Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN


MIKROORGANISME DI UDARA DAN TAMAN
MIKROBIA

EVI ROMANSAH

05081182025016

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikroba terdapat hampir di semua tempat. Di udara mulai dari permukaan


tanah sampai pada lapisan atmosfir yang paling tinggi. Di laut terdapat sampai
pada dasar laut yang paling dalam. Di dalam air, seperti air sungai, selokan, kolam
atau air sawah. Mikroba terdapat di tempat di mana manusia hidup. Terdapat di
udara yang kita hirup, pada makanan yang kita makan, juga terdapat pada
permukaan kulit, pada jari tangan, pada rambut, dalam rongga mulut, usus, dalam
saluran pernafasan dan pada seluruh permukaan tubuh yang terbuka dan dianggap
sebagai flora normal. (Putra, I., Ikhtiar, M., & Emelda, A. (2018)..
Bakteri yang hidup bebas di alam sangat mudah untuk berpindah dari
empat yang satu ke tempat yang lain. Perpindahan tersebut melalui berbagai
macam perantara seperti air, udara dan benda-benda padat. Perpindahan tersebut
dapat menyebabkan bakteri menempel pada benda-benda apa saja, sehingga
dengan mudah benda-benda mati ataupun mahluk hidup lainnya dapat
terkontaminasi bakteri dan bahkan bakteri tersebut dapat merusak atau
menginfeksi apa yang ditempatinya. Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak
bahaya dan kerusakan. Hal itu nampak dari kemampuannya menginfeksi manusia,
hewan, serta tanaman, menimbulkan penyakit yang berkisar dari infeksi ringan
sampai kepada kematian (Pudjadi, E., Suciyani, R., Sahira, I. G., & Pikoli, M. R.
(2016)..
Mikroorganisme pun dapat mencemari makanan dan menimbulkan
perubahan-perubahan kimiawi di dalamnya, membuat makanan tersebut tidak
dapat dimakan atau bahkan beracun. Kerusakan yang ditimbulkan juga dapat
terjadi pada berbagai bahan seperti kain (tekstil), kulit; struktur berkayu seperti
pilar jembatan, rumah-rumah, instalasi listrik yang terbuat dari plastik serta
bahan-bahan organik lainnya bahkan pula bahan bakar jet. (Walid, A., Novitasari,
N., & Wardany, K. (2019).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui
mikroorganisme apa saja yang ada di udara dan untuk mengamati yang umum
pada media secara mikropis.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

