 Opsi Mengganti selang kateter dengan yang baru pada TTV, penurunan turgor kulit, membrane
(kurang tepat), tidak terdapat indikasi untuk mukosa kering dan penurunan volume urin.
dilakukan penggantian selang kateter baru; terjadi  Option Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari
infeksi, pemasangan keteter > 12 hari, selang kateter kebutuhan tubuh (Tidak Tepat), karena kondisi
yang rusak. Hal utama yang perlu dilakukan adalah penurunan nafsu makan dan adanya diit makan yang
mengecek kepatenan selang kateter tersebut, jika tidak dihabiskan oleh pasien sesuai anjuran tidak
memang tidak memungkinkan lagi, perlu bisa jadikan alasan untuk mengangkatkan diagnosis
dipertimbangan untuk oemasangan yang baru. ini. Diagnosis ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
 Opsi Mengganti urin bag dengan yang baru (kurang kebutuhan tubuh diidentikkan dengan adanya
tepat), pada kasus tidak terdapat data adanya penurunan berat badan hingga 10% dibawah standar
masalah dengan urin bag, sehingga penggantian urin ideal atau adanya indikasi malnutrisi yang dinilai
bag bukan tindakan utama. dari status Indeks Massa Tubuh.
 Option Intoleransi Aktivitas (Tidak Tepat), karena
Soal 17 gejala badan lemas yang dirasakan oleh pasien tidak
Seorang perempuan (35 tahun) dirawat di RS cukup dijadikan alasan untuk mengangkatkan
dengan keluhan mencret sejak 3 hari yang lalu, diagnosis ini. Diagnosis intoleransi aktivitas sering
frekuensi BAB 4-6 kali/hari dengan konsistensi diidentikkan dengan kondisi pasien yang mengalami
feses cair lebih banyak daripada ampas, nafsu ketidakadekuatan energi pasien melakukan aktivitas
makan menurun, badan terasa lemas dan wajah hingga menimbulkan peningkatan frekuensi napas,
pucat serta diit hanya habis < 1/2 porsi. Apakah frekuensi denyut jantung dan tekanan darah
masalah keperawatan yang tepat ? saat/setelah beraktifitas.
a. Diare
b. Resiko kekurangan volume cairan Soal 18
c. Kekurangan Volume Cairan Seorang laki-laki (50 tahun) dirawat di RS dengan
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan ulkus peptikum. Hasil pengkajian : pasien
tubuh mengeluh mual, perut terasa kembung dan kram,
e. Intoleransi aktivitas tidak ada BAB dan flatus sejak 2 hari yang lalu.
Jawaban : A Tampak adanya distensi abdomen dan bising usus
tidak terdengar. Apakah masalah keperawatan
Pembahasan : yang tepat ?
DS : pasien mengeluh mencret sejak 3 hari yang lalu,
frekuensi BAB 4-6 kali/hari dengan konsistensi feses a. Risiko Konstipasi
cair lebih banyak daripada ampas, nafsu makan b. Mual
menurun dan badan terasa lemas. c. Gangguan rasa nyaman
DO : wajah pasien tampak pucat serta diit hanya habis d. Disfungsi motilitas gastrointestinal
< 1/2 porsi. e. e Nyeri Akut
Masalah Keperawatan : Diare Jawaban : D
Data kunci diangkatkannya diagnosis "Diare" pada
kasus, diantaranya : pasien mengeluh mencret sejak 3 Pembahasan :
hari yang lalu, frekuensi BAB 4-6 kali/hari dengan DS : pasien mengeluh mual, perut terasa kembung dan
konsistensi feses cair lebih banyak daripada ampas. kram, tidak ada BAB dan flatus sejak 2 hari yang lalu.
Sesuai dengan definisinya dalam buku SDKI (2016), DO : Tampak adanya distensi abdomen dan bising
Diare merupakan suatu kondisi dimana terjadi usus tidak terdengar.
pengeluaran feses dengan frekuensi yang sering, Masalah Keperawatan : Disfungsi Motilitas
konsistensi feses lunak dan tidak berbentuk. Gastrointestinal
Data kunci diangkatkannya diagnosis "Disfungsi
Tinjauan Opsi Lainnya : Motilitas Gastrointestinal " pada kasus, diantaranya :
 Opsi Risiko kekurangan volume cairan (Tidak pasien mengeluh perutnya terasa kembung dan kram,
Tepat), karena tanda dan gejala yang terjadi pada tidak ada BAB dan flatus sejak 2 hari yang lalu.
pasien sudah bersifat aktual dimana terjadi kondisi Tampak adanya distensi abdomen dan bising usus
pengeluaran feses dengan konsistensi cairan lebih tidak terdengar.
dari 3 kali dalam 24 jam. Sesuai dengan definisinya dalam buku SDKI (2016),
 Opsi Kekurangan Volume Cairan (Tidak Tepat), Disfungsi Motilitas Gastrointestinal merupakan suatu
karena tanda dan gejala pada kasus belum kondisi dimana terjadi peningkatan, penurunan,
ketidakefektifan atau kurangnya aktivitas peristaltik Data kunci diangkatkannya diagnosis "Inkontinensia
gastrointestinal pada pasien. Urin Berlanjut" pada kasus, diantaranya : pasien
sering ngompol malam hari 2-3 kali dan pasien selalu
Tinjauan Opsi Lainnya : berkemih sebelum tidur namun tetap saja ngompol
 Opsi Risiko Konstipasi (Tidak Tepat), karena tanda tanpa sadar.
dan gejala yang terjadi pada pasien sudah bersifat Sesuai dengan definisinya dalam buku SDKI (2016),
aktual dimana terjadi kondisi kram abdomen, flatus Inkontinensia Urin Berlanjut merupakan suatu kondisi
tidak ada serta bising usus tidak terdengar yang dimana terjadi pengeluaran urin tanpa terkendali dan
merupakan tanda dan gejala mayor diagnosis terus menerus tanpa disertai adanya perasaan penuh
Disfungsi Motilitas Gastrointestinal atau distensi pada kandung kemih.
 Opsi Mual (Kurang Tepat). Ulkus peptikum Tinjauan Opsi Lainnya :
cenderung menyebabkan pembengkakan jaringan  Opsi Inkontinensia Urin Stres (Tidak Tepat), karena
yang menuju ke usus halus, sehingga bisa keluarnya urin tanpa sadar pada kasus sifatnya
menghalangi lewatnya makanan yang berasal dari berlanjut dan tanpa disertai adanya distensi kandung
lambung. Hal ini bisa menyebabkan perut kembung, kemih. Diagnosis inkontinensia urin stress
mual atau muntah setelah makan. Opsi mual (kurang diangkatkan pada kondisi pengeluaran urin tanpa
tepat), karena masalah fisiologis sistem pencernaan sadar saat melakukan aktivitas yang dapat memicu
yang dialami oleh pasien sudah tergolong kompleks peningkatan tekanan abdominal, seperti : berdiri,
hingga menimbulkan Disfungsi Motilitas bersin, tertawa, berlari dan mengangkat benda berat.
Gastrointestinal.  Opsi Inkontinensia Urin Refleks (Tidak Tepat),
 Opsi Gangguan Rasa Nyaman (Tidak Tepat), karena karena keluarnya urin tanpa sadar pada kasus
data ketidaknyamanan yang muncul pada kasus, sifatnya berlanjut dan tanpa disertai adanya distensi
seperti : kram abdomen disebabkan oleh adanya kandung kemih. Diagnosis inkontinensia urin refleks
kerusakan jaringan berupa luka yang muncul pada diangkatkan pada kondisi pengeluaran urin tanpa
dinding lambung akibat terkikisnya lapisan dinding sadar saat volume kandung kemih tertentu tercapai
lambung. Hal ini didasarkan pada definisi dari yang ditandai dengan adanya dribbling, hesistansi,
diagnosis Ulkus Peptikum (Marianti, 2017 dilihat sering buang air kecil, enuresis dan nokturia.
pada web Alodokter.com)  Opsi Inkontinensia Urin Fungsional (Tidak Tepat),
 Opsi Nyeri Akut (Tidak Tepat), karena tidak karena keluarnya urin tanpa sadar pada kasus
terdapat data fokus diangkatkannya masalah nyeri sifatnya berlanjut dan tanpa disertai adanya distensi
akut berupa skala nyeri dan respon pasien saat kandung kemih. Diagnosis inkontinensia urin
merasakan sensasi nyeri. fungsional diangkatkan pada kondisi pengeluaran
urin tanpa sadar karena kesulitan dan tidak mampu
mencapai toilet pada waktu yang tepat.
Soal 19  Opsi Inkontinensia Urin Fungsional (Tidak Tepat),
Seorang perempuan (47 tahun) dibawa RS dengan karena keluarnya urin tanpa sadar pada kasus
fistula kandung kemih. Hasil pengkajian : sifatnya berlanjut dan tanpa disertai adanya distensi
keluarga mengatakan pasien sering ngompol kandung kemih. Diagnosis inkontinensia urin
malam hari 2-3 kali sejak 3 hari yang lalu. Pasien urgensi diangkatkan pada kondisi pengeluaran urin
menambahkan dirinya selalu berkemih sebelum tanpa sadar setelah adanya sensasi yang kuat untuk
tidur namun tetap saja ngompol tanpa sadar. berkemih.
Apakah masalah keperawatan yang tepat ?
a. Inkontinensia urin stress Soal 20
b. Inkontinensia urin refleks Seorang perempuan (26 tahun) dirawat di RS
c. Inkontinensia urin fungsional dengan demam sejak 3 hari yang lalu. Hasil
d. Inkontinensia urin urgensi pengkajian : Pasien mengeluh mual dan muntah,
e. Inkontinensia urin berlanjut nyeri persendian, permukaan kulit teraba hangat
Jawaban : E dan tampak memerah, frekuensi nadi 121
kali/menit dan suhu tubuh 38,7 C. Apakah
Pembahasan : masalah keperawatan yang utama ?
DS : keluarga mengatakan pasien sering ngompol a. Mual
malam hari 2-3 sejak 3 hari yang lalu dan pasien b. Hipertermi
selalu berkemih sebelum tidur namun tetap saja c. Nyeri Akut
ngompol tanpa sadar. d. Resiko syok
Masalah Keperawatan : Inkontinensia Urin Berlanjut e. Kekurangan volume cairan
Jawaban : B
DO : frekuensi napas 28x/menit, Hasil AGD : pH
Pembahasan : 3,55; PCO2 50 mmHg, PO2 64 mmHg, HCO3- 34
DS : Pasien mengeluh mual, muntah dan nyeri mmol/L dan SaO2 85%.
persendian. Masalah Keperawatan : Gangguan Pertukaran Gas
DO : Permukaan kulit teraba hangat dan tampak Data kunci diangkatkannya diagnosis "Gangguan
memerah, frekuensi nadi 121 kali/menit serta suhu Pertukaran Gas" pada kasus, diantaranya : sesak napas
tubuh 38,7 C. dengan frekuensi napas 28x/menit, Hasil AGD : pH
Masalah Keperawatan : Hipertermia 3,55; PCO2 50 mmHg, PO2 64 mmHg, HCO3- 34
Data kunci diangkatkannya diagnosis "Hipertermia" mmol/L dan SaO2 85%.
pada kasus, diantaranya : kulit teraba hangat dan Sesuai dengan definisinya dalam buku SDKI (2016),
tampak memerah serta suhu tubuh 38,7 C. Gangguan Pertukaran Gas merupakan suatu kondisi
Sesuai dengan definisinya dalam buku SDKI (2016), dimana terjadi kelebihan atau kekurangan oksigenasi
Hipertermia merupakan suatu kondisi dimana terjadi dan/atau eliminasi karbondioksida pada membrane
peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal tubuh. alveolus-kapiler.
Tinjauan Opsi Lainnya : Tinjauan Opsi Lainnya :
 Opsi Mual (Kurang Tepat), karena gejala mual yang  Opsi Pola Napas Tidak Efektif (Kurang Tepat),
dialami oleh pasien pada kasus sudah diikuti dengan karena kondisi sesak napas yang dialami oleh pasien
muntah yang bersifat aktual. dibarengi dengan adanya abnormalitas hasil Analisa
 Opsi Nyeri Akut (Tidak Tepat), karena tidak Gas Darah yang mengindikasikan adanya masalah
terdapat data fokus diangkatkannya masalah nyeri Gangguan Pertukaran Gas. Diagnosis Pola Napas
akut berupa skala nyeri dan respon pasien saat Tidak Efektif ditegakkan dengan ciri khas sesak
merasakan sensasi nyeri. Nyeri persendian yang napas dibarengi dengan penggunaan otot bantu
dialami oleh pasien berkemungkinan merupakan napas dan Pola Napas Abnormal.
efek lanjutan dari kondisi demam bukan diakibatkan  Opsi Bersihan jalan napas tidak efektif (Kurang
oleh adanya cedera pada jaringan tubuh. Tepat), karena kondisi sesak napas yang dialami
 Opsi Risiko Syok (Tidak Tepat), karena tidak oleh pasien dibarengi dengan adanya abnormalitas
terdapat data faktor risiko syok dan kasus pasien hasil Analisa Gas Darah yang mengindikasikan
belum menunjukkan kondisi gawat darurat yang adanya masalah Gangguan Pertukaran Gas.
dapat mengancam nyawa Diagnosis Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
 Opsi Kekurangan Volume Cairan (Tidak Tepat), ditegakkan dengan ciri khas adanya
karena tanda dan gejala pada kasus belum ketidakmampuan pasien membersihkan jalan napas
menunjukkan adanya hipovolemia yang berdampak atau ketidakmampuan pasien membersihkan jalan
sistemik hingga menimbulkan adanya abnormalitas napas, jalan napas tidak paten dan obstruksi jalan
pada TTV, penurunan turgor kulit, membrane napas. Sehingga data batuk berdahak pada kasus
mukosa kering dan penurunan volume urin. tidak bisa dijadikan data kuat untuk mengangkatkan
diagnosis.
