MINI RISET
MK: FILSAFAT
PENDIDIKAN
PRODI S1 PTIK
Skor Nilai :
BERKEBUTUHAN KHUSUS
FILSAFAT PENDIDIKAN
Dosen Pengampu
Disusun oleh
Kelompok 6
FAKULTAS TEKNIK
2020/2021
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penulisan
Mini Riset “Filsafat Pendidikan” yang membahas mengenai Panduan Pembelajaran Daring
bagi Mahasiswa. Mini Riset ini kami buat berdasarkan ide-ide penunjang dan dari situs-situs
yang berhubungan dengan mata kuliah ini serta dari berbagai sumber lainnya.
Kami juga berterima kasih kepada Ibu Dosen yang pengampu mata kuliah Filsafat
Pendidikan khusunya yang tengah membimbing kami pada mata kuliah ini. Kami berharap
semoga Mini Riset ini nantinya bermanfaat bagi kita semua terutama pada para pembacanya.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan lebih dan kurang kami mohon maaf dan demi
perbaikan hasil Mini Riset ini, kami perlukan kritik beserta saran dari para pembaca sekalian
agar kelak mendapat masukan yang lebih baik untuk kedepannya, akhir kata kami ucapkan
terimakasih.
Penulis
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
A. PENDAHULUAN.................................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................................5
1.3. Tujuan..............................................................................................................................5
B. PEMBAHASAN.....................................................................................................................
C. IDENTIFIKASI MASALAH...............................................................................................
D. PENUTUP…………………………………………………………………………………...
4.1. KESIMPULAN………………………………………………………………………..11
4.2. SARAN………………………………………………………………………………..11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................……12
Pendidikan merupakan bagian dari hak asasi manusia sebagaimana tertuang dalam Piagam
Hak Asasi Manusia. Oleh karenanya, pendidikan harus bersifat inklusif, tidak ada yang
dikecualikan. Di dalam penyelenggaraan pendidikan, mahasiswa dengan kebutuhan khusus
terkadang kurang mendapat tempat dan layanan yang memadai. Terlebih pada masa pandemi
Covid-19 ini, perguruan tinggi harus memindahkan pembelajaran kelas ke dalam pembelajaran
daring. Untuk memastikan hak-hak mahasiswa berkebutuhan khusus terpenuhi dan terfasilitasi,
diperlukan panduan untuk melaksanakan pembelajaran daring bagi mereka. Kehadiran panduan
ini sangat dinantikan dan diharapkan dapat menjadi dasar dalam memastikan bahwa
pembelajaran daring tidak melupakan hak dan kesempatan belajar bagi mahasiswa dengan
kebutuhan khusus.
Panduan ini disiapkan oleh tim yang terdiri atas para peneliti dan pemerhati hak disabilitas
dari Australia-Indonesia Disability Research and Advocacy Network (AIDRAN), La Trobe
University, dan Pusat Studi dan Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya atas dukungan
Knowledge Sector Initiative. Kami menyampaikan apresiasi yang tinggi atas kerja keras tim
penulis dalam menyiapkan panduan ini. Selain buku panduan ini, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan pelatihan bagi dosen
tentang pembelajaran daring bagi mahasiswa penyandang difabilitas. Semoga layanan
pendidikan tinggi selama masa pandemi Covid-19 bagi mahasiswa penyandang difabilitas dapat
berjalan dengan baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari solusi Hambatan dan solusi pembelajaran daring
bagi mahasiswa.
Untuk menyelesaikan masalah hambatan pada pembelajaran daring.
Untuk merancang pembelajaran yang adaptif dan aksibel bagi mahasiswa dengan
disabilitas fisik
1.3. Manfaat
Dunia pendidikan merupakan satu sektor yang paling terdampak dalam pandemi ini.