mikroorganisme udara merupakan materi partikulat bakteri yang berasal


dari hewan ataupun tanaman, baik yang bersifat patogenik maupun non patogenik.
Partikel bioaerosol yang tersuspensi di udara memiliki kisaran ukuran sebesar 0,5-
30 µm Komponen penyusun udara meliputi bakteri, air, polen, debu, senyawa
organik maupun senyawa anorganik. Mikroorganisme yang paling banyak
memenuhi komponen udara bebas adalah bakteri, jamur dan mikro alga, dalam
bentuk vegetatif atau generatif, umumnya berbentuk spora. (Suharti, N., Munir,
E., Suryanto, D., & Agusnar, H. (2014)..
Udara bukan merupakan medium tempat bakteri tumbuh, tetapi
merupakan pembawa bahan partikulat, debu, tetesan air yang semua dapat sebagai
tempat tumbuh bakteriKandungan udara dalam ruangan akan berbeda dengan luar
ruangan. Bakteri dalam ruangan dipengaruhi oleh laju ventilasi, padatnya orang,
taraf kegiatan orang yang menempati ruangan tersebut. Flora bakteri yang terdapat
di udara bersifat sementara dan beragam.Udara tidak mengandung komponen
nutrisi yang penting untuk bakteri, adanya bakteri udara kemungkinan terbawa
oleh debu, tetesan uap air kering ataupun terhembus oleh tiupan angin. Bakteri
yang berasal dari udara biasanya akan menempel pada permukaan tanah, lantai,
maupun ruangan. Mikroorganisme yang berasal dari udara yang terutama
mengakibatkan infeksi di rumah sakit misalnya Bacillus sp., Staphylococcus sp.,
Streptococcus sp., Pneumococcus, Coliform, virus hepatitis, Clostridium sp.
(Sukmawaty, E., S. manyullei, & V. D. C. (2017).
Bakteri dapat tersuspensikan sementara dalam bahan partikulat atau
terbawa oleh partikel debu dan tetesan cairan baik yang berukuran besar ataupun
kecil. Jumlah dan tipe bakteri yang mengkontaminsai udara ditentukan oleh
sumber kontaminan, misalnya dari orang yang batuk atau bersin. Organisme yang
terbawa oleh udara dapat terangkut sejauh beberapa meter atau beberapa
kilometer, ada sebagian yang mati dalam hitungan detik sedangkan yang lain
dapat bertahan hidup lama. Ketahanan hidup yang berbeda-beda dari suatu bakteri
di udara ditentukan oleh keadaan lingkungan seperti keadaan atmosfer,
kelembaban, cahaya, suhu, ukuran partikel pembawa mikroorganisme tersebut
serta ciri-ciri mikroorganisme itu sendiri terutama ketahanan terhadap keadaan
fisik di atmosfer. Beberapa metode penangkapan bakteri udara antara lain dengan
cara sedimentasi dan alat penangkap udara.( Sentosa, R. A., & Hapsari, R. (2019).
Komponen-komponen penyusun mikroorganime udara diantaranya ialah
jamur, virus dan bakteri. Udara tidak mempunyai flora alami, mikroorganisme
tersebut hanya tinggal sementara mengapung di udara dan terbawa bersama
dengan debu. Jumlah dan macam mikroorganisme dalam suatu volume udara
bervariasi sesuai dengan lokasi, kondisi dan jumlah orang yang ada. Tipe-tipe
bakteri yang hidup di udara meliputi bakteri pembentuk spora dan bukan
pembentuk spora, basil gram positif, coccus gram positif dan basil gram negatif.
Golongan jamur dominan yang bisa didapati dalam suatu ruang adalah dari genus
Trichosporon, Monieliella, Trichoderma dan Aspergillus, sedangkan golongan
bakteri dominan adalah dari genus Pseudomonas dan Bacillus.( Faridah, H. D., &
Sari, S. K. (2019).
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Mikrobiologi Pertanian ini di DESA SIDOHARJO


KECAMATAN TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA
SELATAN Pada tanggal 3 maret 2021 Pukul 10.00 sampai selesai.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 alat dan bahan mikroorganisme di udara

Adapun alat yang digunakan pada praktikum sterilisasi kali ini adalah 1)
stopwatch , 2) cawan petri, 3) penggaris, 4) kertas label 5) colony counter
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum sterilisasi kali ini adalah 1)
media na 2) media pda

3.2.1 alat dan bahan taman mikrobia

Adapun alat yang digunakan pada praktikum pembuatan media 1) jarum


2) wadah plastik 3) label
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum pembuatan media 1) roti
tawar 2)tomat 3) aquades 4) kacang hijau

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Cara kerja mikroorganisme diudara

1. Sapkan 2 media (PDA/NA) beri label (kelompok, waktu)


2 Cari Lokasi yang ditentukan
3. Buka kedua media secara bersamaan
4. Hitung waktu t 5 menit
5. Tutup kembali6. Amati 1x24jam selama 5 harii
3.3.2 Cara kerja taman mikrobia

1. Beri label pada setiap tubuh.


2 A. Wadah 1: kacang hijau di rendam dalam aquadest didalam wadah dan
ditutupB. Wadah 2: Tomat ditusuk tusuk menggunakan jarum lalu ditutup C
Wadah 3: Roti tawar diperciki aquadest lalu ditutup
3. Lakukan pengamat an selama 4 hari.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 adapun hasil dari mikroorganisme di udara sebagai berikut:

Hari perlakuan warna Jumlah koloni


minggu 1.PDA . .
2 NA ‘ .
senin 1 PDA PUTIH 2
2 NA PUTIH 1
selasa 1 PDA PUTIH,HITAM,ORANGE 5
2 NA PUTIH,PINK, ORANGE 3
rabu 1 PDA HITAM PUTIH ORANGE 6
HIJAU
2 NA PUTIH 5
kamis 1 PDA PUTIH 6
2 NA HITAM PUTIH 11

