Makalah Bimbingan Konseling
Makalah Bimbingan Konseling
Disusun oleh :
1. Rokhimah 202109012
2. Nurul Witri 202109013
3. Muh. Syamsuddin 202109016
Prinsip merupakan paduan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. Dalam
pelayanan bimbingan dan konseling prinsip-prinsip yang digunakannya
bersumber dari kajian hasil-hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang
hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial
budayanya, pengertian, tujuan, fungsi dan proses penyelenggaraan bimbingan dan
konseling. Selain prinsip-prinsip bimbingan konseling disini juga akan dibahas
azas-azas bimbingan konseling yang juga berperan demi terwujudnya
keberhasilan suatu bimbingan dan konseling.
Mudah-mudahan makalah yang kurang bermutu ini menambah
pengetahuan bagi pembaca. Kritik dan saran kami harapkan demi terciptanya
kesempurnaan pada pembuatan makalah selanjutnya
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
1
Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h.59
sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontrak sosial, pekerjaan dan
sebaliknya pengaruh lingkungan tehadap kondisi mental dan fisik individu.
b. Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya
masalah pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian utama
pelayanan bimbingan dan konseling.
2
Ibid, h.60
terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan dan program
bimbingan dan konseling itu sendiri.
b. Azas Kesukarelaan
Dalam memahami pengertian bimbingan dan konseling telah
dikemukakan bahwa bimbingan merupakan proses membantu individu.
Perkataan membantu disini mengandung arti bahwa bimbingan merupakan
3
Prayitno, Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 14
suatu paksaan.4 Oleh karena itu dalam kegiatan bimbingan dan konseling
diperlukan adanya kerjasama yang demokratis antara konselor dan kliennya.
Kerjasama akan terjalin bilamana klien dapat dengan sukarela menceritakan
serta menjelaskan masalah yang dialaminya kepada konselor.
c. Azas Keterbukaan
Azas keterbukaan merupakan asas penting bagi konselor karena
hubungan tatap muka antar konselor dank lien merupakan pertemuan batin
tanpa tedeng aling-aling. Dengan adanya keterbukaan ini dapat ditumbuhkan
kecenderungan pada klien untuk membuka dirinya, untuk membuka kedok
hiidupnya yang menjadi penghalang bagi perkembangan psikisnya.
Menurut Truax dan Carkhuff menyimpulkan bahwa ada hubungan
yang erat antara keterbukaan konselor dan kemampuan klien membuka diri
(self explorasion). Dengan demikian konselor yang dalam proses konseling
membuka diri, tidak bersikap dibuat-buat atau pura-pura akan mendorong
klien mengekpresikan pengalaman pribadinya.
d. Azas Kekinian
Pada umumnya pelayanan bimbingan dan konseling bertitik tolak dari
masalah yang dirasakan klien saat sekarang atau kini. Namun pada dasarnya
pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri menjangkau dimensi wktu
yang lebih luas, yaitu masa lalu, sekarang dan masa yang akan
datang.permasalahan yang dihadapi oleh klien sering bersumber dari rasa
penyesalannya terhadap apa yang terjadi pada masa lalu dan kekhawatiran
dalam menghadapi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang,
sehingga ia lupa dengan apa yang harus dikerjakannya pada saat ini. Dalam
hal ini konselor dapat mengarahkan klien untuk memcahkan masalah yang
sedang dihadapinya sekarang.
4
Hallen A, Bimbingan dan Konseling,….h.62
e. Azas Kemandirian
Salah satu tujuan pemberian layanan bimbingan dan konseling adalah
agar konselor berusaha menghidupkan kemandirian didalam diri klien. Pada
tahap wal konseling, biasanya klien menampakan sikap yang lebih tergantung
dibandingkan pada tahap akhir konseling, sebenarnya sikap ketergantungan
klien terhadap konselor ditentukan respon-respon yang diberikan oleh
konselor terhadap kliennya. Oleh karena itu konselor dan klien harus
berusaha menumbuhkan sikap kemandirian itu di dalam diri klien dengan
cara memberikan respon yang cermat.
f. Azas Kegiatan
Dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling kadang-kadang
konselor memberikan beberapa tugas dan kegiatan kepada kliennya. Dalam
hal ini klien harus mampu melakukan sendiri kegiatan-kegiatan tersebut
dalam rangka mencapai tujuan bimbingan dan konseling yang telah
ditetapkan. Di pihak lain konselor harus berusaha/mendorong agar kliennya
mampu melakukan kegiatan yang telah ditetapkan tersebut.
g. Azas Kedinamisan
Keberhasilan usaha pelayanan bimbingan dan konseling ditandai
dengan terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku klien kearah yang lebih
baik.untuk mewujudkan terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku itu
membutuhkan proses dan waktu tertentu sesuai dengan kedalaman dan
kerumitan masalah yang dihadapi klien.konselor dan klien diminta untuk
memberikan kerjasama sepenuhnya agar pelayanan bimbingan dan konseling
yang diberikan dapat dengan cepat menimbulkan perubahan dalam sikap dan
tingkah laku klien.5
5
Yusuf Syamsu, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005),
h. 22
h. Azas Kenormatifan
Asas kenormatifan yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar segenap layanan dan bimbingan dan konseling didasarkan
pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang
ada, yaitu norma-norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu
pengetahuan dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah layanan atau kegiatan
bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan
dan pelaksanaannya tidak berdasarkan norma-norma yang dimaksudkan itu.
Lebih jauh, layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat
meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) memahami, menghayati dan
mengamalkan norma-norma tersebut.
i. Azas Keahlian
Untuk menjamin keberhasilan usaha bimbingan dan konseling, para
petugas harus mendapatkan pendidikan dan latihan yang memadai.
Pengetahuan, ketrampilan, sikap dan kepribadian yang ditampilkan oleh
konselor akan menunjang hasil konseling.6
j. Asas Keterpaduan
Azas keterpaduan yaitu azas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain,
saling menunjang, harmonis dan terpadukan. Untuk ini kerjasama antara
guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan
pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi
segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya.
6
Surya Dharma, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Direktorat Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h.12
k. Azas Alih Tangan
Bimbingan dan konseling merupakan kajian profesional yang menangani
masalah yang cukup pelik.disamping pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki
oleh konselor juga terbatas, maka ada kemungkinan suatu masalah belum dapat
diatasi setelah proses konseling berlangsung.dalam hal ini konselor perlu
mengalih tangankan (referral) klien pada pihak lain yang lebih ahli untuk
menangani masalah yang sedang dihadapi oleh klien tersebut.
1. Modal Personal
Modal dasar yang akan menjamin suksesnya penyelenggaraan
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah berupa karakter personal
yang ada dan dimiliki oleh tenaga penyelenggara bimbingan dan konseling.
Modal personal tersebut adalah:7
a. Berwawasan luas, memiliki pandangan dan pengetahuan yang luas,
terutama tentang perkembangan peserta didik pada usia sekoahnya,
perkembangan ilmu pengetahuan/teknologi/kesenian dan proses
pembelajarannya, serta pengaruh lingkungan dan modernisasi terhadap
peserta didik.
b. Menyayangi anak, memiliki kasih sayang terhadap peserta didik, rasa
kasih sayang ini ditampilkan oleh guru pembimbing/guru kelas benar-
benar dari hati sanubarinya (tidak berpura-pura atu dibuat-buat) sehingga
peserta didik secara langsung merasakan kasih sayang itu.
c. Sabar dan bijaksana, tidak mudah marah dan atau mengambil tindakan
keras dan emosional yang merugikan peserta didik serta tidak sesuai
dengan kepentingan perkembangan mereka, segala tindakan yang diambil
guru pembimbing/guru kelas didasarkan pada pertimbangan yang matang.
