Anda di halaman 1dari 2

Memantapkan persiapan dibulan sya’ban utama (al-asyhur 

al-fadhilah) di samping Rajab, Dzulhijjah, dan


Muharram.
‫ اَ ْشهَ ُد‬،‫ الذى َج َعلَنَا ِم َن المسلمين الكاملين‬،‫اَ ْل َح ْم ُد هلل على نعمه فى شهر شعبان‬
Ada hal yang istimewa dalam bulan Sya’ban. Ia menjadi jembatan
‫ اَللَّهُ َّم‬.ُ‫ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن َسيِّ َدنَا َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه‬.ُ‫ْك لَه‬ َ ‫أَ ْن الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِري‬
menuju bulan yang paling diagung-agungkan. Itulah sebabnya
‫ َو َعلَى آلِ ِه‬،‫ان َرس ُْوالً نَبِيًّا‬ َ ‫ق ْال َو ْع ِد َو َك‬ َ ‫صا ِد‬ َ ‫ان‬ َ ‫صلِّ َو َسلِّ ْم َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك‬ َ
‫ فَيَا أَيُّهَا‬،‫ أَ َّما بَ ْع ُد‬،‫صحْ بِ ِه الَّ ِذي َْن يُحْ ِسنُ ْو َن إِ ْسالَ َمهُ ْم َولَ ْم يَ ْف َعلُ ْوا َش ْيئًا فَ ِريًّا‬ mengapa bulan ini dikatakan “sya’ban”. Sya’ban yang berasal dari
َ ‫َو‬
kata syi’ab bisa dimaknai sebagai jalan setapak menuju puncak.
َ َ‫ ق‬.‫از ْال ُمتَّقُ ْو َن‬
‫ال‬ َ َ‫ فَقَ ْد ف‬،ِ‫ص ْينِ ْي نَ ْف ِس ْى َوإِيَّا ُك ْم ِبتَ ْق َوى هللا‬ ِ ‫ اُ ْو‬،ُ‫ضر ُْو َن َر ِح َم ُك ُم هللا‬ ِ ‫ْال َحا‬
َّ ‫ يَا اَيُّهَا الَّ ِذي َْن آ َمنُ ْوا اتَّقُ ْوا هللاَ َح‬،‫َّحي ِْم‬ Artinya, bulan Sya’ban adalah bulan persiapan yang disediakan
َ‫ق تُقَاتِ ِه َوال‬ ِ ‫ بِس ِْم هللاِ الرَّحْ َم ِن الر‬: ‫هللاُ تَ َعالَى‬
‫تَ ُم ْوتُ َّن إِالَّ َواَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم ْو َن‬ oleh Allah  untuk hambanya dalam menapaki, memantapkan diri,
sebagai persiapan menyongsong bulan puncak bernama
Waktu terus mengalir dan tak terasa kita menghabiskan hampir
‘Ramadhan’.
separuh bulan Sya’ban. Bulan suci Ramadhan pun kian dekat dan
memberikan suasana batin tersendiri bagi masing-masing orang. Jamaah shalat Jum’at hadâkumullah,
Ada yang bergembira dengan kehadiran bulan suci ini. Ada pula Lantas, apa yang mesti dipersiapkan? Sudah lazim kita
yang biasa-biasa saja: Sya’ban dan Ramadhan dinilai tak jauh menyaksikan bahwa Ramadhan sebagai fenomena tahunan
berbeda dari bulan-bulan lainnya. memberikan efek ekonomi dan peralihan budaya yang cukup
Sikap kedua ini bermasalah karena menjadi indikasi tentang tidak signifikan. Menjelang bulan puasa, kita jumpai pasar-pasar kian
sensitifnya hati kita kepada kemuliaan-kemuliaan waktu khusus ramai, pusat-pusat perbelanjaan semakin menunjukkan gairahnya,
yang tertuang dalam ajaran Islam. Umumnya, suasana “biasa saja” hingga televisi pun menyesuaikan sajian tayangan kepada
itu bukan karena sikap ingkar melainkan karena terlalu padatnya masyarakat yang mulai berubah semakin religius.
kehidupan seseorang dengan aktivitas duniawi sehingga Untuk menghadapi ini semua, kita butuh persiapan. Tapi ini
menganggap perjalanan bulan Rajab, Sya’ban, dan kemudian persiapan fisik dan material. Karena Ramadhan memang membawa
Ramadhan tak ubahnya rutinitas belaka. dampak material, juga bulan sesudahnya, yakni lebaran atau
Islam tidak menganjurkan demikian. Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Syawal
Ulumid-Din menyebut adanya hari-hari utama (al-ayyam al- Akan tetapi, persiapan yang kita maksud sekarang adalah persiapan
