Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN ELIMINASI URIN


DI RSUD

Disusun Oleh:
Nama :
Nim :
Tempat :

STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2018/2019
A. DEFINISI
Eliminasi adalah proses pengeluaran materi sampah yang merupakan salah satu
proses metabolik tubuh dan produk sampah dikeluarkan melalui pencernaan.
(patter, perry 2006)

B. KARAKTERISTIK
Karakteristik urin
1. Volume
Pada orang dewasa rata-rata urin yang dikeluarkan setiap berkemih berkisar 250-
400 ml, tergantung dari intake dan kehilangan cairan. Jika pengeluaran urin normal
kurang dari 30 ml/jam, kemungkinan terjadi tidak adekuat fungsi ginjal.

2. Warna
Urin normal warnanya kuning jernih warna ini terjadi akibat adanya urobilin,
warna lain tetap seperti kuning gelap atau kuning coklat dapat terjadi dehidrasi. Obat
juga dapat mengubah warna lain seperti merah atau orange gelap.

3. Bau
Bau bervariasi tergantung komposisi, bau urin aromatik yang menyengat.

4. pH sedikit asam antara 4,5-8 atau rata-rata 6,0 namun demikian pH dipengaruhi oleh
intake makanan,misalnya menjadi sedikit basa.
5. Berat jenis 1.003-1.030
6. Komposisi air 93-97%
7. Osmolaritas (konsentrasi osmotik) 855-1.335
8. Bakteri

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


1. Pertumbuhan dan perkembangan
Usia dan berat dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran urin, pada usia lanjut
volume kandung kemih berkurang.

2. Sosiokultural
Budaya masyarakat dimana sebagian masyarakat hanya miksi pada tempat
tertutup dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat miksi pada tempat terbuka.

3. Psikologis
Pada keadaan cemas dan stress akan meningkatkan stimulasi berkemih

4. Kebiasaan seseorang
Misalnya seseorang hanya bisa berkemih di toilet,sehingga ia tidak dapat
berkemih dengan pot urin.

5. Tonus otot
Eliminasi urin membutuhkan tonus otot kandung kemih, otot abdomen dan peluis
untuk berkontraksi. jika ada gangguan tonus, otot dorongnya berkemih akan
berkurang.

6. Intake cairan dan makanan


Alkohol menghambat antideuretic hormone (ADH) untuk meningkatkan
pembuangan urin.

7. Kondisi penyakit
Pada pasien yang demam akan terjadi penurunan produksi urin karena banyak
cairan yang dikeluarkan melalui kulit.

8. Pembedahan
Penggunaan deuretik meningkatkan output urin, anti kolinergik dan antihipertensi
menimbulkan retensi urin.

9. Pemeriksaan diagnostik
Sitoskopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra dan spasme pada sfingter
kandung kemih sehingga dapat menimbulkan retensi urin dan mengeluarkan urin
berwarna merah muda akibat adanya perdarahan.
D. TAHAPAN-TAHAPAN

1. Usia lanjut : pengosongan kandung kemih tidak efektif dan mobilitas menurun

Distensi Kandung kemih

Penurunan resistensi terhadap kandung kemih

Pertumbuhan Bakteri

Gangguan fungsi ginjal

Secara hematogen menyebar keseluruh tubuh

ISK

Dx:Gangguan
Rasa Nyaman
Nyeri
2. Mikroorganisme patogenik E-coli,Protons,Klebsiela, dan Psendomonas

Berkoloni di vulva

Masuk ke V.urinaria melalui uretra

ISK

Perawatan tidak adekuat

Penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis dan ureter hidronefrosis

Hospitalisasi

Dx: Kurang
pengetahuan
3. Sistokopik,Kateterisasi,Dekubitus terinfeksi, dan kontaminasi fekal

Perawatan tidak adekuat

Penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis dan ureter hidronefrosif

Obstruksi aliran urine furolitrasis,Hipertrosi prostate,Jaringan parut ginjal

Dx: Perubahan
pola eliminasi
BAK
E. MASALAH GANGGUAN YANG TIMBUL

1. Retensi urin
Merupakan penumpukan urin dalam kandung kemih dan ketidakmampuan
kandung kemih. Penyebab distensi kandung kemih adalah urine yang terdapat dalam
kandung kemih melebihi 400 ml, nornalnya 250-400 ml.

