Askep Pernapasan (TB Paru) KLP Ii
Askep Pernapasan (TB Paru) KLP Ii
Oleh
Kelompok II
Yulianti (B0219514)
Masita (B0219354)
Nasrah (B0219509)
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT Atas rahmat dan hidayahnya,makalah ini dapat
terselesaikan dengan sabaik-baiknya. Makalah ini adalah tugas kelompok dalam mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah I. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada para pihak
yang telah membantu kelancaran tugas ini,terutama dosen Keperawatan Medikal Bedah I
yang telah memberikan banyak pengarahan serta ilmu kepada kami para mahasiswa.
Semoga makalah yang kami buat ini,bermanfaat bagi pembaca. Kami juga
mengharapkan kritik dan saran,supaya tugas selanjutnya dapat menjadi lebih baik dari
sebelumnya dan sesungguhnya semua itu bersifat membangun
Terimakasih
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................... 1
A. Pengkajian............................................................................................. 10
B. Diagnosis Keperawatan........................................................................ 12
C. Intervensi.............................................................................................. 13
BAB IV PENUTUP......................................................................................... 19
A. Kesimpulan........................................................................................... 19
B. Saran..................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pernafasan atau yang sering disebut system respirasi merupakan sistem
organ yang digunakan untuk proses pertukaran gas, dimana sistem pernafasan
inimerupakan salah satu sistem yang berperan sangat penting dalam tubuh
untukmenunjang kelangsungan hidup. Sistem pernafasan dibentuk oleh beberapa
struktur, seluruh struktur tersebut terlibat didalam proses respirasi eksternal
yaitupertukaran oksigen antara atmosfer dan darah serta pertukaran karbon
dioksidaantara darah dan atmosfer, selain itu terdapat juga respirasi internal yaitu
prosespertukaran gas antara darah sirkulasi dan sel jaringan dimana system
respirasiinternal ini terjadi pada seluruh system tubuh. (Djojodibroto, 2012).
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
obat program yaitu DKI Jakarta (68,9%), Yogyakarta (67,3%), Jawa Barat (56,2%),
Sulawesi Barat (54,2%) dan Jawa Tengah (50,4%) (Kemenkes, 2013). Prevalensi
Tuberkulosis per 100.000 penduduk provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 106,42
penduduk. Prevalensi tuberkulosis tertinggi adalah di Kota Tegal (358,91 per 100.000
penduduk) dan terendah di Kabupaten Magelang (44,04 per 100.000 penduduk)
(Dinkes Prov Jateng, 2012). Suspek TB di seluruh UPK (Unit Pelayanan Kesehatan)
Surakarta mengalami penurunan tiga tahun terakhir yaitu pada tahun 2011 sebesar
5684 orang, tahun 2012 sebesar 4987 orang dan di tahun 2013 sebesar 3820 orang.
Sedangkan prevalensi kasus TB paru BTA positif di Surakarta mengalami penurunan
yaitu 418 penderita (tahun 2011), 377 penderita (tahun 2012), dan 361 penderita
(tahun 2013) (Dinkes Surakarta, 2013).
C. Etiologi Penyakit
Penyebab tuberkulosis adalah mycrobacterium tuberculosis, sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um (Amin dan
Asril, 2007).
D. Manifestasi Klinis
Demam
Malaise
Anoreksia
Penurunan berat badan
Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama berminggu-minggu
sampai berbulan-bulan)
Peningkatan frekuensi pernapasan
Ekspansi buruk pada tempat yang sakit
Bunyi napas hilang dan ronghi kasar,pekak pada saat perkusi
Demam persistem
Anemia
Pucat
Kelemahan
E. Komplikasi
1. Kerusakan tulang dan sendi
Nyeri tulang punggung dan kerusakan sendi bisa terjadi ketika infeksi kuman TB
menyebar dari paru-paru ke jaringan tulang. Dalam banyak kasus, tulang iga juga
bisa terinfeksi dan memicu nyeri di bagian tersebut.
2. Kerusakan otak
Kuman TB yang menyebar hingga ke otak bisa menyebabkan meningitis atau
peradangan pada selaput otak. Radang tersebut memicu pembengkakan pada
membran yang menyelimuti otak dan seringkali berakibat fatal atau mematikan.
3
4. Kerusakan jantung
Jaringan di sekitar jantung juga bisa terinfeksi oleh kuman TB. Akibatnya bisa
terjadi cardiac tamponade, atau peradangan dan penumpukan cairan yang membuat
jantung jadi tidak efektif dalam memompa darah dan akibatnya bisa sangat fatal.
5. Gangguan mata
Ciri-ciri mata yang sudah terinfeksi TB adalah berwarna kemerahan, mengalami
iritasi dan membengkak di retina atau bagian lain.
6. Resistensi kuman
Pengobatan dalam jangka panjang seringkali membuat pasien tidak disiplin,
bahkan ada yang putus obat karena merasa bosan. Pengobatan yang tidak tuntas
atau tidak disiplin membuat kuman menjadi resisten atau kebal, sehingga harus
diganti dengan obat lain yang lebih kuat dengan efek samping yang tentunya lebih
berat.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tuberkulosis paru (TB paru) dapat dibagi menjadi dua fase, yaitu fase
intensif dan fase lanjutan. Penggunaan obat juga dapat dibagi menjadi obat utama dan
tambahan.
Medikamentosa
Obat anti tuberkulosis (OAT) yang dipakai sebagai tatalaksana lini pertama adalah
rifampisin, isoniazid, pirazinamid, streptomisin, dan etambutol, yang tersedia dalam
tablet tunggal maupun dalam sediaan dosis tetap (fixed dose combination). Jenis obat
lini kedua adalah kanamisin, kuinolon, dan derivat rifampisin dan isoniazid.
Isoniazid (H) diberikan dalam dosis 5 mg/kgBB oral tidak melebihi 300 mg per
hari untuk TB paru aktif, sedangkan pada TB laten pasien dengan berat badan
>30 kg diberikan 300 mg oral. Pemberian isoniazid juga bersamaan dengan
Piridoksin (vitamin B6) 25-50 mg sekali sehari untuk mencegah neuropati
perifer.
Pirazinamid (Z) pada pasien dengan HIV negatif diberikan 15-30 mg/kgBB per
hari secara oral dalam dosis terbagi, tidak boleh melebihi dua gram per hari.
Atau dapat diberikan dua kali seminggu dengan dosis 50 mg/kg BB secara oral.
Etambutol (E) pada fase intensif dapat diberikan 20 mg/kgBB. Sedangkan pada
fase lanjutan dapat diberikan 15 mg/kgBB , atau 30 mg/kgBB diberikan 3 kali
seminggu, atau 45 mg/kgBB diberikan 2 kali seminggu.
4
Streptomisin (S) dapat diberikan 15 mg/kgBB secara intra muskular, tidak
melebihi satu gram per hari. Atau dapat diberikan dengan dosis dua kali per
minggu, 25-30 mg/kgBB secara intra muskular, tidak melebihi 1,5 gram per
hari.
Kategori 1 : 2RHZE/4RH3
Kategori 2 : 2 RHZES/RHZE/5RH3E3
Kategori 1
OAT Kategori 1 diberikan pada pasien baru, yaitu pasien TB paru terkonfirmasi
bakteriologis, TB paru terdiagnosis klinis, dan pasien TB ekstra paru. OAT kategori 1
diberikan dengan cara RHZ diberikan selama 2 bulan, dilanjutkan dengan RH 4 bulan.
Kategori 2
OAT Kategori 2 diberikan pada pasien BTA positif yang sudah diberikan
tatalaksana sebelumnya, yaitu pada pasien kambuh, pasien gagal pengobatan dengan
kategori 1, dan pasien yang diobati kembali setelah putus obat.
Terapi MDR-TB
Gunakan sedikitnya 4-5 obat yang tidak pernah diberikan sebelumnya, dimana
obat-obat tersebut masih sensitif secara in vitro. Jangan gunakan obat yang sudah
resisten. Ada baiknya mengonsultasikan pasien dengan MDR-TB kepada spesialis
penyakit paru.
Berikut ini adalah pilihan obat yang dapat diberikan pada pasien dengan MDR-TB,
dengan catatan bahwa obat-obat ini masih sensitif :
Grup 1: first- lineterapi oral, misalnya: pirazinamid, etambutol, rifampisin
Grup 2: injeksi, misalnya: kanamisin, amikasin, capreomycin, streptomisin
Grup 3: golongan fluoroquinolon, misalnya: levofloksasin, moxifloksasin,
ofloksasin
Grup 4: second- lineterapi oral bakteriostatik, misalnya: cycloserine,
terizidone, asam para aminosalisilat (PAS), etionamide, protionamide
Grup 5: obat-obat ini tidak dianjurkan oleh WHO untuk penggunaan rutin
karena efektifitasnya masih belum jelas. Namun diikutsertakan dengan alasan
bahwa bilamana ke 4 grup obat tersebut diatas tidak mungkin diberikan kepada
pasien, seperti pada XDR-TB.
5
Penggunaan obat ini mesti dikonsultasikan terlebih dahulu dengan spesialis
penyakit paru. Contoh obatnya: clofazimine, linezolid, amoksisilin klavulanat,
thiocetazone, imipenem/cilastatin, klaritromisin, INH dosis tinggi.
Kehamilan
Ibu Menyusui
Pada prinsipnya, pengobatan OAT pada ibu menyusui tidak berbeda dengan
pengobatan TB pada umumnya. Semua jenis OAT aman bagi ibu menyusui.
Tatalaksana OAT yang adekuat akan mencegah penularan TB ke bayi. Untuk bayi
yang menyusu dari ibu penderita TB, terapi profilaksis isoniazid dapat diberikan.
Rawat Inap
Umumnya pasien dengan tuberkulosis paru (TB Paru) tidak perlu dirawat inap.
Namun akan memerlukan rawat inap pada keadaan atau komplikasi berikut :
Batuk darah masif
Keadaan umum dan tanda vital buruk
Pneumotoraks
Batuk
Empiema
Efusi pleural masif/bilateral
Sesak nafas berat yang tidak disebabkan oleh efusi pleura
Kriteria Sembuh
Seseorang pasien Tuberkulosis paru (TB Paru) dianggap sembuh apabila memenuhi
kriteria :
BTA mikroskopik negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan akhir
pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat
Pada foto toraks, gambaran radiologik tetap sama atau menunjukkan
perbaikan
Apabila dilakukan biakan, ditemukan biakan negatif
6
Monitoring
Monitoring pada tuberkulosis paru (TB paru) dilakukan dengan dua tujuan, yaitu
evaluasi pengobatan dan evaluasi komplikasi maupun efek samping obat.
Evaluasi Pengobatan
Pada penderita yang telah dinyatakan sembuh, evaluasi tetap dilakukan selama
2 tahun pertama untuk mendeteksi adanya kekambuhan. Pemeriksaan BTA
dilakukan pada bulan ke-3, 6, 12, dan 24 setelah dinyatakan sembuh. Sedangkan
pemeriksaan foto rontgen dada dilakukan pada bulan ke-6, 12, dan 24 setelah
dinyatakan sembuh.
7
Pembiayaan pengendalian program TB yang lebih banyak berpusat kepada
aspek kuratif masih bergantungan pada pendanaan dari donor internasional selain
alokasi APBD yang masih rendah [1]. Khusus warga DKI Jakarta yang berobat TB
melalui puskesmas, pemprov DKI memberikan subsidi pengobatan TB secara gratis.
Pada tingkat pertama, pasien yang datang ke puskesmas akan ditangani oleh seorang
dokter umum, dan bilamana dianggap perlu, pasien TB dirujuk ke rumah sakit
setempat yang memiliki fasilitas pemeriksaan spesialistik.
G. Pemeriksaan penunjang
Anamnesis pada pemeriksaan fisik
Laboratorium draah rutin (LED) normal atau meningkat, limfositosis)
Foto thoraks PA dan lateral. Gambaran foto thoraks yang menunjang diagnosis
TB, yaitu :
- Bayangan lesi terletak dilapangan atas paru atau segmen apikal logus
bawah
- Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular)
- Adanya kavitas, tunggal atau ganda
- Kelainan bilateral, teruma di lapangan atas paru
- Adanya klasifikasi
- Bayangan menetappada foto ulang beberapa minggu kemudian
- Bayangan milier
8
7. MYCODOT
Deteksi antibody memakai antigen lipoarabinomannan yang di rekatkan pada suatu
alat berbentuk seperti sisir plasti, kemudian dicelupkan dalam serum pasien. Bila
terdapat antibody spesifik dalam jumlah memadai maka warna sisir akan berubah.
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Tn.A 70 tahun masuk RS Harapan dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari yang lalu ,di
sertai batuk berdarah,dan seluruh tubuh berkeringat di malam hari,setelah pasien masuk di
ruang inap.Keesokan harinya pada pukul 11.20 WIB Dengan keadaan malaise,dan keluhan
utama dahak,massa otot berkurang,napas pendek serta pembekakan kelenjar getah bening TD
130/80mmHg.Klien mengatakan berat badan menurun karena tidak nafsu makan.diagnosis
TB Paru.
