6.1 Simpang
Simpang jalan adalah simpul jalan raya yang terbentuk dari beberapa pendekat,
dimana arus kendaraan dari berbagai pendekat tersebut bertemu dan memencar
meninggalkan simpang.
Ada beberapa tipe simpang, yaitu:
6.1.1 Simpang menurut bentuk
Simpang tiga lengan
Simpang rotary
Simpang sebidang
Simpang sebidang adalah simpang dimana berbagai jalan atau ujung jalan
masuk simpang mengarahkan lalulintas masuk kejalan yang dapat berlawanan
dengan lalulintas lainnya.
2. Prioritas harus terbagi dengan baik, sehingga setiap orang mempunyai kesempatan
untuk bergerak.
3. Prioritas harus terorganisasi, sehingga titik konflik dapat diperkecil.
4. Keputusan-keputusan yang harus dilakukan oleh si pengemudi harus dijaga agar
sesederhana mungkin.
Sekunder Sekunder
Utama Utama
atau dengan penggunaan rambu. Simpang tak bersinyal cocok apabila arus
lalulintas di jalan minor dan pergerakan membelok sedikit.
Rambu-rambu untuk memberikan prioritas pada suatu persimpangan adalah:
1) Rambu yield
Pengaturan ini digunakan untuk melindungi arus lalu lintas dari salah satu
ruas jalan pada dua ruas jalan yang saling berpotongan tanpa harus berhenti
sama sekali. Sehingga pengendara tidak terlalu terhambat bila di bandingkan
dengan rambu stop sign.
Major Road
Minor Road
2) Rambu berhenti
Pengaturan simpang dengan rambu berhenti (stop sign) digunakan bila
pengendara pada kaki simpang harus berhenti secara penuh sebelum
memasuki simpang. Praturan ini digunakan pada pertemuan antara minor
road dengan major road.
Rambu stop dipasang sedekat mungkin dengan titik dimana kendaraan
berhenti. Bila perlu dapat di tambahkan garis berhenti dan atau huruf dari
rambu tersebut pada perkerasan.
Bentuk rambu stop adalah segi delapan dengan garis sisi warna putih dasar
merah dan huruf warna putih.
Lokasi penempatan Rambu Stop dapat digambarkan sebagai berikut:
Major Road
Minor Road
2. Simpang Bersinyal
Prinsip-prinsip desain simpang bersinyal yaitu:
suatu persimpangan membutuhkan lampu lalu lintas jika waktu tunggu rata-
rata kendaraan sudah lebih besar daripada waktu tunggu rata-rata
kendaraan pada persimpangan dengan lampu lalulintas.
– arus minimal lalu lintas yang menggunakan rata-rata diatas 750
kendaraan/jam selama 8 jam dalam sehari;
– atau bila waktu menunggu/tundaan rata-rata kendaraan di persimpangan
telah melampaui 30 detik;
– atau persimpangan digunakan oleh rata-rata lebih dari 175 pejalan
kaki/jam selama 8 jam dalam sehari;
– atau sering terjadi kecelakaan pada persimpangan yang bersangkutan;
– atau merupakan kombinasi dari sebab- sebab yang disebutkan di atas.
Simpang bersinyal adalah simpang yang dikendalikan oleh sinyal lalulintas. Sinyal
lalulintas adalah semua peralatan pengatur lalulintas yang menggunakan tenaga
listrik, rambu, dan marka jalan untuk mengarahkan atau memperingatkan
pengemudi kendaraan bermotor, pengendara sepeda, atau pejalan kaki.
terhubung tidak sebidang. Simpang susun biasanya diterapkan pada jalan bebas
hambatan dimana konflik silang dihindari.
Pada Gambar 6.15 dibawah ini menjelaskan criteria pengaturan persimpangan
berdasarkan jumlah arus yang berasal dari jalan mayor dan jalan minor.
Hobbs (1979) menerangkan bahwa arus lalu lintas yang terkena konflik pada
simpang mempunyai tingkah laku yang relatif komplek. Setiap gerakan belok kiri, belok
kanan atau lurus masing – masing menghadapi sekumpulan konflik yang berbeda yang
berhubungan langsung dengan tingkah laku gerakan tersebut. Bentuk pertemuan
kendaraan adalah sebagai berikut:
Menggabung (merging)
Memisah (diverging)
Menyebrang (crossing)
Menggabung – Memisah (weaving)
Bentuk konflik ini akan berpengaruh terhadap gerakan arus lalu lintas pada
simpang.