Soal 21  Opsi Penurunan Curah Jantung (Tidak Tepat),
Seorang laki-laki (55 tahun) dirawat di RS dengan karena tidak terdapat data penguat diangkatkannya
PPOK. Hasil pengkajian : pasien mengeluh sesak diagnosis. Data jantung berdebar-debar yang dialami
napas dengan frekuensi 28x/menit, batuk oleh pasien pada kasus tidak cukup dijadikan
berdahak dan jantung berdebar-debar. Hasil AGD landasan untuk mengangkatkan diagnosis ini.
pH 3,55; PCO2 50 mmHg, PO2 64 mmHg, HCO3-  Opsi Gangguan Ventilasi Spontan (Kurang Tepat),
34 mmol/L dan SaO2 85%. Apakah masalah karena kondisi sesak napas yang dialami oleh pasien
keperawatan yang tepat ? dibarengi dengan adanya abnormalitas hasil Analisa
a. Pola napas tidak efektif Gas Darah yang mengindikasikan adanya masalah
b. Bersihan jalan napas tidak efektif Gangguan Pertukaran Gas. Diagnosis Gangguan
c. Gangguan pertukaran gas Ventilasi Spontan ditegakkan dengan ciri khas
d. Penurunan curah jantung adanya sesak napas dengan penggunaan otot bantu
e. Gangguan ventilasi spontan napas, PCO2 meningkat/PO2 menurun tanpa adanya
Jawaban : C abnormalitas pH darah.

Pembahasan : Soal 22
DS : Pasien mengeluh sesak napas, batuk berdahak Seorang laki-laki (27 tahun) dirawat di RS dengan
dan jantung berdebar-debar. STEMI. Hasil pengkajian : pasien tidak berespon,
akral teraba dingin, tekanan darah 50/45 mmHg,
frekuensi nadi 165 kali/menit teraba lemah,
frekuensi napas 38x/menit, sesaat setelah itu pasien  Opsi Risiko Syok Kardiogenik (Kurang Tepat),
mengalami asistol pada gambaran monitor. karena kondisi masalah gangguan sirkulasi pasien
Apakah masalah keperawatan yang tepat ? pada kasus sudah berada pada tingkatan masalah
a. Penurunan curah jantung aktual tidak lagi berupa masalah yang berpotensi
b. Gangguan ventilasi spontan untuk menimbulkan syok kardiogenik.
c. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Jantung
d. Gangguan sirkulasi spontan Soal 23
e. Resiko syok (kardiogenik) Seorang perempuan (57 tahun) dirawat di RS
Jawaban : D dengan Acute Decompensated Heart Failure.
Setelah pasien berjalan selama 2 menit, pasien
Pembahasan : mengeluh sesak napas, jantung terasa berdebar
DO : pasien tidak berespon, akral teraba dingin, debar dan merasa tidak berdaya. Frekuensi nadi
tekanan darah 50/45 mmHg, frekuensi nadi 165 120x/menit dan frekuensi napas 26x/menit.
kali/menit teraba lemah, frekuensi napas 38x/menit, Apakah masalah keperawatan yang tepat ?
sesaat setelah itu pasien mengalami asistol pada a. Gangguan ventilasi spontan
gambaran monitor. b. Keletihan
Masalah Keperawatan : Gangguan Sirkulasi Spontan c. Intoleransi aktivitas
Data kunci diangkatkannya diagnosis "Gangguan d. Penurunan curah jantung
Sirkulasi Spontan" pada kasus, diantaranya : pasien e. Pola napas tidak efektif
tidak berespon, tekanan darah 50/45 mmHg, frekuensi Jawaban : C
nadi 165 kali/menit teraba lemah dan frekuensi napas
38x/menit. DS : pasien mengeluh sesak napas, jantung terasa
Sesuai dengan definisinya dalam buku SDKI (2016), berdebar debar dan merasa tidak berdaya setelah
Gangguan Sirkulasi Spontan merupakan suatu kondisi pasien berjalan selama 2 menit,
dimana terjadi ketidakmampuan untuk DO : Frekuensi nadi 120x/menit dan frekuensi napas
mempertahankan sirkulasi yang adekuat untuk 26x/menit setelah pasien berjalan selama 2 menit.
menunjang kehidupan. Masalah Keperawatan : Intoleransi Aktivitas
Tinjauan Opsi Lainnya : Data kunci diangkatkannya diagnosis "Intoleransi
 Opsi Penurunan Curah Jantung (Kurang Tepat), Aktivitas" pada kasus, diantaranya : pasien mengeluh
karena kondisi gangguan sirkulasi yang dialami oleh sesak napas, jantung terasa berdebar debar dan merasa
pasien pada kasus sudah bersifat sistemik dan tidak berdaya, frekuensi nadi 120x/menit dan
berkemungkinan merupakan lanjutan dari masalah frekuensi napas 26x/menit setelah pasien berjalan
penurunan curah jantung yang tidak terselesaikan selama 2 menit.
 Diagnosis Penurunan Curah Jantung identik Sesuai dengan definisinya dalam buku SDKI (2016),
ditegakkan dengan ciri khas adanya abnormalitas Intoleransi Aktivitas merupakan suatu kondisi dimana
gambaran EKG, abnormalitas frekuensi jantung, terjadi ketidakcukupan energi untuk melakukan
edema, distensi vena jugularis, abnormalitas tekanan aktivitas sehari-hari yang ditandai dengan kelelahan
darah, oliguria, CRT >3 detik, warna kulit sianosis, atau ketidakberdayaan pasien untuk melakukan
terdengara suara jantung S3 dan/atau S4 dan aktivitas yang disertai dengan adanya peningkatan
Ejection Fraction menurun. nilai frekuensi napas, frekuensi jantung maupun
 Opsi Gangguan Ventilasi Spontan (Tidak Tepat), tekanan darah saat atau sesudah melakukan aktivitas.
karena karena kondisi sesak napas yang dialami oleh
pasien merupakan kondisi lanjutan dari Tinjauan Opsi Lainnya :
ketidakadekuatan sirkulasi yang sudah berdampak  Opsi Gangguan Ventilasi Spontan (Tidak Tepat),
sistemik. Diagnosis Gangguan Ventilasi Spontan karena karena kondisi sesak napas yang dialami oleh
ditegakkan dengan ciri khas adanya sesak napas pasien merupakan manifestasi klinis dari
dengan penggunaan otot bantu napas, PCO2 ketidakadekuatan energi pasien untuk melakukan
meningkat/PO2 menurun tanpa adanya abnormalitas aktivitas. Diagnosis Gangguan Ventilasi Spontan
pH darah. ditegakkan dengan ciri khas adanya sesak napas
 Opsi Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan dengan penggunaan otot bantu napas, PCO2
Jantung (Tidak Tepat), karena kondisi masalah meningkat/PO2 menurun tanpa adanya abnormalitas
gangguan sirkulasi pasien pada kasus sudah berada pH darah.
pada tingkatan masalah aktual tidak lagi berupa  Opsi Keletihan (Kurang Tepat), karena
masalah yang berpotensi untuk menimbulkan ketidakberdayaan pasien dalam melakukan aktivitas
gangguan pada kardiovaskular. pada kasus dibarengi dengan adanya peningkatan
nilai frekuensi denyut jantung dan pernapasan yang
merupakan ciri khas diangkatkannya diagnosis lapang paru. Menurut SDKI, 2016; bersihan jalan
intoleransi aktivitas. Diagnosis keletihan identik napas tidak efektif didefinisikan sebagai
ditegakkan dengan ciri khas perasaan kelelahan atau ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau
kurang bertenaga yang bersifat subjektif dan tidak obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan
pulih walaupun telah tidur/beristirahat tanpa disertai napas tetap paten, yang ditunjukkan dengan
dengan adanya abnormalitas nilai TTV. manifestasi klinis; batuk tidak efektif, tidak mampu
 Opsi Penurunan Curah Jantung (Kurang Tepat), batuk, rhonki, dan sesak napas. Intervensi yang harus
karena kondisi tidak terdapat data penguat dilakukan oleh perawat adalah dengan membantu
diangkatkannya diagnosis. Diagnosis Penurunan pasien untuk mengeluarkan sputum yang terjebak di
Curah Jantung identik ditegakkan dengan ciri khas paru pasien.
adanya abnormalitas gambaran EKG, abnormalitas PPOK eksaserbasi didefinisikan sebagai peningkatan
frekuensi jantung, edema, distensi vena jugularis, keluhan/gejala pada penderita PPOK berupa;
abnormalitas tekanan darah, oliguria, CRT >3 detik, peningkatan batuk/memburuknya batuk, peningkatan
warna kulit sianosis, terdengara suara jantung S3 produksi sputum, peningkatan sesak napas. Secara
dan/atau S4 dan Ejection Fraction menurun. farmakologi pasien PPOK diberikan bronkodilator.
 Opsi Pola Napas Tidak Efektif (Kurang Tepat), Bronkodilator merupakan komponen utama dalam
karena kondisi sesak napas yang dialami oleh pasien terapi PPOK, biasanya dalam bentuk inhaler maupun
terjadi setelah pasien berjalan/beraktivitas selama 2 nebulizer. Pasien yang telah mendapatkan terapi
menit. Dapat disimpulkan pemicu terjadinya sesak nebulizer bisa dibantu dengan fisioterapi
napas ada ketidakadekuatan energi dalam dada/postural drainase, hal ini bertujuan untuk
beraktifitas. Diagnosis Pola Napas Tidak Efektif mengaliri sekret yang terjebak di seluruh lapang paru
ditegakkan dengan ciri khas sesak napas dibarengi yang sulit terjangkau dengan batuk saja dengan
dengan penggunaan otot bantu napas dan Pola Napas memposisikan pasien dalam beberapa posisi, tindakan
Abnormal. ini dibarengi dengan fibrasi/getaran untuk
merontokkan sekret yang kental dan menumpuk,
Soal 24 setelah itu sekret yang telah lepas dan mengalir ke
Seorang perempuan (56 tahun) dirawat di RS area trakea dikeluarkan melalui batuk efektif yang
dengan PPOK eksaserbasi. Hasil pengkajian; menggunakan tenaga dan teknik yang tepat.
pasien mengeluh sesak, batuk berdahak dan su
dclit dikeluarkan. Pasien tampak sesak, frekuensi Soal 25
napas 30x/menit, ronki pada kedua lapang paru. Seorang laki-laki (26 tahun) dirawat di RS dengan
Perawat akan membantu untuk mengeluarkan fraktur tibia dekstra 1/3 distal. Hasil pengkajian;
dahak pasien. Apakah urutan tindakan yang tepat tungkai kanan terpasang spalk/bidai, pasien
dilakukan oleh perawat ? mengeluh nyeri pada ujung jari kaki, terasa kebas
a. Fibrasi-batuk efektif-fisioterapi dada- dan keram. Ujung jari teraba dingin, CRT > 3
nebulisasi detik, dan tampak kebiruan. Apakah tindakan
b. Nebulisasi-Fisioterapi dada-fibrasi-batuk yang tepat dilakukan perawat ?
efektif a. Memberikan kompres hangat pada kaki
c. Batuk efektif-fisioterapi dada-fibrasi- b. Melonggarkan ikatan spalk
nebulizer c. Mempertahankan posisi spalk
d. Fisioterapi dada-batuk efektif-fibrasi- d. Memposisikan kaki pasien elevasi 1 bantal
nebulisasi e. Memposisikan kaki pasien datar
e. Batuk efektif-fisioterapi dada-nebulisasi- Jawaban : B
fibrasi
Jawaban : B DS:
• Pasien mengeluh nyeri pada ujung jari kaki
DS: • Pasien mengeluh kebas pada ujung jari kaki dan
• Pasien mengeluh sesak napas keram (parasthesia)
• Pasien mengeluh batuk dan sulit dikeluarkan • Capiler refill time (CRT) > 3 detik
DO : DO :
• Pasien tampak sesak (frekuensi napas 30x/menit) • Tungkai kanan terpasang spalk/bidai
• Hasil auskultasi : rhonki pada kedua lapang paru • Ujung jari kaki teraba dingin
Dari data pada kasus di atas, masalah keperawatan • Ujung jari kaki kebiruan
yang tepat adalah bersihan jalan tidak efektif, yang Berdasarkan data pada kasus, masalah keperawatan
ditunjukkan dengan gejala pasien sesak napas, batuk yang tepat adalah perfusi perifer tidak efektif.
berdahak dan sulit dikeluarkan, rhonki pada kedua Menurut SDKI, 2016; perfusi perifer tidak efektif
didefinisikan sebagai penurunan sirkulasi darah pada a. Melakukan pengisapan lendir dan perawatan kanul
level kapiler yang dapat mengganggu metabolisme b. Menganjurkan pasien untuk batuk
tubuh, yang ditunjukkan dengan gejala nyeri c. Menganjurkan pasien minum air hangat
ekstremitas, akral teraba dingin, CRT > 3 detik, d. Memberikan kassa di sekitar area kanul
parasthesia. e. Membersihkan kanul setiap 2 jam
Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas tulang Jawaban : A
yang pada umumnya disebabkan oleh rudapaksa dan
ditentukan dengan jenis dan luasnya. Beberapa DS :
manifestasi klinin akibat fraktur adalah adanya nyeri • Pasien mengatakan batuk berdahak
terus menerus, ekstremitas yang frkatur tidak dapat • Pasien mengatakan dahak sulit dikeluarkan
digerakkan, deformitas, dll. • Tenggorokkan terasa gatal dan nyeri
Penanganan darurat/pertama yang dilakukan pada Do :
tulang yang fraktur adalah immobilisasi dengan • Pasien tampak sering batuk
menggunakan teknik bidai/spalk. Hal ini bertujuan • Penumpukan lendir di selang/kanul trakeostomi
untuk mengurangi pergerakan untuk mencegah Masalah keperawatan pada kasus adalah bersihan
perdarahan dan kelainan bentuk tulang. Teknik dan jalan napas tidak efektif. Menurut SDKI, 2016;
ketepatan pemasangan bidai/spalk harus diperhatikan bersihan jalan napas tidak efektif didefinisikan
karena akan mempengaruhi sirkulasi darah ke perifer. sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekret
Pemasangan spalk/bidai yang terlalu kuat akan atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan
menghambat sirkulasi yang ditunjukkan dengan gejala jalan napas tetap paten, yang ditunjukkan dengan
bagian perifer yang di bidai pucat, akral dingin, CRT gejala pasien sulit batuk, batuk tidak efektif,
> 3 detik, terasa keram dan kebas. penumpukkan sekret/sputum.
