KEBIDANAN KOMUNITAS
SISTEM SIAGA (SUAMI SIAGA, BIDAN SIAGA, DAN DESA
SIAGA)
DISUSUN OLEH :
i
KATA PENGANTAR
Kami sangat berharap tugas ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan kita.
kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam tugas kami ini terdapat
kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Akhir kata kami berharap semoga tugas
ini dapat memberikan manfaat.
Kelompok 9
ii
DAFTAR ISI
Kata pengantar......................................................................................ii
Daftar isi................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang...................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
SISTEM SIAGA (SUAMI SIAGA, BIDAN SIAGA, DAN DESA
SIAGA)
A. Suami Siaga.....................................................................................3
B. Bidan Siaga......................................................................................6
C. Desa Siaga........................................................................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................12
B. Saran................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi suami siaga?
2. Apa yang dimaksud bidan siaga?
3. Apa yang dimaksud desa siaga?
1
C. Tujuan
Untuk menambah wawasan pembaca tentang Suami Siaga, Bidan Siaga, dan Desa Siaga.
Dan juga dapat memotivasi pembaca untuk menerapkan konsep Suami Siaga, Bidam
Siaga, dan Desa Siaga, sehingga tercipta mayarakat madani yang peduli mengenai
masalah kesehatan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1. Membantu mempertahankan dan meningkatkan kesehatan istri yang
sedang hamil
2. Memberikan perhatian dan kasih sayang kepada istri
3. Mengajak dan mengantar istri untuk memeriksa kehamilan kefasilitas
kesehatan yang terdekat minimal 4 kali selama kehamilan
4. Memenuhi kebutuhan gizi bagi istrinya agar tidak terjadi anemia dan
memperoleh istirahat yang cukup
5. Mempelajari gejala komplikasi pada kehamilan
6. Menyiapkan biaya melahirkan dan biaya transportasi
7. Melakukan rujukan kefasilitas yang lebih lengkap sedini mungkin
a. TRIMESTER I ( masa penuh gejolak emosi )
Selama hamil, ada begitu banyak perubahan pada ibu, Yang paling menonjol
adalah perubahan emosi. Itu terjadi karena kadar hormon estrogen dan
progesteron didalam tubuh berubah.maka dalam keadaan seperti ini
suamilah yang paling tepat untuk membantu melalui masa-masa itu.
Beberapa hal yang bisa terjadi pada trimester I :
1. Sering mual-mual dan muntah terutama dipagi hari karena mengalami
morning sickness
2. Menjadi cepat lelah dan mudah mengantuk
3. Mungkin tiba-tiba meminta atau menginginkan sesuatu yang “aneh”
atau ngidam
4. Semula tampak gembira, namun dalam beberapa detik bisa mendadak
nangis tersedu-sedu, merasa tertekan dan sedih tanpa sebab yang jelas
Yang dapat dilakukan suami :
Bawakan krekes dan air putih atau jus buah ke tempat tidur. Sehingga,
begitu istri bangun dan morning sickness mendera, keluhan yang dirasakn
langsung hilang. Berkat perhatian dan kasih sayang
Buatlah istri merasa nyaman, sehingga dapat beristirahat dan cukup tidur
Penuhi keingininan yang diinginkan istri
Tunjukan rasa bahagia dan antusias terhadap janin dalam kandungan
dengan cara mengajak janin bicara
b. TRIMESTER II ( masa-masa bahagia)
Beberapa hal yang bisa terjadi pada trimester kedua :
Emosi cendrung lebih stabil dan keluhan morning sickness juga jauh
berkurang, janin mulai bergerak dan istri merasa bahagia dengan
kehamilannya sehingga lebih bersemangat.
Yang dapat dilakukan suami :
Tetap menunjukkan kalau suami mengerti dan memahami benar perubahan
emosi yang cepat serta perasaan lebih peka yang dialaminya dan dampingi
istri saat melakukan pemeriksaan kehamilan
c. TRIMESTER III ( takut dan cemas menghadapi persalinan )
Beberapa hal yang bisa terjadi pada trimester ketiga :
Semakin dekat persalinan biasanya dia merasa semakin takut dan cemas
Merasa penampilannya tidak menarik karena perubahan bentuk fisik
4
Sering mengeluh sakit, pegal, ngilu dan berbagai rasa tidak nyaman pada
tubuhnya, terutama pada punggung dan panggul.