× *
× * × *
* * × × * ×
× × * * × *
* ×
Crossing = 16 Crossing = 3
* × × Merging = 8 × Merging = 3
* Diverging = 8 * Diverging = 3
Gambar 6.16 Hubungan jumlah titik konflik dengan jumlah lengan pada persimpangan
Tabel 6.1 Hubungan jumlah titik konflik dengan jumlah lengan pada persimpangan
Jumlah lengan Jumlah titik konflik antara pergerakan di
pada persimpangan dengan tipe manuver
Crossing Merging Diverging Total
persimpangan
3 3 3 3 9
4 16 8 8 32
Arus lalu lintas yang terkena konflik pada suatu persimpangan mempunyai tingkah laku
yang komplek, setiap gerakan baik belok kiri, belok kanan ataupun lurus masing-masing
menghadapi konflik yang berbeda dan berhubungan langsung dengan tingkah laku
gerakan tersebut. Adapun jumlah potensi titik-titik konflik pada simpang tergantung
dari:
Jumlah lengan simpang
Jumlah lajur dari lengan simpang
Jumlah pengaturan simpang
Jumlah arah pergerakan.
Tujuan yang ingin dicapai dari pengaturan simpang adalah sebagai berikut:
1.) Mengurangi maupun menghindarkan kemungkinan terjadinya kecelakaan yan berasal
dari berbagai kondisi titik konflik.
2.) Menjaga kapasitas dari samping agar dalam operasinya dapat dicapai pemanfaatan
simpang yang sesuai dengan rencana.
3.) Dalam operasinya dari pengaturan simpang harus memberikan petunjuk yang jelas
dan pasti sederhana, mengarahkan arus lalu lintas pada tempat yang sesuai.
bergabung atau memotong (merge or crossing movement). Pemakaian sinyal lalu lintas
akan menguntungkan apabila volume yang melewari simpang jalan melebihi 800
kendaraan tiap jam, dengan jarak pandangan yang buruk, atau 1200 kendaraan tiap
jam apabila jarak pandangan baik (tak terhalang oleh bangunan disekitarnya)
Pemasangan sinyal lalu lintas akan mengurangi titik konflik (point of conflics)
dibandingkan dengan hanya memakai rambu lalu lintas saja.
SELATAN SELATAN
d. Intergreen period = all red (periode antar hijau) : adalah waktu antara
matinya lampu hijau pada suatu fase sampai dengan nyalanya lampu hijau pada
fase berikutnya. Tujuannya adalah untuk memberi kesempatan agar simpang jalan
terbebas dari konflik.
Intergreen period ini lamanya 4 detik. Apabila kendaraan yang membelok ke kanan
(agak) terkurung di tengah-tengah simpang pada waktu intergreen period, maka
waktu intergreen period dapat diperpanjang. Perpanjangan intergreen period
dilakukan pula apabila cukup banyak kendaraan melewati garis henti (stop line)
dengan kecepatan tinggi pada permulaan lampu merah. Gambar 6.20 di bawah ini
menunjukkan intergreen period :
dengan sebutan waktu hilang pada intergreen period (lost time during
intergreen period).
w
w
Menurut MKJI 1997 besarnya nilai arus jenuh diambil, s = 600 x W c, dengan Wc
adalah lebar efektif pendekat terlindung.
Persamaan Webster di atas berlaku untuk lebar jalan pendekat antara 5 – 18
meter, bila lebar pendekat kurang dari 5 meter nilai pada tabel berikut ini dapat
digunakan.
Tabel 6.2 Nilai arus jenuh untuk lebar pendekat kurang dari 5 m
W (m) 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00
S (kend/jam) 1850 1875 1975 2175 2550
Li = k + a – g (detik)
Dimana: k = Waktu hijau pada fase tersbut
a = Waktu kuning ( ± 3 detik)
g = Waktu hijau efektif
Lamanya waktu hilang untuk tiap fase tergantung kondisi lalu lintas dan beberapa faktor
lain pada kondisi khusus lamanya waktu hilang tiap fase, Li lebih kurang 2 detik.
k = g + l – a (detik)
Waktu Hijau efektif (g) terdiri dari untuk tiap stage/fase dan untuk total.
Waktu hijau efektif total (g total)
gtotal = Co – L (detik)
Waktu hijau efektif tiap fase :
gfase = yimaks/Yx gtotal (detik)
k>g = well safety
= poor capacity
k<g = well caputity
= poor safety
U S T B Co = (1,5 L + 5)/(1-Y)
q 500 400 300 250
s 1800 1200 1200 1250 = (1,5 14 + 5)/(1-0,58)
y 0,28 0,33 0,25 0,25 = 62 detik
ymaks 0,33 0,25
Y 0,58 Ct -- 0,75 – 1,5 Co
Pilih Ct = Co = 62 detik
Rekayasa Lalu Lintas 6-23
23
BAB 6 SIMPANG (INTERSEKSI)
Waktu siklus optimum untuk kondisi tersebut adalah 62 detik. Tundaan total untuk
semua kendaraan akan menjadi minimum, apabila waktu siklus tersebut (62 detik)
digunakan.