Sehingga tindakanyang tepat pada kasus adalah Trakeostomi merupan prosedur bedah yang dilakukan
melonggarkan ikatan spalk, dengan melonggarkan dengan membuat lubang di saluran udara atau trakea
ikatan bidai/spalk dapat melancarkan kembali untuk memasukkan tabung yang dapat membantu
sirkulasi darah ke daerah perifer terutama pada daerah pasien yang kesulitan bernapas. Adapun beberapa
yang terpasang bidai/spalk. indikasi dilakukan tindakan trakeostomi; pasien
dengan massa atau hambatan di trakea/jalan napas,
Tinjauan opsi lain : pasien dengan cedera atau trauma pada area leher, dll.
 Opsi Memberikan kompres hangat pada kaki Pasien yang terpasang trakesotomi harus mendapatkan
(kurang tepat), kompres hangat bisa tetap diberikan, perawatan yang tepat, karena ini akan beresiko
namun tindakan ini bukan tindakan utama untuk terjadinya peningkatan jumlah sekret karena adanya
memperbaiki sirkulasi pasien lubang pada trakea yang memungkinkan respon
 Opsi Mempertahankan ikatan spalk (kurang tepat), sistem pernapasan lebih tinggi.
dengan mempertahankan ikatan spalk yang kuat  Opsi Melakukan pengisapan lendir dan perawatan
akan menurunkan sirkulasi darah ke perifer, jika kanul (tepat), dengan melakukan pengisapan lendir
dibiarkan akan mengakibatkan sindrom menggunakan suction dapat mengurangi sekret
kompartemen sehingga jalan napas klien paten, selain itu
 Opsi Memposisikan kaki pasien elevasi 1 bantal perawatan kanul yang tepat dapat mencegah
(kurang tepat), tindakan ini tetap boleh dilakukan, terjadinya infeksi, karena sekret yang banyak jika
namun bukan intervensi utama yang dapat mengatasi dibiarkan pada kanul akan mengakibatkan
masalah pasien pertumbukan jamur/bakteri
 Opsi Memposisikan kaki pasien datar (kurang tepat),  Opsi Menganjurkan pasien untuk batuk (kurang
pada pasien yang terpasang fiksasi dianjurkan untuk tepat), pasien yang terpasang trakeostomi
elevasi bagian yang difiksasi, hal ini bertujuan untuk dianjurkankan untuk menghindari tekanan pada
melancarlan alirah darah balik dari area perifer dan daerah trakeostomi, dengan batuk nantinya akan
mengurangi tekanan pada daerah fiksasi memberi tekananan pada jahitan/perlukaan pada area
terpasang trakeostomi
Soal 26  Opsi Menganjurkan pasien minum air hangat
Seorang laki-laki (46 tahun) dirawat di RS dengan (kurang tepat), tindakan ini tetap bisa dilakukan,
post trakeostomi. Hasil pengakajian; pasien namun bukan tindakan utama untuk mengatasi
tampak sering terbatuk, sulit berbicara, dan masalah pasien
terdapat penumpukan lendir di tenggorokkan  Opsi Memberikan kassa di sekitar area kanul
pasien. Kanul trakeostomi tampak kotor dan (kurang tepat), tindakan ini bukan hal utama yang
berlendir. Apakah tindakan yang tepat dilakukan bisa mengatasi masalah utama pasien
perawat ?
 Opsi Membersihkan kanul setiap 2 jam (kurang setelah 1 jam diberikan injeksi insulin. Hal yang harus
tepat), membersihkan kanul tidak perlu setiap 2 jam, segera dilakukan perawat adalah dengan
kanul dapat dibersihkan minimal 2 kali/hari, jika mengukur/mengecek kadar glukosa darah pasien
kanul tampak kotor dan sekret banyak, kanul dapat (Opsi c tepat)
dibersihkan sesuai kondisi.
 Opsi Mengukur tanda-tanda vital pasien (kurang
Soal 27 tepat), tindakan ini bisa saja tetap dilakukan, namun
Seorang perempuan (56 tahun) dirawat di RS pemeriksaan fisik ini tidak spesifik untuk mengatasi
dengan Diabetes Mellitus Tipe II. Hasil masalah utama pasien mengingat pasien
pengkajian; pasien mengeluh mengantuk, lemas, menunjukkan gejala hipoglikemia
keringat dingin, penglihatan kabur. Pasien  Opsi Memberikan injeksi D 40 % 2 flakon (kurang
berkeringat dingin, tampak pucat, konsentrasi tepat), tindakan ini bisa dilakukan apabila tenaga
menurun, pasien mendapatkan injeksi insulin (sc) medis telah mengetahui kadar glukosa darah pasien
1 jam yang lalu. Apakah tindakan yang tepat  Opsi Menganjurkan pasien untuk beristirahat
dilakukan perawat ? (kurang tepat), istirahat memang sebaiknya
a. Mengukur tanda-tanda vital pasien dianjurkan pada pasien, namun bukan hal utama
b. Memberikan injeksi D 40 % 2 flakon yang dapat mengatasi masalah pasien, gejala lemas
c. Mengukur gula darah sewaktu dan pusing yang dialami pasien saat ini bukan
d. Menganjurkan pasien untuk beristirahat karena kelelahan beraktivitas, melainkan gejala
e. Mengkaji jadwal makan pasien sebelumnya terjadinya penurunan glukosa darah
Jawaban : C  Opsi Mengkaji jadwal makan pasien sebelumnya
(kurang tepat), hal ini mungkin dilakukan oleh
Pembahasan : perawat sembari perawat melakukan pengecekkan
DO : glukosa darah pasien saat itu, namun bukan
• Pasien mengeluh mengantuk dan badan lemas intervensi utama untuk mengatasi masalah pasien.
• Pasien mengeluh keringat dingin
• Pasien mengatakan penglihatan kabur Soal 28
DS : Seorang laki-laki (36 tahun) dirawat di RS dengan
• Pasien tampak berkeringat dingin keluhan batuk berdahak sejak 3 bulan yang lalu,
• Pasien tampak pucat dan sering keringat malam hari. Hasil
• Konsentrasi pasien menurun pemeriksaan laboratorium; BTA positif 3, rontgen
• Pasien mendapatkan injeksi insulin 1 jam yang lalu thorak tampak ada bercak-bercak putih, pasien
Masalah keperawatan yang tepat pada kasus di atas didiagnosa TB Paru aktif. Pasien direncanakan
adalah ketidakstabilan kadar glukosa darah. Sesuai untuk dipindahkan ke ruangan isolasi. Apakah
dengan SDKI, 2016; ketidakstabilan kadar glukosa jenis ruang isolasi yang tepat pada pasien ?
darah didefinisikan sebagai variasi kadar glukosa a. Ruang isolasi bertekanan positif
darah naik/turun dari rentang normal, yang didukung b. Ruang isolasi bertekanan negatif
oleh data; pasien mengantuk, penglihatan kabur, c. Ruang isolasi bertekanan netral
lemas, koordinasi menurun. Manifestasi klinis ini d. Ruang isolasi infeksi khusus
merupakan gejala yang pada umumnya ditunjukkan e. Ruang isolasi bertekanan normal
pada pasien dengan diabetes mellitus. Jawaban : B
Diabetes mellitus tipe II yang disebut juga dengan
diabetes melitus tidak tergantung insulin (non-insulin- Berdasarkan data pada kasus dijelaskan bahwa pasien
dependent diabetes melitus/NIDDM) didefinisikan didiagnosa TB Paru aktif. Tuberkulosis adalah
sebagai kelainan metabolik yang ditandai dengan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kadar glukosa darah yang tinggi dalam konteks infeksi kuman (basil) Mycobacterium tuberculosis.
resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif. Penularan kuman TB paling umum terjadi melalui
Pasien DM tipe II pada umunya mendapatkan terapi udara. Ketika sesorang yang telah mengidap penyakit
farmakologi rutin seperti metformin atau injeksi TB paru batuk, bersin, atau berbicara dengan
insulin disamping manajemen diit dan olahraga. memercikkan ludah, bakteri TB akan ikut melalui
Pemberian insulin diberikan secara teratur dan sesuai ludah tersebut untuk terbang ke udara. Pada pasien
dengan hasil ukur glukosa darah sewaktu pasien. yang terdiagnosa TB Paru aktif di rumah sakit akan
Pemberian insulin yang tidak tepat dapat menurunkan dilakukan isolasi selama perawatan utuk mencegah
kadar gula darah pasien secara drastis dan terjadinya penularan.
mengakibatkan hipoglikemia. Pada kasus dijelaskan Ruangan isolasi dilakukan terhadap penderita
bawaha pasien mengalami tanda-tanda hipoglikemia penyakit menular, isolasi menggambarkan pemisahan
penderita atau pemisahan orang/pasien yang terinfeksi aliran darah vena melambat. Daerah yang tersumbat
selama masa inkubasi dengan kondisi tertentu untuk akan mengalami bengkak, merah dan nyeri.
mencegah atau mengurangi terjadinya penularan baik Pemberian antikoagulan merupakan terapi inisial
secara langsung maupun tidak langsung. Ruang isolasi untuk mencegah terjadinya trombotik dan emboli
yang digunakan pada pasien TB paru adalah ruang paru. Pemberian antikoagulan dalam jangka panjang
isolasi bertekanan negatif (class N) (Opsi b tepat). akan beresiko mengalami perdarahan pada pasien,
Tujuan dari desain ruangan isolasi tekanan negatif terlebih pasien dengan adanya inflamasi pada daerah
adalah untuk menghilangkan penyebaran kontaminan DVT.
menular dan patogen ke lingkungan sekitarnya Beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilakukan
melalui jalur udara. Udara terbuka dalam ruangan oleh perawat dalam memberikan perawatan pasien
Class N, misalnya harus mengalir dari koridor menuju DVT, seperti; membatasi aktivitas fisik, melakukan
ruangan isolasi untuk mencegah penyebaran kompres hangat, monitoring perdarahan, dan elevasi
kontaminan udara dari ruang isolasi ke daerah lain. kaki satu bantal. Hal ini dapat mengurangi resiko
perdarahan, meningkatkan sirkulasi darah (aliran balik
vena), dan juga mengurangi sensai nyeri akibat
sumbatan dan tekanan pada area thrombus.
Soal 29
Seorang wanita (46 tahun) dirawat di RS dengan Soal 30
DVT (deep vein thrombosis). Hasil pengkajian: Seorang laki-laki (46 tahun) dirawat di RS dengan
pasien mengeluh nyeri pada betis, sakit jika keluhan perut terasa kembung, terasa sesak, mual,
berjalan, bengkak dan panas. Betis kanan pasien dan nafsu makan menurun. Hasil pengkajian;
tampak bengkak, merah dan teraba hangat. Pasien kulit tampak kuning, sklera ikterik, ascites (+),
mendapatkan terapi antikoagulan sejak 5 hari edema pada tungkai. Pasien memiliki riwayat
yang lalu. Apakah tindakan yang kurang tepat konsumsi alkohol dan perokok aktif. Apakah
dilakukan perawat ? tindakan yang tepat dilakukan pada pasien ?
a. Tidak membatasi aktivitas fisik pasien a. Mengusulkan pemeriksaan thoraks
b. Memberikan kompres hangat b. Menginstruksikan pasien untuk puasa
c. Meninggikan kaki yang sakit c. Mengusulkan pemeriksaan profil lipid
d. Membatasi aktivitas pasien d. Mengusulkan untuk dilakukan pemeriksaan fungsi
e. Monitoring adanya perdarahan hati
Jawaban :A e. Menganjurkan pasien banyak minum
Jawaban :D
Pembahasan :
DS : Pembahasan :
• Pasien mengeluh nyeri dan panas pada betis kanan DS :
• Pasien mengeluh betis bengkak dan nyeri saat • Pasien mengeluh perut terasa kembung dan sesak
berjalan • Mual dan nafsu makan menurun
DO : DO :
• Betis kanan pasien tampak bengkak, kemerahan dan • Kulit pasien tampak kuning
teraba hangat • Sklera ikterik
• Pasien mendapatkan terapi koagulan sejak 5 hari • Ascites (+)
yang lalu • Edema pada tungkai
Masalah keperawatan yang tepat pada kasus tersebut Manifestasi klinis yang ditunjukkan pada pasien pada
adalah resiko perdarahan. Menurut SDKI, 2016; kasus merupakan beberapa tanda gejala yang terjadi
resiko perdarahan didefinisikan sebagai; berisiko pada pasien dengan gangguan fungsi hati. Hati
mengalami kehilangan darah baik internal (terjadi di merupakan salah satu organ vital bagi tubuh yang
dalam tubuh) maupun eskternal (terjadi hingga keluar berfungsi dalam menyaring darah, menghasilkan
tubuh), pada kasus faktor resiko yang dapat hormon-hormon dan bertindak dalam proses
mengakibatkan perdarahan; pasien dengan DVT, betis pencernaan.
bengkak, pasien mendapatkan terapi antikoagulan Pada kasus dikatakan kulit pasien kuning dan ikterik
sejak 5 hari yang lalu. pada sklera, hal ini dapat mengindikasikan adanya
Deep vein thrombosis (DVT) atau trombosis vena peningkatan eksresi bilirubin yang dihasilkan oleh
dalam merupakan pembentukan bekuan darah pada hati.
