LP Gangguan Eliminasi Urin
LP Gangguan Eliminasi Urin
Disusun Oleh:
Nama :
Nim :
Tempat :
B. KARAKTERISTIK
Karakteristik urin
1. Volume
Pada orang dewasa rata-rata urin yang dikeluarkan setiap berkemih berkisar 250-
400 ml, tergantung dari intake dan kehilangan cairan. Jika pengeluaran urin normal
kurang dari 30 ml/jam, kemungkinan terjadi tidak adekuat fungsi ginjal.
2. Warna
Urin normal warnanya kuning jernih warna ini terjadi akibat adanya urobilin,
warna lain tetap seperti kuning gelap atau kuning coklat dapat terjadi dehidrasi. Obat
juga dapat mengubah warna lain seperti merah atau orange gelap.
3. Bau
Bau bervariasi tergantung komposisi, bau urin aromatik yang menyengat.
4. pH sedikit asam antara 4,5-8 atau rata-rata 6,0 namun demikian pH dipengaruhi oleh
intake makanan,misalnya menjadi sedikit basa.
5. Berat jenis 1.003-1.030
6. Komposisi air 93-97%
7. Osmolaritas (konsentrasi osmotik) 855-1.335
8. Bakteri
2. Sosiokultural
Budaya masyarakat dimana sebagian masyarakat hanya miksi pada tempat
tertutup dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat miksi pada tempat terbuka.
3. Psikologis
Pada keadaan cemas dan stress akan meningkatkan stimulasi berkemih
4. Kebiasaan seseorang
Misalnya seseorang hanya bisa berkemih di toilet,sehingga ia tidak dapat
berkemih dengan pot urin.
5. Tonus otot
Eliminasi urin membutuhkan tonus otot kandung kemih, otot abdomen dan peluis
untuk berkontraksi. jika ada gangguan tonus, otot dorongnya berkemih akan
berkurang.
7. Kondisi penyakit
Pada pasien yang demam akan terjadi penurunan produksi urin karena banyak
cairan yang dikeluarkan melalui kulit.
8. Pembedahan
Penggunaan deuretik meningkatkan output urin, anti kolinergik dan antihipertensi
menimbulkan retensi urin.
9. Pemeriksaan diagnostik
Sitoskopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra dan spasme pada sfingter
kandung kemih sehingga dapat menimbulkan retensi urin dan mengeluarkan urin
berwarna merah muda akibat adanya perdarahan.
D. TAHAPAN-TAHAPAN
1. Usia lanjut : pengosongan kandung kemih tidak efektif dan mobilitas menurun
Pertumbuhan Bakteri
ISK
Dx:Gangguan
Rasa Nyaman
Nyeri
2. Mikroorganisme patogenik E-coli,Protons,Klebsiela, dan Psendomonas
Berkoloni di vulva
ISK
Hospitalisasi
Dx: Kurang
pengetahuan
3. Sistokopik,Kateterisasi,Dekubitus terinfeksi, dan kontaminasi fekal
Dx: Perubahan
pola eliminasi
BAK
E. MASALAH GANGGUAN YANG TIMBUL
1. Retensi urin
Merupakan penumpukan urin dalam kandung kemih dan ketidakmampuan
kandung kemih. Penyebab distensi kandung kemih adalah urine yang terdapat dalam
kandung kemih melebihi 400 ml, nornalnya 250-400 ml.
2. Inkontinensia urin
Adalah ketidakmampuan otot sfingter eksternal sementara atau menetap untuk
mengontrol ekskresi urine.
3. Enuresis
Merupakan ketidaksanggupan menahan kemih yang diakibatkan ketidakmampuan
untuk diakibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan sfingter eksternal, biasanya
terjadi pada anak-anak dan orang jompo.
5. Kolik renal
Nyeri tajam yang disebabkan oleh sumbatan spasme oto polos atau terputarnya
organ berongga.
b. Keadaan kulit
Kulit kering
Mukosa mulut kering
Tugor kuli kering
Lidah menjadi kering tanda kekurangan cairan
Kulit berkeringat, basah dapat disebabkan karena pasien menahan nyeri
saat berkemih .
Kaji adanya edema atau asietas mungkin dapat terjadi.
c. Abdomen
Adanya pembesaran
Pelebaran pembuluh darah vena
Distensi kandung kemih
Pembesaran ginjal
Nyeri tekan dan bising usus
d. Genetalia (wanita)
Inflamasi, nodul, leri, duanya secret dari meatus dan keadaan atrofi
jaringan vagina.
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan urine (urinalisis)
Warna (normalnya jernih kekuningan)
Penampilan (normalnya jernih)
Bau (normalnya beraroma)
pH (normalnya 4,5-8,0)
berat jenis (normalnya 1.005-1.030)
glukosa (normalnya negatif)
H. INTERVENSI
1. Dx I
Intervensi :
a. Identifikasi faktor penyebab
b. Monitor frekuensi, volume, warna, bau, dan nyeri saat miksi, serta pola miksi.
c. Lakukan pengaturan minum pasien secara berkala.
d. Lakukan bladder training secara berkala.
e. Lakukan latihan kegel.
f. Anjurkan pasien untuk tidak mengkonsumsi kopi atau minuman yang
mengandung soda.
g. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemasangan dower atau mtermitten kateter.
2. Dx II
Intervensi :
a. Identifikasi faktor penyebab retensi urin.
b. Monitor frekuensi, volume, warna, bau, dan nyeri saat miksi , serta pola miksi.
c. Monitor keadaan distensi bladder setiap 4 jam.
d. Tanyakan pada pasien bagaimana pancaran miksi.
e. Lakukan pengaturan minum secara berpola.
f. Lakukan latihan bladder training secara berkala.
g. Monitor intake dan output cairan.
h. Anjurkan pasien untuk tidak mengkonsumsi kopi atau minuman yang
mengandung soda.
i. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemasangan dower atau intermitten kateter.
j. Kolaborasi dengan tim medis dalam perencanaan penanganan penyebab retensi
urine, seperti tindakan operasi atau sitostomi.
3. Dx III
Inervensi :
a. Kaji intensitas, lokasi dan faktor yang memperberat atau meringankan nyeri.
b. Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat ditoleran.
c. Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi.
d. Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.
I. DAFTAR PUSTAKA