Anda di halaman 1dari 4

II.

Sisa Plasenta
I. Pengertian

Sisa plasenta adalah suatu bagian dari plasenta, satu atau lebih lobus tertinggal
didalam uterus. (Sarwono prawiroharja,2002:m.31).
Sisa plasenta (rest placenta) merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam
rongga rahim yang dapat menimbulkan pendarahan postpartum dini atau pendarahan
postpartum lambat yang biasanya terjadi dalam 6 -10 hari pasca persalinan.
Sisa plasenta dalam nifas menyebabkan pendarahan dan infeksi.pendarahan yang
banyak dalam nifas hamper selalu disebabkan oleh sisa plasenta. Jika pada pemeriksaan
plasenta cavum uteri biasanyamenimbulkan pendarahan postpartum lambat.
(Saleha,2009).

II. Etiologi

Etiologi pendarahan postpartum akibat sisa plasenta, yaitu sisa plasenta dan
ketuban yang masih tertinggal dirongga rahim dapat menimbulkan pendarahan
postpartum lambat (biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan). Pada pendarahan
postpartum dini akibat sisa plasenta ditandai dengan pendarahan dan konstraksi rahim
baik. Pada postpartum lambat gejalanya sama dengan subinvolusi rahim, yaitu
perdarahan yang berulang atau berlangsung terus dan berasal dari rongga rahim.
Faktor penyebab utama pendarahan baik secara primer maupun sekunder adalah
grandemultipara, jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun. Persalinan yang dilakukan
dengan tindakan, pertolongan kalauri sebelum waktunya, pertolongan persalinan oleh
dukun, persalinan dilakukan dengan tindakan paksa (Rukiyah dan Yulianti 2010 : h 303).
Sebab-sebab lasenta belum lahir adalah kontraksi uterus kurang kuat untuk
melepaskan plasenta, plasenta melekat kuat pada dinding uterus.

III. Predisposisi

Faktor predisposisi perdarahan postpartum dengan sisa plasenta adalah sebagai


berikut.
a. Keadaan umum pasien yang mempunyai gizi rendah
1. Hamil dengan anemia
2. Hamil dengan kekurangan gizi malnutrisi
b. Kelemahan dan kelelahan otot rahi
1. Persalinan lma
2. Grande multipara
3. Persalinan dengan tindakan
4. Kesalahan penanganan kala tiga
5. Jarak kehamilan dan persalinan kurang dari 2 tahun
6. Overdistesi pada kehamilan
7. Hidromnion
8. Gameli
9. Berat anak yang melebihi 4000 gram.

IV. Komplikasi

Komplikasi plasenta adalah polip plasenta artinya plasenta masih tumbuh dan dapat
menjadi besar, pendarahan terjadi intermiten sehingga kurang mendapat perhatian, dan dapat
terjadi degenerasi ganas menjadi kario karsinoma dengan manifestasi klinisnya (trios acesta
sision HBSI) adalah terjadi degenerasi ganas yang berasal dari kehamilan. Akortus manuaba
2008 : h.13 6 memudahkan terjadinya :

a. Anemia yang berkelanjutan

b. Infeksi peurpurium

V. Patofisiologi

Tertinggalnya plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus sehingga
masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka (Saifuddin 2002).

Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal maka uterus tidak dapat
berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan (Sujiyatini 2011).

Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Konstraksi dan relaksi otot-
otot terus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan. Sesudah berkontraksi sel
miometrium tidak relaksasi melainkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal.

VI. Penanganan

1) Penemuan secara dini hanya mungkin dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan


plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta plasenta dengan perdarahan
postpartum.

2) Berikan antibiotika, ampisilin, dosis awal 19 IV dilanjutkan dengan 3x1 gram oral
dikombinasikan dengan metronidizol 1 gram supositoria dilanjutkan dengan 3x500 mg
oral.

3) Dilakukan eksplorasi (bila servik terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah, atau jaringan.
Bila servik hanya dapat dilalui oleh instrumen lakukan evaluasi sisa plasenta atau dilatasi
dan kuretase.
Menurut keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 369 MENKES / SK/
III/ 2007 tentang standar profesi bidan. Asuhan pada ibu nifas dan menyusui :

Kompetisi ke 5 : bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi
dan tanggap terhadap budaya setempat.

a) Pengetahuan dasar : Nutrisi ibu nifas yang dibutuhkan.

➢ Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir


➢ Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan sesudah obortus
➢ Tanda dan gejala komplikasi obortus
➢ Fisiologi nifas
➢ Proses laktasi / menyusui dan teknik menyusui yang benar serta penyimpanan yang
lazim terjadi termasuk pembengkakan payudara, putting susu masuk dan abses
mastitis.
➢ Indikator subinvolusi : misalnya perdarahan yang terus-menerus, infeksi.

b) Ketrampilan dasar
➢ Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang terfokus termasuk keterangan
rinci kehamilan, persalinan dan kelahiran.
➢ Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada ibu
➢ Menyusun perencanaan
➢ Mengidentifikasi hematorna vulva dan melaksanakan rusukan bilamana perlu
➢ Mengidentifikasi infeksi pada ibu tentang kb dan seksualitas pasca persalinan
➢ Melakukan konseling dan dukungan untuk ibu pasca persalinan
➢ Memberi antibiotic yang sesuai
➢ penatalaksanaan ibu postpartum abnormal : sisa plasenta dan infeksi ringan
➢ Memulai dan mendukung pemberian ASI eksklusif
➢ Merumuskan diagnosamasa nifus
➢ Mencatat dan mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan.
(kemenkes RI 2007).

DAFTAR PUSTAKA
- Febrianto H.N. 2007 . perdarahan paska

persalinan Fakultas kedokteran. Uninersitas

Sriwijaya

- Mochtar,Ruslam.1998. synopsis

obstetric Jakarta.. EGC

- James R scott. et al da nforth,2002. buku saku obstetric dan ginekologi

: Jakarta : Widya Medika

- Wiknjosatro H, dkk, 1994. Ilmu kebudanan

Jakarta : Bina pustaka sarwono prawiroharjo.

- Curringham f6 efc,1998. Williams obstetrics 20th

edition Applenton lange.

Anda mungkin juga menyukai