lumen vena dalam yang diikuti oleh reaksi inflamasi Selain itu pasien juga mengalami ascites, asites
dinding pembuluh darah dan jaringan perivena merupakan adanya peningkatan jumlah cairan pada
(Wkefiel, 2008). Gumpalan (thrombus) menyebabkan rongga abdomen. Hal ini bisa diakibatkan karena
adanya hipertensi portal (peningkatan tekanan pada Hal yang utama yang dilakukan adalah monitoring
aliran darah yang menuju hati). Prinsip dasar ini pola napas pasien (Opsi e tepat)
serupa dengan pembentukan edema pada bagian tubuh
lainnya. Peningkatan tekanan darah portal dan  Opsi Membantu pasien melakukan mobilisasi
penurunan albumin (yang dihasilkan oleh hati) (kurang tepat), tindakan ini bisa tetap dilakukan
bertanggungjawab dalam tekanan gradiendan untuk membantu pasien memenuhi ADL, namun
menyebabkan asites. bukan tindakan prioritas dalam menangani masalah
Dari beberapa gejala yang ditunjukkan pada pasien, klien
perawat perlu mengusulkan untuk dilakukan  Opsi Memasang gelang resiko jatuh pada pasien
pemeriksaan fungsi hati (laboratorium) pasien untuk (kurang tepat), pemasangan gelang resiko jatuh tetap
memastikan adanya gangguan pada organ hati (Opsi d bisa dilakukan, mengingat bahwa pasien mengalami
tepat) gangguan dalam mobilisasi sehingga perlu perhatian
khusus, namun tindakan ini bukan prioritas untuk
Soal 31 mengatasi masalah utama pasien
Seorang perempuan (35 tahun) dirawat di RS  Opsi Melatih pasien untuk melakukan ROM pasif
dengan hipokalemia. Hasil pengkajian: pasien (kurang tepat), tindakan ini bisa dlakukan untuk
mengeluh kaki dan tangan sulit digerakkan, dada melatih kekuatan otot pasien secara bertahap, namun
terasa berat dan sesak. Pasien tampak lemah, bukan tindakan yang diutamakan pada gejala utama
penggunaan otot bantu napas, kekuatan otot pasien
ekstremitas atas dan bawah 3 (MOS). Hasil  Opsi Mengukur kekuatan otot secara berkala
laboratorium kadar kalium darah 2,3 mEq/L. (kurang tepat), hal ini bisa saja dilakukan, namun
Apakah tindakan yang tepat dilakukan perawat ? tetap tidak mengatasi masalah utama pasien
a. Membantu pasien melakukan mobilisasi Soal 32
b. Memasang gelang resiko jatuh pada pasien Seorang perempuan (42 tahun) dirawat di RS
c. Melatih pasien untuk melakukan ROM pasif dengan meningitis. Hasil pengkajian: pasien
d. Mengukur kekuatan otot secara berkala mengalami penurunan kesadaran, agitasi dan
e. Monitoring pola napas pasien agresif, pasien tanpa sadar mencabut infus dan
Jawaban : E selang NTG yang terpasang. Sesekali pasien
mengalami kejang dengan durasi 15-30 detik.
Pembahasan : Apakah tindakan keperawatan yang tepat
DS : dilakukan ?
• Pasien mengeluh kaki dan tangan sulit digerakkan a. Merencanakan pemeriksaan CT Scan kontras
• Pasien mengeluh dada terasa berat dan sesak b. Memberikan terapi sedasi pada pasien
DO : c. Merencanakan tindakan restrain pada pasien
• Pasien tampak lemah d. Meminta keluarga untuk selalu mendampingi
• Penggunaan otot bantu napas pasien
• Kekuatan otot ekstremitas 3 e. Memberikan obat antikejang
Berdasarkan data pada kasus, masalah keperawatan Jawaban : C
yang tepat pada pasien adalah pola napas tidak efektif.
Menurut SDKI, 2016; pola napas tidak efektif Pembahasan :
didefinisikan sebagai Inspirasi dan/atau ekspirasi yang DS : -
tidak memberikan ventilasi adekuat, yang ditunjukkan DO :
dengan data pada kasus pasien mengeluh dada terasa • Pasien mengalami penurunan kesadaran
berat dan sesak, penggunaan otot bantu napas • Pasien agitasi dan agresif
Hipokalemia merupakan suatu keadaan dimana kadar • Pasien tanpa sadar melepas infus dan selang NGT
kalium dalam darah berada dibawah normal (< 3,8 • Pasien sesekali mengalami kejang dengan durasi 15-
mEq/L). Kalium merupan salah satu komponen 30 detik
elektrolit dalam tubuh yang mengatur fungsi otot Masalah keperawatan yang tepat pada kasus di atas
jantung, dan kontraksi otot. Ketika kadar kalium adalah risiko cedera. Menurut SDKI, 2016; risiko
dalam darah abnormal, dapat mengakibatkan cedera didefnisikan sebagai berisiko mengalami
gangguan pada aktivitas kontraksi otot pada tubuh. bahaya atau kerusakan fisik yang menyebabkan
Gangguan kontraksi pada otot pernapasan akan seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam
berakibat fatal bagi pasien, karena akan menurunkan kondisi baik, dengan faktor resiko pasien mengalami
kapasitas sistem pernapasan penurunan psikomotor dan kognitif, pasien mengalami
kejang.
Intervensi yang tepat dilakukan pada pasien saat ini 6. Buka balutan lama secara hati-hati dengan pinset
adalah merencanakan tindakan restrain/pengekangan (1 pinset anatomis dan 1 pinset sirurgis) simpan
fisik (NIC, 2015) (Opsi e tepat). balutan kotor didalam kantong plastik
Restrain/pengekangan fisik merupakan alat pelindung 7. Bersihkan sisa-sisa plester yang melekat pada kulit
yang digunakan untuk membatasi aktivitas fisik atau dengan kapas alkohol
bagian tubuh pasien. Tindakan ini bertujuan untuk 8. Observasi keadaan luka terhadap warna,
memberikan keamanan kepada pasien maupun kesembuhan, edema, exudat dll
lingkungan sekitar. 9. Cuci luka sesuai prosedur merawat luka
 Opsi Merencanakan pemeriksaan CT Scan kontras 10.Gunakan gunting untuk melepas benang drain
(kurang tepat), pemeriksaan CT Scan bisa saja 11.Anjurkan klien untuk menarik nafas panjang.
dilakukan, namun pemeriksaan penunjang ini bukan 12.Untuk menarik drain: langsung memegang ujung
prioritas dilakukan untuk mencegah cedera pada drain dan tarik beberapa cm sesuai prosedur medis.
pasien saat ini Pasang peniti steril atau plester pada drain 2 Cm
 Opsi Memberikan terapi sedasi pada pasien (kurang dari luka. Potong sisa drain yang berlebihan
tepat), indikasi pemberian sedasi pada pasien dengan 13.Untuk mencabut drain: langsung memegang ujung
preoperatif, prosedur radiologik, endoskopi, dan drain. Tarik secara perlahan, sambil memutar
terapi intensif; sehingga pemberian sedasi bukan sampai keluar
tindakan yang tepat pada pasien 14.Tutup luka sesuai dengan prosedur merawat luka
 Opsi Meminta keluarga untuk selalu mendampingi 15.Bereskan alat-alat klien dan alat-alat
pasien (kurang tepat), hal ini bisa saja tetap 16.Bungkus sampah dalam kertas dengan rapi dan
dilakukan, namun bukan tindakan prioritas dalam taruh diatas baki
mengatasi masalah pasien, bisa saja keluarga pasien 17.Bereskan lingkungan
lengah dan/atau tidak mampu untuk menangani 18.Cuci alat-alat dan sterilkan kembali
pasien saat mengamuk atau kejang 19.Lepaskan sarung tangan
 Opsi Memberikan obat antikejang (kurang tepat), 20.Cuci tangan
tindakan ini bisa dilakukan saat pasien kejang, 21.Catat tindakan yang dilakukan, keadaan luka,
bukan tindakan prioritas dalam mencegah cedera pembalut yang di pasang dan respon pasien
akibat prilaku pasien yang agitasi dan agresif
Soal 34
Seorang laki-laki (36 tahun) dirawat di RS dengan
keluhan sesak napas dan batuk berdahak sejak 1
Soal 33 bulan yang lalu. Hasil pengkajian: batuk disertai
Seorang laki-laki (18 tahun) dirawat di bangsal lendir berwarna kuning kehijauan. Perawat
bedah dengan post Kolisistektomi. Perawat sedang melakukan auskultasi pada lapang paru untuk
melakukan tindakan aff drain. Sebelum perawat memastikan kondisi pasien. Apakah bunyi napas
menarik drain, apakah tindakan yang tepat yang terdengar pada saat auskultasi ?
dilakukan ? a. Bronchovesikular
a. Bersihkan sisa-sisa plester yang melekat pada kulit b. Wheezing
dengan kapas alkohol c. Sonor
b. Cuci tangan dan kenakan APD d. Vesikuler
c. Gunakan gunting untuk melepas benang drain e. Ronchi
d. Observasi keadaan luka Jawaban : E. Ronchi
e. Anjurkan klien untuk menarik nafas panjang
Jawaban : E. Anjurkan klien untuk menarik nafas Pembahasan :
panjang Bunyi napas yang didapat perawat saat auskultasi
adalah Ronchi.
Pembahasan : Ronchi adalah suara tambahan yang dihasilkan oleh
Prosedur Tindakan Aff Drain : aliran udara melalui saluran nafas yang berisi
1. Alat-alat di dekatkan dengan klien sekret/eksudat atau akibat saluran nafas yang
2. Pasang sampiran/tirai, tutup jendela dan pintu menyempit atau oleh edema saluran nafas.
3. Cuci tangan  Option Bronchovesikular (Tidak Tepat) adalah suara
4. Buka bungkusan alat steril dan siapkan bengkok nafas normal pada saat auskultasi.
untuk balutan kotor  Option Wheezing (Tidak Tepat) adalah bunyi seperti
5. Pasang sarung tangan bersiul, terdengar selama inspirasi dan ekspirasi,
terjadi akibat penyempitan jalan napas.
 Option Sonor (Tidak Tepat) adalah suara normal Pembahasan : Tindakan selanjutnya yang dilakukan
paru pada saat perkusi. oleh perawat adalah Jalankan terapi cairan normal
 Option Vesikuler (Tidak Tepat) adalah suara normal saline pada laju vena terbuka.
paru pada saat auskultasi. Masalah yang terjadi pada pasein : alergi transfusi
darah.
Soal 35 Diberikan Normal Saline karena merupakan cairan
Seorang perempuan (42 tahun) datang ke yang cocok untuk transfusi, karena dapat
Puskesmas untuk memeriksakan kesehatan. Hasil mengencerkan konsentrat eritrosit.
pengkajian: pasien sering merasa nyeri dan  Option Lepaskan selang IV (Tidak Tepat), karena
kembung pada abdomen bila terlambat makan, Normal Saline harus segera dijalankan
tekanan darah 120/70 mmHg, frekuensi nadi 82 menggunakan selang IV.
x/menit, frekuensi napas 19 x/menit. Perawat  Option Jalankan terapi cairan dekstrose 5% (Tidak
melakukan auskultasi abdomen pada kuadran kiri Tepat), karena pemberian dekstrose 5% dapat
atas. Apakah organ yang sedang diperiksa oleh menyebabkan agregasi sel darah merah atau
perawat ? hemolisis.
a. Usus 12 jari  Option Mendokumentasikan hasil temuan (Tidak
b. Usus besar Tepat), karena fokus tindakan utama yaitu untuk
c. Lambung mengatasi gejala alergi.
d. Empedu  Option Memeriksa ujung perangkat selang IV
e. Ginjal (Tidak Tepat), karena pasein sudah mengalami
Jawaban : C. Lambung alergi akibat transfusi darah, jadi tindakan fokus
untuk mengatasi alergi pada pasien.
Pembahasan :
Organ yang diperiksa perawat adalah Lambung. Soal 37
Karena dari data-data yang ditemui pada pasien Di suatu ruang rawat inap, perawat sedang
dicurigai pasien menderita gastritis. Lambung berada melakukan penyuluhan. Perawat memberikan
pada kuadran kiri atas. penyuluhan tentang pentingnya mengkonsumsi
 Organ Pada Kuadran Kiri Atas : Hati, Jantung, OAT. Perawat memberikan contoh terkait salah
Esofagus, Paru, Pankreas, Limfa, Lambung. satu pasien yang tidak rutin meminum OAT, tetapi
 Organ Pada Kuadran Kanan Atas : Hati, Empedu, tidak menyamarkan nama pasien tersebut.
Paru, Esofagus. Apakah prinsip etik yang dilanggar oleh perawat ?
 Organ Pada Kuadran Kanan Bawah : Usus 12 jari a. Confidentiality
(duodenum), Usus Besar, Usus Kecil, Kandung b. Fidelity
Kemih, Rektum, Testis, Anus. c. Benefience
 Organ Pada Kuadran Kiri Bawah : Anus, Rektum, d. Veracity
Testis, Ginjal, Usus Kecil, Usus Besar. e. Nonmaleficience
Jawaban : A. Confidentiality
Soal 36
Seorang perempuan (56 tahun) dirawat di RS Soal 38
dengan anemia sejak 5 hari yang lalu. Hari ini Seorang perempuan (53 tahun) dirawat di RS
pasien mendapat transfusi darah. Menit ke-30 dengan gangguan fungsi UMN. Perawat
transfusi darah, perawat menemukan bahwa klien melakukan pemeriksaan refleks pada telapak kaki
mengalami reaksi alergI. Perawat segera pasien dengan cara memberikan goresan dari arah
menghentikan transfusi. Apakah tindakan tumit ke arah jari melalui sisi lateral. Hasil
selanjutnya yang tepat dilakukan oleh perawat ? pengkajian : jempol kaki tampak dorsofleksi dan
a. Lepaskan selang IV jari lainnya membuka. Apakah hasil pemeriksaan
b. Jalankan terapi cairan normal saline pada laju refleks yang tepat didokumentasikan oleh
vena terbuka perawat?
c. Jalankan terapi cairan dekstrose 5% a. Achilles positif
d. Mendokumentasikan hasil temuan b. Patella Negatif
e. Memeriksa ujung perangkat selang IV c. Babinsky Negatif
Jawaban : B. Jalankan terapi cairan normal saline d. Babinsky Positif
pada laju vena terbuka e. Patella Positif
Jawaban : D. Babinsky Positif

Pembahasan :
DO : jempol kaki tampak dorsofleksi dengan jari-jari c. "Saya dapat menghentikan minum obat saat gejala
lainnya membuka. teratasi sepenuhnya"
Hasil pemeriksaan yang di dokumentasikan perawat d. "Saya dapat melakukan latihan pernapasan dan
adalah Refleks Babinsky Positif. batuk efektif untuk mempertahankan jalan napas
Refleks Babinsky dilakukan dengan cara memberikan tetap terbuka"
goresan dari arah tumit ke jari-jari dengan sisi lateral. e. "Saya harus menggunakan masker pada saat
Orang normal akan memberikan respon fleksi jari-jari interaksi dengan orang lain untuk menjaga tidak
dan penarikan tungkai. Pada lesi UMN maka akan terjadinya penularan penyakit"
timbul respon jempol kaki akan dorsofleksi, Jawaban : C. "Saya dapat menghentikan minum obat
sedangkan jari-jari lain akan menyebar atau saat gejala teratasi sepenuhnya"
membuka.
UMN (Upper Motor Neuron) adalah neuron-neuron Pembahasan :
motorik yang berasal dari korteks motorik serebri atau Pernyataan pasien yang menunjukkan bahwa pasien
batang otak yang seluruhnya. Gangguan fungsi UMN perlu informasi tambahan adalah "Saya dapat
dapat menyebabkan otot lumpuh (parese) dan kaku, menghentikan minum obat saat gejala teratasi
ketegangan otot (hipertonus). Pada pasien dengan sepenuhnya". Karena obat TB tidak boleh dihentikan
gangguan fungsi UMN, ditemukan dorsofleksi dan dalam jangka waktu 6 bulan dan pasien tidak boleh
jari-jari membuka atau mengembang. putus dalam konsumsi OAT.
 Option "Saya akan banyak minum air hangat sesuai
 Option Refleks Achilles positif (Tidak Tepat) karena toleransi untuk mengencerkan dahak" (Tidak Tepat),
pemeriksaan refleks ini dilakukan pada tungkai karena ini merupakan pernyataan yang benar yang
bawah dengan cara difleksikan kemudian pemeriksa harus dilakukan pasien saat dirumah. Dengan
memberi ketukan pada tendon archiles dan respon mengkonsumsi air hangat di rumah, maka akan
yang terjadi adalah gerakan plantar fleksi (gerakan dapat mengencerkan dahak pasien dan jalan napas
menekuk) pada kaki. terbebas dari sputum.
 Option Refleks Patella Negatif (Tidak Tepat) karena  Option "Saya dapat kembali makan makanan dengan
pemeriksaan refleks ini dilakukan pada tungkai menu normal dengan penekanan pada menu yang
bawah tepatnya pada tendon patella. Perawat sehat dan bergizi" (Tidak Tepat), karena ini
mengetuk tendon patella dengan refleks hammer dan merupakan pernyataan yang benar yang harus
respon yang muncul yaitu ekstensi tungkai bawah. dilakukan pasien saat dirumah. Dengan
Apabila respon tersebut tidak muncul maka disebut mengkonsumsi makanan yang bergizi dapat
refleks patella negatif. menunjang kesehatan pasien.
 Option Refleks Babinsky Negatif (Tidak Tepat),  Option "Saya dapat melakukan latihan pernapasan
karena pada Refleks Babinsky Negatif, ditemukan dan batuk efektif untuk mempertahankan jalan napas
respon fleksi jari-jari dan penarikan tungkai. tetap terbuka" (Tidak Tepat) karena ini merupakan
 Option Refleks Patella Positif (Tidak Tepat) karena pernyataan yang benar yang harus dilakukan pasien
pemeriksaan refleks ini dilakukan pada tungkai saat dirumah. Dengan sering berlatih batuk efektif,
bawah tepatnya pada tendon patella yang kalau makan dapat mempertahankan kepatenan jalan napas
positif ditandai dengan adanya ekstensi tungkai pasien.
bawah.  Option "Saya harus menggunakan masker pada saat
interaksi dengan orang lain untuk menjaga penularan
penyakit" (Tidak Tepat), karena ini merupakan
Soal 39 pernyataan yang benar yang harus dilakukan pasien
Seorang perempuan (16 tahun) dirawat di RS saat dirumah. Dengan menggunakan masker selama
dengan TB paru sejak seminggu yang lalu. Klien berinteraksi di rumah, merupakan suatu tindakan
direncanakan pulang hari ini. Perawat sedang protektif untuk pasien sendiri maupun keluarga dan
memberikan informasi kepada pasien dan orang lain yang berinteraksi dengan pasien.
keluarga untuk persiapan pulang. Manakah
pernyataan pasien berikut yang menunjukkan Soal 40
bahwa pasien perlu informasi tambahan ? Seorang laki-laki (46 tahun) datang ke poli RS
a. "Saya akan banyak minum air hangat sesuai untuk melakukan pemeriksaan post op fraktur 1/3
toleransi untuk mengencerkan dahak" diafisis tibia dextra 4 bulan yang lalu. Hasil
b. "Saya dapat kembali makan makanan dengan pengkajian : tampak tulang menyambung tidak
menu normal dengan penekanan pada menu yang dalam posisi anatomis dan mengalami
sehat dan bergizi" pemendekan. Apakah masalah yang terjadi pada
pasien ?
a. Deformitas  Option Wheezing (Tidak Tepat) karena merupakan
b. Malunion bunyi seperti bersiul, terdengar selama inspirasi dan
c. Osteomyelitis ekspirasi, terjadi akibat penyempitan jalan napas.
d. Delayed union  Option Tidak ada bising usus (Tidak Tepat) karena
e. Nonunion ini biasanya terjadi pada kondisi obstruksi ileus.
Jawaban : B. Malunion  Option Peningkatan Bising Usus (Tidak Tepat)
karena ini biasanya terjadi pada pasien dengan diare.
Pembahasan :  Option Timpani (Tidak Tepat) adalah bunyi normal
Masalah yang terjadi pada pasien adalah Malunion. abdomen pada saat perkusi.
Malunion adalah keadaan dimana tulang
menyambung dalam posisi yang tidak anatomis, bisa Soal 42
sembuh dengan pemendekan, sembuh dengan Seorang klien (25 tahun) dirawat di RS dengan
angulasi, atau sembuh dengan rotasi. HIV AIDS sejak 5 hari yang lalu. Selama dirawat,
 Opsi Deformitas (Tidak Tepat) karena deformitas keluarga jarang menjenguk pasien, menolak untuk
merupakan bentuk yang abnormal dari ekstremitas kontak langsung dan enggan untuk menunggui
atau batang tubuh yang merupakan akibat dari pasien. Pasien merasa sedih dikucilkan keluarga
kelainan dan trauma pada sistem muskuloskeletal. dan menceritakan hal tersebut kepada perawat.
 Option Osteomyelitis (Tidak Tepat) karena Apakah tindakan yang tepat dilakukan perawat ?
osteomyelitis merupakan infeksi tulang yang a. Mendengarkan keluhan pasien
disebabkan oleh bakteri. b. Memberitahu pasien bahwa itu resiko dari
 Option Delayed Union (Tidak Tepat) karena penyakitnya
merupakan penyembuhan patah tulang yang c. Selalu menemani pasien
melebihi waktu yang diharapkan, hal ini berarti d. Meminta dokter untuk memeriksa kondisi pasien
bahwa proses terjadi lebih lama dari batas waktu e. Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang
yaitu umumnya 3-5 bulan. kondisi dan penularan penyakit pasien
 Option Nonunion (Tidak Tepat) karena merupakan Jawaban : E. Memberikan penjelasan kepada keluarga
keadaan dimana suatu proses penyembuhan patah tentang kondisi dan penularan penyakit pasien
tulang berhenti sama sekali dan penyembuhan patah
tulang tidak akan terjadi tanpa koreksi pembedahan. Pembahasan :
Tindakan perawat pada kasus tersebut adalah
Soal 41 Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang
Seorang laki-laki (47 tahun) dirawat di RS dengan kondisi dan penularan penyakit pasien.
perdarahan intra abdomen. Hasil pengkajian : Menurut UNAIDS, HIV dapat ditularkan melalui
pasien merasa mual, nyeri tekan abdomen (+), hubungan seksual, air mani, sekresi vagina, ASI dan
tekanan darah 100/80 mmHg, frekuensi nadi suntikan. Dan HIV tidak dapat tertular melalui udara,
85x/menit dan frekuensi napas 21x/menit. Perawat air, sentuhan fisik seperti berjabat tangan dan
akan melakukan auskultasi pada area abdomen. berpelukan, keringat, dan berbagi fasilitas umum.
Apakah hasil pemeriksaan yang tepat diperoleh Sehingga dengan memberikan penjelasan terkait
perawat ? penularan penyakit tersebut, keluarga dapat
a. Wheezing memahami dan tidak takut untuk berinteraksi dengan
b. Tidak ada bising usus pasien dengan alasan akan tertular. Dengan keluarga
c. Peningkatan Bising usus memahami tentang penularan penyakit maka keluarga
d. Penurunan bising usus dapat menunggui pasien dan pasien tidak merasa
e. Timpani dikucilkan oleh keluarga.
Jawaban : D. Penurunan bising usus Tinjauan Opsi Lainnya :
 Option Mendengarkan keluhan pasien (Tidak
Pembahasan : Tepat), karena dengan mendengarkan keluhan
Hasil pemeriksaan yang didapat perawat saat pasien saja, tidak dapat mengatasi mengatasi
auskultasi adalah Penurunan Bising Usus. masalah pasien.
Karena adanya cairan pada rongga abdomen  Option Memberitahu pasien bahwa itu resiko dari
menyebabkan tekanan intra abdomen meningkat dan penyakitnya (Tidak Tepat), karena hal tersebut dapat
mengganggu peristaltik usus, sehingga menyebabkan membuat pasien merasa lebih terkucilkan.
penurunan bising usus.  Option Selalu menemani pasien (Tidak Tepat)
karena apabila hal tersebut dilakukan perawat, akan
Tinjauan Opsi Lainnya : membuat pasien ketergantungan dengan perawat.
 Option Meminta dokter untuk memeriksa kondisi Pembahasan :
pasien (Tidak Tepat), karena hal tersebut tidak Prosedur Injeksi Intramuskular
berhubungan dengan kondisi fisik klien namun yang 1. Mengecek file (catatan medis/keperawatan)
bermasalah adalah psikologis pasien yang merasa 2. Menyiapkan alat.
dikucilkan oleh keluarga. 3. Memberikan salam dan memperkenalkan diri,
menjelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Soal 42 4. Menjelaskan tujuan tindakan
Seorang perempuan (48 tahun) dirawat di HCU 5. Menjaga privacy pasien
Bedah dengan trauma thorax. Hasil pengkajian 6. Membawa alat kedekat pasien
terdapat penumpukan sekret di mulut dan 7. Cuci tangan
terdengar suara nafas tambahan gurgling. Perawat 8. *Ambil obat dan masukkan kdalam spuit sesuai
sedang melakukan tindakan suction. Apakah dengan prinsip enam benar, kemudian letakkan
tindakan acianotik yang harus dilakukan dalam bak injeksi.
perawat ? 9. Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan*
a. Mengatur tekanan suction 100-120 mmHg 10.Pasang sarung tangan
b. Dilakukan kuraang dari 15 detik 11.Desinfeksi dengan kapas alkohol
c. Menarik selang suction dengan gerakan memutar 12.Lakukan penyuntikan
d. Kateter suction menutup total ETT 13.Lakukan penusukan dengan jarum dengan posisi
e. Kateter suction dimasukkan sampai ujung karina tegak lurus.
Jawaban benar: B 14.Setelah jarum masuk, lakukan aspirasi. Bila tidak
ada darah semprotkan obat secara perlahan hingga
Pembahasan : habis
Prinsip Melakukan Suction : 15.Jika terdapat darah, tarik kembali jarum dari kulit
a. Aseptik kemudian tekan tempat penusukan selama 2 menit.
• Alat steril Observasi adanya hematom atau memar.
• Cara Steril (standar precaution) 16.Setelah selesai, cabut jarum perlahan-lahan dengan
b. Atraumatik sudut yang sama ketika jarum dimasukan, sambil
• Kateter masuk tidak kasar melakukan penekanan dengan kapas alkohol.