4..1.2 adapun hasil dari taman mikrobia sebagai berikut :

HARI MEDIA GAMBAR KETERANGAN


PERTUMBUHAN
Mikroba sudah
tumbuh pada
KACANG HIJAU
kacang hijau, di
tandai dengan
adanya
KAMIS
mikroorganisme
jamur
Mikroba sudah
ROTI tumbuh pada roti,
di tandai dengan
adanya
mikroorganisme
jamur

Mikroba sudah
TOMAT tumbuh pada
tomat, di tandai
dengan adanya
mikroorganisme
jamur
4.2 Pembahasan

Mikroorganisme yang berasal dari udara dikenal dengan istilah bioaerosol.


Bakteri dalam ruangan tertutup lebih sedikit dibandingkan di udara terbuka.
Bakteri tersebut sebagian besar adalah saprofit dan bersifat non patogenik tetapi
jika konsentrasinya bertambah banyak, bakteri ini dapat berpotensi sama seperti
bakteri patogenik dan dapat menimbulkan penyakitKonsentrasi bioaerosol
menjadi faktor penting dalam mempengaruhi kualitas udara dalam ruangan.
Ketika konsentrasi meningkat secara signifikanmaka aerosol biologis, seperti
bakteri, jamur, dan virus dapat meningkatkan risiko infeksi bakteri atau reaksi
alergi bertransmisi di udara. Hal ini disebabkan karena peningkatan konsentrasi
mikroba di udara dapat mengakibatkan jumlah mikroba yang masuk ke dalam
tubuh meningkat, terutama ketika mekanisme pertahanan
tubuh terganggu .
Adanya permasalahan klinis pada seseorang dapat menjadi factor
predisposisi terjadinya penyakit, misalnya terapi kortikosteroid jangka panjang.
Penggunaan kortikosteroid jangka panjang dapat melemahkan sistem imun. Hal
ini disebabkan karena kortikosteroid bekerja dengan cara menekan sistem imun.
Ketika sistem imun tertekan, aktifitas limfosit sel T dan sel B akan terganggu. Hal
ini dapat mengganggu keseimbangan flora normal di dalam tubuh. Flora normal
ini akan berkolonisasi sehingga dapat menyebabkan infeksi oportunistik. Ketika
mekanisme pertahanan tubuh terganggu dan jumlah mikroba yang masuk ke
dalam tubuh meningkat maka mikroba tersebut tidak dapat dinetralisir oleh
mekanisme pertahanan tubuh sehingga terjadilah infeksi bakteri dan menimbulkan
penyakit.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi mikroorganisme udara yang
menentukan seberapa baik bagi kesehatan manusia. Faktor-faktor tersebut
meliputi kehadiran dan efisiensi dari alat penyaring udara, desain dan operasi
sistem sirkulasi udara, kesehatan dan kehigenisan dari penghuni ruangan,
komponen udara yang bersih sekitar bangunan, tipe pencahayaan, temperatur, dan
kelembapan udara relat.
Udara yang terkontaminasi oleh mikroba patogen sangat sulit untuk
dideteksi. Mikroba patogen dalam udara masuk ke saluran napas penjamu (host)
dalam bentuk droplet dan/atau dust. Droplet (tetesan) dikeluarkan oleh penderita
(reservoir) saat batuk atau bersin, berbicara atau bernapas melalui mulut atau
hidung. Dust (debu) merupakan partikel yang dapat terbang bersama debu
lantai/tanah. Penularan melalui udara ini umumnya mudah terjadi di dalam
ruangan yang tertutup seperti di dalam gedung, ruangan/bangsal/kamar perawatan,
atau pada laboratorium klinik.Penelitian oleh Fang (2014) di Beijing, China
mengenai bakteri udara di dalam ruangan menunjukkan konsentrasi bakteri udara
antara 47 CFU/m3– 12341 CFU/m3 Dalam penelitian ini juga diidentifikasi
beberapa bakteri yaitu Micrococcus sp (26,74%), Bacillus sp (14,56%), Kocuria
sp (12,66%), dan Staphylococcus sp (12,03%)..
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Udara sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan


yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan Udara dapat dikelompokkan
menjadi udara luar ruangan dan udara dalam ruangan Udara dalam ruangan
merupakan faktor lingkungan mendasar yang mampu mempengaruhi kesehatan
Kualitas udara dari lingkungan dalam ruangan adalah salah satu faktor utama yang
mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan, dan produktivitas masyarakat. Kualitas
udara dalam ruangan sangat mempengaruhi kesehatan manusia karena hampir
90% hidup manusia. Kualitas udara dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
kualitas fisik udara seperti debu partikular, kelembaban udara, kecepatan aliran
udara, dan sebagainya ; kualitas kimia udara seperti SO2, CO2, CO, NO2,
Oksidan, Hidrokarbon, dan H2S ; serta kualitas mikrobiologi udara seperti
bakteri, jamur, dan virus.
kualitas udara di dalam salah satunya dipengaruhi oleh adanya
mikroorganisme yang meliputi bakteri, jamur dan virus. Udara tidak mempunyai
flora alami, flora mikroba di udara bersifat sementara dan beragam. Udara
bukanlah suatu medium tempat .mikroorganisme tumbuh tetapi merupakan
pembawa bahan partikular debu.

5.2 Saran
Adapun saran dari praktikum kali ini yaitu semua alat yang akan
digunakan sebaiknya kami praktikan. yang melakukan praktikum bukan asisten,
sehingga kami dapat mengetahui mikroorganisme di udara dan taman mikrobia
yang baik dan benar dari tahap awal sampai akhir.

DAFTAR PUSTAKA

Putra, I., Ikhtiar, M., & Emelda, A. (2018). Analisis Mikroorganisme Udara
terhadap Gangguan Kesehatan dalam Ruangan Administrasi Gedung Menara
UMI Makassar. : : Jurnal Kesehatan, 1(2), 68–75.

Pudjadi, E., Suciyani, R., Sahira, I. G., & Pikoli, M. R. (2016). Kualitas
Mikrobiologis Udara di Salah Satu Pusat Perbelanjaan di Jakarta Selatan.
AL-Kauniyah: Jurnal Biologi, 8(2), 59–65.
https://doi.org/10.15408/kauniyah.v8i2.2691

Walid, A., Novitasari, N., & Wardany, K. (2019). Studi Morfologi Koloni Bakteri
Udara Di Lingkungan Fakultas Tarbiyah Dan Tadris Institut Agama Islam
Negeri Bengkulu. Jurnal IPA & Pembelajaran IPA, 3(1), 10–14.
https://doi.org/10.24815/jipi.v3i1.12974

Suharti, N., Munir, E., Suryanto, D., & Agusnar, H. (2014). Hubungan Antara
Populasi Mikroorganisme Udara Dengan Kejadian Infeksi Saluran
Pernafasan Akut Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Terjun
Medan. Jurnal Pendidikan Kimia, 6(1), 11–20.
http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jpk/article/download/5472/4890

Sukmawaty, E., S. manyullei, & V. D. C. (2017). Kualitas Bakteriologis Udara


Dalam Ruang Perawatan VIP Anak RSUD H. Padjonga Daeng Ngalle
Kabupaten Takalar. Journal Prosiding Seminar Nasional Biology for Life,
November, 38–43.

Sentosa, R. A., & Hapsari, R. (2019). Jumlah Dan Pola Bakteri Udara Pre Dan
Post Pembersihan : Studi Observasional Di Ruang Operasi Rumah Sakit
Nasional Diponegoro Semarang. Diponegoro Medical Journal (Jurnal
Kedokteran Diponegoro), 8(2), 811–822.

Faridah, H. D., & Sari, S. K. (2019). Utilization of Microorganism on the


Development of Halal Food Based on Biotechnology. Journal of Halal
Product and Research, 2(1), 33. https://doi.org/10.20473/jhpr.vol.2-
issue.1.33-43

Anda mungkin juga menyukai