I. Pengkajian
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. K
Umur : 60 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : tamatan SMA
Agama : Islam
Alamat : kapalo koto
Status : menikah
B. Penanggung Jawab
Nama : Ny. tini
Umur : 50 th
Jenis kelamin : perempuan
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Pendidikan : tamatan SMA
Agama : Islam
Alamat : Kapalo koto
Status : menikah
Hub. dengan pasien : Istri
2. Riwayat Kesehatan
A. Keluhan Utama
Nyeri dada
Berdebar-debar
Sesak napas
Pusing
Mual
B. Riwayat Penyakit Dahulu
Sejak 5 tahun yang lalu klien menderita penyakit diabetes, kolesterol tinggi dan diabetes.
C. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti pasien
3. Pemeriksaan Fisik
RR : 30x/menit
BB : 87 kg
TD : 180/110 mmHg
Suhu : 37oC
Nadi : 105x/menit
a) Pemeriksaan Fisik :
- Dari hasil inspeksi secara umum, diperoleh bentuk kepala mesochepal, wajah terlihat pucat,
kulit kepala cukup bersih. Pada inspeksi telinga terlihat dalam keadaan bersih tidak
ditemukannya secret. Inspeksi daerah mata bentuk simetris, sclera tidak ikteris dan penglihatan
mata masih cukup bagus . Pada inspeksi daerah hidung bentuk simeris, tidak ada secret yang
keluar dari lubang hidung. Pada inspeksi bibir, bibir terlihat kering, mukosa mulut lembab,
kebersihan kurang.
- Kulit (Integumen)
Warna kulit pucat; turgor kulit abnormal (kembali dalam waktu > 3 detik); Kulit terasa
panas dan kering.
- Kardiovaskuler
Tekanan darah meningkat; takikardia; Right Ventricular lift; Right atrium gallop; Adanya
bunyi murmur Graham – Steel; Tekanan vena jugularis meningkat; serta Adanya edema.
- Pernafasan
Perkusi bagian apeks paru terdengar redup; Terdengar bunyi suara nafas tambahan yaitu
ronchi basah, kasar, dan nyaring; Suara terdengar melemah; Perkusi pada bagian paru
memberikan suara hipersonor atau timpani; Auskultasi paru terdengar suara amforik; Terdapat
atrofi dan retraksi otot-otot interkosta; Sesak nafas.
- Gastrointestinal
Adanya asites dan hepatomegali
- Ekstremitas
Adanya edema.
b. Pemeriksaan penunjang
EKG gel. T inversi dan depresi segmen ST
Kolesterol : 250 mg/dl
Gula darah : 300 mg/dl
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Penulisan kasus
Kasus Modul : 6
Penyakit Infeksi Pada Saluran Pernapasan
“Sesak nafas dan batuk’
An. S umur 10 tahun mengeluh sesak dan batuk. Orang tua klien mengatakan anaknnya
mengalami batuk ± 2 bulan yang lalu dan sudah berobat jalan. Saat melakukan aktivitas di sore
hari tiba-tiba klien merasakan sesak seperti tidak bisa bernapas. Klien mengatakan ada dahak
yang menghalani jalan nfasnya. Pada malam hari, klien mengalami demam tinggi dan orang
tuanya membelikan obat di warung untuk menurunkan panas anaknya. Keesokan harinya klien
dibawah ke puskesmas dan di putuskan untuk rawat inap di rumah sakit. Data yang di peroleh
dari hasil pengkajian menunjukan TD 110/80 mmHg, Nadi 68x/menit, Suhu 36,8 0C, dan
Pernapasan 32x/menit. Klien mengatakan mengalami penurunan nafsu makan, tidak bisa
bergerak banyak karena sesak serta tidak bisa tidur nyeyak dan sering terbangun karena sesak
dan batuk. Pada pemeriksaan dahakditemukan BTA positif adanya bakteri.
B. Daftar kata istilah/kata kunci
1. Sesak nafas dan batuk
2. Batuk ± 2 bulan
3. Tidak bisa bernafas setelah beraktivitas
4. Dahak/sekret menghalngi jalan nafas
5. Demam pada malam hari
6. Pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV)
a. TD : 110/80 mmHg
b. Nadi : 68x/menit
c. Suhu : 36,80C
d. Pernapasan : 32x/menit
7. Nafsu makan menurun/berkurang
8. Tidak bisa tidur nyenyak
9. Pemeriksaan BTA positif adanya bakteri.
C. Penetapan masalah
Masalah yang dialami oleh An. S adalah gangguan pada sistem pernapasan, dimana
sistem pernapasan merupakan cabang ilmu mengenai seluruh sel tubuh yang hidup
membutuhkan oksigen (O2) dan menghasilkan karbohidrat (CO2).
Ada beberapa kelainan yang berkaitan dengan penyakit saluran pernapasan antara lain :
1. Asma
2. Bronkhiolitis
3. Difteria
4. Pertusis
5. Pneumonia
6. Tuberculosis paru (TB).
Dengan mengidentifikasi skenario/kasus di atas maka timbullah masalah atau diagnosa
medik yaitu TB paru. Untuk lebih jelasnya marilah kita lihat pada lembaran pembahasan
berikutnya.