Yang dapat dilakukan suami :
Bantu ibu untuk mengatasi rasa cemas dan takut dalam menghadapi proses
persalinan
Puji ibu bahwa ibu tetap cantik dan menarik
Bantu ibu untuk mengatasi keluhan-keluhannya
5
B. DEFINISI BIDAN SIAGA
Bidan siaga adalah seorang bidan yang telah dipercaya dan diberi kepercayaan
yang lebih dari pemerintah atau negara untuk membantu masyarakat. Dimana, jika
masyarakat membutuhkan bantuan dari bidan, maka bidan siap kapan saja.
Bidan siaga diharapkan memberikan pelayanan yang luar biasa kepada
masyarakat. Khusunya dalam hal pelayanan selama kehamilan, persalinan dan
masa nifas serta dalam upaya menggerakan masyarakat untuk membentuk sistem
transportasi, donor darah dan tabungan bersalin untuk mengatasi
kegawatdaruratan saat persalinan.
Peran bidan dalam menggerakan masyarakat adalah sebagai promotor dari
pembinaan peran serta masyarakat. Bidan sebagai pelopor harus mampu
menggerakan masyarakat sekaligus ikut berkecimpung dalam kegiatan yang ada
dimasyarakat. Sebagai contoh, bidan ikut sebagai pendonor dalam program donor
darah berjalan, menyediakan layanan untuk tabungan ibu bersalin, serta berperan
aktif dalam program pemerintah.
Bidan siaga harus kompeten dan terlatih serta memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang sesuai dengan standar. Kompetensi-kompetensi bidan dapat
dicapai, baik melalui pendidikan formal maupun nonformal, serta secara terus
menerus mengakses pengetahuan agar selalu up to date. Misalnya mengikuti
pelatihan asuhan persalinan normal (APN), melalui obat-obatan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan dalam kepmenkes RI No. 900/menkes/SK/VII/2002.
Peran harus mengetahui peran, tugas tanggung jawab dan kewenangan dalam
praktik kebidanan, sehingga dapat melakukan pelayanan secara optimal serta
mengetahui batas-batas kewenangan.
Bidan siaga juga wajib memiliki pengetahuan dasar seperti :
a. Konsep dan sasaran kebidanan komunitas
b. Masalah kebidanan komunitas
c. Pendekatan asuhan kebidanan pada keluarga, kelompok dan masyarakat
d. Strategi pelayanan kebidanan komunitas
e. Ruang lingkup pelayanan kebidanan komunitas
f. Upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ibu dan anak dalam
masyarakat.
Promosi Bidan Siaga
Promosi Bidan Siaga merupakan salah satu cara untuk melakukan promosi
bidan siaga, yaitu dengan melakukan pendekatan dengan dukun bayi yang ada di
desa untuk bekerja sama dalam pertolongan persalinan. Bidan dapat memberikan
imbalan jasa yang sesuai apabila dukun menyerahkan ibu hamil untuk bersalin ke
tempat bidan. Dukun bayi dapat dilibatkan dalam perawatan Bayi Baru Lahir
( BBL).
Apabila cara tersebut dapat dilakukan dengan baik, maka dengan
kesadaran, dukun akan memberitahukan ibu hamil untuk melakukan persalinan di
tenaga kesehatan ( bidan ). Ibu dan bayi selamat, derajat kesehatan ibu dan bayi
diwilayah tersebut semakin meningkat.
6
suami siaga, desa siaga, bidan siaga, dan sebagainya. Desa Siaga (Siap Antar Jaga)
adalah desa yang memiliki sistem kesiagaan untuk menanggulangi
kegawatdaruratan ibu hamil dan ibu bersalin (Depkes RI, 2007). Landasan hukum
pelaksanaan desa siaga adalah sebagai berikut:
a. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, khususnya
pada pasal 5, 8, 711 dan 722 serta Bab VII tentang peran serta masyarakat.
b. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 564/
Menkes/SK/ VII/ 2006 tanggal 2 Agustus 2006 tentang pengembangan
Desa siaga.
a. Tujuan Umum
Terwujudnya masyarakat desa yang sehat, serta peduli dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan ibu dan anak diwilayahnya.
b. Tujuan Khusus
1) Turunnya angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Kulon Progo.
2) Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu
dan bayi.
3) Tersosialisasi Desa Siap Antar Jaga di masyarakat.
4) Meningkatnya kesadaran keluarga dan masyarakat tentang
pentingnya kesehatan ibu dan bayi.
5) Termotivasinya keluarga dan masyarakat untuk memanfaatkan Desa Siap
Antar Jaga.
6) Termotivasinya pembentukan jaringan kemitraan di masyarakat.
KRITERIA DESA SIAGA
Desa Siap Antar Jaga memiliki kriteria sebagai berikut:
Memiliki mekanisme pendataan/notifikasi
Desa Siap Antar Jaga memiliki sistem yang dikembangkan oleh
masyarakat untuk mencatat dan menginformasikan kepada masyarakat
tentang keberadaan dan kondisi ibu hamil dan masa persalinan sampai
masa nifas. Bentuk pendataan dapat berupa:
Catatan ibu hamil
Peta ibu hamil
Peta fasilitas kesehatan
Informasi ibu hamil resiko tinggi (misal dengan stiker bumil risti)
Catatan persalinan.
Memiliki mekanisme transportasi
Desa Siap Antar Jaga harus memiliki sistem kegotongroyongan yang
dikembangkan untuk mengantar/membina ibu hamil yang akan
bersalin, terutama juga ibu tersebut mengalami komplikasi. Bentuk
transportasi dapat berupa:
Mobil atau sepeda motor milik warga masyarakat
Ambulan Puskesmas
Kendaraan umum yang beroperasi di desa. Transportasi tersebut
penggunaannya harus ada kesepakatan tertulis sebelumnya dari yang
memiliki kendaraan. Kendaraan tersebut diberi tanda khusus agar mudah
dikenali oleh petugas kesehatan, polisi dan masyarakat.
Memiliki mekanisme donor darah
7
Desa Siap Antar Jaga harus memiliki kelompok pendonor darah
sebagai penyedia darah bagi PMI yang dapat digunakan oleh ibu
bersalin yang membutuhkan. Bentuk:
Donor darah tetap. Pendonor secara rutin mendonorkan darahnya setiap 3
bulan sekali ke PMI.
Donor darah tidak tetap/ donor darah tetap. Daftar nama relawan golongan
darahnya yang bersedia mendonorkan darahnya sewaktu-waktu
dibutuhkan.Pelaksanaan kegiatan donor darah ini dapat bekerjasama
dengan puskesmas setempat khususnya untuk pemeriksaan golongan darah
dan pemeriksaan kesehatan pendonor secara umum. Hal ini dilakukan
sebagai upaya antisipasi biaya pemeriksaan laboratorium bagi warga
miskin.
Memiliki mekanisme pendanaan
Sistem dana adalah tabungan yang dikembangkan oleh masyarakat atau ibu
hamil yang digunakan antara lain untuk:
Biaya Persalinan
Biaya Transportasi
Bantuan Akomodasi (makan, minum, dan lain-lain)
Memiliki mekanisme kemitraan. Kemitraan dalam Desa Siap Antar Jaga
adalah bentuk kerja sama dengan berbagai pihak terkait yang mendukung
keberadaan Desa Siap Antar Jaga selanjutnya. Bentuk kemitraan dapat berupa:
Kemitraan bidan dengan dukun.
Kemitraan dengan LSM
Kemitraan dengan PMI
Kemitraan dengan PKK
Kemitraan dengan media
Kemitraan dengan organisasi masyarakat yang lain. Mekanisme kemitraan
sebaiknya didukung dengan persetujuan tertulis.
