M DENGAN STROKE
HEMORAGIK
DI RUANG ICU RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA PUSAT
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tm M
Umur : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : TNI
Suku/ Bangsa : Betawi
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jln. Pulau Gadung RT 01/07 Jakarta timur
Tanggal masuk RS : 11 April 2015
No. RM : 40-38-30
Diagnosa Medis : Stroke Hemoragik
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Penurunan Tingkat Kesadaran
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluarga klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit, klien
mengeluh demam. Kemudian oleh keluarga di bawah berobat dan
dikaitkan infeksi saluran kemiih. 2 jam kemudian klien tidak sadarkan
diri tidak bisa dibangunkan. Kemudian oleh keluarga langsung dibawa
ke RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat pada tanggal 11 April 2015,
pukul 09.30 WIB. Di IGD diperiksa K/u: Coma, GCS 4, E1 M2 V1.
Hemodinamik Labil TD: 140/900 mmHg, HT: 160x/mnt, S = 38,50C,
RR 38x/menit, SpO2 99%. Kemudian Klien dipindah ke ruang ICU
pada tanggal 12 april 2015, pukul 19.00 WIB.
c. Riwayat Penyakit dahulu
Keluarga klien mengatakan, klien mempunyai riwayat hipertensi
1 tahun yang lalu, 2 hari yang lalu klien berobat ke dd infeksi saluran
kemih. 2 jam kemudian klien mengalami penurunan kesadaran, tidak
bisa dibangunkan dan dalam kondisi ngorok, tidak ada nyeri kepala,
muntah maupun kejang.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien mengatakan, dalam keluarga tidak ada yang
mengalami penyakit seperti klien.
e. Riwayat Alergi
Klien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap obat maupun
makanan
3. Pengkajian Primer
Airway : Klien tampak tidak sadar, Tidak terdapat sumbatan
jalan nafas, klien tidak terlihat sesak
Breathing : Frekuensi napas 24x/menit, tidak terdapat pernafasan
cuping hidung, pengembangan dada kanan dan kiri
simetris, tidak menggunakan otot bantu pernafasan
Pasien berbaring dengan posisi semi fowler dengan
terapi O2 5 liter per nasal kanul saturasi oksigen 80%
Sirkulasi : Nadi 86 x/menit, irama teratur, denyutan lemah.
Tekanan darah 90/60 mmHg, ekstremitas hangat,
warna kulit tidak ada tanda sianosis, tidak ada nyeri
dada, capilarry refil time < 3 detik, turgor kulit baik <
3 detik, mukosa mulut kering
Disability : Tingkat kesadaraan somnolen, GCS E(2) V(3) M(5).
pupil isokor Ø 3 mm, reflek cahaya +/+. Kekuatan
otot atas 3 dan 5 sedangkan ekstremitas bawah 2
dan 5.
Exposure : Tidak terdapat luka atau trauma pada tubuh pasien
Foley Cateter : Terpasang cateter
Gastic Tube : Terpasang NGT
Hearth : Terpasang elektroda 5 line
Monitor
4. Pengkajian Sekunder
Pemeriksaan TTV
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : Samnolen, GCS : E2 M5 V3, pupil isokor Ø 3
mm, reflek cahaya +/+
TTV : TD : 184/100 mmHg, Nadi : 85x/mnt, S : 37.2 oC
RR : 24x/menit
Status gizi: BB sebelum sakit : 55kg
BB selama sakit : 52 kg
TB : 155 c
Hb = 14.5 g/dl
Lekosit = 8.72 10^3/ul
Trombosit = 273 10^3/ul
Diit Cair/sonde RG
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Px Laboratorium hari ke - 1
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
CBC
Lekosit 10.72 10^3/ul 4.50 – 11.00
