Anda di halaman 1dari 16

PRINSIP DAN AZAS BIMBINGAN DAN KONSELING

SERTA ORGANISASI BK DI SEKOLAH


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah : Bimbingan dan konseling
Dosen pengampu : Siti Mumun Muniroh, MA

Disusun oleh :

1. Rokhimah 202109012
2. Nurul Witri 202109013
3. Muh. Syamsuddin 202109016

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2011
BAB I
PENDAHULUAN

Prinsip merupakan paduan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. Dalam
pelayanan bimbingan dan konseling prinsip-prinsip yang digunakannya
bersumber dari kajian hasil-hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang
hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial
budayanya, pengertian, tujuan, fungsi dan proses penyelenggaraan bimbingan dan
konseling. Selain prinsip-prinsip bimbingan konseling disini juga akan dibahas
azas-azas bimbingan konseling yang juga berperan demi terwujudnya
keberhasilan suatu bimbingan dan konseling.
Mudah-mudahan makalah yang kurang bermutu ini menambah
pengetahuan bagi pembaca. Kritik dan saran kami harapkan demi terciptanya
kesempurnaan pada pembuatan makalah selanjutnya
BAB II
PEMBAHASAN MATERI

2.1 Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling


2.1.1 Pengertian Prinsip Bimbingan dan Konseling
Prinsip yang berasal dari bahasa latin, yakni prinsipia, dapat diartikan
sebagai permulaan yang dengan suatu cara tertentu melahirkan hal-hal lain,
prinsip ini merupakan hasil paduan antara kajian teoritik dan telaah lapangan yang
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan suatu yang dimaksudkan. 1 Jadi kalau
berbicara tentang prinsip – prinsip bimbingan dan konseling, maka kita berbicara
tentang pokok dasar pemikiran yang dijadikan pedoman dalam program
pelaksanaan atau aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan program
pelayanan bimbingan. Dengan perkataan lain dapat dikatakan bahwa prinsip
bimbingan dan konseling adalah seperangkat landasan praktis atau aturan main
yang harus diikuti dalam pelaksanaaan program pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah. Dalam layanan bimbingan dan konseling perlu diperhatikan
sejumlah prinsip yaitu:
1. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran layanan.
a. Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang
umur, jenis kelamin, suku agama dan status sosial ekonomi.
b. Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku
individu yang unik dan dinamis.
c. Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai
aspek perkembangan individu. Bimbingan dan konseling memberikan
perhatian utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok
pelayanan.

2. Prinsip-prinsip berkenaan dengan permasalahan individu.


a. Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal yang menyangkut pengaruh
kondisi mental/fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di

1
Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h.59
sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontrak sosial, pekerjaan dan
sebaliknya pengaruh lingkungan tehadap kondisi mental dan fisik individu.
b. Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya
masalah pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian utama
pelayanan bimbingan dan konseling.

3. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program layanan.


a. Bimbingan dan konseling merupakan bagian dari integral dari upaya
pendidikan dan pengembangan individu, oleh karena itu program bimbingan
dan konseling harus diselaraskan dan dipadukan dengan program
pendidikan serta pengembangan peserta didik.2
b. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan dengan
kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga program bimbingan
dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidik yang
terendah sampai tertinggi.
c. Terhadap isi dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling perlu
diarahkan yang teratur dan terarah.

4. Prinsip-prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan.


a. Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu
yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi
permasalahan.
b. Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan akan
dilaksanakan oleh individu hendaknya atas kemampuan individu itu sendiri
bukan karena kemauan atau desakan dari pembimbing atau pihak lain
c. Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang
relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
d. Kerjasama antara guru pembimbing, guru lain dan orang tua yang akan
menentukan hasil bimbingan.
e. Pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh
melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian

2
Ibid, h.60
terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan dan program
bimbingan dan konseling itu sendiri.

2.2 Azas-azas Bimbingan dan Konseling


Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, seharusnya ada suatu azas atau
dasar yang melandasi dilakukannya kegiatan tersebut. Atau dengan kata lain ada
azas yang dijadikan dasar pertimbangan kegiatan itu.demikian pula halnya dalam
kegiatan Bimbingan dan konseling, diantaranya:
a. Azas Kerahasian
Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam kegiatan bimbingan dan
konseling. Kadang-kadang klien harus menyampaikan hal-hal yang sangat
pribadi/rahasia kepada koselor. Oleh karena itu konselor harus menjaga
kerahasiannya data yang diperoleh dari kliennya. Kerahasian data perlu
dihargai dengan baik, karena hubungan menolong dalam bimbingan dan
konseling hanya dapat berlangsung dengan baik jika data atau informasi yang
dipercayakan kepada konselor atau guru pembimbing dapat dijamin
kerahasiannya.3
Azas ini dikatakan sebagai azas kunci dalam kegiatan pelayanan
bimbingan dan konseling, karena dengan adanya azas kerahasiaan ini dapat
menimbulkan rasa aman dalam diri klien. Di samping itu azas kerahasiaan ini
juga akan menghilangkan kekhawatiran klien terhadap adanya keinginan
konselor untuk menyalah gunakan rahasia dan kepercayaan yang telah
diberikan kepadanya sehingga merugikan klien.

b. Azas Kesukarelaan
Dalam memahami pengertian bimbingan dan konseling telah
dikemukakan bahwa bimbingan merupakan proses membantu individu.
Perkataan membantu disini mengandung arti bahwa bimbingan merupakan

3
Prayitno, Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 14
suatu paksaan.4 Oleh karena itu dalam kegiatan bimbingan dan konseling
diperlukan adanya kerjasama yang demokratis antara konselor dan kliennya.
Kerjasama akan terjalin bilamana klien dapat dengan sukarela menceritakan
serta menjelaskan masalah yang dialaminya kepada konselor.

c. Azas Keterbukaan
Azas keterbukaan merupakan asas penting bagi konselor karena
hubungan tatap muka antar konselor dank lien merupakan pertemuan batin
tanpa tedeng aling-aling. Dengan adanya keterbukaan ini dapat ditumbuhkan
kecenderungan pada klien untuk membuka dirinya, untuk membuka kedok
hiidupnya yang menjadi penghalang bagi perkembangan psikisnya.
Menurut Truax dan Carkhuff menyimpulkan bahwa ada hubungan
yang erat antara keterbukaan konselor dan kemampuan klien membuka diri
(self explorasion). Dengan demikian konselor yang dalam proses konseling
membuka diri, tidak bersikap dibuat-buat atau pura-pura akan mendorong
klien mengekpresikan pengalaman pribadinya.

d. Azas Kekinian
Pada umumnya pelayanan bimbingan dan konseling bertitik tolak dari
masalah yang dirasakan klien saat sekarang atau kini. Namun pada dasarnya
pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri menjangkau dimensi wktu
yang lebih luas, yaitu masa lalu, sekarang dan masa yang akan
datang.permasalahan yang dihadapi oleh klien sering bersumber dari rasa
penyesalannya terhadap apa yang terjadi pada masa lalu dan kekhawatiran
dalam menghadapi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang,
sehingga ia lupa dengan apa yang harus dikerjakannya pada saat ini. Dalam
hal ini konselor dapat mengarahkan klien untuk memcahkan masalah yang
sedang dihadapinya sekarang.