2. Inkontinensia urin
Adalah ketidakmampuan otot sfingter eksternal sementara atau menetap untuk
mengontrol ekskresi urine.

3. Enuresis
Merupakan ketidaksanggupan menahan kemih yang diakibatkan ketidakmampuan
untuk diakibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan sfingter eksternal, biasanya
terjadi pada anak-anak dan orang jompo.

4. Infeksi saluran kemih


Adanya infeksi bakteri yang mengenai bagian dari saluran kemih.

5. Kolik renal
Nyeri tajam yang disebabkan oleh sumbatan spasme oto polos atau terputarnya
organ berongga.

F. PENGKAJIAN PADA KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


1. Riwayat Keperawatan
a. Pola berkemih pasien
b. Gejala dari perubahan berkemih, sejak kapan dan berapa lamanya.
c. Faktor yang mempengaruhi berkemih dan usaha yang dilakukan selama
mengalami masalah eliminasi urin.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan umum pasien seperti ekspresi wajah, pasien gelisah, atau menahan
sakit.

b. Keadaan kulit
 Kulit kering
 Mukosa mulut kering
 Tugor kuli kering
 Lidah menjadi kering tanda kekurangan cairan
 Kulit berkeringat, basah dapat disebabkan karena pasien menahan nyeri
saat berkemih .
 Kaji adanya edema atau asietas mungkin dapat terjadi.

c. Abdomen
 Adanya pembesaran
 Pelebaran pembuluh darah vena
 Distensi kandung kemih
 Pembesaran ginjal
 Nyeri tekan dan bising usus

d. Genetalia (wanita)
 Inflamasi, nodul, leri, duanya secret dari meatus dan keadaan atrofi
jaringan vagina.

3. Intake dan Output cairan


a. Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam)
b. Kebiasaan minum dirumah
c. Kaji perubahan volume urine,kantung urine,drainase ureterostomi dan sitostomi.
d. Intake :cairan infus,oral,makanan,dan NGT
e. Karakteristik urine : warna,kejernihan,baud an kepekatan

4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan urine (urinalisis)
 Warna (normalnya jernih kekuningan)
 Penampilan (normalnya jernih)
 Bau (normalnya beraroma)
 pH (normalnya 4,5-8,0)
 berat jenis (normalnya 1.005-1.030)
 glukosa (normalnya negatif)

b. kultur urine (N: kuman pathogen negatif)


G. MASALAH KEPERAWATAN TERKAIT
1. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan proses penyakit.
2. Retensi urin berhubungan dengan peningkatan tekanan ureter.
3. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan infeksi kandung kemih.

H. INTERVENSI
1. Dx I
Intervensi :
a. Identifikasi faktor penyebab
b. Monitor frekuensi, volume, warna, bau, dan nyeri saat miksi, serta pola miksi.
c. Lakukan pengaturan minum pasien secara berkala.
d. Lakukan bladder training secara berkala.
e. Lakukan latihan kegel.
f. Anjurkan pasien untuk tidak mengkonsumsi kopi atau minuman yang
mengandung soda.
g. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemasangan dower atau mtermitten kateter.

2. Dx II
Intervensi :
a. Identifikasi faktor penyebab retensi urin.
b. Monitor frekuensi, volume, warna, bau, dan nyeri saat miksi , serta pola miksi.
c. Monitor keadaan distensi bladder setiap 4 jam.
d. Tanyakan pada pasien bagaimana pancaran miksi.
e. Lakukan pengaturan minum secara berpola.
f. Lakukan latihan bladder training secara berkala.
g. Monitor intake dan output cairan.
h. Anjurkan pasien untuk tidak mengkonsumsi kopi atau minuman yang
mengandung soda.
i. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemasangan dower atau intermitten kateter.
j. Kolaborasi dengan tim medis dalam perencanaan penanganan penyebab retensi
urine, seperti tindakan operasi atau sitostomi.

3. Dx III
Inervensi :
a. Kaji intensitas, lokasi dan faktor yang memperberat atau meringankan nyeri.
b. Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat ditoleran.
c. Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi.
d. Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.
I. DAFTAR PUSTAKA

Herman, Heater.2014.Nanda Internasional diagnosis keperawatan.Yogyakarta:


Mediagtion.

Potter,Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4.Vol 2. Jakarta: EGC.

Tarwanto,dkk.2015.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi


5.Jakarta: Jogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai