DISUSUN OLEH:
i
HALAMAN PENGESAHAN
Disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Penguji I Penguji II
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
iii
SURAT KEPUTUSAN DEKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
Tentang
Atas Nama :
TIM PENGUJI
Puji dan syukur tim penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga tim penulis dapat menyelesaikan evalusi
program ini. Evaluasi program ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Komunitas.
Proses penyusunan evaluasi program ini tentunya tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak khususnya kepada penanggungjawab program. Oleh karena itu,
bersama dengan ini perkenankan tim penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak, dr.
Muhammad Asroruddin, Sp.M yang memberikan tim penulis kesempatan
untuk mengikuti pendidikan pada fakultas yang beliau pimpin.
2. Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungpura Pontianak, Dr.dr. Ery Hermawati, M.Sc yang memberikan
kesempatan kepada tim peneliti untuk mengikuti pendidikan ilmu kedokteran
di Program Studi Profesi Dokter ini.
3. Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak, dr. Sidiq Handanu Widoyono,
M.Kes yang memberikan kesempatan kepada tim penulis untuk mengikuti
kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Komunitas di UPT Puskesmas Saigon
Kecamatan Pontianak Timur.
4. Ibu Aina, SKM selaku Kepala UPT Puskesmas Saigon Pontianak Kecamatan
Pontianak Timur yang telah memberikan kami kesempatan, dukungan serta
membimbing untuk melakukan praktik klinik Ilmu Kedokteran Komunitas di
UPT Puskesmas Saigon.
5. Bapak Agus Fitriangga, SKM, MKM selaku penanggung jawab kepaniteraan
klinik Ilmu Kedokteran Komunitas, yang telah banyak membantu dan
memberikan saran demi kelancaran praktik klinik ilmu kedokteran komunitas.
6. Pembimbing evaluasi program kami, yaitu Bapak Agus Fitriangga, SKM,
MKM dan Ibu Aina, SKM beserta penguji yaitu Ibu Patricia Ami Dameuli,
SKM dan dr. Abror Irsan, MMR yang telah banyak membantu dan
memberikan kritik dan masukan kepada tim penulis dalam penyusunan
evaluasi program ini.
7. Seluruh rekan-rekan Bapak/Ibu pegawai di UPT Puskesmas Saigon
Kecamatan Pontianak Timur yang juga mendukung kelancaran dalam
penyusunan evaluasi program ini.
8. Rekan seperjuangan dalam tim penulis yang telah banyak membantu dan
bekerjasama untuk menyelesaikan penelitian ini.
Tim penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
lebih baik lagi kedepannya terutama dalam hal penyusunan evaluasi progam.
Semoga evaluasi program ini bermanfaat bagi banyak pihak, terutama bagi pihak
UPT Puskesmas Saigon Kecamatan Pontianak Timur, masyarakat pada umumnya
dan bagi dunia kedokteran.
Pontianak, Oktober
Tim Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 3
1.3 Tujuan..........................................................................................................3
1.4 Manfaat........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Evaluasi....................................................................................................... 5
2.2 Puskesmas....................................................................................................6
2.3 Puskesmas Saigon..........................................................................................8
2.4 Upaya Perbaikan Gizi di Puskesmas….........................................................9
2.5 Indikator Persentase Balita yang Ditimbang Berat Badannya
(D/S)…...............................................................................................................13
2.6 Balita…........................................................................................................14
2.6 Gizi Buruk...................................................................................................15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Penetapan Tolok Ukur dari Keluaran.......................................................... 19
3.2 Pengumpulan Data.......................................................................................20
3.3 Identifikasi Masalah.................................................................................... 20
3.4 Menetapkan Prioritas Masalah.................................................................... 20
3.5 Pembuatan Kerangka Konsep dari Masalah yang Diprioritaskan...............21
3.6 Identifikasi Penyebab Masalah....................................................................22
3.7 Penentuan Prioritas Penyelesaian Masalah..................................................22
BAB IV PENYAJIAN DATA
4.1 Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Saigon................................. 23
vi
4.1.1 Luas dan Batas Wilayah.................................................................. 23
4.1.2 Demografi/Kependudukan...............................................................23
4.1.3 Mata Pencaharian.............................................................................25
4.2 Gambaran Upaya Kesehatan di Puskesmas Saigon.....................................25
4.3 Analisa Situasi dan Sumber Daya UPT Puskesmas....................................26
4.3.1 Program Kesehatan Puskesmas....................................................... 26
4.3.2 Fasilitas Kesehatan.......................................................................... 26
4.3.3 Situasi Sumber Daya Kesehatan......................................................27
BAB V HASIL PENILAIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Indikator dan Tolok Ukur Keluaran Program..............................................28
5.2 Identifikasi Penyebab Masalah....................................................................30
5.3 Perencanaan dan Alternatif Penyelesaian Masalah..................................... 35
5.3.1 Penyediaan Google Form Pendataan...............................................35
5.3.2 Pembinaan Kader Posyandu/Posbang..............................................36
5.3.3 Optimalisasi Grup Whatsapp Posyandu/Posbang............................37
5.3.4 Penyediaan Media Promosi Kesehatan............................................38
5.4 Penentuan Prioritas Penyelesaian Masalah..................................................39
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan..................................................................................................41
6.2 Saran............................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................43
LAMPIRAN............................................................................................................ 43
vii
8
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
Banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian angka rasio anak balita yang
hadir dan ditimbang. Menurut penelitian terdahulu faktor-faktor yang berhubungan
dengan partisipasi ibu balita ke posyandu menyatakan bahwa perilaku kunjungan ibu
balita dipengaruhi banyak faktor antara lain umur ibu, pengetahuan, pendidikan,
pekerjaan, sikap, kepercayaan, jumlah anak balita, umur balita, urutan kelahiran, jarak
tempuh ke posyandu, kepemilikan KMS, dukungan keluarga, dan dukungan tokoh
masyarakat.3
Partisipasi atau peran serta masyarakat memiliki makna yang luas dan pada
hakekatnya bertitik tolak pada perilaku dan sikap. Perilaku kesehatan dipengaruhi oleh
3 faktor yaitu faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pendukung (enabling
factor) dan faktor pendorong (reinforcing factor). Faktor predisposisi terdiri dari
pengetahuan, sikap, pekerjaan, usia, dan lain sebagainya, sedangkan faktor pendukung
(enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya
fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya 6 puskesmas, obat-obatan, dan
faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
serta dukungan keluarga.
Dampak yang dialami balita apabila tidak aktif dalam kegiatan penimbangan di
Posyandu antara lain tidak mendapat penyuluhan kesehatan, tidak mendapat vitamin A,
ibu balita tidak mengetahui pertumbuhan dan perkembangan berat badan balita, ibu
balita tidak mendapatkan pemberian dan penyuluhan tentang makanan tambahan
(PMT). Hal tersebut memicu munculnya permasalahan gizi, baik gizi sedang, gizi
kurang, maupun gizi buruk pada balita yang akan berdampak sangat fatal yaitu dapat
menyebabkan kematian. Penimbangan balita menjadi pemantauan dasar yang penting
bagi anak balita yang paling awal dalam memantau pertumbuhan dan
perkembangannya.
Target Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) pada indikator persentase balita yang ditimbang berat badannya (D/S) di
Puskesmas Saigon Tahun 2020 adalah sebesar 70% dengan hasil capaian yaitu sebesar
35%. Pada 4 tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2016, hasil capaian Puskesmas Saigon
yaitu 71,1% dari target sebesar 72%. Kemudian pada tahun 2017 hasil capaian yaitu
55,4% dari target 75% dan pada tahun 2018 dengan hasil capaian 61,0% dari target
77%, tahun 2019 capaian 52,4%dari target 80%. Hal ini menunjukkan bahwa indikator
balita yang ditimbang berat badannya menjadi masalah yang terus muncul dari tahun ke
tahun namun belum dapat diselesaikan. 4 Berdasarkan hal tersebut, maka perlu untuk
2
dilakukan evaluasi program berdasarkan indikator persentase balita yang ditimbang
berat badannya (D/S) di UPT Puskesmas Saigon Kecamatan Pontianak Timur dengan
harapan agar dapat menjadi bahan evaluasi dalam upaya peningkatan status gizi balita,
khususnya di Kecamatan Pontianak Timur.4
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui, mengidentifikasi, menganalisis dan mengevaluasi penyebab
rendahnya persentase balita yang ditimbang berat badannya (D/S) di UPT Puskesmas
Saigon Kecamatan Pontianak Timur tahun 2020 sehingga tidak memenuhi target.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui faktor-faktor penyebab masalah rendahnya persentase balita yang
ditimbang berat badannya (D/S) di UPT Puskesmas Saigon Kecamatan Pontianak
Timur tahun 2020.
b. Merumuskan pemecahan masalah dalam pelaksanaan program untuk meningkatkan
persentase balita yang ditimbang berat badannya (D/S) di UPT Puskesmas Saigon
Kecamatan Pontianak Timur tahun 2020.
1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mengetahui program Puskesmas, perencanaan, pelaksanaan, capaian,
masalah yang timbul dalam pelaksanaan, dan dapat mengevaluasi program Puskesmas
serta dapat memberikan masukan untuk perbaikan program.
1.4.2. Bagi Fakultas
Melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam menjalankan fungsi dan
tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan,
penelitian, dan pengabdian bagi masyarakat, terutama dalam peningkatan kesehatan di
Kota Pontianak.
3
1.4.3. Bagi Dinas Kesehatan Kota Pontianak
Menjadi masukan dan bahan pertimbangan kepada Dinas Kesehatan Kota
Pontianak dalam mencari solusi untuk menangani permasalahan kesehatan masyarakat
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.
1.4.4. Bagi Puskesmas
Mendapatkan gambaran kemungkinan penyebab masalah tidak tercapainya
target program dan alternatif pemecahan masalah rendahnya persentase balita yang
ditimbang berat badannya (D/S) di UPT Puskesmas Saigon Kecamatan Pontianak
Timur tahun 2020.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana
suatu kegiatan telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu
standar untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya, serta bagaimana
manfaat yang telah didapatkan bila dibandingkan dengan harapan-harapan
yang ingin diperoleh. Evaluasi berguna untuk merumuskan alternatif keputusan di
masa yang akan datang.5
Evaluasi adalah penyelidikan (proses pengumpulan informasi) yang sistematis
dari berbagai aspek pengembangan program profesional dan pelatihan untuk
mengevaluasi kegunaan dan kemanfaatannya.6 Evaluasi adalah suatu alat atau
prosedur yang digunakan untuk mengetahui dan mengukur sesuatu dalam suasana
dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Dari hasil evaluasi diperoleh
atribut atau sifat-sifat yang terdapat pada individu atau objek yang bersangkutan.
Selain menggunakan tes, data, juga dapat dihimpun dengan menggunakan angket,
observasi, dan wawancara atau bentuk instrumen lainnya yang sesuai.7
Evaluasi program adalah aktivitas investigasi yang sistematis tentang sesuatu
yang berharga dan bernilai dari suatu objek. Keputusan-keputusan yang diambil
dijadikan sebagai indikator-indikator penilaian kinerja pada setiap tahapan
evaluasi dalam tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Secara eksplisit evaluasi
mengacu pada pencapaian tujuan sedangkan secara implisit, evaluasi harus
membandingkan apa yang telah dicapai dari program dengan apa yang seharusnya
dicapai berdasarkan standar yang telah ditetapkan.8
Ada beberapa komponen tertentu yang selalu ditemukan dalam setiap perencanaan
evaluasi, yaitu tujuan dan metode evaluasi.9
1. Pendekatan yang berorientasi pada para ahli, yang sangat bergantung pada
penerapan langsung dari para profesional dalam menilai kualitas pendidikan.
2. Pendekatan yang berorientasi pada lawan atau pesaing, yaitu sebagai kontra atau
penyeimbang dari pendekatan yang berorientasi pada para ahli pada umumnya
(pro dan kontra).
5
3. Pendekatan naturalistik yang berorientasi pada partisipan, yaitu bahwa
keterlibatan partisipan merupakan penentu utama dalam nilai-nilai, kriteria,
kebutuhan, dan sifat data untuk evaluasi.
2.2. Puskesmas
2.2.1. Definisi Puskesmas
Puskesmas menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan
Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.10
2.2.2. Fungsi
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Untuk itu puskesmas memiiki fungsi:10,11
a) Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya. Puskesmas
berwenang untuk:
1. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;
2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
3. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan;
4. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan
masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait;
5. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasis masyarakat;
6. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
Puskesmas;
7. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
8. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu,
dan cakupan pelayanan kesehatan.
9. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit.
6
b) Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya. Puskesmas
berwenang untuk:11
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu.
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan
upaya promotif dan preventif.
3. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
4. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan
dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.
5. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan
kerja sama inter dan antar profesi.
6. Melaksanakan rekam medis.
7. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan
akses pelayanan kesehatan.
8. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan.
9. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya.
10. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem
rujukan.
7
Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan, yaitu upaya kesehatan
masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau
ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah
kesehatan, kekhususan wilayah kerja, dan potensi sumber daya yang tersedia di
masing-masing puskesmas.
b. Upaya Kesehatan Perseorangan
Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam bentuk:10
1. Rawat jalan
2. Pelayanan gawat darurat
3. Pelayanan satu hari (one day care) dan home care
4. Rawat inap dengan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.
8
Upaya perbaikan gizi masyarakat sesuai dengan Undang-Undang (UU)
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan ditujukan untuk peningkatan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat, yaitu melalui perbaikan pola konsumsi makanan yang
sesuai dengan gizi seimbang; perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan
kesehatan; peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang sesuai dengan kemajuan
ilmu dan teknologi; dan peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.12
Upaya perbaikan gizi tersebut diutamakan pada fasilitas pelayanan kesehatan
yang memiliki upaya kesehatan masyarakat, yaitu melalui Puskesmas. Adapun
Puskesmas memiliki kegiatan program perbaikan gizi yang dibagi menjadi kegiatan
program gizi harian, bulanan dan tahunan. Kegiatan program gizi harian meliputi :13
1. Peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif, yaitu pemberian ASI
tanpa makanan dan minuman lain pada bayi berumur nol sampai dengan 6
bulan.
2. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) anak umur 6-24 bulan,
adalah pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan dari
keluarga miskin selama 90 hari.
3. Pemberian tablet besi (90 tablet) pada ibu hamil, adalah pemberian tablet
besi (90 tablet) selama masa kehamilan.
4. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada keluarga miskin adalah balita
keluarga miskin yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai
tatalaksana gizi di wilayah puskesmas.
5. Kegiatan investigasi dan intervensi yang dilakukan saat ditemukan
masalah gizi, misalnya ditemukan adanya gizi buruk.
Kegiatan program gizi bulanan pada puskesmas antara lain :13
a. Pemantauan pertumbuhan berat badan balita (penimbangan balita), yaitu
pengkuran berat badan balita untuk mengetahui pola pertumbuhan dan
perkembangan berat badan balita.
b. Kegiatan konseling gizi dalam rangka peningkatan pendidikan gizi dan
pemberdayaan usaha perbaikan gizi keluarga/masyarakat.
c. Kegiatan suplementasi vitamin A, adalah program intervensi pemberian kapsul
vitamin A bagi anak usia 6-59 bulan dan ibu nifas yang bertujuan untuk
mencegah kebutaan dan menanggulangi masalah kekurangan vitamin A yang
masih cukup tinggi pada balita.
Adapun kapsul vitamin A yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu :13
9
a. Kapsul biru (mengandung vitamin A 100.000 IU), diberikan kepada bayi usia
6-11 bulan sebanyak 1 kali pada bulan Februari atau Agustus.
b. Kapsul merah (mengandung vitamin A 200.000 IU), diberikan kepada anak
balita usia 12-59 bulan setiap bulan Februari dan Agustus, serta kepada ibu nifas
(0-42 hari pasca bersalin) sebanyak 2 kali yatu 1 kapsul diberikan segera setelah
persalinann dan 1 kapsul lainnya diberikan 24 jam sesudah pemberian kapsul
pertama).
Puskesmas juga memiliki kegiatan program gizi tahunan yaitu pemantauan status gizi
balita:13
Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita mengalami
gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, sehingga harus dirujuk ke
puskesmas/ rumah sakit. Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak naik (3T),
artinya balita mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke
puskesmas/ rumah Sakit.
10
Balita tumbuh baik, bila : garis berat badan anak naik setiap bulannya.
Balita sehat, jika: berat badannya selalu naik, mengikuti salah satu pita warna atau
pindah ke pita warna diatasnya.
Balita yang sehat dan cerdas adalah idaman bagi setiap orang. Namun apa
yang terjadi jika balita menderita gizi buruk. Di samping dampak langsung
terhadap kesakitan dan kematian, gizi buruk juga berdampak terjadinya
gangguan pertumbuhan, perkembangan intelektual, dan produktivitas. Anak
yang kekurangan gizi pada usia balita akan tumbuh pendek, dan mengalami
gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak yang berpengaruh pada
rendahnya tingkat kecerdasan .
A. Pengertian
TFC ( Therapeutic Feeding Centre ) atau PPG (Pusat Pemulihan Gizi )
adalah pusat pemulihan gizi buruk dengan perawatan serta pemberian makanan
anak secara intensif dan adekuat sesuai usia dan kondisinya, dengan melibatkan
peran serta orang tua (ibu) agar dapat mandiri ketika kembali ke rumah. TFC
merupakan tempat pemberian makanan tambahan disertai dengan terapi diet dan
medis pada anak yang menderita gizi buruk (sangat kurus) yang bertujuan
menurunkan angka kematian balita. Perawatan di TFC dilakukan meliputi 3
aspek, yaitu aspek : medis, nutrisi, dan keperawatan.
B. Tujuan TFC
a. Tujuan :
1. Umum
2. Khusus :
a. Meningkatkan penanganan gizi buruk
b. Menurunkan angka kematian akibat gizi buruk
c. Melaksanakan tata laksana gizi buruk
d. Mendekatkan pelayanan pada masyarakat
b. Memperbaiki dan meningkatkan status gizi Penyelenggaraan TFC
11
c. Sasaran
1. Balita kurus dan balita sangat kurus dilakukan penapisan dari
pemantauan pertumbuhan balita di semua Posyandu.
2. Balita yang hasil penimbangannya pada Kartu Menuju Sehat (KMS)
berada di bawah garis merah (BGM) atau selama 2 (dua) kali berturut-
turut berat badannya tidak naik, yang dikenal dengan istilah “2T”
3. Balita BGM dan 2 T dilakukan penapisan dengan menilai berat badan
dibanding panjang badan atau tinggi badannya.
Jika balita tersebut termasuk kategori balita kurus maupun balita
sangat kurus, maka balita tersebut perlu mendapat penanganan (intervensi) di
TFC.
d. Tempat
e. Tenaga Pelaksana
1. Dokter : 1
orang
2. Perawat supervisor, dengan latar belakang pendidikan Diploma III : 1
orang
3. Perawat, dengan latar belakang pendidikan Diploma III atau SPK : 3
orang
4. Ahli gizi, dengan latar belakang pendidikan Diploma III : 1
orang
5. Tenaga masak : 1
orang
6. Ibu yang anaknya dirawat, ikut bertanggung jawab untuk kebersihan tempat
f. Waktu pelayanan
1. Tenaga kesehatan bertugas merawat pasien secara bergantian selama 24
jam, yaitu selama 7 hari dalam seminggu.
2. Waktu kerja dapat dibagi menjadi 3 shift, yaitu : 1) pukul 07.00 –
14.00; 2) pukul 14.00 – 21.00; dan 3) pukul 21.00 – 07.00
3. Pada kondisi tertentu dokter diharapkan dapat bertugas selama 24
jam, jika menjumpai pasien dengan keadaan gawat darurat.
12
g. Fasilitas Ruangan dan Sarana Penunjang.
1. Tempat tidur dan kelengkapannya, misalnya : bantal, sprei, selimut, perlak, dll.
2. Ruang administrasi.
3. Ruang konseling kesehatan dan gizi.
4. Ruang bermain anak-anak.
5. Ruang penyimpanan obat
6. Ruang persiapan pembuatan dan penyimpanan makanan formula.
7. Dapur dan gudang penyimpanan bahan makanan.
8. Sumur, kamar mandi, WC, tempat mencuci dan menjemur.
13
2.5.5 Contoh Perhitungan
Jumlah sasaran balita di suatu kelurahan X pada tahun 2016 adalah 500. Jumlah
balita yang ditimbang di daerah tersebut pada tahun yang sama adalah 400 balita. Maka
persentase Balita yang ditimbang Berat Badannya (D/S) pada tahun 2016 adalah :
400 x 100 % = 80%
500
2.5.6 Target dan Capaian
Tabel 2.3 Target dan Capaian Program Persentase Balita yang Ditimbang Berat Badannya (D/S)14
2.6 Balita
2.6.1 Definisi Balita
Balita adalah anak umur 0 bulan sampai dengan 59 bulan. Periode penting
dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang
berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai
menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak
halus) serta fungsi ekskresi.16
Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel otak masih berlangsung; dan terjadi pertumbuhan serabut serabut
syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang
kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel saraf ini akan sangat
14
mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal
huruf, hingga bersosialisasi. 16
Pada masa balita, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas,
kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan
landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar
kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini, sehingga setiap kelainan/penyimpangan
sekecil apapun apabila tidak dideteksi apalagi tidak ditangani dengan baik, akan
mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari.16
2.6.2 Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Balita
Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang. kesehatan dan kecerdasan anak
antara lain:16
1. Faktor gizi.
2. Faktor pelayanan kesehatan.
3. Faktor lingkungan baik fisik maupun sosial.
4. Faktor perilaku.
Agar anak dapat tumbuh kembang secara optimal diperlukan kondisi yang
mendukung antara lain:16
1. Hubungan anggota keluarga dan lingkungan keluarga yang memberikan kasih
sayang dan perasaan aman.
2. Keadaan fisik mental dan sosial yang sehat.
3. Terjangkau oleh pelayanan kesehatan.
4. Makanan yang cukup dan bergizi seimbang.
5. Anak mendapat kesempatan memperoleh stimulasi tumbuh kembang dan
pendidikan dini di keluarga dan masyarakat.
6. Anak mempunyai kesempatan melakukan kegiatan yang sesuai dan menarik minat
anak.
7. Memberi kesempatan anak bermain permainan yang merangsang perkembangan anak.
15
2.7.1 Definisi
Status Gizi merupakan suatu indikator yang sangat penting untuk menilai status
indikator derajat Kesehatan Masyarakat. Gizi buruk adalah suatu istilah teknis yang
umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah
bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun.17
2.7.2 Epidemiologi
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 prevalensi buruk-
kurang (underweight) secara nasional adalah 17,7 %, terdiri dari 3,9 % gizi buruk dan
13,8 % gizi kurang. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2013
berdasarkan hasil riskesdas tahun 2013 (19,6 %) terlihat adanya penurunan prevalensi
gizi buruk di Indonesia. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,7 %
tahun 2013, menjadi 3,9 % pada tahun 2017. Sedangkan untuk status gizi kurang,
berdasarkan hasil riskesdas tahun 2018 hanya terjadi penurunan sekitar 0,1 dari hasil
riskesdas tahun 2013.18,19
16
disebut gizi baik. Jika sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di
bawah standar maka dikatakan sebagai gizi buruk. Gizi buruk yang disertai dengan
tanda-tanda klinis disebut marasmus atau kwashiorkor. Sementara itu, pengertian di
masyarakat tentang ”Busung Lapar” adalah tidak tepat. Sebutan ”busung lapar” yang
sebenarnya adalah keadaan yang terjadi akibat kekurangan pangan dalam kurun waktu
tertentu pada satu wilayah, sehingga mengakibatkan kurangnya asupan zat gizi yang
diperlukan, yang pada akhirnya berdampak pada kondisi status gizi menjadi kurang
atau buruk dan keadaan ini terjadi pada semua golongan umur.
Tanda-tanda klinis pada ”busung lapar” pada umumnya sama dengan tanda-
tanda pada marasmus dan kwashiorkor. Anak kurang gizi pada tingkat ringan dan atau
sedang tidak selalu diikuti dengan gejala sakit. Anak dengan kurang gizi akan seperti
anak-anak lainnya seperti masih bermain dan sebagainya, tetapi bila diamati
dengan seksama badannya mulai kurus.
Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/U memberikan indikasi masalah
gizi secara umum. Indikator ini tidak memberikan indikasi tentang masalah gizi yang
sifatnya kronis ataupun akut karena berat badan berkorelasi positif dengan umur
dan tinggi badan. Indikator BB/U yang rendah dapat disebabkan karena pendek
(masalah gizi kronis) atau sedang menderita diare atau penyakit infeksi lain (masalah
gizi akut). Indikator status gizi berdasarkan indeks TB/U memberikan indikasi masalah
gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama.
Misalnya pada kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat, dan asupan makanan kurang
dalam jangka waktu lama sejak usia bayi sehingga mengakibatkan anak menjadi
pendek.
Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/TB memberikan indikasi masalah
gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang
tidak lama (singkat). Misalnya: terjadi wabah penyakit dan kekurangan makan
(kelaparan) yang mengakibatkan anak menjadi kurus. Indikator BB/TB dan IMT/U
dapat digunakan untuk identifikasi kurus dan gemuk. Masalah kurus dan gemuk pada
umur dini dapat berakibat pada risiko berbagai penyakit degeneratif pada saat dewasa.
Masalah gizi akut-kronis adalah masalah gizi yang memiliki sifat masalah gizi akut dan
kronis. Sebagai contoh adalah anak yang kurus dan pendek.20,21
2.7.4 Komplikasi
17
Komplikasi yang termasuk akibat dari gizi buruk adalah stunting. Stunting
adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak-anak dari gizi
buruk, infeksi berulang dan stimulasi psikososial yang tidak memadai yang ditunjukan
dengan nilai z-score tinggi badan menurut usia berdasarkan standar WHO.20,21
Stunting pada balita berdampak terhadap tingkat kecerdasan, kerentanan
terhadap penyakit, menurunkan produktifitas dan kemudian menghambat
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan ketimpangan. Stunting
dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan produktifitas pasar kerja.20,21
2.7.5 Upaya Pencegahan dan Penanganan
Dalam rangka menerapkan upaya gizi seimbang, setiap keluarga harus mampu
mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi setiap anggota keluarganya. Hal ini
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2014 tentang Upaya
Perbaikan Gizi. Adapun upaya yang dilakukan untuk mengenal, mencegah, dan
mengatasi masalah gizi yaitu dengan cara menimbang berat badan secara teratur,
memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan, menu makanan
yang bervariasi, menggunakan garam beryodium, dan pemberian suplemen gizi
sesuai anjuran petugas kesehatan. Suplemen gizi yang diberikan menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 51 tahun 2016 tentang Standar Produk Suplementasi
Gizi, meliputi kapsul vitamin A, tablet tambah darah (TTD), makanan tambahan untuk
ibu hamil, anak balita, dan anak usia sekolah, makanan pendamping ASI, dan bubuk
multi vitamin dan mineral. 17,21
1. Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI Eksklusif
2. Penimbangan balita
3. Cakupan pemberian vitamin A balita usia 6 bulan - 59 bulan
4. Pemberian tablet penambah darah pada ibu hamil dan remaja putri
5. Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil KEK dan balita kurus.
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penetapan tolok ukur dalam evaluasi program ini didasarkan pada beberapa
rujukan yaitu:
1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/52/2016 tentang Rencana Strategis Kementrian
Kesehatan Tahun 2016-2020
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 43 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
4. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak Nomor 8416.1 Tahun
2014 Tentang Penetapan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kota Pontianak
Tahun 2015-2019
5. Standar pelayanan minimal dan indikator kinerja upaya UPTD Puskesmas
Kecamatan Pontianak Timur Tahun 2020
Adapun indikator dan tolak ukur program yang akan dievaluasi adalah indikator
persentase balita yang ditimbang berat badannya (D/S) di UPT Puskesmas Saigon
Kecamatan Pontianak Timur tahun 2020 disajikan dalam tabel berikut.
19
Tabel 3.1. Capaian Keberhasilan Program
Pentingnya suatu masalah dibandingkan masalah lainnya dapat dilihat dari tiga aspek
berikut:
1. Gawatnya suatu masalah dilihat dari pengaruhnya sekarang ini terhadap
produktivitas, orang, dan / atau sumber dana dan daya
2. Mendesaknya masalah dilihat dari waktu yang tersedia
20
3. Perkiraan yang terbaik mengenai kemungkinan berkembangnya suatu masalah
Pada penggunaan Matriks USG, untuk menentukan suatu masalah yang prioritas,
terdapat tiga faktor yang perlu dipertimbangkan. Ketiga faktor tersebut adalah
urgency, seriousness dan growth.
Urgency berkaitan dengan mendesaknya waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Semakin mendesak suatu masalah untuk diselesaikan
maka semakin tinggi urgensi masalah tersebut.
Seriousness berkaitan dengan dampak dari adanya masalah tersebut terhadap
organisasi. Dampak ini terutama yang menimbulkan kerugian bagi organisasi seperti
dampaknya terhadap produktivitas, keselamatan jiwa manusia, sumber daya atau
sumber dana. Semakin tinggi dampak masalah tersebut terhadap organisasi maka
semakin serius masalah tersebut.
Growth berkaitan dengan pertumbuhan masalah. Semakin cepat berkembang
masalah tersebut maka semakin tinggi tingkat pertumbuhannya. Suatu masalah
yang cepat berkembang tentunya makin prioritas untuk diatasi permasalahan tersebut.
Untuk mengurangi tingkat subyektivitas dalam menentukan masalah prioritas,
maka perlu menetapkan kriteria untuk masing-masing unsur USG tersebut. Umumnya
digunakan skor dengan skala tertentu. Misalnya penggunaan skor skala 1-5. Adapun
makna skor 1 = sangat kecil; 2 = kecil; 3 = sedang; 4 = besar; 5 = sangat besar.
Semakin tinggi tingkat urgensi, serius, atau pertumbuhan masalah tersebut, maka
semakin tinggi skor untuk masing-masing unsur tersebut.
21
Kemungkinan-kemungkinan penyebab masalah diidentifikasi dengan
mengelompokkan faktor-faktor dalam unsur input (man, material, money, method),
proses (method), dan lingkungan yang diperkirakan berpengaruh terhadap prioritas
masalah. Kemudian indikator faktor tersebut dibandingkan dengan tolak ukurnya.
Suatu faktor ditetapkan menjadi penyebab masalah jika ada kesenjangan antara
pencapaian indikator dan tolak ukurnya. Jumlah penyebab masalah bisa lebih dari
satu.
BAB IV
22
PENYAJIAN DATA
4.1.2 Demografi/Kependudukan
Jumlah penduduk di wilayah kerja UPT Puskesmas Saigon Kecamatan
Pontianak Timur berdasarkan profil UPT Puskesmas Kecamatan Pontianak
Timur tahun 2020 akhir sebanyak 19.283 jiwa yang terdiri dari 9.610 laki-
laki (49,83%) 9.673 jiwa perempuan (50,16%). Adapun jumlah kepala
keluarga (KK) yang ada yaitu 5,678 KK. Distribusi persentase penduduk di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Timur berdasarkan
jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.1. Distribusi persentase bayi umur
tunggal di wilayah kerja UPT Puskesmas Saigon Kecamatan Pontianak Timur
23
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.2. Capaian indikator
Persentase Balita yang Ditimbang Berat Badannya di UPT Puskesmas Saigon
di Kecamatan Pontianak Timur Bulan Januari – Desember 2020 dapat dilihat
pada tabel 4.3.