d. Lembut dan baik hati, tutur kata dan tindakan guru pembimbing/guru kelas
selalu mengenakkan hati, hangat dan suka menolong.
e. Tekun dan teliti, guru pembimbing/guru kelas setia menemani tingkah laku
dan perkembangan peserta didik sehari-hari dari waktu ke waktu, dengan
memperhatikan berbagai aspek yang menyertai tingkah laku dan
perkembangan tersebut.
f. Menjadi contoh, tingkah laku, pemikiran , pendapat dan ucapan-ucapan
guru pembimbing/guru Kelas tidak tercela dan mampu menarik peserta
didik untuk mengikutinya dengan senang hati dan suka rela.
g. Tanggap dan mampu mengambil tindakan, guru pembimbing/guru kelas
cepat memberikan perhatian terhadap apa yang terjadi dan atau mungkin
terjadi pada diri peserta didik, serta mengambil tindakan secara tepat untuk
mengatasi dan atau mengantisipasi apa yang terjadi dan mungkin apa yang
terjadi itu.
7
Ibid, h.22
h. Memahami dan bersikarp positif terhadap pelayanan bimbingan dan
konseling, guru pembimbing/guru kelas memahami tujuan serta seluk
beluk layanan bimbingan dan konseling dan dengan bersenang hati
berusaha sekuat tenaga melaksanakannya secara profesional sesuai dengan
kepentingan dan perkembangan peserta didik.
2. Modal Profesional
Modal profesional mencakup kemantapan wawasan, pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap dalam bidang kajian pelayanan bimbingan dan
konseling. Semuanya itu dapat diperoleh melalui pendidikan dan atau pelatihan
khusus dalam program pendidikan bimbingan dan konseling. Dengan modal
professional itu, seorang tenaga pembimbing (guru pembimbing dan guru
kelas) akan mampu secara nyata melaksanakan kegiatan bimbingan dan
konseling menurut kaidah-kaidah keilmuannya, teknologinya dan kode etik
profesionalnya.
Apabila modal personal dan modal profesional tersebut dikembangkan
dan dipadukan dalam diri guru pembimbing dan guru kelas serta diaplikasikan
dalam wujud nyata terhadap peserta didik yaitu dalam bentuk kegiatan dan
layanan pendukung bimbingan dan konseling, dapat diyakni pelayanan
bimbingan dan konseling akan berjalan dengan lancar dan sukses.
3. Modal Instrumental
Pihak sekolah atau satuan pendidikan perlu menunjang perwujudan
kegiatan guru pembimbing dan guru kelas itu dengan menyediakan berbagai
sarana dan prasarana yang merupakan modal instrumental bagi suksesnya
bimbingan dan konseling, seperti ruangan yang memadai, perlengkapan kerja
sehari-hari, instrument BK dan sarana pendukung lainnya.
Dengan kelengkapan instrumental seperti itu kegiatan bimbingan dan
konseling akan memperlancar dalam keberhasilannya akan lebih
dimungkinkan. Disamping itu, suasana profesional pengembangan peserta
didik secara menyeluruh perlu dikembangkan oleh seluruh personil sekolah.
Suasana profesional ini, selain mempersyaratkan teraktualisasinya ketiga jenis
modal tersebut, terlebih-lebih lagi adalah terwujudnya saling pengertian,
kerjasama dan saling membesarkan diantara seluruh personil sekolah.