Penjarakan sosial mewajibkan penyedia pendidikan, termasuk penyelenggara pendidikan tinggi,
mengubah pendekatan z, belajar tatap muka menjadi kuliah/sekolah daring. Tanpa diketahui
sejauh mana dukungan diberikan oleh pemerintah dan penyedia layanan pendidikan, mahasiswa
dengan disabilitas “dipaksa” untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut. Sebagaimana seluruh
peserta didik, setiap mahasiswa dengan disabilitas harus belajar dari rumah. Proses ini
mengharuskan penyandang disabilitas mengakses internet dan memiliki perangkat teknologi,
seperti laptop, komputer, atau perangkat elektronik lainnya. Kalaupun perangkat elektronik
tersebut dapat diakses, yang menjadi pertanyaan kemudian adalah sejauh mana pendidik, yaitu
dosen diinstitusi perguruan tinggi, memiliki disability awareness dan memahami perbedaan
kebutuhan penyandang disabilitas.
Perlu diketahui, pada masa sebelum pandemi, pihak penyelenggara pendidikan tinggi,
termasuk dosen, secara umum memiliki pengetahuan yang sangat terbatas perihal bagaimana
memenuhi kebutuhan mahasiswa dengan disabilitas seperti yang diatur dalam sejumlah
perangkat kebijakan. Sebagai contoh, tidak semua perguruan tinggi memiliki pusat layanan
khusus bagi mahasiswa disabilitas walaupun lembaga pendidikan tersebut memiliki mahasiswa
disabilitas yang berkuliah.
Indonesia punya tantangan besar dalam penanganan Covid-19. Dari semua aspek yang menjadi
tantangan saat ini, saya konsentrasi pada aspek pendidikan, yang esensial untuk didiskusikan.
Aspek pendidikan menjadi konsentrasi penulis, karena telah berpuluh tahun bergelut di bidang
ini dalam kapasitas sebagai peneliti, praktisi hingga perumus kebijakan.
Pandemi Covid-19 memaksa kebijakan social distancing, atau di Indonesia lebih dikenalkan
sebagai physical distancing (menjaga jarak fisik) untuk meminimalisir persebaran Covid-19.
Jadi, kebijakan ini diupayakan untuk memperlambat laju persebaran virus Corona di tengah
masyarakat. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) merespon dengan kebijakan
belajar dari rumah, melalui pembelajaran daring dan disusul peniadaan Ujian Nasional untuk
tahun ini.
Persebaran virus Corona yang massif di berbagai negara, memaksa kita untuk melihat
kenyataan bahwa dunia sedang berubah. Kita bisa melihat bagaimana perubahan-perubahan di
bidang teknologi, ekonomi, politik hingga pendidikan di tengah krisis akibat Covid-19.
Perubahan itu mengharuskan kita untuk bersiap diri, merespon dengan sikap dan tindakan
sekaligus selalu belajar hal-hal baru. Indonesia tidak sendiri dalam mencari solusi bagi peserta
didik agar tetap belajar dan terpenuhi hak pendidikannya. Sampai 1 April 2020, UNESCO
2.3 Pembelajaran Daring bagi Mahasiswa dengan Disabilitas Fisik: Hambatan dan
Solusi
Mahasiswa dengan disabilitas fisik (physical disabilities) atau dalam bahasa Indonesia lazim
disebut dengan tunadaksa adalah kelompok disabilitas yang dicirikan dengan perbedaan fungsi
fisik atau kesehatan (Pratiwi, Lintangsari, Rizky, danRahajeng, 2018). Pada individu dengan
perbedaan fisik, adanya hambatan disekitar akan membatasi gerak dan aktivitas fisik yang dapat
dilakukan. Perbedaan fisik pada setiap individu sangat beragam, mulai dari yang ringan hingga
berat. Oleh karena itu, pemerintah dan lembaga pendidikan dalam hal ini wajib memastikan tidak
ada hambatan bagi masing-masing individu untuk dapat mengikuti proses pembelajaran yang
berkualitas dan setara. Sebagian penyandang tunadaksa mengalami hambatan karena ketiadaan
organ tubuh tertentu, misalnya tidak memiliki jari, tangan, atau kaki. Oleh karena itu,
penyandangnya tidak dapat melakukan aktivitas menggunakan organ-organ tersebut.
Sejauh pengamatan awal, ada beberapa persoalan yang harus dihadapi oleh penyandang
disabilitas dalam menjalani perkuliahan dan pembelajaran daring, seperti berikut ini :
1. Mahasiswa disabilitas netra mendapatkan materi perkuliahan yang tidak bisa dibaca
dengan teknologi screen reader.
