Anda di halaman 1dari 58

1.

      PENGKAJIAN DATA KLINIS PASIEN

         Tanggal masuk : Selasa, 10 Oktober 2012


         Jam : 10.00 WIB
         Tanggal Pengkajian : selasa, 10 Oktober 2012
         Ruang : Bangsal jantung
         Pengkaji : Ns. Aprilia, S.Kep

I.                   Pengkajian
A.    Identitas Pasien
Nama : Tn. K
Umur : 60 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : tamatan SMA
Agama : Islam
Alamat : kapalo koto
Status : menikah

B.     Penanggung Jawab
Nama : Ny. tini
Umur : 50 th
Jenis kelamin : perempuan
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Pendidikan : tamatan SMA
Agama : Islam
Alamat : Kapalo koto
Status : menikah
Hub. dengan pasien : Istri

2.      Riwayat Kesehatan
A.    Keluhan Utama
         Nyeri dada
         Berdebar-debar
         Sesak napas
         Pusing
         Mual
B.     Riwayat Penyakit Dahulu
Sejak 5 tahun yang lalu klien menderita penyakit diabetes, kolesterol tinggi dan diabetes.
C.     Riwayat Penyakit Keluarga
         Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti pasien

3.      Pemeriksaan Fisik
         RR : 30x/menit
         BB : 87 kg
         TD : 180/110 mmHg
         Suhu : 37oC
         Nadi : 105x/menit
a)      Pemeriksaan Fisik :
-          Dari hasil inspeksi secara umum, diperoleh bentuk kepala mesochepal, wajah terlihat pucat,
kulit kepala cukup bersih. Pada inspeksi telinga terlihat dalam keadaan bersih tidak
ditemukannya secret. Inspeksi daerah mata bentuk simetris, sclera tidak ikteris dan penglihatan
mata masih cukup bagus . Pada inspeksi daerah hidung bentuk simeris, tidak ada secret yang
keluar dari lubang hidung. Pada inspeksi bibir, bibir terlihat kering, mukosa mulut lembab,
kebersihan kurang.

-          Kulit (Integumen)
       Warna kulit pucat; turgor kulit abnormal (kembali dalam waktu > 3 detik); Kulit terasa
panas dan kering.
-          Kardiovaskuler
       Tekanan darah meningkat; takikardia; Right Ventricular lift; Right atrium gallop; Adanya
bunyi murmur Graham – Steel; Tekanan vena jugularis meningkat; serta Adanya edema.
-          Pernafasan
      Perkusi bagian apeks paru terdengar redup; Terdengar bunyi suara nafas tambahan yaitu
ronchi basah, kasar, dan nyaring; Suara terdengar melemah; Perkusi pada bagian paru
memberikan suara hipersonor atau timpani; Auskultasi paru terdengar suara amforik; Terdapat
atrofi dan retraksi otot-otot interkosta; Sesak nafas.
-          Gastrointestinal
       Adanya asites dan hepatomegali
-          Ekstremitas
       Adanya edema.       
b.      Pemeriksaan penunjang
         EKG gel. T inversi dan depresi segmen ST
         Kolesterol : 250 mg/dl
         Gula darah : 300 mg/dl

4.      11 Pola Fungsional GORDON


1.      Pola persepsi dan manajemen kesehatan
         RR : 30x/menit
         BB : 87 kg
         TD : 180/110 mmHg
         Suhu : 37oC
         Nadi : 105x/menit
         Klien mengeluhkan nyeri dada ketika melakukan aktifitas yang padat sehingga klien mengalami
hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
         Klien merasa penyakit yang dideritanya karena kebiasaan merokoknya selama 38 tahun.
         Klien telah mencoba berhenti merokok sejak 3 tahun yang lalu.
         Keluarga klien bercerita bahwasanya klien mempunyai gaya hidup yang kurang sehat karena
klien sering mengkonsumsi makanan cepat saji, kebiasaan merokok yang tidak bisa dihentikan
dan suka memakan makanan yang berlemak. Keluarga mempunyai persepsi bahwa penyakit
klien yang diderita sekarang disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat tersebut.
2.      Pola Nutrisi dan Metabolik
         Sewaktu sehat klien mempunyai pola makan yang berlebihan. Dalam sehari klien dapat makan 4
kali sehari dengan porsi penuh, namun saat klien dirawat di RS klien kurang nafsu makan karena
klien tidak menyukai makanan yang disediakan oleh rumah sakit.
         Pada saat ini klien menjalani diet terhadap manakan berlemak dan klien pada saat ini juga
mengkonsumsi gula non kalori.
         Klien pada saat ini banyak mengkonsumsi buah dan sayuran.
3.      Pola eliminasi
         BAB 1x sehari
         Konsistensi lembek, kuning, berbau khas
         Tidak ada pendarahan dan tidak ada kesulitan mengejan yang berarti
         Sering BAK pada malam hari
         Tidak ada pendarahan dan tidak ada mukus
         Tidak menggunakan kateter

4.      Pola aktifitas dan latihan


         Sebelum sakit klien dapat beraktifitas dengan lancer namun setelah sakit klien mengalami
gangguan dalam melakukan aktifitasnya sehari-hari karena sering merasakan nyeri dada apabila
melakukan aktifitas yang berat.
         Klien dapat melakukan aktifitas secara mandiri.
         Klien termasuk orang yang jarang berolahraga.
5.      Istirahat dan Tidur
                   Saat sehat klien  tidur 6-7 jam sehari. Namun setelah sakit klien mengalami
gangguan pola tidur dangan tidur hanya 3-4 jam sehari dikarenakan dadanya yang sesak dada
dan disertai dengan rasa mual.
6.      Kongnitif – Perseptual
Klien pada saat ini menggunakan kacamata sebagai alat bantu penglihatan. Pendengaran
klien masih berfungsi dengan baik, pengecap dan pembau masih normal. Sensasi raba pada klien
tidak mengalami masalah. Klien dapat berbicara dengan cukup jelas. Bahasa sehari-hari klien
menggunakan bahasa Indonesia.
7.      Persepsi diri – Konsep diri
                   Sejak klien sakit, klien menjadi orang yang mudah marah. Klien saat ini mengalami
kecemasan apabila penyakitnya tak kunjung sembuh karena klien harus bekerja seperti
biasa. Klien merasa saat ini dirinya sngat lemah dan tidak dapat berbuat banyak untuk
keluarganya.
8.      Peran – Hubungan
Klien merupakan orang yang cukup ramah, mudah senyum, dan bersikap kooperatif
terhaadap segala tindakan penyembuhan. Klien memiliki kedekatan yang baik dengan keluarga,
sehingga mendapatkan dorongan dari setiap anggota keluarga.
Klien pada saat ini mempunyai usaha keripik singgkong. Klien adalah ayah dari 4
orang anak dan 7 orang cucu. Keluarga klien merupakan keluarga yang cukup harmonis terlihat
dari perhatian yang diberikan keluarga kepada pasien.
9.      Seksualitas
Klien tidak mengalami gangguan seksualitas.
10.  Koping – Toleransi Stress.
                   Klien pada saat ini mempunyai mekanisme koping yang cukup negative karena klien
mempunyai kecemasan/ stress karena tidak bias melakukan aktivitas harian seperti biasa.
11.  Nilai – Keyakinan
Klien merupakan seorang yang beragama islam. Klien adalah orang yang taat
terhadap agama. Klien tidak pernah meninggalkan sholat walaupun dalam keadaan sakit. Klien
megisi waktunya untuk mengaji
NO DIAGNOSA NOC NIC
NANDA
1 Diagnosa : BERSIHAN JALAN PENGATURAN JALAN
Bersihan Jalan Nafas NAFAS TIDAK NAFAS Hal.615
Tidak Efektif Hal.308 EFEKTIF” Hal.747 Definisi: Memfasilitasi potensi
Definisi: dari udara
Definisi: kettidakmampuan untuk Aktivitas:
Ketidakmampuan untuk bersihan sekresi          Posisikan pasien pada posisi
atau
membersihkan sekret obstruksi dari jalan nafas maksimal
atau penghalang dari untuk mempertahankan          Menunujukan posisi dada
saluran pernafasan untuk bersihan jalan nafas          Mengeluarkan sekresi dengan
mempertahankan jalan 1.      Mencegah aspirasi membantu batuk atau dengan
nafas          Identifikasi faktor resiko suksion
         Menghindari faktor resiko         Instruksi bagai mana cara batuk
     :          Mempertahankan yang efektif
kebersihan mulut          Mengatur cairan yang masuk
ketika klien          Posisikan klien ketika untuk keseimbangan cairan yan
batuk
mengeluarkan sekret makan dan minum optimal
kental dan          Menyeleksi makanan
disertai          Mementau status pernafasan dan
dengan darah          Menyeleksi makanan dan oksigen seperlunya
konsistensi cairan          Mengatur kelembaban udara atau
    :                                     oksigen seperlunya
2.Status Pernafasan :  MEMANTAU  PERNAFASAN
klien mengeluhkan patensi jalan nafas Defenisi : kumpulkan dan analisa
batuknya tidak sembuh –         Jumlah nafas data pasien untuk memestikan
sembuh selama 4 bulan,         Irama pernafasan potensi jalan nafas dan
pasian susah          Kedalaman nafas pertukaran gas yang ade kuat
mengeluarkan sekret          Kemampuan untuk Aktivasi :
bersihan sekresi          Pantau rata-rata, irama,
         Ketakutan kedalaman, dan upaya nafas
         Kecemasan          Catat pergerakan paru, lihat
         Dypsnuea kesimetrisannya, menggunakan
         Batuk otot assesoris, dan
         Akumulasi sputum supraclavicular dan retraksi otot
intercosta
3.Status pernafasan :         Pantau bunyi nafas, seperti
Pertukaran Gas mengik atau ngorok
         Tekanan parsial oksigen
         Pantau pola
di dalam arteri nafas,  bradpnea,takinea,
         Tekanan parsial Co di hiperventilassi, pernafasan
dalam arteri kusmaul, cheyne-stok, dll
         Keseimbangan pertukaran
         Palpasi kesamaan ekspansi paru
gas          Askultasi suara paru setelah
         Dipsnue saat tidur pengobatan
         Pantau sekresi pernafasan pasien
         Pantau kemampuan pasien untuk
batuk dengan efektif
         Posisikan pasien sesuai indikasi,
untuk mencegah aspirasi
2 Diagnosa : Ketidakseimbangan Pengelolaan Nutrisi “hal 515
Ketidakseimbangn Kebutuhan  Nutrisi Definisi: Membantu
Kebutuhan  Nutrisi Tubuh Hal.529 menyediakan makanan yang
Tubuh Diagnosa : Nutrisi : seimbang
Definisi: Jumlah Ketidakseimbangan, Aktifitas:
makanan yang dimakan kurang   dari kebutuhan   Mengetahui makanan yang
tidak mencukupi nutrisi tubuh. disukai oleh pasien
yang dibutuhkan untuk Hasil yang disarankan :   Menentukan kebutuhan nutrisi
metabolisme 1. Nafsu makan  dari pasien
Indikator:   Diskusikan dengan individu
  Keinginan untuk makan hubungan antara asupan
Data  Objektif             :
  Makanan yang masuk makanan, olahraga, berat badan
 Penurunan berat
  Cairan yang masuk dan, penurunan berat badan
badan 3 kg
  Nutrisi yang masuk   Tentukan berat badan ideal
selama dirawat
2.Perawatan Diri : individu
Data
Makanan   Mengontrol nutrisi sesuai
subjektif                         :
Definisi: Kemempuan kebutuhan kandungan dan
 klien mengeluh
menyiapkan makanan kalorinya
tidak nafsu makan
cairan yang masuk atau   Memberikan makanan yang telah
tanpa alat bantu diseleksi
Indikator:   Merencanakan berat badan
         Meyiapkan makanan yang mingguan
masuk
         Memanipulasi makanan di
muut
         Menelan makanan
         Menelan minuman
         Minum dari cangkir atau
gelas
Tambahan hasil yang
disarankan :
1.  Pengetahuan :
Manajemen Berat Badan
Indikator :
  Resiko kesehatan
berhubungan dengan
turunnya berat badan
  Hubungan antara diet,
latihan, dan berat badan
2. Status Nutrisi
Indikator :
  Stamina
  Daya tahan
  Kesehatan otot

