Anda di halaman 1dari 55

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN

ANAK KECANDUAN GADGET MENGGUNAKAN


METODE FRIEDMAN

Dosen Pengampu:

Ns. Suratini , M.Kep., Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh:

1. Anita Candra P 9. Nur Khasanah


(201510201030) (201510201039)
2. Diyah H 10. Mita Kurnia R
(201510201032) (201510201040)
3. Prillia D 11. Herni Wulandari
(201510201033) (201510201041)
4. Nisma S 12. Tita Irchamna R
(201510201034) (201510201042)
5. Nia Rizki N 13. Mustika Nur R
(201510201035) (201510201043)
6. Aninda Rizki A 14. Anjas Wildan
(201510201036) (201510201076)
7. Alifia Prisna R 15. Rachmat Dwi C
(201510201037) (201510201077)
8. Shifa Nurani A 16. Dendi Anjasmara
(201510201038) (201510201078)
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan


segala rahmat, hidayah dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Asuhan Keperawatan ini. Penulis menyusun ini guna melengkapi tugas
dan memenuhi tugas Keperawatan Keluarga dengan judul “Asuhan Keperawatan
Keluarga Dengan Anak Kecanduan Gadget”.
Penyusunan ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari beberapa
pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Ibu Warsiti, S.Kp., M. Kep., Mat., selaku Rektor Universitas `Aisyiyah
Yogyakarta yang telah memberikan dukungan dan semangat.
2. Ibu Ns. Suratini., M.Kep.S.Kep.Kom selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta yang telah
memberikan dukungan dan semangat.
3. Ibu Ns. Suratini., M.Kep.S.Kep.Kom selaku Dosen Pengampu Mata
Kuliah Keperawatan Keluarga I Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
4. Segenap dosen-dosen pengajar di Prodi Keperawatan S1 Fakultas
Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta yang telah memberikan
dukungan dan semangat tiada henti.
5. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan moral, material,
dan kasih sayang serta dorongan tiada henti.
6. Teman-teman di angkatan tahun 2015 Prodi Keperawatan S1 Fakultas
Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
7. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dan tidak dapat
penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis mengharapkan Asuhan Keperawatan ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala saran dan kritik atas
kekurangan ini masih akan sangat membantu. Akhir kata saya selaku penulis
mengucapkan terimakasih.

Yogyakarta, April 2018

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 6
C. Tujuan....................................................................................................... 6
D. Manfaat .................................................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Gadget..................................................................................... 7
B. Daya Kembang Otak Pada Usia Anak ...................................................... 7
C. Bahaya Radiasi Gadget Terhadap Daya Kembang Anak ......................... 10
D. Pengaruh Gadget Terhadap Perkembangan Anak..................................... 14
E. Sikap Orang Tua/Keluarga kepada Anak Mengenai Gadget Saat ini ...... 18
F. Dampak Penggunaan Gadget pada Anak ................................................. 21
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Kasus ........................................................................................................ 24
B. Pengkajian ................................................................................................ 24
C. Analisa Data ............................................................................................. 34
D. Prioritas Masalah Kesehatan..................................................................... 35
E. Diagnosa Keperawatan yang Muncul Berdasarkan Prioritas ................... 37
F. Rencana Keperawatan Keluarga ............................................................... 38
G. Implementasi dan Evaluasi ....................................................................... 42
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................................... 47
B. Saran ......................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 49
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan zaman di bidang ilmu teknologi pada abad ke 21 ini

semakin berkembang pesat. Berbagai macam penemuan dengan tujuan

mempermudah ruang gerak dan ruang lingkup manusia diciptakan satu

persatu setiap tahunnya. Ini membuktikan bahwa daya pikir masyarakat dan

juga pola perilaku manusia semakin maju dan berkembang dengan pesat.

Hampir setiap individu mulai dari anak-anak hingga orang tua kini memiliki

handphone atau smartphone. Tentu saja hal ini bukan hanya terjadi tanpa

alasan karena daya konsumsi dan kebutuhan masyarakat saat ini sudah sangat

jauh berbeda dibandingkan beberapa dekade ke belakang. Kini kebutuhan

akan komunikasi dan informasi menjadi hal yang paling penting bagi semua

kalangan masyarakat, di tambah dengan mudahnya mengakses berbagai

macam fitur yang ditawarkan dari penyedia jasa layanan dari produsen

smartphone itu sendiri dan berbagai provider pendukung.

Gadget memiliki fitur menarik yang ditawarkan dan seringkali

membuat anak-anak cepat akrab dengannya. Namun penggunaan gadget

secara continue akan berdampak buruk bagi pola perilaku anak dalam

kesehariannya, anak-anak yang cenderung terus-menerus menggunakan

gadget akan sangat tergantung dan menjadi kegiatan yang harus dan rutin

dilakukan oleh anak dalam aktifitas sehari-hari, tidak dipungkiri saat ini anak

lebih sering bermain gadget dari pada belajar dan berinteraksi dengan

1
lingkungan sekitarnya. Hal ini mengkhawatirkan, sebab pada masa anak-

anak mereka masih tidak stabil, memiliki rasa keingin tahuan yang sangat

tinggi, dan berpengaruh pada meningkatnya sifat konsumtif pada anak-anak

untuk itu penggunaan gadget pada anak-anak perlu mendapatkan perhatian

khusus bagi orang tua.

Salah satu faktor timbulnya gangguan ini adalah kehidupan di kota

besar di mana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu pesat

memberi tuntutan dan tekanan terhadap perkembangan dan pertumbuhan

anak dan remaja. Gadget merupakan salah satu hasil perkembangan teknologi

yang diciptakan dalam bentuk perangkat kecil yang penggunaannya semakin

meningkat. Jika dipandang dari harga, gadget bukanlah barang yang murah

sehingga hanya digunakan oleh orang-orang yang berkepentingan saja, tetapi

faktanya anak-anak mulai usia 3 tahun dan remaja pun sudah

menggunakannya. Dampak buruk gadget bagi anak usia dini dapat beresiko

seperti ketagihan/kecanduan. Artinya jika sudah kecanduan anak-anak akan

lupa waktu untuk makan, belajar, bermain dan aktifitas bermanfaat lainnya.

Anak- anak yg lupa makan berpengaruh terhadap kesehatannya karena

asupan nutrisi untuk menunjang pertumbuhannya terganggu. Selain itu resiko

perubahan mental juga bisa terjadi dan mengakibatkan anak tidak akan

mempunyai gairah lagi untuk bermain diluar dengan teman sebayanya.

Sehingga ia tidak mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik dengan

orang disekitarnya yang membuat dia menjadi tersisih dari teman sebayanya.

1
Di Indonesia, menurut salah satu pakar teknologi informasi dari

Institut Teknologi Bandung ITB, Dimitri Mahayana, sekitar 5-10 % gadget

mania atau pecandu gadget terbiasa menyentuh gadgetnya sebanyak 100-200

kali dalam sehari. Jika waktu efektif manusia beraktifitas 16 jamatau 960

menit sehari, dengan demikian orang yang kecanduan gadget akan

menyentuh perangkatnya itu 4,8 menit sekali. Demam perangkat ini

berlangsung sejak 2008, tepat ketika Facebook naik daun dan penetrasi

telefon seluler di negeri ini melewati angka 50 %. Kesibukan orang tua

merusak kelekatan hubungan orang tua anak, yang penting dalam

pengasuhan. Ini artinya ada masalah penggunaan gadget yang berlebihan dan

telah mengurangi waktu produktif, baik untuk bekerja atau untuk belajar. bila

di tahun 2012 hanya 27 % anak di usia balita yang menggunakan gadget, di

tahun 2014, jumlahnya meningkat hingga 73 %. Dan 29 % di antaranya,

sudah memiliki tablet pribadi pemberian orang tua.

Hasil penelitian dari Maulida tentang pengaruh penggunaan gadget

pada anak, menggambarkan bahwa penggunaan gadget dapat menyebabkan

kesenjangan sosial dalam bermasyarakat. Menurut hasil observasi yang

dilakukan kepada beberapa keluarga di salah satu daerah di Yogyakarta pada

tahun 2013, menunjukan sejak menggunakan gadget, ketika di rumah anak

menjadi susah diajak berkomunikasi, tidak peduli dan kurang berespon pada

saat orang tua mengajaknya berbicara. Pada usia tujuh tahun, anak-anak akan

menghabiskan total waktu untuk menonton layar gadget sekitar satu tahun.

