Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Pengertian Kurikulum.
Kurikulum SD Negeri 42 Lubuklinggau 2020/2021 adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai visi, misi, tujuan, isi, dan bahan pembelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan khususnya yang telah dirumuskan oleh segenap stakeholders SD
Negeri 42 Lubuklinggaudalam rangka pencapaian tujuan Pendidikan Nasional.
Pengembangan Kurikulum SD Negeri 42 Lubuklinggau2020/2021 didasarkan
atas Kurikulum 2013 yang merupakan lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis
Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Pengembangan
kurikulum di satuan pendidikan terkait akan disesuaikan dengan keadaan siswa,
kompetensi guru, situasi darurat kebencanaan Covid-19, dan sarana serta prasarana milik
sekolah.
Kebijakan pendidikan di masa Pandemi Covid-19 oleh adalah dengan
memprioritaskan kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga
kependidikan, keluarga, dan masyarakat. Pembelajaran yang dilaksanakan selama
Pandemi Covid-19 di SD Negeri 42 Lubuklinggau adalah daring dan luring.
Pembelajaran daring diberikan guru kepada siswa yang memiliki fasilitas yang memadai.
Bagi siswa yang tidak memiliki fasilitas pembelajaran daring, maka akan diberlakukan
pembelajaran luring.

2. Rasional Pengembangan Kurikulum SD Negeri 42 Lubuklinggau


Kurikulum SD Negeri 42 Lubuklinggaudikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai
berikut:
a. Tantangan Internal
Dalam pengembangan Kurikulum SD Negeri 42 Lubuklinggaumasih dijumpai
beberapa permasalahan baik yang berkenaan dengan pemahaman substansi maupun
teknis penyusunan kurikulum. Berikut ini dipaparkan kendala-kendala yang masih
dijumpai dalam upaya pencapaian 8 SNP yang didasarkan atas hasil analisis
konteks/Evaluasi Diri Sekolah (EDS) yang dilakukan oleh Tim Pengembang Sekolah
(TPS) SD Negeri 42 LubuklinggauTahun Pelajaran 2020/2021 dan hasil raport mutu
Tahun 2019 diantaranya :
1. Pemenuhan Standar Isi: a) Kurikulum Sekolah sudah mencakup Pendahuluan,
Kerangka Dasar beserta Struktur Kurikulum, Beban Belajar, dan Kalender

1
Pendidikan, b) Beban belajar pada kurikulum sekolah sesuai dengan
Permendikbud No. 21 Tahun 2016 untuk peserta didik kelas I, II, III, IV, V, VI.
Dalam pemetaan dan pemahaman KD maupun KI KD oleh beberapa guru masih
belum optimal, c) penerapan pendidikan berbasis keunggulan lokal belum
optimal, d) implementasi pendidikan karakter masih belum optimal.
2. Pemenuhan Standar Kompetensi Lulusan: a) Pemenuhan Standar Kompetensi
Lulusan belum optimal, b) Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebagian mata
pelajaran belum tergolong Baik, c) ketepatan memberikan nilai pada indikator
dalam penetapan KKM belum optimal
3. Pemenuhan Standar Proses: a) Perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran, evaluasi yaitu dalam penyusunan RPP belum optimal,
Pemahaman langkah awal dari penyusunan RPP yaitu penyusunan LK belum
optimal, b) Proses penilaian afektif yang meliputi penilaian sikap spiritual, sikap
sosial masih mempunyai banyak kendala, c) Pada komponen pemilikan bahan ajar
dalam bentuk cetakan dengan mengintegrasian bahan kajian keunggulan lokal,
dan pada pelaksanaan pembelajaran inovatif yang menyenangkan belum mencapai
target, d) pelaksanaan literasi yang direncanakan sekolah oleh banyak guru, belum
berjalan optimal.
4. Pemenuhan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan : untuk tenaga
pendidik berlatar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan sesuai
dengan mata pelajaran yang diampu telah terpenuhi, dan lebih dari 80% mampu
menggunakan internet sebagai sarana komunikasi. Untuk tenaga Kependidikan
yang dimiliki yaitu kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, telah memenuhi
kreteria, namun tenaga kependidikan lainnya dan layanan khusus seperti tenaga
perpustakaan dan tenaga kebersihan belum terpenuhi.
5. Pemenuhan Standar Sarana dan Prasarana: SD Negeri 42
Lubuklinggaumemiliki 12 rombongan belajar masing–masing rombongan belajar
memuat 16 - 29 orang siswa. Status lahan adalah hak milik pemerintah dengan
bangunan gedung antara lain: 1 ruang kepala sekolah dan ruang guru, 6 ruang
kelas, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang UKS, 1 ruang kantin, 5 ruang WC/Kamar
mandi siswa dan 1 ruang WC/Kamar mandi guru. Sarana jaringan telekomunikasi
dan internet berfungsi dengan baik. Ruangan yang masih kurang adalah: 1) Ruang
ruang laboratorium dan gudang.
6. Pemenuhan Standar Pengelolaan: mencakup perencanaan program, pelaksanaan
rencana kerja, pengawasan, evaluasi, kepemimpinan sekolah, sistem informasi
manajemen (SIM) hampir terpenuhi, yang belum adalah melakukan evaluasi dan
pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB).
7. Pemenuhan Standar Pembiayaan : yang mencakup jenis biaya, sumber biaya,

2
pelaporan telah terlaksana secara akuntabel dan transparan. Dengan adanya
pengetatan penggunaan anggaran maka sekolah perlu memanfaatkan anggaran
secara efektif, efisien dan tepat guna. Kendalanya yaitu operasional sekolah sudah
berjalan dan memerlukan biaya tetapi biaya terlambat diberikan.
8. Pemenuhan Standar Penilaian mencakup: prinsip penilaian, teknik dan
instrumen penilaian, mekanisme dan prosedur penilaian, penilaian oleh pendidik
dan satuan pendidikan belum optimal. Pemenuhan standar penilaian sikap belum
optimal sehingga perlu dioptimalkan dengan berbagai kegiatan yang direncanakan
sekolah pada tahun pelajaran 2020/ 2021.

Kendala-kendala pemenuhan 8 (delapan) SNP tersebut di atas secara bertahap


dan berkesinambungan akan diminimalkan melalui program pemenuhan 8 (delapan)
SNP sebagaimana yang telah disusun dalam Rencana Kerja Jangka Menengah
(RKJM) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran sekolah (RKAS) SD Negeri 42
Lubuklinggau.
Dari uraian keunggulan dan kendala yang terdapat pada tahun pelajaran yang
lalu maka sekolah perlu merencakan pengembangan kegiatan sekolah yang meliputi
8 (delapan) standar melalui kegiatan: 1) Bintek/Diklat/Workshop, 2) KKG sekolah,
3) Kunjungan keluar yang bersifat akademis maupun non akademis, 4) Pengajuan
proposal untuk bangunan/sarana, 5) Menjalin kemitraan dengan instansi atau
masyarakat, 6) Peningkatan monitoring/supervisi di semua lini kegiatan, dan 7)
Diskusi, evaluasi, dan refleksi dari masing-masing bidang kegiatan.

b. Tantangan Eksternal
a) Pandemi COVID-19
Pandemi COVID-19 terus mewabah, situasi ini berdampak pada beberapa
kebijakan termasuk pada pola pembelajaran, mekanisme administrasi dan sistem
komunikasi atau pertemuan individu. Imbauan pemerintah pada masyarakat agar
bekerja, belajar, dan beribadah di rumah dilakukan dengan penyertaan hukuman dan
tindakan. Sementara itu sekolah sebagai unit pendidikan secara otomatis menjadi
tempat berkumpul bagi warga secara permanen terkena imbas dari kebijakan agar
tidak berkumpul demi pencegahan penularan virus COVID-19.
Menyikapi kasus dan fenomena serta kebijakan pemerintah tentunya dunia
pendidikan mulai berbenah pada pembelajaran online bagi peserta didiknya.
Kesadaran sebagai manusia yang harus tetap berusaha di tengah keterpurukan.Pola
komunikasi tatap muka menggunakan fasilitas era globalisasi dengan metode E-
Learning dapat menjadi alternatif pemecahan masalah pembelajaran.

3
b) Tantangan Global
Arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan
hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya,
dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus ini akan menggeser pola
hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri
dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO),
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific
Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan
eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan
imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan.
Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in International
Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student
Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak
Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan
TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang
ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia. Ini
merupakan Tantangan yang serius bagi SD Negeri 42 Lubuklinggauterutama untuk
meningkatkan kemampuan Tenaga Pendidik dan kependidikan yang mampu
memanfaatkan IT baik sebagai Media Pembelajaran maupun administrasi lainnya.
Juga menghasilkan siswa yang mampu berkompetisi di bidang IT dan bahasa Asing.

c) Penyempurnaan Pola Pikir


Kurikulum SD Negeri 42 Lubuklinggau dikembangkan dengan penyempurnaan pola
pikir sebagai berikut:
1) Penguatan pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta didik
harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari dan gaya
belajarnya (learning style) untuk memiliki kompetensi yang sama;
2) Penguatan pola pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik- masyarakat-
lingkungan alam, sumber/media lainnya);
3) Penguatan pola pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu
dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui
internet);
4) Penguatan pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin
diperkuat dengan pendekatan pembelajaran saintifik);
5) Penguatan pola belajar sendiri dan kelompok (berbasis tim);
6) Penguatan pembelajaran berbasis multimedia;
7) Penguatan pola pembelajaran berbasis klasikal-massal dengan tetap
memperhatikan pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik;

4
8) Penguatan pola pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan
9) Penguatan pola pembelajaran kritis.

d) Penguatan Tata Kelola Kurikulum


Kurikulum SD Negeri 42 Lubuklinggau dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut.
1) Penguatan tata kerja guru lebih bersifat kolaboratif;
2) Penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala
sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader); dan
3) Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses
pembelajaran.

e) Penguatan Materi
Penguatan materi dilakukan dengan cara pengurangan materi yang tidak relevan serta
pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik.

B. Karakteristik Kurikulum
Kurikulum dirancang dengan karakteristik sebagai berikut.
1. Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial, pengetahuan, dan
keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
2. Menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar
agar peserta didik mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan
memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;
3. Mengembangkan suikap, pengetahuan dan keterampilan serta menerapkannya dalam
berbagaui situasi di sekolah dan masyarakat
4. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan
keterampilan;
5. Mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti kelas yang
dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;
6. Mengembangkan Kompetensi Inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements)
Kompetensi Dasar. Semua Kompetensi Dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk
mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam Kompetensi Inti;
7. Mengembangkan Kompetensi Dasar berdasar pada prinsip akumulatif, saling memperkuat
(reinforced) dan memperkaya (enriched) antar-mata pelajaran dan jenjang pendidikan
(organisasi horizontal dan vertikal).

C. Tujuan Kurikulum SD Negeri 42 Lubuklinggau


Kurikulum SD Negeri 42 Lubuklinggau bertujuan untuk mempersiapkan manusia

5
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

6
BAB II
TUJUAN PENDIDIKAN DASAR ,VISI, MISI, DAN TUJUAN SEKOLAH

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pada pasal 3 dinyatakan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara demokratis serta
bertangung jawab.

A. Tujuan Pendidikan Dasar


Tujuan Pendidikan Dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Selanjutnya diawali dengan menyusun Visi dan Misinya, SD Negeri 42
Lubuklinggaumerumuskan tujuan-tujuan sekolah yang akan terurai berikutnya.

B. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah


a) Visi :
“Terwujudnya peserta didik yang berakhlak mulia, berprestasi, terampil dan mandiri”.

b) Misi :
1.Menciptakan pembelajaran yang kondusif dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran
2.Menghasilkan lulusan yang unggul dan kompetitif
3.Membangun citra sekolah sebagai lembaga terpercaya dimasyarakat

C. Tujuan
Tujuan sekolah disusun sesuai dengan Visi dan Misi sekolah, yakni mengantarkan anak
didik untuk :
1. Terbanyak dalam penyaluran siswa untuk memasuki SMPN
2. Terbaik dalam tenaga kependidikan yang professional
3. Terbaik dalam penguasaan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi sebgai bekal untuk
melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi
4. Terbaik dalam mengembangkan inovasi pembelajaran yang berkualitas dengan melaksanakan
ICT
5. Terpenuhinya fasilitas pembelajaran sehingga memudahkan penyerapan materi pembelajaran
6. Terbaik dalam peningkatan mutu kelembagaan dan manajemen melalui implementasi MBS
7. Terbaik dalam didisplin, budi pekerti dan kepedulian sosial

7
8
BAB III
KERANGKA DASAR KURIKULUM

A. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam penyusunan kurikulum menentukan kualitas peserta didik yang
akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta
didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di
sekitarnya. Kurikulum SD Negeri 42 Lubuklinggaudikembangkan dengan landasan filosofis
yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia
Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Pada dasarnya tidak ada
satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan secara spesifik untuk pengembangan
kurikulum yang dapat menghasilkan manusia yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut,
Kurikulum SD Negeri 42 Lubuklinggaudikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut.
1. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan
masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum SD Negeri 42
Lubuklinggaudikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan
untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan
bangsa yang lebih baik di masa depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa
depan selalu menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa kurikulum
adalah rancangan pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa.
Dengan demikian, tugas mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas utama suatu
kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik,
Kurikulum SD Negeri 42 Lubuklinggaumengembangkan pengalaman belajar yang
memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang
diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap
mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang
peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.
2. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofi ini,
prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang harus
termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu
proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi
dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan
memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan
budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat
kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan
kemampuan berpikir rasional dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum SD Negeri 42
Lubuklinggaumemposisikan keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa
bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi

9
sosial di masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini.
3. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan
akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan bahwa isi kurikulum
adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism).
Filosofi ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan
akademik.
4. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari
masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial,
kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang
lebih baik (experimentalism and social reconstructivism). Dengan filosofi ini, Kurikulum SD
Negeri 42 Lubuklinggaubermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi
kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat, dan
untuk membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik.
Dengan demikian, Kurikulum SD Negeri 42 Lubuklinggaumenggunakan filosofi
sebagaimana di atas dalam mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam
beragama, seni, kreativitas, berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi inteligensi yang
sesuai dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan masyarakat, bangsa dan umat
manusia.

B. Landasan Sosiologis
Kurikulum SD Negeri 42 Lubuklinggaudikembangkan atas dasar adanya kebutuhan akan
perubahan rancangan dan proses pendidikan dalam rangka memenuhi dinamika kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara, sebagaimana tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.
Dewasa ini perkembangan pendidikan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Perubahan ini dimungkinkan karena berkembangnya
tuntutan baru dalam masyarakat, dunia kerja, dan dunia ilmu pengetahuan yang berimplikasi
pada tuntutan perubahan kurikulum secara terus menerus. Hal itu dimaksudkan agar pendidikan
selalu dapat menjawab tuntutan perubahan sesuai dengan jamannya. Dengan demikian keluaran
pendidikan akan mampu memberikan kontribusi secara optimal dalam upaya membangun
masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society).

C. Landasan Psikopedagogis
Kurikulum SD Negeri 42 Lubuklinggaudimaksudkan untuk memenuhi tuntutan
perwujudan konsepsi pendidikan yang bersumbu pada perkembangan peserta didik beserta
konteks kehidupannya sebagaimana dimaknai dalam konsepsi pedagogik transformatif.
Konsepsi ini menuntut bahwa kurikulum harus didudukkan sebagai wahana pendewasaan
peserta didik sesuai dengan perkembangan psikologisnya dan mendapatkan perlakuan pedagogis
sesuai dengan konteks lingkungan dan jamannya. Kebutuhan ini terutama menjadi prioritas

10
dalam merancang kurikulum untuk jenjang pendidikan dasar khususnya SD Negeri 42
Lubuklinggau. Oleh karena itu pendidikan di SD Negeri 42 Lubuklinggauyang selama ini sangat
menonjolkan kurikulum dan pembelajaran berbasis KTSP, perlu dikembangkan menjadi
kurikulum 2013 yang bersifat tematik-terpadu. Konsep kurikulum tematik-terpadu
mencerminkan pertimbangan psikopedagogis anak usia sekolah yang sangat memerlukan
penanganan kurikuler yang sesuai dengan perkembangannya.

D. Landasan Teoritis
Kurikulum SD Negeri 42 Lubuklinggaudikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan
standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-
based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai
kualitas minimal warganegara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis
kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik
dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan
bertindak.
Kurikulum SD Negeri 42 Lubuklinggaumenganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru
(taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di
sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-
curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik.
Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya,
sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.

E. Landasan Yuridis
Landasan yuridis Kurikulum SD Negeri 42 Lubuklinggauadalah:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional; dan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 dan
diperbarui lagi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2015
5. Permendikbud Nomor 57 Tahun 2014 tentang Kerangka Dasar dan Setruktur Kurikulum.
6. Permendikbud Nomor 61 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengembangan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
7. Permendikbud Nomor 62 Tahun 2014 kegiatan Ekstra Kurikuler pada Pendidikan Dasar dan

11
Menengah.
8. Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstra
Kurikuler Wajib.
9. Permendikbud Nomor 79 Tahun 2014 tentang Muatan Lokal.
10. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti
11. Permendikbud Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan
Satuan pendidikan di Pendidikan Dasar dan Menengah.
12. Permendikbud Nomor 57 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil belajar oleh Pemerintah
Melalui Ujian Nasional dan Ujian Sekolah.diganti dengan Permendikbud Nomor 4 Tahun
2018 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan dan Pemerintah.
13. Panduan Penilaian Sekolah Dasar edisi revisi Tahun 2016
14. Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan
Dasar dan Menengah.
15. Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
16. Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah.
17. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan
Menengah.
18. Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2016 Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar Dan
Menengah
19. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2018
Tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru Kepala Sekolah Pengawas Pendidikan Dasar Dan
Menengah
20. Perdikbud No.20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter pada pendidikan
Formal
21. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 4 Tahun 2019 tentang
penyederhanaan penyempurnaan RPP
22. Surat Edaran Mentri Pendidkan dan Kebudayaan No. 1 Tahun 2020 Tentang Kebijakan
Merdeka Belajar
23. Permendikbud no 37 Tahun 2018 tentang perubahan terhadap permen dikbud 24/2016
tentang KI,KD
24. Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 305/KEP/D/KR/2016
tentang penetapan satuan pendidikan pelaksana kurikulum 2013
25. Peraturan Gubernur Nomor 20 Tahun 2013 tentang Bahasa, Aksara dan Sastra Bali
26. Pergub No 80 Tahun 2018 tentang perlindungan penggunaan bahasa, Aksara dan Sastra Bali
serta penyelenggaraan bulan bahasa Bali

12
27. Pergub No.79 Tahun 2018 tentang Hari penggunaan Busana adat Bali
28. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020 tentang
Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Virus Disease
(COVID-19)
29. Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari rumah
dalam masa darurat penyebaran corona virus disease ( COVID-19 )
30. Surat Edaran PANRB Nomor 58 Tahun 2020 tentang Sistem Kerja Pegawai Aparatur Sipil
Negara dalam Tatanan Normal Baru
31. Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri
Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 01/KB/2020, Nomor 516
Tahun 2020, Nomor HK.03.01/Menkes/363/2020, dan Nomor 440-882 Tahun 2020 tentang
Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Pada Tahun Ajaran 2020/2021 dan Tahun
Akademik 2020 di Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
32. Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Provinsi bali no.420 /
11675 / BPTEKDIK / DISDIKPORA tentang Kalender Pendidikan provinsi Bali tahun
pelajaran 2020/2021.
33. Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gianyar No. 420/3664/Disdik tentang
Penyelenggaraan Pembelajaran Tahun Ajaran Akademik Baru Di Masa Pandemi Corona
Virus Disease (COVID-19) Tahun 2020/2021

13
BAB IV
STRUKTUR KURIKULUM

A. Kompetensi Inti
Kompetensi Inti Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) merupakan tingkat
kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dimiliki seorang
peserta didik SD/MI pada setiap tingkat kelas. Kompetensi Inti dirancang untuk setiap kelas/usia
tertentu. Melalui Kompetensi Inti, sinkronisasi horisontal berbagai Kompetensi Dasar antarmata
pelajaran pada kelas yang sama dapat dijaga. Selain itu sinkronisasi vertikal berbagai
Kompetensi Dasar pada mata pelajaran yang sama pada kelas yang berbeda dapat dijaga pula.
Rumusan Kompetensi Inti menggunakan notasi sebagai berikut:
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk Kompetensi Inti sikap spiritual;
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk Kompetensi Inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk Kompetensi Inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk Kompetensi Inti keterampilan.
Uraian revisi Kompetensi Inti untuk setiap Tingkat Kompetensi disajikan dalam tabel berikut.
(Tingkat Kelas I-VI SD/MI/SD)
Tabel 4.1
Tabel KI dan diskripsinya

KOMPETENSI INTI DESKRIPSI KOMPETENSI


Sikap Spritual 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama
yang dianutnya
Sikap Sosial 2. Menunjukkan perilaku:
a. Jujur
b. disiplin,
c. santun,
d. percaya diri,
e. peduli, dan
f. bertanggung jawab
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru,
dan tetangga, dan Negara

B. Mata Pelajaran
Struktur Kurikulum SD/MI terdiri atas mata pelajaran umum kelompok A dan mata
pelajaran umum kelompok B. Mata pelajaran umum kelompok A merupakan program kurikuler
yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan
kompetensi keterampilan peserta didik sebagai dasar penguatan kemampuan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Mata pelajaran umum kelompok B merupakan
program kurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi
pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik terkait lingkungan dalam bidang sosial,
budaya, dan seni. Khusus untuk MI, dapat ditambah dengan mata pelajaran keagamaan yang
diatur oleh Kementerian Agama. Struktur kurikulum SD secara Nasional sebagai berikut :
14
Tabel 4.2
Struktur Kurikulum SD secara Nasional

ALOKASI WAKTU PER MINGGU


MATA PELAJARAN
I II III IV V VI
Kelompok A (Umum)
1. Pendidikan Agama dan Budi
4 4 4 4 4 4
Pekerti
2. Pendidikan Pancasila dan
5 5 6 5 5 5
Kewarganegaran
3. Bahasa Indonesia 8 9 10 7 7 7
4. Matematika 5 6 6 6 6 6
5. Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 3 3
6. Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 3 3 3
Kelompok B (Umum)
Seni Budaya dan Prakarya 4 4 4 4 4 4

Berdasarkan hasil Rapat Tim Pengembang Kurikulum SD Negeri 42 Lubuklinggaudan


mengacu pada permendikbud Nomor 61 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengembangan
kurikulum tingkat satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah serta memperhatikan
Peraturan Gubernur Bali Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Bali di
SD, SMP, SMA, SMK. Penerapan Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa Inggris pada jenjang
pendidikan sekolah dasar / Madrasah Ibtidaiyah diberikan mulai Kelas IV – Kelas VI sebagai
Muatan Lokal Wajib diberikan selama 2 Jam per Minggu. maka strukutur kurikulum SD Negeri
42 Lubuklinggaudisusun sebagai berikut :
Tabel 4.3
Struktur Kurikulum SD Negeri 42 Lubuklinggau

ALOKASI WAKTU PER MINGGU


MATA PELAJARAN I II III IV V VI
Kelompok A (Umum)
1. Pendidikan Agama dan Budi 4 4 4 4 4 4
Pekerti
2. Pendidikan Pancasila dan 5 5 6 5 5 5
Kewarganegaran
3. Bahasa Indonesia 8 9 10 7 7 7
4. Matematika 5 6 6 6 6 6
5. Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 3 3
6. Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 3 3 3
Kelompok B (Umum)
1. Seni Budaya dan Prakarya 4 4 4 4 4 4
2. Pendidikan Jasmani, 4 4 4 4 4 4
Olahraga, dan Kesehatan
Kelompok C ( Muatan Lokal )
1. Kesenian Daerah 2 2 2 2 2 2
Jumlah jam pelajaran per minggu 32 34 36 40 40 40

15
Keterangan
 Mata pelajaran Kelompok A merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan dan acuannya
dikembangkan oleh pusat.
 Mata pelajaran Kelompok B merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan dan acuannya
dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi dengan muatan/konten lokal.
 Mata pelajaran Kelompok C merupakan kelopmpok muatan lokal sebagai mata pelajaran
yang berdiri sendiri yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh daerah.
 Muatan local yang diberikan berupa mata pelajaran Bahasa Bali dan Bahasa Inggris
 Satu jam pelajaran beban belajar tatap muka adalah 35 menit.
 Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri, maksimal 40% dari waktu
kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan.
 SD Negeri 42 Lubuklinggaumenyelenggarakan minimal 2 aspek Pelajaran Seni Budaya dan
Prakarya
 Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas Pendidikan Kepramukaan (wajib), seni tari, voli dan
futsal
 Pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran Tematik-Terpadu kecuali mata
pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

C. Beban Belajar dan Beban Kerja Sebagai Pendidik


Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik dalam satu
minggu, satu semester, dan satu tahun pelajaran.
1. Beban belajar di SD Negeri 42 Lubuklinggaudinyatakan dalam jumlah jam pelajaran per
minggu.
a. Beban belajar satu minggu Kelas I adalah 32 jam pelajaran.
b. Beban belajar satu minggu Kelas II adalah 34 jam pelajaran.
c. Beban belajar satu minggu Kelas III adalah 36 jam pelajaran.
d. Beban belajar satu minggu Kelas IV, V, dan VI adalah 40 jam pelajaran.

Jumlah Hari efektif belajar Semester I di Kelas I, II, III, IV, V dan VI adalah 130 hari
= (21.7 minggu sfektif / 6 hari)

Jumlah Hari efektif belajar Semester II di Kelas I, II, III, IV, V adalah 127 hari
= (21.7 minggu efektif / 6 hari)

Jumlah hari efektif belajar semester II dikelas VI adalah 84 hari


= 14 minggu efektif / 6 hari )

16
Pengaturan Beban Belajar
Beban belajar yang digunakan di SD Negeri 42 Lubuklinggau adalah sistem paket
sebagaimana tertera dalam Tabel berikut :
Tabel 4.4
Pengaturan Beban belajar

Satu jam Jumlah Jam Minggu Efektif Waktu


Kelas Tatap Pembelajaran Per Tahun Pembelajaran/Jam
Muka Per Minggu Tatap Muka Per tahun
I 35 32 37.17 1.189
II 35 34 37.17 1 264
III 35 36 37.17 1 338
IV 35 40 37.17 1 486
V 35 40 37.17 1 486
VI 35 40 33.67 1 346

Beban belajar dengan sistem paket sebagaimana diatur dalam struktur kurikulum setiap
satuan pendidikan merupakan pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran yang
terdapat pada semester gasal dan genap dalam satu tahun ajaran. Beban belajar pada sistem
paket terdiri atas pembelajaran tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri.
Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri 35% dari waktu tatap muka.
Beban Belajar Tambahan SD Negeri 42 Lubuklinggaumenambah beban belajar 2 Jam
Pelajaran Untuk Muatan Lokal Bahasa Bali dari Kelas I sampai Kelas VI dan 2 jam pelajaran
Muatan Lokal Bahasa Inggris dari Kelas IV sampai Kelas VI berdasarkan pertimbangan
kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya, atas beban
pemerintah daerah Prov. Bali dan Kabupaten Gianyar.

D. STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN


Strategi Pembelajaran dan kegiatan pembelajaran pada semester I Tahun pelajaran
2020/2021 tidak melakukan pembelajaran tatap muka langsung menggunakan pembelajaran
daring sesuai dengan surat edaran sekretaris jurnal Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik No. 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar di Rumah dalam
masa darurat covid – 19.
1. Tujuan Pelaksanaan Belajar Dari Rumah
Pelaksanaan Belajar Dari Rumah (BDR) selama darurat COVID-19 bertujuan untuk :
1) Memastikan pemenuhan hak peserta didik untuk mendapatkan layanan pendidikan
selama darurat COVID-19;
2) Melindungi warga satuan pendidikan dari dampak buruk COVID-19;
3) Mencegah penyebaran dan penularan COVID-19 di satuan pendidikan; dan
4) Memastikan pemenuhan dukungan psikososial bagi pendidik, peserta didik dan
orang tua/wali.

17
2. Prinsip Pelaksanaan Belajar Dari Rumah
BDR dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip yang tertuang dalam Surat Edaran
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan
Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Virus Disease (COVID 19), yaitu:
1) Keselamatan dan kesehatan lahir batin peserta didik, pendidik, kepala satuan
pendidikan dan seluruh warga satuan pendidikan menjadi pertimbangan utama dalam
pelaksanaan BDR;
2) Kegiatan BDR dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna
bagi peserta didik, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum;
3) BDR dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup, antara lain mengenai
pandemi COVID-19;
4) Materi pembelajaran bersifat inklusif sesuai dengan usia dan jenjang pendidikan,
konteks budaya, karakter dan jenis kekhususan peserta didik;
5) Aktivitas dan penugasan selama BDR dapat bervariasi antar daerah, satuan pendidikan
dan Peserta Didik sesuai minat dan kondisi masingmasing, termasuk
mempertimbangkan kesenjangan akses terhadap fasilitas BDR;
6) Hasil belajar peserta didik selama BDR diberi umpan balik yang bersifat kualitatif dan
berguna dari guru tanpa diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif; dan
7) Mengedepankan pola interaksi dan komunikasi yang positif antara guru dengan orang
tua/wali.

3. Metode dan Media Pelaksanaan Belajar Dari Rumah


BDR dilaksanakan dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang dibagi ke dalam 2
(dua) pendekatan:
1) Pembelajaran jarak jauh dalam jaringan (daring)
2) Pembelajaran jarak jauh luar jaringan (luring)
Dalam pelaksanaan PJJ, satuan pendidikan dapat memilih pendekatan (daring atau
luring atau kombinasi keduanya) sesuai dengan ketersediaandan kesiapan sarana dan
prasarana.

4. Pelaksanaan Belajar Dari Rumah oleh Dinas Pendidikan


Selama masa darurat COVID-19, dinas pendidikan dapat melakukan langkah-
langkah pelaksanaan BDR sebagai berikut.
1) Membentuk Pos Pendidikan. Dinas Pendidikan dalam masa darurat COVID-19 dapat
membentuk Pos Pendidikan. Pos Pendidikan ini bertugas sebagai sekretariat
penanganan darurat COVID-19 bidang pendidikan. Keanggotaan Pos Pendidikan
terdiri dari unsur pemerintah, organisasi kemasyarakatan, lembaga usaha dan media.
Pos pendidikan ini merupakan bagian dari Gugus Tugas COVID-19 di daerah. Dalam

18
melaksanakan tugasnya, Pos Pendidikan melakukan koordinasi secara daring di daerah
dengan:
a. gugus tugas penanganan COVID-19 setempat untuk menggordinasikan penanganan
COVID-19;
b. dinas kesehatan setempat untuk menggordinasikan penanganan kesehatan termasuk
ada/tidaknya peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan yang terpapar
COVID-19 (menjadi ODP, PDP, atau terkonfirmasi positif);
c. badan penanggulangan bencana daerah setempat: untuk menggordinasikan
penyelenggaraan penanggulangan bencana;
d. dinas sosial setempat untuk pengupayaan saluran layanan dukungan psikososial di
tingkat daerah dan satuan pendidikan, memastikan keamanan situasi dan kondisi
pendidik, tenaga pendidikan, dan peserta didik secara fisik dan mental, dan
pemenuhan kebutuhan pendampingan psikososial bagi pendidik, tenaga
kependidikan, dan peserta didik;
e. dinas komunikasi dan informatika untuk menggordinasikan ketersediaan akses
komunikasi dan jaringan telekomunikasi untuk pelaksanaan BDR;
f. organisasi masyarakat, komunitas, media dan dunia usaha yang dapat membantu
dalam proses penyelenggaraan pendidikan selama masa darurat bencana.

2) Melakukan koordinasi secara daring dengan Kemendikbud melalui Sekretariat


Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana (Seknas SPAB), Lembaga Penjaminan
Mutu Pendidikan (LPMP) dan Pusat Pengembangan/Balai Pengembangan Pendidikan
Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PP/BP- PAUD Dikmas) terkait
pelaksanaan kebijakan BDR.

3) Melakukan pendataan di daerah. Pemerintah daerah wajib melakukan pendataan


pelaksanaan BDR sesuai dengan format yang disediakan Kemendikbud melalui tautan
http://data.spab.kemdikbud.go.id. Pendataan mencakup antara lain:
a. warga satuan pendidikan terpapar COVID-19 (ODP, PDP, terkonfirmasi positif);
b. akses terhadap internet dan listrik;
c. kondisi, kesiapan dan kebutuhan belajar peserta didik selama BDR:

4) Menyusun dan menetapkan kebijakan pendidikan selama masa darurat COVID-19 di


daerahnya dalam hal:
a. program, kegiatan dan anggaran untuk melaksanakan kebijakan pendidikan selama
masa darurat COVID-19;
b. durasi waktu pelaksanaan kebijakan BDR;
c. mekanisme penerimaan peserta didik baru yang mengikuti protocol kesehatan untuk

19
mencegah penyebaran COVID-19, termasuk mencegah berkumpulnya peserta didik
dan orangtua secara fisik di satuan pendidikan;
d. mekanisme pelaksanaan ujian satuan pendidikan, kenaikan tingkat, dan kelulusan
peserta didik; dan
e. pembukaan kembali pembelajaran di satuan pendidikan.

5) Memfasilitasi pembelajaran daring dan/atau luring

6) Melakukan penyebaran informasi dan edukasi pencegahan COVID-19 melalui grup


media daring, radio, pengumuman keliling, serta menginformasikan perkembangan
penanganan darurat COVID-19 bidang pendidikan kepada masyarakat.

7) Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan BDR oleh satuan pendidikan.

8) Melaporkan perkembangan pelaksanaan kebijakan BDR kepada Kemendikbud dan


menginformasikan perkembangan BDR kepada masyarakat secara rutin.

5. Pelaksanaan Belajar Dari Rumah oleh Kepala Satuan Pendidikan


Selama masa darurat COVID-19, kepala satuan pendidikan melakukan langkah- langkah
pelaksanan BDR sebagai berikut.
1) Menetapkan model pengelolaan satuan pendidikan selama BDR, diantaranya:
a. bekerja dan mengajar dari rumah bagi guru dan tenaga kependidikan.
b. menentukan jadwal piket apabila diperlukan. Dalam hal dilakukan piket
hendaknya berkoordinasi dengan dinas pendidikan dan gugus tugas penanganan
COVID-19 setempat.

2) Memastikan sistem pembelajaran yang terjangkau bagi semua peserta didik termasuk
peserta didik penyandang disabilitas.

3) Membuat rencana keberlanjutan pembelajaran. Jika masa darurat COVID-19 dan


kegiatan BDR diperpanjang maka perlu mengoordinir para guru untuk berkreasi
dengan menggunakan bahan ajar yang terdiri dari:
a. instruksi dan materi pembelajaran daring dengan menggunakan media dan sumber
belajar daring.
b. instruksi dan materi pembelajaran luring dengan menggunakan televisi, radio,
buku, dan modul pembelajaran mandiri peserta didik.
c. intruksi untuk melakukan adaptasi materi pembelajaran untuk peserta didik
penyandang disabilitas.

20
4) Melakukan pembinaan dan pemantauan kepada guru melaluilaporanpembelajaran
yang dikumpulkan setiap minggu
a. memastikan guru memfasilitasi pembelajaran jarak jauh baik secara daring
maupun luring;
b. memastikan rencana pelaksanaan pembelajaran menerapkan pembelajaran
bermakna, kegiatan kecakapan hidup dan aktivitas fisik; dan
c. memastikan adanya materi edukasi untuk orang tua/wali peserta didik terkait
pencegahan COVID-19 dan menerapkan pola perilaku hidup bersih di rumah.

5) Memastikan ketersediaan sarana dan prasarana yang dimiliki guru dalam


memfasilitasi pembelajaran jarak jauh baik secara daring maupun luring selama
darurat COVID-19.
a. Ketersediaan gawai/komputer/laptop untuk fasilitas pembelajaran daring.
b. Akses ke media pembelajaran daring dan luring.
c. Distribusi sarana pembelajaran luring dan alat peraga ke rumah peserta didik
termasuk alat peraga pendidikan bagi peserta didik penyandang disabilitas
(bagi yang tidak memiliki akses ke pembelajaran daring).
d. Berkoordinasi dengan dinas pendidikan, dan/atau dinas sosial, dan/atau dinas
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak untuk pengupayaan adanya
layanan dukungan psikososial bagi pendidik, orang tua/wali, dan peserta didik.
Layanan psikososial dapat menggunakan berbagai saluran, diantaranya:
(1)layanan psikososial yang disediakan oleh Gugus Tugas Nasional Percepatan
Penanganan COVID-19 melalui pusat panggilan atau call center 119 extention
8;
(2)layanan psikososial oleh Himpunan Psikologi Indonesia melalui
http://bit.ly/bantuanpsikologi;
(3)layanan psikososial oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa
Indonesia http://www.pdskji.org/; dan/atau
(4)layanan psikososial oleh pekerja sosial, hubungi dinas social setempat.

6) Membuat programpengasuhan untuk mendukung orang tua/wali dalam mendampingi


peserta didik belajar, minimal satu kali dalam satu minggu. Materi tentang
pengasuhan dapat dilihat pada laman https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/

7) Membentuk tim siaga darurat untuk penanganan COVID-19 di satuan pendidikan,


memberikan pembekalan mengenai tugas dan tanggung jawab kepada tim, dan
berkoordinasi dengan dinas pendidikan dan/atau gugus tugas penanganan COVID-19

21
setempat dan/atau fasilitas kesehatan/rujukan penanganan COVID-19 terdekat.

8) Memberikan laporan secara berkala kepada dinas pendidikan dan/atau pos pendidikan
daerah terkait:
a. kondisi kesehatan warga satuan pendidikan;
b. metode pembelajaran jarak jauh yang digunakan
c. (daring/luring/kombinasi daring dan luring);
d. jumlah peserta didik yang belum bisa terlayani;
e. kendala pelaksanaan BDR; dan
f. praktik baik dan capaian hasil belajar peserta didik.

6. Pelaksanaan Belajar Dari Rumah oleh Guru


Guru memfasilitasi pelaksanaan PJJ secara daring, luring, mupun kombinasi keduanya
sesuai kondisi dan ketersediaan sarana pembelajaran.
1) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran jarak jauh Referensi perencanaan PJJ
baik secara daring maupun luring dapat dilihat pada portal Guru Berbagi
https://guruberbagi.kemdikbud.go.id/. Dalam menyiapkan pembelajaran, guru perlu
memastikan beberapa hal berikut:
a. memastikan kompetensi pembelajaran yang ingin dicapai. Dilarang memaksakan
penuntasan kurikulum dan fokus pada pendidikan kecakapan hidup.
b. menyiapkan materi pembelajaran. Dalam pelaksanaan BDR, materi dapat
difokuskan pada:
(1) literasi dan numerasi;
(2) pencegahan dan penanganan pandemi COVID-19;
(3) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Gerakan Masyarakat Sehat
(Germas);
(4) kegiatan rekreasional dan aktivitas fisik;
(5) spiritual keagamaan; dan/atau
(6) penguatan karakter dan budaya.
c. menentukan metode dan interaksi yang dipakai dalam penyampaian pembelajaran
melalui daring, luring, atau kombinasi keduanya.
d. menentukan jenis media pembelajaran, seperti format teks, audio/video simulasi,
multimedia, alat peraga, dan sebagainya yang sesuai dengan metode pembelajaran
yang digunakan; dan
e. guru perlu meningkatkan kapasitas dengan mengikuti pelatihan daring yang
disediakan oleh pemerintah maupun lembaga nonpemerintah guna mendukung
keterampilan menyelenggarakan PJJ pada situasi darurat COVID-19.

22
2) Fasilitasi pembelajaran jarak jauh daring
Waktu pembelajaran daring sepanjang hari menyesuaikan ketersediaan waktu,
kondisi, dan kesepakatan peserta didik dan orangtua/walinya. Proses pembelajaran
daring terdiri atas:

a. Tatap muka Virtual melalui video conference, teleconference, dan/atau diskusi dalam
group di media sosial atau aplikasi pesan. Dalam tatap muka virtual memastikan
adanya interaksi secara langsung antara guru dengan peserta didik.
b. Learning Management System (LMS). LMS merupakan system pengelolaan
pembelajaran terintegrasi secara daring melalui aplikasi. Aktivitas pembelajaran
dalam LMS antara lain pendaftaran dan pengelolaan akun, penguasaan materi,
penyelesaian tugas, pemantauan capaian hasil belajar, terlibat dalam forum diskusi,
konsultasi dan ujian/penilaian. Contoh LMS antara lain kelas maya rumah belajar,
google classroom, ruang guru, zenius, edmodo, moodle, siajar LMS seamolec, dan
lain sebagainya.

E. Ketuntasan Belajar
a. Waktu
Penentuan KKM untuk peserta didik SD Negeri 42 Lubuklinggauditetapkan pada saat
penyusunan kurikulum menjelang awal tahun pembelajaran baru melalui musyawarah antara
guru, kepala sekolah, dan stake holders lainnya. Begitu pula penentuan kriteria kenaikan
kelas. Pelaksanaan ujian sekolah dilaksanakan pada akhir tahun pelajaran.

b. Langkah-langkah menentukan KKM ( Kreteria Ketuntasan Minimal)


Kriteria yang dijadikan acuan dalam menentukan KKM peserta didik pada SD Negeri
42 Lubuklinggauantara lain;

1) Intake, yaitu bahan pertimbangan yang berasal dari tingkat rata-rata kemampuan peserta
didik. Kemampuan rata-rata tersebut diambil dari rata-rata kelas dari prestasi sebelumnya.
Semakin tinggi rata-rata kelas, maka bobot yang diberikan
semakin besar.

2) Kompleksitas kompetensi, yaitu menyangkut tingkat kesulitan, kedalaman, dan tingkat


kompleksitas kompetensi yang harus dipelajari siswa. Semakin tinggi tingkat kesulitan dan
kompleksitas kompetensi, maka semakin kecil bobot yang diberikan sebagai dasar
penghitungan KKM.

3) Kemampuan sumber daya pendukung meliputi kemampuan guru, dan sarana prasarana

23
dalam penyelenggaraan pembelajaran.
Proses penentuan KKM yang ditempuh dalam penentuan KKM setiap kelas adalah
(1) Menghitung jumlah Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran setiap kelas.
(2) Menenentukan kekuatan/nilai untuk setiap aspek/komponen, sesuai dengan
kemampuan masing-masing aspek:
 Aspek Kompleksitas:
Semakin komplek (sukar) KD maka nilainya semakin rendah tetapi semakin mudah
KD maka nilainya semakin tinggi.
 Aspek Sumber Daya Pendukung
Semakin tinggi sumber daya pendukung maka nilainya semakin tinggi.
 Aspek intake
Semakin tinggi kemampuan awal siswa (intake) maka nilainya semakin tinggi.
(3) Menjumlahkan nilai setiap komponen, selanjutnya dibagi 3 untuk menentukan KKM
setiap KD.

(4) Menjumlahkan seluruh KKM KD, selanjutnya dibagi dengan jumlah KD untuk
menentukan KKM mata pelajaran.

Dari proses penyusunan KKM tersebut maka SD Negeri 42 Lubuklinggau untuk Tahun
Pelajaran 2020/2021 menetapkan KKM.
a. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ) untuk Kelas I s/d VI

Mata Kreteria Ketuntasan Minimal


Pelajaran/Muatan
No
Mata Pelajaran KI3 dan KI4
KI 1
dan
Kls Kls Kls Kls Kls Kls
KI 2
Kelompok A I II III IV V VI

1 Pendidikan Agama dan


65 65 75 75 75 75
Budi Pekerti
2 PPKn 65 70 75 75 75 75
3 Bahasa Indonesia 65 65 75 75 65 75
4 Matematika 65 65 63 65 65 68
5 Ilmu Pengetahuan Alam - - - 65 65 68
6 Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 65 68
Kelompok B 75 75
1 SBdP 70 75 75 75 75 75
2 PJOK 70 75 75 75
Kelompok C 75
1 Kesenian Daerah 65 65 75 75 75 75
Ekstrakurikuler

24
1 Wajib (Pramuka) B B B B B B B
2 Kesenian
Tari B B B B B B B
3 Akademik
Pembinaan MIPA B B B

b. Standar Kelulusan Minimal (setelah konversi semua unsur yang dipersyaratkan).


No Standar Kriteria Kelulusan ( SKL)
Mata Pelajaran Angka Huruf
1 Perndidikan Agama dan Budi 80,00 Delapan Puluh,N0l Nol
Pekerti
2 Pendidikan Kewarga Nega raan 75,00 Tujuh Puluh Lima,Nol Nol
3 Bahasa Indonesia 73,00 Tujuh Puluh Tiga,Nol Nol
4 Matematika 70,00 Tujuh Puluh, Nol Nol
5 Ilmu Pengetahuan Alam 73,00 Tujuh Puluh Tiga,Nol Nol
6 Ilmu Pengetahuan Sosial 73,00 Tujuh Puluh Tiga,Nol Nol

7 Seni Budaya dan Ketrampilan 75,00 Tujuh Puluh Lima,Nol Nol

8 Pendidikan jasmani, Olahragaa , 75,00 Tujuh Puluh Lima,Nol Nol


dan Kesehatan
Muatan Lokal:

9 a. Kesenian Daerah 75,00 Tujuh Puluh Lima,Nol Nol

F. Ekstrakurikuler/Pengembangan Diri yang meliputi :


a. Ekstrakurikuler wajib :
1) Kepramukaan.
b. Ekstrakurikuler Pilihan/Pengembangan Diri :
1) Kelompok Seni dan Budaya Daerah (Tari)
2) Pembinaan MIPA (Matematika dan IPA)

Dalam implementasinya, Ekstrakurikuler Pramuka pada SD Negeri 42


Lubuklinggaudilaksanakan dengan :
1) Sistem Blok, yang khusus digunakan sebagai pengenalan untuk peserta didik kelas I (satu).
2) Sistem Aktualisasi, untuk semua peserta didik sesuai substansi tema dan KD yang diajarkan.
3) Sistem Regular, yaitu untuk peserta didik yang memang menerapkan pilihannya pada
Pramuka.

25
G. Kenaikan Kelas dan Kelulusan
a. Kriteria Kenaikan Kelas
Kenaikan kelas peserta didik ditetapkan melalui rapat dewan guru dengan
mempertimbangkan berbagai aspek yang telah disepakati oleh seluruh warga satuan
pendidikan, seperti minimal kehadiran, ketaatan padatata tertib,dan peraturan lainnya yang
berlaku di satuan pendidikan tersebut.Peserta didik dinyatakan tidak naik kelas apabila hasil
belajar dari paling sedikit 3 (tiga) mata pelajaran pada kompetensi pengetahuan keterampilan
belum tuntas dan/atau sikap belum baik.Peserta didik diupayakan mengikuti proses
pembelajaran dan penilaian yang maksimal. Oleh karena itu apabila ada peserta didik yang
terpaksa harus tidak naik kelas, maka hal ini harus menjadi umpan balik bagi pendidik,
satuan pendidikan, dan orangtua sehingga diharapkan semua peserta didik pada akhirnya
dapat naik kelas.

b. Kriteria Kelulusan dari Satuan Pendidikan


Kelulusan dan kriteria kelulusan peserta didik dari Satuan Pendidikan ditetapkan melalui
rapat dewan guru. Peserta didik dinyatakan lulus dari Satuan Pendidikan pada Pendidikan
Dasar dan Menengah setelah memenuhi syarat berikut.
1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
2) Memperoleh nilai sikap/perilaku minimal Baik; dan
3) Lulus Ujian Sekolah seluruh muatan/mata pelajaran

H. Pelaksanaan Penilaian Pembelajaran


a. Pelaksanaan dilakukan berdasarkan Permendikbud Nomor 23 tahun 2016 dan Panduan
Penilaian edisi Permendikbud, tentan g standar penilaian. Berdasarkan aturan tersebut,
penilaian pembelajaran di kelas I s/d VI dilaksanakan melalui :
1) Penilaian Kompetensi Inti Spiritual
2) Penilaian Kompetensi Inti Sikap,
3) Penilaian Kompetensi Inti Pengetahuan,
4) Penilaian Kompetensi Inti Keterampilan

Pengumpulan nilai dilakukan melalui penilaian :


1) Otentik selama proses pembelajaran,
2) Penilaian harian;
3) Penilaian Tengah Semester;
4) Penilaian Akhir Semester;
5) Penilaian akhir Tahun
6) Ujian Sekolah Terkoordinasi

Penilaian Kompetensi Spiritual dan Sikap dilakukan melalui observasi, pengamatan,

26
penilaian diri sendiri, penilaian teman sejawat, dan jurnal. Penilaian kompetensi pengetahuan
dilakukan melalui tes tulis, lisan, dan/atau tugas. Penilaian kompetensi keterampilan dilakukan
melalui unjuk kerja, proyek, dan/atau portofolio.

I. Muatan Pembelajaran
Pelaksanaan Kurikulum 2020/2021 dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan
tematik-terpadu dari Kelas I sampai Kelas VI. Adapun Muatan Pelajaran yang dipadukan dalam
tema di Kela I, II dan III adalah PKn , Bahasa Indonesia, Matematika dan SBdP dan di kelas IV,
V dan VI . Muatan Pelajaran PKn, Bahasa Indonesia, IPA, IPS SBdP. Mata pelajaran Pendidikan
Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan serta Muatan Lokal
Bahasa Bali di kelas I, II dan III dikecualikan untuk tidak menggunakan pembelajaran tematik-
terpadu, sedangkan di Kelas IV,V dan VI selain 3 mata pelajaran tersebut mata pelajaran
Matematika dan Muatan Lokal Kesenian Daerah tidak ditematikkan. Pembelajaran tematik
terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari
berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema seperti yang terdapat dalam tabel berikut ini.

Tabel 4
Daftar Tema Kelas I, II, dan III

KELAS I KELAS II KELAS III


1. Diriku 1. Hidup rukun 1. Perkembangbiakan
hewan dan tumbuhan
2. Kegemaranku 2. Bermain di lingkunganku 2. Perkembangan teknologi
3. Kegiatanku 3. Tugasku sehari-hari 3. Perubahan di alam
4. Keluargaku 4. Aku dan sekolahku 4. Peduli lingkungan
5. Pengalamanku 5. Hidup bersih dan sehat 5. Permainan tradisional
6. Lingkungan bersih, 6. Air, bumi, dan matahari 6. Indahnya persahabatan
sehat, dan asri
7. Benda, hewan, dan 7. Merawat hewan dan 7. Energi dan perubahannya
tanaman di sekitarku tumbuhan
8. Peristiwa alam 8. Keselamatan di rumah 8. Bumi dan alam semesta
dan perjalanan

Tabel 5
KELAS IV KELAS V KELAS VI
1. Indahnya kebersamaan 1. Benda-benda di 1. Selamatkan makhluk
lingkungan sekitar hidup
2. Selalu berhemat energi 2. Peristiwa dalam 2. Persatuan dalam
kehidupan perbedaan
3. Peduli terhadap 3. Kerukunan dalam 3. Tokoh dan penemu
lingkungan hidup bermasyarakat
4. Berbagai pekerjaan 4. Sehat itu penting 4. Globalisasi
5. Pahlawanku 5. Bangga sebagai bangsa 5. Wirausaha
indonesia
6. Indahnya negeriku 6. Organ tubuh manusia dan 6. Kesehatan masyarakat
hewan
7. Cita-citaku 27
7. Sejarah peradaban 7. Organisasi di sekitarku
indonesia
8. Tempat tinggalku 8. Ekosistem 8. Bumiku
9. Makananku sehat dan 9. Lingkungan sahabat kita 9. Menjelajah angkasa luar
bergizi
Daftar Tema Kelas IV, V, dan VI

28
Pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasikan Kompetensi Dasar
dari berbagai mata pelajaran yaitu intradisipliner, interdisipliner, multidisipliner,
dan transdisipliner. Integrasi intradisipliner dilakukan dengan cara
mengintegrasikan dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan menjadi satu
kesatuan yang utuh di setiap mata pelajaran. Integrasi interdisipliner dilakukan
dengan menggabungkan Kompetensi DasarKompetensi Dasar beberapa mata
pelajaran agar terkait satu dengan yang lainnya, sehingga dapat saling
memperkuat, menghindari terjadinya tumpang tindih, dan menjaga keselarasan
pembelajaran. Integrasi multidisipliner dilakukan tanpa menggabungkan
Kompetensi Dasar tiap mata pelajaran sehingga tiap mata pelajaran masih
memiliki Kompetensi Dasarnya sendiri.
Integrasi transdisipliner dilakukan dengan mengaitkan berbagai mata
pelajaran yang ada dengan permasalahanpermasalahan yang dijumpai di
sekitarnya sehingga pembelajaran menjadi kontekstual. Tema merajut makna
berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara
parsial. Dengan demikian, pembelajarannya memberikan makna yang utuh
kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia.
Tematikterpadu disusun berdasarkan gabungan proses integrasi seperti dijelaskan
di atas sehingga berbeda dengan pengertian tematik seperti yang diperkenalkan
pada kurikulum sebelumnya. Selain itu, pembelajaran tematikterpadu ini juga
diperkaya dengan penempatan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas I, II,
dan III sebagai penghela mata pelajaran lain. Melalui perumusan Kompetensi Inti
sebagai pengikat berbagai mata pelajaran dalam satu kelas dan tema sebagai
pokok bahasannya, sehingga penempatan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
sebagai penghela mata pelajaran lain menjadi sangat memungkinkan. Penguatan
peran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dilakukan secara utuh melalui
penggabungan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan
Ilmu Pengetahuan Sosial ke dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Kedua ilmu
pengetahuan tersebut menyebabkan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia menjadi
kontekstual, sehingga pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi lebih menarik.
Pendekatan sains seperti itu terutama di Kelas I, II, dan III menyebabkan
semua mata pelajaran yang diajarkan akan diwarnai oleh Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Untuk kemudahan
pengorganisasiannya, Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar kedua mata pelajaran
ini diintegrasikan ke mata pelajaran lain (integrasi interdisipliner). Kompetensi
Dasar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam diintegrasikan ke Kompetensi
Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Matematika.

29
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial diintegrasikan
ke Kompetensi Dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia, ke Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, dan ke Kompetensi
Dasar Mata Pelajaran Matematika. Sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI,
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan
Sosial masingmasing berdiri sendiri, sehingga pendekatan integrasinya adalah
multidisipliner, walaupun pembelajarannya tetap menggunakan tematik terpadu.
Prinsip pengintegrasian interdisipliner untuk Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial seperti diuraikan di atas dapat
juga diterapkan dalam pengintegrasian muatan lokal. Kompetensi Dasar muatan
lokal yang berkenaan dengan seni, budaya, keterampilan, dan bahasa daerah
diintegrasikan ke dalam Mata Pelajaran Seni Budaya dan Prakarya. Kompetensi
Dasar muatan lokal yang berkenaan dengan olahraga serta permainan daerah
diintegrasikan ke dalam Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan.

J. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar dirumuskan untuk mencapai Kompetensi Inti. Rumusan
Kompetensi Dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik dan
kemampuan peserta didik, dan kekhasan masingmasing mata pelajaran.
Kompetensi Dasar meliputi empat kelompok sesuai dengan pengelompokan
Kompetensi Inti sebagai berikut:
1. kelompok 1 : kelompok Kompetensi Dasar sikap spiritual dalam rangka
menjabarkan KI1;
2. kelompok 2: kelompok Kompetensi Dasar sikap sosial dalam rangka
menjabarkan KI2;
3. kelompok 3 : kelompok Kompetensi Dasar pengetahuan dalam rangka
menjabarkan KI3; dan
4. kelompok 4: kelompok Kompetensi Dasar keterampilan dalam rangka
menjabarkan KI4.

30
BAB V
KALENDER PENDIDIKAN

Kurikulum SD Negeri 42 Lubuklinggau diselengarakan dengan mengikuti kalender

pendidikan setiap tahun pelajaran. Kalender pendidikan aalah pengaturan waktu untuk

kegiatan pembelajaran peserta didik dalam satu tahun pelajaran yang mencakup permulaan

tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajarn efektif dan hari libur.

Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun

pembelajaran. Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk

setiap tahun pelajaran. Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap

minggu meliputi jumlah jam pelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk muatan lokal

ditambah pengembangan diri. Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan

kegiatan pembelajaran terjadwal di sekolah. Waktu libur terjadi pada jeda antar semester,

akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar

nasional dan hari libur khusus. Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan keputusan menteri

pendidikan nasional.

31
32
BAB V
PENUTUP

Kurikulum ini diharapkan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga kegiatan

belajar mengajar di SD Negeri 42 Lubuklinggau menjadi lebih menyenangkan, menantang,

mencerdaskan, dan sesuai dengan keadaan daerah dan kebutuhan peserta didik setempat.

Kurikulum direview setiap tahun menyesuaikan situasi dan kondisi. Perubahan dan

pengembangan Kurikulum 2013 harus melibatkan dewan guru dengang persetujuan orang tua

murid melalui komite madrasah. Sosialisasi kurkulum 2013 dilasanakan melalui rapat orang

tua siswa. Kesungguhan, komitmen, kerja keras, dan kerja sama dari para guru, kepala

sekolah, dan warga madarasah secara keseluruhan merupakan kunci utama bagi perwujudan

dari apa yang telah direncanakan. Selain itu berbagai hasil belajar yang diperoleh siswa

(pemahaman, keterampilan, sikap dan perilaku) dapat menjadi bahan evaluasi guna

mengetahui sejauh mana visi yang telah dirumuskan dapat dicapai atau didekati guna

menyusun dan melaksanakan kegiatan tindak lanjut.

Kurikulum dibuat untuk perbaikan dan evaluasi Sekolah Dasar. Apakah tujuan

pendidikan yang tertulis cukup lengkap dan dapat dicapai, apakah kemampuan (pemahaman,

prakarya, dan sikap serta prilaku) yang tertulis cukup merespon keadaan daerah dan

kebutuhan peserta didik, sejauh mana kemampuan siswa (pemahaman, prakarya, dan sikap

serta prilaku) yang diharapkan dapat dicapai, apakah metode yang digunakan cukup efektif

dalam mencapai tujuan yang diharapkan dan sejauhmana penilaian pembelajaran yang

dirancang dapat mengungkap secara jelas perkembangan kemampuan yang diharapkan dari

siswa. Oleh karena itu isi kurikulum ini masih jauh dari sempurna. Saran dan perbaikan dapat

menyempurnakan isi kurikulum 2013 ini.

33

Anda mungkin juga menyukai