3 Ketidakefektifan pola          Status Pernafasan : Monitor respirasi:


napas
keapatenan nafas : Aktivitas:
Data Subjektif Indikator yang
1.      Monitor jumlah, ritme, dan usaha
        Klien mengeluh sering
diharapkan : untuk bernafas
        jumlah pernafasan
mengalami sesak nafas.
diharapkan  normal 2.      Catat pergerakan dada, lihat
        Klien merasa cemas.
kesimetrisan, penggunaan otot
        Klien memiliki waktu         ritme pernafasan
bantu nafas dan retraksi otot
tidur yang pendek dan diharapkan normal supraklavikula dan interkostal
sulit untuk beristirahat.
        kedalaman pernafasan
3.      Monitor bunyi nafas
diharapkan normal
Data Objektif: 4.      Monitor pola nafas: tachynea,
        klien diharapkan tidak
        Klien terlihat kesulitan hiperventilasi, nafas kusmaul,
dalam bernapas (sesak) mengalami sesak nafas
lagi saat istirahat 5.      Palpasi ekspansi paru

        klien diharapkan tidak


6.      Perhatikan lokasi trakea, lihat apa
menggunakan otot-otot ada pergeseran trakea akibat
pernafasan dalam bernafas akumulasi cairan
klien diharapkan tidak
        
7.      Perkusi anterior dan posterior
mengalami batuk lagi dada pada bagian apeks dan basis
8.      Tentukan kebutuhan
torakosentesis untuk cairan yang
ada
9.      Catat jenis batuk
10.  Auskultasi bunyi paru

BAB II
TINJAUAN KASUS
A.    Penulisan kasus
Kasus Modul : 6
Penyakit Infeksi Pada Saluran Pernapasan
“Sesak nafas dan batuk’
An. S umur 10 tahun mengeluh sesak dan batuk. Orang tua klien mengatakan anaknnya
mengalami batuk ± 2 bulan yang lalu dan sudah berobat jalan. Saat melakukan aktivitas di sore
hari tiba-tiba klien merasakan sesak seperti tidak bisa bernapas. Klien mengatakan ada dahak
yang menghalani jalan nfasnya. Pada malam hari, klien mengalami demam tinggi dan orang
tuanya membelikan obat di warung untuk menurunkan panas anaknya. Keesokan harinya klien
dibawah ke puskesmas dan di putuskan untuk rawat inap di rumah sakit. Data yang di peroleh
dari hasil pengkajian menunjukan TD 110/80 mmHg, Nadi 68x/menit, Suhu 36,8 0C, dan
Pernapasan 32x/menit. Klien mengatakan mengalami penurunan nafsu makan, tidak bisa
bergerak banyak karena sesak serta tidak bisa tidur nyeyak dan sering terbangun karena sesak
dan batuk. Pada pemeriksaan dahakditemukan BTA positif adanya bakteri.
B.     Daftar kata istilah/kata kunci
1.      Sesak nafas dan batuk
2.      Batuk ± 2 bulan
3.      Tidak bisa bernafas setelah beraktivitas
4.      Dahak/sekret menghalngi jalan nafas
5.      Demam pada malam hari
6.      Pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV)
a.       TD                   : 110/80 mmHg
b.      Nadi                : 68x/menit
c.       Suhu                : 36,80C
d.      Pernapasan      : 32x/menit
7.      Nafsu makan menurun/berkurang
8.      Tidak bisa tidur nyenyak
9.      Pemeriksaan BTA positif adanya bakteri.
C.     Penetapan masalah
Masalah yang dialami oleh An. S  adalah gangguan pada sistem pernapasan, dimana
sistem pernapasan merupakan cabang ilmu mengenai seluruh sel tubuh yang hidup
membutuhkan oksigen (O2) dan menghasilkan karbohidrat (CO2).
Ada beberapa kelainan  yang berkaitan dengan penyakit saluran pernapasan antara lain :
1.         Asma
2.         Bronkhiolitis
3.         Difteria
4.         Pertusis
5.         Pneumonia
6.         Tuberculosis paru (TB).
Dengan mengidentifikasi skenario/kasus di atas maka timbullah masalah atau diagnosa
medik yaitu TB paru. Untuk lebih jelasnya marilah kita lihat pada lembaran pembahasan
berikutnya.

BAB III
TINJAUAN TEORI
A.    Defenisi
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tubeculosis yaitu suatu bakteri tahan asam, atau Tuberculossis (TB) adalah penyakit akibat
infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua
organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi  primer.
B.     Etiologi  dan Penularan
1.      Etiologi
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan
Micobacterium bovis (sangat jarang disebabkan oleh Micobacterium avium). Mycobacterium
tuberculosis ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882. Basil tuberkulosis dapat hidup dan
tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan mati pada suhu 60°C
dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil tuberculosis menyebabkan nekrosis jaringan sedangkan
lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor penyebab terjadinya fibrosis dan
terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel. Basil Mycobacterium tuberculosis tidak membentuk
toksin (baik endotoksin maupun eksotoksin).
2.      Penularan
Mycobacterium tuberculosis biasanya melalui udara hingga sebagian besar fokus primer
tuberculosis terdapat dalam paru. Selain melalui udara penularan dapat peroral misalnya minum
susu yang mengandung basil tuberculosis, biasanya Mycobacterium bovis. Dapat juga terjadi
dengan kontak langsung misalnya melalui luka atau lecet di kulit. Tuberculosis kongenital sangat
jarang dijumpai. Selain Mycobacterium tuberculosis perlu juga dikenal golongan Mycobacterium
lain yang dapat menyebabkan kelainan yang menyerupai tuberculosis. Golongan ini disebut
Mycobacterium atipic atau disebut juga unclassified Mycobacterium.
3.      Faktor Resiko
a.       Resiko Infeksi TBC
Anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TBC aktif, daerah endemis,
penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan serta lingkungan yang tidak sehat. Pajanan terhadap
orang dewasa yang infeksius,
Resiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih tinggi jika pasien
dewasa tersebut mempunyai BTA sputum yang positif, terdapat infiltrat luas pada lobus atas atau
kavitas produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif dan kuat serta terdapat faktor
lingkungan yang kurang sehat, terutama sirkulasi udara yang tidak baik. Pasien TBC anak jarang
menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa disekitarnya, karena TBC pada anak jarang
infeksius, hal ini disebabkan karena kuman TBC sangat jarang ditemukan pada sekret
endotracheal, dan jarang terdapat batuk. Walaupun terdapat batuk tetapi jarang menghasilkan
sputum. Bahkan jika ada sputum pun, kuman TBC jarang sebab hanya terdapat dalam
konsentrasi yang rendah pada sektret endobrokial anak .
b.      Resiko Penyakit TBC
Anak ≤ 5 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami progresi infeksi menjadi sakit TBC,
mungkin karena imunitas selulernya belum berkembang sempurna (imatur). Namun, resiko sakit
TBC ini akan berkurang secara bertahap seiring pertambahan usia. Pada bayi < 1 tahun yang
terinfeksi TBC, 43% nya akan menjadi sakit TBC, sedangkan pada anak usia 1-5 tahun, yang
menjadi sakit hanya 24%, pada usia remaja 15% dan pada dewasa 5-10%. Anak < 5 tahun
memiliki resiko lebih tinggi mengalami TBC diseminata dengan angka kesakitan dan kematian
yang tinggi. Konversi tes tuberkulin dalam 1- 2 tahun terakhir, malnutrisi, keadaan
imunokompromis, diabetes melitus, gagal ginjal kronik dan silikosis. Status sosial ekonomi yang
rendah, penghasilan yang kurang,kepadatan hunian, pengangguran, dan pendidikan yang
rendah2.
C.     Patofisiologi
Masuknya basil tuberculosis dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit. Terjadinya
infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberculosis serta daya tahan tubuh
manusia. Infeksi primer biasanya terjadi dalam paru. Ghon dan Kudlich (1930) menemukan
bahwa 95,93% dari 2.114 kasus, mereka mempunyai fokus primer di dalam paru. Hal ini
disebabkan penularan sebagian besar melalui udara dan mungkin juga karena jaringan paru
mudah kena infeksi tuberkulosis (susceptible).
Masuknya kuman tuberkulosis ke dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit.
Infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberkulosis serta daya tahan tubuh
manusia. Segera setelah menghirup basil tuberkulosis hidup di dalam paru-paru, maka terjadi
eksudasi dan konsolidasi yang terbatas disebut fokus primer. Basil tuberkulosis akan menyebar,
histosit mulai mengangkut organisme tersebut ke kelenjar limfe regional melalui saluran getah
bening menuju kelenjar regional sehingga terbentuk kompleks primer dan mengadakan reaksi
eksudasi terjadi sekitar 2 sampai 10 minggu (6-8 minggu) pasca infeksi.  
Pada anak yang mengalami lesi, dalam paru dapat terjadi dimanapun terutama di perifer
dekat pleura, tetapi lebih banyakk terjadi di Lapangan bawah paru dibanding dengan lapangan
atas. Juga terdapat pembesaran kelenjar regional serta penyembuhannya mengarah ke klasifikasi
dan penyebarannya lebih banyak terjadi melalui hematogen. Pada reaksi radang dimana leukosit
polimorfonukleat tampak pada alveoli dan memfagosit bakteri namun tidak membunuhnya.
Kemudian basil menyebar ke limfe dan sirkulasi. Dalam beberapa minggu limfosit T menjadi
sensitif terhadap organisme TBC dan membebaskan limfokim yang merubah makrofag atau
mengaktifkan makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala
pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa
nekrosis yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau
berkembang biak dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit.
Nekrosis pada bagian sentral memberikan gambaran yang relatif padat pada tubuh, yang disebut
nekrosis kasiosa. Terdapat tiga macam penyebaran secara patogen pada tuberkulosis anak :
penyebaran Hematogen tersembunyi yang kemudian mungkin menimbul gejala atau tanpa gejala
klinis, penyebaran milier, biasanya terjadi sekaligus dan menimbulkan gejala akut, kadang-
kadang kronis, penyeberan hematogen berulang.  

Patway TB Paru
Infasi bakteri tuberculosis
                                                                        Sembuh
Infeksi primer
Sembuh dengan fokus ghon
Infeksi pasca                                         Bakteri dorman                                 Sembuh dengan
primer (reaktivasi)                                                                                                 fibrotik
Bakteri muncul beberapa
tahun kemudian
Reaksi infeksi atau inflamasi,
kavitas, dan merusak parekim paru
 

  Produksi secret                 Kerusakan membran               Perubahan cairan           Reaksi


  Pecahnya pembulu           alviolar –kapiler merusak             intrafleura               sistematis
darah                                pleura, atelaktasis
  Batuk produktif               Sesak nafas, ekspansi              Sesak, sianosis,           
  Batuk darah                                 toraks                          penggunaan obat
bantu nafas
Ketidakefektifan                   Gangguan pertukaran        Pola nafas tidak         
bersihan jalan nafas                          gas                                     efektif      
                                                                                    Anoreksia mulai                      Lemah
                                                                                          meningkat
                                                                                 Nutrisi kurang dari              Intoleransi
                                                                                        kebutuhan                        Aktivitas
D.    Klasifikasi
1.      Tuberkulosis paru terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis
2.      Tuberkulosis paru tidak terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis
3.      Tuberkulosis pada sistem saraf
4.      Tuberkulosis pada organ-organ lainnya
5.      Tuberkulosis millier.
E.     Manifestasi Klinik
Gejala klinis TB tergantung faktor (usia, status imun, kerentanan) dan faktor agen
(jumlah, virulensi). Gejala TB pada anak yang umum terjadi adalah demam yang tidak tinggi
(subfebris), berkisar 38 derajad Celcius, biasanya timbul sore hari, 2-3 kali seminggu dan
belangsung 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek. Gejala lain adalah penurunan nafsu
makan, dan gangguan tumbuh kembang. Batuk kronik yang merupakan gejala tersering pada TB
paru dewasa, tidak terlalu mencolok pada anak. Mengapa? Sebab lesi primer TB paru pada anak
umumnya terdapat di daerah parenkim yang tidak mempunyai reseptor batuk. Kalaupun terjadi,
berarti limfadenitis regional sudah menekan bronkus dimana terdapat reseptor batuk. Batuk
kronik pada anak lebih sering dikarenakan oleh asma. Gejala-gejala yang tersebut di atas
dikategorikan sebagai gejala nonspesifik. Perlu dicatat bahwa gejala nonspesifik dapat juga
ditemukan pada kasus infeksi lain. Maka dari itu, keberadaan infeksi lain perlu dipikirkan agar
anak tidak overtreated. Selanjutnya, gejala spesifik tergantung dari organ yang terkena seperti
kulit (skrofuloderma), tulang, otak, mata, usus, dan organ lain.
Atau secara singkat tanda dan gejala umum/nonspesifik tuberkulosis pada anak  dapat
disebutkan sebagai berikut :
1.      Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan gizi
2.      Anoreksia dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik secara adekuat (failure to thrive)
3.      Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria, atau infeksi saluran
napas akut), dapat disertai keringat malam
4.      Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multipel
5.      Batuk lama lebih dari 30 hari
6.      Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare.
Gejala spesifik sesuai organ terkena : TB kulit/skrofuloderma; TB tulang dan sendi
(gibbus, pincang); TB otak dan saraf/meningitis dengan gejala iritabel, kuduk kaku, muntah, dan
kesadaran menurun; TB mata (konjungtivitis fliktenularis, tuberkel koroid), dll. Oleh karena
gejala TB pada anak sangat bervariasi dan tidak saja melibatkan organ pernafasan melainkan
banyak organ tubuh lain, maka ada yang menyebut TB sebagai the great immitator. Perhatikan
bila gerak anak kurang aktif jika dibandingkan dengan anak sebayanya.
F.      Komplikasi
1.      Meningitis
2.      Spondilitis
3.      Pleuritis
4.      Bronkopneumoni
5.      Atelektasis.
Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. Bronkiectasis (pelebaran bronkus setempat) dan
fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru. Pneumotorak
(adanya udara didalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.
Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).
G.    Pemeriksaan Diagnostik
Permulaan tuberkulosis sukar diketahui karena gejalanya tidak jelas dan tidak khas, tetapi
kalau terdapat panas yang naik turun dan lama dengan atau tanpa batuk dan pilek, anoreksia,
penurunan berat badan dan anak lesu, harus dipikirkan kemungkinan tuberkulosis. Petunjuk lain
umtuk diagnosis tuberkulosis ialah adanya kontak dengan penderita tuberkulosis orang dewasa.
Diagnosis tuberkulosis paru berdasarkan gambaran klinis, uji tuberkulin positif dan kelainan
radiologis paru. Basil tuberkulosis tidak selalu dapat ditemukan pada anak.
1.         Uji Tuberkulin
Pemeriksaan ini merupakan alat diagnosis yang penting dalam menegakkan diagnosis
tuberkulosis.uji tuberkulin lebih penting lagi artinya pada anak kecil bila diketahui adanya
komversi dari negatif (recent tuberculin converter). pada anak dibawah umur lima tahun dengan
uji  tuberkulin positif, proses tuberkulosis biasanya masih aktif meskipun tidak menunjukkan
kelainan klinis dan radiologis, demikian pula halnya jika terdapat konfersi  uji tuberkulin. Uji
tuberkulin dilakukan berdasarkan timbulnya hipersensitivitas terhadap tuberkulo protein karena
adanya infeksi. Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin yaitu cara moro dengan salep,
dengan goresan disebut patch test cara von pirquet, cara mantoux dengan penyuntikan intrakutan
dan  “multiple puncture method “ dengan empat-enam jarum berdasarkan cara Heaf dan tine.
Sampai sekarang cara mantoux masih dianggap sebagai cara yang paling dapat di pertanggung
jawabkan karena jumlah tuberkulin yang dimasukkan dapat diketahui banyaknya. Reaksi lokal
yang terdapat pada mantoux terdiri atas: Eritema karena vasodilatasi primer, Edema karena
reaksi antara antigen yang disuntikkan dengan antibody dan indurasi yang dibentuk oleh sel
mononukleus.
Pembacaan uji tuberkulin dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter
melintang dari indurasi yang terjadi. Tuberkulin yang biasanya dipakai ialah Old Tuberculin
(OT) dan purified protein Derivative tuberculin (PPD). Pengeceran OT dan PPD yang biasanya
digunakan ialah : Dosis baku tuberkulin uji mantoux ialah 0,1 ml PPD-RT 23 2TU,PPD-S  5 TU
atau OT  ½ .000 yang disuntikkan intrakutan. Indurasi dengan diameter  5 mm ke atas dianggap
positif dengan catatan 0-4 mm negatif, 5-9 mm masih meragukan dan 10 mm keatas jelas positif.
Kalau uji tuberkulin dengan PPD-RT 23 2TU,PPD-S 5TU atau dengan OT ½.000 negatif , maka
pemeriksaan harus diulang dengan PPD-RT 23 100 TU atau OT 1/100 untuk memastikan bahwa
uji tuberkulin itu negatif. Juga kalau dengan PPD-RT 23 2TU,PPD-S 5TU atau OT ½.000 negatif
tetapi masih dicurigai akan adanya tuberkulosis aktif, misalnya diketahui terdapat kontak dengan
penderita tuberkulosis aktif, keadaan umum yang jelek dan kemungkinan adanya anergi, maka
pemeriksaan diulang dengan PPD-RT23 100 TU atau OT 1/100
Uji tuberkulin akan menjadi negatif untuk sementara pada penderita tuberkulosis (anergi)
dengan : Malnutrisi energi protein, Tuberkulosis berat, Morbili,varisela, Pertusis,difteria,tifus
abdominalis, Pemberian kortikosteroid yang lama, Vaksin virus misalnya poliomyelitis serta
Penyakit ganas,misalnya penyakit hodgkin
2.         Pemeriksaan Radiologis
Pada anak dengan uji tuberkulin positif dilakukan pemeriksaan radiologis. Secara rutin
dilakukan fotorontgen paru dan atas indikasi juga dibuat fotorontgen alat tubuh lain,misalnya
foto tulang punggung pada spondilitis. Gambaran radiologis paru yang biasanya dijumpai pada
tuberkulosis paru ialah :
a.       Kompleks primer dengan atau tanpa perkapuran
b.      pembesaran kelenjar paratrakeal
c.       Penyebaran milier
d.      Atelektasis
e.       Pleuritis dengan efusi.
3.         Pemeriksaan Bakteriologis
Penemuan basil tuberkulosis memastikan diagnosis tuberkulosis, tetapi tidak
ditemukannya basil tuberkulosis bukan berarti tidak menderita tuberkulosis. Bahan-bahan yang
digunakan untuk pemeriksaan bakteriologis adalah :
a.       Bilasan lambung
b.      Sekret bronkus
c.       Sputum pada anak besar
d.      Cairan pleura
e.       Likuor serebrospinalis
f.       Cairan asites
g.      Bahan-bahan lainnya
4.         Uji Laboratorium
LED meninggi, sering tinggi sekali. Mungkin liositosis, monositosis, anemia, leukositosis
ringan, bila ditemui hasil demikian (bila tidak ada faktor lain) akan menyokong diagnosis.
Gambaran darah normal tidak menyingkirkan TBC. Gambaran darah tepi dan laju endap darah
hanya mempunyai korelasi dengan aktivitas penyakit. Pemeriksaan cairan spinal dilakukan atas
indikasi kecurigaan meningitis dan pada setiap TBC milier.
5.         Uji BCG
Di Indonesia BCG diberikan secara langsung tanpa didahului uji tuberkulin (BCG langsung).
Bila pada anak yang mendapat BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu
kurang dari 7 hari setelah penyuntikan, maka harus dicurigai adanya tuberkulosis dan diperiksa
lebih lanjut kearah tuberkulosis. Pada anak dengan tuberkulosis, BCG akan menimbulkan reaksi
lokal yang lebih cepat dan besar. Karena itu reaksi BCG ini dapat dipakai sebagai alat
diagnostik. Sering terdapat kesukaran untuk diagnosis tuberkulosis yang dini pada anak dengan
malnutrisi karena adanya anergi terhadap tuberkulin.Udani (1970) menyatakan bahwa uji BCG
tidak terdapat anergi. Akhir-akhir ini sedang diselidiki pemeriksaan serologis untuk menunjang
diagnosis tuberkulosis. Penyebaran hematogen tuberkulosis (hematogenous tuberculosis)
terdapat 3 macam penyebaran hematogen pada tuberkulosis anak,yaitu :
a.       Penyebaran hematogen tersembunyi (occult hematogenic spread) yang mungkin menimbulkan
gejala atau mungkin tanpa gejala klinis.
b.      Penyebaran hematogen umum (generalized hematogenic spread, penyebaran milier), biasanya
terjadi sekaligus dan menimbulkan gejala akut, kadang-kadang menjadi kronis.
c.       Penyebaran hematogen berulang-ulang (protracted or repeated hematogenic spread).
Penyebaran hematogen tersembunyi ( occult hematogenic spread). Penyebaran basil
tuberkulosis dalam jumlah yang sedikit selama stadium dini tuberkulosis dan disebut occult
hematogenic spread. Penyebaran ini selalu terjadi pada tuberkulosis primer meskipun tidak selalu
tersebar luas, biasanya terjadi pada masa inkubasi. Basil tuberkulosis dapat mencapai semua alat
tubuh terutama apeks paru, limpa dan kelenjar getah bening superfisial. Pada keadaan ini dapat
terjadi pembesaran limpa dan kelenjar getah bening  superfisial, kadang-kadang hepar juga
teraba. Fokus pada apeks jarang terlihat pada fotorontgen paru, kecuali kalau telah terjadi
perkapuran yang disebut fokus Simun yang mungkin akan menjadi tuberkulosis pasca-primer
dimasa yang akan datang. Penyebaran hematogen umum (generalized hematogenis
spread). Tuberkulosis Milier Akut. tuberkel-tuberkel yang terjadi akibat penyebaran umum ini
biasanya mempunyai ukuran sama, meskipun tidak selalu sebesar miliarius (kurang dari 2 mm),
sehingga disebut tuberkulosis milier. Komplikasi ini biasanya terjadi pada masa bayi dan anak
kecil dan terjadi dalam waktu 6 bulan, terutama dalam 3 bulan setelah terbentuknya kompleks
primer. Dapat terjadi pembesaran hepar, limpa dan kelenjar getah bening superfisial. Tuberkel
dapat dijumpai dikoroid. Uji tuberkulin biasanya positif, menurut Lincoln pada 10% kasus
tuberkulosis milier, uji tuberkulin negatif.
Pada fotorontgen paru akan tampak gambaran milier biakan basil tuberkulosis dari darah
dan sum-sum tulang memastikan diagnosis tuberkulosis milier secara cepat. Pemeriksaan likuor
serebrospinalis harus dikerjakan meskipun belum ada gejala meningitis, yaitu untuk menemukan
meningitis secara dini. Gambaran milier biasanya hilang sama sekali dan pada penyembuhan
jarang terjadi klasifikasi. Harus diingat bahwa penyebaran milier terjadi keseluruh tubuh dengan
kemungkinan basil tuberkulosis menetap dialat-alat tubuh terssebut dan suatu ketika fokus-fokus
tersebat dapat aktif lagi. Oleh karenanya setelah selesai pengobatan masih harus dilakukan
pngawasan sampai bertahun-tahun.
Petunjuk Who Untuk Diagnosis Tuberkulosis Anak
1.       Dicurigai tuberculosis
a.       Anak sakit dengan riwayat kontak penderita tuberkulosis dengan diagnosis pasti
(BTA positif)
b.      Anak dengan :
  Keadaan klinik tidak membaik setelah menderita campak atau batuk rejan
  Berat badan menurun, batuk dan mengi yang tidak membaik dengan pengobatan
antibiotik untuk penyakit pernapasan
  Pembesaran kelenjar superfisialis yang tidak sakit
2.       Mungkin tuberkulosis
a.       Uji tuberkulin positif (10 mm/lebih)
b.      Foto Rontgen paru sugestif tuberkulosis
c.       Pemeriksaan histologis biopsi sugestif tuberkulosis
d.      Respon yang baik pada pengobatan dengan OAT
3.       Pasti tuberkulosis (confirmed TB)
Ditemukan basil tuberculosis pada pemeriksaan langsung atau biakan. Identifikasi
Mycobacterium tuberculosis pada karakteristik biakan

