Laporan Akhir Asidimetri
Laporan Akhir Asidimetri
Disusun Oleh:
NIM : 201450006
Kelompok : I (satu)
Kelas : Logistik 1B
Asisten Lab : Muhammad Kemal Ghifari
Della Antoneta Kanony
Program Studi : Logistik Minyak dan Gas
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Setelah melaksanakan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat:
1. Mahasiswa dapat membuat larutan HCl 0,1 N.
2. Mahasiswa dapat menstandarisasi larutan HCl 0,1 N.
3. Mahasiswa dapat menganalisa kadar NaHCO3 dan Na2CO3
1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari dilaksanakannya praktikum “Asidimetri”
adalah dapat mengetahui bagaimana cara untuk membuat larutan HCl
menstandarisasikannya. Selain itu dalam percobaan kali ini juga dapat mengetahui
kadar NaHCO3 dan Na2CO3 dengan menggunakan indicator yang sesuai.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asidimetri
Asidimetri merupakan suatu metode pengukuran kadar kebasaan suuatu zat
dengan menggunakan larutan asam sebagai standarnya. Standar asam yang sering
digunakan dalam metode asidimetri ini adalah asam klorida (HCL) dan asam sulfat
(H2SO4). Kedua asam tersebut umumnya ada dalam keadaan pekat. Asam klorida
pekat biasanya memiliki konsentrasi 10,5 – 12 N, sedangkan asam sulfat pekat
mempunyai nilai konsentrasi 36 N. Asam klorida biasanya lebih sering digunakan
sebagai standar dibandingkan dengan asam sulfat karena mudah larut dalama air.
Kelemahan pada saat menggunakan asam sulfat ini adalah asam sulfat dapat
membentuk garam sukar larut seperti barium sulfat.
2.2 Titrasi
Titrasi adalah salah satu teknik analisis yang memungkinkan penentuan
secara kuantitatif substansi spesifik (analit) yang terlarut di dalam sebuah sampel.
3
Teknik ini menggunakan reaksi kimia lengkap antara analit dan reagen (titran)
dengan konsentrasi yang diketahui yang ditambahkan ke sampel sebagai dasarnya:
Analit + Reagen (Titran) = Produk Reaksi
Salah satu contoh tipikalnya adalah titrasi asam asetat (CH3COOH) di dalam cuka
dengan sodium hidroksida.
CH3COOH + NaOH → CH3COO- + Na+ + H2O
Titran ditambahkan sampai reaksi lengkap. Agar cocok untuk penentuan,
ujung reaksi titrasi harus mudah diamati. Ini berarti reaksi harus dimonitor
(ditandai) dengan teknik yang sesuai, misalnya, dengan potensiometri (pengukuran
potensial dengan sebuah sensor) atau indikator warna. Dengan mengukur volume
titran yang dikeluarkan, perhitungan kandungan analit pada stokiometri reaksi
kimia dapat dilakukan. Reaksi yang terlibat dalam titrasi harus cepat, lengkap, tidak
ambigu, dan teramati.
Titrasi asam basa adalah sebuah teknik kuantitatif yang digunakan untuk
menentukan konsentrasi suatu solusi asam atau basa tidak diketahui dengan
menambahkan titran basa atau asam diketahui pada volume terukur yang
menetralkan analit.Dalam titrasi HA asam dengan basa kuat (misalnya NaOH), dua
ekuilibria kimia berikut terjadi:
Reaksi asam-basa terjadi sangat cepat, dan ekuilibrium kimia dicapai dalam
waktu yang juga sangat cepat. Reaksi asam-basa dalam solusi akua oleh karena itu
4
ideal untuk titrasi. Jika solusi yang digunakan tidak terlalu encer, bentuk kurva
titrasi hanya akan ditentukan oleh konstanta keasaman K a.
2.3 Bikarbonat
Natrium bikarbonat adalah senyawa kimia dengan rumus NaHCO3. Dalam
penyebutannya kerap disingkat menjadi bicnat. Senyawa ini termasuk kelompok
garam dan telah digunakan sejak lama.Senyawa ini disebut juga baking powder
(powder kue), Sodium bikarbonat, natrium hidrogen karbonat, dan lain-lain.
Senyawa ini merupakan kristal yang sering terdapat dalam bentuk serbuk.Natrium
bikarbonat larut dalam air. Senyawa ini digunakan dalam roti atau kue karena
bereaksi dengan bahan lain membentuk gas karbon dioksida, yang menyebabkan
roti "mengembang".
Senyawa ini juga digunakan sebagai obat antasid (penyakit maag atau tukak
lambung). Karena bersifat alkaloid (basa), senyawa ini juga digunakan sebagai obat
penetral asam bagi penderita asidosis tubulus renalis (ATR) atau rhenal tubular
acidosis (RTA). Selain itu, natrium bikarbonat juga dapat dimanfaatkan untuk
menurunkan kadar asam urat. NaHCO3 umumnya diproduksi melalui proses
Solvay, yang memerlukan reaksi natrium klorida, amonia, dan karbon dioksida
dalam air. NaHCO3 diproduksi sebanyak 100.000 ton/tahun (2001).