4
Hallen A, Bimbingan dan Konseling,….h.62
e. Azas Kemandirian
Salah satu tujuan pemberian layanan bimbingan dan konseling adalah
agar konselor berusaha menghidupkan kemandirian didalam diri klien. Pada
tahap wal konseling, biasanya klien menampakan sikap yang lebih tergantung
dibandingkan pada tahap akhir konseling, sebenarnya sikap ketergantungan
klien terhadap konselor ditentukan respon-respon yang diberikan oleh
konselor terhadap kliennya. Oleh karena itu konselor dan klien harus
berusaha menumbuhkan sikap kemandirian itu di dalam diri klien dengan
cara memberikan respon yang cermat.

f. Azas Kegiatan
Dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling kadang-kadang
konselor memberikan beberapa tugas dan kegiatan kepada kliennya. Dalam
hal ini klien harus mampu melakukan sendiri kegiatan-kegiatan tersebut
dalam rangka mencapai tujuan bimbingan dan konseling yang telah
ditetapkan. Di pihak lain konselor harus berusaha/mendorong agar kliennya
mampu melakukan kegiatan yang telah ditetapkan tersebut.

g. Azas Kedinamisan
Keberhasilan usaha pelayanan bimbingan dan konseling ditandai
dengan terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku klien kearah yang lebih
baik.untuk mewujudkan terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku itu
membutuhkan proses dan waktu tertentu sesuai dengan kedalaman dan
kerumitan masalah yang dihadapi klien.konselor dan klien diminta untuk
memberikan kerjasama sepenuhnya agar pelayanan bimbingan dan konseling
yang diberikan dapat dengan cepat menimbulkan perubahan dalam sikap dan
tingkah laku klien.5

5
Yusuf Syamsu, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005),
h. 22
h. Azas Kenormatifan
Asas kenormatifan yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar segenap layanan dan bimbingan dan konseling didasarkan
pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang
ada, yaitu norma-norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu
pengetahuan dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah layanan atau kegiatan
bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan
dan pelaksanaannya tidak berdasarkan norma-norma yang dimaksudkan itu.
Lebih jauh, layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat
meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) memahami, menghayati dan
mengamalkan norma-norma tersebut.

i. Azas Keahlian
Untuk menjamin keberhasilan usaha bimbingan dan konseling, para
petugas harus mendapatkan pendidikan dan latihan yang memadai.
Pengetahuan, ketrampilan, sikap dan kepribadian yang ditampilkan oleh
konselor akan menunjang hasil konseling.6

j. Asas Keterpaduan
Azas keterpaduan yaitu azas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain,
saling menunjang, harmonis dan terpadukan. Untuk ini kerjasama antara
guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan
pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi
segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya.

6
Surya Dharma, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Direktorat Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h.12
k. Azas Alih Tangan
Bimbingan dan konseling merupakan kajian profesional yang menangani
masalah yang cukup pelik.disamping pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki
oleh konselor juga terbatas, maka ada kemungkinan suatu masalah belum dapat
diatasi setelah proses konseling berlangsung.dalam hal ini konselor perlu
mengalih tangankan (referral) klien pada pihak lain yang lebih ahli untuk
menangani masalah yang sedang dihadapi oleh klien tersebut.

l. Azas Tut Wuri Handayani


Sebagaimana yang telah dipahami dalam pengertian bimbingan dan
konseling bahwa bimbingan dan konseling itu merupakan kegiatan yang
dilakukan secara sistematis, sengaja, berencana dan terus menerus dan terarah
kepada suatu tujuan. Oleh karena itu kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling
tidak hanya dirasakan adanya pada saat klien mengalami masalah dan
menghadapkannya kepada konselor saja. Kegiatan bimbingan dan konseling harus
senantiasa diikuti secara terus menerus dan aktif sampai sejauh mana klien telah
berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.3 Kegiatan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah


Kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah terutama dibebankan kepada
guru pembimbing di SMP/SMA, dan kepada guru kelas (di SD). Untuk dapat
mengemban dan mengembangkan pelayanan bimbingan dan konseling dengan
pengertian, tujuan, fungsi, prinsip, azas, jenis-jenis layanan dan kegiatan
pendukung, serta jenis-jenis program. Diperlukan tenaga yang benar-benar
berkemampuan, baik ditinjau dari personalitasnya maupun profesionalitasnya.