8
Dewa Ketut Sukardi, Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Bandung: Alfabeta),
h.42
Keputusan dapat dengan cepat diambil tetapi dengan pertimbangan yang cermat,
dan pelaksanaan layanan/ kegiatan bimbingan dan konseling terhindar dari urusan
birokrasi yang tidak perlu.
c. Luwes dan terbuka, sehingga mudah menerima masukan dan upaya
pengembangan yang berguna bagi pelaksanaan dan tugas-tugas organisasi, yang
semuanya itu bermuara pada kepentingan seluruh peserta didik.
d. Menjamin berlangsungnya kerja sama, sehingga semua unsur dapat saling
menunjang dan semua upaya serta sumber dapat dikoordinasikan demi kelancaran
dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling untuk kepentinga peserta
didik.
e. Menjamin terlaksananya pengawasan, penilaian dan upaya tindak lanjut, sehingga
perencanaan pelaksanaan dan penilaian programbimbingan dan konseling yang
berkualitas dapat terus dilakukan. Pengawasan dan penilaian hendaknya dapat
berlangsung secara vertikal (dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas), dan
secara horizontal (penilaian sejawat).
9
Surya Dharma, Bimbingan dan Konseling di Sekolah,….h.26
4. Guru-guru lain, (guru mata pelajaran, guru praktik) serta wali kelas, sebagai
penanggung jawab dan tenaga ahli dalam mata pelajaran, program latihan atau
kelas masing-masing.
5. Orang tua, sebagai penanggung jawab utama peserta didik dalam arti yang
seluas-luasnya.
6. Ahli-ahli lain, dalam bidang non bimbingan dan nonpelajaran/ latihan seperti
dokter, psikolog, psikiater sebagai subjek alih tangan kasus.
7. Sesama peserta didik, sebagai kelompok subyek yang potensial untuk
diselenggarakannya “bimbingan sebaya” Untuk setiap personil yang
diidentifikasikan itu ditetapkan, tugas, wewenang, dan tanggung jawab masing-
masing yang terkait langsung secara keseluruhan organisasi pelayanan
bimbingan dan konseling. Tugas, wewenang dan tanggung jawab guru
pembimbing sebagai tenaga inti pelayanan bimbingan dan konseling dikaitkan
dengan rasio antara seorang guru pembimbing dan jumlah peserta didik yang
menjadi tanggung jawab langsungnya. Guru kelas sebagai tenaga pembimbing
bertanggungjawab atas pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap seluruh
peserta didik di kelasnya. Berhubungan dengan jenjang dan jenis pendidikan
serta besar kecilnya satuan pendidikan, jumlah dan kualifikasi personil (khusus
personil sekolah) yang dapat dilibatkan dalam pelayanan bimbingan dan
konseling pada setiapsatuan pendidikan dapat tidak sama. Dalam kaitan itu,
tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing personil di setiap satuan
pendidikan disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan yang bersangkutan
tanpa mengurangi tuntutan akan efektifitas dan efisiensi pelayanan bimbingan
dan konseling secara menyeluruh demi kepentingan peserta didik.10
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
10
Ibid, h.27
Prinsip yang berasal dari bahasa latin yakni prinsipia, dapat diartikan
sebagai permulaan yang dengan suatu cara tertentu melahirkan hal-hal lain,
prinsip ini merupakan hasil paduan antara kajian teoritik dan telaah lapangan yang
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan suatu yang dimaksudkan. jadi kalau
berbicara tentang prinsip – prinsip bimbingan dan konseling, maka kita berbicara
tentang pokok dasar pemikiran yang dijadikan pedoman dalam program
pelaksanaan atau aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan program
pelayanan bimbingan.
Selain prinsip-prinsip bimbingan konseling disini juga akan dibahas azas-
azas bimbingan konseling yang juga berperan demi terwujudnya keberhasilan
suatu bimbingan dan konseling, diantaranya azas kerahasian, azas kesukarelaan,
azas keterbukaan, dsb. Serta dalam pengorganisasian kegiatan bimbingan dan
konseling adalah bentuk kegiatan yang mengatur cara kerja, prosedur kerja dan
pola atau mekanisme kerja kegiatan bimbingan dan konseling. Kegiatan
bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan lancar, tertib, efektif dan efisien.
Tata Usaha
Koordinator
BK/ Guru
Wali Kelas Pembimbing Guru Mata
(Konselor) Pelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Bandung:
Alfabeta
Peningkatan
Nasional
Rosdakarya