• Kateter sampai ujung karina dan ditarik 1-2 cm 17.Jangan memasase area injeksi
• Dikeluarkan dengan cara memutar 18.Observasi keadaan pasien
• Tekanan suction 19.Bereskan alat-alat
Bayi : 60-80 mmHg 20.Buka sarung tangan
Anak : 80-100 mmHg 21.Cuci tangan
Dewasa : 100-120 mmHg 22.Evaluasi reaksi pasien saat dan setelah tindakan
*c. Acianotik dilakukan
• Dilakukan < 15 Detik 23.Membuat kontrak selanjutnya dan
• Kateter Suction tidak menutup total ETT mendokumentasikan tindakan keperawatan
• Oksigenisasi 100% sebelum dan sesudah tindakan* 24.Buat catatan dokumentasi

Soal 43 Soal 44
Seorang laki-laki (55 tahun) dirawat di bangsal Seorang perempuan (39 tahun) dirawat di bangsal
bedah dengan hernia scrotalis dextra. Pasien penyakit dalam dengan leukemia. Hasil pengkajian
mendapatkan therapy injeksi IM Duradryl 2cc/8 klin mengatakan merasa lemas dan sesak setelah
jam. Saat ini perawat telah menyiapkan obat beraktivitas. Perawat membantu pasien untuk
sesuai dengan prinsip enam benar Apakah memenuhi ADL. Apakah prinsip etik yang
prosedur tindakan selanjutnya yang tepat diterapkan oleh perawat?
dilakukan oleh perawat? a. Beneficience
a. Memeriksa tempat yang akan dilakukan b. Justice
penyuntikan c. Otonomi
b. Desinfeksi area penyuntikan d. Confidenciality
c. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin e. Nonmaleficience
d. Melakukan penusukan dengan jarum dengan posisi Jawaban benar : A
tegak lurus Soal 45
e. Memasang handscoon Seorang perempuan (54 tahun) dirawat di bangsal
Jawaban : A bedah dengan Ca. Mamae stage IV. Hasil
pengkajian pasien menangis dan mengeluh nyeri
dirasakan seperti terbakar, napas sesak dengan batuk disertai dahak. Sesak meningkat terutama
frekuensi 28x/menit pasien terpasang oksigen pada malam hari Pada hasil rontgen thorax : CTR
NRM 5 l/menit dan IVFD RL 20tt/menit. Dokter 60% dan tampak infiltrat pada kedua lapang paru.
menginstruksikan memberi morphin sulfat untuk Pasien mendapatkan terapi nebulizer. Perawat
mengendalikan nyeri Apakah yang harus sedang mengatur posisi pasien pada posisi semi
dilakukan perawat? fowler. Apakah prosedur tindakan selanjutnya
a. Mempersiapkan obat yang tepat dilakukan oleh perawat?
b. Menjelaskan efek obat yang akan diberikan kepada a. Menyambungkan selang ke kompresor
keluarga b. Menghidupkan mesin nebulizer
c. Berkolaborasi dengan dokter untuk c. Menambahkan obat dan aquadest kedalam
mempertimbangkan efek depresan dari obat nebulizer
d. Tidak melakukan instruksi dokter d. Memasang sungkup pada wajah pasien
e. Nilai ulang tand-tanda vital pasien e. Menganjurkan pasien untuk melakukan nafas
Jawaban : C dalam
Jawaban : C
Pembahasan :
Pada kasus pasien dengan Ca. Mamae stage IV Pembahasan :
menangis dan mengeluh nyeri dirasakan seperti Prosedur Terapi nebulizer
terbakar, napas sesak dengan frekuensi 28x/menit  Identifikasi pasien dan periksa instruksi dokter dan
pasien terpasang oksigen NRM 5l/menit, dokter rencana asuhan keperawatan.
menginstruksikan pemberian morphin sulfat sebagai  Pantau denyut jantung sebelum dan sesuadah terapi
analgetik. Dalam kasus seperti ini perawat harus pada pasien yang memakai obat bronkodilator
menerapkan prinsip akuntabilitas dengan cara  Jelaskan prosedur tindakan kepada pasien. Terapi ini
berkolaborasi dengan dokter untuk bergantung usaha pasien.
mempertimbangkan pemberian morpin sulfat untuk  *Posisikan pasien pada posisi duduk yang nyaman
mengendalikan nyeri hebat yang dapat beresiko atau posisi semi fowler.
memberikan efek depresan yang dapat menekan pusat  Tambahkan obat dan NaCl atau air steril sesuai dosis
pernapasan pasien (opsi jawaban C) yang diresepkan kedalam nebulizer.*
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa  Sambungkan selang ke kompressor
tindakan seorang profesional dapat dinilai dalam
 Hidupkan mesin nebulizer
situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali. Dalam
 Pasang sungkup pada wajah pasien untuk menutup
penerapannya perawat harus dapat menilai apakah
mulut dan hidung serta instruksikan pasien untuk
keputusan mencegah konsekwensi bahaya, tindakan
menarik napas dalam dan perlahan keluarkan lewat
ini bermanfaat, apakah keputusan ini adil, dan melihat
ulut. Tahan napas kemudian hembuskan beberapa
penting atau tidaknya pemberian tindakan tersebut
kali,
kepada pasien.
 Amati pengembangan dada untuk memastikan
Soal 46 pasien menarik napas dalam
Seorang perempuan (42 tahun) di rawat dengan  Instruksikan pasien untuk bernapas perlahan dan
leukemia. Saat ini perawat sedang memberikan dalam sampau semua obat habis dinebulisasi
tranfusi darah kemudian menjelaskan hal-hal  Setelah selesai terapi, anjurkan pasien untuk batuk
yang harus diperhatikan pasien saat dan setelah setelah beberapa tarikan napas dalam.
tranfusi diberikan. Apakah prinsip etik yang  Kaji respon pasien saat dan setelah tindakan
diterapkan oleh perawat? dilakukan
a. Justice  Buat catatan dokumentassi keperawatan
b. Non Malefecience
c. Confidenciality Soal 48
d. Beneficience Seorang laki-laki (65 tahun) dirawat di bangsal
e. Fidelity penyakit dalam dengan hematemesis melena.
Jawaban : (D) Beneficience Berdasarkan pengkajian tekanan darah 130/70
mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi napas
22x/menit, suhu 37,1 C. Pasien mengeluh lemas,
muntah darah 2x, konjungtiva anemis. Pasien
Soal 47 mendapatkan tranfusi PRC 1 kolf. Saat ini
Seorang laki-laki (46 tahun) dirawat dengan CHF perawat membawa produk darah dan alat ke
grade] II. Pasien mengatakan sesak nafas dan
dekat pasien. Apakah prosedur tindakan mendapatkan therapi cefriaxone 2x1 gr. Sebelum
selanjutnya yang tepat dilakukan oleh perawat? pemberian obat, perawat akan melakukan tes
a. Memastikan IV cath dalam keadaan paten alergi obat terlebih dahulu. Saat ini perawat telah
b. Memasang blood warmer pada tranfusi set memasang handscoon. Apakah prosedur tindakan
c. Memasukkan produk darah melalui tranfusi set selanjutnya yang tepat dilakukan oleh perawat?
d. Mencuci tangan a. Memilih area penusukan yang bebas dari tanda
e. Mengecek kembali tanda-tanda vital lesi, kekakuan, peradangan, atau rasa gatal
Jawaban : D b. Mengatur posisi lengan pasien
c. Desinfeksi area penusukan
Pembahasan d. Menarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm
Prosedur pemberian tranfusi darah dibawah area penusukan
 Mengecek catatan medis dan keperawatan. Kaji e. Masukkan jarum dibawah kulit dengan sudut 10-
jenis darah yang diberikan, golongan dan rhesus 15 derajat
darah pasien, jumlah kebutuhan pasien, Jawaban : A
kecepatas/lama pemberian, premedikasi.
 Menyiapkan alat. Pembahasan :
 Sebelum memberikan tranfusi, cocokkan kembali 1. Prosedur Injeksi Intradermal
persediaan darah dengan identitas pasien, golongan 2. Mengecek file (catatan medic/keperawatan)
dan rhesus darah, serta jenis darah yang diberikan 3. Menyiapkan alat
(pastikan dengan gelang identitas pasien, nomor 4. Memberikan salam dan memperkenalkan diri,
rekam medik, dan tanggal lahir pasien). memberitahu prosedur yang akan dilakukan
 Setelah data-data benar, lihat kembali catatan 5. Mengenalkan tujuan
perkembangan pasien berapa jumlah darah yang 6. Menjaga privacy pasien
dibutuhkan, kecepatan/lama pemberian 7. Membawa alat ke dekat pasien
 Memberikan salam dan memperkenalkan diri 8. Identifikasi pasien
 Menjaga privacy pasien 9. Verifikasi daftar alergi pada catatan pemberian
obat
 Menginformasikan prosedur dan tujuan tindakan
10.Cuci tangan
yang akan dilakukan
11.Siapkan obat sesuai denngan prinsip enam benar
 *Setelah persediaan darah ada, dekatkan alat ke
12.*Pasang sarung tangan
pasien
13.Pilih area penusukan yang bebas dari tanda lesi,
 Cuci tangan dan Memakai sarung tangan kekakuan, peradangan, atau rasa gatal*
 Mengecek kembali tanda-tanda vital 14.Atur posisi lengan pasien menghadap keatas
 Memastikan IV cath dalam keadaan baik 15.Bersihkan area penusukan dengan menggunakan
 Sebelum tranfusi dilakukan, masukkan cairan NaCl kapas alkohol
0,9% 25-50 cc dalam 15 menit 16.Pegang kapas alkohol dengan jari-jari tengah pada
 Memasukkan produk darah melalui tranfusi set tangan non dominan
 Pasang blood warmer jika ada, jika tidak ada 17.Buka tutup jarum dan tarik kulit kebawah kurang
patikan suhu produk darah sudah sama dengan lebih 2,5 cm dibawah area penusukan dengan
suhu tubuh normal. tangan nondominan.
 Buka sarung tangan dan Cuci tangan 18.Dengan bagian runcing jarum menghadap keatas
 Lakukan evaluasi 15 menit setelah tranfusi dan menggunakan tangan dominan, masukkan
dilakukan, lihat tanda-tanda alergi, tanda-tanda jarum tepat dibawah kulit dengan sudut 10-15
vital, keluhan pasien. derajat
 Setelah tranfusi selesai, pasang kembali cairan 19.Pada saat jarum sudah masuk, masukkan jarum
infus Nacl 0,9% sebanyak 50-100 ml selama 30 sekitar 0,3 cm
menit. 20.Lakukan aspirasi dengan tangan dominan menahan
 Rapikan alat-alat barel dari spuit dan tangan dominan menahan barel
 Cuci tangan dari spuit dan tangan dominan menarik plunger
 Kaji respon pasien setelah tindakan dilakukan, 21.Observasi adanya darah pada spuit. Jika tidak ada
lihat tanda-tanda phlebitis dan hematoma, cek injeksikan obat secara perlahan sambil
tanda-tanda alergi dan tanda-tanda vital. memperhatikan terbentuknya gelembung kecil
pada kulit.
Soal 49 22.Jika terdapat darah, tarik kembali jarum dari kulit,
Seorang laki-laki (42 tahun) dirawat di bangsal tekan tempat penusukan selama 2 menit. Observasi
paru dengan bronkopneumonia. Pasien
adanya hematom atau memar, jika perlu berikan 11.d. Periksa jika masih ada udata di dalam selang.
plester. Jika ada, selang infus diregangkan dan selang
23.Tarik jarum pada sudut yang sama dengan sudut dijentik dari bawah ke atas.
saat memasukkan jarum. 12.Pilih vena yang akan dipasang
24.Bersihkan darah jika ada secara perlahan dengan 13.Pasang perlak pengalas dibawah vena yang akan
mengusap kapas alkohol. dipasang
25.Jangan masase area injeksi 14.Dekatkan bengkok dan kapas alkohol di dekat
26.Mengobservasi keadaan pasien pasien
27.Membereskan alat-alat 15.*Pasang torniquet 10-15 cm diatas daerah
28.Buka sarung tangan penusukan dan minta pasien untuk mengepalkan
29.Mengevaluasi reaksi pasien dan cuci tangan tangan.
30.Membuat kontrak selanjutnya dan 16.Pasang handscoon steril*
mendokumentasikan tindakan keperawatan 17.Desinfeksi area yang akan ditusuk dengan kapas
31.Buat catatan dokumentasi alkohol
18.Tusukkan Iv cath pada vena dengan sudut 15
Soal 50 dengan lubang jarum menghadap keatas
Seorang perempuan (50 tahun) dirawat di bangsal 19.Bila IV cath sudah masuk vena, darah akan terlihat
HCU bedah hari ke 5. Siang ini perawat akan pada pangkal iv cath, tarik jarum sambil
mengganti lokasi penusukan infus pada pasien mendorong iv cath kedalam vena semuanya.
karena terjadi plebitis. Saat ini perawat telah 20.Tekan bagian atas vena penusukan, buka torniquet
memasang torniquet diatas area penusukan dan dan kepalan tangan pasien. Cabut jarum IV cath,
meminta pasien mengepalkan tangan. Apakah sambungkan dengan infus set, alirkan cairan
prosedur tindakan selanjutnya yang tepat dengan membua kontrol atau klem dengan
dilakukan oleh perawat? perlahan.
a. Memasang handscoon steril 21.Amati kelancaran cairan dan edema, jika ada
b. Desinfeksi area yang akan ditusuk dengan kapas edema maka lepas infus dan area penusukkan
alkohol dipindahkan.
c. Melakukan penusukkan Iv cath pada vena dengan 22.Tutup area penusukkan dengan kassa yang telah
sudut 15 derajat diberi bethadin
d. Memasng perlak dan pengalas 23.Fiksasi IV cath dengan plester dengan cara
e. Mendekatkan peralatan ke dekat pasien menyilang dan alasi bagian bawah pangkal IV cath
Jawaban : A dengan kassa steril yang dipotong setengah bagian,
sambungan IV cath dengan selang infus diplesster
Pembahasan : dan ditutuup dengan kassa, beri plester.
Prosedur Pemasangan infus 24.Atur tetesan cairan infus sesuai dengan yang
1. Mengecek File (catatan medic/keperawatan) ditentukan.
2. Menyiapkan alat 25.Botol cairan ditulis : jam emberian dan jumlah
3. Memberi salam dan memperkenalkan diri, tetesan.
memberitahu prosedur yang akan dilakukan 26.Plester ditas kassa ditulis tanggal peasangan infus
4. Mengenalkan tujuan : mempertahankan terapi 27.Rapikan alat
cairan IV 28.Buka handscoon, cuci tangan.