H.    Penatalaksanaan
Pengobatan TBC terutama berupa pemberian obat antimikroba dalam jangka waktu lama.
Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis. ATS (1994)
menekankan tiga prinsip dalam pengobatan tuberculosis yang berdasarkan pada :
1.      Regimen harus termasuk obat-obat multiple yang sensitif terhadap mikroorganisme.
2.      Obat-obatan harus diminum secara teratur.
3.      Terapi obat harus dilakukan terus menerus dalam waktu yang cukup untuk menghasilkan terapi
yang paling efektif dan paling aman pada waktu yang paling singkat.
Obat anti tuberculosis (OAT) harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang
bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan dari pengobatan ini adalah :
1.      Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui kegiatan
bakterisid.
2.      Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama estela pengobatan dengan kegiatan sterilisasi.
3.      Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis.
Perawatan anak dengan tuberculosis dapat dilakukan dengan melakukan :
1.      Pemantauan tanda-tanda infeksi sekunder
2.      Pemberian oksigen yang adekuat
3.      Latihan batuk efektif
4.      Fisioterapi dada
5.      Pemberian nutrisi yang adekuat
6.      Kolaburasi pemberian obat antutuberkulosis (seperti: isoniazid, streptomisin, etambutol,
rifamfisin, pirazinamid dan lain-lain)
7.      Intervensi yang dapat dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan perkembangan anak yang
tenderita tuberculosis dengan membantu memenuhi kebutuhan aktivitas sesuai dengan usia dan
tugas perkembangan, yaitu :
a.       Memberikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak (permainan, ketrampilan tangan,
vidio game, televisi)
b.      Memberikan makanan yang menarik untuk memberikan stimulus yang bervariasi bagi anak
c.       Melibatkan anak dalam mengatur jadual harian dan memilih aktivitas yang diinginkan
d.      Mengijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di rumah sakit, menganjurkan anak
untuk berhubungan dengan teman melalui telepon jika memungkinkan.
BAB IV
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan adalah metode dimana suatu konsep di terapkan dalam praktek
keperawatan. Hal ini biasa disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang memerlukan
ilmu tehnik dan keterampilan interversonal dan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien.
A.    Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan melalui kegiatan pengumpulan
data yang akurat dari klien dan keluarga guna mengetahui berbagai permasalahan yang ada.
Adapun pengkajian yang dilakukan pada klien dengan masalah TB paru yaitu : Identitas
Data Umum (selain identitas klien, juga identitas orangtua; asal kota dan daerah, jumlah
keluarga)
1.      Riwayat kesehatan
a.       Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)
b.      Riwayat kesehatan sekarang
c.       Riwayat kesehatan masa lalu
2.      Keadaan umum
Terdiri dari (KU dan tingkat kesadaran GCS)
3.      Kebutuhan dasar
a.       Rasa nyaman/nyeri
b.      Nutrisi
c.       Personal hygiene/kebersihan perorangan
d.      Cairan
e.       Aktivitas dan latihan
f.       Eliminasi
g.      Oksigenasi
h.      Istirahat/tidur
i.        Pencegahan terhadap bahaya
j.        Keamanan
k.      Neurosensori
l.        Hubungan psikologi, spiritual dan interaksi sosial.
B.     Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat muncul yaitu :
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif
2.      Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
3.      Gangguan pola tidur
4.      Intoleransi aktivitas
C.     Rencana Tindakan  Keperawatan (Intervensi)
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif
Tujuan             : Klien tidak mengalami sesak dan batuk
Intervensi        : 
a.         Anjurkan klien untuk istirahat dan melatih nafas dalam
b.        Berikan posisi semi fowler/fowler
c.         Ajarkan klien untuk tehnik batuk efektif
d.        Lakukan saction bila perlu
e.         Berikan O2 1-3 liter/ menit
f.         Berikan bronkodilator bila perlu.
2.      Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Tujuan             : Berat badan dalam batas normal/ideal
Intervensi        :
a.       Kaji tingkat kesulitan klien saat menelan
b.      Berikan makanan dalam bentuk hangat
c.       Berikan makanan yang berpariasi
d.      Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering
e.       Timbang berat badan bila perlu.
3.      Gangguan pola tidur
Tujuan             : Tidur klien optimal/normal dalam kurung waktu 1x24 jam
Intervensi        :
a.         Kaji tingkat kesulitan klien saat tidur
b.        Ciptakan lingkungan yang nyaman
c.         Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca)
d.        Kurangi pengunjung pada saat jam istirahat/tidur
e.         Kolaborasi pemberian obat tidur bila perlu.
4.      Intoleransi aktivitas
Tujuan             : Klien mampu beraktivitas secara mandiri
Intervensi        :
a.       Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
b.      Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
c.       Bantu klien untuk melakukan aktivitas yang bisa dilakukan
d.      Bantu klien untuk memilih aktivitas yang disuskai
e.       Observasi nutrisi dan sumber energi yang adekuat.

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN NANDA NIC-NOC


ND DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
X
1. Bersihan jalan nafas  Respiratory status : Domain 4 :
tidak efektif ventilation Aktivitas/Istirahat
 Defenisi :  Respiratory status : Airway Kelas 4 : Respons
Suatu keadaan ketika patency Kardiovaskuler/pulmonal
seseorang individu  Aspiration control 00032 : Bersihan jalan
mengalami suatu Kriteria hasil : nafas tidak efektif
ancaman yang nyata atau1.    Mendemostrasikan batuk g.     Anjurkan klien untuk
potensial pada status efektif dan suara nafas yang istirahat dan melatih nafas
pernapasan sehubungan bersih, tidak ada sianosis dalam
dengan ketidak mampuan dan dispneu h.     Berikan posisi semi
unruk batuk secara 2.    Mnenunjukan jalan nafas fowler/fowler
efektif. yang paten i.       Ajarkan klien untuk
 Kriteria 3.    Saturasi O2 dalam batas tehnik batuk efektif
1.      Sesak normal j.       Lakukan saction bila
2.      Batuk berdahak 4.    Foto toraks dalam batas perlu
3.      Pernapasan 32x/menit normal k.     Berikan O2 1-3 liter/
 Faktor penyebab menit
1.      Obstruksi jalan nafas l.       Berikan bronkodilator
bila perlu.

2. Ketidak seimbangan  Nutritional status : Food and Domain 2 : Nutrisi


nutrisi kurang dari fruid Kelas 1 : Makan
kebutuahn  Nutritional status : Nutrien 00002 : Ketidak
 Defenisi : intake seimbangan nutrisi
Asupan nutrisi yang tidak Weigh control kurang dari kebutuhan.
cukup untuk memenuhi Kriteria hasil : f.     Kaji tingkat kesulitan
kebutuhan metabolik. 1.    Adanya peningkatan berat klien saat menelan
 Kriteria : badan sesuai dengan tujuan g.    Berikan makanan dalam
1.      Penurunan nafsu makan 2.    Berat badan ideal sesui bentuk hangat
2.      Porsi makan tidak di dengan tinggi badan h.    Berikan makanan yang
habiskan 3.    Mampu mengidentifikasi berpariasi
 Faktor penyebab : kebutuhan nutrisi i.      Berikan makanan dalam
1.      Ketidak mampuan untuk4.    Tidak ada tanda-tanda porsi sedikit tapi sering
mengabsorbsi nutrisi malnutrisi j.      Timbang berat badan bila
5.    Tidak terjadi penurunan perlu.
berat badan yang berarti.
3. Gangguan pola tidur  Anxiety control Domain 4 :
 Defenisi :  Comforl level Aktivitas/Istirahat
Ketidak seimbangan  Pain level Kelas 1 : Tidur/Istirahat
tidur/istirahat dalam  Sleep : Extent and pattern 000198 : Gangguan pola
kurung waktu 1x24 jam Kriteria : tidur
dan terjadi jumlah tidur 1.    Jumlah jam tidur dalam f.      Kaji tingkat kesulitan
yang abnormal. batas normal klien saat tidur
 Kriteria : 2.    Pola tidur, kualitas dalam g.     Ciptakan lingkungan
1.      Bangun lebih awal batas normal yang nyaman
2.      Tidak fresh setelah 3.    Perasaan fresh sesudah h.     Fasilitasi untuk
bangun tidur tidur/istirahat. mempertahankan aktivitas
3.      Penurunan kemampuan sebelum tidur (membaca)
fungsi i.       Kurangi pengunjung
4.      Sesak dan batuk pada saat jam
5.      Penurunan proporsi tidur istirahat/tidur
 Faktor penyebab : j.       Kolaborasi pemberian
1.      Pola aktivitas dan obat tidur bila perlu.
kelelahan
4. Intoleransi aktivitas  Self care : ADLs Domain 4 :
 Defenisi :  Toleransi aktivitas Aktivitas/Istirahat
Intolerasi aktivitas adalah Konservasi energi Kelas 4 : Respons
keadaan dimana Kriteria hasil : Kardiovaskuler/Pulmonal.
seseorang dalam 1.    Berpartisipasi dalam f.      Observasi adanya
melakukan aktivitas aktivitas fisik tanpa disertai pembatasan klien dalam
secara mandiri tidak peningkatan tekanan darah, melakukan aktivitas
efektif dan biasa di bantu nadi dan pernapasan g.     Kaji adanya faktor yang
oleh orang lain. 2.    Mampu melakukan menyebabkan kelelahan
 Kriteria : aktivitas sehari-hari h.     Bantu klien untuk
1.      Kelelahan (ADLS) secara mandiri melakukan aktivitas yang
2.      Kelemahan 3.    Keseimbangan aktivitas bisa dilakukan
3.      Adanya dispnue dan istirahat. i.       Bantu klien untuk
4.      Iskemia memilih aktivitas yang
 Faktor penyebab : disuskai
1.      Ketidak seimbangan j.       Observasi nutrisi dan
suplai oksigen dengan sumber energi yang
kebutuhan adekuat.
BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Tuberculosis  adalah  penyakit  yang  disebabkan  mycobacterium  tuberculosis  yang 
hampir  seluruh  organ  tubuh  dapat  terserang  olehnya,tapi  yang  paling  banyak  adalah paru-
paru
Klasifikasi tuberculosis tb paru ada banyak,pendapat seperti yang tertera diatas,antara
lain : Klasifikasi  tuberculosis  berdasarkan  system lama, Klasifikasi  menurut  American 
thoracic  society, Klasifikasi  diIndonesia dipakai berdasarkan kelainan klinis,radiologis,dan
makrobiologis, dan patofisiologi saluran pernafasan dibagi menjadi dua bagian,yaitu saluran
pernafasan atas saluran pernafasan bawah.Disini akan di jelaskan anatomi dan fisiologi saluran
pernafasan bawah,yang berhubungan dengan penyakit tuberkulosis.
B.     Saran
Bagi perawat diharapkan dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan
prosedur yang ada.
Bagi para orang tua diharapkan memantau pertumbuhan dan perkembangan anak sejak
dini untuk dapat mengetahui adakah gejala-gejala penyakit pada anak teruma pengetahuan
tentang penyakit TB.
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, A.H. & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA/NIC-NOC. Yogyakarta : Media action Publishing.
Ns. Harwina Widya Astuti, S.Kep & Ns. Angga Saeful Rahmat, S.Kep (2010). Asuhan Keperawatan
Anak & Dengan gangguan sistem pernapasan. Jakarta : Trnas Info Media.
Sri Sukmawati, S.Kep, Am.Keb & Ns. Retno Puji Hastuti, S.Kep dkk (2009). Keterampilan Dasar
Asuhan Kebidanan & Pemeriksaan Fisik Pada Bayi dan Anak, Jakarta : Trans Info Media.