BAB III
TINJAUAN TEORI
A. Defenisi
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tubeculosis yaitu suatu bakteri tahan asam, atau Tuberculossis (TB) adalah penyakit akibat
infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua
organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer.
B. Etiologi dan Penularan
1. Etiologi
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan
Micobacterium bovis (sangat jarang disebabkan oleh Micobacterium avium). Mycobacterium
tuberculosis ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882. Basil tuberkulosis dapat hidup dan
tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan mati pada suhu 60°C
dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil tuberculosis menyebabkan nekrosis jaringan sedangkan
lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor penyebab terjadinya fibrosis dan
terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel. Basil Mycobacterium tuberculosis tidak membentuk
toksin (baik endotoksin maupun eksotoksin).
2. Penularan
Mycobacterium tuberculosis biasanya melalui udara hingga sebagian besar fokus primer
tuberculosis terdapat dalam paru. Selain melalui udara penularan dapat peroral misalnya minum
susu yang mengandung basil tuberculosis, biasanya Mycobacterium bovis. Dapat juga terjadi
dengan kontak langsung misalnya melalui luka atau lecet di kulit. Tuberculosis kongenital sangat
jarang dijumpai. Selain Mycobacterium tuberculosis perlu juga dikenal golongan Mycobacterium
lain yang dapat menyebabkan kelainan yang menyerupai tuberculosis. Golongan ini disebut
Mycobacterium atipic atau disebut juga unclassified Mycobacterium.
3. Faktor Resiko
a. Resiko Infeksi TBC
Anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TBC aktif, daerah endemis,
penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan serta lingkungan yang tidak sehat. Pajanan terhadap
orang dewasa yang infeksius,
Resiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih tinggi jika pasien
dewasa tersebut mempunyai BTA sputum yang positif, terdapat infiltrat luas pada lobus atas atau
kavitas produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif dan kuat serta terdapat faktor
lingkungan yang kurang sehat, terutama sirkulasi udara yang tidak baik. Pasien TBC anak jarang
menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa disekitarnya, karena TBC pada anak jarang
infeksius, hal ini disebabkan karena kuman TBC sangat jarang ditemukan pada sekret
endotracheal, dan jarang terdapat batuk. Walaupun terdapat batuk tetapi jarang menghasilkan
sputum. Bahkan jika ada sputum pun, kuman TBC jarang sebab hanya terdapat dalam
konsentrasi yang rendah pada sektret endobrokial anak .
b. Resiko Penyakit TBC
Anak ≤ 5 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami progresi infeksi menjadi sakit TBC,
mungkin karena imunitas selulernya belum berkembang sempurna (imatur). Namun, resiko sakit
TBC ini akan berkurang secara bertahap seiring pertambahan usia. Pada bayi < 1 tahun yang
terinfeksi TBC, 43% nya akan menjadi sakit TBC, sedangkan pada anak usia 1-5 tahun, yang
menjadi sakit hanya 24%, pada usia remaja 15% dan pada dewasa 5-10%. Anak < 5 tahun
memiliki resiko lebih tinggi mengalami TBC diseminata dengan angka kesakitan dan kematian
yang tinggi. Konversi tes tuberkulin dalam 1- 2 tahun terakhir, malnutrisi, keadaan
imunokompromis, diabetes melitus, gagal ginjal kronik dan silikosis. Status sosial ekonomi yang
rendah, penghasilan yang kurang,kepadatan hunian, pengangguran, dan pendidikan yang
rendah2.
C. Patofisiologi
Masuknya basil tuberculosis dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit. Terjadinya
infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberculosis serta daya tahan tubuh
manusia. Infeksi primer biasanya terjadi dalam paru. Ghon dan Kudlich (1930) menemukan
bahwa 95,93% dari 2.114 kasus, mereka mempunyai fokus primer di dalam paru. Hal ini
disebabkan penularan sebagian besar melalui udara dan mungkin juga karena jaringan paru
mudah kena infeksi tuberkulosis (susceptible).
Masuknya kuman tuberkulosis ke dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit.
Infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberkulosis serta daya tahan tubuh
manusia. Segera setelah menghirup basil tuberkulosis hidup di dalam paru-paru, maka terjadi
eksudasi dan konsolidasi yang terbatas disebut fokus primer. Basil tuberkulosis akan menyebar,
histosit mulai mengangkut organisme tersebut ke kelenjar limfe regional melalui saluran getah
bening menuju kelenjar regional sehingga terbentuk kompleks primer dan mengadakan reaksi
eksudasi terjadi sekitar 2 sampai 10 minggu (6-8 minggu) pasca infeksi.
Pada anak yang mengalami lesi, dalam paru dapat terjadi dimanapun terutama di perifer
dekat pleura, tetapi lebih banyakk terjadi di Lapangan bawah paru dibanding dengan lapangan
atas. Juga terdapat pembesaran kelenjar regional serta penyembuhannya mengarah ke klasifikasi
dan penyebarannya lebih banyak terjadi melalui hematogen. Pada reaksi radang dimana leukosit
polimorfonukleat tampak pada alveoli dan memfagosit bakteri namun tidak membunuhnya.
