DISUSUN OLEH:
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
A. Pengertian Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika
Bisnis dapat menjadi standard an pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari
dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, dan transaparan dan sikap yang professional.
Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis
dengan kinerja unggul dan berkesimpulan yang dijalankan dengan menaati kaidah-kaidah.
Menurut Von Der Embse dan R.A Wagley ada tiga pendekatan dasar dalam
merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu (Wagley, 1988)
1. Utilitarian Approach
Dalam pendekatan ini, setiap tindakan harus didasarkan dengan konsekuensinya.
Untuk itu, sebelum bertindak, kita harus memberikan manfaat yang besar untuk
masyarakat dengan cara yang tidak membahayakan dan menggunakan biaya
serendah-rendahnya.
2. Individual Rights Approach
Pendekatan ini memiliki pengaruh besar dalam menghargai dan menghormati setiap
tindakan yang dilakukan orang lain. Namun, jika tindakan tersebut dinilai bisa
mengakibatkan suatu perpecahan atau benturan dengan hak orang lain, maka tindakan
tersebut harus dihindari
3. Justice Approach
Setiap pembuat keputusan memiliki kedudukan yang sama, serta bertindak adil dalam
membrikanpelayan kepada pelanggan, baik perorangan maupun kelompok.
Ada beberapa prinsip dalam etika bisnis yang perlu diperhatikan oleh para pelaku
bisnis. Berikut adalah beberapa contoh dan pengertiannya:
1. Prinsip Otonomi,
Prinsip otonomi mengharuskan pelaku bisnis mengambil keputusan dengan tepat dan
baik, serta mempertanggung jawabkan keputusan tersebut. Dalam menjalankan
prinsip otonomi ini, dua perusahaan atau lebih bisa berkomitmen menjalankan etika
bisnis dengan prinsip otonomi. Namun, masing-masing perusahaan dapat mengambil
pendekatan yang berbeda-beda dalam menjalankannya. Karena, masing-masing
perusahaan pasti memiliki kondisi dan strategi yang berbeda-beda dalam mencapai
suatu tujuan perusahaan.
2. Prinsip Kejujuran,
Kejujuran merupakan nilai yang paling dasar untuk mendukung keberhasilan kinerja
perusahaan. Tanpa kejujuran, bisnis tidak akan bertahan lama, karena kejujuran
adalah kunci utama dalam kesuksesan bisnis. Prinsip ini harus diterapkan dalam
segala kegiatan bisnis misalnya saat melaksanakan kontrak terhadap pihak ketiga
maupun karyawan, jujur terhadap konsumen, jujur salam kerja sama, dan lain
sebagainya.
3. Prinsip Keadilan,
Dalam prinsip ini berarti setiap orang yang melakukan bisnis meiliki hak untuk
mendapatkan perlakuan yang sama. Sehingga semua pihak yang terkait dalam bisnis
harus memberikan kontribusi baik secara langsung atau tidak langsung terhadap
keberhasilan bisnis.
4. Prinsip Loyalitas,
Loyalitas adalah salah satu hal penting dalam menjalankan sebuah bisnis. Loyalitas
dalam perusahaan biasanya dapat dilihat dari kerja keras dan keseriusan dalam
menjalani bisnis sesuai dengan visi dan misi. Dengan menerapkan prinsip ini, berarti
tidak boleh mencampurkan urusan pekerjaan dengan urusan pribadi.
5. Prinsip Integritas,
Moral Setiap perusahaan harus memiliki integritas moral yang baik. Dengan begitu,
perusahaan lebih dapat dipercaya masyarakat. Menerapkan prinsip ini, berarti seluruh
pelaku bisnis, baik karyawan hingga manajemen harus selalu menjaga nama baik
perusahaan. Dengan etika bisnis yang baik, perusahaan dapat berkembang dengan
mudah. Etika bisnis dalam sebuah perusahaan menjadi wajah dari perusahaan
tersebut. Contoh seperti kejujuran pemilik usaha.
Model-model tata kelola bisnis ini muncul karena adanya suatu perubahan dalam
relasi bisnis dengan masyarakat. Pada saat ini, masyarakat sekarang memperhatikan
isu-isu yang terjadi di dalam bisnis. Baik dalam hal etika, perilaku, dan sebagainya.
Dewan dan manajemen bisnis pun juga sekarang tertarik dengan hal yang sama.
Beberapa tren ini muncul sebagai hasil dari tekanan ekonomi dengan efeknya
terhadap etika bisnis dan akuntan professional:
1. Memperluas kewajiban hukum untuk direktur perusahaan
2. Pernyataan manajemen kepada pemegang saham atas kecukupan pengendalian
internal
3. Ketetapan niat untuk mengelola risiko dan melindungi reputasi. Hal ini dapat
dilakukan dengan melakukan reorganisasi, pemberdayaan karyawan,penggunaan
data elektronik. Selain itu, meningkat pula ketergantungan manajemen dengan
indicator kinerja non-keuangan.
b) Manajemen Berdasarkan Nilai, Reputasi, dan Risiko
Direkrut, eksekutif, manajer serta karyawan harus memahami nilai-nilai apa
yang menjadi perhatian pemangku kepentingan dalam menajalankan perusahaan.