TBC PADA ORANG DEWASA


PROGRAM STUDY SI KEPERAWATAN
             

     STIKES MUHAMMADIYAH MANADO


T . A 2015-2016

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah…..
Tiada kata yang paling indah selain puji dan puja syukur kehadirat Allah swt,yang mana
dengan limpahan rahmat dan karunia Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabiyaullah
Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah rela mempetaruhkan harta,jiwa
dan raganya untuk membawa umat manusia dari dunia kegelapan menuju dunia yang terang
benderang dan penuh dengan ilmu pengetahuan.
            Kami sadari peyusunan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan maka
berpegang dari itu semua kami sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif
dari para pembaca pada umumnya dan dosen bidang studi pada khususnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat menambah referensi kita semua….
“ tak ada gading yang tak retak,tak ada manusia yang sempurna ˝

Billahifii sabililhaq fastabiqulkhairat


Wassalammualaikum Wr.Wb

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................

A.    Latar brlakang..................................................................................................
B.     Tujuan Penulisan..............................................................................................
C.     Ruanglingkup penulisan...................................................................................
D.    Metode penulisan.............................................................................................
           

BAB II TBC PADA ORANG DEWASA...............................................................

A.    Definisi..........................................................................................................
B.     Anatomi Dan Fisiologi...................................................................................
C.    Patofisiologi...................................................................................................
D.    Manifestasi Klinik..........................................................................................
E.     Prognosis........................................................................................................
F.     Penatalaksanaan.............................................................................................
           
BAB III ASKEP PADA PASIEN TBC.................................................................

A.    Pengkajian.....................................................................................................
B.     Diagnosa........................................................................................................
C.    Perencanaan...................................................................................................
D.    Penyimpangan KDM.....................................................................................

BAB IV PENUTUP.................................................................................................
A.    Kesimpulan...................................................................................................
B.     Saran.............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A.   PENDAHULUAN

Penyakit Tuberkulosis Paru termasuk penyakit menular kronis. Waktu pengobatan yang
panjang dengan jenis obat lebih dari satu menyebabkan penderita sering terancam putus berobat
selama masa penyembuhan dengan berbagai alasan, antara lain merasa sudah sehat atau faktor
ekonomi. Akibatnya adalah pola pengobatan harus dimulai dari awal dengan biaya yang bahkan
menjadi lebih besar serta menghabiskan waktu berobat yang lebih lama. Alasan ini menyebabkan
situasi Tuberkulosis Paru di dunia semakin memburuk dengan jumlah kasus yang terus
meningkat serta banyak yang tidak berhasil disembuhkan, terutama negara-negara yang
dikelompokkan dalam 22 negara dengan masalah Tuberkulosis Paru besar (high burden
countries), sehingga pada tahun 1993 WHO/Organisasi Kesehatan Dunia mencanangkan
Tuberkulosis Paru sebagai salah satu kedaruratan dunia (global emergency).
Tuberkulosis Paru juga merupakan salah satu emerging diseases.

B.   TUJUAN PENULISAN
1.        Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah diharapkan agar mahasiswa memahami proses patologi
tuberculosis paru.
2.        Tujuan Khusus
Adapun tujuan khususnya adalah diharapkam mahasiswa mampu :
a.       Menjelaskan anatomi dan fisiologi pernafasan
b.      Menjekaskan etiologi penyakit tuberculosis
c.       Menjelaskan patogenesis penyakit tuberculosis
d.      Menjelaskan proses terjadinya penyakit tuberculosis
e.       Menjelaskan manifestasi klinik penyakit tuberculosis
f.       Menjelaskan penatalaksanaan penyakit tuberculosis
g.      Menjelaskan komplikasi penyakit tuberculosis
h.      Menjelaskan prognosis penyakit tuberculosis
i.        Menjelaskan epidemiologi penyakit tuberculosis

C.   RUANGLINGKUP PENULISAN
Penyusunan makalah ini hanya membahas tentang perubahan struktur dan fungsi sistem
pernafasan pada dewasa, konsep dasar dari penyakit pada sistem pernafasan yang terjadi pada
lansia (penyakit TBC) dan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan.

D.   METODE PENULISAN
Penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan menggambarkan dan
menjelaskan perubahan struktur dan fungsi pada sistem pernafasan, konsep dasar dari penyakit
sistem pernafasan (penyakit TBC) dan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada dewasa
dengan gangguan sistem pernafasan. Penulisan makalah ini bersifat kepustakaan untuk
mendapatkan informasi dan data yang diperlukan dalam menyusun makalah ini. Adapun teknik
yang penulis gunakan adalah studi pustaka dan pencariaan informasi dari internet. Hasilnya
digunakan untuk membantu penulisan makalah ini serta untuk mendapatkan data-data sebagai
sumber resensi penulis dan juga hasil dari diskusi kelompok yang dapat disajikan dalam bentuk
makalah.

  

BAB II
PEMBAHASAN

A.   DEFINISI
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycrobakterium
tuberculosis. Kuman batang aerobic yang tahan asam ini, dapat merupakan mikroorganisme
pathogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteri pathogen, tapi hanya strain bovin dan
manusia yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4mm,
ukuran ini lebih kecil dari sel darah merah.
Tuberculosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberculosis dapat juga ditularkan kedalam tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjal, tulang dan
nodus limfe.

B.   ANATOMI DAN FISIOLOGI


A.    ANATOMI
Respirasi adalah suatu peristiwa tubuh kekurangan oksigen, kemudian oksigen yang
berada diluar tubuh dihirup (inspirasi) melalui organ-organ pernafasan, dan pada keadaan
tertentu bila tubuh kelebihan karbon dioksida maka tubuh berusaha untuk mengeluarkannya dari
dalam tubuh dengan cara menghembuskan napas (ekspirasi) sehingga terjadi suatu keseimbangan
antar oksigen dan karbon dioksida dalam tubuh.
Sistem respirasi berperan untuk menukar udara ke permukaan dalam paru. Udara masuk
dan menetap dalam sistem pernafasan dan masuk dalam pernafasan otot. Trakea dapat
melakukan penyaringan, penghangatan, dan melembapkan udara yang masuk, melindungi
permukaan organ yang lembut. Hantaran tekanan menghasilkan, mengatur udara dan mengubah
permukaan saluran napas bawah.
Guna pernafasaan yaitu mengambil oksigen dari luar masuk ke dalam tubuh, beredar
dalam darah, selanjutnya terjadi proses pembakaran dalam sel atau jaringan, mengeluarkan
karbondioksida yang terjadi dari sisa-sisa hasil pembakaran dibawa oleh darah yang berasal dari
sel (jaringan). Selanjutnya dikeluarkan melaluiorgan pernafasan Untuk melindungi sistem
permukaan dari kekurangan cairan dan mengubah suhu tubuh, melindungi sistem pernafasan dari
jaringan lain terhadap serangan patogenik, untuk pembentukan komunikasi seperti berbicara,
bernyanyi, berteriak dan menghasilkan suara.
 1.     Hidung
Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernafasan (respirasi)
dan indra penciuman (pembau). Yang mempunyai 2 lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat
hidung (septum nasi). Dalam keadaan normal, udara masuk dalam sistem pernafasan, melalui
rongga hidung. Vestibulum rongga hidung berisi serabut-serabut halus. Epitel vestibulum berisi
rambut-rambut halus yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran yang masuk ke
dalam lubang hidung.
Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan karang
hidung (konka nasalis), yang berjumlah 3 buah yaitu konka nasalis inferior (bagian bawah),
konka nasalis media ( bagian tengah), konka nasalis superior ( bagian atas). Diantara konka
terdapat 3 buah lekukan meatus yaitu meatus superior (lekukan bagian atas), meatus medialis
( lekukan bagian tengah ), meatus inferior ( lekukan bagian bawah ). Meatus ini dilewati oleh
udara pernapasan, sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang
disebut koana. Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, ke atas rongga hidung
berhubungan dengan beberapa rongga yang disebut sinus paranasalis, yaitu sinus maksilaris
pada rongga rahang atas, sinus frontalis pada tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang
baji, dan sinus ethmoidalis pada rongga tulang tapis.
Pada hidung dibagian mukosa terdapat serabut-serabut saraf atau reseptor-reseptor dari
saraf penciuman disebut nervus olfaktorius. Disebelah belakang konka bagian kiri kanan dan
sebelah atas langit-langit terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak
dengan rongga pendengaran tengah saluran ini desebut tuba auditiva eustaki, yang
menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring.

2.         Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan. Terdapat
dibawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
Hubungan dengan rongga lain yaitu, ke atas berhubungan dengan rongga hidung dengan
perantara lubang koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut bernama istmus fausium,
ke bawah terdapat 2 lubang, ke depan lubang laring, ke belakang lubang esofagus. Dibawah
selaput lendir terdapat jarngan ikan dan kumpulan getah bening yang dinamakan adenoid.
Disebelahnya terdapat 2 tonsil. Di sebelah belakang terdapat epiglotis yang berfungsi menutup
laring pada waktu menelan makanan.

3.         Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak di depan
bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.
Pangal tenggorokan yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsu
pada waktu kita menelan makanan menutupi laring. Laring dilapisi oleh selaput lendir,kecuali
pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis. Pita suara berjumlah 2
bah, di atas pita suara palsudan tidak mengeluarkan suara disebut ventrikularis. Di bawah pita
suara sejati yang membentuk suara disebut vokalis.
4.     Trakea
Trakea terbentuk oleh 16 s/d 20 cincin yang terdiri tulang-tulang rawan yang berbentuk
seperti huruf C. Panjang trakea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi
oleh otot polos. Sel-sel bersilia berguna untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk
bersama-sama dengan udara pernafasan. Yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan
kanan disebut karina.
5.         Bronkus
Bronkus (cabang tenggorok) merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus terdapat pada
ketinggian vertebrae torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur sama dengan trakea dan
dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea dan berjalan kebawah ke arah tampuk paru.
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin,
mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari
9-12 cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang yang lebih kecil disebut
bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujing bronkioli
terdapat gelembung paru yang disebut alveoli.

  6.    Pulmo
Paru-paru terletak pada rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dadakavum
mediatinum. Pada bagian tengah itu terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum
depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput bernama pleura. Pleura terbagi 2 yaitu
viseral dan parietal. Pulmo (paru) adalah sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung alveoli. Banyaknya gelembung paru kurang lebih 700.000.000 buah (paru kiri dan
kanan). Paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus yaitu lobus superior, media, inferior. Paru-paru kiri
terdiri 2 lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Diantara
lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh-pembuluh
darah getah bening dan saraf-saraf.