LANGKAH PENGEMBANGAN DESA SIAGA
Mengingat permasalahan yang mungkin dihadapi Desa Siap Antar Jaga maka
perlu dikembangkan jejaring kerjasama dengan berbagai pihak. Wujud
pengembangan jejaringnya dapat dilakukan melalui pertemuan pengurus Desa
Siap Antar Jaga secara internal, pertemuan antar pengurus Desa Siap Antar Jaga,
pertemuan pengurus dengan pengelola upaya kesehatan yang ada di desa tersebut
minimal 3 bulan sekali. Pengembangan Desa Siap Antar Jaga dimaksudkan secara
halus untuk terciptanya keadaan masyarakat yang terpenuhi kewajiban dan hak-
haknya. Pengembangan Desa Siap Antar Jaga dibangun dengan 3 sistem, yaitu:
a. Sistem Pengelolaan Kesehatan di Masyarakat
Misal: Penggalangan dana melalui posyandu, atau kelompok lembaga
masyarakat yang lain.
b. Sistem Pendidikan Kesehatan di Masyarakat
Misal: Penyuluhan melalui pertemuan-pertemuan yang dilaksanakan di
masyarakat.
c. Sistem Pendukung Kesehatan di Masyarakat
Misal: Dukungan kepada ibu hamil untuk memperoleh hak-haknya dalam
memperoleh pelayanan kesehatan termasuk dalam pengambilan keputusan oleh
ibu sendiri. Dukungan dalam memperoleh kemudahan transportasi. Dukungan
dalam memperoleh donor darah sewaktu-waktu diperlukan. Pengembangan 3
8
sistem dapat dimulai dengan usaha fasilitator desa masuk dalam kegiatan didesa.
Misalnya Posyandu balita, lansia, pengobatan tradisonal, pesantren, usaha
kesehatan masjid, dan lain-lain.
Pembentukan Dan Tatalaksana Desa Siaga
A. Tahap Persiapan
Rekuitmen Fasilitator Desa. Dalam membentuk Desa Siap Antar Jaga,
diperlukan Fasilitator Desa (FD) yaitu orang yang berfungsi untuk
mengkoordinir semua aktivitas/kegiatan yang ada didesanya. Fasilitator
desa juga sekaligus sebagai penghubung antara masyarakat dengan
pelayanan kesehatan, Rumah Sakit, Instansi Kesehatan, wartawan dan
lembaga terkait lainnya bila terjadi suatu masalah didesanya. Untuk
menjadi desa Siap Antar Jaga dibutuhkan bidan yang tinggal di desa dan
siap memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) selama 24 jam.
Bidan di desa sebagai tenaga kesehatan terdepan yang memberikan
pelayanan kesehatan ibu, bayi, anak dan reproduksi diwilayahnya, harus
dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai agar dapat
menunjang kegiatan desa Siap Antar Jaga. Jenis pelatihan bidan di desa
Siap Antar Jaga adalah sebagai berikut:
Citra Diri Bidan Dalam pelatihan ini bidan dibekali pengetahuan dan
keterampilan mengenai: manajemen pelayanan KIA, komunikasi informasi
dan edukasi (KIE), menggali kemampuan diri, menciptakan motivasi diri
dan pelayanan prima.
Asuhan Persalinan Normal (APN). Suatu kebijakan pelayanan dengan
metode pendekatan asuhan sayang ibu dan sayang bayi, termasuk
didalamnya manajemen aktif kala III, sebagai upaya pencegahan
perdarahan post partum pada persalinan normal.
Penanganan Kasus Kegawatdaruratan Obstetrik dan Neonatal
Pelatihan Klinis yang lain (Pelayanan KB)
Pelatihan IMP (Identifikasi Masyarakat Partisipatif) Pelatihan yang
bertujuan untuk membentuk calon fasilitator menjadi seorang penggerak
atau pengorganisir masyarakat desanya.
B. Pelaksanaan
Pembentukan Pengurus Desa Siap Antar Jaga. Fasilitator yang sudah
terbentuk dan dilatih bersama unsur yang ada dimasyarakat mengadakan
pertemuan untuk menyampaiakan / mensosialisasikan kegiatan dan
sekaligus membentuk kepengurusan desa siap antar jaga.
Sosialisasi pada pertemuan warga RW / Dusun Keberadaan Desa Siap
Antar jaga perlu disosialisasikan di masyarakat agar mereka mengetahui
dan dapat berperan didalamnya. Kegiatan ini bisa diikutkan pad
pertemuan-pertemuan yang sudah ada dimasyarakat seperti pertemuan-
pertemuan rutin dasa wisma, RT, RW, Dusun, Desa, pemgajian dan
lainnya.