Tabel 4.1 Distribusi Persentase Penduduk di Wilayah Kerja Kelurahan
Saigon Kecamatan Pontianak Timur Menurut Jenis Kelamin Tahun
2019(4)
No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)
24
Target Jumlah Capaian
Sasaran Capaian
No. Indikator (%) Januari-
(%)
Desember 2020
Persentase Balita yang
1. Ditimbang Berat 70 1677 35% 589
Badannya (D/S)
25
4.1.3 Mata Pencaharian
Berdasarkan profil puskesmas Pontianak Timur pada tahun 2020 mengenai
persentase penduduk berdasarkan mata pencaharian di wilayah kerja UPT
Puskesmas Saigon Kecamatan Pontianak Timur didapatkan bahwa masyarakat
paling banyak bekerja sebagai buruh bangunan yaitu sebanyak 2.545 orang, diikuti
yang bekerja sebagai pedagang sebanyak 1973 orang dan yang paling sedikit yaitu
bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 75 orang. Persentase penduduk berdasarkan
mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 4.4.
1. Petani 75 0,46
2. Pengusaha sedang/besar 146 0,89
3. Pengrajin/industri kecil 527 3,24
4. Buruh industri 1.910 11,74
5. Buruh perkebunan 125 0,77
6. Buruh bangunan 2.545 40,25
7. Pedagang 1.973 18,28
8. Pengangkutan 378 2,32
9. PNS/TNI/POLRI 1.754 16,94
10. Pensiunan 829 5,10
Total 10.262 100,00
4.3 Analisa Situasi dan Sumber Daya Puskesmas Saigon Kecamatan Pontianak
Timur
4.3.1 Program Kesehatan Puskesmas
Sesuai dengan visi Kementrian Kesehatan RI, maka program kesehatan di
Puskesmas Saigon Kecamatan Pontianak Timur lebih dititik beratkan pada upaya
preventif namun tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Untuk itu
Puskesmas Saigon Kecamatan Pontianak Timur melaksanakan program pokok yang
meliputi: Poli Umum, Poli Gigi, KIA/KB/IMS, Imunisasi, Konsultasi Gizi, Klinik
Remaja, Poli Bayi dan Balita, Klinik Sanitasi/ Kesehatan Lingkungan, dan sebagai
pusat Perawatan Gizi Buruk (Theraupetic Feeding Center) di Pontianak.
4.3.2 Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang ada di wilayah kerja UPT Puskesmas Saigon
Kecamatan Pontianak Timur tahun 2020 meliputi:
Tabel 4.5 Distribusi Fasilitas Kesehatan yang Ada di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Kecamatan Pontianak Timur Tahun 2020
Kelurahan UPTD/UPK
Kelurahan Saigon 1
Kelurahan Parit Mayor 1
Kelurahan Banjar Serasan 1
Kelurahan Tanjung Hulu 1
Kelurahan Tanjung Hilir 0
Kelurahan Dalam Bugis 1
Kelurahan Tambelan Sampit 1
Total 6
27
4.3.3 Situasi Sumber Daya Kesehatan
4.3.3.1 Ketenagaan
UPT Puskesmas Saigon Kecamatan Pontianak Timur dibawah pembinaan
Dinas Kesehatan Kota Pontianak yang dipimpin oleh seorang kepala Puskesmas
Kecamatan Pontianak Timur dan dibantu oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha serta
seluruh staf-staf puskesmas. Sampai dengan akhir tahun 2019 UPT Puskesmas
Saigon Kecamatan Pontianak Timur memiliki ketenagaan sebanyak 27
orang, terdiri dari:
Tabel 4.6 Ketenagakerjaan di Puskesmas Saigon Kecamatan Pontianak
Timur Tahun 2019
No. Ketenagaan Jumlah
1. Kepala UPT Puskesmas 1 orang
2. Kepala Sub Bag. Tata Usaha 1 orang
3. Dokter Umum 2 orang
4. Dokter Gigi 1 orang
5. Perawat Kesehatan 4 orang
6. Perawat Gigi 2 orang
7. Bidan 4 orang
8. Tenaga Hygine Sanitasi 1 orang
9. Tenaga Laboratorium / Analis 2 orang
10. Tenaga Farmasi / Apoteker 3 orang
11. Tenaga Gizi 3 orang
12. Tenaga TU / Administrasi 2 orang
13. Tenaga Staf Umum 1 orang
Jumlah 27 orang
/
4.3.3.2 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di wilayah Puskesmas Saigon Kecamatan
Pontianak Timur adalah sebagai berikut:
4.3.3.3 Pembiayaan
Sumber daya kesehatan lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah
pembiayaan yang tersedia. Pada tahun 2019 pembiayaan kesehatan yang
didapat oleh Puskesmas Saigon Kecamatan Pontianak Timur terdiri dari dana
BPJS Kapitasi yang merupakan sumber dana terbesar, APBD kota, bantuan
operasional kesehatan (BOK), dan BPJS non kapitasi (PONED).
BAB V
HASIL PENILAIAN DAN
PEMBAHASAN
5.1 Indikator dan Tolok Ukur Keluaran Program & Penentuan Prioritas Masalah
Setiap tahunnya dikeluarkan indikator kinerja utama (outcome) atau
indikator kinerja (output) Puskesmas Saigon Kecamatan Pontianak Timur
sebagai tolok ukur program-program yang ada di puskesmas. Pada bulan
Januari – Desember 2020 terdapat 8 indikator di UPT Puskesmas Saigon
Kecamatan Pontianak Timur yang belum mencapai target. Berikut indikator
dan tolok ukur program tersebut adalah:
Tabel 5.1 Indikator dan Tolok Ukur Program & Penentuan Prioritas Masalah
No Masalah Target Capaian Hitung Jumlah Ranking
% % Prioritas
U S G
1 Persentase Balita Yang 70% 35.3% 4 4 4 12 1
Ditimbang Berat Badannya (D/S)
2 Persentase Bayi Usia 6 bulan 55% 38% 4 4 3 11 2
mendapat ASI Ekslusif
3 Persentase Remaja Putri dapat 37% 3 4 3 10 3
tablet tambah darah (TTD) 46%
4 Persentase anak usia pendidikan 92% 9% 3 3 3 9 4
dasar yang mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai
standar (SPM)
5 Persentase Warga Negara Usia 60 92% 71% 3 3 2 8 5
Tahun Keatas Mendapatkan
Skrining Kesehatan Sesuai
Standar
6 Persentase penderita DM yang 92% 61% 2 3 2 7 6
mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar
7 Persentase Penderita Hipertensi 92% 26% 2 3 2 7 7
Mendapat Pelayanan Kesehatan
Sesuai Standar
8 Persentase Pemeriksaan Kegiatan 9% 2% 2 3 2 7 8
Deteksi Dini Kanker Payudara
Dan Kanker Leher Rahim Pada
Perempuan Usia 30 - 50 Tahun
Sarana (Material)
1 Media Promkes Kurangnya Wawancara dengan Kurangnya penggunaan
pemanfaatan fasilitas penanggung jawab media promosi
pendukung seperti program, masyarakat kesehatan seperti video
media informasi dan hasil observasi edukasi, poster atau
tentang pentingnya banner tentang
penimbangan balita di pentingnya
Posyandu/Posbang penimbangan balita di
Posyandu/Posbang
Banner kunjungan ke
Posyandu biasanya
hanya dipasang di
Puskesmas pada bulan
penimbangan
Dana (Money)
1 Pembiayaan Alokasi dana khusus Wawancara Alokasi dana di bidang
untuk pelaksanaan penangung jawab gizi sebagian besar
program tidak sesuai program digunakan untuk
Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) pada
saat kegiatan Posyandu
sehingga dana untuk
perawatan alat
penimbangan serta
penyediaan media
informasi publik (media
cetak/ sosialisasi) tidak
tersedia
Lingkungan
(Environment)
1 Interaksi Interaksi social antar Wawancara dengan Interaksi sosial
Masyarakat masih penanggung jawab masayarakat rendah
Sosial
rendah sehingga kader program disebabkan karena
Masyarakat
sulit untuk mengajak masyarakat di
Ibu dalam membawa lingkungan tersebut
anaknya melakukan cenderung bersifat
penimbangan individualis sehingga
respons terhadap ajakan
kader untuk melakukan
penimbangan kurang
ditanggapi dengan baik
Identifikasi dengan menggunakan tabel seperti yang tercantum di atas dapat mempermudah
penjabaran masalah bagi tiap-tiap bidang diharapkan juga dapat mempermudah dalam
menyimpulkan suatu solusi bagi permasalahan yang ada. Setelah mengetahui masalah-
masalah yang ada, langkah selanjutnya ialah mengidentifikasi akar permasalahan, dalam hal
ini kami menggunakan diagram fishbone:
METODE DANA LINGKUNGAN
Persentase
Balita yang
Ditimbang
Berat
Badannya
MANUSIA
5.3 Perencanaan dan Alternatif Penyelesaian Masalah
Beberapa alternatif penyelesaian masalah dapat diajukan untuk menyelesaikan
permasalahan mengenai tingginya persentase balita yang ditimbang berat badannya
(D/S) dikaitkan dengan masalah-masalah yang berhasil diidentifikasi sebelumnya.
Alternatif penyelesaian masalah dapat diajukan untuk menyelesaikan permasalahan
adalah sebagai berikut:
5.3.1 Penyediaan google form untuk pendataan tiap bulan
a. Tujuan
Meningkatkan pemantauan pada balita melalui pengisian google form D/S yang
dilakukan penimbangan pada balita sebagai langkah pendeteksian gizi buruk serta
gangguan tumbuh kembang pada balita.
1) Waktu : Sepanjang tahun
2) Tempat : Puskesmas Saigon, Posyandu, dan instansi pemerintahan di wilayah
kecamatan Pontianak Timur.
b. Pelaksana
Petugas promosi kesehatan (promkes), kader-kader Posyandu dan bekerja sama
dengan instansi pemerintahan terkait.
c. Sasaran
Masyarakat di wilayah kerja, khususnya ibu yang memiliki balita 0-59 bulan UPT
Puskesmas Saigon wilayah Kecamatan Pontianak Timur.
d. Target
1) Ibu menginput data BB dan Panjang badan amak sebagai langkah
pendeteksian gizi buruk serta gangguan tumbuh kembang pada balita.
2) Masyarakat menjadi lebih sadar dan peduli untuk membawa anaknya
menimbang ke Posyandu/Posbang.
e. Pelaksanaan
1) Pembuatan google form yang mudah dicerna serta mencakup semua
pertanyaan D/S
2) Penyebaran google form melalui media sosial seperti grup WhatsApp.
3) Pengolahan data outcome dari ibu yang memiliki balita
35
5.3.2 Pembinaan Kader Posyandu/Posbang
a. Tujuan
Meningkatkan pemahaman dan hubungan kerjasama antar masyarakat, tokoh
masyarakat dan instansi lainnya di wilayah kerja Puskesmas Saigon Kecamatan
Pontianak Timur dalam membentuk dan membina kader kesehatan sebagai
penghubung antara fasilitas kesehatan dan masyarakat mengenai gizi dan tumbuh
kembang anak.
1) Tempat: Wilayah kerja Puskesmas Saigon Kecamatan Pontianak Timur
2) Waktu : Setiap bulan
b. Pelaksana
Kepala puskesmas, pemegang program dan kader kesehatan.
c. Sasaran
Tokoh Masyarakat, Ketua RT/RW, Masyarakat dan kepala instansi yang ada di
cakupan wilayah kerja Puskesmas Saigon Kecamatan Pontianak Timur.
d. Target
1) Kader mampu menjadi penghubung antara Fasilitas Kesehatan dan Ibu dari
Balita yang terdapat di wilayah Kelurahan Saigon sehingga membantu
tercapainya kunjungan Balita ke Posyandu/Posbang.
38
Penentuan prioritas penyelesaian masalah dilakukan untuk memilih alternatif
penyelesaian masalah yang paling menjanjikan dan dilakukan dengan memakai teknik
kriteria matriks. Dari berbagai alternatif cara pemecahan masalah yang telah dibuat maka
akan dipilih satu cara pemecahan masalah yang dianggap paling baik dan
memungkinkan, dapat dilihat pada tabel 5.4
Tabel 5.4 Penetapan Prioritas Alternatif Penyelesaian Masalah dengan Metode CARL
No. Alternatif Penyelesaian Masalah C A R L Total Ranking
1. Penyediaan Google Form
3 4 3 4 144 I
2. Pembinaan Kader
3 3 2 3 54 II
Kriteria Accessibility (A) diberikan nilai 4 karena alternatif penyelesaian ini mudah
dilakukan karena di massa pandemi semua sebra online dan untuk mengakses google
form mayoritas ibu-ibu dapat melakukanya, timbal balik ke puskesman akan
mendapatkan data bayi yang di timbang, berdasarkan data yang ada mnunjukkan bahwa
ibu biasa memeriksaan di luar puskesmas mungkin data tersebut dapat di akses
puskesmas dengan ibu mengisi google form yang akan disebarkan nantinya
Adapun kriteria Readiness (R) diberikan nilai 3 karena baik tenaga pelaksana dan
sasaran cukup siap untuk menjalankan metode pemecahan masalah melalui media google
39
form ini Sedangkan pada kriteria Leverage (L) diberikan nilai 4 karena alternatif masalah
ini dapat mempengaruhi kunjungan balita ke Posyandu dalam melakukan penimbangan.
Harapan kelompok kami dengan penyediaan google form maka tingkat kesadaran
terhadap pentingya penimbangan balita ke Posyandu/Posbang terdekat akan meningkat,
dalam rangka pemantuan status gizi dan pendeteksian gangguan tumbuh kembang serta
gizi buruk. Adapun untuk penyediaan media promosi kesehatan ini mudah dilakukan,
diaplikasikan dan dapat melibatkan banyak personil yang berperan
BAB VI
PENUTUP
40
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penyajian data dan pembahasan didapatkan bahwa:
1. Indikator program gizi berdasarkan indikator Persentase Balita yang Ditimbang Berat
Badannya (D/S) di UPT Puskesmas Saigon Kecamatan Pontianak Timur pada tahun
2020 belum mencapai target yang diharapkan yaitu 35%.
2. Kemungkinan penyebab masalah sehingga tidak tercapainya indikator sebagai berikut:
a. Kurangnya sikap, pengetahuan dan perilaku Ibu tentang pentingnya menimbang
balita ke Posyandu/Posbang.
b. Keterbatasan jumlah kader dan ketersediaan Posyandu/Posbang untuk melakukan
penimbangan balita di setiap RW.
c. Kurangnya tempat penimbangan balita serta keterbatasan posyandu/posbang setiap
RW
d. Kurangnya respons masyarakat terhadap agenda rutin beserta sweeping dan
kurangnya keiginan ibu untukmendatagi langsung ke puskesmas, Posyandu/Posbang
e. Alokasi dana khusus untuk pelaksanaan program tidak sesuai
f. Rendahnya interaksi sosial antar masyarakat serta perubahan administrasi
kependudukan keluarga sehingga mempersulit kader untuk mengajak kader dalam
melakukan penimbangan.
g. Pandemi covid 19, Keadaan saat ini menimbulkan rasa takut kepada keluarga/ibu
untuk menimbang balitanya ke posyandu, puskesmas atau posbang.
3. Prioritas alternatif pemecahan masalah yang dianjurkan yaitu penyediaan google form
untuk mendata bayi di timbang dan di ukur panjang badan nya
6.2 Saran
6.2.1. Bagi Puskesmas
41
a. Memberikan pembinaan serta perekrutan kepada kader Posyandu/Posbang pada
RT/RW yang tidak memiliki kader.
b. Mengoptimalkan kinerja media sosial dalam penyebaran informasi dan pelayanan
kesehatan.
c. Mengoptimalkan grup Whatsapp sebagai sarana pendataan dan penyebaran informasi
6.2.2. Bagi Kecamatan dan Kelurahan
a. Bekerjasama dengan puskesmas dalam upaya menyukseskan program puskesmas.
b. Bekerjasama dengan puskesmas dalam upaya pembentukan dan pembinaan kader
serta pembentukan Posyandu/Posbang di setiap RW/RT untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap kesehatan.
6.2.3. Bagi Dinas Kesehatan
a. Memberikan data dan informasi yang sesuai kepada Puskesmas agar permasalahan
dapat diselesaikan secara bersama.
b. Mengoptimalkan koordinasi kepada Puskesmas dalam upaya penyediaan sumber daya
untuk menunjang program terkait.
6.2.4. Bagi Masyarakat
Masyarakat sebaiknya lebih peduli dalam membawa Balita untuk melakukan
penimbangan di Posyandu/Posbang maupun Puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA
42
1. Depkes RI. Pentingnya Pemantauan Pada Masa Periode Emas Balita. Jakarta; 2011
2. Hassan R., & Alatas H., 2007. Ilmu Kesehatan Anak 1: Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp:
100-1,390-
3. Depkes RI. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta; 2011.
4. Depkes Kota Pontianak. Profil Kesehatan Puskesmas Saigon. Pontianak Timur; 2018.
5. Husein U. Evaluasi Kinerja Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2002.
6. Sawitri S. Evaluasi Program Pelatihan Ketrampilan Membuat Hiasan Busana dengan Teknik
Pemasangan Payet Bagi Pemilik dan Karyawan Modiste di Kecamatan Gunungpati
Semarang. Yogyakarta: PPs UNY; 2002.
7. Nurhasan. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta: Direktorat Jenderal
Olahraga; 2001.
8. Muryadi, Agustanico Dwi. Model Evaluasi Program Dalam Penelitian Evaluasi. Semarang:
Jurnal Ilmiah PENJAS; 2007.
9. Tayibnafis, Farida Yusuf. Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta; 2000.
10. Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 43 tahun
2016 Tentang Standar Pelayanan Minimal. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
11. Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 tahun
2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
12. Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 36 tahun
2009 Tentang Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
13. Alamsyah D. Manajemen Pelayanan Kesehatan. Yogyakatya : Nuha Medika; 2011.
14. Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Saigon Tahun 2019.
15. Kemenkes RI. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta; 2011.
16. Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66
Tahun 2014 Tentang Pemantauan, Pertumbuhan, Perkembangan, dan Gangguan Tumbuh
Kembang Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
17. Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta: Kemenkes RI; 2019.
43
18. Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Jakarta ; Depkes RI; 2019.
19. Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat 2018. Pontianak :
Depkes RI; 2019.
20. Departemen Kesehatan RI. Profil Dinas Kesehatan Kota Pontianak 2017. Pontianak :
Depkes RI; 2018.
21. WHO. The WHO Child Growth Standards. 2006. Dikutip pada tanggal 21 Februari 2020
dari: http://www.who.int/childgrowth/standards/en/
Lampiran
44
45
46
Lampiran Dokumentasi
47
Lampiran Google Form Timbang Berat Badan Balita
48
49