Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KETERKAITAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN


KEWAGANEGARAAN (PKn) DENGAN MATA PELAJARAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan PKn di SD


Dosen Pengampu:
Wawan Darmawan, M.Pd

Oleh:
Kelompok 3
1. Ajeng Dwi H.
2. Bayu Baehaqi
3. Lala Melina
4. Peggi Juansyah
5. Seni Patimah
6. Situ Nurjanah

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BINA MUTIARA SUKABUMI
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah


SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kemudahan, sehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga tercurah
limpahkan pada baginda rasul tercinta, Nabi Muhammad SAW, pada keluarganya,
para sahabatnya, tabi’in dan tabi’atnya, serta kita semua selaku umatnya. Aamiin.

Kami ucapkan terima kasih pada Bapak Wawan Darmawan, M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Pendidikan PKn di SD yang telah memberikan kami
tugas untuk menuliskan sebuah makalah yang berjudul “Keterkaitan Mata
Pelajaran Pendidikan PKn dan IPA. Makalh ini, kami tulis dari berbagai sumber
literatur yang kami cari dari internet.

Kami berharap dengan dituliskannya makalah ini, menjadi sumber ilmu


pengetahuan untuk menambah wawasan keilmuan, khususnya bagi kami yang
telah menulisnya, dan umumnya bagi para pembaca. Kami menyadari tulisan
dalam makalah ini, belumlah sempurna. Oleh karenanya, kami harapkan adanya
kritik dan saran dari pembaca sekalian untuk melengkapi kekurangan tulisan
dalam makalah ini.

Sukabumi, 23 Maret 2019

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................
C. Tujuan Makalah.........................................................................................
D. Manfaat Makalah.......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar PKn dan IPA......................................................................
B. Tujuan PKn dan IPA.................................................................................
C. Landasan Dasar.........................................................................................
D. Keterkaitan Mata Pelajaran PKn dan IPA.................................................
E. Contoh Penerapan Keterkaitan Mata Pelajaran PKn dan IPA...................
BAB III PENUTUP
A. Simpulan....................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan
untuk membina dan mengembangkan anak didik agar menjadi warga negara
yang baik. Warga negara yang baik adalah warga negara yang mengetahui,
menyadari, serta melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara.
Guru yang mengajar mata pelajaran PKn, harus lebih mendahulukan
pemahaman afektif peserta didiknya. Hal tersebut perlu dilakukan karena
penanaman sikap yang baik dan positif membutuhkan proses dan waktu yang
tidak sebentar. Berbeda dengan aspek kognitif, anak didik yang memiliki
pemahaman kognitif yang baik tidak semuanya memiliki sikap yang baik
pula. Karena aspek afektif diajarkan melalui pembiasaan, sedangkan aspek
kognitif diajarkan melalui pengajaran.
Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan
kehidupan manusia dan lingkungan alam sekitarnya. Materi yang terdapat
dalam IPA sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, karena manusia
mempelajari dirinya sendiri dan lingkungan alam sikitarnya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan makalah dari latar belakang di atas, yaitu:
1. Apa konsep dasar PKn dan IPA?
2. Apa tujuan PKn dan IPA?
3. Apa landasar dasar yang menjelaskan keterkaitan mata pelajaran PKn dan
IPA?
4. Bagaimana keterkaitan mata pelajaran PKn dan IPA?
5. Bagaimana contoh penerapan keterkaitan mata pelajaran PKn dan IPA?
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:
1. Agar mahasiswa/i mengetahui konsep dasar PKn dan IPA.
2. Agar mahasiswa/i mengetahui tujuan PKn dan IPA.

1
3. Agar mahasiswa/i mengetahui landasan dasar keterkaitan mata pelajaran
PKn dan IPA.
4. Agar mahasiswa/i mengetahui keterkaitan mata pelajaran PKn dan IPA.
5. Agar mahasiswa/i mengetahui contoh penerapan keterkaitan PKn dan IPA.
D. Manfaat Makalah
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini, yaitu:
1. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa/i calon guru,
mengenai adanya keterkaitan antara mata pelajaran PKn dan IPA.
2. Menjadi bekal pengetahuan bagi mahasiswa/i calon guru dalam
menerapkan keterkaitan mata pelajaran PKn dan IPA di SD.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar PKn dan IPA
1. Pengertian PKN
Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan dapat dijelaskan melalui
ringkasan pengertian Pendidikan dan Kewarganegaraan. Menurut Sutoyo
(dalam Nurtia Lestari, 2014: 79) pendidikan pada hakikatnya adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran agar siswa
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Kewarganegaraan merupakan segala sesuatu yang berkaitan
dengan warga negara di suatu negara.
Menurut Jarolimek, J. (dalam Nurtia Lestari, 2014: 80) menyatakan
bahwa, “citizenship education was to take place through the formal study
of such subjects as history, government (civics), and through the
indoctrination of such values as freedom, human dignity, responsibility,
independence, individualism, democracy, respect for others, love of
country, and so on” yang dalam Bahasa Indonesia mempunyai arti
“pendidikan kewarganegaraan adalah untuk mengambil tempat melalui
studi formal mata pelajaran seperti sejarah, pemerintah
(kewarganegaraan), dan melalui indoktrinasi nilai-nilai seperti kebebasan,
martabat manusia, tanggung jawab, kemandirian, individualisme,
demokrasi, menghargai orang lain, cinta negara, dan sebagainya”
Menurut Zamroni yang dikutip Taniredja (dalam Nurtia Lestari,
2014: 80) pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang
bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan
bertindak demokratis, melalui aktifitas menanamkan kesadaran kepada
generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan bermasyarakat
yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat.
Pendidikan Kewarganegaraan adalah sarana yang tepat untuk
menginternalisasikan nilai-nilai karakter bangsa. Menurut Wina Taputra
dan Budimansyah, (dalam Theodorus Pangalila 2017: 92), pendidikan
kewarganegaraan (Civic Education) merupakan subjek pembelajaran yang
mengemban misi untuk membentuk kepribadian bangsa, yakni sebagai
upaya sadar dalam “nation and character building.” Dalam konteks ini
peran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) bagi keberlangsungan hidup
berbangsa dan bernegara sangat strategis. Suatu negara demokratis pada
akhirnya harus bersandar pada pengetahuan, keterampilan dan kebajikan
dari warga negaranya dan orang-orang yang mereka pilih untuk
menduduki jabatan publik. Pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk
mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga negara yang baik (to
be good and smart citizens) yang memiliki komitmen yang kuat dalam
mempertahankan kebhinnekaan di Indonesia dan mempertahankan
integritas nasional. Selanjutnya menurut Budimansyah dan Suryadi (dalam
Theodorus Pangalila, 2017: 92), pendidikan kewarganegaraan (PKn)
merupakan salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor “value-based
education”. Konfigurasi atau kerangka sistematik PKn dibangun atas dasar
paradigma sebagai berikut: Pertama, PKn secara kurikuler dirancang
sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan
potensi individu agar menjadi warga negara Indonesia yang berakhlak
mulai, cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab. Kedua, PKn secara
teoretik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat dimensi-
dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang bersifat konfluen atau
saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks substansi ide, nilai,
konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela
negara. Ketiga, PKn secara programatik dirancang sebagai subjek
pembelajaran yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai
(content embedding values) dan pengalaman belajar (learning experience)
dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan

4
sehari-hari dan merupakan tuntutan hidup bagi warga negara dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sebagai penjabaran
lebih lanjut dari ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan
yang demokratis, dan bela negara.
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan
kewarganegaraan (Civic Education) memegang peran yang amat sentral
dalam meningkatkan kompetensi kewarganegaraan siswa, proses
pengembangan dan perbaikan diri bagi setiap warga negara dengan usaha
sadar dan terencana melalui pengajaran dan pelatihan sehingga terjadi
peningkatan potensi diri pada warga Negara tersebut dalam hal
pengetahuan, sikap dan keterampilan.
2. Pengertian IPA
Menurut Sudjino dan Waljinah (dalam Shiddiq Permana dkk, 2014:
3), Ilmu Pengetahuan Alam merupakan bagian dari ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan makhluk hidup dan alam semesta dimana perlu
dilakukan suatu eksperimen dalam rangka penguatan secara konseptual.
Ilmu Pengetahuan Alam dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
natural science merupakan istilah yang digunakan merujuk kepada
rumpun ilmu pengetahuan dimana objeknya adalah benda-benda alam
dengan hukum-hukum yang pasti dan umum.
Menurut Carin dan Sund yang dikutip oleh Puskur (dalam Shiddiq
Permana dkk, 2014: 3), mendefiniskan IPA sebagai “pengetahuan yang
sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal) dan
berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”. Dari pengertian
IPA tersebut, Puskur (dalam Shiddiq Permana dkk, 2014: 3)
menyimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu :
1) sikap rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup,
serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat
dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended;
2) proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode
ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau

5
percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan; 3) produk:
berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; dan 4) aplikasi: penerapan metode
ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Keempat unsur itu
merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan
satu sama lain.
B. Tujuan PKn dan IPA
1. Tujuan PKn
Menurut Fathurrohman dan Wuryandari (dalam Nurtia Lestari,
2014: 80), tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah
untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut:
a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
b. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak
secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat
hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 37, Pendidikan Kewarganegaraan
ditempatkan sebagai nama mata pelajaran wajib untuk kurikulum
pendidikan dasar dan menengah dan mata kuliah wajib untuk kurikulum
pendidikan tinggi. Dalam bagian penjelasan hal ini dipertegas lagi bahwa
“Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta
didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah
air.”Jika kita mencermati pasal 37 dalam UU Sisdiknas tersebut, maka
pendidikan kewarganegaraan memegang peranan sentral dalam mendidik
manusia Indonesia menjadi warga negara yang baik yang menghargai
perbedaan suku, agama, rasa, dan bahasa. Hal ini sejalan dengan tujuan

6
pendidikan nasional yang tertuang dalam UU Sikdisnas pasal 1 ayat 1:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Sementara itu menurut Nu’man Somantri yang dikutip oleh Wahab
dan Sapriya (dalam Theodorus Pangalila, 2017: 92), mengemukakan
bahwa tujuan PKn hendaknya dirinci dalam tujuh kurikuler yang meliputi:
a. Ilmu Pengetahuan, yang mencakup fakta, konsep, dan generalisasi;
b. Keterampilan intelektual, dari keterampilan sederhana sampai
keterampilan kompleks, dari penyelidikan sampai kesimpulan yang
sahih, dari berpikir kritis sampai berpikir kreatif;
c. Sikap, meliputi nilai, kepekaan, dan perasaan; dan
d. Keterampilan sosial.
Menurut Wahab dan Sapriya (dalam Theodorus Pangalila, 2017: 93),
dalam sistem pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan saat ini,
tujuan PKn mengacu pada standar isi mata pelajaran PKn sebagaimana
yang tercantum dalam lampiran Permendiknas nomor 22/2006. Tujuan
PKn untuk jenjang SD, SMP, Dan SMA tidak berbeda. Semuanya
berorientasi pada pengembangan kemampuan/ kompetensi peserta didik
yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan kejiwaan dan intelektual,
emosional, dan sosialnya. Secara rinci, mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut:
a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak
secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, serta anti-korupsi.

