Anda di halaman 1dari 3

PERKEMBANGAN OBAT KUMUR SEBAGAI AGEN PREVENTIF

DI KEDOKTERAN GIGI

DISUSUN OLEH :

1. ANI MUSTIKA 17/409173/KG/10872


2. DANIA DWI RATNASARI 17/409174/KG/10873
3. INTASARI 17/409177/KG/10876
4. LISA PAPUTUNGAN 17/409179/KG/10878
5. NUGRAHENI KUSUMAWATI 17/412338/KG/10992
6. VILIPI TIUF KATRINA SITORUS 17/412344/KG/10998

PROGRAM STUDI HIGIENE GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2019
A. Sejarah Obat Kumur

Referensi pertama yang diketahui tentang obat kumur ditemukan dalam pengobatan
Tiongkok, sekitar 2700 SM. Kemudian, pada periode Yunani dan Romawi, obat kumur
setelah pembersihan mekanik menjadi hal yang umum di kalangan kelas atas, dan
Hippocrates merekomendasikan campuran garam, tawas dan cuka, sementara Pythagoras
mengakui efek menyegarkan dan rasa manis. Berbagai produk yang berbeda-beda
digunakan selama berabad-abad. Pada tahun 1500-an, anggur atau bir digunakan sebagai
obat kumur, pada akhir abad ke-19, sekitar tahun 1890, penggunaan minyak esensial
diperkenalkan di antara kebiasaan perawatan gigi (Jardim, 2009).

Menyegarkan bau mulut telah menjadi penggunaan tradisional obat kumur. Selain
tujuan kosmetik, obat kumur yang kini tersedia, termasuk fluorida, mengandung senyawa
amonium kuaterner dan klorheksidin. Sekarang, dengan adanya peningkatan teknologi
industri kosmetik dan persaingan pasar, produk perawatan mulut yang digunakan di
rumah yang tersedia di pasar menawarkan konsumen berbagai variasi opsi. Obat kumur
memiliki penggunaan kosmetik atau terapeutik, hanya untuk menyegarkan mulut atau
untuk mengendalikan plak, gingivitis dan karies. Karena beragam produk yang tersedia di
pasar dan daya tarik yang kuat kepada konsumen yang diberikan oleh industri kosmetik,
konsumsi produk perawatan mulut telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir
(Jardim, 2009).

Obat kumur yang baru untuk kontrol biofilm dan mencegah karies menggunakan
kandungan aktif yang berbeda, termasuk minyak esensial, produk alami (propolis dan
jua), cetylpyridinium chloride dan fluoride tersedia dengan harga yang murah dan
diproduksi dari berbagai pabrik-pabrik besar. Produk paling baru yang dirilis di pasaran
yaitu obat kumur untuk dental bleaching. Tidak ada daya mengenai peningkatan produk
pemutihan gigi yang dijual bebas di Brazil. Namun, data dari Nielsen (2004)
menunjukkan peningkatan penjualan 48% dari tahun 2002 hingga 2003 (Jardim, 2009).

Pada tahun 1884, Lamhert membentuk sebuah perusahaan untuk memproduksi dan
memasarkan Listerine® kepada komunitas medis. Listerine®, produk berusia lebih dari
115 tahun tetap menjadi obat kumur yang populer. Awalnya digunakan sebagai
antiseptik multiguna, segera ditemukan bahwa hal ini sangat membantu untuk
membunuh kuman mulut. Akibatnya, pada tahun 1895, Lambert memperluas penjualan
dan promosi produknya ke profesi gigi. Pada 1914, formula Listerine® sangat populer
dan efektif sehingga menjadi salah satu produk resep pertama yang dipasarkan secara
bebas, dan hampir menciptakan kategori obat kumur kontemporer. Bau mulut yang
menyegarkan telah menjadi penggunaan obat kumur secara tradisional. Selain
penggunaan kosmetik tradisional ini, obat kumur terapi sekarang tersedia. Bahan aktif
dari sebagian besar jenis obat kumur termasuk gabungan quatermary ammonium, asam
borat dan benzoat, dan senyawa fenolik. Seperti halnya pasta gigi, penjualan bilas secara
komersial berkaitan erat dengan rasa, warna, bau, dan sensasi menyenangkan yang
mengikuti penggunaan. Sensasi ini sering ditingkatkan dengan penambahan asing seperti
alum, zine stearate, seng sitrat, dan asam asetat atau asam sitrat. The American Dental
Association mengakui bahwa obat kumur yang mengandung chlorhexidine dan formula
Listerine® efektif dalam mengendalikan plak dan gingivitis (Fischman, 2000).

B. Perkembangan Obat Kumur


Percobaan pertama fluoride sebagai obat kumur yaitu dilakukan di Amerika
Serikat. Sejak saat itu, hasil uji klinis telah dilaporkan setidaknya di 14 negara.
Publikasi pertama dari uji klinis yaitu pada tahun 1946. Satu tahun setelah publikasi
hasil uji coba yang pertama, kemudian muncul hasil uji klinis yang kedua yaitu pada
tahun 1948. Saat itu, pengalaman karies gigi sangat tinggi di Swedia. Kemudian
sejumlah peneliti di Swedia menelusuri terhadap obat kumur fluoride dan mereka
melihat potensi obat kumur fluoride terhadap anak-anak di sekolah yang digunakan
sebagai alternatif untuk fluoridasi air. Uji coba di Swedia ini berlangsung dua atau
tiga tahun yang menghasilkan penurunan yang substansial pada karies gigi (Gunn and
Banoczy, 2013).
Penggunaan obat kumur berbasis sekolah menjadi populer di Swedia dan di
beberapa negara lain dan diakui sebagai substansi dalam menjaga kesehatan mulut
anak-anak di Swedia. Seperti halnya fluoridasi air, pasta gigi dan larutan yang
dioleskan, dan natrium fluoride sebagai senyawa pilihan dalam awal uji coba obat
kumur. Pada 1972 yang pertama diuji yaitu mulut dibilas menggunakan APF.
Kemudian pada 1973 dilakukan uji coba menggunakan stannous fluoride, tahun 1979
dilakukan uji coba obat kumur yang mengandung amonium fluorida, serta pada 1977
semua bahan yang terkandung sebagai obat kumur tersebut digunakan dalam
efektivitas pencegahan karies (Gunn and Banoczy, 2013).

DAFTAR PUSTAKA

Fischman, S.L., 2000, The History of Oral Hygiene Products: How Far Have We
Come in 6000 Years?, Periodontology 2000, Vol. 15, 1997, 7-14.

Gunn, A R., and Banoczy, J., 2013, Fluoride Toothpaste and Fluoride Mouthrinse for

Home Use, Review Article Acta Medica Academica, Vol 42 (2): p 168-178.

Jardim, J. J., Alves, L. S., and Maltz, M., 2009, The History and Global Market of
Oral Home-Care Products, Braz Oral Res 2009; 23 (Spec ISS 1): 17-22.

Anda mungkin juga menyukai