Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Blok Neuro-muskulo-skeletal adalah blok kesembilan pada semester III
dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan
tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk menghadapi tutorial yang
sebenarnya pada kesempatan yang akan datang. Penulis kali ini memaparkan
kasus yang diberikan mengenai “ Cek Nona, 56 tahun, ibu rumah tangga, datang
ke tempat praktek dokter keluarga dengan keluhan utama bengkak pada lutut
kanan disertai nyeri sejak 2 minggu yang lalu. Saat ini nyeri tetap dirasakan
walaupun dalam keadaan istirahat. Sejak 3 bulan yang lalu, pasien mengeluh nyeri
pada lutut kanan yang lebih terasa ketika beraktivitas dan lutut terasa kaku selama
kurang dari setengah jam terutama sewaktu bangun tidur pada pagi hari dan
menetap sepanjang hari. Riwayat keluarga menderita penyakit yang sama ada,
yaitu ibunya. Cek Nona sebelumnya Sering berobat ke dokter karena keluhan
yang sama. Ia juga mengkonsumsi obat-obatan yang dibeli di warung bila nyeri
terasa. Cek Nona sering mengkonsumsi makanan seperti jeroan. Cek Nona
menyangkal riwayat trauma sebelumnya.

Pemeriksaan fisik

Keadaan umum :

Kesadaran kompos mentis; frekuensi napas 20 x/menit; denyut nadi 80 x/menit;


isi tegangan cukup; TD 130/90 mmHg; Suhu 36,8°C, BB = 65 kg dan TB =148
cm, skala VAS = 5

Keadaan Spesifik :

Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Thoraks : jantung dan paru dalam batas normal

1
Abdomen : datar, hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas atas : tidak ditemukan kelainan

Ekstremitas bawah ( regio genu dekstra ): ditemukan bengkak, warna kulit


sama dengan sekitar, teraba lebih panas dibandingkan jaringan sekitar, krepitasi
(+), nyeri gerak (+), ROM sendi lutut terbatas, tes ballottement (+) dan tes
fluktuasi (+) pada lutut.

Regio genue sinistra : tidak ditemukan kelainan.

Pemeriksaan laboratorium : Hb 13,0 mg/dl, Leukosit 10.000/mm3, LED 15


mm/jam, trombosit 300/m3

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan
metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

BAB II

2
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


Tutor : dr. Gunawan ohir, Sp. B. MM
Moderator : Sonia Vanduri Seja ( 702017002 )
Sekretaris Meja : Arika Shafa Nabila ( 702017077 )
Sekretaris Papan : Dwi Puspita ( 702014001 )
Waktu : 1. Senin, 12 November 2018
Pukul, 08.00 – 10.30 WIB
2. Rabu, 14 November 2018
Pukul, 07.30 – 10.30 WIB

2.2 Peraturan:
1. Menonaktifkan ponsel atau mengkondisikan ponsel dalam keadaan
diam.
2. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan argumen.
3. Izin saat akan keluar ruangan.

2.3 Skenario D

“ Derita Emak-Emak ”

Cek Nona,56 tahun, ibu rumah tangga, datang ke tempat praktek dokter
keluarga dengan keluhan utama bengkak pada lutut kanan disertai nyeri sejak 2
minggu yang lalu. Saat ini nyeri tetap dirasakan walaupun dalam keadaan
istirahat. Sejak 3 bulan yang lalu, pasien mengeluh nyeri pada lutut kanan yang
lebih terasa ketika beraktivitas dan lutut terasa kaku selama kurang dari setengah
jam terutama sewaktu bangun tidur pada pagi hari dan menetap sepanjang hari.
Riwayat keluarga menderita penyakit yang sama ada, yaitu ibunya. Cek Nona
sebelumnya Sering berobat ke dokter karena keluhan yang sama. Ia juga
mengkonsumsi obat-obatan yang dibeli di warung bila nyeri terasa. Cek Nona

3
sering mengkonsumsi makanan seperti jeroan. Cek Nona menyangkal riwayat
trauma sebelumnya.

Pemeriksaan fisik

Keadaan umum :

Kesadaran kompos mentis; frekuensi napas 20 x/menit; denyut nadi 80 x/menit;


isi tegangan cukup; TD 130/90 mmHg; Suhu 36,8°C, BB = 65 kg dan TB =148
cm, skala VAS = 5

Keadaan Spesifik :

Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Thoraks : jantung dan paru dalam batas normal

Abdomen : datar, hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas atas : tidak ditemukan kelainan

Ekstremitas bawah ( regio genu dekstra ): ditemukan bengkak, warna kulit


sama dengan sekitar, teraba lebih panas dibandingkan jaringan sekitar, krepitasi
(+), nyeri gerak (+), ROM sendi lutut terbatas, tes ballottement (+) dan tes
fluktuasi (+) pada lutut.

Regio genue sinistra : tidak ditemukan kelainan.

Pemeriksaan laboratorium : Hb 13,0 mg/dl, Leukosit 10.000/mm3, LED 15


mm/jam, trombosit 300/m3

2.4 Klarifikasi Istilah

No. Klarifikasi Istilah Pengertian


1. Bengkak Pembengkakan atau pengumpulan cairan dan
beberapa sel yang berpindah dari aliran darah ke
jaringan interstitial

4
2. Lutut Kanan Tulang sesamoid terbesar yang ada di tubuh dan
terletak di dextra ( kanan ), menduduki femoral
trochlea. Bentuknya yang oval asimetris dengan
puncaknya mengarah ke distal. Serta berperan
sebagai stabilisator dan penggerak.
3. Nyeri Sakit pada salah satu bagian tubuh.
4. Kaku Keras tak dapat dilentukkan.
5. Obat-obatan Suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang
dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan
diagnosis, mencegah, mengurangkan,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau
gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk
memperelok atau memperindah badan atau bagian
badan manusia.
6. Jeroan Bagian-bagian dalamtubuh (hewan) yang sudah
dijagal atau biasanya disebut bagian kecuali otot
dan tulang. Jeroan sendiri terdiri dari berbagai
bagian, yaitu hati, jantung, ginjal, lidah, usus, dan
otak.
7. Trauma Kerusakan atau luka yang disebabkan oleh
tindakan-tindakan fisik dengan terputusnya
kontinuitas normal suatu struktur.
8 VAS ( Visual Alat ukur yang digunakan untuk memeriksa
Analogic Scale ) intensitas level nyeri.
9. Denyut Nadi Suatu gelombang yang teraba pada arteri bila
darah
dipompa keluar jantung.
10. Tekanan darah Tekanan dari darah yang dipompa oleh jantung
terhadap dinding arteri.
11. Konjungtiva Membran mukosa tipis dan transparan yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata
(konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior
sclera (konjungtiva bulbaris).

5
12. Sklera Jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk
padamata, merupakan bagian terluar yang
melindungi bola mata.
13. ROM ( Range Of Istilah baku untuk menyatakan batas/besarnya
Motion ) gerakan sendi baik normal.
14. Krepitiasi Sensasi suara gemeratak yang sering ditemukan
pada tulang sendi rawan.
15. Tes Ballotement Tes yang dilakukan untuk melihat apakah ada
cairan di dalam lutut.
16. Tes Fluktuasi Tes yang dilakukan untuk melihat apakah cairan
lebih dari normal dalam sendi lutut.

2.5 Identifikasi Masalah


1. Cek Nona,56 tahun, ibu rumah tangga, datang ke tempat praktek
dokter keluarga dengan keluhan utama bengkak pada lutut kanan
disertai nyeri sejak 2 minggu yang lalu. Saat ini nyeri tetap
dirasakan walaupun dalam keadaan istirahat.
2. Sejak 3 bulan yang lalu, pasien mengeluh nyeri pada lutut kanan
yang lebih terasa ketika beraktivitas dan lutut terasa kaku selama
kurang dari setengah jam terutama sewaktu bangun tidur pada pagi
hari dan menetap sepanjang hari.
3. Riwayat keluarga menderita penyakit yang sama ada, yaitu ibunya.
4. Cek Nona sebelumnya Sering berobat ke dokter karena keluhan
yang sama. Ia juga mengkonsumsi obat-obatan yang dibeli di
warung bila nyeri terasa. Cek Nona sering mengkonsumsi
makanan seperti jeroan. Cek Nona menyangkal riwayat trauma
sebelumnya.
5. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum :
Kesadaran kompos mentis; frekuensi napas 20 x/menit; denyut
nadi 80 x/menit; isi tegangan cukup; TD 130/90 mmHg; Suhu
36,8°C, BB = 65 kg dan TB =148 cm, skala VAS = 5

6
Keadaan Spesifik :
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thoraks : jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen : datar, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas atas : tidak ditemukan kelainan
Ekstremitas bawah ( regio genu dekstra ): ditemukan bengkak,
warna kulit sama dengan sekitar, teraba lebih panas dibandingkan
jaringan sekitar, krepitasi (+), nyeri gerak (+), ROM sendi lutut
terbatas, tes ballottement (+) dan tes fluktuasi (+) pada lutut.
Regio genue sinistra : tidak ditemukan kelainan.
Pemeriksaan Laboratorium : Hb 13,0 mg/dl, Leukosit
10.000/mm3, LED 15 mm/jam, trombosit 300.000/mm3

2.6 Analisis Masalah

1. Cek Nona,56 tahun, ibu rumah tangga, datang ke tempat praktek


dokter keluarga dengan keluhan utama bengkak pada lutut kanan
disertai nyeri sejak 2 minggu yang lalu. Saat ini nyeri tetap dirasakan
walaupun dalam keadaan istirahat.

a. Apa anatomi fisiologi pada kasus ?


A. Anatomi
Articulatio genus : Sendi ini terdiri atas dua buah sendi condylaris
antara condylus femoralis medialis dan condylus femoralis lateralis
dengan condyli tibiae yang sesuai serta sebuah articulatio pelana antara
patella dan facies patellaris femoris. Fibula tidak terlibat langsung pada
persendian ini. Permukaan sendi diliputi oleh tulang rawan hialin. Tipe
sendi antara femur dan tibia adalah sebuah sendi sinovial tipe
ginglymus (sendi engsel), tetapi mempunyai sedikit kemungkinan
gerak rotasi. Sendi diantara patella dan femur adalah sendi sinovial
jenis pelana dengan variasi gliding. Capsula melekat pada pinggir
facies articularis dan di sekeliling sisi dan aspek posterior sendi.

7
Capsula tidak terdapat pada permukaan depan sendi. Pergerakan :
Fleksi, ekstensi, rotasi medial, dan rotasi lateral.
Ada beberapa ligamentum yang terdapat pada sendi lutut antara lain :
1. Ligamentum crusiatum anterior
2. Ligamentum crusiatum posterior.
3. Ligamentum collateral lateralle
4. Ligamentum collateral mediale tibia (epicondylus medialis
tibia)
5. Ligamentum popliteum abligus
6. Ligamentum transversum genu
B. Fisiologi
Fungsi dari sendi ini adalah untuk melakukan gerakan flexi, extensi
dan sedikit rotasi pada tugkai bawah. Untuk melakukan fungsi gerak
ini diperlukan antara lain:
1. Otot-otot penggerak sendi
2. Kapsul sendi yang berfungsi untuk melindungi bagian tulang
yang bersendi supaya jangan lepas bila bergerak
3. Adanya permukaan tulang yang dengan bentuk tertentu yang
mengatur luasnya gerakan.
4. Adanya cairan dalam rongga sendi yang berfungsi untuk
mengurangi gesekanantara tulang pada permukaan sendi.
5. Ligamentum-ligamentum yang ada di sekitar sendi lutut yang
merupakan penghubung kedua buah tulang (femur dan tibia)
yang bersendi sehingga sendi menjadi kuat untuk melakukan
gerakan.
Sumber : (Sherwood, 2011)
b. Apa makna cek nona datang ke praktek dokter dengan keluhan
utama bengkak pada lutut kanan disertai nyeri sejak 2 minggu
yang lalu ?
Makna cek nona datang ke praktek dokter dengan keluhan
utama bengkak pada lutut kanan disertai nyeri sejak 2 minggu yang

8
lalu yaitu bengkak dan nyeri merupakan manifestasi klinis dari OA
yang dimana nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit
berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang
menimbulkan rasa nyeri yang lebih disbanding gerakan yang lain.
Nyeri pada OA juga dapat berupa penjalaran atau akibat radikulopati,
misalnya pada OA servikal dan lumbal. OA lumbal yang menimbulkan
stenosis spinal mungkn menimbulkan keluhan nyeri di betis, yang
biasa disebut dengan Claudio intermitten dan pembengkakan sendi
pada OA dapat timbul karena efusi pada sendi biasnya tak banyak
(<100 cc). penyebab lain ialah karena adanya osteofit, yang dapat
mengubah permukaan sendi.
Sumber : ( IPDL Jilid 2 hal 1198 edisi V )

c. Apa etiologi dari nyeri dan bengkak pada kasus ?


1. Nyeri :
Nyeri pada sendi berasal dari inflamasi pada sinovium,tekanan
pada sumsum tulang, fraktur daerah subkondral,tekanan saraf akibat
osteofit, distensi, instabilnya kapsul sendi,serta spasme pada otot atau
ligamen. Nyeri terjadi ketikamelakukan aktifitas berat. Pada tahap
yang lebih parah hanyadengan aktifitas minimal sudah dapat membuat
perasaan sakit,hal ini bisa berkurang dengan istirahat
Sumber : ( TT Amanda, 2015 : Jurnal )
2. Bengkak :
Adanya pembengkakan/peradangan pada persendiaan.
Pembengkakanbisa pada salah satu tulang sendi atau lebih. Hal ini
disebabkan karenareaksi radang yang menyebabkan pengumpulan
cairan dalam ruang sendi,biasanya teraba panas tanpa ada
kemerahan
Sumber : ( Agus Indra, 2017 : Jurnal )

d. Apa patofisologi dari nyeri dan bengkak pada kasus ?

9
Kerusakan pada kartilago -> kerusakan pada jaringan kartilago ->
sekresi arachidonat -> biosintesis prostaglandin -> respon inflamasi
pada synovial -> produksi makrofag synovial -> vasodilatasi dan
migrasinya leukosit ke jaringan synovial -> bengkak -> peningkatan
rangsangan nyeri -> nyeri

e. Apa klasifikasi dari nyeri dan bengkak ?


Klasifikasi bengkak/edema

Bengkak/edema terjadi pada kondisi dimana terjadi peningkatan


tekanan hidrostatik kapiler, peningkatan permeabilitas kapiler atau
peningkatan tekanan osmotic intertisial, atau penurunan tekanan
osmotik plasma.

1. Edema peradangan / eksudat


Timbul selama proses peradangan mempunyai berat jenis
besar. Cairan ini mengandung protein kadar tinggi. Biasa
disebabkan oleh peningkatan permebilitas kapiler
2. Edema non radang / transudate
Mempunyai berat jenis kecil.Cairan ini mengandung protein
kadar rendah. Terjadi pada keadaan:
a. Peningkatantekananhdrostatik
b. Obstruksisaluranlimfe
c. Penurunan tekanan onkotik plasma

Sumber : (Pasaribu dan Effendi, 2006).

Klasifikasi Nyeri

1. Nyeri nosiseptik, adalah nyeri yang timbul sebagai akibat


perangsangan pada nosiseptor oleh rangsang mekanik, temaal atau
kemikal.

10
2. Nyeri somatik, adalah nyeri yang timbul pada organ non viseral, misal
nyeri pasca bedah, nyeri tulang.
3. Nyeri viseral, adalah nyeri yang berasal dari organ viseral, biasanya
akibat distensi organ yang berongga, misalnya usus, kandung empedu,
pankreas. Nyeri ini biasanya diikuti sensasi otonom, seperti mual dan
muntah.
4. Nyeri neuroptik, adalah nyeri yang timbul akibat iritasi atau trauma
pada syaraf. Biasanya pasien akan merasakan nyeri seperti rasa
terbakar.
5. Nyeri psikogenik, adalah nyeri yang tidak memenuhi kriteria nyeri
smatik dan nyeri neuropatik, dan memenuhi kriteria untuk depresi atau
kelainan psikosomatik.
Sumber : (Setiyohadi. B. Dkk, 2014)

f. Apa makna nyeri tetap dirasakan walau dalam keadaan


istirahat ?
Maknanya adalah Nyeri terjadi akibat dari inflamasi karena terjadi
proses penguraian dari produksi kartilago yang menginduksi respon
inflamasi pada sinovia. Proses inflamasi ini mengeluarkan zat seperti
histamin, bradikinin, PGE2 yang dapat menstimulasi nosiseptor pada
jaringan yang kemudian terjadi proses transduksi dimana stimulus di
transmisi kan ke sistem saraf pusat, terjadi proses transmisi dimana
terjadi konduksi kornu dorsalis medula spinalis neuron afferen, terjadi
modulasi di kornu dorsal medula spinalis yang menimbulkan persepsi
nyeri. Peningkatan produksi makrofag sinovia seperti IL-1, TNF-a dan
metalloproteinase memberikan manifestasi balik pada kartilago dan
secara langsung memberikan dampak adanya destruksi pada kartilago.

Sumber : ( Silbernagl, et all. 2016. )

g. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin pada bengkak dan


nyeri pada kasus ?

11
1. Usia
Osteoarthritis biasanya terjadi pada usia lanjut, berat dijumpai
penderita osteoartritis yang berusia di bawah 40 tahun. Usia rata-
rata laki-laki yang mendapat osteoartritis sendi lutut yaitu pada
usia 59 tahun dengan puncaknya pada waktu 55 - 64 tahun, sedang
wanita 65,3 tahun dengan puncaknya pada waktu 65-74 tahun.

2. Jenis kelamin
Wanita berrisiko terkena OA dua kali lipat dibanding pria.
Walaupun prevalensi OA sebelum usia 45 tahun kurang lebih sama
pada pria dan wanita, tetapi di atas 50 tahun prevalensi OA lebih
banyak pada wanita, terutama pada sendi lutut. Wanita memiliki
lebih banyak sendi yang terlibat dan lebih menunjukkan gejala
klinis seperti kekakuan di pagi hari, bengkak pada sendi, dan nyeri
di malam hari.
Sumber : ( Arissa, Maria.I. 2012. )

2. Sejak 3 bulan yang lalu, pasien mengeluh nyeri pada lutut kanan yang
lebih terasa ketika beraktivitas dan lutut terasa kaku selama kurang dari
setengah jam terutama sewaktu bangun tidur pada pagi hari dan
menetap sepanjang hari.

a. Apa makna sejak 3 bulan yang lalu, pasien mengeluh nyeri pada
lutut kanan ?

Maknanya adalah Cek Nona mengalami nyeri kronik. Karena dia


mengalami nyeri sudah 3 bulan yang lal, dimana waktu tersebut termasuk
ke fase kronik. Fase kronik ditetapkan jika penyakit tersebut lebih dari 1
minggu dialami oleh pasien.

b. Apa makna keluhan terasa saat beraktivitas ?

12
OA lutut merupakan salah satu penyebab morbiditas dan
ketidakmampuan pada seseorang terutama pada orang diusia tua.
Gejala yang paling banyak terjadi adalah nyeri dan kekakuan sendi.
Gejala tersebut bisa menyebabkan ketidakmampuan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari yang mana bisa mempengaruhi kapabilitas kerja
dan kualitas hidup seseorang (Yildirim et. al, 2010). Hasil dari
penelitian Alves (2011) setelah pasien OA diukur derajat nyeri dengan
menggunakan WOMAC, nyeri sedang terjadi pada 45% pasien ketika
mereka berjalan pada bidang yang datar dan 40% nyeri pada malam
hari terjadi ketika duduk atau hendak tidur, selain itu 55% mengalami
nyeri yang ekstrim/buruk ketika menaiki atau menuruni tangga (Alves
dan Bassitt, 2011). Nyeri tersebut disebabkan karena degenerasi dari
proteoglikan, dan sendi rawan, pelepasan mediator inflamasi serta
pembentukan osteofit. Pada fase awal terjadi degenerasi rawan sendi
yang nantinya akan membentuk produk inflamasi. Pada fase inflamasi
mekanisme tubuh berupaya dengan mengeluarkan prostaglandin dan
interleukin sebagai reseptor nyeri. Bila terjadi inflamasi akan
menyebabkan sel kurang sensitif. Nyeri juga disebabkan karena
Iskemik dan nekrosis jaringan serta osteofit yang menekan periosteum
dan radiks syaraf. Pada tahap yang lebih lanjut akan terjadi disfungsi
pada sendi dan otot sehingga nyeri yang dirasakan semakin berat dan
intens (Sudoyo et. al, 2007). Nyeri akan menyebabkan keterbatasan
gerak, penurunan kekuatan dan keseimbangan otot, kesulitan dan
keterbatasan dalam beraktifitas. Kehilangan fungsi kapasitas kerja dan
berujung pada penurunan/gangguan kualitas hidup (Reis et. al, 2014).
Pengukuran kualitas hidup merupakan pengukuran yang relevan dan
penting dalam menilai kondisi fisik, sosial, emosional yang mana
sebagai akibat dari menderita osteoartritis (Miller et. al, 2013).
Sumber : ( TT Amanda, 2015 : Jurnal )
c. Apa makna lutut terasa kaku + setengah jam terutama sewaktu
bangun tidur ?

13
Maknanya adalah karena terjadinya peningkatan aktivitas
fibrinogenik dan penurunan fibrinolitik dan terbentuknya osteofit
Sumber : (IPDL jilid 3, HAL 3200)

d. Apa saja klasifikasi dari nyeri sendi ?


No. Penyakit Gejala
1. Osteoartritis  Persendian terasa kaku dan nyeri
apabila digerakkan yang pada
umumnya terjadi saat pagi hari
 Penurunan rentang gerak sendi
 Adanya pembengkakan pada
persendian
 Kelelahan yang menyertai rasa sakit
pada persendian
 Kesulitan menggunakan persendian

2. Artritis  Kekakuan sendi jari tangan pada pagi


Rematoid hari
 Nyeri pada pergerakkan sendi
 Pembengkakan sendi yang bersifat
simetris
 Perubahan karakteristik histologik
lapisan sinovial
 Gambaran histologik yang khas pada
nodul

3. Arthritis  Sangat nyeri.


Gout (pirai)  Kekakuan
 Gerakan terbatas.
 Stadium gout akut
 Stadium interkritikal

14
 Stadium artritis gout menahun

e. Apa hubungan keluhan sejak 3 bulan yang lalu dengan keluhan


utama ?
Hubungannya adalah keluhan utama yaitu bengkak pada lutut
kanan dan disertai nyeri sejak 2 minggu yang lalu dan keluhan sejak 3
bulan yang lalu yaitu pasien mengeluh nyeri dan kaku merupakan
manifestasi klinis dari osteoarthritis yang dimana pada fase nyeri
terjadi proses peningkatan aktivitas fibrinogenik dan penurunan
aktivitas fibrinolitik. Proses ini menyebabkan penumpukan trombus
dan komplek lipid pada pembuluh darah subkondral sehingga
menyebabkan terjadinya iskemik dan nekrosis jaringan. Hal ini
mengakibatkan lepasnya mediator kimia seperti prostaglandin dan
interleukin yang dapat menghantarkan rasa nyeri. Rasa nyeri juga
berupa akibat lepasnya mediator kimia seperti kinin yang dapat
menyebabkan peregangan tendo, ligamen serta spasme otot-otot. Nyeri
juga diakibatkan oleh adanya osteofit yang menekan periosteum dan
radiks saraf yang berasal dari medulla spinalis serta kenaikan tekanan
vena intramedular akibat stasis vena pada pada proses remodelling
trabekula dan subkondrial .
Sumber : ( TT Amanda,2015 : jurnal )
Dan persendiaan terasa kaku dan nyeri apabila digerakkan. Pada
mulanyahanya terjadi pagi hari, tetapi apabila dibiarkan akan
bertambah buruk danmenimbulkan rasa sakit setiap melakuka gerakan
tertentu, terutama padawaktu menopang berat badan, namun bisa
membaik bila diistirahatkan.Pada beberapa pasien, nyeri sendi dapat
timbul setelah istirahat lama,misalnya duduk dikursi atau di jok mobil
dalam perjalanan jauh. Kakusendi pada OA tidak lebih dari 15-30
menit dan timbul istirahat beberapasaat misalnya setelah bangun tidur.
Sumber : ( Agus Indra, 2017 )

15
3. Riwayat keluarga menderita penyakit yang sama ada, yaitu ibunya.

a. Apa makna riwayat keluarga ada yaitu ibunya?


Makna riwayat keluarga ada yaitu ibunya adalah pada umumnya
OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer dan OA sekunder,
Osteoartritis primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit
sistemik maupun proses perubahan local pada sendi. OA sekunder
adalah OA yang didasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi,
metabolic, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan makro serta
imobilisasi yang terlalu lama. Jadi, Cek Nona tergolong OA sekunder
yaitu didasari oleh adanya herediter ( keturunan dari ibunya yang juga
memiliki riwayat penyakit OA. Faktor herediter juga berperan pada
timbulnya OA misalnya, pada ibu dari seorang wanita dengan OA
pada sendi-sendi interfalang distal ( nodus Heberden ) terdapat 2 kali
lebih sering OA pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya
perempuan cenderung mempunyai 3 kali lebih sering, daripada ibu dan
anak perempuan-perempuan dari wanita tanpa OA tersebut. Adanya
mutasi dalam gen prokolagen II atau gen-gen structural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen tipe IX dan XII,
protein pengikat atau proteoglikan dikatan berperan dalam timbulnya
kecenderungan familial pada OA tertentu ( terutama OA banyak
sendi )
Sumber : ( IPDL Jilid II hal 1995 & 1997 Edisi V )

4. Cek Nona sebelumnya Sering berobat ke dokter karena keluhan yang


sama. Ia juga mengkonsumsi obat-obatan yang dibeli di warung bila
nyeri terasa. Cek Nona sering mengkonsumsi makanan seperti jeroan.
Cek Nona menyangkal riwayat trauma sebelumnya.

16
a. Apa makna cek nona sering ke dokter karena keluhan yang
sama?
Maknanya adalah OA ( Osteoarthritis ) adalah penyakit yang
bersifat kronik yaitu kondisi (penyakit) yang berlangsung dalam waktu
lama dan secara terus menerus. Karena hal inilah yang menyebabkan
Cek Nona sering mnegalami keluhan yang sama.

OA berjalan lambat, masalah utama yang sering dijumpai adalah


nyeri apabila sendi tersebut dipakai dan meningkatnya ketidakstabilan
bila harus menanggung beban, terutama pada lutut.

Sumber : (Price.S. and Wilson. L, 2006)

b. Apa makna cek nona sering mengkonsumsi obat-obatan yang


dibeli di warung dan juga dampaknya ?
Maknanya adalah Cek Nona pernah mengkonsumsi obat analgesik.
Analgesik termasuk obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS) sebagai
pereda rasa sakit/nyeri. Obat analgesik antara lain Ama Mefenamat,
Ibuprofen, Ketorolak, dsb. Kemungkinan Cek Nona mengkonsumsi
obat seperti Asam Mefenamat yang sering dijual di pasaran.
Mekanisme kerja : Asam mefenamat mengikat reseptor
prostaglandin sintetase COX-1 dan COX-2 sehingga menghambat
sintesis prostaglandin. Prostaglandin berperan sebagai mediator utama
peradangan, oleh karena dihambat maka nyeri akan berkurang atau
hilang.
Farmakodinamik : Asam mefenamat menghambat COX-1 dan COX-2,
maka menghambat pembentukan prostaglandin. Namun, karena asam
mefenamat lebih kuat menghambat COX-1 dibanding COX-2
sehingga memiliki efek anti nyeri lebih besar daripada efek
antiinflamasi.

17
Farmakokinetik: Asam mefenamat diabsorbsi pertama kali dari
lambung dan usus selanjutnya obat akan melalui hati diserap darah
dan dibawa oleh darah sampai ke tempat kerjanya. 90% asam
mefenamat terikat pada protein. Konsentrasi puncak asam mefenamat
dalam plasma tercapai dalam 2 sampai 4 jam dengan waktu paruh
2jam. Sekitar 50% dosis asam mefenamat diekskresikan dalam urin
sebagai metabolit 3-hidroksimetil terkonjugasi. dan 20% obat ini
ditemukan dalam feses sebagai metabolit 3-karboksil yang tidak
terkonjugasi.
Sumber : ( Buku Farmakologi dan Terapi Ed 6 FK UI Hal 234 )

c. apa hubungan cek nona sering mengkonsumsi jeroan dengan


keluhan dan dampaknya ?
Hubungannya dimana jeroan mengandung kolestrol yang tinggi
sehingga apabila sering mengkonsumsinya resiko penimbunan lemak
jadi lebih tinggi dan dapat menyebabkan kelebihan berat
badan(obesitas). Disini cek nona sering mengkonsumsi jeroan yang
menyebabkan ia mengalami kelebihan berat badan.(obesitas) Dimana
obesitas merupakan faktor resiko dari osteoartritis. Pada kasus ini
obesitas menyebabkan beban sendi-sendi pada articulatio genue yang
berfungsi untuk menopang tubuh semakin berat yang pada akhirnya
dapat menyebabkan kerusakan pada kartilago.
Sumber : (Maharani, Eka Pratiwi, 2007)

d. Apa makna cek nona menyangkal riwayat sebelumnya ?


Maknanya Cek Nona mengalami penyakit bukan disebabkan oleh
trauma, tetapi faktor lain yang disebabkan oleh faktor usia, dan
keturunan dari orang tuanya.

5. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum :

18
Kesadaran kompos mentis; frekuensi napas 20 x/menit; denyut nadi 80
x/menit; isi tegangan cukup; TD 130/90 mmHg; Suhu 36,8°C, BB = 65 kg
dan TB =148 cm, skala VAS = 5
Keadaan Spesifik :
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thoraks : jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen : datar, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas atas : tidak ditemukan kelainan
Ekstremitas bawah ( regio genu dekstra ): ditemukan bengkak, warna
kulit sama dengan sekitar, teraba lebih panas dibandingkan jaringan
sekitar, krepitasi (+), nyeri gerak (+), ROM sendi lutut terbatas, tes
ballottement (+) dan tes fluktuasi (+) pada lutut.
Regio genue sinistra : tidak ditemukan kelainan.

a. Bagaimana Interpretasi hasil pemeriksaan fisik dan patofisiologi


abnormal dari pemeriksaan fisik pada keadaan umum?
Keadaan Umum
Interpretasi Normal Pada Kasus Hasil
Kesadaran Compos Mentis Compos Mentis Normal
Frekuensi 12x/meni-20x/menit 20x/menit Normal
Napas
Denyut Nadi 60x/menit-100x/menit 80x/menit ; isi tegangan Normal
cukup
Tekanan Darah 120/80 mmHg 130/90 mmHg Dalam
batas
Normal
o o o
Suhu 36,5 C – 37 C 36,8 C Normal
BB ( Berat Untuk mengetahui BB = 65 kg dan TB =148 Obesitas
Badan ) dan TB Berat Badan ideal dapat cm I
(Tinggi Badan ) menggunakan rumus IMT = Berat Badan (Kg)
Brocca sebagai / (Tinggi Badan x Tinggi
berikut : BB ideal = Badan (m) ) = 65 / (1,48
(TB – 100) – 10% (TB x 1,48)
– 100) IMT = 29,6

19
BB Ideal = (148-100)-
10% (148-100) = 48 –
4,8 = 43,2 kg
dibulatkan menjadi
43 kg
VAS ( Visual 0 = Tidak Nyeri 5 5 = Nyeri
Analog Scale ) Sedang

b. Bagaimana cara menilai dari VAS ( Visual Analogic Scale )?


1. Tujuan pengukuran
1. Mengetahui kuantitas nyeri
2. Menuntun dalam menyusun pemilihan modalitas dan
metode fisioterapi nyeri
3. Sebagai alat evaluasi
4. Membantu menegakkan diagnosa fisioterapi

2. Skala VAS
1. Tidak nyeri
2. Nyeri ringan
3. Nyeri sedang
4. Nyeri berat
5. Nyeri sangat berat

3. Langkah langkah
1. Menjelaskan kepada penderita tentang tujuan pengukuran
dilakukan
2. Menjelaskan kepada penderita bahwa sudut kanan berati
tidak nyeri, tengah berati nyeri sedang, dan sudut kiri berati
sangat nyeri

20
3. Menyuruh pasien memilih atau menggerakan arah panah
VAS pada skala nyeri, sesuai dengan intensitas nyeri ang
dirasakan saat diam atau tidak bergerak
4. Menekan area tubuh pasien yang dikeluhkan atau area
tubuh lain yang terkait lalu menyuruh pasien memilih atau
menggerakan arah panah VAS pada skala nyeri saat
digerakkan oleh pemeriksa
5. Mencatat lalu menginterpretasikan makna nyeri yang
dinyatakan oleh penderita dengan membandingkan alat
ukur yg tersedia di bagian belakang VAS

c. Bagaimana interpretasi & patofisiolog abnormal dari pemeriksaan


fisik pada keadaan spesifik?
Interpretasi hasil dari pemeriksaan fisik pada keadaan spesifik
No Kasus Interpretasi
1 Kepala : konjungtiva tidak Normal
anemis
Sklera tidak ikterik Normal
2 Thoraks : jantung dan paru Normal
dalam batas normal

21
3 Abdomen : datar, hepar dan Normal
lien tidak teraba
4 Ekstremitas atas : tidak Normal
ditemukan kelainan
5 Ekstremitas bawah (regio Ekstremitas bawah (regio genu dextra) :
genu dextra) : ditemukan  Bengkak (abnormal)
bengkak, warna kulit sama  Warna kulit sama dengan sekitar
dengan sekitar, teraba lebih (normal)
panas dibanding jaringan  Teraba lebih panas dibanding
sekitar, krepitasi (+), nyeri jaringan sekitar (abnormal)
gerak (+), ROM sendi lutut “pada reaksi inflamasi di fase
terbatas, tes ballottement kalor”
(+) dan tes fluktuasi (+)  Krepitasi (+) (abnormal)
pada lutut.  Nyeri gerak (+) (abnormal)
 ROM sendi lutut terbatas
(abnormal)
 Tes ballottement (+) (abnormal)
 Tes fluktuasi (+) (abnormal).

6 Regio genu sinistra : tidak Regio genu sinistra : tidak ditemukan


ditemukan kelianan. kelianan (normal).

Patofisiologi abnormal :

1. Bengkak

Pembengkakan bisa pada salah satu tulang sendi atau lebih. Hal ini
disebabkan karena reaksi radang yang menyebabkan pengumpulan cairan
dalam ruang sendi,biasanya teraba panas tanpa ada kemerahan.
Pembengkakan sendi pada OA dapat timbul karena efusi pada sendi yang
biasanya tak banyak (<100 cc). Sebab lain ialah karena adanya osteofit,
yang dapat mengubah permukaan sendi

2. Krepitasi

22
Krepitasi terjadi karena gesekan kedua permukaan tulang sendi
pada saat sendi digerakkan. Penyakit tertentu seperti osteoartritis, tulang
rawan pelindung mengalami penurunan fungsi yang menyebabkan tulang
menumbuk satu sama lain. Tumbuk-tumbukan tersebut menimbulkan
suara berderak atau mendedas yang disebut crepitus yang dapat pula
diikuti dengan rasa sakit. Gas dalam kapsul sendi lutut juga dapat
menghasilkan suara retak yang berasal dari gelembung yang meletup
akibat tekanan yang terdapat di dalam sendi yang dikarenakan aktivitas
fisik tertentu.

3. Nyeri gerak (+)


Nyeri gerak terjadi akibat iritasi kapsul sendi.

4. ROM sendi lutut terbatas


ROM Aktif :
Indikasi :
a.      Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif
dan menggerakkan ruas sendinya baik dengan bantuan atau
tidak.
b.      Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat
menggerakkan persendian sepenuhnya, digunakan A-AROM
(Active-Assistive ROM, adalah jenis ROM Aktif yang mana
bantuan diberikan melalui gaya dari luar apakah secara manual
atau mekanik, karena otot penggerak primer memerlukan
bantuan untuk menyelesaikan gerakan).

ROM Pasif
Indikasi :

23
a.  Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang
apabila dilakukan pergerakan aktif akan menghambat
proses penyembuhan.
b.  Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk
bergerak aktif pada ruas atau seluruh tubuh, misalnya keadaan
koma, kelumpuhan atau bed rest total.