Dengan waktu siklus optimum 62 detik, akan terjadi waktu hilang= 14 detik. Karenanya
waktu hijau efektif total pada siklus tersebut adalah = 62 – 14 = 48 detik.
Untuk sinyal lalulintas yang dioperasikan dengan konisi seluruh tundaan menjadi
minimum, waktu hijau efektif harus dipisahkan antara 2 fase dalam proporsi nilai y.
Misal : g (U-S) : g (T-B) = y (U-S) : Y (T-B)
= 0,33 : 0,25
Atau : g (U-S) = [0.33 / (0,33 + 0,25)] x 48 = 27,4 detik ≈ 27 detik
Dan : g (T-B) = [0,25 / (0,33 + 0,25)] x 48 = 20,6 detik ≈ 21 detik
Untuk mengubah waktu hijau efektif menjadi waktu hijau aktual, sangat penting
untuk menambah porsi/bagian waktu hilang dan mengurangi permulaan waktu kuning.
k = g + li – a
k (U-S) = 27 + 2 – 3 = 26 detik ;
k (T-B) = 21 + 2 – 3 = 20 detik.
ys = 0,43
Y = 0, 38 + 0, 46 = 0,84
L(waktu hilang total (2 – fase) = 4+5+4 = 13 dtk
Waktu siklus = Co = (1,5L+5)/(1-Y)
Co = [(1, 5 x 13 ) + 5 ]/ (1-0,84) = 153,125 dtk ≈ 153 dtk > Cmaks, maka Ct = 120
detik
Hijau Efektif (gE) = Co- L = 120 – 13 = 107 dtk
g1 (T-B) = (0,38 / 0,84) x 107 = 48,40 ≈ 48 dtk
g2 (S) = (0,46 / 0,84) x 107 = 58,6 ≈ 59 dtk
hijau tertanyang (aktual) gt (T-B) = g1- A +L1 = 48+4-3 = 49 dtk
hijau tertayang (aktual) gt (S) = g2 – A + L1 = 59 +5-3 = 61 detik
a. Dengan 3-fase -1 (“I”) ; fase-2 (S) ; fase-3 (B)
Y = 1,11 (terlalu besar) Co >>
Diambil waktu siklus maksimum = 120 detik
Hijau efektif (gE) = Co – L = 120 -17 = 103 detik
g1 (T) = (0,38) / 1,11) x 103 = 35,3 detik
g2 (S) = (0,46) / 1,11) x 103 = 42,7 detik
g3 (B) = (0,27) / 1,11) x 103 = 25,0 detik
Hijau tertayang : gT (T) = 35,3 – A + L = 35,3 - 3 + 4 = 36,3 dtk
gT (B) = 42,7 – A + L = 42,7 - 3 + 4 = 43,7 dtk
gT (S) = 25,0 – A + L = 25,0 - 3 + 5 = 27,0 dtk
Contoh soal 1
Sebuah simpang empat lengan dengan data-data sbb :
Barat : lbarat = 3 detik; ArusBarat = 1200 smp/jam ; wbarat = 5 m
Utara : lutara = 2 detik; ArusUtara = 1450 smp/jam; wutara = 5 m
Selatan : lselatan = 3 detik; ArusSelatan =1650 smp/jam; wselatan = 5,5 m
Waktu kuning : 3 detik
Waktu hilang tiap siklus akibat nyala merah secara serempak pada semua fase adalah 4
detik. Arus jenuh menggunakan persamaan webster :
S = 525 x w
Waktu siklus terpanjang yang diijinkan 120 detik. Jalan dari barat ke timur merupakan
jalan satu arah.
Rencanakan sinyal lalu lintas pada simpang empat lengan tsb dengan menghitung waktu
efektif dan waktu hijau tertayang untuk 2 fase dan 3 fase.
Rekayasa Lalu Lintas 6-25
25
BAB 6 SIMPANG (INTERSEKSI)
Contoh soal 2
Sebuah simpang empat lengan dengan data-data sbb :
Barat : lbarat = 3 detik; ArusBarat = 1260 smp/jam ; wbarat = 5 m
Utara : lutara = 2 detik; ArusUtara = 1470 smp/jam; wutara = 5 m
Selatan : lselatan = 3 detik; ArusSelatan =1580 smp/jam; wselatan = 5,5 m
Timur: ltimur = 3 detik; Arustimur =1350 smp/jam; wtimur = 5 m
Karna nyala merah secara serempak pada semua fase adalah 8 detik ( R = 8 detik )
Waktu siklus optimum terpanjang adalah 120 detik waktu kuning = 3 detik
Hitung : hijau efektif & hijau tertayang dari sinyal lalu lintas simpang 4 tersebut dengan
a. 2 fase ; b. 3 fase ; c. 4 fase
Contents
BAB 6 SIMPANG (INTERSEKSI)........................................................................................1
6.1 Simpang..........................................................................................................................1
6.1.1 Simpang menurut bentuk.......................................................................................1
6.1.2 Simpang menurut struktur......................................................................................2
6.1.3 Simpang menurut pengoperasian...........................................................................3
6.1.4 Simpang menurut pengendalian.............................................................................4
6.2 Prinsip Dasar Pengendalian Simpang............................................................................11
6.3 Konflik Lalu Lintas.........................................................................................................11
6.4 SINYAL LALU LINTAS (TRAFFIC SIGNALS).......................................................................13
6.4.1 Pengertian dasar...................................................................................................13
6.5 Teori Sinyal Waktu Tetap (Teori Webster)....................................................................18
6.5.1 1. Arus Jenuh (Saturation flow).............................................................................18
6.5.2 Waktu Siklus CT.....................................................................................................19
6.5.3 Waktu hilang tiap fase (Li )....................................................................................20
6.5.4 Waktu hilang total (L)............................................................................................21
6.5.5 Waktu hijau...........................................................................................................21
Amann
Tidak
dapat
Pada umumnya :
Waktu kuning peringatan : - waktu hijau berakhir
- waktu merah tiba dengan segera
Hasil penelitian :
Jika pengemudi tidak ingin berhenti pada waktu kuning jarak yang ditempuh
(Lb)
Lg = Vo x ty ( m )
Ket : Lg = go distance ( m )
Vo = kec. Kendaraan ( m/dtk2 )
Ty = waktu kuning ( det )
Jika pengemudi ingin berhenti pada saat waktu kuning jarak yang ditempuh
(Ls)
Ls = Vo x Tr + ½ . a x Td2 ( m )
Ket : Ls = jarak henti ( m )
Vo = kec. Kendaraan ( m/det )
Tr = perception – reaction time ( det )
Td = deceleration time ( det )
a = decelaraion rate ( m/det 2 )
Vo
Jika Td = a Ls = Vo x Tr + ½ . a ( Vo/a )2
Ls = Vo x Tr + ( Vo/2a )
Minimum yellow phase ( waktu kuning min ) :
Pitfall zone = 0
Lg = Ls
Vo.ty = Vo ( Tr + Vo/2a )
Ty = Tr + Vo/2a
Contoh :
Vo = 14 m/det
Perception – reactioutime = 1 detik
Decleraion rate : 3,5 m/det2
Zy = 1 + 14/(c2.3,5)
= 3 detik
Persamaan :
sxg
Q= C (kand/detik)
Ketarangan :
Q = kapasitas (jumlah kendaraan yang melewati simpang)
S = arus jenuh (saluration flow) (kand/det)
g = waktu hijau efektif = He ( detik)
C = cycletine ( waktu siklus) (detik)
Cara Peningkatan Kapasitas Simpang
1. Secara Individual (Uncoodinate system)
a. Peningkatan arus jenuh
- Melebarkan mulut simpang tidak linear
- Menurunkan gangguan di sekitar mulut simpang
Data yang diperlukan untuk memperhitungkan waktu traffic signal ( perencanaan Traffic
signal )
1. Data geometric simpang
- Jumlah lengan simpang (lebar mulut, R, dan seterusnya)
- Jumlah lajur dan lajur pada masing-masing lengan
- Bagian tepi jalan ( batu dan trotoar) serta tata guna lahan dan parkir
kendaraan
- Kelandaian jalan yang memasuki persimpangan
Metode koordinasi :
- Berdasarkan waktu tempuh rerata (gruenwelle)
- Berdasarkan penyebaran kendaraan perbedaan kecepatan (platoon
dispersion)
Isolated intersection
Teknik yang digunakan cable linked system
Cableless linked system
Integral time switch system
Pengendalian ATCS
Berdasar :
“Demand Responsive” (Area Traffic Control System)
Satu kawasan terkoordinasi