Remaja saat ini menghabiskan enam jam sehari untuk memainkan ponsel

pintar mereka. Anak-anak yang saat ini berusia 10 tahun, rata-rata melihat

1
layar berbeda dari gadget mereka di rumah dan bahkan menonton dua atau

lebih layar pada saat yang sama. Remaja akhirnya akan tumbuh menjadi

pecandu komputer, televisi, dan ponsel pintar. Hal tersebut tidak berbeda

dengan mereka yang kecanduan alkohol. Paparan layar gadget dapat

menginduksi pelepasan hormon dopamine yang berperan penting dalam

pembentukan sifat ketergantungan atau kecanduan.

Armayanti (2013) mengatakan bahwa hubungan antara penggunaan

gadget terhadap empati yaitu salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan

sosial budaya adalah penemuan-penemuan ide baru, tekhnologi baru yang

terjadi didalam masyarakat. Hal ini tidak hanya membawa dampak positif

namun membawa dampak negatif bagi kehidupan manusia diantaranya adalah

mengurangi sifat sosial manusia karena cenderung lebih suka berhubungan

melalui internet daripada bertemu secara langsung dan juga mengakibatkan

kecanduan. Gadget menurut Griffiths (Essau,2008) menyatakan bahwa

kecanduan merupakan aspek perilaku yang kompulsif, adanya

ketergantungan, dan kurangnya kontrol. Kata kecanduan (adiksi) biasanya

digunakan dalam konteks klinis dan diperhalus dengan perilaku berlebihan

(excessive). Konsep kecanduan dapat diterapkan pada perilaku secara luas,

termasuk kecanduan teknologi komunikasi informasi (ICT) (Yuwanto, 2010).

Aspek-aspek kecanduan gadget menurut Young (1999) adalah : merasa sibuk

dengan gadgetnya, merasa membutuhkan menggunakan internet dengan

meningkatkan jumlah waktu untuk mencapai kepuasan, berulang kali

melakukan upaya untuk mengontrol, mengurangi, atau menghentikan

penggunaan gadget namun selalu gagal, merasa gelisah, murung, depresi,

1
atau marah ketika mencoba untuk mengurangi atau menghentikan

penggunaan gadget, bermain gadget lebih lama daripada yang direncanakan.

Pada umumnya, anak-anak sangat menikmati keasikan dalam

menggunakan smartphone dalam kegiatan mereka sehari-hari baik itu di

rumah, lingkungan sekolah dan juga lingkungan bermain anak, sehingga

sebagian anak cenderung merasa asik menikmati sajian game dari sebuah

gadget yang dimiliki dibandingkan bermain dengan teman sebayanya di

lingkungan rumah. Bahkan anak-anak lebih asik dengan gadget daripada

mendengarkan perintah orangtua. Selain itu seringkali ada yang marah jika

diperintah oleh orangtua. Itulah salah satu bentuk kecanduan anak-anak

terhadap gadget yang dimiliki. Lebih mementingkan benda mati daripada

dunia nyatanya. Kadang anak disuruh makan, diminta untuk mandi, tidur dan

lainnya tidak mau. Anak-anak mementingkan bermain gadget daripada

melakukan rutinitas yang mesti dilakukan setiap hari. Lebih parahnya lagi

jika sudah asik dengan gadget yang ada di tangan, anak-anak sering tidak

menengok kanan kiri atau memperdulikan siapa orang yang ada di sekitarnya.

Bahkan untuk menyapa orang yang lebih tua saja enggan. Itu akibat

penggunaan gadget yang berlebihan. Hal itu membuat perkembangan sosial

anak tidak normal. Ia bisa menjadi anak yang antisosial. Manusia tidak dapat

menolak kemajuan teknologi yang menjadi bagian tak terpisahakan dalam

sebuah peradaban.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan gadget ?

2. Mengapa anak kecanduan memakai gadget?

3. Bagaimana pengaruh gadget terhadap perkembangan anak?

4. Penyalahgunaan apa saja yang dilakukan anak terhadap gadget?

5. Bagaimana sikap orang tua terhadap anak mengenai kecanduan

gadget?

6. Apa dampak penggunaan gadget pada anak?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui menyebab kecanduan gadget pada anak

2. Untuk mengetahui pengaruh gadget terhadap perkembangan anak

3. Untuk mengetahui peran orangtua dalam menanggulangi kecanduan

gadget pada anak

D. Manfaat

1. Untuk menambah ilmu dan wawasan bagi orangtua dalam

menghadapi anak yang kecanduan gadget

2. Untuk memberikan informasi-informasi mengenai seberapa besar

pengaruh gadget terhadap perkembangan anak

1
1
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Gadget

Ma’ruf(2015), gadget adalah sebuah benda (alat atau barang

elektronik) teknologi kecil yang memiliki fungsi khusus, tetapi sering

diasosiasikan sebagai sebuah inovasi atau barang baru. Gadget selalu

diartikan lebih tidak biasa atau didesain secara lebih pintar dibandingkan

dengan teknologi normal pada masa penemuannya. Gadget merupakan

salah satu teknologi yang sangat berperan pada era globalisasi ini.

B. Daya Kembang Otak pada Usia Anak

Masa balita adalah masa emas dalam rentang perkembangan

seorang individu. Pada masa ini, pertumbuhan fisik, perkembangan

kecerdasan, keterampilan motorik dan sosial emosi berjalan dengan pesat.

Balita merupakan individu yang berumur 0-5 tahun, dengan tingkat

plastisitas otak yang masih sangat tinggi sehingga akan lebih terbuka

untuk proses pembelajaran dan pengayaan.

Masa balita merupakan masa yang sangat penting bagi proses

kehidupan manusia. Pada masa ini merupakan masa kritis yang akan

menentukan hasil proses tumbuh kembang anak selanjutnya. akan

berpengaruh besar terhadap keberhasilan anak dalam proses tumbuh

kembang selanjutnya. Balita terbagi menjadi dua golongan yaitu:

7
8

1. Balita dengan usia satu sampai tiga tahun dan balita dengan usia

tiga sampai lima tahun.

2. Pada balita kebutuhan akan aktivitas hariannya seperti dari

makan, buang air besar maupun buang air kecil dan kebersihan

dirinya masih tergantung penuh terhadap orang lain.

Perkembangan anak adalah semua perubahan yang terjadi pada

anak. Meliputi perkembangan fisik maupun psikologisnya. Pada masa ini

terjadi tumbuh kembang yang pesat dan proses pematangan berlangsung

secara terus menerus, terutama fungsi sistem saraf yang terjadi dalam usia

anak infancy di usia 0 – 12 bulan. Perlu dilakukan stimulasi yang

memadai untuk merangsang otak balita sehingga perkembangan

kemampuan gerak, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian pada

balita berlangsung secara optimal sesuai dengan umur anak.

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu proses yang

pasti terjadi pada setiap makhluk hidup. Hal tersebut terjadi sangat cepat

pada masa balita, dan merupakan pertumbuhan dasar yang dapat

mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Masa ini berlangsung

pendek sehingga disebut sebagai masa kritis (critical period) atau masa

keemasan (golden period) yang sangat menentukan kualitas kehidupan

manusia di masa depan. Penyimpangan sekecil apapun pada masa ini

apabila tidak terdeteksi akan mengurangi kualitas sumber daya manusia di

kemudian hari.
9

Perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada

anak, dilihat dari berbagai aspek, antara lain aspek motorik, emosi,

kognitif, dan psikososial. Deteksi dini dapat dilakukan dengan menilai

pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik. Secara umum

perkembangan motorik dibagi menjadi dua yaitu motorik kasar dan

motorik halus. Motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motor yang

melibatkan pilan otot-otot besar. Gerakan seperti tengkurap, duduk,

merangkak, dan mengangkat leher, merupakan contoh motorik kasar.

Gerakan ini yang pertama terjadi pada tahun pertama usia anak. Motorik

halus merupakan aktivitas keterampilan yang melibatkan gerakan otot-

otot kecil seperti, menggambar, meronce manik, menulis, dan makan.

Kemampuan motorik halus ini berkembang setelah kemampuan motorik

kasar berkembang.

Perkembangan motorik merupakan salah satu dimensi dari

pekembangan yang mengontrol gerakan-gerakan tubuh dengan

melibatkan koordinasi antara susunan syaraf pusat dan otot.

Perkembangan motorik kasar melibatkan sebagian besar otot-otot dalam

tubuh untuk malakukan gerakan tubuh. Perkembangan motorik kasar

dipengaruhi oleh proses kematangan anak, sehingga laju perkembangan

seorang anak berbeda-beda.

Perkembangan motorik halus melibatkan anggota tubuh yang

dilakukan oleh otot-otot kecil dan perlu koordinasi yang cermat. Dengan

bertambahnya usia tampak perubahan dari gerakan kasar mengarah ke

gerakan yang halus yang memerlukan kecermatan dan kontrol otot-otot


10

yang lebih halus. Kegiatan yang berhubungan dengan fungsi motorik ini

melibatkan suatu mekanisme yang membutuhkan energi dan fisik yang

adekuat. Perkembangan motorik merupakan aspek perkembangan yang

penting karena berkaitan dan mendorong aspek perkembangan lain. Pada

masa balita kecepatan pertumbuhan mulai menurun sedangkan dalam

perkembangan motoriknya mengalami kemajuan.

Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan

motorik anak. Motorik merupakan pengendalian gerakan tubuh melalui

kegiatan yang terkordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinalcord.

Semakin matangnya perkembangan sistem saraf otak yang mengatur otot

memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik

anak.

Pada umumnya anak memiliki pertumbuhan dan perkembangan

yang normal , dan ini merupakan hasil interaksi banyak faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Faktor-faktor

tersebut dibagi dalam dua golongan, yaitu faktor internal (perbedaan

ras/etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin, genetik, kelainan

kromosom) dan faktor eksternal (faktor prenatal, faktor persalinan, pasca

natal).

C. Bahaya Radiasi Gadget terhadap Daya Kembang Anak

1. Anak berisiko tinggi

Anak-anak lebih rentan terhadap radiasi yang dipancarkan gadget,

karena:
11

a) Anak lebih banyak menyerap energi (dalam hal ini radiasi) daripada

orang dewasa karena memiliki ukuran kepala dan otak yang lebih

kecil, tulang tengkorak yang lebih tipis, telinga yang lebih elastis,

jumlah sel darah yang lebih sedikit, dan sel saraf yang sedang giat

bertumbuh.

b) Sel-sel pada anak tumbuh dan berkembang lebih cepat daripada

orang dewasa, sehingga sel tersebut rentan berubah menjadi kanker.

Jika demikian, penyebarannya akan lebih dahsyat.

c) Sistem kekebalan tubuh pada anak-anak belum sesempurna orang

dewasa, sehingga lebih lemah dalam menangkal gangguan akibat

penetrasi radiasi.

d) Dibanding orang dewasa, anak-anak zaman sekarang sudah terpapar

teknologi nirkabel sejak kecil sehingga waktu ‘bersentuhan’ dengan

radiasi lebih panjang.

Penelitian Gandhi dkk. memperlihatkan bahwa ketika radiasi dari

gadget memasuki kepala, orang dewasa menyerapnya sebanyak 25%,

anak usia 10 tahun sebanyak 50%, dan tertinggi pada anak usia 5 tahun,

yaitu 75%.  Oleh karenanya, risiko radiasi ini akan lebih besar pada

anak yang sudah ‘akrab’ dengan gadget di usia kurang dari 16 tahun.

2. Gangguan tidur

Jika anak susah tidur ataupun terlihat ngantuk walaupun jam

tidurnya cukup, coba cek durasi dan cara penggunaan gadgetnya apakah

berlebihan atau tidak. Penelitian neuropsikobiologi oleh Mann K dan


12

Roschke J pada 1996 membuktikan bahwa radiasi elektromagnetik dari

telepon genggam menyebabkan gangguan pada 4 fase tidur yang

seharusnya dilewati anak saat terlelap. Menggunakan headset yang

terkoneksi dengan gadget  selama tidur juga menyebabkan susah tidur,

sakit kepala, mudah bingung, dan depresi.

A. Gangguan penglihatan

Penggunaan mobile gadget terlalu sering pada anak juga dapat

menyebabkan kerusakan pada sistem penglihatan. Radiasinya

menginduksi rusaknya ikatan kromosom pada sel epitel pada kornea

mata dan meningkatkan suhu pada bagian dalam mata untuk

penggunaan gadget dalam waktu lama. Perubahan suhu tersebut dapat

meningkatkan risiko katarak dan menurunkan tingkat akurasi lensa

mata.

B. Gangguan belajar

The Russian National Committee in Non-Iionizing Radiation

Protection dengan tegas menyebutkan bahwa menggunakan telepon

harus dibatasi. Mereka menemukan bahwa jika tidak dilakukan hal

tersebut secara jangka pendek dapat menyebabkan gangguan ingatan,

penurunan kemampuan memperhatikan, serta menganggu kemampuan

belajar dan berpikir. Dan dalam jangka panjang menimbulkan bahaya

depresi serta kerusakan struktur saraf otak.

C. Risiko kanker

Banyak penelitian menyebutkan bahwa penggunaan berlebihan

akan gadget, khususnya telepon genggam, dapat menyebabkan


13

kanker. Penggunaan lebih dari 10 tahun secara konsisten lebih dari 20

menit per hari dapat meningkatkan risiko terkena kanker otak, yakni

glioma (kanker sel glial, yakni sel yang menyokong sistem saraf

pusat) dan acoustic neuroma (tumor jinak pada sel yang berhubungan

dengan pendengaran di otak).

Radiasi gelombang elektromagnetik dari gadget memang tak

terlihat, efeknya pun tak instan terasa. Oleh karenanya berhati-hati dengan

berlaku bijak dalam membolehkan anak menggunakan gadget menjadi

kuncinya.

Radiasi elektromagnetik terdiri dari gelombang elektrik dan energi

magnetik dengan kecepatan cahaya. Semua energi elektromagnetik jatuh

pada spectrum elektromagnetik, yang memiliki kisaran radiasi ELF

(Extremly Low Frequency), sinar X, hingga sinar Gamma. Frekuensi yang

dipancarkan oleh telepon genggam maupun tablet pada umumnya berada

dikisaran 3 hingga 30 Hz, yaitu termasuk gelombang radio (radiasi ELF).

Walaupun tak sekuat sinar X yang merupakan jenis radiasi terionisasi dan

mampu mengubah material genetik, radiasi yang dipancarkan gadget tetap

memiliki pengaruh pada tubuh manusia (Jerry B, 1999: 84).

Bahaya radiasi gadget terhadap daya kembang anak adalah radiasi

dari penggunan gadget yang tergolong gelombang RF, bukan merupakan

gelombang yang sangat mematikan dan berbahaya. Tapi bukan berarti

kemungkinan adanya efek samping tidak ada. Radiasi RF pada level tinggi

serta dengan intensitas yang intensif dapat merusak jaringan tubuh.


14

Radiasi RF memiliki kemampuan untuk memanaskan jaringan tubuh

seperti oven microwave memanaskan makanan. Dan radiasi tersebut dapat

merusak jaringan tubuh, karena tubuh kita tidak dilengkapi sistem

ketahanan untuk mengantisipasi sejumlah panas berlebih akibat radiasi

RF. Penelitian lain menunjukkan radiasi non-ionisasi (termasuk

gelombang RF) menimbulkan efek jangka panjang.Penyakit yang

berpotensi timbul karena radiasi gadget adalah kanker, tumor otak,

alzheimer, parkinson, sakit kepala. Dibanding orang dewasa, anak-anak

zaman sekarang sudah mengenal teknologi nirkabel sejak kecil sehingga

waktu ‘bersentuhan’ dengan radiasi lebih panjang. Hal ini disebabkan

karena di usia 12-15 tahun, anak mengalami proses bangkitnya akal, nalar

dan kesadaran diri. Dalam masa ini terdapat energi dan kekuatan fisik serta

tumbuh keinginan tahu dan keinginan coba-coba. Data memperlihatkan

bahwa ketika radiasi dari gadget memasuki kepala, orang dewasa

menyerapnya sebanyak 25%, anak usia 12 tahun sebanyak 50%, dan

tertinggi pada anak usia 5 tahun, yaitu 75%. Oleh karenanya, risiko radiasi

ini akan lebih besar pada anak yang sudah ‘akrab’ dengan gadget di usia

kurang dari 16 tahun (Jonathan, 2015 : 115).

D. Pengaruh Gadget terhadap Perkembangan Anak

Setiap orang tua tentu ingin anaknya bahaagia dan senang. Apa

lagi masalah gadget anak yang disukainya. Menjauhkan anak dari gadget

(smartphone, tablet, handphone, pad dan laptop) pada saat sekarang ini,

sungguh hal yang agak mustahil dan susah. Persoalannya adalah orangtua
15

tidak bisa lepas dari gadget ini. Kerja berhubungan dengan gadget,

menghubungi sanak-saudara dengan gadget, menyelesaikan banyak urusan

dengn gadget. Pada sisi lain, anak-anak tentu saja ada didekat mereka.

Sehingga, menjauhkan anak-anak dari gadget adalah pekerjaan yang butuh

energi dan tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Namun, setidaknya sebagai

bentuk perlindungan, kehati-hatian dan masa dean pertumbuhan dan

perkembangan anak-anak wajib dilakukan.

Dokter anak asal Amerika Serikat, Cris Rowan dalam tulisannya di

Huffington Post, menyebutkan dampak buruk gadget terhadap anak:

1. Pertumbuhan otak yang terlalu cepat

Diantara usia 0-2 tahun, pertumbuhan otak anak memasuki

masa yang paling cepat dan terus berkembang hingga usia 21

tahun. Stimulasi lingkungan sangat penting untuk memicu

perkembangan otak, termasuk dari gadget. Hanya saja, stimulasi

yang berasal dari gadget diketahui berhubungan dengan defisit

perhatian, gangguan kognitif, kesulitan belajar, impulsif, dan

kurangnya kemampuan mengendalikan diri.

2. Hambatan perkembangan

Saat menggunakan gadget, anak cenderung kurang

bergerak, yang berdampak pada hambatan perkembangan. Satu

dari tiga anak yang masuk sekolah cenderung mengalami hambatan


16

perkembangan sehingga berdampak buruk pada kemampuan

berbahasa dan prestasi di sekolah.

3. Obesitas

Penggunaan gadget yang berlebihan diketahui bisa

meningkatkan risiko obesitas. Anak-anak yang diperbolehkan

menggunakan gadget di kamarnya mengalami peningkatan risiko

obesitas sebanyak 75%. Padahal, diketahui bahwa obesitas pada

anak meningkatkan risiko stroke dan penyakit jantung sehingga

menurunkan angka harapan hidup

4. Gangguan tidur

Tidak semua orang tua mengawasi anaknya saat

menggunakan gadget sehingga kebanyakan anakpun

mengoperasikan gadget di kamar tidurnya. Sebuah studi

menemukan, 75% anak-anak usia 9-10 tahun yang menggunakan

gadget di kamar tidur mengalami gangguan tidur yang berdampak

pada penurunan prestasi belajar mereka.

5. Penyakit mental

Sejumlah studi menyimpulkan, penggunaan gadget yang

berlebihan merupakan faktor penyebab meningkatnya laju depresi,

kecemasan, defisit perhatian, autisme, gangguan bipolar, dan

gangguan perilaku pada anak.

6. Agresif
17

Anak-anak yang terpapar tayangan kekerasan di gadget

mereka berisiko untuk menjadi agresif. Apalagi, saat ini banyak

video game ataupun tayangan yang berisi pembunuhan,

pemerkosaan, penganiayaan, dan kekerasan-kekerasan lainnya.

7. Pikun digital

Konten media dengan kecepatan tinggi berpegaruh dalam

meningkatkan risiko defisit perhatian sekaligus penurunan daya

konsentrasi dan ingatan. Pasalnya, bagian otak yang berperab

dalam melakukan hal itu cenderung menyusut.

8. Adiksi

Karena kurangnya perhatian orang tua (yang dialihkan pula

oleh gadget), anak-anak cenderung lebih dekat dengan gadget

mereka. Padahal, hal itu memicu adiksi sehingga mereka seakan

tak bisa hidup tanpa gadget mereka.

9. Radiasi

WHO mengategorikan ponsel dalam risiko 28 karena

radiasi yang dikeluarkannya. Apalagi, anak-anak lebih sensitif

terhadap radiasi karena otak dan sistem imun masih berkembang

sehingga risiko mengalami masalah dari radiasi gadget lebih besar

dari orang dewas.

10. Tidak berkelanjutan

Sebuah penelitian membuktikan, edukasi yang berasal dari

gadget tidak akan lama bertahan dalam ingatan anak-anak. Dengan


18

demikian, pendekatan pendidikan melalui gadget tidak akan

berkelanjutan bagi mereka.

E. Sikap Orang Tua/Keluarga kepada Anak Mengenai Gadget Saat ini

Kemajuan teknologi yang begitu pesat telah memberikan

kemudahan bagi masyarakat dalam menjalankan aktivitas kesehariannya

terutama dalam mengakses informasi dengan cepat. Tentunya kemajuan

teknologi tersebut harus disikapi secara bijak dan tepat agar memberikan

manfaat bagi keluarga terutama dalam mendidik anak. Kemajuan

teknologi modern yang begitu pesat telah memasyarakatkan produk-

produk teknologi digital baru seperti smartphone, komputer, berbagai

jaringan sosial maya yang kesemuanya terkoneksi menggunakan Internet,

menawarkan aneka jenis hiburan bagi tiap orang tua, kaum muda, dan juga

anak-anak. Namun tentunya alat-alat itu tidak bertanggung jawab atas apa

yang diakibatkannya.

Membesarkan anak di era informasi ini memiliki tantangan

tersendiri. Kalau orang tua tidak pandai-pandai mengantisipasinya, anak-

anak bukan menjadi ahli atau pengguna teknologi informasi tapi jadi

korbannya.Bermain gadget tidak selalu membawa dampak buruk. Asal

digunakan dengan tepat dan sesuai usia anak, gadget bisa bermanfaat. Di

antaranya sebagai media belajar interaktif, sarana mengasah kreativitas,

dan memberi dukungan untuk anak yang memiliki kebutuhan

pembelajaran berbeda.
19

Orang tua bertindak sebagai komunikator dan anak sebagai

komunikan, orang tua berbicara dengan anak dengan bahasa yang dipakai

sehari-hari dan bahasa non lisan (nirverbal) digunakan ketika komunikator

perlu menjelaskan melalui isyarat, baik tubuh maupun benda lainnya

sehingga komunikan akan mengerti. Anak usia dini cenderung

menggunakan benda yang berwarna untuk memacu perkembangan

otaknya. Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden

years) yang merupakan masa di mana anak mulai peka/sensitif untuk

menerima berbagai rangsangan. Pada usia 0-2 tahun masa ini kemampuan

anak terbatas pada gerak-gerak refleks, bahasa awal, waktu sekarang dan

ruang yang dekat saja.Komunikasi yang efektif pada anak usia dini

syaratnya (Hermoyo, 2015) sebagai berikut:

1. Orang tua perlu memilih waktu yang tepat untuk berkomunikasi

pada anak. Pendampingan Orang Tua pada Anak Usia Dini dalam

Penggunaan Teknologi Digital

2. Bahasa yang digunakan harus bisa dimengerti oleh anak.

3. Sikap ketika berkomunikasi.

4. Jenis kelompok di mana komunikasiakan dilaksanakan.

Komunikasi yang berkualitas pada anak usia dini akan membuat

mereka mampu mengenal dan membedakan benar salah, memudahkan

dalam mengetahui akar persoalan, serta memberikan kepentingan yang

terbaik untuk anak. Menimbang untung ruginya mengenalkan teknologi

digital pada anak, pada akhirnya memang amat tergantung pada kesiapan
20

orang tua dalam mengenalkan dan mengawasi anak saat menggunakan

gadget.

Anak usia dini memiliki tantangan tersendiri mengingat pada

periode inilah anak mengalami proses pembentukan karakter dasar, apapun

yang terjadi pada masa ini akan berdampak pada anak dan akan terbawa

sepanjang masa usia selanjutnya. Namun seiring dengan teknologi yang

sudah diperkenalkan pada anak sejak usia dini sehingga menjaga

keamanan anak menjadi hal utama yang harus para orang tua pikirkan.

Berikut adalah beberapa trik yang dapat orang tua praktikkan dalam

mengawasi dan mendampingi anak dalam penggunaan gadget.

Trik pertama adalah belajar tetapkan batas. Kalau terlalu

berlebihan, sesuatu yang baik pun bisa merusak. Orang tua perlu tetapkan

batas waktu saat menggunakan teknologi untuk bekerja ataupun

menikmati hiburan, dan jangan melanggarnya. Orang tua juga dapat

membatasi aktivitas berinternet anak di rumah dengan menyimpan

password dan memblokir konten yang berisi pornografi atau mengaktifkan

program kids mode atau parental control di smartphonenya.

Trik kedua dengan selalu berusaha mendampingi anak saat

menggunakan gadget. Beri penjelasan tentang apa yang sedang dipelajari.

Ketika anak tertarik pada hal atau konten yang menurut orang tua kurang

sesuai, beritahu mereka mengapa ini baik atau mengapa yang lainnya tidak

baik. Trik ketiga adalah orang tua disarankan menerapkan gerakan 1821,

yaitu melakukan puasa gadget dan televisi hanya 3 jam mulai dari jam
21

18.00 sampai dengan 21.00, menghabiskan waktu bersama anak dengan

sepenuh hati, sepenuh jiwa raga selama 3 jam saja. Bisa bermain bersama,

menemani belajar, mengobrol, aktivitas apapun yang dapat

mengembalikan hak-hak anak yang telah dirampas karena gadget.

Gadget memang mempermudah hidup kita. Tapi, perlu diingat

bahwa gadget bagaikan pedang bermata dua. Jadi, harus pintar-pintar

dalam menggunakannya. Generasi bangsa akan diharapkan menjadi

penguasa teknologi dan bukan sebaliknya, menjadi generasi yang dikuasai

dan dikendalikan oleh teknologi. Oleh karena itu diperlukan pengawasan

orang tua terhadap aktivitas berinternet anak. Orang tua di era digital harus

waspada dan berperan aktif dalam perkembangan anak dengan tidak

mengandalkan gadget.

F. Dampak Penggunaan Gadget pada Anak

1. Dampak Positif 

a) Mempermudah komunikasi. 

b) Menambah pengetahuan tentang perkembangan teknologi. 

c) Memperluas jaringan persahabatan. 

2. Dampak Negatif Gadget

Walau memberi begitu banyak keuntungan bagi pemakainya, jika

tidak bijak dalam penggunakannya, gadget bisa memberi kerugian.

Diantaranya adalah ;

a) Mengganggu Perkembangan Anak


22

Dengan canggihnya fitur-fitur yang tersedia di hand phone

(HP) seperti : kamera, permainan (games) akan mengganggu siswa

dalam menerima pelajaran di sekolah? Tidak jarang mereka

disibukkan dengan menerima panggilan, sms, miscall dari teman

mereka bahkan dari keluarga mereka sendiri. Lebih parah lagi ada

yang menggunakan HP untuk mencontek (curang) dalam ulangan.

Bermain game saat guru menjelaskan pelajaran dan sebagainya.

Kalau hal tersebut dibiarkan, maka generasi yang kita harapkan

akan menjadi budak teknologi.

Salah satu tanggung jawab anak adalah belajar dan sekolah,

tapi jika anak terlalu bebas menggunakan telepon genggamnya

maka ia cenderung mengabaikan kewajibannya ini. Kondisi ini tak

urung bisa membuat prestasi anak jadi menurun. Untuk itu

beberapa ahli tidak menyarankan orangtua memberikan gadget

canggih sebagai hadiah atas prestasi anak.

b) Bahaya kesehatan terutama anak usia di bawah 12 tahun

Anak bukanlah orang dewasa yang bertubuh kecil, jadi

seharusnya memang tidak menggunakan handphone sebelum usia

12 tahun. Hal ini karena sistem kekebalan tubuh anak masih

berkembang dan ia lebih sensitif terhadap hal-hal seperti ultraviolet

atau radiasi dari telepon genggam.

Studi yang dilakukan peneliti Imperial College London

mendapatkan anak berusia di bawah 12 tahun yang dibekali


23

telepon genggam oleh orangtuanya paling rentan terhadap semua

dampak negatif dari penggunaan handphone tersebut.

c) Rawan terhadap tindak kejahatan 

Ingat, pelajar merupakan salah satu target utama dari pada

penjahat. 

d) Perubahan Perilaku

Salah satu kebutuhan anak dalam memenuhi proses

perkembangan dan pertumbuhannya adalah bermain dan sosialisasi

dengan anak lain. Tapi anak yang sudah kecanduan telepon

genggam cenderung lebih senang bermain dengan gadgetnya

dibanding dengan anak-anak lain.

Bermain gadget dalam durasi yang panjang dan dilakukan

setiap hari secara kontinyu, bisa membuat anak berkembang ke

arah pribadi yang antisosial. Ini terjadi karena anak-anak ini tidak

diperkenalkan untuk bersosialisasi dengan orang lain. Ambil

contoh dua orang anak usia 5 tahun yang sama-sama tengah

menunggu penerbangan bersama orangtua mereka. Salah seorang

anak memegang tablet terbaru, sementara yang satunya

menghabiskan waktu menunggu jadwal terbang dengan berkeliling

di ruang tunggu, berkomunikasi dengan orang baru di sebelahnya,

dan mengamati sekitarnya. Dari sini bisa kita lihat, anak yang tidak

memegang tablet akan mendapat lebih banyak pembelajaran secara

konkret.

e) Pemborosan 
24

Kondisi ini dialami oleh remaja belia berusia 12 tahun,

Oscar Rushen yang sedang tergila-gila menelepon pacarnya hingga

membuat tagihan telepon ayahnya membengkak sampai Rp 25

juta. Hal ini tentu saja membuat sang ayah kewalahan membayar

tagihan telepon sendiri, dan sang anak pun dilarang menggunakan

handphone.

Jika memang orangtua ingin memberikan handphone untuk

anaknya agar mudah dipantau atau dihubungi, sebaiknya berikan

limit tertentu untuk pulsanya seperti prabayar sehingga bisa diatur

penggunaan pulsanya.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA BAPAK X

DENGAN ANAK KECANDUAN GADGET DI DUSUN

PUNDUNG

A. KASUS

Keluarga Tn.x (45 th) tinggal bersama anggota keluarga yang

terdiri dari istrinya Ny.x (40 th) dan anak pertamanya perempuan An.A

(13 th) anak ke dua adalah laki-laki An.B(11 th). Saat perawat melakukan

pengkajian pada tuan X didapatkan hasil, anaknya yang laki-laki berusia

11 th, kemudian Tn. X mengatakan anaknya tidak mau berangkat sekolah

akibatnya anak tersebut mengalami penurunan prestasi belajar, tidak

pernah berinteraksi dengan teman-temannya dan sering menyendiri

dikamar bermain gadget. Perawat menanyakan faktor apa yang

menyebabkan anak bersikap seperti itu. Tuan X mengatakan hal itu terjadi

semenjak dibelikan gadget sekitar 2 tahun yang lalu. Keluarga tidak

mengetahui cara untuk menyikapi lagi anaknya yang sudah kecanduan

gadget. Semenjak memiliki gadget anak saat di suruh untuk sholat,

mengaji selalu menunda-nunda dan sering tidak dilaksanakan.

B. PENGKAJIAN

I. Data Umum

1. Nama Kepala Keluarga :Tn X

2. Umur : 45 th

25
26

3. Alamat : Dusun pundung, nogotirto,

gamping, sleman, DIY

4. Pekerjaan KK : petani

5. Pendidikan KK : SD

6. Komposisi Anggota Keluarga :

No Nama Jenis Hub Umur Pendidikan Pekerjaan


kelamin dengan
KK
1 Tn X L KK 45 th SD Petani
2 Ny X P Istri 40 th SMP Ibu rumah
tangga
3 An A P anak 13 th SD -
4 An B L anak 11 th TK -
27

7. Tipe keluarga:

Keluarga kecil (nuclear family). Keluarga Tn. X tinggal bersama

istrinya Ny. X dan 2 anaknya.

8. Suku bangsa:

Jawa.

9. Agama:

Islam. Awalnya keluarga Tn X rajin sholat 5 waktu berjamaah

tetapi akhir-akhir ini salah satu anaknya yang bernama An. B

kegiatan keagamaanya seperti sholat dan mengaji menurun.

10. Status sosial ekonomi keluarga:

Tn X bekerja sebegai petani selama 15 tahun. Pengasilan yang

didapatkan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dan

keluarga Tn. X juga memiliki tabungan.

11. Rekreasi keluarga:

Keluarga tidak memiliki waktu khusus untuk rekreasi bersama.

Hanya jika di waktu luang kegiatan yang sering dilakukan adalah

menonton televisi dan mendengarkan music bersama.

12. Pola kebiasaan sehari-hari:

a. Pola makan: Tn. X mengatakan pola makan teratur dengan

jumlah makan 3x sehari. Menu makanan sehari-hari yaitu

nasi, tahu, tempe, sayur ayam, ikan dan kadang diselingi

dengan buah-buahan setiap hari secara bervariasi.


28

b. Pola minum:Tn. X mengatakan kebiasaan di tiap pagi hari

minum teh manis hangat dan untuk ketiga anaknya minum

susu. Selain itu keluarga juga sering minum jus buah ketika

panen buah di kebun miliknya.

c. Pola istirahat dan tidur: Tn. X mengatakan keluarghanya

biasa tidur pukul 21.00-04.30. Tetapi anaknya yg bernama

An. B semenjak dibelikan gadget tidurnya selalu larut

malam sehingga menyebabkan bangun tidurnya telat sekitar

jam 06.30. Ketika Tn.X tidak dapat tidur, biasanya sholat

malam dan membaca al-qur’an.

d. Pola eliminasi : Tn. X mengatakan kebiasaan BAB

sebanyak 1x sehari dan jarang mengalami gangguan BAB.

BAK kurang lebih 4-5x sehari. Keluarga tidak

mengeluhkan adanya gangguan pada pola BAB dan BAK.

e. Personal Hygiene: Tn. X mengatakan kebiasaan mandi 2x

sehari menggunakan sabun, keramas seminggu 3x sehari

menggunakan shampoo, gosok gigi 2x sehari dipagi hari

dan sore hari. Kebiasaan menggunting kuku dilakukan saat

kukunya panjang.

f. Pola aktivitas: Tn. X sehari-hari pergi kesawah dan kebun

bersama istrinya, anak-anak jarang melakukan olahraga.

Ny. X sering mengikuti kegiatan yang ada didesa seperti

PKK, pengajian, senam. Tn. X juga mengikuti aktivitas di

desanya seperti kerja bakti, pengajian dan kumpulan.


29

Kegiatan keluarga dirumah biasanya menonton tv, tidur

malam. An. B sering tidak mau diajak tidur siang.

II. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga

13. Tahap perkembangan keluarga saat ini:

Tugas perkembangan keluarga dengan anak dimana Tn. X sebagai

kepala keluarga adalah dimana kedua anaknya masih perlu

dipantau orang tuanya disaat ayah dan ibunya bekerja anak mandiri

tentang aktivitasnya.

14. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi:

Semenjak An. B sering mengurung diri di kamar akibat

memainkan gadget Tn. X merasa kesepian, dengan kondisi anak

tersebut Tn. X dan Ny. X bekerja lebih giat guna menghidupi

kebutuhan hidup keluarganya.

15. Riwayat keluarga inti:

Tn. X dan Ny. X tinggal di dusun tersebut semenjak kecil. Mereka

selalu mengikuti budaya yang ada disana.

16. Riwayat keluarga sebelumnya:

Tn. X dan Ny. X asli penduduk dari dusun Pundung dan tidak

keluarga yang menderita penyakit keturunan atau menular.

III.Lingkungan

17. Karakteristik rumah:

Rumah terletak didalam perkampungan, milik sendiri, permanen,

luas kurang lebih 9x7m terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1

dapur, 1 kamar mandi, dipisahkan dengan sekat tang permanen.


30

Memiliki jendela dan ventilasi yang cukup, ruangan terlihat bersih,

sumber air berasal dari sumur, jarak sapi teng denganm sumur

kurang lebih 9 meter dan tidak terdapat jentik nyamuk di dalam

bak mandi. Penerangan rumah dari listrik, memasak menggunakan

kompor gas, lantai menggunakan semen, wc menggunakan leher

angsa, tempat pembuangan sampai di tempat sementara samping

rumah. Halaman rumah tidak begitu luas dan tidak terdapat

tanaman.

Denah rumah:

Dapur KM

Kamar Kamar
1 2

Ruang tamu

18. Karakteristik tetangga dan komunitas RW : -

19. Mobilitas geografis keluarga:

20. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


31

Ecomap Keluarga Tn.x

Pada gambar diatas dijelaskan bahwa keluarga Tn.x

memiliki Istri bernama Ny.x dan seorang anak perempuan bernama

An A 13 tahun. Tn.x sering berinteraksi dengan masyarakat sekitar

seperti kerja bakti, kumpulan sedangkan Ibu K juga bekerja di

kantor akan tetapi sering berinteraksi dengan masyarakat seperti

pada pengajian, senam dan PKK sedangkan anak A berinteraksi

dengan teman disekolahnya dan teman main disekitar rumahnya,

dan anak B hanya berinteraksi di sekolah saja.

21. Sistem pendukung keluarga: keluarga Tn.x terdiri dari 4 orang

yaitu suami isteri dan 2 orang anak

IV. Struktur Keluarga

22. Pola komunikasi keluarga : kurang, interaksi antar anggota

keluarga kurang baik dan tidak intens dikarenakan suami terlalu

lelah setelah dari sawah.

23. Struktur kekuatan keluarga: -

24. Struktur peran : peran formal

- Tn.x : menjadi kepala keluarga dan suami

- Ny.x : memegang peran sebagai ibu rumah tangga

V. Fungsi Keluarga

25. Fungsi afektif : tidak cukup rukun dan kasih sayang dalam

keluarga kurang
32

26. Fungsi sosialisasi : cukup

27. Fungsi reproduksi (biologi) : jumlah anak 2

28. Fungsi ekonomi : berkecukupan

29. Fungsi perawatan keluarga : -

VI. Stress dan koping keluarga

30. Stressor jangka pendek : ketidakmampuan pada orangtua dalam

mendidik anaknya dengan baik.

31. Stressor jangka panjang : Tn.x jarang berkomunikasi dengan Ny.x

dan anak B

32. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah :

Keluarga kurang tanggap terhadap masalah yang dihadapi karena

keterbatasan akan pengetahuan mengenai masalah yang dialami

33. Strategi koping yang digunakan :

Ny.x menghabiskan waktunya dengan rajin terlibat dengan

kegiatan pengajian rutin. Ikut aktif dalam senam rutin yang

dilaksanakan setiap hari kamis minggu sekali

34. Strategi adaptasi disfungsional :

Sampai saat ini belum ditemukan adaptasi disfungsional. Ny.x

kalau banyak pikirin lebih banyak mendekatkan diri kepada Tuhan

dengan berdoa, sholat dan dzikir.


33

VII. Pemeriksaan Fisik

1. Penampilan Umum
Kesadaran Composmentis
Cara Berpakaian Rapi
Kebersihan Personal Bersih
Postur dan Cara berjalan Postur tubuh simetris, berjalan tanpa
bantuan
Bentuk dan ukuran tubuh Proporsional sesuai dengan tinggi badan
Tanda-tanda vital TD : 110/60 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,5 oC
RR : 22x/menit

2. Status Mental dan Cara


Berbicara
Status Emosional stabil
Orientasi Dapat mengenal waktu, tempat, dan
orang
Proses berfikir Berpikir rasional
Gaya Bicara Bicara dengan gerakan dan lancar

3. Pemeriksaan Kulit
Perut Pemeriksaan dengan kulit
Auskultasi bising usus 12x/menit
Perkusi : suara timpani tidak ada
Palpasi: perut terasa lemas, tidak terdapat
nyeri tekan, hepar tidak teraba.
Genetalia dan Anus Tidak dikaji
Ekstremitas Bahu simetris, warna sama dengan kulit,
tidak terdapat benjolan

1. Pemeriksaan Kepala
Bentuk dan Sensori Muka simetris, sensasi normal, saat di rangsang klien
merasakan
Rambut Rambut dan kulit kulit kepala bersih, warna hitam,
distribusi menyebar rata, tidak rontok rambutnya

Mata Bola mata dapat dapat mengikuti arah gerak tangan


pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, konjungtiva tidak
anemis, tidak ada krluhan penglihatan
Dada (pernapasan) Simetris, warna sama dengan kulit, tidak ada
benjolan abnormal, bergerak seimbang, tidak
terdapat suara tambahan
34

C. ANALISA DATA

N DATA FOKUS MASALAH KEPERAWATAN


O
1 DS: - Hambatan interaksi sosial An.B.

DO: Anak sulit berinteraksi


2 DS:- Hambatan religiositas An.B.

DO: Semenjak memiliki


gadget anak saat di suruh
untuk sholat, mengaji selalu
menunda-nunda dan sering
tidak dilaksanakan.
3 DS:- Defisiensi pengetahuan keluarga Tn.x

DO: Keluarga tidak


mengetahui cara untuk
menyikapi lagi anaknya yang
sudah kecanduan gadget.
35

D. PRIORITAS MASALAH KESEHATAN

1. Hambatan interaksi sosial An.B.

No Kriteria Skor Pembenaran


.
1. Sifat masalah : Aktual 3/3x1=1 Sudah terjadi masalah
interaksi sosial pada Tn.x
yang jarang berinteraksi
dengan keluarga
2. Kemungkinan untuk diubah : 1/2x2= 1 Kemungkinan untuk diubah
sebagian sebagian karena kebiasaan
Tn.x tidak pernah
meluangkan waktu untuk
berinteraksi dengan keluarga
besarnya karena telah lelah
seharian kesawah.
3. Potensi untuk dicegah : 2/3x1= 2/3 Potensi untuk dicegah cukup
cukup karena Tn.x bisa
mendapatkan dukungan dari
Ny.x yang sangat
komunikatif terhadap
keluarga besar dan
masyarakat sekitar
4. Menonjolnya masalah : 2/2x1= 1 Ny.x menyadari bahwa hal
36

segera diatasi yang dilakukan Tn.x dapat


berdampak negatif kepada
anaknya dan lingkungannya
maka dia berusaha untuk
mencari jalan agar suaminya
mau terlibat dalam kehidupan
keluarganya
TOTAL 3 2/3

2. Hambatan religiositas An.B.

No Kriteria Skor Pembenaran


.
1. Sifat masalah : Aktual 3/3x1=1 Sudah terjadi masalah

religius pada An. B.


2. Kemungkinan untuk diubah : 1/2x2= 1 Kemungkinan masalah untuk
sebagian
diubah sebagian karena

An.B sudah lama kecanduan

dalam menggunakan gadget.


3. Potensi untuk dicegah : 1/3x1=1/3 Potensi masalah untuk

rendah dicegah rendah karena

masalah sudah terjadi.


4. Menonjolnya masalah : 2/2x1= 1 Masalah harus segera diatasi
segera diatasi agar tidak semakin parah.
TOTAL 3 1/3
37

3. Defisiensi pengetahuan keluarga Tn.x.

No Kriteria Skor Pembenaran


.
1. Sifat masalah : Aktual 3/3x1=1 Sudah terjadi masalah

pengetahuan pada Tn.x.


2. Kemungkinan untuk diubah : 1/2x2= 1 Kemungkinan masalah untuk
diubah sebagian karena
sebagian
masalah sudah lama terjadi.
3. Potensi untuk dicegah : 3/3x1=1 Potensi masalah untuk
tinggi
dicegah rendah karena

masalah sudah terjadi.


4 Menonjolnya masalah : 2/2x1= 1 Masalah harus segera diatasi
agar tidak semakin parah.
segera diatasi
TOTAL 4

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL BERDASARKAN

PRIORITAS

1. Defisiensi pengetahuan keluarga Tn.x

2. Hambatan interaksi sosial An.B.

3. Hambatan religiositas An.B.


38
39

F. RENCANA KEPERAWATAN KELUARGA

N Diagnosa Tujuan Intervensi Keperawatan


O Keperawatan
1. Defisiensi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x PENDIDIKAN ORANG TUA : KELUARGA YANG
pengetahuan pertemuan diharapkan keluarga mampu mengenal MEMBESARKAN ANAK (5566)
keluarga Tn.x. masalah defisiensi Pengetahuan dengan kriteria hasil : 1. Pahami hubungan antara perilaku orangtua dan tujuan yang
PENGETAHUAN: PENGASUHAN (1826) sesuai dengan usia anak
2. Rancang program pendidikan yang didasarkan pada kekuatan
1. Perilaku anak yang normal keluarga
2. Kebutuhan psikologis 3. Identifikasi faktor-faktor personal yang berdampak pada
3. Kebutuhan untuk bersosialisasi keberhasilan program pendidikan (misalnya, nilai-nilai
4. Kebutuhan spiritual budaya, pengalaman negatif dengan penyedia layanan sosial,
5. Kebutuhan bimbingan moral hambatan bahasa, komitmen waktu, masalah penjadwalan,
6. Strategi komunikasi yang efektif perjalanan, dan kurangnya minat )
7. Strategi untuk mengelola faktor risiko 4. Identifikasi tugas perkembangan atau tujuan yang sesuai
lingkungan yang bisa dikendalikan. untuk anak
5. Fasilitasi diskusi orangtua terkait metode disiplin yang ada,
seleksi, dan hasil yang diperoleh
6. Ajarkan orangtua mengenai fisiologi,emosional dan
karakteristik perilaku normal anak.
7. Berikan sumber informasi online, buku, dan literatur yang
dirancang untuk mengajarkan orangtua mengenai pengasuhan
anak.
8. Berikan orangtua bahan bacaan dan materi lainnya yang akan
40

membantu dalam melakukan dalam peran pengasuhan.


9. Diskusikan cara yang dapat digunakan orangtua untuk
membantu anak-anak dalam mengelola kemarahan.
10. Diskusikan pendekatan orangtua yang dapat digunakan dalam
membantu anak-anak untuk mengungkapkan perasaan positif.
11. Informasikan orangtua mengenai sumber daya yang ada
dimasyarakat
12. Identifikasi dan mengajarkan orangtua mengenai cara
menggunakan berbagai strategi dalam mengelola perilaku
anak.
13. Motivasi orangtua untuk mencoba strategi berbeda dalam
mengasuh anak
14. Gunakan tekhnik bermain peran akan tekhnik pengasuhan dan
keterampilan komunikasi.
2 Hambatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x MODIFIKASI PERILAKU: KETERAMPILAN-
interaksi sosial pertemuan diharapkan keluarga mampu mengenal KETERAMPILAN SOSIAL (4362)
An.B. masalah interaksi sosial dengan kriteria hasil : 1. Bantu pasien untuk mengidentifikasi masalah dari kurangnya
KETERLIBATAN SOSIAL (1503) keterampilan sosial
2. Bantu pasiern untuk mengidentifikasi kemungkinan tindakan
1. Berinteraksi dengan teman dekat dan konsekuensi dari hubungan interpersonal/sosialnya.
2. Berinteraksi dengan tetangga 3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi langkah-langkah dalam
3. Berinteraksi dengan anggota keluarga berperilaku dalam rangka mencapai kemampuan
keterampilan sosial
4. Bantu pasien bermain peran dalam setiap langkah dalam
berperilaku
41

5. Sediakan umpan balik (penghargaan atau reward) bagi pasien


jika pasien mampu menunjukkan kemampuan keterampilan
sosial yang ditargetkan
6. Didik SO pasien (keluarga,group, dan pimpinan) dengan cara
yang tepat mengenai tujuan dan proses training keterampilan
sosial
7. Libatkan SO dalam sesi kegiatan latihan keterampilan sosial
(bermain peran) dengan pasien, dengan cara yang tepat
8. Sediakan umpan balik bagi pasien dan SO mengenai
ketepatan dari respon sosial dalam situasi latihan
9. Dukung pasien/SO untuk mengevaluasi hasil dari interaksi
sosial, memberikan reward pada diri sendiri terhadap hasil
yang positif, dan penyelesaian masalah yang hasilnya masih
kurang dari yang diharapkan.

3 Hambatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x PENINGKATAN RITUAL KEAGAMAAN (5424)
religiositas pertemuan diharapkan keluarga mampu mengenal 1. Dukung rencana acara ritual dan partisipasi, dengan cara
An.B. masalah Hambatan religiositas dengan kriteria yang tepat
hasil : 2. Dukung kehadiran dalam acara ritual, dengan cara yang tepat
KESEHATAN SPIRITUAL (2001) 3. Eksplorasi alternatif untuk beribadah
4. Dorong diskusi mengenai minat terhadap keagamaan
1. Kualitas keyakinan 5. Dengarkan dan kembangkan perasaan mengenai waktu untuk
2. Arti dan tujuan hidup beribadah atau melakukan ritual.
3. Kemampuan berdoa
4. Kemampuan beribadah
42

5. Berinteraksi dengan orang lain untuk berbagi


ide,perasaan dan keyakinan.
43

G. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

N HARI, DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


O TANGGAL
1 Minggu, 01 Defisiensi PENDIDIKAN ORANG TUA : KELUARGA S : Keluarga mengatakan sudah paham dan
April 2018 pengetahuan YANG MEMBESARKAN ANAK (5566) mengetahui menyikapi kasus ini lagi
keluarga Tn.x 1. Memahami hubungan antara perilaku orangtua O : Keluarga tampak sudah mulai membatasi
dan tujuan yang sesuai dengan usia anak sang anak dengan cara yang baik dan
2. Merancang program pendidikan yang sudah memberikan informasi kepada anak
didasarkan pada kekuatan keluarga A : Tujuan teratasi sebagian
3. Mengidentifikasi faktor-faktor personal yang P : Lanjutkan intervensi
berdampak pada keberhasilan program -Memberikan sumber informasi online,
pendidikan (misalnya, nilai-nilai budaya, buku, dan literatur yang dirancang untuk
pengalaman negatif dengan penyedia layanan mengajarkan orangtua mengenai
sosial, hambatan bahasa, komitmen waktu, pengasuhan anak
-Menggunakan tekhnik bermain peran
masalah penjadwalan, perjalanan, dan
akan teknik pengasuhan dan ketrampilan
kurangnya minat ) komunikasi
4. Mengidentifikasi tugas perkembangan atau I : Melakukan tindakan sesuai intervensi
tujuan yang sesuai untuk anak E : Masalah teratasi sebagian
5. Menfasilitasi diskusi orangtua terkait metode R:-
disiplin yang ada, seleksi, dan hasil yang
diperoleh.

6. Mengajarkan orangtua mengenai


fisiologi,emosional dan karakteristik perilaku
44

normal anak.
7. Memberikan sumber informasi online, buku,
dan literatur yang dirancang untuk
mengajarkan orangtua mengenai pengasuhan
anak.
8. Memberikan orangtua bahan bacaan dan
materi lainnya yang akan membantu dalam
melakukan dalam peran pengasuhan.
9. Mendiskusikan cara yang dapat digunakan
orangtua untuk membantu anak-anak dalam
mengelola kemarahan.
10. Mendiskusikan pendekatan orangtua yang
dapat digunakan dalam membantu anak-anak
untuk mengungkapkan perasaan positif.
11. Menginformasikan orangtua mengenai sumber
daya yang ada dimasyarakat
12. Mengidentifikasi dan mengajarkan orangtua
mengenai cara menggunakan berbagai strategi
dalam mengelola perilaku anak.
13. Memotivasi orangtua untuk mencoba strategi
berbeda dalam mengasuh anak
14. Menggunakan tekhnik bermain peran akan
tekhnik pengasuhan dan keterampilan
komunikasi.
45

2 Senin, 02 Hambatan MODIFIKASI PERILAKU: S : Klien mengatakan dirinya sudah mulai


April 2018 interaksi sosial KETERAMPILAN-KETERAMPILAN sering berinteraksi dengan keluarga dan
An.B. SOSIAL (4362) temannya
1. Membantu pasien untuk mengidentifikasi O : Klien tampak sudah mulai bisa menjauh
masalah dari kurangnya keterampilan sosial dari gadget, dan mulai terlihat bisa
2. Membantu pasiern untuk mengidentifikasi berinteraksi dengan perawat
kemungkinan tindakan dan konsekuensi dari A : Tujuan tercapai sebagian
hubungan interpersonal/sosialnya. P : Lanjutkan intervensi
3. Membantu pasien untuk mengidentifikasi - anjurkan klien untuk berinteraksi dengan
langkah-langkah dalam berperilaku dalam
rangka mencapai kemampuan keterampilan teman
sosial - anjurkan klien berinteraksi dengan
4. Membantu pasien bermain peran dalam setiap tetangga
langkah dalam berperilaku
5. Menyediakan umpan balik (penghargaan atau - anjurkan klien berinteraksi dengan
reward) bagi pasien jika pasien mampu keluarga
menunjukkan kemampuan keterampilan sosial I : Melakukan tindakan sesuai intervensi
yang ditargetkan
E : Masalah teratasi sebagian
6. Mendidik SO pasien (keluarga,group, dan
pimpinan) dengan cara yang tepat mengenai R:-
tujuan dan proses training keterampilan sosial
7. Melibatkan SO dalam sesi kegiatan latihan
keterampilan sosial (bermain peran) dengan
pasien, dengan cara yang tepat
8. Menyediakan umpan balik bagi pasien dan SO
46

mengenai ketepatan dari respon sosial dalam


situasi latihan
9. Mendukung pasien/SO untuk mengevaluasi
hasil dari interaksi sosial, memberikan reward
pada diri sendiri terhadap hasil yang positif,
dan penyelesaian masalah yang hasilnya masih
kurang dari yang diharapkan.
3 Selasa, 03 Hambatan PENINGKATAN RITUAL KEAGAMAAN S : Anak mengatakan sudah mulai ingin
April 2018 religiositas (5424) merubah kebiasaan dengan menjalankan
An.B. 1. Mendukung rencana acara ritual dan shalat tepat waktu.
partisipasi, dengan cara yang tepat O : Klien tampak mulai bisa mengurangi
2. Mendukung kehadiran dalam acara ritual, penggunaan gadget dan mulai bisa
dengan cara yang tepat menjalankan ibadah sebagaimana
3. Mengeksplorasi alternatif untuk beribadah mestinya
4. Mendorong diskusi mengenai minat terhadap A : Tujuan teratasi sebagian
keagamaan P = Lanjutkan intervensi
5. Mendengarkan dan kembangkan perasaan - Mendukung rencana acara ritual dan
mengenai waktu untuk beribadah atau partisipasi, dengan cara yang tepat
melakukan ritual. - Mendorong diskusi mengenai minat
terhadap keagamaan
- Mendengarkan dan kembangkan
perasaan mengenai waktu untuk
beribadah atau melakukan ritual

I : Melakukan tindakan sesuai dengan


47

intervensi
E : Masih terdapat masalah
R :-
BAB IV

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Gadget adalah suatu piranti atau alat yang memiliki tujuan dan

fungsi yang praktis dan spesifik yang berguna dan umumnya diberikan

terhadap sesuatu yang baru dan merupakan sesuatu yang tidak biasa dan

selalu didesain lebih pintar dari teknologi yang ada. Contohnya adalah

komputer, handphone, tablet, game console, dan lain-lain.

Gadget yang sangat banyak digunakan saat ini ialah smartphone

dan tablet. Ukurannya yang kecil dan mudah dibawa kemana-mana, dan

juga sangat praktis, membuat gadget jenis ini sangat diminati oleh

penggunanya.

Banyak dampak positif yang didapat dari penggunaan gadget,

seperti menjadikan komunikasi menjadi lebih mudah dan praktis dari segi

komunikasi, menambah banyak teman dari segi sosial, dan juga

menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dari segi pendidikan.

Gadget juga memberikan dampak negatif seperti pada dapat

menyebabkan mengganggu perkembangan anak, bahaya kesehatan

terutama anak usia di bawah 12 tahun, rawan terhadap tindak kejahatan,

perubahan perilaku, pemborosan.

B. Saran 

Gadget merupakan suatu alat yang sangat membantu kehidupan kita

sebagai manusia. Gadget memiliki banyak sekali manfaatnya. Kita sebagai

47
manusia yang beradab dan berpendidikan, harus bisa memanfaatkan

gadget dengan sebaik-baiknya.

Gadget hanyalah suatu alat yang memudahkan kita dalam melakukan

sesuatu, bukanlah sebuah alat yang harus kita junjung tinggi. Kita harus

bisa memilah-milah mana kebutuhan yang paling penting bagi kita. Kita

juga harus menilai suatu hal berdasarkan fungsionalisme nya bukan

berdasarkan trend atau gengsinya. Kita harus tetap waspada pada

perkembangan gadget, nikmatilah perkembangannya, jangan menerapkan

paham konsumerisme dan pilah-pilihlah mana jenis gadget yang benar-

benar kita butuhkan, dan tetaplah menjaga komunikasi secara langsung

dengan sesama manusia. Ini hidup kita, kitalah yang harus menjaganya,

tempatkanlah sesuatu pada tempatnya.

Semua tergantung pada kita sebagai manusia bagaimana menyikapi

perkembangan gadget yang ada. Sehingga dampak positif dari gadget

tersebut akan lebih menonjol daripada dampak negatifnya.

48
DAFTAR PUSTAKA

ejournal-s1.undip.ac.id (Jurnal Kedokteran UNDIP milik Ahmad Ramadhan Asif


vol.6 no 2 April 2017)
Digilib.unila.ac.id
journal.institutkristenborneo.ac.id
eprints.ums.ac.id (Naskah Publikasi oleh R Adi Prasetyo 2017)
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Pedoman deteksi dini tumbuh
kembang balita. Jakarta: Depkes RI; 2012
Palisano R. Gross motor function measure (gmfm) and classification childhood
[internet]. USA: Canchild; 2012 [diakses tanggal 27 April 2015]. Tersedia
dari:
http://motorgrowth.canchild.ca/en/gmfcs/resources/gmfcs_english.pdf
Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman pelaksanaan stimulasi,
deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan
kesehatan dasar. Jakarta: Depkes RI; 2009.
https://id.wikipedia.org/wiki/Gawai, pada 21 Desember 2015
http://www.kompasiana.com/nafidah_el_rokhmah/dampak-gadget-terhadap-
perkembangan-kognitif-anak-usia-dini_5535ba6a6ea834b52bda4321, pada
21 Desember 2015
http://jurnalilmiahtp.blogspot.co.id/2013/11/menelisik-pengaruh-penggunaan-
aplikasi.
https://id.wikipedia.org/wiki/Gawai, pada 21 Desember 2015
http://www.kompasiana.com/nafidah_el_rokhmah/dampak-gadget-terhadap-
perkembangan-kognitif-anak-usia-dini_5535ba6a6ea834b52bda4321, pada
21 Desember 2015
http://jurnalilmiahtp.blogspot.co.id/2013/11/menelisik-pengaruh-penggunaan-
aplikasi.
jurnal kedokteran unair 2012. Web.unair.ac.id

49

Anda mungkin juga menyukai