Kemudian basil menyebar ke limfe dan sirkulasi. Dalam beberapa minggu limfosit T menjadi
sensitif terhadap organisme TBC dan membebaskan limfokim yang merubah makrofag atau
mengaktifkan makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala
pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa
nekrosis yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau
berkembang biak dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit.
Nekrosis pada bagian sentral memberikan gambaran yang relatif padat pada tubuh, yang disebut
nekrosis kasiosa. Terdapat tiga macam penyebaran secara patogen pada tuberkulosis anak :
penyebaran Hematogen tersembunyi yang kemudian mungkin menimbul gejala atau tanpa gejala
klinis, penyebaran milier, biasanya terjadi sekaligus dan menimbulkan gejala akut, kadang-
kadang kronis, penyeberan hematogen berulang.
Patway TB Paru
Infasi bakteri tuberculosis
Sembuh
Infeksi primer
Sembuh dengan fokus ghon
Infeksi pasca Bakteri dorman Sembuh dengan
primer (reaktivasi) fibrotik
Bakteri muncul beberapa
tahun kemudian
Reaksi infeksi atau inflamasi,
kavitas, dan merusak parekim paru
H. Penatalaksanaan
Pengobatan TBC terutama berupa pemberian obat antimikroba dalam jangka waktu lama.
Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis. ATS (1994)
menekankan tiga prinsip dalam pengobatan tuberculosis yang berdasarkan pada :
1. Regimen harus termasuk obat-obat multiple yang sensitif terhadap mikroorganisme.
2. Obat-obatan harus diminum secara teratur.
3. Terapi obat harus dilakukan terus menerus dalam waktu yang cukup untuk menghasilkan terapi
yang paling efektif dan paling aman pada waktu yang paling singkat.
Obat anti tuberculosis (OAT) harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang
bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan dari pengobatan ini adalah :
1. Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui kegiatan
bakterisid.
2. Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama estela pengobatan dengan kegiatan sterilisasi.
3. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis.
Perawatan anak dengan tuberculosis dapat dilakukan dengan melakukan :
1. Pemantauan tanda-tanda infeksi sekunder
2. Pemberian oksigen yang adekuat
3. Latihan batuk efektif
4. Fisioterapi dada
5. Pemberian nutrisi yang adekuat
6. Kolaburasi pemberian obat antutuberkulosis (seperti: isoniazid, streptomisin, etambutol,
rifamfisin, pirazinamid dan lain-lain)
7. Intervensi yang dapat dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan perkembangan anak yang
tenderita tuberculosis dengan membantu memenuhi kebutuhan aktivitas sesuai dengan usia dan
tugas perkembangan, yaitu :
a. Memberikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak (permainan, ketrampilan tangan,
vidio game, televisi)
b. Memberikan makanan yang menarik untuk memberikan stimulus yang bervariasi bagi anak
c. Melibatkan anak dalam mengatur jadual harian dan memilih aktivitas yang diinginkan
d. Mengijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di rumah sakit, menganjurkan anak
untuk berhubungan dengan teman melalui telepon jika memungkinkan.
BAB IV
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan adalah metode dimana suatu konsep di terapkan dalam praktek
keperawatan. Hal ini biasa disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang memerlukan
ilmu tehnik dan keterampilan interversonal dan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan melalui kegiatan pengumpulan
data yang akurat dari klien dan keluarga guna mengetahui berbagai permasalahan yang ada.
Adapun pengkajian yang dilakukan pada klien dengan masalah TB paru yaitu : Identitas
Data Umum (selain identitas klien, juga identitas orangtua; asal kota dan daerah, jumlah
keluarga)
1. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan masa lalu
2. Keadaan umum
Terdiri dari (KU dan tingkat kesadaran GCS)
3. Kebutuhan dasar
a. Rasa nyaman/nyeri
b. Nutrisi
c. Personal hygiene/kebersihan perorangan
d. Cairan
e. Aktivitas dan latihan
f. Eliminasi
g. Oksigenasi
h. Istirahat/tidur
i. Pencegahan terhadap bahaya
j. Keamanan
k. Neurosensori
l. Hubungan psikologi, spiritual dan interaksi sosial.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat muncul yaitu :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
3. Gangguan pola tidur
4. Intoleransi aktivitas
C. Rencana Tindakan Keperawatan (Intervensi)
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Tujuan : Klien tidak mengalami sesak dan batuk
Intervensi :
a. Anjurkan klien untuk istirahat dan melatih nafas dalam
b. Berikan posisi semi fowler/fowler
c. Ajarkan klien untuk tehnik batuk efektif
d. Lakukan saction bila perlu
e. Berikan O2 1-3 liter/ menit
f. Berikan bronkodilator bila perlu.
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Tujuan : Berat badan dalam batas normal/ideal
Intervensi :
a. Kaji tingkat kesulitan klien saat menelan
b. Berikan makanan dalam bentuk hangat
c. Berikan makanan yang berpariasi
d. Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering
e. Timbang berat badan bila perlu.
3. Gangguan pola tidur
Tujuan : Tidur klien optimal/normal dalam kurung waktu 1x24 jam
Intervensi :
a. Kaji tingkat kesulitan klien saat tidur
b. Ciptakan lingkungan yang nyaman
c. Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca)
d. Kurangi pengunjung pada saat jam istirahat/tidur
e. Kolaborasi pemberian obat tidur bila perlu.
4. Intoleransi aktivitas
Tujuan : Klien mampu beraktivitas secara mandiri
Intervensi :
a. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
b. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
c. Bantu klien untuk melakukan aktivitas yang bisa dilakukan
d. Bantu klien untuk memilih aktivitas yang disuskai
e. Observasi nutrisi dan sumber energi yang adekuat.
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah…..
Tiada kata yang paling indah selain puji dan puja syukur kehadirat Allah swt,yang mana
dengan limpahan rahmat dan karunia Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabiyaullah
Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah rela mempetaruhkan harta,jiwa
dan raganya untuk membawa umat manusia dari dunia kegelapan menuju dunia yang terang
benderang dan penuh dengan ilmu pengetahuan.
Kami sadari peyusunan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan maka
berpegang dari itu semua kami sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif
dari para pembaca pada umumnya dan dosen bidang studi pada khususnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat menambah referensi kita semua….
“ tak ada gading yang tak retak,tak ada manusia yang sempurna ˝
DAFTAR ISI
A. Latar brlakang..................................................................................................
B. Tujuan Penulisan..............................................................................................
C. Ruanglingkup penulisan...................................................................................
D. Metode penulisan.............................................................................................
A. Definisi..........................................................................................................
B. Anatomi Dan Fisiologi...................................................................................
C. Patofisiologi...................................................................................................
D. Manifestasi Klinik..........................................................................................
E. Prognosis........................................................................................................
F. Penatalaksanaan.............................................................................................
BAB III ASKEP PADA PASIEN TBC.................................................................
A. Pengkajian.....................................................................................................
B. Diagnosa........................................................................................................
C. Perencanaan...................................................................................................
D. Penyimpangan KDM.....................................................................................
BAB IV PENUTUP.................................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Penyakit Tuberkulosis Paru termasuk penyakit menular kronis. Waktu pengobatan yang
panjang dengan jenis obat lebih dari satu menyebabkan penderita sering terancam putus berobat
selama masa penyembuhan dengan berbagai alasan, antara lain merasa sudah sehat atau faktor
ekonomi. Akibatnya adalah pola pengobatan harus dimulai dari awal dengan biaya yang bahkan
menjadi lebih besar serta menghabiskan waktu berobat yang lebih lama. Alasan ini menyebabkan
situasi Tuberkulosis Paru di dunia semakin memburuk dengan jumlah kasus yang terus
meningkat serta banyak yang tidak berhasil disembuhkan, terutama negara-negara yang
dikelompokkan dalam 22 negara dengan masalah Tuberkulosis Paru besar (high burden
countries), sehingga pada tahun 1993 WHO/Organisasi Kesehatan Dunia mencanangkan
Tuberkulosis Paru sebagai salah satu kedaruratan dunia (global emergency).
Tuberkulosis Paru juga merupakan salah satu emerging diseases.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah diharapkan agar mahasiswa memahami proses patologi
tuberculosis paru.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khususnya adalah diharapkam mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan anatomi dan fisiologi pernafasan
b. Menjekaskan etiologi penyakit tuberculosis
c. Menjelaskan patogenesis penyakit tuberculosis
d. Menjelaskan proses terjadinya penyakit tuberculosis
e. Menjelaskan manifestasi klinik penyakit tuberculosis
f. Menjelaskan penatalaksanaan penyakit tuberculosis
g. Menjelaskan komplikasi penyakit tuberculosis
h. Menjelaskan prognosis penyakit tuberculosis
i. Menjelaskan epidemiologi penyakit tuberculosis
C. RUANGLINGKUP PENULISAN
Penyusunan makalah ini hanya membahas tentang perubahan struktur dan fungsi sistem
pernafasan pada dewasa, konsep dasar dari penyakit pada sistem pernafasan yang terjadi pada
lansia (penyakit TBC) dan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan.
D. METODE PENULISAN
Penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan menggambarkan dan
menjelaskan perubahan struktur dan fungsi pada sistem pernafasan, konsep dasar dari penyakit
sistem pernafasan (penyakit TBC) dan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada dewasa
dengan gangguan sistem pernafasan. Penulisan makalah ini bersifat kepustakaan untuk
mendapatkan informasi dan data yang diperlukan dalam menyusun makalah ini. Adapun teknik
yang penulis gunakan adalah studi pustaka dan pencariaan informasi dari internet. Hasilnya
digunakan untuk membantu penulisan makalah ini serta untuk mendapatkan data-data sebagai
sumber resensi penulis dan juga hasil dari diskusi kelompok yang dapat disajikan dalam bentuk
makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycrobakterium
tuberculosis. Kuman batang aerobic yang tahan asam ini, dapat merupakan mikroorganisme
pathogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteri pathogen, tapi hanya strain bovin dan
manusia yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4mm,
ukuran ini lebih kecil dari sel darah merah.
Tuberculosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberculosis dapat juga ditularkan kedalam tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjal, tulang dan
nodus limfe.
2. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan. Terdapat
dibawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
Hubungan dengan rongga lain yaitu, ke atas berhubungan dengan rongga hidung dengan
perantara lubang koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut bernama istmus fausium,
ke bawah terdapat 2 lubang, ke depan lubang laring, ke belakang lubang esofagus. Dibawah
selaput lendir terdapat jarngan ikan dan kumpulan getah bening yang dinamakan adenoid.
Disebelahnya terdapat 2 tonsil. Di sebelah belakang terdapat epiglotis yang berfungsi menutup
laring pada waktu menelan makanan.
3. Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak di depan
bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.
Pangal tenggorokan yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsu
pada waktu kita menelan makanan menutupi laring. Laring dilapisi oleh selaput lendir,kecuali
pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis. Pita suara berjumlah 2
bah, di atas pita suara palsudan tidak mengeluarkan suara disebut ventrikularis. Di bawah pita
suara sejati yang membentuk suara disebut vokalis.
4. Trakea
Trakea terbentuk oleh 16 s/d 20 cincin yang terdiri tulang-tulang rawan yang berbentuk
seperti huruf C. Panjang trakea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi
oleh otot polos. Sel-sel bersilia berguna untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk
bersama-sama dengan udara pernafasan. Yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan
kanan disebut karina.
5. Bronkus
Bronkus (cabang tenggorok) merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus terdapat pada
ketinggian vertebrae torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur sama dengan trakea dan
dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea dan berjalan kebawah ke arah tampuk paru.
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin,
mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari
9-12 cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang yang lebih kecil disebut
bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujing bronkioli
terdapat gelembung paru yang disebut alveoli.
6. Pulmo
Paru-paru terletak pada rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dadakavum
mediatinum. Pada bagian tengah itu terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum
depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput bernama pleura. Pleura terbagi 2 yaitu
viseral dan parietal. Pulmo (paru) adalah sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung alveoli. Banyaknya gelembung paru kurang lebih 700.000.000 buah (paru kiri dan
kanan). Paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus yaitu lobus superior, media, inferior. Paru-paru kiri
terdiri 2 lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Diantara
lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh-pembuluh
darah getah bening dan saraf-saraf.
B. Fisiologis Pernafasan
1. Pernafasan paru-paru
Merupakan pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang terjadi pada paru-paru.
Pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksterna, oksigen diambil melalui mulut dan
hidung pada waktu bernafas dimana oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli
berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar, alveoli memisahkan oksigen dari darah,
oksigen menembus membran, diambi oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung
dipompakan keseluruh tubuh. Didalam paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan
menembus membran alveoli, dari kapiler darah dikeluarkan melalui pipa bronkus berakhir
sampai pada mulut dan hidung. Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida, konsentrasi
dalam darah mempengaruhi dan merangsang pusat pernafasan terdapat dalam otak untuk
memperbesar kecepatan dalam pernafasan sehingga terjadi pengambilan oksigen dan
pengeluaran karbon dioksida lebih banyak.
2. Pernafasan jaringan
Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandung oksigen dari seluruh tubuh masuk
ke dalam jaringan akhirnya mencapai kapiler, darah mengeluarkan oksigen ke dalam jaringan,
mengambil karbon dioksida untuk dibawa ke paru-paru dan di paru-paru terjadi pernafasan
eksterna.
3. Daya muat paru-paru
Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4.500 ml-5.000 ml (4,5-5 liter). Udaha yang
diproses dalam paru-paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya 10%, ± 500 ml disebut juga udara
pasang surut (tidal air) yaitu yang dihirup dan yang dihembuskan pada pernafasan biasa.
4. Pengendalian pernafasan
Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh 2 faktor utama yaitu kimiawi dan
pengendalian saraf. Adanya faktor tertentu, merangsang pusat pernafasan yang terletak di dalam
medula oblongata, kalau dirangsang mengeluarkan implus yang disalurkan melalui saraf spinalis
ke otot pernafasan (otot diagfragma atau interkostalis). Penegndalian oleh saraf. Pusat otomatik
dalam medula oblongata mengantarkan implus eferen ke otot pernafasan, melalui radik saraf
servikalis diantarkan ke diagfragma oleh saraf prenikus. Implus ini menimbulkan kotraksi ritmik
pada otot diagfragma dan interkostalis yang kecepatannya kira-kira 15 kali setiap menit.
Pengendalian secara kimia. Pengendalian dan pengaturan secara kimia meliputi: frekuensi
kecepatan dan dalamnya gerakan pernafasan, pusat pernafasan dalam sumsum sangat peka,
sehingga kadar alkali harus tetap dipertahankan, karbondioksida adalah produksi asam dari
metabolisme dan bahan kimia yang asam ini merangsang pusat pernafasan untuk mengirim
keluar implus saraf yang bekerja atas otot pernafasan.
5. Kecepatan pernafasan
Pada wanita lebih tinggi dari pada pria, pernafasan secara normal maka ekspirasi akan
menyusul inspirasi dan kemudian istirahat, pada bayi ada kalanya terbalik, inspirasi istirahat-
ekspirasi,disebut juga pernafasan terbalik.
6. Kebutuhan tubuh terhadap oksigen
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan, manusia sangat membutuhkan
oksigen dalam hidupnya kalau tidak mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan
kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan bisa menimbulkan kematian, kalau
penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran dan anoreksia serebralis
misalnya orang bekerja pada ruangan yang sempit, tertutup, ruang kapal, ketel uap dan lain-lain.
Bila oksigen tidak mencukupi maka warna darah merahnya hilang berganti kebiruan misalnya
yang terjadi pada bibir, telinga, lengan dan kaki disebut sianosis.
7. Dinamika pernafasan
Tekanan udara mendesak melalui saluran pernafasan menekan paru-paru ke arah dinding
torak, tekanan dalam ruang pleura mencegah paru-paru menyusut dari dinding toraks dan
memaksa paru-paru untuk mengikuti pergerakan pernafasan dinding toraks dan diagfragma,
tekanan ini meningkat pada waktu inspirasi dan gerakan pernafasan ini dihasilkan oleh otot
pernafasan. Waktu ekspirasi serat otot diagfragma yang relaksasi muncul tinggi menuji
diagfragma membebaskan ruang pelengkap diantara diagfragma dan dinding toraks.
C. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar basil tuberculosis yang menginfeksi difagosis dengan makrofag yang
menyebar sebelum berkembang atau membentuk hipersensitifitas atau imunitas sebagian besar
akan bertahan didalam sel-sel darah dan dibawa ke bagian linfe pulmonary melalui sistem limfa.
Basil kemudian akan menyebar keseluruh tubuh dengan demikian walaupun infeksi kecil akan
menyebar dengan cepat, lokasi infeksi primer bisa atau tidak mengalami proses degenerasi
nefrotik, yang menyebabkan rongga diisi oleh masa basil tuberculosis seperti keju, sel-sel darah
putih yang mati dan jaringan paru nekrotik pada saat itu material akan mencari dan akan masuk
ke batang trakeobraonkial dan dikeluarkan sebagai sputum. Kebanyakan tuberculosis primer
sembuh dalam beberapa bulan melalui pembentukan jaringan parut fibrosus dan akhirnya lesi
yang mengapur. Lesi ini bisa berisi basil hidup yang dapat aktif kembali setelah beberapa tahun
dan dapat menyebabkan infeksi TB post primer atau TB sekunder.
D. MANIFESTASI KLINIK
Gejala-gejala dan tanda-tanda fisik penyebab tuberkulosa, seperti:
a. Tanda :
1) Penurunan berat badan
2) Anoreksia
3) Dispneud
4) Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.
b. Gejala :
1) Demam
Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan
tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman TBC yang masuk.
2) Batuk
Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering
kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif (menghasilkan sputum). Pada
keadaan lanjut berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan
batuk darah pada ulkus dinding bronkus.
3) Sesak nafas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah
setengan bagian paru.
4) Nyeri dada
Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan pleuritis).
5) Malaise
Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala, mering,
nyeri otot, keringat malam.
E. PRONOSIS
Kematian sudah pasti bila penyakit TB tidak diobati. Makin dini penyakit ini di diagnosis
dan di obati, makin besar kemungkinan pasien sembuh tanpa kerusakan serius yang menetap.
Makin baik kesadaran pasien ketika pengobatan dimulai, makin baik prognosisnya. Bila pasien
dalam keadaan koma, prognasis untuk sembuh sempurna sangat buruk. Sayangnya pada 10%-
30% pasien yang dapat bertahan hidup terdapat beberapa kerusakan menetap. Oleh karena akibat
dari penyakit ini sangat fatal bila tidak terdiagnosis.
F. PENATALAKSANAAN
Keperawatan
- Mengobservasi tanda-tanda vital
- Pemberian zat gizi tktp
- Pemberian obat dan pengontrolan minum obat secara teratur
- Menganjurkan pasien jika bersin atau batuk untuk menutup mulut
- Membuang sputum pada tempat yang khusus
Medis
- OAT harus diberikan dengan kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakteri sida dengan
atau tanpa obat ketiga. Tujuan pemberian OAT adalah:
- Membuat Konversi sputum bta positif menjadi negatif secepat mungkin melalui kegiatan
bakterisida.
- Mencegah kekambuhan pertama setelah pengobatan dengan kegiatan sterilisasi
- Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis.
A. Pengobatan tuberkulosis yang modern berdasarkan pemberian obat yang efektif. Terapi harian
dengan regimen termasuk isoniazid dan rifampin selama 9 hingga 12 bulan mewakili pengobatan
paling efektif yang tersedia dan mampu mencapai hasil yang baik pada 99 % pasien. Banyak
ahli menambahkan obat ketiga pada awal pengobatan sampai uji sensitivitas tersedia;
pirazinamid 1,5-2 g merupakan obat ketiga yang optimal, dan etambutol 15 mg/kg juga efektif.