B.            Fisiologis Pernafasan
1.       Pernafasan paru-paru
Merupakan pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang terjadi pada paru-paru.
Pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksterna, oksigen diambil melalui mulut dan
hidung pada waktu bernafas dimana oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli
berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar, alveoli memisahkan oksigen dari darah,
oksigen menembus membran, diambi oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung
dipompakan keseluruh tubuh. Didalam paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan
menembus membran alveoli, dari kapiler darah dikeluarkan melalui pipa bronkus berakhir
sampai pada mulut dan hidung. Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida, konsentrasi
dalam darah mempengaruhi dan merangsang pusat pernafasan terdapat  dalam otak untuk
memperbesar kecepatan dalam pernafasan sehingga terjadi pengambilan oksigen dan
pengeluaran karbon dioksida lebih banyak.
2.       Pernafasan jaringan
Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandung oksigen dari seluruh tubuh masuk
ke dalam jaringan akhirnya mencapai kapiler, darah mengeluarkan oksigen ke dalam jaringan,
mengambil karbon dioksida untuk dibawa ke paru-paru dan di paru-paru terjadi pernafasan
eksterna.  
3.       Daya muat paru-paru
Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4.500 ml-5.000 ml (4,5-5 liter). Udaha yang
diproses dalam paru-paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya 10%, ± 500 ml disebut juga udara
pasang surut (tidal air) yaitu yang dihirup dan yang dihembuskan pada pernafasan biasa.
4.       Pengendalian pernafasan
Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh 2 faktor utama yaitu kimiawi dan
pengendalian saraf. Adanya faktor tertentu, merangsang pusat pernafasan yang terletak di dalam
medula oblongata, kalau dirangsang mengeluarkan implus yang disalurkan melalui saraf spinalis
ke otot pernafasan (otot diagfragma atau interkostalis). Penegndalian oleh saraf. Pusat otomatik
dalam medula oblongata mengantarkan implus eferen ke otot pernafasan, melalui radik saraf
servikalis diantarkan ke diagfragma oleh saraf prenikus. Implus ini menimbulkan kotraksi ritmik
pada otot diagfragma dan interkostalis yang kecepatannya kira-kira 15 kali setiap menit.
Pengendalian secara kimia. Pengendalian dan pengaturan secara kimia meliputi: frekuensi
kecepatan dan dalamnya gerakan pernafasan, pusat pernafasan dalam sumsum sangat peka,
sehingga kadar alkali harus tetap dipertahankan, karbondioksida adalah produksi asam dari
metabolisme dan bahan kimia yang asam ini merangsang pusat pernafasan untuk mengirim
keluar implus saraf yang bekerja atas otot pernafasan.
5.       Kecepatan pernafasan
Pada wanita lebih tinggi dari pada pria, pernafasan secara normal maka ekspirasi akan
menyusul inspirasi dan kemudian istirahat, pada bayi ada kalanya terbalik, inspirasi istirahat-
ekspirasi,disebut juga pernafasan terbalik.
6.       Kebutuhan tubuh terhadap oksigen
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan, manusia sangat membutuhkan
oksigen dalam hidupnya kalau tidak mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan
kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan bisa menimbulkan kematian, kalau
penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran dan anoreksia serebralis
misalnya orang bekerja pada ruangan yang sempit, tertutup, ruang kapal, ketel uap dan lain-lain.
Bila oksigen tidak mencukupi maka warna darah merahnya hilang berganti kebiruan misalnya
yang terjadi pada bibir, telinga, lengan dan kaki disebut sianosis.
7.       Dinamika pernafasan
Tekanan udara mendesak melalui saluran pernafasan menekan paru-paru ke arah dinding
torak, tekanan dalam ruang pleura mencegah paru-paru menyusut dari dinding toraks dan
memaksa paru-paru untuk mengikuti pergerakan pernafasan dinding toraks dan diagfragma,
tekanan ini meningkat pada waktu inspirasi dan gerakan pernafasan ini dihasilkan oleh otot
pernafasan. Waktu ekspirasi serat otot diagfragma yang relaksasi muncul tinggi menuji
diagfragma membebaskan ruang pelengkap diantara diagfragma  dan dinding toraks.

C.   PATOFISIOLOGI
Sebagian besar basil tuberculosis yang menginfeksi difagosis dengan makrofag yang
menyebar sebelum berkembang atau membentuk hipersensitifitas atau imunitas sebagian besar
akan bertahan didalam sel-sel darah dan dibawa ke bagian linfe pulmonary melalui sistem limfa.
Basil kemudian akan menyebar keseluruh tubuh dengan demikian walaupun infeksi kecil akan
menyebar dengan cepat, lokasi infeksi primer bisa atau tidak mengalami proses degenerasi
nefrotik, yang menyebabkan rongga diisi oleh masa basil tuberculosis seperti keju, sel-sel darah
putih yang mati dan jaringan paru nekrotik pada saat itu material akan mencari dan akan masuk
ke batang trakeobraonkial dan dikeluarkan sebagai sputum. Kebanyakan tuberculosis primer
sembuh dalam beberapa bulan melalui pembentukan jaringan parut fibrosus dan akhirnya lesi
yang mengapur. Lesi ini bisa berisi basil hidup yang dapat aktif kembali setelah beberapa tahun
dan dapat menyebabkan infeksi TB post primer atau TB sekunder.

D.  MANIFESTASI KLINIK
Gejala-gejala dan tanda-tanda fisik penyebab tuberkulosa, seperti:
a.       Tanda :
1)      Penurunan berat badan 
2)      Anoreksia
3)      Dispneud
4)      Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.

b.      Gejala :
1)      Demam
Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan
tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman TBC yang masuk. 
2)      Batuk 
Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering
kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif (menghasilkan sputum). Pada
keadaan lanjut berupa batuk darah karena terdapat  pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan
batuk darah pada ulkus dinding bronkus.
3)      Sesak nafas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah
setengan bagian paru.
4)      Nyeri dada
Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan pleuritis).
5)      Malaise
Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala, mering,
nyeri otot, keringat malam.

E.   PRONOSIS
Kematian sudah pasti bila penyakit TB tidak diobati. Makin dini penyakit ini di diagnosis
dan di obati, makin besar kemungkinan pasien sembuh tanpa kerusakan serius yang menetap.
Makin baik kesadaran pasien ketika pengobatan dimulai, makin baik prognosisnya. Bila pasien
dalam keadaan koma, prognasis untuk sembuh sempurna sangat buruk. Sayangnya pada 10%-
30% pasien yang dapat bertahan hidup terdapat beberapa kerusakan menetap. Oleh karena akibat
dari penyakit ini sangat fatal bila tidak terdiagnosis.

F. PENATALAKSANAAN
  

Keperawatan
-          Mengobservasi tanda-tanda vital
-          Pemberian zat gizi tktp
-          Pemberian obat dan pengontrolan minum obat secara teratur
-          Menganjurkan pasien jika bersin atau batuk untuk menutup mulut
-          Membuang sputum pada tempat yang khusus
Medis
-          OAT harus diberikan dengan kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakteri sida dengan
atau tanpa obat ketiga. Tujuan pemberian OAT adalah:
-          Membuat Konversi sputum bta positif menjadi negatif secepat mungkin melalui kegiatan
bakterisida.
-          Mencegah kekambuhan pertama setelah pengobatan dengan kegiatan sterilisasi
-          Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis.
A.    Pengobatan tuberkulosis yang modern berdasarkan pemberian obat yang efektif. Terapi harian
dengan regimen termasuk isoniazid dan rifampin selama 9 hingga 12 bulan mewakili pengobatan
paling efektif  yang tersedia dan mampu mencapai hasil yang baik pada 99 % pasien. Banyak
ahli menambahkan obat ketiga pada awal pengobatan sampai uji sensitivitas tersedia;
pirazinamid 1,5-2 g merupakan obat ketiga yang optimal, dan etambutol 15 mg/kg juga efektif.
Pada negara berkembang yang harga obat merupakan faktor dari isoniazid 300 mg dan
tioasetazon 150 mg selama 12 hingga 18 bulan memberikan regimen yang dapat mencapai angka
penyembuhan 80 hingga 90 persen.

B.     Program pengobatan jangka pendek paling baik dianjurkan yang terdiri dari dua fase. Fase
intensif dua bulan pertama dengan pemberian setiap hari harus meliputi isoniazid 300 mg,
rifampin 600 mg, dan pirazinamid 1,5-2 mg dan juga mencangkup baik streptomisin 0,75-1 g
ataupun etambutol 15 mg/kg.

C.     Individu yang memperlihatkan uji kulit tuberkulin positif setelah sebelumnya negatif, bahkan
jika individu tidak memperhatikan adanya gejala aktif, biasanya mendapat antibiotik selama 6-9
bulan untuk membantu respons imunnya dan meningkatkan kemungkinan eradikasi basil total.

D.    Jika tuberkulosis resisten obat muncul, obat yang lebih toksik akan diprogramkan. Pasien
mungkin tetap menginap di rumah sakit atau dibawah pengawasan sejenis karantina jika tingkat
kepatuhan terhadap terapi medis cenderung rendah.

BAB III
ASKEP TBC PADA ORANG DEWASA
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
- Riwayat kesehatan dan periksaan fisik lengkap.
- Manifestasi klinis : demam, anoreksia, penurunan BB, berkeringat malam, keletihan, batuk dan
terbentuknya sputum.
- Catat setiap perubahan suhu tubuh atau frekuensi pernapasan, jumlah dan warna sekresi,
frekuensi batuk dan nyeri dada.
- Evaluasi bunyi napas (menghilang,bunyi bronkial,bronkovesikuler,krekles), fremitus, egofoni,
dan perkusi pekak.
- Periksa adanya pembesaran nodus limfe yang sangat nyeri.
- Kaji kesiapan emosional pasien untuk belajar, persepsi dan pengertiannya tentang tuberkulosis
dan pengobatannya.
- Evaluasi fisik dan hasil laboratorium.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi trakeobronkial yang sangat banyak.
- Regimen terapeutik tidak efektif b.d kompleksitas pengobatan jangka panjang.
- Intoleransi aktifitas b.d keletihan,perubahan status nutrisi dan demam.
- Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d rangsangan pusat pengatur suhu akibat zat pirogen
kuman TBC.
- Nyeri akut b.d peningkatan mediator nyeri akibat reaksi inflamasi.
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan /
anoreksia.
- Kurang pengetahuan tentang tindakan pencegahan penularan b.d informasi tak adekuat.
- PK  : efek samping medikasi.
- PK : TB miliaris.

C. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN


   1)Peningkatan bersihan jalan napas.
- Pantau tanda-tanda bersihan jalan napas tak efektif (sputum kental,dispnea,ronki)
- Tingkatkan masukan cairan yang adekuat.
- Anjurkan menghirup uap hangat dengan kelembaban tinggi.
- Anjurkan posisi yang nyaman untuk drainase sputum.
- Kolaborasi pemberian ekspektoran.
2. Peningkatan regimen terapeutik.
- Kaji tingkat kepatuhan pasien untuk pengobatan jangka lama.
- Jelaskan kepada pasien pentingnya mengikuti protokol pengobatan dengan baik.
- Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang faktor pendukung dan penghambat pengobatan.
3)Meningkatkan toleransi terhadap aktifitas.
- Kaji faktor-faktor yang menimbulkan keletihan.
- Pantau tingkat toleransi pasien terhadap aktivitas.
- Jelaskan manfaat aktivitas untuk mempercepat proses penyembuhan.
- Tingkatkan kemandirian dalam perawatan diri, bantu jika keletihan terjadi.
- Anjurkan aktifitas alternatif sambil istirahat.
4)Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
- Kaji tanda-tanda peningkatan suhu tubuh.
- Jelaskan bagaimana suhu tubuh dapat meningkat akibat infeksi.
- Pertahankan hidrasi adekuat.
- Kolaborasi pemberian antipiretika bila perlu.
5)Mengatasi nyeri akut.
- Kaji tingkat nyeri (PQRST).
- Jelaskan penyebab terjadinya nyeri.
- Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
- Kolaborasi pemberian analgetik bila perlu.
6)Meningkatkan nutrisi yang adekuat.
- Kaji status nutrisi dan faktor-faktor yang mungkin mengganggu nafsu makan.
- Jelaskan pentingnya asupan gizi yang adekuat untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
- Anjurkan makan porsi kecil tapi sering.
- Kolaborasi diet dengan ahli gizi.
- Kolaborasi pemberian vitamin.
7)Meningkatkan pengetahuan pasien tentang cara pencegahan penularan.
- Kaji tingkat pemahaman pasien/keluarga tentang cara mencegah penularan.
- Diskusikan faktor-faktor yang pendukung dan penghambat penularan.
- Instruksikan pasien dan keluarga tentang prosedur pengendalian infeksi (menutup mulut saat
batuk,mencuci tangan,membuang sputum pada tempatnya)
8)Mencegah komplikasi efek samping obat.
- Pantau tanda / gejala efek samping obat.
- Jelaskan efek samping masing-masing OAT.
- Jelaskan hal-hal yang harus dihindari /dilakukan terhadap masing-masing jenis OAT.
- Pantau kadar enzim-enzim hepar, BUN, Kreatinin untuk mendeteksi fungsi hepar dan ginjal.
- Instruksikan pasien menghubungi perawat/dokter bila terjadi efek samping.
9)Mencegah komplikasi TB Miliaris
- Jelaskan tanda-tanda penyebaran infeksi TBC ke bagian tubuh non pulmonal.
- Pantau tanda-tanda infeksi TBC non pulmonal (lonjakan suhu tubuh, perubahan fungsi ginjal
dan kognitif).
- Lapor dokter bila terdapat tanda TB Miliaris

.D. PENYIMPANGAN KDM
Kuman TB   Reaksi Inflamasi
                                                                                  
Me aktivitas seluler   infasi pada saluran nafas           Pe produksi mukus
                                                                                      
Pe metabolisme             Limfatogen dan Hematogen          Penumpukan sekresi
                                                                                                Mukus Pd Jln Nafas
                                                                                                           
Pemecahan karbohidrat              Tuberkel Pecah                         Brsihan Jln Nafas
Lemak Dan protein                                                                                                                         
Tidak Efektif

BB Menurun                     Eksudat                                         Resiko Tinggi Infeksi
                                          
Nutrisi krg dr kbtuhan        Fibrasi Jaringan
                                             
                                    Jmlah Total Jringan Paru Brkrang
                                            
                                    Luas Total Membran Aspirasi Brkurang

Gangguan Pertukaran Gas

ASUHAN KEPERAWATAN DEGAN GANGUAN PERNAPASA


TB PARU
A.  Pengkajian
1.     Identitas
Nama                                       :   Ny.B
Umur                                       :   60 Tahun
Jenis Kelamin                          :   Perempuan
Pekerjaan                                 :   Ibu Rumah Tangga
Pendidikan                              :   SD
Agama                                     :   Islam
Alamat                                    :   Bt. Merah
Tanggal Masuk RS                  :   01-02-2010/20.50 Wit
Tanggal Pengkajian                 :   05-02-2010/10.00 Wit
No.Register Medis                  :   10 80 89
Diagnosa Medis                      :   TB PARU
Nama Penanggung Jawab       :   Tn A
Pekerjaan                                 :   Pns
Hub. Dengan klien                  :   Anak
2.     Riwayat kesehatan sekarang
  Keluhan utama Saat Pengkajian :  Batuk  dengan dahak susah dikeluarkan
  Riwayat keluhan utama : Pasien mengatakan daerah dada terasa sakit pada saat batuk seperti
ditusuk-tusuk yang bersifat hilang timbul dan menyebar kearea dada kiri dan kanan selama ±5-
10 menit

a. Hal-hal yang meringankan Setelah mendapat pengobatan sesuai indikasi

b. Hal-hal yang memberatkan Aktivitas berlebihan dan udara dingin

c. Faktor pencetus Daya tahan tubuh menurun dan Faktor usia

d. Keluhan yang menyertai Badan lemas,sesak bila aktivitas berlebihan,


berkeringat dingin terutama pada malam hari,
kurang nafsu makan.

3.     Riwayat kesehatan Masa Lalu


a.       Klien pernah mengalami sakit yang sama sebelumnya

b.      Klien belum pernah mengalami tindakan pembedahan

c.       Klien tidak ada riwayat alergi terhadap obat dan makanan tertentu

4.   Riwayat Kesehatan keluarga



X?
X?
 Genogram 3 generasi                   
X?                         
X?                         
 

                                                                                                                           
X?
X?
X?
X?
  X?
  X?
X?                         
                                
x
  X?
60
x
 

Ket :                            : meninggal

                                      : laki – laki

                                      : perempuan

     =                   : hubungan perkawinan

                                      : pasien

                 ?                      :  tidak diketahui penyakitnya


                                         : tinggal serumah

Pola Aktivitas Sehari-Hari

No Pola Hidup Sebelum sakit Saat sakit


1. Pola makan
o   Frekwensi makan sehari 3x/hari 3x/hari
o   Waktu makan Pagi,siang,malam Pagi,siang,malam
o   Porsi makan yang dihabiskan 1porsi 1/2porsi
o   Jenis makanan Nasi,lauk,sayur Bubur,lauk,sayur,buah
o   Makanan yang disukai Soto ayam Tidak ada
o   Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Ada (kurang  napsu
o   keluhan saat makan
makan)
Pola minum
5-6gelas/hari 7-8 gelas/hari
o   Frekwensi minum seharii
Tidak ada Tidak Ada
o   keluhan saat minum
Pola eliminasi
A.    BAB 2x/hari 1x/hari
o Frekwensi/hari Lembek Lembek
o Konsistensi Kuning Kuning
o Warna Khas Khas
o Bau Tidak ada Tidak ada
o Keluhan saat BAB
B.     BAK 4-5x/hari 5-6x/hari
o Frekwensi/hari Kuning jernih Kuning jernih
o Warna Pesing Pesing
o Bau Tidak ada Tidak ada
o Keluhan
Pola istirahat dan tidur 1-2jam/hari 1-2 jam/hari
o   Tidur siang 7-8jam/hari 5-6jam/hari
o   Tidur malam
Tidak ada Tidak ada
o   Kebiaasan/ pengantar tidur
o   Keluhan
Personal higiene 2x/hari 2x/hari
o   Kebiasaan mandi/hari/menggunakan 2x/hari 2x/hari
o   Kebiasaan menggosok
gigi/hari/menggunakan
o   Kebiasaan mencuci rambut/memakai 1x/minggu Tidak ada
Pola aktivitas dan latihan
o   Jenis olah raga
 Frekwesi 1x/minggu Tidak ada
 aktivitas Jalan santai Tidak ada
o   Pekerjaan
 Jenis pekerjaan Ibu rumah tangga Tidak ada
 Jumlah jam kerja 3-4 jam/hari Tidak ada
 keluhan Tidak ada Ada aktivitas dibantu

5.           Aspek Psikososial
o   status emosional           :    Pasien tidak emosional
i:                     Pasien khawatir dengan kondisinya serta sering bertanya tentang penyakit yang dialaminya
o   pola interaksi klien       :    Pasien beriteraksi  dengan baik

6.           Pemeriksaan Fisik
i. Pengamatan umum
               

1.      Keadaan umum        :    Lemah
2.      Keadaan sakit           :    Sedang
3.      Tingkat kesadaran    :    Sadar
4.      Ekspresi Wajah         :    Tampak gelisah

       ii.      Pengukuran geometri


1.BB Sekarang               :    49 kg
2.TB Saat pengkajian     :    160 cm
3.BBI                              :    54 kg
4.Kesimpulan                  :    BB tidak ideal (kurang 5kg dari BBI)

iii.      Tanda –Tanda vital


    

1.      Suhu                         :    36˚C
2.      Nadi                          :    100x/menit
3.      Respirasi                   :    26x/menit
4.      Tekanan darah          :    120/70mmHg

iv.      Pemeriksaan (kepala, mata, hidung dan tenggorokan)


    

1.      Kepala        
a.       Bentuk                                       :           Bulat
b.      Keluhan yang berhubungan       :           Pusing
2.      Mata                       
a.       Ukuran pupil                              :           normal
b.      Isokor                                         :           Ya
c.       Reaksi terhadap cahaya             :           Mengecil
d.      Akomodasi                                 :           Baik
e.       Bentuk                                       :           normal
f.       Konjungtiva                               :           Pucat
g.      Fungsi penglihatan                     :           Berkurang
h.      Menggunakan alat bantu            :           Tidak ada
i.        Keluhan                                      :           Pandangan kabur
3.      Hidung                   
a.       Reaksi alergi                               :           Tidak ada
b.      Bentuk hidung                                       :           Normal
c.       Fungsi penciuman                      :           Baik
d.      Peradangan                                :           Tidak ada
e.       Perdarahan                                 :           Tidak ada
f.       Menggunakan alat bantu            :           Tidak ada
g.      Keluhan                                      :           Tidak ada

4.      Mulut dan Tenggorokan  


a.       Keadaan rongga mulut   :           Kering
b.      Problem menelan            :           Tidak ada
c.       Gangguan bicara            :           Tidak ada
d.      Fungsi mengunyah         :           Baik Tidak ada kelainan

v.            Leher
1.Vena jugularis             :           Tidak ada pembesaran
2.Arteri karotis               :           Teraba
3.Pembesaran tiroid                   :           Tidak ada
4.Pembesaran kelenjar limfe      :           Tidak ada

vi.            Dada( Inspeksi,Palpasi,Auskultasi,Perkusi) 
1.      Bentuk dada                        :           Semitris
2.      Pergerakan pernafasan         :           Cepat
3.      Bunyi pernafasan                 :           Vesikuler
4.      Pola nafas/batuk                   :           Batuk kering
5.      Sputum                                 :           Kental
6.      Frekwensi pernafasan          :           Takipnea ( 26x/menit)
7.      Bunyi nafas tambahan         :           Ronchi (+)
8.      Keluhan                                :           Ada kelainan
9.      Jantung
a.       Bunyi jantung ( S1,S2)              :           S1 dan S2 Normal
b.      Bunyi jantung tambahan            :           Tidak ada
c.       Irama jantung                             :           Irreguler ( tidak teratur)
d.      Keluhan                                      :           Jantung berdebar-debar
vii.                  Abdomen
1.                  Bentuk                                    :           Normal
2.                  Bunyi usus                              :           Normal
3.                  Bising arteri                             :           Normal
4.                  Pembesaran hepar                   :           Tidak ada
5.                  Pembesaran ginjal                   :           Tidak ada
6.                  Kandung kemih                      :           Tidak ada kelainan
7.                  keluhan                                    :           Tidak ada kelainan

viii.                  Ekstrimitas                   
1.                  Ekstrimitas atas                       :           Terpasang IVFD RL 24 tetes/menit
2.                  Ekstrimitas bawah                   :           Tidak ada keluhan

ix.                  Pemeriksaan neurologis
1.                  Tingkat kesadaran                   :           Sadar
2.                  Koordinasi                              :           Baik
3.                  Memori                                    :           Baik
4.                  Orientasi                                  :           bingung
5.                  Kelumpuhan motorik              :           Tidak ada
6.                  Gangguan sensorik                  :           Tidak ada keluhan

7.           Pemeriksaan Penunjang
          Tanggal : 04 Februari 2010

                       Hasil :  TB.paru Aktif  (kesan proses spesifik)

                        Lab darah : 04 Februari 2010


Nilai Abnormal Nilai normal
HB : 10,7 gr % HB : 14-16 gr %
Loukosit : 12.900 nm³ Leukosit : 5000-10.000 nm
LED 15-30  mm/jam LED 10-20 mm/jam