Eritrosit H 5.15 10^6/ul 4.50 – 5.30
Hemoglobin 14.5 g/dl 14.0 – 18.0
Hematokrit 44.1 % 37.0 – 49.0
MCV 85.6 fL 78.0 – 98.0
MCH 29.9 pg 25.0 – 35.0
MCHC 34.9 g/dl 31.0 – 37.0
Trombosit 261 10^3/ul 150 – 450
RDW-SD 42 Fl 37 – 54
RDW-CV 13.5 % 11 – 16
LED
LED 1 Jam H 30.0 mm/jam < 10
LED 2 Jam H 45.0 mm/2 jam < 20
KIMIA KLINIK
Glukosa sewaktu H 147 mg/dl 70 – 140
Ureum 28.0 mg/dl 10.0 – 50.0
Creatini H 0.96 mg/dl 0.50 – 0.90
7. Pengobatan
Obat Dosis Rute
RL 20 tpm IV
Ceftriaxon 1 x 2 gr/IV IV
Ranitidine 2 x 50 gr/IV IV
Pantoprazole 1 x 1 gr IV
Infus Paramol 4 x 500 mg/IV IV
Amlodipin 1 x 10 mg Oral
Candesartan 1 x 16 mg Oral
B. Analisa Data
Data Etiologi Problem
DS : Pencetus Ketidakefektifan
- perfusi jaringan
DO : Hipertensi
- Kesdaran samnolen
- GCS : E2 M5 V3 Kerusakan vaskuler
- Pupil isokor Ø 3 mm pembuluh darah
- Reflek cahaya +/+
- Terpasang kanul Perubahan struktur
oksigen pada hidung 5
liter/menit Penyumbatan
- Tidak terdapat pembuluh darah
sumbatan jalan nafas
- RR : 24x/menit Vasokontriksi
- Suhu : 37,2oC
- Akral teraba hangat Gangguan sirkulasi
otak
Suplai O2 ke otak
menurun
Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan
DS : Pencetus Resiko
- ketidakseimbangan
DO : Hipertensi nutrisi kurang dari
- Klien makan dan minu kebutuhan tubuh
lewat NGT Penyumbatan
- Sehari makan 3 x 150 pembuluh darah otak
cc susu cair
- Terpasang NGTpada Suplai O2 ke otak ↓
hidung
- Konjungtiva ananemis Iskemik jaringan pada
- Bising usus 8x/menit otak
- BB sebelum sakit : 55
kg Hipoksia
- BB selama sakit : 52
kg Stroke non hemoragik
- TB : 152cm
- HB : 14,5g/dl Iskemik pada arteri
- Terpasang infus RL serebral medial
20tpm/menit pada
tangan kanan Gangguan gustatory
area
Disfalgia
Resiko
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
DS : Pencetus Resiko injuri
-
DO : Hipertensi
- Keadaan umum lemah
- Kesadaran samnolen Penyumbatan
- GCS : E2 M5 V3 pembuluh darah otak
- Pupil isokor Ø 3 mm
- Reflek cahaya +/+ Suplai O2 ke otak ↓
- Terpasang kanul
oksigen pada hidung 5 Iskemik jaringan pada
liter/menit otak
- Terpasang DC
- Nilai katz indeks G Syok neurologic
Metabolisme anaerob ↑
Penumpukan asam
laktat
Resiko injuri
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jariingan serebral b.d gangguan pertukaran
ditandai dengan penurunan kesadaran
2. Resiko ketidakseimbangan nutrisi b.d factor biologis penurunan kesadaran
3. Resiko injuri b.d penurunan kesadaran
D. Intervensi Keperawatan
No Perencanaan
Diagnosa Keperawatan
. Tujuan Intervensi Rasional
1. Ketidakefektifan perfusi Tupan : 1. Monitor kesadaran klien 1. Untuk menentukan
jariingan serebral b.d Setelah dilakukan 2. Monitor tanda – tanda intervensi selanjutnya
gangguan pertukaran tindakan keperawatan vital klien 2. Untuk mempertahankan
ditandai dengan selama 3 x 24 jam 3. Monitor Gerakan pupil, TTV klien
penurunan kesadaran diharapkan perfusi kesimetrisan pupil dan 3. Untuk memantau
jaringan klien kembali reaksi pupil kesadaran klien
efektif. 4. Beri posisi headup 30o 4. Untuk meningkatkan
Tupen : aliran darah dan
Setelah dilakukan mencegah lidah jatuh
tindakan keperawatan kebelakang
selama 1 x 24 jam
diharapkan erfusi
jaringan klien kembali
efektif, dengan kriteria
hasil :.