Pada negara berkembang yang harga obat merupakan faktor dari isoniazid 300 mg dan
tioasetazon 150 mg selama 12 hingga 18 bulan memberikan regimen yang dapat mencapai angka
penyembuhan 80 hingga 90 persen.
B. Program pengobatan jangka pendek paling baik dianjurkan yang terdiri dari dua fase. Fase
intensif dua bulan pertama dengan pemberian setiap hari harus meliputi isoniazid 300 mg,
rifampin 600 mg, dan pirazinamid 1,5-2 mg dan juga mencangkup baik streptomisin 0,75-1 g
ataupun etambutol 15 mg/kg.
C. Individu yang memperlihatkan uji kulit tuberkulin positif setelah sebelumnya negatif, bahkan
jika individu tidak memperhatikan adanya gejala aktif, biasanya mendapat antibiotik selama 6-9
bulan untuk membantu respons imunnya dan meningkatkan kemungkinan eradikasi basil total.
D. Jika tuberkulosis resisten obat muncul, obat yang lebih toksik akan diprogramkan. Pasien
mungkin tetap menginap di rumah sakit atau dibawah pengawasan sejenis karantina jika tingkat
kepatuhan terhadap terapi medis cenderung rendah.
BAB III
ASKEP TBC PADA ORANG DEWASA
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
- Riwayat kesehatan dan periksaan fisik lengkap.
- Manifestasi klinis : demam, anoreksia, penurunan BB, berkeringat malam, keletihan, batuk dan
terbentuknya sputum.
- Catat setiap perubahan suhu tubuh atau frekuensi pernapasan, jumlah dan warna sekresi,
frekuensi batuk dan nyeri dada.
- Evaluasi bunyi napas (menghilang,bunyi bronkial,bronkovesikuler,krekles), fremitus, egofoni,
dan perkusi pekak.
- Periksa adanya pembesaran nodus limfe yang sangat nyeri.
- Kaji kesiapan emosional pasien untuk belajar, persepsi dan pengertiannya tentang tuberkulosis
dan pengobatannya.
- Evaluasi fisik dan hasil laboratorium.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi trakeobronkial yang sangat banyak.
- Regimen terapeutik tidak efektif b.d kompleksitas pengobatan jangka panjang.
- Intoleransi aktifitas b.d keletihan,perubahan status nutrisi dan demam.
- Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d rangsangan pusat pengatur suhu akibat zat pirogen
kuman TBC.
- Nyeri akut b.d peningkatan mediator nyeri akibat reaksi inflamasi.
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan /
anoreksia.
- Kurang pengetahuan tentang tindakan pencegahan penularan b.d informasi tak adekuat.
- PK : efek samping medikasi.
- PK : TB miliaris.
.D. PENYIMPANGAN KDM
Kuman TB Reaksi Inflamasi
Me aktivitas seluler infasi pada saluran nafas Pe produksi mukus
Pe metabolisme Limfatogen dan Hematogen Penumpukan sekresi
Mukus Pd Jln Nafas
Pemecahan karbohidrat Tuberkel Pecah Brsihan Jln Nafas
Lemak Dan protein
Tidak Efektif
BB Menurun Eksudat Resiko Tinggi Infeksi
Nutrisi krg dr kbtuhan Fibrasi Jaringan
Jmlah Total Jringan Paru Brkrang
Luas Total Membran Aspirasi Brkurang
c. Klien tidak ada riwayat alergi terhadap obat dan makanan tertentu
X?
X?
X?
X?
X?
X?
X?
x
X?
60
x
: perempuan
: pasien
5. Aspek Psikososial
o status emosional : Pasien tidak emosional
i: Pasien khawatir dengan kondisinya serta sering bertanya tentang penyakit yang dialaminya
o pola interaksi klien : Pasien beriteraksi dengan baik
6. Pemeriksaan Fisik
i. Pengamatan umum
1. Keadaan umum : Lemah
2. Keadaan sakit : Sedang
3. Tingkat kesadaran : Sadar
4. Ekspresi Wajah : Tampak gelisah
1. Suhu : 36˚C
2. Nadi : 100x/menit
3. Respirasi : 26x/menit
4. Tekanan darah : 120/70mmHg
1. Kepala
a. Bentuk : Bulat
b. Keluhan yang berhubungan : Pusing
2. Mata
a. Ukuran pupil : normal
b. Isokor : Ya
c. Reaksi terhadap cahaya : Mengecil
d. Akomodasi : Baik
e. Bentuk : normal
f. Konjungtiva : Pucat
g. Fungsi penglihatan : Berkurang
h. Menggunakan alat bantu : Tidak ada
i. Keluhan : Pandangan kabur
3. Hidung
a. Reaksi alergi : Tidak ada
b. Bentuk hidung : Normal
c. Fungsi penciuman : Baik
d. Peradangan : Tidak ada
e. Perdarahan : Tidak ada
f. Menggunakan alat bantu : Tidak ada
g. Keluhan : Tidak ada
v. Leher
1.Vena jugularis : Tidak ada pembesaran
2.Arteri karotis : Teraba
3.Pembesaran tiroid : Tidak ada
4.Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada
vi. Dada( Inspeksi,Palpasi,Auskultasi,Perkusi)
1. Bentuk dada : Semitris
2. Pergerakan pernafasan : Cepat
3. Bunyi pernafasan : Vesikuler