Tugas manajemen adalah untuk menggabungkan nilai-nilai antar pemangku
kepentingan memenuhinya dalam perusahaan
Charles Fombrun dari Reputation Institute menyatakan bahwa kredibilitas,
keandalan, sifat dapat dipercaya, dan tanggung jawab, merupakan penentu reputasi
perusahaan. Manajemen risiko kemudian memiliki teknik-teknik yang berkembang
akibat engakuan oleh direktur, eksekutif, dan akuntan professional, dalam
mengidentifikasi risiko-risiko di awal perencanaan. Tugas manajemen selanjutnya ini-
lah yang bertugas untuk mencari cara untuk menghindari risiko tersebut atau
mengurangi risiko dari kegiatan yang dilakukan perusahaan.
c) Akuntabilitas
d) Ekspektasi Publik/Masyarakat
Praktik bisnis yang tidak beretika telah menunjukkan kepada kita bahwa jika bisnis hanya
dilakukan dengan tujuan maksimalisasi keuntungan, maka akan membuat bisnis berujung pada
kehancuran. Kasus global seperti Enron, Arthur Anderson, WorldCom, dan yang lain telah
menunjukkan bahwa secara umum jika segolongan pelaku bisnis menjalankan kegiatan tanpa
memerhatikan etika, maka akan berakibat secara sistemik pada perekonomian baik dalam skala
nasional maupun internasional (Putri, 121: 2016).
Kajian yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menunjukkan beberapa faktor
yang memberi kontribusi pada krisis di Indonesia, di antaranya (Khaihatu, 2006):
1. Konsentrasi kepemilikan perusahaan yang tinggi;
Ide satu perusahaan “dicuri” atau dijiplak oleh perusahaan lain. Praktik seperti itu
mungkin saja terjadi jika tidak ada etika bisnis yang baik. Padahal, bisnis apa pun bebas
berinovasi dalam menghasilkan produk, selama tidak meniru secara keseluruhan. Dengan
mengedepankan etika, suasana persaingan bisnis akan adil karena konsumen menilai produk
Anda secara objektif sesuai kualitas atau inovasi yang Anda tawarkan. Tentu saja, Anda pun
tidak ingin dicurangi oleh perusahaan mana pun—dalam skala kecil atau pun besar. Untuk
memberikan gambaran, berikut adalah contoh etika bisnis yang baik untuk diterapkan dalam
perusahaan.
• Bersikap Jujur, Kejujuran adalah satu nilai penting yang harus diterapkan dalam
berbisnis. Ketidakjujuran dalam berbisnis dapat diartikan sebagai penipuan, terlebih
jika hal tersebut merugikan pihak tertentu. Bersikap jujur juga membuat karyawan
dan perusahaan menjadi lebih mudah dipercaya.
• Menyebutkan Nama, Menyebutkan nama atau memberikan kartu nama sudah
menjadi etika umum ketika bertemu dengan relasi bisnis. Ini mengindikasikan niat
baik dan ketertarikan untuk berkolaborasi lebih lanjut.
Penggunaan Bahasa yang Baik, Bahasa apa pun yang digunakan dalam
berkomunikasi, sebaiknya gunakan bahasa yang positif dan jauhi kata-kata atau
istilah kasar. Penggunaan bahasa menentukan kualitas diri serta bagaimana ingin
dihargai oleh orang lain.
Berdiri saat Berjabat Tangan, Saat relasi bisnis datang, selalu berdiri saat Anda
akan berkenalan dan menjabat tangan mereka. Hal ini menunjukkan sikap hormat
dan menghargai.
Dampak meningkatnya harapan untuk bisnis pada umumnya telah membawa tuntutan
reformasi tata kelola dan pengambilan keputusan etis. Sebuah perusahaan tidak dapat
memiliki etika budaya perusahaan yang efektif tanpa etika kerja yang terpuji. Melalui tata
kelola perusahaan (Good Coorporate Governance), diharapkan seluruh organ perusahaan
mampu bertindak secara etis. Good Corporate Governance (GCG) adalah struktur dan proses
yang digunakan dan diterapkan Organ Perusahaan untuk meningkatkan pencapaian sasaran
hasil usaha dan mengoptimalkan nilai perusahaan bagi seluruh pemangku kepentingan, secara
akuntabel dan berlandaskan peraturan perundangan serta nilai-nilai etika.
1. Transpatansi (Transparency)
Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah
yang diisyaratkan oleh peraturan perundangundangan, tetapi juga hal yang penting
untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur, dan pemangku
kepentingan lainnya.
1. Akuntabilitas (Accountability)
Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur, dan sesuai kepentingan
perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lain.
2. Responsibilitas (Responsibility)
Untuk prinsip responsibilitas atau prinsip tanggung jawab, perusahaan harus
mematuhi peraturan perundangundangan serta melaksanakan tanggung jawab
terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat menjalankan perusahaan dalam
jangka panjang serta mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen
3. Independensi (Independency)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara
independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan
tidak dapat diintervensi oleh pihak lain
4. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus bisa memperhatikan kepentingan
pemegang saham mayoritas maupun minoritas dan pemangku kepentingan laiinya
berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.