1. Perfusi jaringan
serebral terpenuhi
dengan tanda
kesadaran klien
meningkat
2. Tanda – tanda vital
dalam batas normal
2. Ketidakseimbangan Tupan : 1. Monitor TTV 1. Untuk menentukan
nutrisi b.d factor biologis Setelah dilakukan 2. Kolaborasi dengan ahli intervensi selanjutnya
penurunan kesadaran tindakan keperawatan gizi terkait kebutuhan 2. Untuk memilah
selama 3 x 24 jam nutrisi kebutuhan nutrisi klien
diharapkan pola 3. Monitor intake output 3. Untuk melihat status
kebutuhan nutrisi cairan cairan klien
klien terpenuhi. 4. Berikan makanan lewat 4. Untuk memnuhi
Tupen : NGT kebutuhan nutrisi klien
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1 x 24 jam
diharapkan nutrisi
kebutuhan klien
terpenuhi, dengan
kriteria Hasil :
1.Klien mengonsusmi
nutrisi yang adekuat
3. Resiko injuri b.d Tupan : 1. Berikan posisi yang 1. Untuk membuat klien
penurunan kesadaran Setelah dilakukan aman bagi klien nyaman
tindakan keperawatan 2. Beri pengamanan tempat 2. Untuk mencegah resiko
selama 3 x 24 jam tidur cedera pada klien
masalah keselamatan 3. Periksa sirkulasi periper 3. Untuk mempertahan dan
injuri teratasi dan status neurologi meningkatkan status
Tupen : 4. Monitor integritas kulit kesadaran klien
Setelah dilakukan 5. Pindah posisi setiap 2 4. Untuk memantau apakah
tindakan keperawatan jam sekali ada tanda – tanda cedera
selama 1 x 24 jam decubitus
terjadi peningkatan 5. Untuk mencegah luka
keselamatan injuri, dekubitus
dengan kriteria hasil :
1. Klien bebas dari
cedera dan bebas
dari pencegahan
cedera
3. Resiko Injury
Pada pasien penurunan kesadaran sering kali pasien mengalami
resiko injury terutama pada punggung atau pada area yang tertekan terlalu
lama jika posisinya tidak dipindahkan. Oleh karena itu untuk mencapai
keselamatan pasien diperlukan intervensi yang dapat mengurangi resiko
injuri tersebut, salah satunya pengaturan posisi pasien setiap 2 jam sekali
untuk mencegah luka decubitus pada pasien. Teknik memindahkan posisi
klien estian 2 jam sekali dan meninggikan kepada 30o untuk mencegah
gesekan dan mencegah resiko kerusakan integritas kulit. Sejalan dengan
Sjaefoellah dalam Hernanta (2013) menyatakan salah satu komplikasi
penurunan kesadaran dan penyakit stroke dalah terjadi luka decubitus, oleh
karena itu posisi klien harus berpindah setiap 2 jam sekali. Yulianti (2017)
juga mengatakan pemberian mobilisasi / alih baring 2 jam sekali pada
pasien stroke terbukti efektif falam upaya mencegah terjadinya kemerahan
pada sacrum dan punggung atau area tertekan yang beresiko terjadi luka
decubitus.
Dari penelitian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa tindakan
pengaturan posisi setiap 2 jam sekali pada pasien penurunan kesadaran
sangat efektif dalam mencegah luka decubitus.
DAFTAR PUSTAKA
Pargalutan, Mompang T., Khairan, Ade Irma & Simanjuntak, Novalia. (2019).
Studi Kasus Pemenuhan Kebutuhan Perfusi Jaringan Serebral Pasien
Stroke Haemoragik di Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan Tahun 2018.
pISSN : 2548 - 3943. Volune 1, Nomor 1 2019. http://jurnal.stikes-
sitihajar.ac.id/index.php/jhsp
Setianingsih & Anna, Anastasia (2016). Perbandingan enteral dan parenteral
nutrisi pada pasien kritis : A Literatur Review.
Widiayanti, Linda Nur (2018). Resiko Kerusakan Integritas Kulit Pada Klien
Stroke di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya. ISSN 1979 - 8091 Vol.
IX No. 3 Desember 2018
Yulianti. (2015). Pemberian Tirah Baring Terhadap Skor Dekubitus Pada Asuhan
Keperawatan Ny. S Dengan Stroke Non Hemoragik Dengan Hemiparesis
Di Ruang Anggrek II Dr. Moewardi Surakarta. Karya Tulis Ilmiah 2015:
Stikes Kusuma Husada.