1. Modal Personal
Modal dasar yang akan menjamin suksesnya penyelenggaraan
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah berupa karakter personal
yang ada dan dimiliki oleh tenaga penyelenggara bimbingan dan konseling.
Modal personal tersebut adalah:7
a. Berwawasan luas, memiliki pandangan dan pengetahuan yang luas,
terutama tentang perkembangan peserta didik pada usia sekoahnya,
perkembangan ilmu pengetahuan/teknologi/kesenian dan proses
pembelajarannya, serta pengaruh lingkungan dan modernisasi terhadap
peserta didik.
b. Menyayangi anak, memiliki kasih sayang terhadap peserta didik, rasa
kasih sayang ini ditampilkan oleh guru pembimbing/guru kelas benar-
benar dari hati sanubarinya (tidak berpura-pura atu dibuat-buat) sehingga
peserta didik secara langsung merasakan kasih sayang itu.
c. Sabar dan bijaksana, tidak mudah marah dan atau mengambil tindakan
keras dan emosional yang merugikan peserta didik serta tidak sesuai
dengan kepentingan perkembangan mereka, segala tindakan yang diambil
guru pembimbing/guru kelas didasarkan pada pertimbangan yang matang.
d. Lembut dan baik hati, tutur kata dan tindakan guru pembimbing/guru kelas
selalu mengenakkan hati, hangat dan suka menolong.
e. Tekun dan teliti, guru pembimbing/guru kelas setia menemani tingkah laku
dan perkembangan peserta didik sehari-hari dari waktu ke waktu, dengan
memperhatikan berbagai aspek yang menyertai tingkah laku dan
perkembangan tersebut.
f. Menjadi contoh, tingkah laku, pemikiran , pendapat dan ucapan-ucapan
guru pembimbing/guru Kelas tidak tercela dan mampu menarik peserta
didik untuk mengikutinya dengan senang hati dan suka rela.
g. Tanggap dan mampu mengambil tindakan, guru pembimbing/guru kelas
cepat memberikan perhatian terhadap apa yang terjadi dan atau mungkin
terjadi pada diri peserta didik, serta mengambil tindakan secara tepat untuk
mengatasi dan atau mengantisipasi apa yang terjadi dan mungkin apa yang
terjadi itu.

7
Ibid, h.22
h. Memahami dan bersikarp positif terhadap pelayanan bimbingan dan
konseling, guru pembimbing/guru kelas memahami tujuan serta seluk
beluk layanan bimbingan dan konseling dan dengan bersenang hati
berusaha sekuat tenaga melaksanakannya secara profesional sesuai dengan
kepentingan dan perkembangan peserta didik.

2. Modal Profesional
Modal profesional mencakup kemantapan wawasan, pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap dalam bidang kajian pelayanan bimbingan dan
konseling. Semuanya itu dapat diperoleh melalui pendidikan dan atau pelatihan
khusus dalam program pendidikan bimbingan dan konseling. Dengan modal
professional itu, seorang tenaga pembimbing (guru pembimbing dan guru
kelas) akan mampu secara nyata melaksanakan kegiatan bimbingan dan
konseling menurut kaidah-kaidah keilmuannya, teknologinya dan kode etik
profesionalnya.
Apabila modal personal dan modal profesional tersebut dikembangkan
dan dipadukan dalam diri guru pembimbing dan guru kelas serta diaplikasikan
dalam wujud nyata terhadap peserta didik yaitu dalam bentuk kegiatan dan
layanan pendukung bimbingan dan konseling, dapat diyakni pelayanan
bimbingan dan konseling akan berjalan dengan lancar dan sukses.

3. Modal Instrumental
Pihak sekolah atau satuan pendidikan perlu menunjang perwujudan
kegiatan guru pembimbing dan guru kelas itu dengan menyediakan berbagai
sarana dan prasarana yang merupakan modal instrumental bagi suksesnya
bimbingan dan konseling, seperti ruangan yang memadai, perlengkapan kerja
sehari-hari, instrument BK dan sarana pendukung lainnya.
Dengan kelengkapan instrumental seperti itu kegiatan bimbingan dan
konseling akan memperlancar dalam keberhasilannya akan lebih
dimungkinkan. Disamping itu, suasana profesional pengembangan peserta
didik secara menyeluruh perlu dikembangkan oleh seluruh personil sekolah.
Suasana profesional ini, selain mempersyaratkan teraktualisasinya ketiga jenis
modal tersebut, terlebih-lebih lagi adalah terwujudnya saling pengertian,
kerjasama dan saling membesarkan diantara seluruh personil sekolah.

2.3 Organisasi Bimbingan di Sekolah


2.3.1 Perlunya organisasi bimbingan
Program bimbingan dan konseling dapat terlaksana secara efektif
bilamana didukung dan diselenggarakan dalam organisasi yang teratur.
Organisasi yang baik dan teratur sebagai alat dapat menciptakan hubungan
dan mekanisme kerja yang efektif.8
Di dalam organisasi seperti itu setiap petugas bimbingan dan
konseling mengetahui dengan tegas dan jelas tentang tugas dan wewenang
serta tanggung jawabnya. Termasuk didalamnya dengan siapa atau unit
kerja yang mana dapat dibangun dan dikembangkan kerjasama. Adapun
pola organisasi Bimbingan dan Konseling di sekolah, dan pola tersebut tidak
perlu selalu seragam strukturnya.
Setiap sekolah dapat menyusun struktur organisasi Bimbingan dan
Konseling sesuai dengan besar kecilnya dan kepentingan sekolah
bersangkutan dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.
Kewajiban dan tugas personil sekolah yang terkait dengan kegiatan
bimbingan dan konseling di sekolah. Meskipun demikian, struktur
organisasi pada setiap satuan pendidikan hendaknya memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a. Menyeluruh, yaitu mencakup unsur-unsur penting yang terlibat di dalam
sebuah satuan pendidikan yang ditujukan bagi optimalnya bimbingan dan
konseling.
b. Sederhana, maksudnya dalam pengambilan keputusan/kebijaksanaan
jarak antara pengambil kebijakan dengan pelaksananya tidak terlampau
panjang.

8
Dewa Ketut Sukardi, Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Bandung: Alfabeta),
h.42
Keputusan dapat dengan cepat diambil tetapi dengan pertimbangan yang cermat,
dan pelaksanaan layanan/ kegiatan bimbingan dan konseling terhindar dari urusan
birokrasi yang tidak perlu.
c. Luwes dan terbuka, sehingga mudah menerima masukan dan upaya
pengembangan yang berguna bagi pelaksanaan dan tugas-tugas organisasi, yang
semuanya itu bermuara pada kepentingan seluruh peserta didik.
d. Menjamin berlangsungnya kerja sama, sehingga semua unsur dapat saling
menunjang dan semua upaya serta sumber dapat dikoordinasikan demi kelancaran
dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling untuk kepentinga peserta
didik.
e. Menjamin terlaksananya pengawasan, penilaian dan upaya tindak lanjut, sehingga
perencanaan pelaksanaan dan penilaian programbimbingan dan konseling yang
berkualitas dapat terus dilakukan. Pengawasan dan penilaian hendaknya dapat
berlangsung secara vertikal (dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas), dan
secara horizontal (penilaian sejawat).

2.3.2 Personil Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Personil yang dapat berperan dalam pelayanan bimbingan dan konseling
terentang secara vertikal dan horizontal. Pada umumnya dapat diidentifikasi
sebagai berikut:9
1. Personil pada Kantor Dinas Pendidikan yang bertugas melakukan pengawasan
(penyeliaan) dan pembinaan terhadap penyelenggaraan pelayanan bimbingan
dan konseling di satuan pendidikan.
2. Kepala Sekolah, sebagai penanggung jawab program pendidikan secara
menyeluruh (termasuk di dalamnya program bimbingan dan konseling) di
satuan pendidikan masing-masing.
3. Guru Pembimbing atau Guru Kelas, sebagai petugas utama dan tenaga inti
dalam pelayanan bimbingan dan konseling.

9
Surya Dharma, Bimbingan dan Konseling di Sekolah,….h.26
4. Guru-guru lain, (guru mata pelajaran, guru praktik) serta wali kelas, sebagai
penanggung jawab dan tenaga ahli dalam mata pelajaran, program latihan atau
kelas masing-masing.
5. Orang tua, sebagai penanggung jawab utama peserta didik dalam arti yang
seluas-luasnya.
6. Ahli-ahli lain, dalam bidang non bimbingan dan nonpelajaran/ latihan seperti
dokter, psikolog, psikiater sebagai subjek alih tangan kasus.
7. Sesama peserta didik, sebagai kelompok subyek yang potensial untuk
diselenggarakannya “bimbingan sebaya” Untuk setiap personil yang
diidentifikasikan itu ditetapkan, tugas, wewenang, dan tanggung jawab masing-
masing yang terkait langsung secara keseluruhan organisasi pelayanan
bimbingan dan konseling. Tugas, wewenang dan tanggung jawab guru
pembimbing sebagai tenaga inti pelayanan bimbingan dan konseling dikaitkan
dengan rasio antara seorang guru pembimbing dan jumlah peserta didik yang
menjadi tanggung jawab langsungnya. Guru kelas sebagai tenaga pembimbing
bertanggungjawab atas pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap seluruh
peserta didik di kelasnya. Berhubungan dengan jenjang dan jenis pendidikan
serta besar kecilnya satuan pendidikan, jumlah dan kualifikasi personil (khusus
personil sekolah) yang dapat dilibatkan dalam pelayanan bimbingan dan
konseling pada setiapsatuan pendidikan dapat tidak sama. Dalam kaitan itu,
tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing personil di setiap satuan
pendidikan disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan yang bersangkutan
tanpa mengurangi tuntutan akan efektifitas dan efisiensi pelayanan bimbingan
dan konseling secara menyeluruh demi kepentingan peserta didik.10

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

10
Ibid, h.27
Prinsip yang berasal dari bahasa latin yakni prinsipia, dapat diartikan
sebagai permulaan yang dengan suatu cara tertentu melahirkan hal-hal lain,
prinsip ini merupakan hasil paduan antara kajian teoritik dan telaah lapangan yang
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan suatu yang dimaksudkan. jadi kalau
berbicara tentang prinsip – prinsip bimbingan dan konseling, maka kita berbicara
tentang pokok dasar pemikiran yang dijadikan pedoman dalam program
pelaksanaan atau aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan program
pelayanan bimbingan.
Selain prinsip-prinsip bimbingan konseling disini juga akan dibahas azas-
azas bimbingan konseling yang juga berperan demi terwujudnya keberhasilan
suatu bimbingan dan konseling, diantaranya azas kerahasian, azas kesukarelaan,
azas keterbukaan, dsb. Serta dalam pengorganisasian kegiatan bimbingan dan
konseling adalah bentuk kegiatan yang mengatur cara kerja, prosedur kerja dan
pola atau mekanisme kerja kegiatan bimbingan dan konseling. Kegiatan
bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan lancar, tertib, efektif dan efisien.

Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Komite Sekolah/ Kepala Sekolah Pengawas


Orang tua siswa Wakil Kepala Sekolah Bidang

Tata Usaha

Koordinator
BK/ Guru
Wali Kelas Pembimbing Guru Mata
(Konselor) Pelajaran
DAFTAR PUSTAKA

Hallen A. 2005. Bimbingan dan konseling. Jakarta: Ciputat Press

Prayitno. 1999. Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta

Sukardi, Dewa Ketut. 2003. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah.

Bandung:

Alfabeta

Surya Dharma. 2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Direktorat

Peningkatan

Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan

Nasional

Yusuf, Syamsu. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai