Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

M DENGAN STROKE
HEMORAGIK
DI RUANG ICU RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA PUSAT

Tanggal masuk : 12 April 2015


Tanggal Pengkajian : 12 April 2015
Waktu : 20:00 WIB
Ruang              : ICU

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Pasien            
Nama : Tm M
Umur : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : TNI
Suku/ Bangsa : Betawi
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jln. Pulau Gadung RT 01/07 Jakarta timur
Tanggal masuk RS : 11 April 2015
No. RM  : 40-38-30
Diagnosa Medis : Stroke Hemoragik

b. Identitas Penanggung jawab


Nama : Ny.N
Umur : 49 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jln. Pulau Gadung RT 01/07 Jakarta timur
Hubungan dengan pasien : Istri

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Penurunan Tingkat Kesadaran
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluarga klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit, klien
mengeluh demam. Kemudian oleh keluarga di bawah berobat dan
dikaitkan infeksi saluran kemiih. 2 jam kemudian klien tidak sadarkan
diri tidak bisa dibangunkan. Kemudian oleh keluarga langsung dibawa
ke RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat pada tanggal 11 April 2015,
pukul 09.30 WIB. Di IGD diperiksa K/u: Coma, GCS 4, E1 M2 V1.
Hemodinamik Labil TD: 140/900 mmHg, HT: 160x/mnt, S = 38,50C,
RR 38x/menit, SpO2 99%. Kemudian Klien dipindah ke ruang ICU
pada tanggal 12 april 2015, pukul 19.00 WIB.
c. Riwayat Penyakit dahulu
Keluarga klien mengatakan, klien mempunyai riwayat hipertensi
1 tahun yang lalu, 2 hari yang lalu klien berobat ke dd infeksi saluran
kemih. 2 jam kemudian klien mengalami penurunan kesadaran, tidak
bisa dibangunkan dan dalam kondisi ngorok, tidak ada nyeri kepala,
muntah maupun kejang.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien mengatakan, dalam keluarga tidak ada yang
mengalami penyakit seperti klien.
e. Riwayat Alergi
Klien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap obat maupun
makanan
3. Pengkajian Primer
Airway : Klien tampak tidak sadar, Tidak terdapat sumbatan
jalan nafas, klien tidak terlihat sesak
Breathing : Frekuensi napas 24x/menit, tidak terdapat pernafasan
cuping hidung, pengembangan dada kanan dan kiri
simetris, tidak menggunakan otot bantu pernafasan
Pasien berbaring dengan posisi semi fowler dengan
terapi O2 5 liter per nasal kanul saturasi oksigen 80%
Sirkulasi : Nadi 86 x/menit, irama teratur, denyutan lemah.
Tekanan darah 90/60 mmHg, ekstremitas hangat,
warna kulit tidak ada tanda sianosis, tidak ada nyeri
dada, capilarry refil time < 3 detik, turgor kulit baik <
3 detik, mukosa mulut kering
Disability : Tingkat kesadaraan somnolen, GCS E(2) V(3) M(5).
pupil isokor Ø 3 mm, reflek cahaya +/+. Kekuatan
otot atas 3 dan 5 sedangkan ekstremitas bawah 2
dan 5.
Exposure : Tidak terdapat luka atau trauma pada tubuh pasien
Foley Cateter : Terpasang cateter
Gastic Tube : Terpasang NGT
Hearth : Terpasang elektroda 5 line
Monitor

4. Pengkajian Sekunder
Pemeriksaan TTV
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : Samnolen, GCS : E2 M5 V3, pupil isokor Ø 3
mm, reflek cahaya +/+
TTV : TD : 184/100 mmHg, Nadi : 85x/mnt, S : 37.2 oC
RR : 24x/menit
Status gizi: BB sebelum sakit : 55kg
BB selama sakit : 52 kg
TB : 155 c
Hb = 14.5 g/dl
Lekosit = 8.72 10^3/ul
Trombosit = 273 10^3/ul
Diit Cair/sonde RG

Pengkajian Fisik ( Head to toe )


Kepala : Bentuk kepala mesochepal, bersih, tidak ada luka,
rambut belum beruban
Wajah : Bentuk mata simetris, sclera tidak ikterik, konjungtiva
tidak pucat. Hidung bersih, tidak ada pernafasan cuping
hidung, tidak ada pembengkakan septum nasal simetri,
terpasang NGT, dan terpasang kanul oksigen 5
liter/menit. Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis,
gigi terlihat kurang, lidah kotor, telinga simetris, bersih
tidak ada serumen berlebih dan tidak ada keluaran.
Leher : Bersih, tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan
pembesaran vena jugularis
Thorax : Bentuk dada simetris, terpasang elektroda 5 line,Pasien
tampak sesak, frekuensi napas 24 x/menit, tidak ada
suara jantung tambahan
Abdomen : Bersih, tidak ada luka, bising usus 8 x/menit
Ekstremitas : Teraba hangat, warna kulit tidak ada tanda sianosis,
capilarry refil time < 3 detik, turgor kulit baik < 3 detik.
erpasang infus RL 20 tpm dengan menggunakan alat
infus pump pada tangan kanan klien, sedangkan tangan
kiri klien terpasang mancet TD. Tidak ditemukan
adanya fraktur ataupun kerusakan jaringan, tidak
terdapat edema, tidak ada vulnus maupun luka bakar,
kekuatan otot ekstremitas atas 3 dan 5 sedangkan
kekuatan otot ekstremitas bawah 2 dan 5.
Genetalia : Klien mengatakan tidak ada keluhan

5. Pengkajian Kebutuhan Dasar Manusia


a. Kebutuhan Nutrisi
Keluarga mengatakan selama di rumah sebelum sakit klien
makan 3 x sehari, satu porsi habis. Selam sakit klien makan dan
minum lewat selang NGT, sehari 3 x 150 cc susu/cair.
b. Pola Eliminasi
Keluarga mengatakan, selama dirawat di rumah sakit klien BAK
lewat DC, warna urine kuning jernih, urine 700 cc, klien belum BAB.
c. Kebutuhan Istirahat Tidur
Keluarga mengatakan klien di rumah tidak memiliki gangguan
tidur, ketika dirawat di Rumah Sakit klien banyak tidur
d. Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman dan Biopsikossosio dan
Spiritual Pasien
Keluarga klien mengatakan, klien tinggal dengan anaknya yang
nomer 2, keluarga mengatakan lingkungan rumahnya bersih, rapih,
setiap pagi dan sore dibersihkan, ada WC dan kamar mandi, sumber
air dari PAM. Keluarga mengatakan, klien adalah seorang ibu 2 orang
anak dan nenek dari 2 orang cucu. Dalam keluarga, hubungan dan
interaksi berjalan dengan baik. Klien juga berhubungan baik dengan
lingkungan sekitarnya. Kebiasaan menjalankan ibadah Keluarga
mengatakan, klien biasa menjalankan ibadah sholat 5 waktu di
mushola, selama dirawat klien tidak menjalankan sholat. Keluarga
mengatakan, jika ada masalah klien mengatasinya dengan berbicara
denga anak-anaknya dan suami.
e. Tingkat Ketergantungan
ADL (makan/minum, toileting, personal hygiene) dibantu
keluarga dan perawat. Dalam indeks Katz, pasien masuk kedalam
katergori G
f. Kebutuhan Personal Hygiene
Tidak Terkaji

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Px Laboratorium hari ke - 1
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
CBC
Lekosit 10.72 10^3/ul 4.50 – 11.00
Eritrosit H 5.15 10^6/ul 4.50 – 5.30
Hemoglobin 14.5 g/dl 14.0 – 18.0
Hematokrit 44.1 % 37.0 – 49.0
MCV 85.6 fL 78.0 – 98.0
MCH 29.9 pg 25.0 – 35.0
MCHC 34.9 g/dl 31.0 – 37.0
Trombosit 261 10^3/ul 150 – 450
RDW-SD 42 Fl 37 – 54
RDW-CV 13.5 % 11 – 16

Diff Count H 77.6 % 42 – 74


Neutrofil L 16.9 % 17 – 45
Limfosit 4.5 % 2.0 – 8.0
Monosit 0.7 % 0.0 – 5.0
Eosinofil 0.3 % 0–1
Basofil 1.83 10^3/ul 0.90 – 5. 20
Limfosit Absolut

LED
LED 1 Jam H 30.0 mm/jam < 10
LED 2 Jam H 45.0 mm/2 jam < 20

KIMIA KLINIK
Glukosa sewaktu H 147 mg/dl 70 – 140
Ureum 28.0 mg/dl 10.0 – 50.0
Creatini H 0.96 mg/dl 0.50 – 0.90

Px. Laboratorium hari ke – 2


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
SERO IMUNOLOGI
Anti TB Negatif Negatif
Anti HBs Negatif Negatif
HBs Ag Negatif Negatif

Px. Laboratorium hari ke - 3


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
ELEKTROLIT
Calcium serum 10.0 mg/dl 8.80 – 10.20
Natrium 147.0 mmol/l 135.0 – 155.0
Kalium 3.8 mmol/l 3.6 – 55
Chlorida H 110.0 mmol/l 95.0 – 108.0

7. Pengobatan
Obat Dosis Rute
RL 20 tpm IV
Ceftriaxon 1 x 2 gr/IV IV
Ranitidine 2 x 50 gr/IV IV
Pantoprazole 1 x 1 gr IV
Infus Paramol 4 x 500 mg/IV IV
Amlodipin 1 x 10 mg Oral
Candesartan 1 x 16 mg Oral

B. Analisa Data
Data Etiologi Problem
DS : Pencetus Ketidakefektifan
- perfusi jaringan
DO : Hipertensi
- Kesdaran samnolen
- GCS : E2 M5 V3 Kerusakan vaskuler
- Pupil isokor Ø 3 mm pembuluh darah
- Reflek cahaya +/+
- Terpasang kanul Perubahan struktur
oksigen pada hidung 5
liter/menit Penyumbatan
- Tidak terdapat pembuluh darah
sumbatan jalan nafas
- RR : 24x/menit Vasokontriksi
- Suhu : 37,2oC
- Akral teraba hangat Gangguan sirkulasi
otak

Suplai O2 ke otak
menurun

Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan
DS : Pencetus Resiko
- ketidakseimbangan
DO : Hipertensi nutrisi kurang dari
- Klien makan dan minu kebutuhan tubuh
lewat NGT Penyumbatan
- Sehari makan 3 x 150 pembuluh darah otak
cc susu cair
- Terpasang NGTpada Suplai O2 ke otak ↓
hidung
- Konjungtiva ananemis Iskemik jaringan pada
- Bising usus 8x/menit otak
- BB sebelum sakit : 55
kg Hipoksia
- BB selama sakit : 52
kg Stroke non hemoragik
- TB : 152cm
- HB : 14,5g/dl Iskemik pada arteri
- Terpasang infus RL serebral medial
20tpm/menit pada
tangan kanan Gangguan gustatory
area

Disfalgia

Resiko
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
DS : Pencetus Resiko injuri
-
DO : Hipertensi
- Keadaan umum lemah
- Kesadaran samnolen Penyumbatan
- GCS : E2 M5 V3 pembuluh darah otak
- Pupil isokor Ø 3 mm
- Reflek cahaya +/+ Suplai O2 ke otak ↓
- Terpasang kanul
oksigen pada hidung 5 Iskemik jaringan pada
liter/menit otak
- Terpasang DC
- Nilai katz indeks G Syok neurologic

Metabolisme anaerob ↑
Penumpukan asam
laktat

Resiko injuri

C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jariingan serebral b.d gangguan pertukaran
ditandai dengan penurunan kesadaran
2. Resiko ketidakseimbangan nutrisi b.d factor biologis penurunan kesadaran
3. Resiko injuri b.d penurunan kesadaran
D. Intervensi Keperawatan
No Perencanaan
Diagnosa Keperawatan
. Tujuan Intervensi Rasional
1. Ketidakefektifan perfusi Tupan : 1. Monitor kesadaran klien 1. Untuk menentukan
jariingan serebral b.d Setelah dilakukan 2. Monitor tanda – tanda intervensi selanjutnya
gangguan pertukaran tindakan keperawatan vital klien 2. Untuk mempertahankan
ditandai dengan selama 3 x 24 jam 3. Monitor Gerakan pupil, TTV klien
penurunan kesadaran diharapkan perfusi kesimetrisan pupil dan 3. Untuk memantau
jaringan klien kembali reaksi pupil kesadaran klien
efektif. 4. Beri posisi headup 30o 4. Untuk meningkatkan
Tupen : aliran darah dan
Setelah dilakukan mencegah lidah jatuh
tindakan keperawatan kebelakang
selama 1 x 24 jam
diharapkan erfusi
jaringan klien kembali
efektif, dengan kriteria
hasil :.
1. Perfusi jaringan
serebral terpenuhi
dengan tanda
kesadaran klien
meningkat
2. Tanda – tanda vital
dalam batas normal
2. Ketidakseimbangan Tupan : 1. Monitor TTV 1. Untuk menentukan
nutrisi b.d factor biologis Setelah dilakukan 2. Kolaborasi dengan ahli intervensi selanjutnya
penurunan kesadaran tindakan keperawatan gizi terkait kebutuhan 2. Untuk memilah
selama 3 x 24 jam nutrisi kebutuhan nutrisi klien
diharapkan pola 3. Monitor intake output 3. Untuk melihat status
kebutuhan nutrisi cairan cairan klien
klien terpenuhi. 4. Berikan makanan lewat 4. Untuk memnuhi
Tupen : NGT kebutuhan nutrisi klien
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1 x 24 jam
diharapkan nutrisi
kebutuhan klien
terpenuhi, dengan
kriteria Hasil :
1.Klien mengonsusmi
nutrisi yang adekuat
3. Resiko injuri b.d Tupan : 1. Berikan posisi yang 1. Untuk membuat klien
penurunan kesadaran Setelah dilakukan aman bagi klien nyaman
tindakan keperawatan 2. Beri pengamanan tempat 2. Untuk mencegah resiko
selama 3 x 24 jam tidur cedera pada klien
masalah keselamatan 3. Periksa sirkulasi periper 3. Untuk mempertahan dan
injuri teratasi dan status neurologi meningkatkan status
Tupen : 4. Monitor integritas kulit kesadaran klien
Setelah dilakukan 5. Pindah posisi setiap 2 4. Untuk memantau apakah
tindakan keperawatan jam sekali ada tanda – tanda cedera
selama 1 x 24 jam decubitus
terjadi peningkatan 5. Untuk mencegah luka
keselamatan injuri, dekubitus
dengan kriteria hasil :
1. Klien bebas dari
cedera dan bebas
dari pencegahan
cedera

E. Implementasi dan Evaluasi


No Diagnosa Keperawatan Waktu Implementasi Evaluasi
1. Ketidakefektifan perfusi 11.00 WIB 1. Memonitor kesadaran klien S:-
jariingan serebral b.d 11.05 WIB 2. Memonitor tanda – tanda vital O : - Kesadaran umum lemah
gangguan pertukaran klien - GCS E2 M5 V3
ditandai dengan 11.10 WIB 3. Monitor Gerakan pupil, - Pupil isokor Ø 3 mm
penurunan kesadaran kesimetrisan pupil dan reaksi - Reflek cahaya +/+
pupil - TD : 170/90mmHg
11.20 WIB 4. Memberi posisi head up 30o - RR : 24x/menit
11.30WIB 5. Kolaborasi obat – obatan untuk - S : 37,8oC
mempertahankan status dinamik - Obat, masuk lewat NGT
dan IV
A : Masalah Ketidakefektifan
perfusi jaringan (serebral)
belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
2. Ketidakseimbangan 11.40 WIB 1. Monitor TTV S:-
nutrisi b.d factor 11.45 WIB 2. Kolaborasi dengan ahli gizi O : - Makanan habis 1 porsi
biologis penurunan terkait kebutuhan nutrisi (150cc)
kesadaran 11.55 WIB 3. Monitor intake output cairan - Diit cair/sonde RG
12.05 WIB 4. Berikan makanan lewat NGT - Terpasang infus RL
12.15 WIB 5. Kolaborasi dengan dokter untuk 20tetes/menit
pemberian obat A : Masalah Resiko
ketidakseimbangan nutrisi
belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
3. Resiko injuri b.d 12.20 WIB 1. Berikan posisi yang aman bagi S:-
penurunan kesadaran klien O : - Klien tidur telentang
12.30 WIB 2. Beri pengamanan tempat tidur - Akral teraba hangat
12.40 WIB 3. Periksa sirkulasi periper dan - Tidak ada tanda – tanda
status neurologi decubitus
12.50 WIB 4. Monitor integritas kulit - Tangan kiri terpasang
13.00 WIB 5. Pengaturan posisi setiap 2 jam mancet
sekali - Terpasang pengaman dikiri
dan kanan klien
A : Masalah Resiko injuri belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

Catatan Perkembangan 8 Agustus 2020


No Waktu Diagnosa Evaluasi TTD
1. 09:00 WIB Ketidakefektifan perfusi jariingan S : -
serebral b.d gangguan pertukaran O : - keadaan umum lemah
ditandai dengan penurunan - Kesadaran samnolen
kesadaran - GCS E2 M5 V3
- Pupil isokor Ø 3 mm
- Reflek cahaya +/+
- TD : 162/89mmHg
- N : 74x/menit
- RR : 24x/menit
- S : 37,6oC
- Obat masuk lewat NGT dan IV
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I : Kaji TTV, kaji kesadana klien dan kolaborasi
obat farmakologi
E : Kesadaran klien masih samnolen
2. 09:20 WIB Ketidakseimbangan nutrisi b.d S : -
factor biologis penurunan O : - Makanan habis 1 porsi (150cc)
kesadaran - Diit cair/sonde RG
- Terpasang infus RL 20tetes/menit
menggunakan infus pump pada tangan kiri
- Tidak ada tanda – tanda plebitis
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I : Monitor intake nutrisi klien
E : klien habis makan 1 porsi (150cc)
3. 10:40 WIB Resiko injuri b.d penurunan S:-
kesadaran O : - Klien tidur telentang
- Akral teraba hangat
- Tidak ada tanda – tanda decubitus
- Tangan kiri terpasang mancet
- Terpasang pengaman dikiri dan kanan klien
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I : Monitor integritas kulit
E : Tidak ada tanda – tanda decubitus

Catatan Perkembangan 9 Agustus 2020


No
Waktu Diagnosa Keperawatan Evaluasi TTD
.
1. 08.00 WIB Ketidakefektifan perfusi jariingan S : -
serebral b.d gangguan pertukaran O : - Keadaan umum lemah
ditandai dengan penurunan - Kesadaran samnolen
kesadaran - GCS E2 M5 V3
- Pupil isokor Ø 3 mm
- Reflek cahaya +/+
- TD : 156/84mmHg
- N : 69x/menit
- RR : 20x/menit
- S : 37,8oC
- Obat masuk lewat NGT dan IV
- terpasang nasal kanul 5liter
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I : Kaji TTV, kaji kesadana klien dan kolaborasi
obat farmakologi
E : Kesadaran klien masih samnolen
2. 08.20 WIB Ketidakseimbangan nutrisi b.d S : -
factor biologis penurunan O : - Makanan habis 1 porsi (150cc)
kesadaran - Diit cair/sonde RG
- Terpasang infus RL 20tetes/menit
menggunakan infus pump pada tangan kiri
- Tidak ada tanda – tanda plebitis
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I : Monitor intake nutrisi klien
E : klien habis makan 1 porsi (150cc)
3. 08.40 WIB Resiko injuri b.d penurunan S:-
kesadaran O : - Klien tidur telentang
- Akral teraba hangat
- Tidak ada tanda – tanda decubitus
- Tangan kiri terpasang mancet
- Terpasang pengaman dikiri dan kanan
klien
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I : Monitor integritas kulit
E : Tidak ada tanda – tanda decubitus
B. Pembahasan
Hipertensi merupakan kondisi yang kompleks. Kondisi ini berupa
peningkatan menetap tekanan darah yang penyebabnya tidak diketahui
(hipertensi primer) maupun yang penyebabnya berhubungan dengan penyakit
lain (hipertensi sekunder) (Arshinta, dkk 2018). Hipertensi memiliki efek
besar pada struktur pembuluh darah otak (Fahzaneh 2016). Hipertensi jika
tidak ditangani segera dapat menyebabkan kerusakan pada organ lainnya, hal
yang paling buruk yaitu dapat terjadi penurunan kesadaran. Seperti masalah
yang ditemukan pada pasien kasus Hipertensi diatas antara lain :
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral
Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral merupakan salah satu
masalah yang sering dijumpai pada kondisi samnolen atau penurunan
kesadaran, yang adapt menyebabkan diskrasis darah sehingga terjadi
trhombus mengakibatkan embolus otak terjadi penyumbatan pembuluh
darah otak (Pargalutan, 2019). Oleh karena itu diperlukan intervensi
pengaturan posisi head up 30o yang menurut Pargalutan (2019) dapat
mefasilitasi peningkatan aliran darah ke serebral dan memaksimalkan
oksigenasi jaringan serebral. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui pemenuhan kebutuhan perfusi jaringan serebral secara optimal
dan mengukur hasil proses keperawatan. Hal ini diperkuat juga dengan
penelitian Gempitasari & Betriana (2019) yang jika posisi kepada head up
30o selama 3 hari menunjukkan terjadinya peningkatan saturasi oksigen
setelah intervensi dilaksanakan.
Dari penelitian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa
pengaturan posisi head up 30o digunakan dalam intervensi atau
penatalaksanaan pada pasien dengan ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral dapat meningkatkan aliran darah ke serebral dan dapat
meningkatkan saturasi oksigen.
2. Resiko Ketidakseimbangan Nutrisi
Hampir semua pasien kritis mengalami ketidakmampuan makan
atau karena penurunan kesadaran. Pasien yang tidak dapat makan atau
tidak boleh makan harus tetap mendapat masukan nutrisi melalui cara
enteral dengan selang nasogastictube atau disebut NGT (Setianingsih &
Anna, 2016). NGT adalah pemasangan selang dari rongga hidung sampai
ke lambung, tujuannya untuk pemenuhan nutrisi makanan cair dan juga
memasukkan obat – obatan yang sudah dihaluskan atau cair.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ariani dalam Leman &
Magdalena (2019) pemasangan NGT dapat berfungsi untuk memberikan
makanan dan minuman pada penderita sasaran langsung pada organ
pencernaan. Dampak tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi maka kondisi
klien akan semakin memburuk, klien akan mengalami penurunan berat
badan dan akan melemahnya otot – otot dan juga energi yang dimiliki
penderita akan menurun sehingga meningkatknya resiko kematian pada
klien (Hernanta, 2013). Hal ini diperkuat juga oleh penelitian Nurmalia
(2019) bentuk makanan yang diberikan adalah dalam bentuk cair jernih
yang diberikan secara NGT dalam porsi kecil tiap 2 – 3 jam atau
disesuaikan dengan keadaan pasien dapat meningkatkan status kebutuhan
nutrisi pasien.
Dari penelitian diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa
intervensi atau penatalaksanaan pemberian nutrisi dan obat lewat NGT
dapat meningkatkan resiko nutrisi pada klien dengan penurunan
kesadaran.

3. Resiko Injury
Pada pasien penurunan kesadaran sering kali pasien mengalami
resiko injury terutama pada punggung atau pada area yang tertekan terlalu
lama jika posisinya tidak dipindahkan. Oleh karena itu untuk mencapai
keselamatan pasien diperlukan intervensi yang dapat mengurangi resiko
injuri tersebut, salah satunya pengaturan posisi pasien setiap 2 jam sekali
untuk mencegah luka decubitus pada pasien. Teknik memindahkan posisi
klien estian 2 jam sekali dan meninggikan kepada 30o untuk mencegah
gesekan dan mencegah resiko kerusakan integritas kulit. Sejalan dengan
Sjaefoellah dalam Hernanta (2013) menyatakan salah satu komplikasi
penurunan kesadaran dan penyakit stroke dalah terjadi luka decubitus, oleh
karena itu posisi klien harus berpindah setiap 2 jam sekali. Yulianti (2017)
juga mengatakan pemberian mobilisasi / alih baring 2 jam sekali pada
pasien stroke terbukti efektif falam upaya mencegah terjadinya kemerahan
pada sacrum dan punggung atau area tertekan yang beresiko terjadi luka
decubitus.
Dari penelitian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa tindakan
pengaturan posisi setiap 2 jam sekali pada pasien penurunan kesadaran
sangat efektif dalam mencegah luka decubitus.
DAFTAR PUSTAKA

Arshinta, Lasta, Ivo., Ariandi, Sholehuddin. (2018). Hubungan Antara Hipertensi


Dengan Penurunan Fungsi Kognitif Di Puskesmas Samalantan,
Kalimantan Barat.Callosum Neurology, Volume 1, Nomor 2:39-44, 2018
ISSN 2614-0276 | E-ISSN 2614-0284.
Fahrneh A, Sorond. (2016). Does Hypertenstion affect cerebral blood-flow auto
regulation. Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan vol 2 No 1.

Gempitasari, Filya E & Bertiana, Feni. (2019). Implementasi Evidance Based


Nursing pada Pasien dengan Stroke Non-Hemoragik : Studi Kasus. Jurnal
Endurance : Kajian Ilmiah Promblema Kesehatan. E-ISSN - 2477 - 6521.
Vol 4(3) Oktober 2019 _601 - 607).

Hernanta, Iyan (2013). Ilmu kedokteran Lengkap Tentang Neurosanins.


Jogyakarta, D - Medika

Nurmalia, Annisa Anandya. (2019)` Perbedaan Persentase Kecukupan Asupan Zat


Gizi Pasien Stroke Non Hemoragig Rawat Inap Antara Pemberian
Makanan Cair dan Makanan Padat DI HCU ANggrek 2 RSUD Dr.
Moewadi.Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pargalutan, Mompang T., Khairan, Ade Irma & Simanjuntak, Novalia. (2019).
Studi Kasus Pemenuhan Kebutuhan Perfusi Jaringan Serebral Pasien
Stroke Haemoragik di Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan Tahun 2018.
pISSN : 2548 - 3943. Volune 1, Nomor 1 2019. http://jurnal.stikes-
sitihajar.ac.id/index.php/jhsp
Setianingsih & Anna, Anastasia (2016). Perbandingan enteral dan parenteral
nutrisi pada pasien kritis : A Literatur Review.

Widiayanti, Linda Nur (2018). Resiko Kerusakan Integritas Kulit Pada Klien
Stroke di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya. ISSN 1979 - 8091 Vol.
IX No. 3 Desember 2018
Yulianti. (2015). Pemberian Tirah Baring Terhadap Skor Dekubitus Pada Asuhan
Keperawatan Ny. S Dengan Stroke Non Hemoragik Dengan Hemiparesis
Di Ruang Anggrek II Dr. Moewardi Surakarta. Karya Tulis Ilmiah 2015:
Stikes Kusuma Husada.

Anda mungkin juga menyukai