A. PENGKAJIAN
Usia : 70 Tahun
Data Fokus
10
11. Hambatan upaya nafas Masalah keperawatan : kecemasan
ANALISIS DATA
Usia : 70 Tahun
11
D.0055 Gangguan pola Kurang kontrol Mengeluh sulit
tidur tidur tidur
D.0032 Risiko Ketidakmampu
ketidakseimbanga an menelan
n nutrisi atau - - makan.
kebutuhan nutrisi
D.0036 Risiko - - Peradangan
ketidakseimbanga pankreas
n cairan
D.0058 Kesiapan - Mengekspresika -
peningkatan tidur n keinginan
untuk
meningkatkan
tidur
D.0026 Kesiapan - Mengekspresika -
peningkatan nutrisi n keinginan
untuk
meningkatkan
nutrisi dan
mengikuti
standar asupan
nutrisi yang
tepat.
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
12
nutrisi atau kebutuhan nutrisi
d.d ketidakmampuan
menelan makanan.
D.0036 Resiko ketidakseimbangan -
cairan d.d peradangan
pankreas.
D.0058 Kesiapan peningkatan tidur -
d.d mengekspresikan
keinginan untuk
meningkatkan tidur.
D.0026 Kesiapan peningkatan nutrisi -
d.d mengekspresikan
keinginan untuk
meningkatkan nutrisi dan
mengikuti standar asupan
nutrisi yang tepat.
C. INTERVENSI
13
Berikan minuman hangat
Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endoktrakeal
Edukasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektoran,muk
olitik, jiak perlu.
D.0055 Gangguan pola Setelah Dukungan tidur
tidur b.d kurang dilakukan
kontrol tidur d.d intervensi Observasi
mengeluh sulit selama 4 jam,
tidur. maka pola tidur Identifikasi pola aktivitas dan
membaik tidur
dengan kriteria:
Identifikasi faktor pengganggu
Keluhan sulit tidur (fisik dan/psikologis)
tidur menrun
Identifikasi mkanan dan
Keluhan tidak minuman yang mengganggu
puas tidur tidur
menurun (mis.kopi,teh,alkohol,makan
mendekati waktu tidur, minum
Keluhan sering banyak air sebelum tidur)
terjaga
menururn Terapeutik
14
tidur berubah Pencahayaan,kebisingan,suhu,
meningkat matras, dan tempat tidur)
Edukasi
Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur.
15
keinginan untuk maka Periksa status gizi, status alergi,
meningkatkan peningkatan program diet, kebutuhan dan
nutrisi dan nutrisi kemampuan pemenuhan
mengikuti standar membaik, kebutuhan gizi
asupan nutrisi dengan kriteria:
yang tepat Identifikasi kemampuan dan
Porsi makanan waktu yang tepat menerima
yang informasi
dihabiskan .
meningkat Terapeutik
Edukasi
Demonstrasikan cara
membersihkan mulut
Ajarkan pasien/keluarga
memantau kondisi kekurangan
nutrisi
Anjurkan mendemonstrasikan
16
cara memberi makan,
menghitung kalori, menyiapkan
makan sesuai program diet.
D.0026 Kesiapan Setelah Dukungan tidur
peningkatan tidur dilakukan
d.d intervensi Observasi
mengekspresikan selama 4 jam,
keinginan untuk maka pola tidur Identifikasi pola aktivitas dan
meningkatkan membaik tidur
tidur. dengan kriteria:
Identifikasi faktor pengganggu
Keluhan sulit tidur (fisik dan/psikologis)
tidur menururn
Identifikasi mkanan dan
Keluhan tidak minuman yang mengganggu
puas tidur tidur
menurun (mis.kopi,teh,alkohol,makan
mendekati waktu tidur, minum
Keluhan sering banyak air sebelum tidur)
terjaga menurun
Identifikasi obat tidur yang
Keluhan pola dikonsumsi
tidur berubah
meningkat Terapeutik
Edukasi
17
cukup selama sakit
Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur.
18
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dengan demikian, bahwa penyakit tuberculosis (TBC) itu disebabkan karena
adanya bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Oleh karena itu untuk mencegah
penularan penyakit ini sebaiknya harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Tuberkulosis juga penyakit yang harus benar-benar segera ditangani dengan cepat.
B. SARAN
Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis
adalahMeningkatkandayatahan tubuh dengan makanan bergizi TBC adalah penyakit
yang dapatdisembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita dituntut untuk minum
obat secara benar sesuai yang dianjurkan oleh dokter serta teratur untuk
memeriksakan diri ke klinik/puskesmas.
19
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, C.L. 1996. Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses
keperawatan) Bandung.
Doengoes, M. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Tim Pokja SDKI DPP Ppni. (2017). Standar Diagnosis Keprawatan Indonesia
Defenesi dan Indikator Diagnostik,Jakarta:Dewan Pengurus Pusat
20