5. Menjaga privacy pasien 29.Mengevaluasi reaksi pasien, komunikasi prosedur
6. Bawa alat ke dekat pasien telah selesai dilaksanakan
7. Cuci tangan 30.Jelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dan
8. Siapkan standart infus di sebelah pasien dibagian dilaporkan pasien/keluarga kepada petugas
yang akan di infus, dengan tinggi 90 cm dari 31.Membuat kontrak selanjutnya dan dokumentasikan
tempat tidur tindakan, jenis caian, jumlah tetesan, waktu dengan
9. b. Buka set infus, periksa kelengkapan dan jelas
fungsi bagian-bagiannya, letakkan kontrol 1/3 atas
selang dan tutup klemnya Soal 51
10.c. Hubungkan infus set dengan botol cairan, Seorang perempuan (46 tahun) dirawat di RS
gantung cairan pada tiang infus, isi tabung kotrol dengan stroke hemoragik . Hasil pengkajian :
½ bagian, keluarkan udara dari selang dengan tekanan darah 220/120 mmHg, pupil isokor
mengalirkan cairan sambil menaikkan ujung atas 2mm/2mm dan GCS 15. Pasien terpasang NGT
selang, dengan tidak membuka jarum infus set, dan mendapatkan diit MC entrasol 4x 250 cc. Saat
kemudian tutup klem. ini, perawat sedang memberikan diit pasien
kemudian mengklem kateter tip setelah diit tindakan selanjutnya yang tepat dilakukan
hampir habis. Apakah prosedur tindakan perawat?
selanjutnya yang tepat dilakukan perawat ? a. Mendorong pipa pelan-pelan
a. Mencuci tangan b. Memasang plester pada mulut pasien
b. Meninggikan selang NGT c. Memonitor frekuensi napas pasien
c. Membilas selang NGT dengan air putih d. Mengevaluasi adanya refleks muntah
d. Mempertahankan posisi semi fowler e. Mengevaluasi suara napas tambahasn
e. Memastikan posisi NGT Paten Jawaban benar : A
Jawaban benar : C
Pembahasan :
Pipa orofaring/oropharingeal airways digunakan untuk
mempertahankan jalan napas tetap terbuka dan
Pembahasan : menahan pangkal lidah agar tidak jatuh ke belakang
Prosedur memberi makanan melalui nasogastik tube yang dapat menutup jalan napas terutama untuk
1. Mengecek catatan medis/keperawatan pasien pasien-pasien tidak sadar.
2. Menyiapkan alat Prosedur pemasangan pipa orofaring
3. Memberikan salam dan memperkenalkan diri 1. Buka mulut pasien (chin lift/ gunakan ibu jari dan
4. Memvalidasi identitas pasien telunjuk)
5. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan, tujuan 2. Siapkan pipa orofaring yang tepat ukurannya
dan prosedur tindakan 3. Bersihkan dan basahi agar licin
6. Menjaga privacy pasien 4. Arahkan lengkungan menghadap ke langit-langit
7. Dekatkan alat (ke palatum molle)
8. Cuci tangan 5. Masukan separuh, putar lengkungan mengarah
9. Posisikan pasien semi fowler 30-45’ bila kebawah lidah
memungkinakan 6. Dorong pelan-pelan sampai posisi tepat
10.b. Memasang alas di dada pasien 7. Yakinkan lidah sudah tertopang pipa orofaring.
11.c. Memeriksa tanda batas pemasangan NGT Lalu lihat, dengar, dan raba pernapasan.
12.d. Memastikan posisi NGT tepat dengan
mengaspirasi cairan lambung dan mendengarkan Soal 53
gurgling dan mengecek residu. Seorang perempuan (52 tahun) dirawat di bangsal
13.Bilas NGT dengan air putih + 20 cc bedah dengan ulkus diabetikum. Perawat
14.Memasukkan makanan cair sesuai kebutuhan ke berencana akan melakukan perawatan luka pada
spuit 50 cc/ catheter tip 50 cc yang telah pasien. Saat ini, perawat telah memakai handscoon
dihubungkan dengan selang NGT dengan steril. Apakah prosedur tindakan selanjutnya
ketinggian 30-40 cm, biarkan makanan mengalir yang tepat dilakukan perawat ?
sesuai gravitasi. a. Menbuka set perawatan luka
15.*Klem NGT sebelum makanan benar-benar habis b. Membersihkan luka dengan NaCl 0,9%
pada catheter tip. c. Mengangkat jaringan nekrotik
16.Bilas selang NGT dengan air minum + 30-50 cc, d. Membersihkan daerah sekitar luka
lalu klem kembali NGT* e. Memasukkan kassa steril dan cairan pembersih
17.Rapikan pasien dan pertahankan posisi semi fowler luka
dalam 1-2 jam setelah makan Jawaban Benar : B
18.Merapikan alat-alat
19.Cuci tangan Pembahasan :
20.Evaluasi respon pasien saat dan setelah tindakan Prosedur Perawatan luka kotor
dilakukan. 1. Cuci tangan dan pakai APD sesuai kebutuhan
21.Buat catatan dokumentasi keperawatan. 2. Dekatkan alat pada pasien
3. Letakkan bengkok di dekat luka pasien
Soal 52 4. Pasang perlak dan pengalas di bawah lokasi luka
Seorang perempuan (45 tahun) dilarikan ke IGD 5. Pasang handscoon bersih dan buka balutan luka
dengan penurunan kesadaran. Hasil pengkajian : dengan pinset anatomi bersih, jika balutan kering
terdengar suara snoring, frekuensi napas basahi dengan NaCl 0,9% dan kaji kondisi luka
32x/menit, dan GCS 10. Perawat sedang 6. Masukkan bekas balutan luka ke dalam bengkok
membebaskan jalan napas dengan pipa orofaring dengan melipat ke arah dalam
dan saat ini, perawat memutar lengkungan pipa 7. Masukkan pinset yang telah digunakan ke dalam
mengarah ke bawah lidah. Apakah prosedur bengkok berisi larutan desinfektan
8. Lepaskan handscoon kotor Berdasarkan pengkajian masalah utama pada pasien
9. Buka set perawatan luka, masukkan kassa steril adalah gangguan pola tidur (opsi b). Gangguan pola
dan cairan yang akan digunakan tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu
10.Pasang handscoon steril tidur akibat faktor eksternal (SDKI, 2017).
11.Bersihkan luka dengan NaCl 0,9% dengan satu  Opsi jawaban a “Resiko intoleransi aktivitas” tidak
arah atau sirkuler dari dalam ke luar tepat : Resiko intoleransi aktivitas adalah beresiko
12.Untuk luka kotor yang berongga dan berpus, mengalami ketidakcukupan energi untuk melakukan
bersihkan dengan H2O2 3% secara irigasi (tidak aktivitas sehari-hari (SDKI, 2017). Tidak ada data
dilakukan pada luka yang sudah yang menunjukkan klien memiliki faktor resiko
memerah/granulasi) mengalami intoleransi aktivitas.
13.Angkat/gunting jaringan yang sudah nekrotik  Opsi jawaban c “Intoleransi aktivitas” tidak tepat.
sampai batas jaringan yang sehat  Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi
14.Lakukan penekanan, bila perlu pada daerah untuk melakukan aktivitas sehari-hari (SDKI,
pinggir/sekitar luka untuk mengeluarkan 2017) . Pada pasien kelelahan disebabkan istirahat
eksudat/pus yang tidak cukup, bukan karena pengaruh fisiologis
15.Luka yang dibersihkan dengan H2O2 3%, bilas tubuh yang tidak toleransi dengan peningkatan
kembali dengan NaCl 0,9% aktivitas.
16.Bersihkan daerah di sekitar luka dengan kassa  Opsi jawaban d “Gangguan rasa nyaman” tidak
yang diberi antiseptik tepat. Gangguan rasa nyaman adalah perasaan
17.Untuk merangsang pertumbuhan jaringan, sebelum kurang senang, lega dan sempurna dala, dimensi
luka ditutup dapat ditambahkan growth factor fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial (SDKI,
(amnion, oxoferin, dll). 2017).
18.Tutup luka dengan kassa + NaCl 0,9% (kassa  Opsi jawaban e “Deprivasi tidur” tidak tepat.
lembab, tidak basah) sesuai dengan ukuran luka Deprivasi tidur adalah periode panjang tanpa tidur
19.Tambahkan kassa kering satu lapis di atas kassa atau berhentinya kesadaran relatif secara periodik
lembab dan berlangsung alami)) (NANDA, 2015).
20.Balut luka dengan verban dan tambahkan balutan
elastis jika diperlukan Soal 55
21.Komunikasikan dengan klien bahwa perawatan Seorang laki-laki (25 tahun) dirawat dengan
luka telah selesai dilakukan dan jelaskan kondisi Gastroenteritis akut sejak 2 hari yang lalu. Hasil
luka pengkajian : pasien mengatakan badan terasa
22.Anjurkan menjaga kebersihan sekitar luka lemah, bibir tampak kering, turgor kulit jelek,
23.Bereskan alat-alat, lepaskan APD dan cuci tangan tekanan darah 100/80 mmHg, frekuensi nadi
24.Dokumentasikan perawatan luka secara lengkap 92x/menit teraba lemah, suhu tubuh 36,8 C.
(kondisi luka : luas luka, warna, bau, eksudat) Apakah masalah keperawatan yang tepat?
a. Hipovolemia
Soal 54 b. Diare
Seorang laki-laki (62 tahun) memeriksakan c. Resiko syok
kesehatannya ke puskesmas. Klien mengeluh d. Defisit nutrisi
badan terasa lelah, sudah seminggu hanya tidur e. Resiko ketidakseimbangan cairan
beberapa jam per hari dan sering terbangun. Jawaban benar : A
Keluhan dirasakan sejak pembangunan pabrik di
lingkungan tempat tinggal klien. Apakah masalah Pembahasan
keperawatan yang tepat? Data Subjektif: Badan lemah
a. Resiko intoleransi aktivitas Data objektif :
b. Gangguan pola tidur  Mukosa bibir kering
c. Intoleransi aktivvitas
 Turgor kulit jelek
d. Gangguan rasa nyaman
 Tekanan darah 100/80 mmHg
e. Deprivasi tidur
Jawaban benar : B  Frekuensi nadi 92x/menit
 Nadi teraba lemah
Pembahasan :  Suhu tubuh 36,8 C
Data fokus pengkajian : klien mengeluh badan terasa Berdasarkan hasil pengkajian maka masalah utama
lelah, sudah seminggu hanya tidur beberapa jam dan pada pasien adalah Kekurangan Volume Cairan.
sering terbangun, dirasakan sejak ada pembangunan Hipovolemia atau kekurangan Volume Cairan adalah
pabrik di lingkungan tempat tinggal klien.
penurunan volume cairan intravaskular, interstitial,  Opsi jawaban a “Berat badan lebih” tidak tepat.
dan atau intraselular (SDKI, 2017). Berat badan lebih merupakan akumulasi lemak
 Opsi jawaban b “Diare” tidak tepat. Diare adalah berlebih atau abnormal yang tidak sesuai dengan
pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak usia dan jenis kelamin (SDKI, 2017). Diagnosis ini
berbentuk (SDKI, 2017). Pada pengkajian tidak ditegakkan apabila IMT >25 Kg/m2
ditemukan masalah frekuensi dan konsistensi feses  Opsi jawaban c “Defisit pengetahuan” tidak tepat.
yang menjelaskan diare yang dialami pasien. Defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau
 Opsi jawaban c “Risiko syok” tidak tepat. Resiko kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan
syok adalah keadaan dimana pasien beresiko topik tertentu. Tidak ada data yang menunjukkan
mengalami ketidakcukupan aliran darah ke jaringan kekeliruan atau kurangnya informasi pada klien.
tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler  Opsi jawaban d “Resiko berat badan lebih” tidak
yang mengancam jiwa (SDKI, 2017). tepat. Resiko berat badan lebih adalah beresiko
 Opsi jawaban d “Defisit nutrisi” tidak tepat. Defisit mengalami akumulasi lemak berlebih atau abnormal
nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk yang tidak sesuai dengan usia dan jenis kelamin.
memmenuhi kebutuhan metabolisme (SDKI, 2017). Pada kasus klien akutal mengalami obesitas.