Pertemuan Pengurus Warga Siaga, Bidan di Desa, Kader Desa (Focus
Group Discussion/ FGD). Dalam pertemuan tersebut dibahas mengenai:
Mekanisme Pencatatan dan Informasi (Motifikasi) Adalah sistem yang
dikembangkan oleh masyarakat untuk mencatat dan mengidentifikasikan
kepada masyarakat tentang:
Catatan dan Peta Ibu Hamil di Desa
Catatan kematian ibu hamil, melahirkan dan nifas
9
Catatan kelahiran dan kematian bayi dan balita
Peta fasilitas kesehatan desa.
LANGKAH-LANGKAH
10
rencana kerja dan informasi lain yang berhubungan dengan
kesehatan ibu dan bayi.
PERAN ORGANISASI DESA SIAP ANTAR JAGA (SIAGA)
1. Kepala Desa
a. Kepala Desa selaku penanggung jawab kegiatan mempunyai tugas
untuk Memberikan dukungan kebijakan, sarana dan dana untuk penyelenggaraan
desa Siap Antar Jaga.
b. Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk memanfaatkan
pelayanan kesehatan khususnya yang berkaitan dengan ibu hamil dan bayi
didesanya.
c. Menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam mewujudkan
masyarakat Siaga (suami siaga, ambulan desa, bank darah).
d. Menindaklanjuti pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan desa Siap
Antar Jaga secara berkesinambungan.
PERAN KELOMPOK DUSUN
a. Kepala Dusun
Kepala Dusun selaku penanggung jawab kegiatan mempunyai tugas untuk:
Bertanggung jawan terhadap pelaksanaan dusun Siaga.
Penggerakan masyarakat untuk berperan aktif dalam
mewujudkan masyarakat Siaga (suami siaga, transportasi siaga, bank
darah).
Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Dusun Siap Antar
Jaga secara berkesinambungan
Peran LPMD Dusun
Peran Fasilitator Dusun (Bidan atau Kader) Fasilitator selaku ketua dalam
pelaksanaan Dusun Siap Antar Jaga memiliki peran sebagai berikut:
Melakukan penggalangan solidaritas masyarakat untuk berperan dalam
pelaksanaan Dusun Siap Antar Jaga.
Mendorong anggota masyarakat untuk mampu mengungkapkan
pendapatnya dan berdialog dengan sesama anggota masyarakat, tokoh/
pemuka masyarakat, petugas kesehatan, serta unsur masyarakat lain yang
terlibat dalam pelaksanaan Dusun Siap Antar Jaga.
b. Melakukan koordinasi pelaksanaan Dusun Siap Antar Jaga.
Peran PKK Dusun. PKK dalam pelaksanaan Dusun Siap Antar Jaga memiliki
peran sebagai berikut:
1. Berperan aktif dalam penyelenggaraan upaya kesehatan yang mendukung
pelaksanaan Dusun Siap Antar Jaga, seperti misalnya membina kelompok peminat
kesehatan ibu dan anak (KPKIA), posyandu.
2. Penggerakan masyarakat untuk terwujudnya masyarakat Siaga (Suami
Siaga, ambulan siaga, bank darah, dan lain-lain.
3. Menggerakkan masyarakat untuk dapat hadir dan berperan aktif dalam
Dusun Siap Antar Jaga.
Peran Tokoh Masyarakat/ Agama
1. Memberikan dukungan dan motivasi kepada masyarakat agar keberadaan
Dusun Siap Antar Jaga dapat diterima masyarakat.
2. Ikut berperan dalam sosialisasi Dusun Siap Antar Jaga melalui pertemuan-
pertemuan yang dilaksanakan di desa, maupun melalui ceramah-ceramah di
masjid atau tempat ibadah lainnya.
11
3. Memberikan masukan atau saran yang membangun untu kelangsungan Dusun
Siap Antar Jaga.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Suami siaga adalah kondisi kesiagaan suami dalam upaya memberikan pertolongan
istrinya. Sedangkan Desa siaga adalah suatu kondisi masyarakat tingkat desa atau
B. SARAN
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan makalah ini tidak luput dari
kesalahan untuk itu kami menerima kritik dan sarannya.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/392830960/Desa-Siaga-Bidan-Siaga-Suami-
Siaga
13