4. Pola nafas/batuk : Batuk kering
5. Sputum : Kental
6. Frekwensi pernafasan : Takipnea ( 26x/menit)
7. Bunyi nafas tambahan : Ronchi (+)
8. Keluhan : Ada kelainan
9. Jantung
a. Bunyi jantung ( S1,S2) : S1 dan S2 Normal
b. Bunyi jantung tambahan : Tidak ada
c. Irama jantung : Irreguler ( tidak teratur)
d. Keluhan : Jantung berdebar-debar
vii. Abdomen
1. Bentuk : Normal
2. Bunyi usus : Normal
3. Bising arteri : Normal
4. Pembesaran hepar : Tidak ada
5. Pembesaran ginjal : Tidak ada
6. Kandung kemih : Tidak ada kelainan
7. keluhan : Tidak ada kelainan
viii. Ekstrimitas
1. Ekstrimitas atas : Terpasang IVFD RL 24 tetes/menit
2. Ekstrimitas bawah : Tidak ada keluhan
ix. Pemeriksaan neurologis
1. Tingkat kesadaran : Sadar
2. Koordinasi : Baik
3. Memori : Baik
4. Orientasi : bingung
5. Kelumpuhan motorik : Tidak ada
6. Gangguan sensorik : Tidak ada keluhan
7. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 04 Februari 2010
8. Therapy/Pengobatan/ Penatalaksanaan
10 Klasifikasi Data
11. Analisa Data
Nama PX : NY.B No. Registrasi : 10.80.89
Umur : 60 Tahun
K/U Lemah
BB tidak ideal (kurang 5kg
dari BBI)
Porsi makan yang dihabiskan
½ porsi
Keadaan rongga mulut : Kurang informasi yang Kurang Pengetahuan
kering cukup tentang penyakitnya
12. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas inefektif b/d Penumpukan sekret kental dalam rongga beruncus yang
ditandai dengan
DS : Pasien mengatakan
Batuk dengan dahak susah dikeluarkan
Sesak bila beraktivitas
Keringat dingin pada malam hari
Dada terasa sakit pada saat batuk
DO :
Sputum kental
Takipnea
Ronki (+)
Loukosit : 12.900 mm³
LED 15-30 mm/jam
Foto Thorak : Hasil : TB.paru Aktif (kesan proses spesifik)
Respirasi : 26x/menit
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Anoreksia yang ditandai dengan
13. Prioritas Masalah
1. Bersihan jalan nafas inefektif b/d Penumpukan sekret kenta dalam rongga broncus
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Tidak napsu makan
Menambah
pengetahuan dan
informasi yang
lengkap tentng
penyakit yang
diderita oleh paisen.
3. Batasi kunjungan
dan penggunaan masker
memberikan kesempatan
kepada pasien untuk
beristirahat dan mencegah
terjadi resiko penularan
melalui udara
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa;
1. TB adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitasyang diperantarai oleh sel dengan
sel efektor berupa makrofag, dan limfosit (biasanya sel T) sebagai sel imunoreponsif. Tipe
imunitas ini melibatkanpengaktifan makrofag pada bagian yang terinfeksi limfosit dan limfokon
mereka; responnya berupa reaksi berupa hipersensitifitas seluler (lambat).
2. Sebagian besar infeksi TB menyebar lewat udara, melalui terhirupnya nikleus droplet yang
berisikan organisme basil dari seseorang yang terinfeksi.
3. Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolar membangkitkan reaksi peradangan yaitu
ketika leukosit digantikan oleh makrofag. Alveoli yang terlibat mengalami konsolidasi, dan
timbul pneumonia akut, yang dapat sembuh sendiri sehingga tidak terdapat sisa, atau prosesnya
dapat berjalan terusdifagosit atau menjadi banyak di dalam sel-sel.
B. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan dari isi makalah ini adalah;
1. Hindari atau jauhi segala factor-faktor yang dapat menyebabkan seorang terinfeksi TB Paru
seperti; Alkohol, kontak langsung dengan penderita TB.
2. Apabila seorang yang telah di diagnose menderita TB disarankan menjalani pemeriksaan fisik,
uji tuberkin Mantoux, radiografi dada, dan pemeriksaan bekteriologi atau histology.
3. Lakukanlah 3 prinsip pengobatan TB yaitu; (1) regimen harus terdiri dari banyak obat-obatan
yang sesuai untuk organismetersebut, (2) obat-obatan tersebut harus digunakan secara teratur, (3)
terapi obat harus dilakukan dalam waktu yang cukup untuk memberikan terapi yang efektifdan
paling aman dalam waktu yang terpendek.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, arif M: Kapita Selekta Kedokteran UI, jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius, 2000.
Silvia A. Price & Lorraine M. Wilson: Patofisiologi, Vol 2. Jakarta: EGC, 2006
Suddarth & Brunner: Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC 2002.
Www. Geoogle. com