Tidak ada data yang menunjukkan penurunan berat  Opsi jawaban e “Intoleransi aktivitas” tidak tepat.
badan dan penurunan asupan nutrisi pada pasien. Intoleransi aktivitas merupakan ketidakcukupan
 Opsi jawaban e “Resiko ketidakseimbangan cairan” energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari (SDKI,
tidak tepat. Resiko ketidakseimbangan cairan adalah 2017). Pada kasus tidak ada data yang menunjukkan
keadaan pasien beresiko mengalami penurunan, klien mengeluh lelah/sesak setelah berktivitas.
peningkatan atau percepatan perpindahan cairan dari
intravaskuler, interstitial atau intraselular (SDKI,
2017). Pada kasus masalah kekurangan volume
cairan sudah aktual terjadi. Soal 57
Seorang laki-laki(42 tahun) dirawat di bangsal
Soal 56 bedah dengan BPH. Hasil pengkajian : pasien
Seorang perempuan (37 tahun) datang ke mengeluh kandung kemih terasa penuh, nyeri saat
puskesmas untuk memeriksakan kesehatannya. buang air kecil dan urin menetes, saat palpasi
Hasil pengkajian : tekanan darah 130/80 mmHg, teraba distensi pada area supra pubik, tekanan
tinggi badan 160 cm dan berat badan 80 Kg. darah 130/80 mmHg, frekuensi nadi 84x/menit dan
Pasien mengatakan sulit mengendalikan nafsu suhu tubuh 36,5 C. Apakah masalah keperawatan
makan dan jarang olahraga serta beraktivitas yang tepat ?
berat karena sulit bergerak.Apakah masalah a. Nyeri akut
keperawatan yang tepat? b. Gangguan eliminasi urin
a. Berat badan lebih c. Gangguan rasa nyaman
b. Obesitas d. Retensi urin
c. Defisit pengetahuan e. Inkontinensia urin refleks
d. Resiko berat badan lebih Jawaban benar : D
e. Intoleransi aktivitas
Jawaban benar : Pembahasan
BPH (Benigna Prostat Hiperplasia) merupakan suatu
Pembahasan : keadaan dimana kelenjar prostat membesar,
Data Objektif : memanjang keatas kedalam kandung kemih dan
Tinggi badan 160 cm menyumbat aliran urin dengan menutupi orifisium
Berat badan 80 KG uretra (Brunner & suddarth, 2005). Pembesaran
IMT = 80/(1,6x1,6)= 31,25 Kg/M2 prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga
Data Subjektif : perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara
Klien mengatakan sulit menahan nafsu makan dan perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi
jarang berolahraga dan aktivitas berat lainnya. pembesaran prostat, resistensi pada leher buli-buli dan
Berdasarkan data tersebut maka masalah utama pada daerah prostat meningkat, serta otot detrusor menebal
pasien adalah Obesitas. Obesitas merupakan dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau
akumulasi lemak berlebih atau abnormal yang tidak divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut fase
sesuai dengan usia dan jenis kelamin, serta melampaui kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka
kondisi berat badan lebih (overweight) (SDKI, 2017). detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami 13
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk
berkontraksi sehingga terjadi retensio urin yang
selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan Data objektif :
disfungsi saluran kemih atas (Mansjoer, 2008)  Pasien mengeluh perut terasa tidak nyaman,
 4 hari tidak ada buang air besar
Data fokus pengkajian : pasien dengan BPH mengeluh  Tidak ada mual dan muntak
nyeri saat buang air kecil dan urin menetes, terdapat Data objektif : peristaltik usus menurun.
distensi pada area supra pubik. Bedasarkan hasil
pengkajian, maka masalah keperawatan utama pada Berdasarkan data tersebut maka masalah keperawatan
pasien adalah Retensi urin (opsi jawaban d). Retensi utama pada pasien adalah konstipasi (Opsi jawaban
urin adalah pengosongan kandung kemih yang tidak b). Konstipasi adalah penurunan defekasi normal yang
lengkap (SDKI, 2017). disertai pengeluaran feses sulit dan tidak tuntas serta
 Opsi jawaban a “Nyeri akut” Kurang tepat. Nyeri feses kering dan banyak (SDKI, 2017).
akut merupakan pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan  Opsi jawaban a “Disfungsi motilitas
aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau gastrointestinal” tidak tepat. Disfungsi motilitas
lambat dan berintensitas ringan hingga berat, gastroitestinal peningkatan, penurunan, tidak efektif
berlangsung kurang dari 3 bulan (SDKI, 2017). atau kurangnya aktivitas peristaltik gastrointestinal
Hasil pengkajian pasien ditemukan keluhan nyeri, (SDKI, 2017). Pada pasien telah aktual mengalami
namun data ini belum adekuat untuk menegakkan konstipasi.
diagnosis nyeri akut.  Opsi jawaban c “inkontinensia fekal” salah.
 Opsi jawaban b “Gangguan eliminasi urin” kurang Inkontinensia fekal adalah perubahan kebiasaan
tepat. Gangguan eliminasi urin adalah disfungsi buang air besar dari pola normal yang ditandai
eliminasi urin (SDKI, 2017). Diagnosis ini denga pengeluaran feses secar involuner (tidak
ditegakkan jika perawat belum berhasil disadari) (SDKI, 2017). Tidak ada data yang
mengidentifikasi faktor penyebab gangguan menunjukkan pasien tidak mampu mengontrol
eliminasi. Pada kasus, dapat ditemukan data pengeluaran feses.
penyebab retensi urin pada pasien.  Opsi jawaban d “Hipovolemia” salah. Hipovolemia
merupakan penurunan cairan intravaskular,
 Opsi jawaban c “Gangguan rasa nyaman” tidak interstitial, dan/atau intraselular (SDKI, 2017).
tepat. Gangguan rasa nyaman adalah perasaan Tidak ada data yang menunjukkan tada dan gejala
kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi kekurangan cairan pada pasien.
fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial (SDKI,  Opsi jawaban e “gangguan rasa nyaman” kurang
2017). Diagnosis ini digunakan jika rasa tepat. Gangguan rasa nyaman adalah perasaan
ketidaknyamanan pasien timbul tanpa adanya kurang senang, lega, dan sempurna dalam dimensi
kerusakan jaringan. fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial (SDKI,
 Opsi jawaban e “Inkontinensia urin refleks” tidak 2017). Masalah keperawatan ini dapat diteggakkan
tepat. Inkontinensia urin refleks adalah pengeluaran dengan data keluhan tidak nyaman pada pasien,
urin yang tidak terkendali pada saat volume kandung namun bukan merupakan masalah keperawatan
kemih tertentu tercapai (SDKI, 2017). Hasil utama.
pengkajian pasien tidak menunjukkan pengeluaran
urin yang tidak terkendali. Soal 59
Seorang laki-laki (58 tahun) dirawat di bangsal
Soal 58 paru dengan emfisema. Hasil pengkajian : pasien
Seorang laki-laki (52 tahun) datang memeriksakan mengeluh sesak dan sulit mengeluarkan napas
kesehatan ke puskesmas. Hasil pengkajian : pasien dengan frekuensi 28x/menit, tampak adanya
mengeluh perut terasa tidak nyaman, sudah 4 hari retraksi sternokleidomastoid dan kebiruan pada
tidak ada buang air besar, peristaltik usus ujung jari. Apakah masalah keperawatan yang
menurun, tidak ada mual dan muntah. Apakah tepat?
masalah keperawatan utama yang tepat ? a. Perfusi perifer tidak efektif
a. Disfungsi motilitas gastrointestinal b. Gangguan pertukaran gas
b. Konstipasi c. Pola napas tidak efektif
c. Inkontinensia fekal d. Bersihan jalan napas tidak efektif
d. Kekurangan volume cairan e. Intoleransi aktivitas
e. Gangguan rasa nyaman Jawaban benar : C
Jawaban Benar : B
Pembahasan :
Pembahasan
Emfisema merupakan gangguan pengembangan paru- c. Gangguan ventilasi spontan
paru yang ditandai oleh pelebaran ruang udara di d. Bersihan jalan napas tidak efektif
dalam paru-paru disertai destruksi jaringan. Menurut e. Resiko aspirasi
Brunner & Suddarth (2002), Emfisema didefinisikan Jawaban benar : C
sebagai distensi abnormal ruang udara di luar
bronkiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli. Pembahasan :
Data fokus pengkajian: Myasthenia gravis merupakan gangguan yang
Data objektif : mempengaruhi transmisi neuromuskular pad otot
 Pasien mengeluh sesak dan sulit mengeluarkan tubuh yang kerjanya dibawah kesadaran seseorang
napas, (volunteer). Karakteristik yang muncul berupa
 Penggunaan otot bantu napas kelemahan yang berlebihan dan umumnya terjadi
Data objektif kelelahan pada otot-otot volunter dan hal ini
 Kebiruan pada ujung jari dipengaruhi oleh fungsi saraf kranial (Brunner &
Berdasarkan hasil pengkajian maka masalah utama Suddarth, 2002).
yang ditegakkan adalah pola napas tidak efektif (Opsi Patologi utama kelainan MG adalah ketidakmampuan
c). Pola napas tidak efektif adalah inspirasi dan/atau menyebarkan rangsang saraf ke otot skeletal pada
ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat neuromuskular junction, kelainan terlihat akibat
(SDKI, 2017). kekurangan Ach yang dilepaskan dari terminal
 Opsi jawaban a “Perfusi perifer tidak efektif” kurang membran sebelum sinaps atau karena adanya
tepat. Perfusi perifer tidak efektif adalah penurunan penurunan jumlah normal reseptor Ach. Kemungkinan
sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat diakibatkan adanya cedera pada autoimmune.
mengganggu metabolisme tubuh (SDKI, 2017). Hasil pengkajian : pasien mengeluh sesak napas
Untuk menegakkan diagnosis ini dibutuhkan data dengan frekuensi napas 34x/menit, terdapat
pengisian kapiler >3 dtk dan penurunan nadi perifer. penggunaan otot bantu napas, pCO2 48 mmHg dan
 Opsi jawaban b “gangguan pertukaran gas” kurang pO2 70 mmHg. Berdasarkan data tersebut maka
tepat. Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan masalah utama pada pasien adalah Gangguan ventilasi
atau kekurangan oksigenasi dan/ atau eliminasi spontan (Opsi jawaban c). Gangguan ventilasi spontan
karbondioksida pada membran alveolus-kapiler adalah penurunan cadangan energi yang
(SDKI, 2017). Pada kasus tidak ada data yang mengakibatkan individu tidak mampu bernapas secara
penunjukkan peningkatan PCO2, penurunan pO2 adekuat (SDKI, 2017). Kata kunci masalah
dan perubahan pH arteri. diangkatkannya diagnosis ini : dispnea, PCO2
 Opsi jawaban d “Bersihan jalan napas tidak efektif” meningkat, PO2 menurun, SaO2 menurun dan
tidak tepat. Bersihan jalan napas tidak efektif adalah penggunaan otot bantu napas.
ketidakmampuan membersihkan sekret atau  Opsi jawaban a “Gangguan pertukaran gas” kurang
obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan tepat. Gangguan pertukaran gas : Kelebihan atau
napas tetap paten (SDKI, 2017). Pada pengkajian kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi
tidak ditemukan data obstruksi jalan napas dan karbondioksida pada membran alveolus-kapiler.
pasien tidak mampu mengeluarkan dahaknya. Diagnosis ini ditegakkan dengan data dispnea,
 Opsi jawaban e “Intoleransi aktivitas” tidak tepat. hiperkapnia/ hiperkarbia, hipoksemia, pH arteri
Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi abnormal dan kadar karbon dioksida abnormal.
untuk melakukan ativitas sehari-hari. Pada kasus Diagnosis ini ditegakkan jika terjadi abnormalitas
keluhan sesak pada klien bukan disebabkan oleh nilai AGD darah khususnya nilai pH darah arteri.
aktivitas.  Opsi jawaban b “Pola napas tidak efektif” kurang
tepat. Pola napas tidak efektif itu secara definitif
Soal 60 merupakan Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak
Seorang perempuan (48 tahun) dirawat di RS memberikan ventilasi adekuat. (SDKI, 2016). Pada
dengan myastenia gravis. Hasil pengkajian : pengkajian sesak napas juga dipicu dengan adanya
tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi nadi peningkatan pCO2 dan penurunan PO2 gas darah
92x/menit, frekuensi napas 34x/menit, terdapat arteri.
penggunaan otot bantu napas. Hasil AGD : pH  Opsi jawaban d “Bersihan jalan napas tidak efektif”
arteri 7,35; pCO2 48 mmHg; HCO3 24; pO2 70 tidak tepat. Bersihan jalan napas tidak efektif itu
mmHg dan Sa02 90%. Apakah masalah secara definitif merupakan Ketidakmampuan untuk
keperawatan yang tepat ? membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas
a. Gangguan pertukaran gas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.
b. Pola napas tidak efektif (SDKI, 2016). Pada pengkajian tidak ditemukan data
berupa batuk tidak efektif dan ketidakmampuan
klien mengeluarkan sekret jalan napas dan/atau Tidak ada data yang menunjukkan pola istirhat
produksi sputum berlebihan. pada pasien
 Opsi jawaban e “Resiko aspirasi” kurang tepat.  Opsi jawaban e “Gangguan mobilitas fisik” tidak
Resiko Aspirasi : Berisiko mengalami masuknya tepat. Gangguan mobilitas fisik adalah
sekresi gastrointestinal, sekresi orofaring benda keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau
cair/padat ke dlm saluran trakheobronkhial akibat lebih ekstremitas secara mandiri (SDKI, 2017).
disfungsi mekanisme protektif saluran nafas (SDKI, Hasil pengkajian tidak ada data yang menunjukkan
2016). Diagnosis ini dapat ditegakkan namun bukan gangguan mobilisasi pada ekstremitas pasien.
merupakan masalah utama pada pasien.

Soal 61
Seorang perempuan (54 tahun) dirawat di bangsal
jantung dengan CHF grade 2. Hasil pengkajian :
pasien mengeluh badan terasa lemah dan sesak
napas setelah berjalan dari kamar mandi, tekanan
darah 110/80 mmHg, frekuensi nadi 108x/menit
dan frekuensi napas 26x/menit. Apakah masalah
keperawatan yang tepat ?
a. Penurunan curah jantung
b. Perfusi perifer tidak efektif
c. Keletihan
d. Intoleransi aktivitas
e. Gangguan mobilitas fisik
Jawaban benar : D

Pembahasan :
Congestif heart failure (CHF) adalah keadaan
patologis berupa kelainan fungsi jantung sehingga
jantung tidak mampu memompa darah yang adekuat
untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan
nutrisi (Brunner &Suddarth, 2002).
Hasil pengkajian : pasien mengeluh badan terasa
lemah dan sesak napas setelah berjalan dari kamar
mandi, tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi nadi
108x/menit dan frekuensi napas 26x/menit.
Berdasarkan data maka masalah utama pada pasien
adalah intoleransi aktivitas (opsi d). Intoleransi
aktivitas adalah ketidakcukupan energi untuk
melakukan aktivitas sehari-hari (SDKI, 2017).

 Opsi jawaban a “Penurunan curah jantung” tidak


tepat. Penurunan curah jantung adalah
ketidakadkuatan jantung memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metbolisme tubuh (SDKI,
2017). Data hasil pengkajian belum cukup
menunjukkan adanya penurunan dalam fungsi
jantung.
 Opsi jawaban b “Perfusi perifer tidak efektif” tidak
tepat. Adalah penurunn sirkulasi darah pada level
kapiler yang dapat mengganggu metabolisme
tubuh (SDKI, 2017). Tidak ada data yang
menunjukkan penurunan sirkulasi perifer pada
pasien.
 Opsi jawaban c “Keletihan” tidak tepat. Keletihan
adalah penurunan kapasitas kerja fisik dan mental
yang tidak pulih dengan istirahat (SDKI, 2017).

Anda mungkin juga menyukai