5. Tes ballottement (+)


Untuk menguji ballottement pemeriksa akan menerapkan tekanan ke
bawah menuju kaki dengan satu tangan, sambil mendorong patela mundur
melawan tulang paha dengan satu jari tangan yang berlawanan. Gerakan
"pemerahan" digunakan dengan tekanan ke bawah. Jika bogginess di
sekitar sendi terjadi, maka tes positif untuk ballottement.
6. Tes fluktuasi (+)

Untuk mengetahui adanya fluktuasi cairan dalam cavum sinovial


dengan cara ekstensikan lutut. Caranya : ibu jari dan jari telunjuk dari satu
tangan diletakkan di sebelah kiri dan kanan patella. Bila kemudian
recessus suprapatellaris itu dikosongkan menggunakan tangan lainnya,
maka ibu jari dan jari telunjuk tadi seolah-olah terdorong oleh perpindahan
cairan dalam sendi lutut.

d. Bagaimana cara pemeriksaan krepitasi, tes ballottement, dan tes


fluktuasi?
A. Tes Krepitasi
Mobilisasi aktif
Mobilisasi aktif dilakukan untuk menilai jarak gerakan,
kelancaran gerakan, nyeri pada saat gerakan, adanya krepitasi, atau
adanya lateralisasi patella.
Pada posisi berbaring, pasien diminta untuk melakukan ekstensi
dan fleksi penuh pada lututnya. Perhatian ditujukan terhadap

24
adanya kelemahan otot dan fleksibitas sendi. Kisaran normal
gerakan bervariasi per individu, namun besarnya sudut dari
ekstensi penuh terhadap fleksi sebesar 140o sudah dianggap normal.
Ketika lutut tidak dapat diekstensikan secara penuh, maka akan
tampak defisit ekstensi, atau kontraktur fleksi. Ketika lutut dapat
direntangkan diluar batas ekstensi penuh, maka akan tampak
keadaan hiperekstensi.
Selain daripada itu, perhatikan juga arah gerakan dan tentukan
kisaran berkenaan dengan posisi netral, yaitu nol terhadap sendi,
contohnya:
1. Suatu fleksi 140o, dan defisit ekstensi 20o, akan dicatat
sebagai: –fleksi/ekstensi 140/20/0
2. Suatu fleksi 140o, dan hiperekstensi 20o, akan dicatat
sebagai: –fleksi/ekstensi 140/0/20
3. Pada posisi duduk, pasien diminta untuk melakukan fleksi
pada lutut yang sakit, tanpa melibatkan pinggul. Periksa
rotasi lutut dan bandingkan dengan sisi kontralateral:
 Eksorotasi dilakukan sekitar 40o
 Endorotasi dilakukan sekitar 30o

B. Tes Ballotement
Tes ballotement atau menggoyangkan objek didalam cairan dapat
dilakukan seperti pada abdomen dan pada lutut, pada lutut atau regio
genus dilakukan dengan cara:
1. Ressesus Patellaris dikosongkan dengan menekannya
menggunakan satu tangan, lalu
2. Jari-jari tangan lain menekan patella kebawah, lalu lihat apakah
patella terangkat atau tidak.
Dalam keadaan normal patella tidak dapat ditekan ke bawah, tetapi
bila terdapat banyak cairan pada sendi lutut maka patella seperti

25
terangkat sehingga sedikit ada gerakan ke atas ke bawah dan itu
menunjukkan tes ballotement positif seperti yang terjadi pada kasus.

C. Tes fluktuasi
Caranya : ibu jari dan jari telunjuk dari satu tangan diletakkan di
sebelah kiri dan kanan patella. Bila kemudian recessus supra patellaris
itu dikosongkan menggunakan tangan lainnya, maka ibu jari dan jari
telunjuk tadi seolah-olah terdorong oleh perpindahan cairan sendi lutut

6. Pemeriksaan Laboratorium : Hb 13,0 mg/dl, Leukosit 10.000/mm 3, LED


15 mm/jam, trombosit 300.000/mm3

a. Apa interpretasi hasil dari pemeriksaan laboratorium ?

Interpretasi Hasil
Interpretasi Normal Pada Kasus Hasil
Hb Pr : 12-16 % g/dl 13,0 mg/dl Normal
Lk : 13,5 – 18
g/dl
Leukosit 5.000- 10.000/mm3 Normal
10.000/mm3
LED Wintrobe : 15 mm/jqm Normal
Pr : 0-15mm/jam
Lk : 0-5 mm/jam

Westergreen
Pr : 0-20 mm/jam
Lk : 0-15 mm/jam
Trombosit 150.000- 300.000/mm3 Normal
400.000/mm3

7. Soal tambahan : Pemeriksaan radiologi genu dekstra = ostiotfit besar ,


celah sendi menyempit dan tampak sclerosis sub kondral

26
a. Apa Interpretasi hasil dari pemeriksaan radiologi dan bagaimana
patofisiologi abnormalnya ?
Pada Sebagian besar kasus, radiografi pada sendi yang terkena
osteoarthritis sudah cukup memberikan gambaran diagnostic yang
lebih canggih.
Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA ialah :
1. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris ( lebih berat
pada bagian yang menanggung beban ).
2. Peningkatan desnitas ( sclerosis ) tulang subkondral
3. Kista tulang
4. Osteofit pada pinggir sendi
5. Perubahan struktur anatomi sendi
Patofisiologi abnormal gambaran radiologi OA sebagai berikut:
1. Pembentukan osteofit: pertumbuhan tulang baru (semacam
taji) yang terbentuk di tepi sendi. OA disebabkan oleh
perubahan biomekanikal dan biokimia tulang rawan
yangterjadi oleh adanya penyebab multifaktorial antara lain
karena faktor umur, stressmekanis, atau penggunaan sendi
yang berlebihan, defek anatomik, obesitas,genetik, humoral
dan faktor kebudayaan, dimana akan terjadi
ketidakseimbanganantara degradasi dan sintesis tulang rawan.
Ketidakseimbangan ini menyebabkanpengeluaran enzim-enzim
degradasi dan pengeluaran kolagen yang akanmengakibatkan
kerusakan tulang rawan sendi dan sinovium (sinuvitis
sekunder)akibat terjadinya perubahan matriks dan struktur.
Selain itu juga akan terjadipembentukan osteofit sebagai suatu
proses perbaikan untuk membentuk kembalipersendian
sehingga dipandang sebagai kegagalan sendi yang progresif.
2. Penyempitan rongga sendi : hilangnya kartilago akan
menyebabkan penyempitan rongga sendi yang tidak sama.

27
3. Badan yang longgar : badan yang longgar terjadi akibat
terpisahnya kartilago dengan osteofit.
4. Kista subkondral dan sklerosis: peningkatan densitas tulang
disekitar sendi yang terkena dengan pembentukan kista
degeneratif
Bagian yang sering terkena OA
Lutut :
1. Sering terjadi hilangnya kompartemen femorotibial
pada rongga sendi.
2. Kompartemen bagian medial merupakan penyangga
tubuh yang utama, tekanannya lebih besar sehingga
hampir selalu menunjukkan penyempitan paling dini.

Sumber : ( TT Amanda, 2015 : Jurnal )

b. Termasuk grade berapakah kriteria osteo arthtritis yang diderita


pasien ?
Berdasarkan gambaran radiologi, OA lutut dapat diklasifikasikan
dalam lima grade menurut Kellgren – Lawrence, yaitu:
1. Grade 0 : tidak ditemukan penyempitan ruang sendi atau
perubahan reaktif
2. Grade 1 : penyempitan ruang sendi meragukan dengan
kemungkinan bentukan osteofit
3. Grade 2 : osteofit jelas, kemungkinan penyempitan ruang sendi
4. Grade 3 : osteofit sedang, penyempitan ruang sendi jelas,
nampak sklerosis, kemungkinan deformitas pada ujung tulang
5. Grade 4 : osteofit besar, penyempitan ruang sendi jelas,
sklerosis berat, nampak deformitas ujung tulang
Sumber : (Wijaya. S, 2018)

28
OA pada kasus adalah grade 4 karena pada pemeriksaan radiologi
ditemukan Regio genu dekstra tampak osteofit besar, celah sendi
menyempit, dan tampak sklerosis subkondral.