2. Persoalan lain secara umum adalah banya knyamahasiswa yang terhambat untuk dapat
mengakses internet dan/atau alat pendukungnya.
3. Proses belajar yang berbeda mengharuskan penyelenggara pendidikan untuk
memperkenalkan kebijakan terkait penilaian dan pemberian masa pembuatan tugas atau
pelaksanaan ujian yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa dengan disabilitas.
Semua negara terdampak telah berupaya membuat kebijakan terbaiknya dalam menjaga
kelanggengan layanan pendidkan. Indonesia juga menghadapi beberapa tantangan nyata yang
harus segera dicarikan solusinya:
Untuk menjawab permasalahan di atas, diperlukan adanya panduan yang dapat dijadikan acuan
bagi lembaga pendidikan dan civitas academica sehingga peserta didik dengan disabilitas tetap
mendapatkan pendidikan yang berkualitas, setara, dan aksesibel. Secara khusus, dokumen ini
disusun dengan menguraikan dan memberikan acuan penyelenggaraan pembelajaran bagi
1. Semua guru harus bisa mengajar jarak jauh yang notabene harus menggunakan
teknologi. Peningkatan kompetensi pendidik di semua jenjang untuk
menggunakan aplikasi pembelajaran jarak jauh mutlak dilakukan.
2. Pemakaian teknologi pun juga tidak asal-asalan, ada ilmu khusus agar
pemanfaatan teknologi dapat menjadi alat mewujudkan tujuan Pendidikan yakni
teknologi Pendidikan (TP). Pembelajaran online tidak hanya memindah proses
tatap muka menggunakan aplikasi digital, dengan disertai tugas-tugas yang
menumpuk. Ilmu teknologi pendidikan mendesain sistem agar pembelajaran
online menjadi efektif, dengan mempertimbangkan tujuan pendidikan secara
khusus.
3. Pola pembelajaran daring harus menjadi bagian dari semua pembelajaran
meskipun hanya sebagai komplemen. Intinya supaya guru membiasakan mengajar
online. Pemberlakuan sistem belajar online yang mendadak membuat sebagian
besar pendidik kaget. Ke depan, harus ada kebijakan perubahan sistem untuk
4.1. KESIMPULAN
Dunia pendidikan merupakan satu sektor yang paling terdampak dalam pandemi ini.
Penjarakan sosial mewajibkan penyedia pendidikan, termasuk penyelenggara pendidikan tinggi,
mengubah pendekatan belajar tatap muka menjadi kuliah/sekolah daring. Tanpa diketahui sejauh
mana dukungan diberikan oleh pemerintah dan penyedia layanan pendidikan, mahasiswa dengan
disabilitas “dipaksa” untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut. Sebagaimana seluruh peserta
didik, setiap mahasiswa dengan disabilitas harus belajar dari rumah. Proses ini mengharuskan
penyandangdisabilitas mengakses internet dan memiliki perangkat teknologi, seperti laptop,
komputer, atau perangkat elektronik lainnya. Kalaupun perangkat elektronik tersebut dapat
diakses, yang menjadi pertanyaan kemudian adalah sejauh mana pendidik, yaitu dosen diinstitusi
perguruan tinggi, memiliki disability awareness dan memahami perbedaan kebutuhan
penyandang disabilitas. Di tengah pandemi Covid-19 ini, sistem pendidikan kita harus siap
melakukan lompatan untuk melakukan transformasi pembelajaran daring bagi semua siswa dan
oleh semua guru. Kita memasuki era baru untuk membangun kreatifitas, mengasah skill siswa,
dan peningkatan kualitas diri dengan perubahan sistem, cara pandang dan pola interaksi kita
dengan teknologi.
4.2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
https://www.timesindonesia.co.id/read/news/261667/pembelajaran-online-di-tengah-pandemi-
covid19-tantangan-yang-mendewasakan
https://news.detik.com/kolom/d-5144119/kurikulum-darurat-pada-fase-pemulihan?
tag_from=wp_cb_kolom_list