7
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.
Tuntutan pengembangan karakteristik warga negara di atas menurut
Cogan (dalam Theodorus Pangalila, 2017: 93) harus dikonstruksi dalam
kebijakan pendidikan kewarganegaraan yang multidimensional
(multidimensional citizenship), yang ia gambarkan dalam empat dimensi
yang saling berinteraksi, yaitu the personal, social, spatial and temporal
dimension. Keempat dimensi ini akan melahirkan atribut kewarganegaraan
yang mungkin akan berbeda di tiap negara sesuai dengan sistem politik
negara masing-masing, yakni:
a. a sense of identity;
b. the enjoyment of certain rights;
c. the fulfillment of corresponding obligations;
d. a degree of interest and involment in public affairs; and
e. an acceptance of basic societal values.
Menurut Dikdik Baehaqi Arif (dalam Theodorus Pangalila, 2017: 93)
bagi Indonesia, karakter warganegara akan memiliki kekhususan sesuai
dengan ideologi yang dianut, yakni Pancasila, dan Konstitusi yang berlaku
di Indonesia, ialah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 (UUD 1945)
Branson (dalam Theodorus Pangalila, 2017: 93) membagi kompetensi
kewarganegaraan menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Civic Knowledge (Pengetahuan Kewarganegaraan), berkaitan dengan
kandungan atau apa yang seharusnya diketahui oleh warga negara;
b. Civic Skill (Kecapakan Kewarganegaraan), adalah kecakapan
intelektual dan partisipatoris warga negara yang relevan; dan

8
c. Civic Disposition (Watak Kewarganegaraan) yang mengisyaratkan
pada karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaan
dan pengembangan demokrasi konstitusional.
2. Tujuan IPA
Tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar seperti yang diamanatkan
dalam KTSP dan dikutif oleh Sujana dan Rifa’i (dalam Jurnal Fatimah :
86) tidaklah hanya sekadar siswa memiliki pemahaman tentang alam saja,
melainkan melalui pendidikan IPA siswa juga diharapkan memiliki
kemampuan:
a. Mengembangkan pengetahuan dan pengembangan konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mmepengaruhi keterampilan proses
untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat
keputusan.
c. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. Oleh karena itu, IPA
merupakan salah satu mata pelajaran yang penting bagi siswa karena
perannya sangat penting berguna dalam kehidupan sehari-hari.
C. Landasan Dasar Keterkaitan Mata Pelajaran PKn dan IPA
Landasan yang kami jadikan pedoman keterkaitan mata pelajaran PKn
dan IPA adalah sila ke-3 Pancasila, yang berbunyi “Persatuan Indonesia”. Hal
ini mengindikasikan bahwa persatuan adalah gabungan yang terdiri atas
beberapa bagian kepingan panjang. Sebagaimana pada faktanya bahwa
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara kepulauan
dengan berbagai suku kebudayaan. Dengan adanya indikasi ini, kami
menyimpulkan bahwa sikap kesatuan harus selalu dipupuk untuk menjaga
keutuhan NKRI ini, dengan memiliki sikap yang berbeda menjadi ciri khas
yang dibutuhkan adanya kolaborasi untuk membentuk satu tujuan ideologi
membentuk karakter warga Indonesia melalui pembelajaran yang tercermin
dalam PKn dan IPA.

9
1. Isi Sila ke-3 Pancasila
Isi yang menjadi dasar terbentuknya sila ke-3 ini adalah adanya
beragam perbedaan yang ada di Indonesia. Adanya ragam perbedaan di
Indonesia ini, baik dari segi suku, bahasa, budaya, seni, dan yang lainnya
tidak menjadi pertentangan antara satu golongan dan golongan yang
lainnya, akan tetapi menjadi landasan persatuan Indonesia. Isi dalam nilai
persatuan Indonesia dikembangkan dengna maksud untuk mecapai tujuan
nasional ke arah persatuan dalam kebulatan tekad untuk memiliki rasa
nasionalisme dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Makna Sila ke-3
Makna yang terkandung dalam sila ke-3 Pancasila, memiliki makna
yang berperan besar dalam masyarakat. Makna-makna tersebut, di
antaranya:
a. Menghormati perbedaan
Makna yang terkandung dalam sila ke-3 pancasila memberikan rasa
pengakuan dan penghormatan adanya perbedaan dalam masyarakat
Indonesia. Perbedaan ini dapat ditinjau dari ras budaya ataupun
pengamalan agama.
b. Kebersamaan
Arti yang melekat dalam sila ke-3 Pancasila ialah memberikan
sejumlah jaminan untuk melakukan kerja sama yang erat dalam
kehidupan masyarakat. Perilaku ini bisa diwujudkan dengan
mengedepankan sikap kebersamaan dan kegotongroyongan antar
individu dalam masyarakat.
c. Persatuan bangsa
Makna yang terkandung dalam sila ke-3 Pancasila berisi tentang
kebulatan tekad yang dilakukan dengan bersama-sama. Tujuan
kebersamaan tersebut ialah untuk mewujudkan persatuan bangsa yang
bebas dari segala bentuk konflik masyarakat.
d. Kepentingan pribadi dan golongan

10
Makna yang berkaitan dengan individu dalam pengamalan sila ke-3
Pancasila ialah mengutamakan secara penuh dan ikhlas atas
kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi dan golongan dalam
menyelaraskan pribadi dan golongan dalam menyelaraskan dengan
tujuan pembangunan nasional.
e. Rasa nasionalisme
Tujuan dari sistem penerapan sila ke-3 Pancasila ialah menanamkan
rasa bangga dan cinta terhadap komponen bangsa dan kebudayaan
yang ada di seluruh Indonesia. Perwujudan sikap ini dilakukan sebagai
upaya menjaga keutuhan, ke’arifan lokal yang lekat dengan kehidupan
masyarakat.
f. Patriorisme
Peranan yang diberikan dalam memahami makna sila ke-3 Pancasila
ini, ialah adanya wujud sikap untuk rela berkorban demi kehormatan
bangsa dan negara Indonesia. Sikap ini erat kaitannya dengan
patriotisme yang menjadi bentuk kekuatan bagi kesatuan.
3. Lambang Sila ke-3 Pancasila
Lambang sila ke-3 Pancasila yang melekat dan disahkan secara
legalits berdasarkan Undang-Undang Dasar (UUD) ialah pohon beringin.
Pohon ini diilustrasikan sebagai gambaran akan perlindungan sistem
negara terhadap semua golongan masyarakat Indonesia.
D. Keterkaitan Mata Pelajaran PKn dan IPA
E. Contoh Penerapan Keterkaitan Mata Pelajaran PKn dan IPA dalam
Pembelajaran
Contoh penerapan keterkaitan mata pelajaran PKN dan IPA dalam
pembelajaran dapat ditemukan dalam pembelajaran tematik. Materi yang kami
gunakan adalah “Tema 6 yaitu Lingkungan Bersih, Sehat, dan Asri” yang
terdapat dalam buku “Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Buku Siswa SD/MI
kelas 1”. Materi yang diambil adalah Subtema 3 tentang Lingkungan
Sekolahku, pada pembelajaran ke-3 (Nurhasanah, Iba M. & Lubna A., 2017 :
93-98). Berikut adalah pembahasannya.

11
Pada kegiatan pendahuluan, guru menyapa siswa dan mengkondisikan
kelas, kemudian guru meminta seorang siswa untuk memimpin do’a, dan
setelahnya guru mengecek kehadiran siswa. Sebelum kegiatan belajar
mengajar dimulai, guru mengajak siswa untuk melakukan tepuk semangat dan
takbir untuk mencairkan suasana. Setelah itu guru sedikit mengulas materi
sebelumnya tentang sila-sila Pancasila, dengan cara meminta siswa untuk
menyebutkan kembali bunyi sila-sila Pancasila tersebut.
Masuk pada kegiatan inti, guru meminta siswa untuk mengamati
gambar simbol-simbol sila Pancasila yang ditampilkan pada slide. Setelah
diamati, guru bertanya pada siswa untuk menyebutkan nama simbol-simbol
tersebut. Setelah itu guru bertanya terlebih dahulu pada siswa, untuk
mengetahui bahwa mereka sudah mengetahui atau belum mengenai simbol
sila-sila Pancasila yang sesuai dengan sila-sila Pancasila yang terdapat pada
lambang Garuda. Setelah mereka hafal dan faham, kemudian guru
menjelaskan contoh pengamalan sikap dari sila Pancasila yang ke-3, yaitu
persatuan Indonesia dengan simbol pohon beringin. Pohon beringin
melambangkan persatuan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia bersatu di
bawah naungan Pancasila. Kemudian guru memberikan contoh yang nyata di
lingkungan sekolah.
Kebersihan lingkungan sekolah bukan hanya tanggung jawab petugas
kebersihan. Kebersihan lingkungan sekolah adalah tanggung jawab semua
warga sekolah. Semua warga sekolah harus memiliki rasa persatuan dalam
menjaga lingkungan sekolah. Memiliki rasa persatuan adalah sikap yang
sesuai dengan sila ke-3 Pancasila. Sebagai warga sekolah kita harus bekerja
sama, menjaga kebersihan. Guru selalu memerintahkan untuk membersihkan
lingkungan sekolah, dalam menanggapi perintah tersebut siswa harus santun.
Kemudian guru memberikan contoh cara yang baik dalam menanggapi suatu
perintah, dan murid diminta perhatiannya untuk memperhatikan contoh dalam
menanggapi perintah guru yang baik sebagai berikut:
Ibu Guru : Dayu, bersihkan papan tulis ya.
Dayu : Ya Bu, segera saya laksanakan.

12
Ibu Guru : Edo, jangan lupa bersihkan bekas pekerjaanmu.
Edo : Siap, Bu.
Ibu Guru : Dan kamu Beni, bersihkan sampah di bawah mejamu.
Beni : Baik Bu Guru.
Percakapan di atas adalah contoh cara yang baik menanggapi suatu perintah.
Apalagi jika yang memberikan perintah adalah orang tua kita. Kita harus
menanggapinya dengan santun. Biasakanlah menanggapi perintah siapa pun
dengan santun. Kemudian guru membagi siswa menjadi 5 kelompok, masing-
masing kelompok terdiri dari 5 orang.
Setelah itu, guru mengajak anak ke luar kelas untuk belajar di
lingkungan sekolah. Mereka berkumpul di samping lapangan upacara, dan
kemudian guru memberikan intruksi pada setiap anggota kelompok untuk
memungut sampah yang ada di lingkungan sekolah. Setiap siswa diwajibkan
untuk memungut sampah, minimal satu sampah. Setelah mereka memperoleh
sampah, guru meminta siswa untuk berkumpul kembali di samping lapangan
upacara dan bergabung kembali dengan kelompok masing-masing. Kemudian
guru meminta perwakilan kelompok mereka untuk maju ke depan dan
menyebutkan jenis sampah yang telah mereka peroleh. Sampah yang termasuk
jenis organik langsung dibuang ke tempat sampah. Adapun sampah yang yang
dapat didaur ulang, dikumpulkan. Misalnya sampah plastik, kaleng, kertas,
atau kardus. Sampah-sampah tersebut kemudian ditimbang dengan
menggunakan timbangan yang sederhana untuk mengetahui berat masing-
masing yang berbeda. Berat sampah tersebut diukur menggunakan timbangan
sederhana yang telah disiapkan oleh guru sebelumnya. Timbangan tersebut
terbuat dari bahan-bahan yang sederhana, di antaranya: 1) gantungan baju,
2) kelereng, 3) uang koin 1000, dan 4) kantong plastik transparan. Adapun
cara membuatnya, yaitu: 1) siapkan alat penimbang berupa gantungan baju, 2)
letakkan kedua plastik pada kedua ujung timbangan, 3) masukkan benda-
benda yang akan diukur di salah satu plastik, 4) masukkan kelereng dan koin
hingga kedua plastik seimbang. Setelah mereka melakukan penimbangan,
mereka diintruksikan untuk mencatat hasil timbangan mereka. Berapa

13
kelereng dan koin yang diperlukan untuk menimbang sampah daur ulang
tersebut sampai seimbang. Kemudian hasilnya dicatat pada kertas dengan
format sebagai berikut:
Berat Benda
No. Nama Benda
Kelereng Koin
1.
2.
Setelah mencatatnya, kemudian sampah tersebut di buang ke tempat
sampah yang telah disediakan. Kemudian guru mengajak siswa untuk kembali
ke kelas. Lalu guru menyampaikan evaluasi pembelajaran dan memberikan
penguatan pada pengamalan sila ke-3 Pancasila tentang persatuan Indonesia,
yang dicontohkan dengan kebersihan lingkungan sekolah merupakan
tanggung jawab bersama warga sekolah dan menegaskan bahwa semua warga
sekolah harus memiliki rasa persatuan dalam menjaga lingkungan sekolah.
Dalam menjaga kebersihan lingkungan sekolah, hal yang mudah untuk
dilakukan adalah buat sampah pada tempatnya. Siswa diajarkan untuk belajar
pengukuran berat sampah di sekitarnya dengan menggunakan timbangan yang
sederhana agar mereka mengetahui bahwa semakin banyak sampah yang
berserakan di lingkungan, terutama di daerah aliran sungai maka akan
semakin besar potensi banjir yang dapat terjadi karena penumpukan sampah
tersebut. Dengan adanya sampah yang menghambat daerah aliran sungai dapat
mengakibatkan kerusakan lingkungan yang lainnya.

14
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) merupakan suatu
pendidikan yang berperan penting meningkatkan kompetensi
kewarganegaraan siswa, proses pengembangan dan perbaikan diri bagi setiap
warga negara dengan usaha sadar dan terencana melalui pengajaran dan
pelatihan sehingga terjadi peningkatan potensi diri pada warga Negara
tersebut dalam hal pengetahuan, sikap dan keterampilan. Ilmu Pengetahuan
Alam merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan makhluk hidup
dan alam semesta, yang sistematis dan tersusun dari hasil observasi dan
eksperimen.
Tujuan PKn adalah suatu disiplin ilmu yang meliputi pengetahuan
B. Saran
A
DAFTAR PUSTAKA
Dosen PPKN. (2018). Sila 3 Pancasila (Makna, Lambang, dan Contoh). Tersedia
Online: https://dosenppkn.com/sila-3-pancasila/ (Minggu, 24 Maret 2019)

Fatimah. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA dengan


Metode Demonstrasi di kelas V SDN 10 Biau. Jurnal Kreatif Tadulako
Online Vol. 5 No. 4. Tersedia Online:
https://media.neliti.com/media/publications/109360-ID-meningkatkan-hasil-
belajar-siswa-dalam-p.pdf (Minggu, 24 Maret 2019)

Lestari, Nurtia. (2014). Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Dan Prestasi Belajar


Pkn Materi Contoh Peraturan Perundang-Undangan Di Kelas V Melalui
Model Value Clarification Technique Tipe Perisai Kepribadian Di Sd Al
Irsyad 1 Purwokerto. Jurnal Ilmiah PENDIDIKAN DASAR. Vol. 1 No. 1.
Guru SD 4 Bancar kembar Banyumas

Nurhasanah, Iba M. & Lubna A. (2017). Tema 6 Lingkungan Bersih, Sehat, dan
Asri Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013. Edisi Revisi 2017. Jakarta:
Kemendikbud Republik Indonesia

Muhammad Shiddiq Permana Dkk. (2014). Pengembangan Media Pembelajaran


Interaktif Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Berbasis Multimedia. Jurnal
Algoritma Sekolah Tinggi Teknologi Garut. ISSN : 2302-7339 Vol. 11 No.
1. Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Dapat diakses di
http://jurnal.sttgarut.ac.id

Pangalila, Theodorus. (2017). Peningkatan Civic Disposition Siswa Melalui


Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan. Volume 7 Nomer 1. Jurusan PPKn FIS. Universitas
Negeri Manado

Anda mungkin juga menyukai