8. Bagaimana cara mendiagnosis ?

Untuk membantu menegakkan diagnosis osteoarthritis, dapat dilihat pada


pemeriksaan diagnostik dan radiodiagnostik:

Pemeriksaan Diagnostik:

1. Tidak ada pemeriksaan laboratorium spesifik


2. Pemeriksaan rutin biasanya didapatkan adanya peningkatan kadar
lekosit, laju endap darah dan CRP
3. Pemeriksaan cairan sinovial melalui artrosentesis untuk mendeteksi
adanya artritis sepsis.

Radiodiagnostik:

Dilakukan untuk mendeteksi perubahan progresif dari kartilago dan


tulang, adanya osteofit, penurunan ruang sendi, asimetris sendi, sklerosis
subkondral dan formasi kista subkondral.

Pada kasus terdapat:

1. Keluhan utama bengkak pada lutut kanan disertai nyeri sejak 2


minggu yang lalu.
2. Nyeri lebih terasa saat beraktivitas, nyeri tetap teras meski istirahat,
dan lutut terasa kaku selama +- 30 menit terutama sewaktu bangun
tidur pagi dan menetap sepanjang hari.
3. Riwayat Ibu pasien memiliki penyakit yang sama.
4. Riwayat pengobatan dan pernah mengkonsumsi obat pereda nyeri
(analgesik)
5. Riwayat mengkonsumsi jeroan.
6. Menyangkal ada riwayat trauma.

29
Pemeriksaan fisik:

Kesadaran kompos mentis, frekuensi napas 20x/menit, denyut nadi 80x/menit;


isi dan tegangan cukup; TD 130/90 mmHg, Suhu 36,8oC, BB 65 kg TB 148
kg (IMT 29,68 Pre-obesitas), skala VAS 5 (Moderate Pain).

Keadaan spesifik :

Kepala: Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik

Thoraks: Jantung dan paru dalam batas normal

Abdomen: Datar, hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas atas: tidak ditemukan kelainan

Ekstremitas bawah (regio genu dekstra) : ditemukan bengkak, warna kulit


sama dengan sekitar, teraba lebih panas dibandingkan jaringan sekitar,
krepitasi (+), nyeri gerak (+), ROM sendi lutu terbatas, tes ballottement (+)
dan tes fluktuasi (+) pada lutut.

Regio genu sinistra : tidak ditemukan kelainan.

Pemeriksaan Laboratorium: Hb 13,0 mg/dL, Leukosit 10.000 / mm3, LED


15 mm/jam, trombosit 300.000/mm3.

Pemeriksaan Radiologi: Tampak osteosit, osteofit dan celah sendi sempit.

Sumber : ( Noor, Z. 2017 )

9. Apa diagnosis banding pada kasus ?

Keterangan Reumatoid Artritis Osteoartritis Gout Artritis

Etiologi Kesalahan sistem imun  Penuaan Kristal monosodium


(faktor genetik, hormon  Kartilago terkikis urat
seks, faktor infeksi)  Dinamika

30
metabolisme

 Perempuan  Kegemukan  Laki-laki


 Riwayat keluarga  Usia  Usia
 Usia  Suku bangsa  Makanan tinggi
Predisposisi  Merokok  Genetik asam urat
 Tinggi vitamin D  Cedera sendi  Genetik
 Obat Thiazides
 Hipertensi

Sendi (pergelangan  Sendi penopang Ibu jari kaki,


tangan, siku, lutut, tubuh pergelangan kaki,
pergelangan kaki)  Tulang belakang lutut, pergelangan
 Lutut tangan, jari, siku
Predileksi
 Siku
 Paha
 Pergelangan
tangan

 Morning stiffness  Nyeri sendi  Stadium gout akut


 Nyeri sendi  Hambatan gerakan  Stadium
 Lemah, lelah sendi interkritikal
 Anoreksia  Morning stiffness  Stadium artritis
Gejala
 Demam  Krepitus gout menahun
Klinik
 Tanda inflamasi  Deformitas
 Nodul reumatoid  Perubahan gaya
 Erosi sendi jalan

 Ankilosis tulang

Diagnosis  Kaku pada pagi hari  Celah antar tulang  Adanya kristal urat
 Atritis 3 sendi/lebih menyempit dalam tofi
 Atritis pada  Sklerosis  Hiperurisemia
 Riwayat inflamasi

31
persendian tangan subkondral artrtis
 Atritis simetris  Osteofit monoartikuler
 Nodul reumatoid  Bouchard Nodes  Diikuti stadium
 FR erum positif interkritik bebas

 Erosi tulang simptom


 Resolusi sinovitis
cepat dengan
kolkisin

 OAINS  OAINS  OAINS


 DMARD  Chondroprotective  Cochisine
Pengobatan
 Cortikosteroid agent  Uricosuric
 Allopurinol

1. Osetoarthritis (OA)
 Merupakan penyakit sendi degeneratif yang progresif dimana
rawan
kartilago yang melindungi ujung tulang mulai rusak, disertai
perubahan reaktif pada tepi sendi dan tulang subkhondral yang
menimbulkan rasa sakit dan hilangnya kemampuan gerak.
 Insidensi dan prevalensi OA berbeda-beda antar negara. Penyakit
ini merupakan jenis arthritis yang paling sering terjadi yang
mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa.
 Proses
Degenerasi dan penurunan progresif tulang rawan di dalam sendi,
kerusakan tulang di bawahnya, dan pembentukan tulang baru di
tepi tulang rawan.
 Lokasi Umum
Lutut, panggul, tangan, tualng belakang leher, dan lumbal,
pergelangan tangan.

32
 Awitan
Biasanya perlahan.
 Pembekakan
Terdapat erosi ringan di sendi, kususnya lutut, juga pembesaran
tulang.
 (+) Nyeri, kadang hangat.
 (+) Kekakuan sering.
 (+) Pembatasan gerakan.

2. Reumatoid Artritis (RA)


 Merupakan penyakit autoimun, dimana pelapis sendi mengalami
peradangan sebagai bagian dari aktivitas sistem imun tubuh.
 Arthritis rheumatoid adalah tipe arthritis yang paling parah dan
dapat menyebabkan cacat, kebanyakan menyerang perempuan
hingga tiga sampai empat kali daripada laki-laki.
 Proses
Peradangan kronis membran sinovia disertai erosi sekunder tulang
rawan dan tulang sekitar, serta kerusakan ligamen dan tendon.
 Lokasi Umum
Tangan (sendi antarfalang proksimal dan metakarpofalang),
pergelangan tangan, lutut, siku, pergelangan kaki).
 Awitan
Biasanya perlahan.
 Pembengkakan
Jaringan sinovia, selubunng tendon sering membekak, juga nodul-
nodul subkutis.
 (+) Terdapat nyeri, hangat
 (+) kekakuan
 (+) pembatasan gerakan

33
3. Gout Artritits
 Arthritis jenis ini lebih sering menyerang laki-laki.
 Biasanya sebagai akibat dari kerusakan sistem kimia tubuh.
Kondisi ini paling sering menyerang sendi kecil, terutama ibu jari
kaki. Arthritis gout hampir selalu dapat dikendalikan oleh obat dan
pengelolaan diet.
 Proses
Reaksi peradangan terhadap mikrovial mononatrum sitrat.
 Lokasi Umum
Pangkal jempol kaki, telapak/punggung kaki, pergelangan kaki,
lutut, dan siku.
 Awitan
Mendadak, sering pada malam hari.
 Pembengkakan
Bengkak di dalam dan disekitar sendi yang terkena.
 (+) Sangat nyeri.
 (+) Kekakuan tidak jelas.
 (+) Gerakan terbatas.
.
10. Apa saja pemeriksaan penunjang pada kasus ?