Karakteristik Baking Powder (Natrium Bikarbonat)
1. Memiliki titik lebur yang tinggi.
2. Merupakan senyawa ionik dengan ikatan kuat.
3. Dalam bentuk leburan atau larutan dapat menghantarkan listrik.
4. Sifat larutannya dapat berupa asam, basa, atau netral. Sifat ini
tergantung dari jenis asam/basa kuat pembentuknya
5
Standar primer dibuat dengan menimbang sejumlah zat murni dan melarutkan
dengan aquades secara teliti dan konsentrasinya diketahui. Syarat dari standar
primer adalah memiliki kemurnian tnggi, stabil terhadap udara, bukan kelompok
hidrat, cukup mudah larut, dan berat molekul yang dimiliki cukup besar. Sedangkan
larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya ditentukan melalui
standarisasi menggunakan larutan standar primer.
Standarisasi memiliki arti suatu usaha untuk menentukan konsentrasi calon
larutan standar yang tepat sehingga dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi
larutan contoh. Standarisasi dapat dilakukan dengan cara titrasi dengan larutan
standar primer.
6
BAB III
METODOLOGI
7
3. Sebelum digunakan larutan tersebut harus di standarisasi terlebih
dahulu.
b. Standarisasi Larutan HCl 0,1 N.
1. Ke dalam gelas beaker timbang kira – kira 0,53 – 0,54 gram Na2CO3
yang sudah dipanaskan dalam oven dengan temperatur 260 – 270 oC
selama 60 – 90 menit dan sudah didinginkan dalam desikator. Catat
berat penimbangan sampai 4 angka dibelakang koma.
2. Larutkan dengan sedikit akuades, kemudian masukkan ke dalam labu
takar 100 mL, bilaslah gelas beaker dengan sedikit akuades dan
bilasannya juga dimasukkan ke dalam labu takar. Lakukan pembilasan
ini sedikitnya 2 kali. Kemudian tambahkan akuades ke dalam labu takar
sampai tanda batas. Tutup dan kocok biar campur.
3. Ambil 10 mL larutan ini dengan pipet volumetrik, masukkan ke dalam
erlenmeyer dan tambahkan indikator MO.
4. Titrasi larutan tersebut dengan larutan HCl yang hendak distandarisasi
dari buret sampai tepat terbentuk warna jingga.
5. Catat volume HCl yang digunakan, dan ulangi pekerjaan titrasi ini 2 kali
lagi. Rata – ratakan volume HCl yang digunakan, misal V mL.
6. Hitung normalitas HCl dengan ketelitian sampai 4 angka di belakang
koma.
c. Analisa Larutan Campuran NaHCO3 dan Na2CO3.
1. Pipet 10 mL larutan campuran dengan pipet volumetrik, masukkan ke
dalam erlenmeyer dan tambahkan 3 – 4 tetes indikator PP.
2. Titrasi dengan larutan HCl yang sudah distandarisasi sampai warna
merah larutan tepat hilang.
3. Catat pemakaian larutan HCl yang digunakan, misal A mL.
4. Ke dalam larutan yang baru saja dititrasi tambahkan 3 – 4 tetes indikator
MO dan kocok.
8
5. Titrasi lagi dengan larutan HCl sampai tepat terjadi perubahan warna
larutan dari kuning menjadi jingga.
6. Catat pemakaian larutan HCl yang digunakan misalkan B mL.
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
a. Membuat larutan HCL0.1 N
Diketahui :
V : 20 ml
K : 1,999
L : 37%
3,65 × 𝑣
𝑉ₓ =
10 × 𝐾 × 𝐿
3,65 × 250 𝑚𝑙
𝑉ₓ =
10 × 1,999 × 37
= 2,056 = 2 𝑚𝑙 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐻𝐶𝑙
b. Standarisasi Larutan HCL 0.1 N
Volume
No Volume Titrasi HCl
Na2CO3 0,1 N
1 10 ml 9,1
2 10 ml 9,2
3 10 ml 9,3
Rata-rata 9,2
10
𝑁𝑎₂𝐶𝑂₃ = 2 × 𝐴 × 𝑁𝐻𝐶𝑙
𝑁𝑎₂𝐶𝑂₃ = (2 × 4,5666) × 0,109 × 53
𝑁𝑎₂𝐶𝑂₃ = 52,7624 𝑚𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑁𝑎𝐻𝐶𝑂₃ = (19,4666 − 4,5666) × 0,109 × 84
𝑁𝑎𝐻𝐶𝑂₃ = 136,4244𝑚𝑔𝑟𝑎𝑚
52,7624
%𝑁𝑎₂𝐶𝑂₃ = × 100
136,4244 + 52,7624
%𝑁𝑎₂𝐶𝑂₃ = 27,8898
136,4244
%𝑁𝑎𝐻𝐶𝑂₃ = × 100
52,7624 + 136,4244
%𝑁𝑎𝐻𝐶𝑂₃ = 72,11095
4.2 Pembahasan
Praktikum Asidimetri yang kami lakukan telah menghasilkan larutan HCl
dengan konsentrasi 0,01 N. Selain itu, dari praktikum ini kami juga menggunakan
larutan NaHCO3 dan Na2CO3 dengan perbandingan 1:2. Dari larutan yang telah
kami buat seharusnya nantinya akan menghasilkan range standarisasi pada kisaran
0,08-0,1 namun, karena beberapa kesalaha yang kami lakukan hasil range
standarisasi yang kami dapatkan tidak sesuai dengan ketentuan. Kesalahan yang
kami lakukan yaitu pada saat melakukan pengenceran larutan HCl yang masih
terlalu pekat sehingga menghasilkan normalitas yang terlalu besar. Oleh karena itu
kami melakukan pengulangan pengenceran pada larutan HCl hingga menghasilkan
normalitas yang sesuai dengan ketentuan yang diminta. Selain pada pengenceran,
kami juga melakukan kesalahan pada saat melakukan metode titrasi yaitu
kurangnya ketepatan pada saat melakukan titrasi dan pada saat penetesan indikator
sehingga menghasilkan warna yang berbeda pada setiap sampelnya.