fadhilah). Hari- hari utama ini dapat ditemukan pada tiap tahun, secara spiritual. Sebagai “jalan menuju puncak”, seyogianya
tiap bulan, dan tiap minggu. Terkait siklus bulanan, Imam Al- Sya’ban menjadi momen bagi umat Islam untuk memperkuat
Ghazali memasukkan bulan Sya’ban ke dalam kategori bulan-bulan mental, menata batin, dan membenahi perilaku untuk menyambut
bulan puasa: puasa dari makan dan minum maupun puasa dari Bagi kebanyakan umat Islam, mungkin puasa masuk deretan yang
sikap untuk selalu menuruti ego pribadi. terberat di antara ibadah-ibadah lainnya. Puasa menghendaki kita
‫ك َش ْه ٌر يَ ْغفَ ُل النّاسُ َع ْنهُ يَ ْعنِي بَي َْن َر َجب‬
َ َ‫ ذا‬:‫ال َرسُو ُل هللاِ صلى هللا عليه وسلم‬ َ َ‫ق‬ untuk bertahan dalam lapar dan haus sejak terbit fajar hingga
terbenamnya matahari. Meski demikian, dalam puasalah, seorang
‫ضان َوهُ َو َش ْه ٌر تَرْ فَ ُع ْاألَ ْع َما ُل فِيْه إِلَى َربّ العالمين فَأ ُ ِحبُّ أَ ْن يَرْ فَ َع َع َملِ ْي‬ َ ‫ور َم‬
َ
hamba memperoleh pendidikan ruhani yang luar biasa. Puasa tak
‫صائِم‬
َ ‫وأنا‬ sekadar menahan diri dari aktivitas makan dan minum tapi juga
“Bulan itu (Sya‘ban) adalah bulan yang dilupakan manusia, berada aktivitas lain yang menjadi selera hawa nafsu, seperti bohong,
di antara Rajab dan Ramadhan. Dan ia adalah bulan diangkatnya menggunjing orang, boros, pamer, suka dipuji, merasa lebih saleh,
amal ibadah kepada Tuhan Pemilik Semesta Alam, maka aku (Nabi gemar menilai keimanan orang lain, dan lain-lain. Hal ini terjadi
Muhammad) suka amal ibadahku diangkat ketika aku berpuasa”. bila kita memaknai puasa dalam dua dimensi sekaligus, yakni
(HR. an-Nasa’i) jasmani dan ruhani.
Istri Baginda Nabi, ‘Aisyah radliyallahu ‘anha meriwayatkan, Sebelum menapaki bulan seribu berkah, yakni Ramadhan, umat
“Hanya di bulan Ramadhan Nabi Muhammad berpuasa satu bulan Islam dianjurkan untuk menggembleng diri dengan puasa dan
penuh dan saya tidak melihat beliau sering puasa kecuali di bulan meningkatkan kualitas ketakwaan kepada Allah. Bukan semata
Sya’ban,” (HR Al-Bukhari). Dalam riwayat Ahmad disebutkan, dengan banyaknya ritual ibadah melainkan pula meningkatnya
“Puasa yang disukai Nabi Muhammad SAW ialah puasa di bulan kesadaran ketuhanan (ilahiyah) yang kemudian menjiwai seluruh
Sya’ban.” gerak-gerik kita.
Ini menandakan bahwa persiapan menyambut bulan Ramadhan
ِ ‫ َونَفَ َعنِ ْي َوإِيَّا ُك ْم ِب َما فِ ْي ِه ِم َن ْاآليَا‬،‫ك هللاُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِي ْالقُرْ آ ِن ْال َع ِظي ِْم‬
‫ت َوال ِّذ ْك ِر‬ َ ‫بَا َر‬
yang ditelandankan Rasulullah salah satu bentuknya adalah puasa.
ِّ‫ أَقُ ْو ُل قَ ْولِ ْي هَ َذا َوأَ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ ْال َع ِظ ْي َم لِ ْي َولَ ُك ْم َولِ َسائِ ِر ْال ُم ْسلِ ِمي َْن ِم ْن ُكل‬.‫ْال َح ِكي ِْم‬
Bulan Sya’ban merupakan waktu yang tepat untuk berpuasa guna
melatih diri untuk terbiasa puasa satu bulan penuh selama ِ ‫ إِنَّهُ هُ َو ْال َغفُ ْو ُر الر‬،ُ‫ فَا ْستَ ْغفِر ُْوه‬.‫ب‬
.‫َّح ْي ُم‬ ٍ ‫َذ ْن‬
Ramadhan. Orang yang menjalankan puasa Sya’ban termasuk
orang yang memuliakan dan menghormati bulan Ramadhan.
Rasulullah pernah bersabda, “Puasa  Sya’ban itu untuk
menganggungkan Ramadhan,” (HR At-Tirmidzi).
Jamaah shalat Jum’at hadâkumullah,

Anda mungkin juga menyukai