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu :

1. Tidak ada pemeriksaan laboratorium spesifik

2. Pemeriksaan cairan sinovial melalui artrosentesis untuk mendeteksi


adanya artritis sepsis

11. Apa working diagnosis pada kasus ?


Osteoarthritis di regio genu dextra

34
12. Bagaimana tatalaksana pada kasus ?
Tujuan penatalaksanaan pada OA untuk mengurangi tanda dan gejala OA,
meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan kebebasan dalam pergerakan
sendi, serta memperlambat progresi osteoartritis. Spektrum terapi yang
diberikan meliputi fisioterapi, pertolongan ortopedi, farmakoterapi,
pembedahan, rehabilitasi.
1. Terapi konservatif
Terapi konservatif yang bisa dilakukan meliputi edukasi kepada pasien,
pengaturan gaya hidup, apabila pasien termasuk obesitas harus mengurangi
berat badan, jika memungkinkan tetap berolah raga (pilihan olah raga yang
ringan seperti bersepeda, berenang).
2. Fisioterapi
Fisioterapi untuk pasien OA termasuk traksi, stretching, akupuntur,
transverse friction (tehnik pemijatan khusus untuk penderita OA), latihan
stimulasi otot, elektroterapi.
3. Pertolongan ortopedi
Pertolongan ortopedi kadang-kadang penting dilakukan seperti sepatu
yang bagian dalam dan luar didesain khusus pasien OA, ortosis juga
digunakan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi sendi (Michael
et. al, 2010).
4. Farmakoterapi
 Analgesik / anti-inflammatory agents.
COX-2 memiliki efek anti inflamasi spesifik. Keamanan dan kemanjuran
dari obat anti inflamasi harus selalu dievaluasi agar tidak menyebabkan
toksisitas.
Contoh: Ibuprofen : untuk efek antiinflamasi dibutuhkan dosis 1200-2400mg
sehari.
Naproksen : dosis untuk terapi penyakit sendi adalah 2x250-375mg sehari.
Bila perlu diberikan 2x500mg sehari.
 Glucocorticoids

35
Injeksi glukokortikoid intra artikular dapat menghilangkan efusi sendi
akibat inflamasi.
Contoh: Injeksi triamsinolon asetonid 40mg/ml suspensi
hexacetonide 10 mg atau 40 mg.
1. Asam hialuronat
2. Kondroitin sulfat
3. Injeksi steroid seharusnya digunakan pada pasien dengan diabetes
yang telah hiperglikemia.
Setelah injeksi kortikosteroid dibandingkan dengan plasebo, asam
hialuronat, lavage (pencucian sendi), injeksi kortikosteroid dipercaya secara
signifikan dapat menurunkan nyeri sekitar 2-3 minggu setelah penyuntikan
(Nafrialdi dan Setawati, 2007).
5. Pembedahan
 Artroskopi merupakan prosedur minimal operasi dan menyebabkan rata
infeksi yang rendah (dibawah 0,1%). Pasien dimasukkan ke dalam
kelompok 1 debridemen artroskopi, kelompok 2 lavage artroskopi,
kelompok 3 merupakan kelompok plasebo hanya dengan incisi kulit.
Setelah 24 bulan melakukan prosedur tersebut didapatkan hasil yang
signifikan pada kelompok 3 dari pada kelompok 1 dan 2.
 Khondroplasti : menghilangkan fragmen kartilago. Prosedur ini digunakan
untuk mengurangi gejala osteofit pada kerusakan meniskus.
 Autologous chondrocyte transplatation (ACT)
 Autologous osteochondral transplantation (OCT)
(Michael et. al, 2010).
Sumber : ( TT Amanda, 2015 : jurnal )

13. Apa komplikasi yang dapat terjadi pada kasus ?


1. Osteonekrosis spontan sendi lutut
2. Bursitis
3. Artropati mikrokristal ( Sendi Lutut )

36
14. Bagaimana prognosis pada kasus ?

Dubia et bonam karena masih bisa di sembuhkan dengan pemberian obat


osteo artritis

15. Apa SKDU pada kasus ?

3A

 Mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi


pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. 
 Mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi pasien.Lulusan
dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan. 

16. Apa Nilai-Nilai Islam pada kasus ?

Abu Darda’ berkata, bahwa Rasulullah bersabda:


“Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit serta obat dan diadakan-Nya bagi
tiap penyakit obatnya, maka berobatlah kamu, tetapi janganlah kamu berobat
dengan yang haram” (HR. Abu Daud).
Hal ini berarti jika kita menderita suatu penyakit, diwajibkan untuk segera
berobat, tetapi harus sesuai dengan ajaran Allah SWT.

2.7 Kesimpulan
Cek Nona, 56 tahun , ibu rumah tangga mengeluh bengkak, nyeri, dan
kaku pada pagi hari karena menderita Osteoarthritis pada regio genu dextra.

37
2.8 Kerangka Konsep

BB Berlebih Faktor Usia

Jejas mekanis & kimiawi pada sendi synovial

Merangsang terbentuknya molekul abnormal & produk degradasi kartilago dalam


cairan synovial sendi

Inflamasi Sendi

Kerusakan kordrosit & nyeri

Fase hipertrofi kartilago

Osteoarthritis

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Agus Indra. 2017. “Osteoarthritis” by :


https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/2cf12fb568dff974
73695a20836334d4.pdf.
2. Arissa, Maria.I. 2012. “ Pola Distribusi Kasus Osteoarthritis ” Di RSU
dr.Soeharso Pontianak Periode 1 Januari 2008 - 31 Desember 2009.
Skripsi. Pontianak: Fakultas kedokteran. Universitas Tanjungpura.
3. Aru W, Sudoyo. 2009. “Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam”, jilid II , hal
1998 edisi V. Jakarta: Interna Publishing
4. Aru W, Sudoyo. 2009. “Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam”, jilid II , hal
1995 & 1997 edisi V. Jakarta: Interna Publishing
5. Buku Farmakologi dan Terapi Ed 6 FK UI Hal 234 oleh Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2016.
6. Maharani, Eka Pratiwi. “ Faktor-faktor risiko osteoartritis lutut ”.
Semarang: Universitas Diponegoro Semarang; 2007.
7. National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases,
Handout on Health: “ Osteoarthritis ”, Bethesda MD, July 2002.
8. Noor, Z. 2017. “ Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal ” Edisi 2
Halaman 316. Jakarta: Salemba Medika.
9. Pasaribu, R dan Effendi.2006. “ Edema Patofisiologi dan Penanganan ”.
Jakarta: FKUI.
10. Price, S and Wilson, L. 2006. “Osteoartritis” dalam buku “ Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit ” . Ed.6 hal 1383.Jakarta:EGC
11. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. “ Buku ajar ilmu
penyakit dalam ” jilid 3 hal 3200 edisi VI. Jakarta: InternaPublishing

39
12. Setiyohadi. B. Dkk. 2014. “Nyeri” dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi 6 Jilid 3 hal. 3117. Jakarta: Interna Publishing
13. Sherwood, Laura Iee. 2011. “ Fisiologi Manusia ”. Jakarta : EGC.
14. Silbernagl, et all. 2016. “ Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi ” Edisi 3
Hal 52-53. 347. Jakarta EGC.
15. Snell, R. S. 2012. “ Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem ”. Dialih
bahasakan oleh Sugarto L. Jakarta:EGC. Hal. 633
16. TT Amanda. 2015. “Osteoarthritis” by :
http://eprints.ums.ac.id/37962/3/BAB%202.pdf.
17. Wijaya, S. 2018. “Osteoartritis Lutut” vol. 45 no. 6. Jawa Timur: RS Tk.
IV Madiun

40

Anda mungkin juga menyukai