11
4.3 Hubungan Asidimetri dengan Logistik
Dengan dilaksanaknnya praktikum “Asidimetri” mahasiswa dapat
mengetahui hubungan antara asidimetri dengan logistik khususnya dalam industry
migas. Dengan adanya asidimetri dapat mengetahui bilangin asam kuat pada produk
diesel yang nantinya dapat menyebabkan korosi ketika terjadi pembakaran. Selain
itu, dapat membedakan antara dikromat dan monokromat.
12
Eq. Na₂CO
Diketahui Na₂CO₃ + HCl → 2NaCl + H₂O + CO₂
Dilihat dari ekivalennya, senyawa Na₂CO₃ memiliki ion 2Na+ sedangkan
senyawa HCl memiliki ion H+. Oleh karena mol (ekivalen) secara teoritis
berbanding lurus dengan volume, maka akan dibutuhkan 2 kali volume HCl
supaya dapat bertitrasi dengan Na₂CO₃. Apabila kita misalkan Volume HCl
adalah A, maka lanjutan rumus menjadi :
Na₂CO₃ (mg) = N(HCl) x 2A x Mr Na₂CO₃
Eq. Na₂CO₃
13
NaHCO₃ (mg) = N(HCl) x (B-A) x Mr NaHCO₃
Eq. NaHCO₃
NaHCO₃ (mg) = N(HCl) x (B-A) x 168
2
NaHCO₃ (mg) = N(HCl) x (B-A) x 84
4.4.2 Pertanyaan
1. Apakah hasil percobaan sesuai dengan teori Asidimetri? Jelaskan!
Hasil percobaan yang telah kami lakukan sesuai dengan teori asidimetri
yang telah dipelajari. Asidimetri merupakan analisa titrimetri yang
menggunakan asam kuat sebagai titrannya dan sebagai analitnya adalah
basa atau dapat senyawa yag bersifat basa. Hasil dari percobaan
praktikum ini menjadikan larutan yang dititrasi mengalami perubahan
warna.Selain itu, suatu larutan mencapai titik ekuivalen pada saat
bergantinya warna.
2. Kesalahan kesalahan apakah yan mungkin anda perbuat selama
melakukan percobaan ini? Bagaimanakah cara mengeliminasi
kesalahan tersebut ?
Kesalahan yang dilakukan pada saat melakukan praktikm asidimetri
yaitu kelebihan dalam meninmbang Na2CO3.Adapun kesalahan yang
dilakukan yaitu kelebihan dalam meneteskan titran pada larutan yang
dititrasi.Oleh karna itu, warna yang dihasilkan dari suatu larutan
berwarna lebih pekat.
14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum ini kami dapat mengetahui metode atau
bagaimana cara titrasi asidimetri yang baik dan benar. Metode asidimetri ini dapat
menentukan kandungan asam dan basa suatu larutan. Selain itu, pada praktikum ini
kami dapat menghitug normalitas suatu larutan. Dapat mengetahui perubahan
warna dari pencampuran titran dan larutan yang dititrasi. Pada praktikum kali ini
juga kami dapat mengetahui bagaimana cara pengenceran yang dapat dilakukan
untuk suatu larutan yang semulanya memiliki konsentrasi yang pekat. Dengan
dilakukannya praktikun ini juga dapat mengetahui manfaat dari penggunaan
indikator yang digunakan. Selain itu, dengan dilakukannya praktikum ini kami juga
dapat mengetahui pentingnya pengenceran pada suatu larutan.
5.2 Saran
1. Meningkatkan ketelitian dan berhati-hati pada saat melakukan praktikum.
2. Kerja sama yang baik dalam tim.
3. Mencatat hasil sesuai dengan data yang didapatkan.
4. Lebih teliti pada saat memberikan indikator.
5. Memperhatikan lebih baik peralatan apa saja yang digunakan dalam
praktikum.
15
DAFTAR PUSTAKA
16