30 93 1 PB
30 93 1 PB
Abstrak
Penelitian tentang pengolahan air baku dengan menggunakan koagulan Aluminium sulfat dan Poli
Aluminium Klorida (PAC) di intake Karang Anyar dan intake 1 Ilir pernah dilakukan sebelumnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis dan dosis koagulan yang tepat dalam proses pengolahan
air baku menjadi air minum. Jenis koagulan yang digunakan dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimia pada
air baku tersebut. Parameter uji yang diamati adalah parameter fisik dan kimia seperti kekeruhan, pH, Zat
Padat Terlarut (TDS), Oksigen Terlarut (DO), konduktivitas, temperatur, besi, amoniak dan nitrit yang
terkandung di dalam air baku. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode jar test untuk
menentukan dosis koagulan dan analisa beberapa parameter untuk menentukan sifat fisik dan kimia yang
terdapat pada air baku.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan koagulan Aluminium sulfat
efektif dan ekonomis untuk air baku di intake Karang Anyar dengan dosis optimum koagulan sebesar 44
ppm dengan biaya Rp 57,20, 00 /m3. Sedangkan koagulan Poly Aluminium Chloride cair efektif dan
ekonomis untuk air baku di intake 1 Ilir dengan penggunaan dosis optimum koagulan sebesar 5 ppm
dengan biaya Rp 200,00 /m3.
Abstract
Research on the raw water treatment using aluminum sulfate and Poly Aluminium Chloride (PAC) on
intake 1 Ilir and intake Karang Anyar been done before. This study aims to obtain the right type and dose
of coagulant in processing of raw water into drinking water. Type of coagulant used is influenced by
physical and chemical properties of the raw water. Test parameters were observed physical and chemical
parameters such as turbidity, pH, Dissolved Solids (TDS), Dissolved Oxygen (DO), conductivity,
temperature, iron, ammonia and nitrite contained in the raw water. The study was conducted using a jar
test method to determine the coagulant dosage and analyzes several parameters to determine the physical
and chemical properties contained in the raw water. The results showed that the use of aluminum sulfate
coagulant effective and economical for the raw water intake at Karang Anyar the optimum coagulant dose
of 44 ppm at a cost of Rp 57.20, 00 / m3. Poly Aluminium Chloride whereas liquid coagulant effective
and economical for the raw water intake 1 Ilir with the use of optimum coagulant dose of 5 ppm at a cost
of Rp 200.00 / m3.
ppm
2,5 0,15
Intake 1 Ilir
ppm
2 0,1
Intake Karang Anyar
1,5 0,05
1 0
Intake 1 Ilir
0,5 Intake Karang Anyar
0 Tanggal
2,5 2,13
Kadar Nitrit Air baku di Intake Karang
Anyar dan Intake 1 Ilir 2
Pada grafik 3 dapat dilihat bahwa
kandungan nitrit pada air baku di intake 1 Ilir 1,5
lebih tinggi bila dibandingkan dengan air baku di
intake Karang Anyar. Berdasarkan Peraturan 1
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun
0,5
2001, kriteria air baku, maka batas maksimum
kandungan nitrit dalam air baku yaitu 0,06 ppm. 0
Kandungan nitrit yang tinggi 40 42 44
menggambarkan berlangsungnya proses biologis
perombakan bahan organik yang memiliki kadar Dosis Koagulan Aluinium Sulfat
oksigen terlarut yang rendah. Kandungan nitrit (ppm)
ini berasal dari amoniak dalam air yang Grafik 4. Pengaruh Variasi Dosis Koagulan
kemudian akan diuraikan oleh bakteri Aluminium sulfat terhadap Kekeruhan Air baku
Nitrisomonas menjadi nitrit. di Intake Karang Anyar
6,16
6,05 5,63
6
40 42 44
5
Kekeruhan(NTU)
pH
2,53 7,15 7,2
3
2 1,13 7,1 7,14
0,45 7,13
1 7,05
0
7
40 60 80 100
10 15 20 25 30
Dosis Koagulan PAC Padat (ppm)
Dosis Koagulan PAC Padat (ppm)
Grafik 9 Pengaruh Variasi Dosis PAC Padat Grafik 10. Pengaruh Variasi Dosis PAC Padat
Terhadap Perubahan Kekeruhan Air Baku Intake Terhadap Perubahan pH Air Baku Intake Karang
1 Ilir Anyar
8,11
koagulan PAC padat dapat menurunkan nilai 8,05
kekeruhan air baku di intake 1 Ilir dari 37,5 NTU
8,05
menjadi 2,53 NTU dengan dosis optimum 8
koagulan PAC padat yaitu 60 ppm.
Pada penambahan koagulan PAC padat 7,95
dengan dosis 100 ppm nilai kekeruhan naik 40 60 80 100
kembali. Hal ini dikarenakan pada penambahan
koagulan PAC padat dengan dosis 100 ppm, Dosis Koagulan PAC padat
kation yang dilepaskan terlalu berlebih daripada (ppm)
yang dibutuhkan oleh partikel koloid dalam air Grafik 11. Pengaruh Variasi Dosis PAC Padat
yang bermuatan negatif untuk membentuk flok. Terhadap Perubahan pH Air Baku Intake 1 Ilir
Akibatnya akan terjadi penyerapan kation yang
berlebih oleh partikel koloid dalam air sehingga Pada air baku intake 1 Ilir, penggunaan
partikel koloid akan bermuatan positif dan terjadi dosis optimum koagulan PAC padat yaitu 60
gaya tolak menolak antar partikel, sehingga ppm dapat menurunkan kandungan amoniak dan
terjadi deflokulasi flok yang menyebabkan nitrit dari 3 ppm dan 0,17 ppm menjadi 0,15 ppm
larutan menjadi semakin keruh. Berdasarkan untuk amoniak dan 0,04 ppm untuk nitrit.
PERMENKES No. 492/Menkes/Per/IV/2010 Penggunaan dosis koagulan PAC padat jauh
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum dimana lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaan
batas maksimum kekeruhan adalah 5 NTU, maka dosis koagulan aluminium sulfat untuk
penggunaan koagulan PAC padat memenuhi menurunkan kekeruhan air baku di intake 1 Ilir.
kriteria untuk menurunkan tingkat kekeruhan air Selain itu penambahan koagulan PAC padat ini
baku di intake Karang Anyar dan intake 1 Ilir. dapat memperbaiki nilai pH air yang ditunjukkan
Dari grafik 10 di bawah ini disimpulkan pada reaksi berikut :
bahwa semakin banyak dosis PAC padat yang
ditambahkan pada air baku intake Karang Anyar, Al2(OH)3Cl3 → Al2(OH)33+ + 3Cl- + 3H2O →
maka semakin meningkat nilai pH nya hingga
7,30 setelah ditambahkan koagulan PAC padat 2Al(OH)3 + 3H+ + 3Cl-
sebanyak 30 ppm.
12,9 5,16
12,8 12,7
Kekeruhan (NTU)
5
12,7 3,81 3,77
4 3,35
12,6
12,5 12,4 3
12,4
12,3 2
12,2 1
12,1
0
10 15 20
2 2,5 3 3,5 4
Dosis Koagulan PAC Padat (ppm) Dosis Koagulan PAC Cair (ppm)
Grafik 12. Pengaruh Variasi Dosis Kombinasi
Koagulan Terhadap Kekeruhan Air Baku di Grafik 14. Pengaruh Variasi Dosis Koagulan
Intake 1 Ilir PAC cair Terhadap Kekeruhan Air Baku di
Intake Karang Anyar
Dari grafik 12 diperoleh bahwa pada
dosis optimum kombinasi koagulan Aluminium Pada grafik 14 disimpulkan bahwa
sulfat sebesar 40 ppm dengan PAC padat penggunaan koagulan PAC cair dapat
sebanyak 20 ppm belum menurunkan kekeruhan menurunkan kekeruhan hingga 3,35 NTU hanya
air baku di intake 1 Ilir dimana setelah dengan dosis optimum 3,5 ppm. Apabila
penambahan dosis tersebut nilai kekeruhan air pemakaian dosis koagulan PAC cair terlalu
masih tinggi yaitu 12,4 NTU. banyak atau terlalu sedikit maka kekeruhan akan
meningkat lagi. Oleh karena itu harus dicari titik
dosis koagulan yang paling optimum yaitu 3,5
7,9 ppm.
7,88 7,88
7,88 7,87
7
7,86
kekeruhan (NTU)
pH
6 5,88
7,84 5,42
5
7,82 4
3,56
7,8 3
2,57
10 15 20 2
Dosis Koagulan PAC Padat (ppm) 1
5,88 5,9
5,89 Al2(OH)5Cl → Al2(OH)5+ + Cl- + H2O →
5,86
5,87 2Al(OH)3 + H+ + Cl-
5,84
5,85
5,82 Ion Hidrogen lebih sedikit dihasilkan
2 2,5 3 3,5 4 yaitu satu ion hydrogen, dimana secara alami
Dosis Koagulan PAC cair (ppm) menunjukkan bahwa ion hidroksil mendominasi
komposisi ini. Koagulan PAC cair memiliki
Grafik 16. Pengaruh Variasi Dosis Koagulan basisitas yang tinggi, yaitu 83% – 85%, sehingga
PAC cair Terhadap pH Air Baku di Intake hanya berpengaruh sedikit terhadap pH air.
Karang Anyar