Resume FGD Kawasan Perlindungan Di Areal Kerja KTH Bhakti Alam Lestari
Resume FGD Kawasan Perlindungan Di Areal Kerja KTH Bhakti Alam Lestari
KTH Bhakti Alam Lestari adalah pemegang Izin Pengelolaan Hutan Perhutanan Sosial di Dusun
Sendangbiru (Desa Tambakrejo) dengan area kerja seluas 893 Hektar. Di dalam area kerja
tersebut, kami selaku pemegang IPHPS menyampaikan bahwa di kawasan ini terdapat
beberapa area yang harusnya menjadi area perlindungan baik di lokasi yang sudah atau belum
digarap oleh petani hutan. Namun secara faktual di lapangan, area yang seharusnya menjadi
area perlindungan tersebut sudah dikuasai perorangan atau penggarap hutan yang namanya
juga masuk sebagai anggota KTH Bhakti Alam Lestari. Oleh karena itu, di dalam forum ini mari
kita secara bersama-sama membahas untuk menemukan solusi terbaik agar area perlindungan
Kami berharap KTH Bhakti Alam Lestari dengan petani hutan bisa saling bergandeng tangan
dengan pihak Desa Tambakrejo dalam segala hal. Bagi peserta FGD yang hadir kami juga
berharap agar semua bisa memberikan masukan mengenai pembahasan dalam pembuatan
kebijakan Kawasan Perlindungan Setempat di area kerja KTH Bhakti Alam Lestari.
Salah satu kewajiban KTH dalam melaksanakan Izin Pengelolaan Hutan Perhutanan Sosial
seperti yang tertuang di dalam PERMEN LHK No. P.39 adalah melakukan pematokan batas luar
di area kerja, namun KTH Bhakti Alam Lestari selain melakukan pematokan batas luar juga
Proses Pematokan Batas Luar dan Pengukuran Bidang Garapan KTH Bhakti Alam Lestari
difasilitasi oleh Tim Perencanaan Hutan Wilayah IV Malang yang mana dalam keseluruhan
proses tersebut, kami melakukan urunan bagi setiap petani hutan sebesar Rp. 250.000,- untuk
setiap hektar garapan. Alasan kami melakukan hal tersebut dikarenakan dari KLHK tidak
menganggarkan biaya untuk program Tapal Batas dan berdasarkan keputusan bersama saat
Setelah pematokan batas luar di area kerja KTH ini selesai, selanjutnya kami akan fokus dalam
membuat kebijakan yang mengatur Kawasan Perlindungan Setempat sehingga visi Hidup
Sejahtera Di Alam Lestari dari Yayasan Bhakti Alam Sendang Biru (Inisiator KTH Bhakti Alam
Kami sadar bahwasanya fungsi hutan adalah milik bersama, bukan milik perorangan atau
penggarap hutan. Kita wajib menghutankan kembali hutan yang telah rusak atau tidak sesuai
dengan fungsinya sehingga roh IPHPS bisa terwujud. Sejatinya ketika kita merusak alam,
sebenarnya secara tidak langsung kita merusak diri kita sendiri karena kita sebagai manusia
adalah anasir dari alam itu sendiri, di dalam tubuh kita terdapat empat sifat yang mewakili
unsur-unsur yang ada di alam seperti air, tanah, angin, dan api.
Dalam mewujudkan roh IPHPS tersebut, selanjutnya kami akan membuat data base dari nama-
nama penggarap hutan yang berada di dalam lokasi-lokasi yang seharusnya menjadi area
perlindungan sempadan pantai, sungai, dan mata air yang terdapat di area kerja KTH Bhakti
Alam Lestari.
Beberapa program yang bisa kita tindak lanjuti dari data base tersebut adalah kita bisa
mengetahui apakah lahan garapan subjek yang objeknya di lokasi perlindungan dia punya
lahan garapan lain atau tidak? Bagi yang punya apa solusinya? Dan juga bagi yang tidak punya
apa solusinya?
Strategi selanjutnya dalam teknis pembebasan lokasi tersebut adalah dengan Orang Tua Asuh
dalam program Donasi Hutan. Namun, sebelumnya kita harus memiliki ketetapan donasi
untuk mennganti fungsi lahan garapan hutan di KPS dengan begitu akan ada kejelasan bagi
calon Orang Tua Asuh yang akan berdonasi untuk mengembalikan fungsi hutan tersebut
menjadi Kawasan Perlindungan. Timbal balik yang nantinya kami tawarkan kepada Orang Tua
Asuh adalah penjagaan fungsi perlindungan hutan yang telah mereka donasikan dan
membuatkan Prasasti atau Tanda Kawasan Perlindungan Setempat yang bertuliskan Nama dan
Alamat dari Orang Tua Asuh, tanggal pengadopsian hutan, titik koordinat dan luasan KPS yang
telah dibebaskan.
Selain membuat data base setelah pematokan batas luar, selanjutnya kami akan menyusun
Rencana Pemanfaatan Hutan (RPH) dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang mana dalam
penyusunannya kami akan mengadakan beberapa kali kordinasi dan rapat dengan
Output awal dari kegiatan FGD ini nanti adalah berupa Resume isi diskusi dari awal sampai
akhir kegiatan. Selanjutnya, Resume akan dibagikan ke Group WA agar dalam pembahasan
detailnya bisa lebih fokus. Lalu, setelah pembahasan Resume di Grup WA dirasa sudah cukup
maka hasil resume kesepakatan ini bisa menjadi embrio penyusunan Peraturan Desa, RPH, dan
RKT.
Kami juga berharap agar kita bisa saling berbagi peran dalam mewujudkan tujuan yang mulia
ini. Jika dari peraturan di instansi membatasi pegerakan, kami atas nama masyarakat bersedia
membantu. Demikian juga sebaliknya, jika kami mengalami kesulitan ketika bergerak di
lapangan mohon agar kami diberi bantuan supaya tujuan bersama ini bisa cepat terealisasikan.
Setelah data base penggarap hutan di KPS selesai dibuat, kami memiliki ide bagaimana cara
memperkecil luas garapan hutan yang berada di area sempadan pantai adalah dengan cara
pendekatan sosial yang nantinya bisa meningkatkan nilai ekologi dan ekonomi. Lebih detailnya
khususnya bagi masyarakat yang sudah merasa memiliki lahan garapan di area tersebut untuk
bisa ikut berpartisipasi di dalam program kegiatan kami yakni Reboisasi dengan menanam
pohon berbuah (HHBK). Harapan dari kegiatan ini adalah bisa menumbuhkan rasa memiliki
dalam melindungi area sempadan pantai dan tentu bisa meningkatkan perekonomian
Kami selaku CDK Kab. Malang dalam proses IPHPS ini tidak memiliki hak untuk mengatur,
namun kami hanya menerima laporan saja seperti Berita Acara Pelaporan (BAP) Tapal Batas
KTH Bhakti Alam Lestari. Setelah proses itu selesai, selanjutnya KTH sesegera mungkin untuk
menyusun Rencana Pemanfaatan Hutan (RPH) dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang
nantinya juga harus dilaporkan kepada kami. Proses Penyusunan RPH dan RKT tersebut bisa
berkordinasi langsung dengan kami selaku dinas yang ditunjuk menjadi tim monitoring dan
evaluasi IPHPS sesuai dengan isi PERMEN LHK No. P.39 Tahun 2017. Menanggapi strategi KTH
Bhakti Alam Lestari dalam membuat aturan di Kawasan Perlindungan Setempat kami
mengingatkan untuk tidak terlalu menyimpang dari aturan P.39 dan supaya memperjelas
Kami sangat mendukung jika area sempadan pantai menjadi lokasi yang terbebas dari
penggarap hutan dan memfokuskan lokasi tersebut menjadi KPS. Kami setuju dengan strategi
Orang Tua Asuh dalam program Donasi Hutan untuk membebaskan lahan-lahan yang ada di
area sempadan pantai. Sebelum mencari Donatur Ayah Asuh dari luar, mungkin bisa
ditawarkan terlebih dahulu kepada pemilik lahan garapan untuk dijadikan sebagai Orang Tua
Asuh. Jika pemilik lahan menerima tawaran tersebut maka pemilik lahan garapan wajib
menaati peraturan yang diberlakukan di KPS dan mendapatkan haknya sebagai Orang Tua
Kami sangat setuju dengan tujuan KPS di area kerja KTH Bhakti Alam Lestari, namun kami juga
mengingatkan dalam membuat aturan atau kebijakan nantinya jangan sampai menyimpang
terlalu jauh dari peratuan P.39 dan sebelum menerapkan peraturan tersebut kami pesan untuk
menggalakkan sosialisai kepada petani hutan terlebih dahulu supaya tidak ada kesalahan atau
Menurut kami dari 5 KTH yang berada di Kecamatan Sumbermanjing Wetan, hanya KTH Bhakti
Alam Lestari yang mampu bergerak selangkah lebih maju hingga sampai berinisiasi
mendahulukan Program Kawasan Perlindungan Setempat yang mana di KTH lain masih sibuk
mengurus pembagian lahan garapan. Kami memahami bahwa roh Program IPHPS yang
dilakukan oleh KTH adalah menghijaukan kembali hutan dengan dikelola secara langsung oleh
masyarakat. Kami sangat setuju dengan Orang Tua Asuh dalam Program Donasi Hutan yang
digagas oleh Yayasan Bhakti Alam Sendang Biru dalam menghijaukan kembali hutan di area
kerja KTH Bhakti Alam Lestari terutama di daerah sempadan pantai, sungai, dan mata air
(KPS). Kami hanya mengingatkan untuk Cabang Dinas Kehutanan Kab. Malang, hingga saat ini
masih belum memfasilitasi KTH dalam pendampingan Monitoring dan Evaluasi (Monev). Tim
Monev dari CDK Kab. Malang untuk segara bergerak dalam pendampingan KTH mengingat
beberapa KTH di Kec. Sumbermanjing Wetan sudah melakukan Pematokan Batas Luar di Area
Kerja IPHPS.
Kami sangat setuju dengan Program Pengembalian Fungsi Hutan yang akan dilakukan oleh
KTH Bhakti Alam Lestari. Kami mengingatkan bahwa dalam Program IPHPS telah menunjuk
Pembina Bersama dari beberapa instansi terkait. Mohon untuk ketertiban administrasi KTH
Bhakti Alam Lestari yakni dalam bersurat, untuk segera mengirimkan surat permohonan
Pendamping Bersama kepada Perum Perhutani KPH Malang dan Cabang Dinas Kehutanan Kab.
Kami sangat setuju dengan Program Penghijauan Hutan di area sempadan pantai yang akan
diinisiasi oleh KTH Bhakti Alam Lestari. Kami sadar keberadaan kawasan perlindungan
tersebut akan berdampak secara langsung maupun tidak langsung bagi kurang lebih 2.600 KK
baik dari kegiatan nelayan yang sehari-hari mencari ikan di laut dan bagi yang mencari
penghidupan sehari-hari baik dari pengangkut ikan, penjual ikan, tukang ojek, tukang parkir
dan lain sebagainya. Pesan kami dalam mewujudkan program penghijauan Hutan di area
sempadan pantai, nantinya KTH Bhakti Alam Lestari harus gencar mensosialisasikan maksud
dan tujuan dari pelaksanaan program tersebut agar tidak terjadi kesalahpahaman antara
Pengurus KTH, Kelompok Usaha Perhutanan Sosial, dan Anggota petani hutan KTH Bhakti
Alam Lestari.
Mari kita secara bersama-sama bisa guyub rukun dalam mengawal pelaksanaan undang
undang yang sudah ada, menurut undang-undang bahwa kegiatan organisasi yang berada di
dalam desa harus masuk ke dalam PERDES. Mari dalam mewujudkan tujuan yang mulia ini kita
Tanggapan dari semua stakeholder yang hadir di forum FGD hari ini bagus semua, kami justru
memiliki ide untuk memperkuat Profiling kita dalam melakukan program Penghijauan Hutan
ini. Karena dari hal tersebut kami melihat, di tingkat Nasional sepertinya belum ada yang
sampai memiliki program Pengelolaan Hutan Lestari yang dilakukan oleh multi stakeholder
pada kawasan yang sebelumnya bermasalah dan menurut kami, kita sebenarnya bisa menjadi
Icon Percontohan dalam Pengelolaan permasalahan di kawasan hutan menuju tata kelola hutan
lestari di tingkat Nasional. Lalu, kami juga mengingatkan kepada KTH Bhakti Alam Lestari
untuk Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) yang menjadi motor atau roda penggerak
kegiatan usaha di KTH agar bisa dihadapi dengan bijak karena berbagai bentuk usaha yang
terdapat perputaran ekonomi di dalamnya bisa membuat lupa atau bahkan merubah tujuan
yang semestinya. Kami selaku Yayasan penginisiasi terbentuknya KTH Bhakti Alam Lestari
berpesan agar selalu mewujudkan visi kita bersama “Hidup Sejahtera di Alam Lestari”.
1) Semua peserta FGD sepakat untuk menetapkan Kawasan Perlindungan sesuai dengan Peraturan
2) Karena kondisi faktual sesuai dengan Exsisting di Lapangan bahwa area tersebut sudah dikuasai
perorangan maka perlu ditempuh dengan langkah-langkah tahapan yang bisa dituangkan dalam
Peraturan Desa untuk menuju terlaksananya PERMEN LHK No. P.39 Tahun 2017 itu sendiri dan
a. Penyelesaian data subjek yang berada di area Perlindungan sampai ketahap kepastian subjek
b. Internal desa dalam hal ini adalah PEMDES, BPD, LPMD, KTH Bhakti Alam Lestari, Kelompok
Nelayan Rukun Jaya, dan Kelompok-kelompok lain yang ada di Internal Desa untuk lebih Pro-
Alam Sendang Biru untuk Orang Tua Asuh Hutan dan agar segera dibuatkan konsep Program
d. Peserta sepakat berada dalam satu ruang diskusi online yang difasilitasi dalam aplikasi
Whatsapp Group.
VI. Penutup
Ditutup oleh pembawa acara (Sdr. Trio Ega Yolanda) dengan ucapan terimakasih kepada semua
peserta, sekaligus permohonan maaf dan harapan hendaknya forum ini bisa menjadi tempat
belajar kami dari generasi muda untuk dapat berkontribusi pada pembangunan peradaban
bangsa.