8.           Therapy/Pengobatan/ Penatalaksanaan

1. Therapy Cairan RL 24 tetes/menit


2. Therapy Obat OAT :
a.       Rifampisin 450 mg tab 1X1/oral (pagi)
b.      Isoniazid (INH) 300 mg tab 1x1/oral(pagi)
c.       Pirazinamid (Z) 500 mg tab 1x1/oral(pagi
d.      Etambutol (E) 250 mg tab 1x1/oral(pagi
e.       Streptomisin (S)Injeksi 0,50 gr /24 jam

10  Klasifikasi Data

Data subjektif Data objektif


1. Badan lemas K/U Lemah
2. Sesak bila beraktivitas berlebihan Respirasi : 26x/menit
3. Batuk dengan dahak susah dikeluarkan
Sputum Kental
4. Keringat dingin pada malam hari Takipnea
5. Kurang nafsu makan Ronchi (+)
6. Dada terasa sakit pada saat batuk Loukosit : 12.900 mm³
7. Mulut kering LED 15-30  mm/jam
8. Pasien khawatir dengan kondisinya Foto Thorak :
serta bertanya tentang penyakit yang     Hasil : TB.paru Aktif  (kesan proses spesifik)
dialaminya Porsi makan yang dihabiskan ½ porsi
9. Tingkat pendidikan hanya lulusan SDBB tidak ideal (kurang 5Kg dari BBI)
Keadaan rongga mulut : kering
Ekspresi wajah Tampak gelisah

11.     Analisa Data
Nama PX        : NY.B No. Registrasi : 10.80.89
Umur               : 60 Tahun

Data Etiologi Masalah


  DS : Pasien mengatakan Penumpukan sekret kental Bersihan jalan nafas
     Batuk dengan dahak susah dalam rongga broncus inefektif
dikeluarkan
     Sesak bila beraktivitas
     Keringat dingin pada malam
hari
     Dada terasa sakit pada saat
batuk
  DO :
Sputum kental
Takipnea
Ronki (+)
Loukosit : 12.900 mm³
LED 15-30  mm/jam
      Foto Thorak : Hasil : TB.paru
Aktif  (kesan proses spesifik)
Respirasi : 26x/menit

Tidak Perubahan nutrisi kurang


DS : Pasien Mengatakan Nafsu makan dari kebutuhan tubuh
         Badan Lemas
         Mulut Kering
         Kurang nafsu makan

         K/U Lemah
         BB tidak ideal (kurang 5kg
dari BBI)
         Porsi makan yang dihabiskan
½ porsi
         Keadaan rongga mulut : Kurang informasi yang Kurang Pengetahuan
kering cukup tentang penyakitnya

  DS : Pasien mengatakan


         Khawatir akan kondisinya
serta bertanya tentang
penyakit yang dialaminya
         Tingkat pendidikan hanya
lulusan SD Kurang pengetahuan untuk Resiko tinggi/Potensial
  DO: menghindari pemajanan penyebaran
         Ekspresi wajah gelisah pathogen kepada orang lain

  Data subjektif dan data


objektik tidak dibuktikan 

12.                  Diagnosa Keperawatan

1.      Bersihan jalan nafas inefektif b/d Penumpukan sekret kental dalam rongga beruncus yang
ditandai dengan
  DS : Pasien mengatakan
        Batuk dengan dahak susah dikeluarkan
        Sesak bila beraktivitas
        Keringat dingin pada malam hari
        Dada terasa sakit pada saat batuk
       DO :
        Sputum kental
        Takipnea
        Ronki (+)
        Loukosit : 12.900 mm³
        LED 15-30  mm/jam
        Foto Thorak : Hasil : TB.paru Aktif  (kesan proses spesifik)
        Respirasi : 26x/menit

2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Anoreksia yang ditandai dengan

 DS : Pasien Mengatakan


         Badan Lemas
         Mulut Kering
         Kurang nafsu makan
 DO :
         K/U Lemah
         BB tidak ideal (kurang 5kg dari BBI)
         Porsi makan yang dihabiskan ½ porsi
         Keadaan rongga mulut : kering
3.      Resiko tinggi penyebaran b/d Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen DS
dan DO tidak dibuktikan

4.      Kurang pengetahuan B/d Kurang informasi yang cukup tentang penyakitnya

  DS : Pasien mengatakan


             Khawatir akan kondisinya serta bertanya tentang penyakit yang dialaminya
             Tingkat pendidikan hanya lulusan SD
  DO:
               Ekspresi wajah gelisah

13. Prioritas Masalah
1.      Bersihan jalan nafas inefektif b/d Penumpukan sekret kenta dalam rongga broncus

2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Tidak napsu makan

3.      Kurang pengetahuan b/d Kurang informasi yang cukup tentang penyakitnya

4.      Resiko tinggi penyebaran b/d Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama             : Ny.S Hari/Tangg
Umur             : 60Tahun Ruang       
Jenis Kelamin:Wanita No.Reg      

No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


1. Bersihan jalan nafas Bersihan jalan 1.      Kaji  pola nafas, sebagai tindakan
inefektif b/d Penumpukan nafas efektif frekuensi, irama lanjut untuk
sekret kentaldalam rongga dengan kriteri : dan kedalaman mengetahui pola
beruncus yang ditandai   Batuk hilang nafas pasien.
dengan   Dada sakit saat 2.      Catat kemampuan
DS : Pasien mengatakan batuk hilang untuk sputum yang
        Batuk dengan dahak susah  Sesak hilang mengeluarkan berdarah dan kental
dikeluarkan   Ronki hilang sputum dan diakibatkan oleh
        Sesak bila beraktivitas   Sputum (-) karakter sputum. kerusakan paru atau
        Keringat dingin pada   Leukosit normal luka bronchial
malam hari (4.500- 3.      Atur posisi semi
        Dada terasa sakit pada saat 11.000mm) fowler terhadap
batuk   LED normal (< pasien posisi
15mm/1jam) memaksimalkan
Sputum kental   Photo thorax tidak ekspensi paru dan
Takipnea ada kelainan. menurunkan upaya
Ronki (+)   Respirasi normal4.      Ajar latihan batuk pernapasan
Loukosit : 12.900 mm³ (16-20x/menit) efektif.
LED 15-30  mm/jam Untuk memudahkan
Foto Thorak : Hasil : TB.paru 5.      Pertahankan pengeluaran lender
Aktif  (kesan proses masukan cairan atau secret.
spesifik) sedikitnya
Respirasi : 26x/menit 2500ml/hari Membantu
kecuali kontra mengencerkan secret
indikasikan. sehingga mudah
dikeluarkan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama             : Ny.S Hari/Tangg
Umur             : 60Tahun Ruang       
Jenis Kelamin:Wanita No.Reg      

No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


2. Perubahan nutrisi kurang Kebutuhan nutrisi1.      Kaji pola makan Sebagai bahan
dari kebutuhan tubuh b/d dapat terpenuhi dan tanyakan inforasi tentang
Anoreksia yang ditandai dengan criteria tentang makanan jumlah intake dan
dengan sebagai berikut : kesukaan paien sebagai patokan
DS : Pasien Mengatakan          nafsu makan dan makanan untuk intervensi
      Badan Lemas meningkat yang tidak selanjutnya
      Mulut Kering          Porsi makan disukai oleh
      Kurang nafsu makan dihabiskan pasien.
         K/U baik
         K/U Lemah          BB normal (54 2.      timbang BB Untuk mengetahui
         BB 49 (tidak ideal) kg) setiap hari status
         Porsi makan yang perkembangan
dihabiskan ½ porsi nutrisi protein.
         Keadaan rongga mulut :
kering 3.      kolaborasi - Diet yang tepat
dengan tim gizi mempercepat proses
dalam pemberian penyembuhan.
diet yang tepat.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama             : Ny. S Hari/Tangg
Umur             : 60Tahun Ruang       
Jenis Kelamin:Wanita No.Reg      

No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


3. Kurang pengetahuan B/d Kurang 1.      Kaji tingkat Dapat
Kurang informasi yang pengetahuan dapat pemahaman klien menimbulkan
cukup tentang penyakitnya teratasi dengan tentang perbaikan
  DS : Pasien mengatakan kriteria sebagai penyakitnya partisipasi pada
   Khawatir akan kondisinya beikut : rencana pengobatan
serta bertanya tentang          Pasien tidak 2.      Anjurkan
penyakit yang dialaminya khawatir keluarga/ 0rang Orang yang dikenal
   Tingkat pendidikan hanya         Pasien tidak terdekat untuk dan dipercaya baik
lulusan SD bertanya-tanya lagi menjadi PMO oleh pasien
  DO: tentang sehingga dapat
   Ekspresi wajah gelisah penyakitnya. dipastikan pasien
         Expresi wajah betul minum
ceria obatnya dan
sembuh pada akhir
3.      Beri HE kepada pengobatan.
pasien.

Menambah
pengetahuan dan
informasi yang
lengkap tentng
penyakit yang
diderita oleh paisen.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama             : Ny. S Hari/Tangg
Umur             : 60Tahun Ruang       
Jenis Kelamin:Wanita No.Reg      

No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi


4. Resiko tinggi penyebaran b/d Kurang Mencegah resiko tinggi 1.   Identifikasi orang-orang
pengetahuan untuk menghindari pemajanan penyebaran dengan yang beresiko terkena
pathogen epada orang lain. criteria: infeksi penyebaran
         Keadaan ventilasi harus
terbuka
         Buat batas waktu
kunjungan 2.   Anjurkan pasien untuk
         Isolasi penderita menutup mulut dan
         Pisahkan alat-alat makan membuang sputum pada
dan minum pasien. tempat penampungan yang
         Minum obat pencegahan tertutup jika batuk.
(INH tablet)

3.   Batasi kunjungan
dan    penggunaan masker
memberikan kesempatan
kepada pasien untuk
beristirahat dan mencegah
terjadi resiko penularan
melalui udara 

BAB IV
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa;

1.        TB adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitasyang diperantarai oleh sel dengan
sel efektor berupa makrofag, dan limfosit (biasanya sel T) sebagai sel imunoreponsif. Tipe
imunitas ini melibatkanpengaktifan makrofag pada bagian yang terinfeksi limfosit dan limfokon
mereka; responnya berupa reaksi berupa hipersensitifitas seluler (lambat).

2.        Sebagian besar infeksi TB menyebar lewat udara, melalui terhirupnya nikleus droplet yang
berisikan organisme basil dari seseorang yang terinfeksi.

3.        Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolar membangkitkan reaksi peradangan yaitu
ketika leukosit digantikan oleh makrofag. Alveoli yang terlibat mengalami konsolidasi, dan
timbul pneumonia akut, yang dapat sembuh sendiri sehingga tidak terdapat sisa, atau prosesnya
dapat berjalan terusdifagosit atau menjadi banyak di dalam sel-sel.

B.   Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan dari isi makalah ini adalah;

1.        Hindari atau jauhi segala factor-faktor yang dapat menyebabkan seorang terinfeksi TB Paru
seperti; Alkohol, kontak langsung dengan penderita TB.

2.        Apabila seorang yang telah di diagnose menderita TB disarankan menjalani pemeriksaan fisik,
uji tuberkin Mantoux, radiografi dada, dan pemeriksaan bekteriologi atau histology.

3.        Lakukanlah 3 prinsip pengobatan TB yaitu; (1) regimen harus terdiri dari banyak obat-obatan
yang sesuai untuk organismetersebut, (2) obat-obatan tersebut harus digunakan secara teratur, (3)
terapi obat harus dilakukan dalam waktu yang cukup untuk memberikan terapi yang efektifdan
paling aman dalam waktu yang terpendek.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, arif M: Kapita Selekta Kedokteran UI, jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius, 2000.
Silvia A. Price & Lorraine M. Wilson:  Patofisiologi, Vol 2.  Jakarta: EGC, 2006
Suddarth & Brunner:  Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC 2002.
Www. Geoogle. com

Anda mungkin juga menyukai