Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sediaan Patch Transdermal

2.1.1. Sistem Penghantaran Obat Secara Transdermal

Patch transdermal juga dikenal dengan nama patch kulit yang digunakan untuk

memberikan sejumlah dosis melalui kulit dan langsung masuk ke dalam aliran darah.

Keuntungan rute pengiriman obat transdermal dibandingkan yang lain seperti oral,

topikal, dan yang lainnya adalah bahwa obat transdermal dapat mengendalikan

pelepasan obat untuk pasien. Bahan obat yang dapat dihantarkan melalui rute

transdermal yaitu:

a. Sifat kelarutan obat rendah dalam air: obat yang lebih larut lemak akan lebih

mudah melewati stratum korneum.

b. Memiliki Log P 1-3: obat yang bersifat terlalu hidrofil ataupun terlalu lipofil

akan sulit untuk mencapai sirkulasi sistemik.

c. Bobot molekulnya kurang dari 500 Dalton: bobot molekul obat yang lebih dari

500 Dalton akan sulit menembus stratum korneum.

(Patel, 2009)

Keuntungan sistem pemberian obat dengan patch transdermal yaitu:

1) Meningkatkan kepatuhan pasien karena mengurangi frekuensi pemakaian.

2) Menjaga bioavailabilitas obat dalam plasma selama pemakaian dibandingkan

1
pemberian per oral.

3) Menghindari first-pass effect pada pemberian peroral.

4) Untuk pasien yang tidak dapat menelan obat dapat menggunakan alternatif patch.

5) Pemakaian mudah dihentikan bila terjadi efek toksik.

(Patel, 2009)

Kerugian sistem pemberian obat dengan patch transdermal yaitu:

1) Jenis obat yang digunakan terbatas (bobot molekul kurang dari 500 Dalton).

2) Sistem transdermal tidak cocok untuk obat yang dapat mengiritasi kulit.

3) Tidak semua bagian tubuh dapat dijadikan tempat aplikasi obat seperti pada

telapak kaki.

(Patel, 2009)

2.1.2. Sistem Pembuatan Patch Transdermal

Ada beberapa jenis patch transdermal diantaranya adalah sistem reservoir dan

sistem matrik.

a. Sistem membran (Reservoir)

Dalam sistem ini, reservoir tertanam antara lapisan backing layer dan sebuah

lapisan membran. Lapisan membran dapat berpori atau tidak berpori. Obat bisa dalam

bentuk larutan, suspensi, gel atau tersebar dalam matrik polimer padat. Polimer

hipoalergenik adesif dapat diterapkan sebagai permukaan luar membran polimer yang

kompatibel dengan obat. Sistem ini mengikuti kinetika orde ke nol (Rani et al.,

2011).

2
Gambar 2.1 Sistem Membran dari Patch Transdermal

(Venkatraman et al., 2002)

b. Sistem Matrik

Sistem matrik pada patch transdermal terdiri dari 2 komponen utama, yaitu

backing layer dan matrik. Pada sistem ini, obat di dalam eksipien seperti polimer,

plasticizer, permeation enhancer dan perekat diformulasikan menjadi satu, yang

kemudian dibiarkan mengering hingga membentuk matrik. Selanjutnya, matrik

ditempelkan pada backing layer. Keuntungan dari sistem matrik yaitu akan

membentuk suatu patch yang tipis sehingga nyaman untuk digunakan (Venkartraman

et al., 2002).

3
Gambar 2.2 Sistem Matrik dari Patch Transdermal

(Venkartraman et al., 2002)

2.2 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis umumnya lebih banyak digunakan untuk tujuan

identifikasi, karena mudah dan sederhana serta memberikan pilihan fase diam yang

lebih luas dan berguna untuk pemisahan masing-masing senyawa secara kuantitatif

dari suatu campuran. Dalam kromatografi lapis tipis, perbandingan jarak rambat suatu

senyawa tertentu terhadap jarak rambat fase gerak, diukur dari titik penotolan sampai

titik yang memberikan intensitas maksimum pada bercak, dinyatakan sebagai harga

Rf senyawa tersebut. Perbandingan jarak rambat suatu senyawa tertentu dengan jarak

rambat pembanding dinyatakan sebagai harga Rx. Harga Rf berubah sesuai kondisi

percobaan oleh karena itu identifikasi sebaiknya dilakukan menggunakan

pembanding dan bahan uji pada lempeng yang sama (Depkes, 2009).

Metode pemisahan ini menggunakan suatu plat yang terdiri dari adsorben,

pengikat, dan penyangga. Penyangga yang digunakan diantaranya Kromatografi

4
lembar kaca, plastik, atau logam. Metode ini mampu mengidentifikasi sampel yang

belum dipisahkan sebelumnya dengan bantuan pereaksi semprot (Tesso, 2005).

Adsorben yang digunakan memiliki ukuran 0,25 mm untuk tujuan analitik, dan

ukuran 0,75-2 mm untuk tujuan preparatif. Jenis adsorben yang sering digunakan

adalah silika gel (Sherma, 2008). Selain itu dapat juga digunakan selulosa, poliamida,

RP-2, RP-12 dan RP 18 (Hahn-Deinsotrop, 2007; Sherma, 2008).

Fase gerak untuk kromatografi lapis tipis harus bersifat inert, berbeda

kepolarannya dengan adsorben dan terdiri dari 1 jenis pelarut atau campuran dari

lebih 1 jenis pelarut (Budhiraja, 2004; Hahn-Deinsotrop, 2007). Pemilihan fase gerak

dilakukan berdasarkan perkiraan nilai Rf yang akan dimiliki oleh komponen hasil

pemisahan sampel tersebut. Rf adalah nilai hasil pembagian jarak tempuh komponen

berbanding dengan jarak tempuh fase gerak (Gibbons, 2006).

2.3 Simplex Lattice Design

Metode tersebut dapat digunakan untuk optimasi formula pada berbagai jumlah

komposisi bahan yang berbeda. Metoda ini mempunyai keuntungan praktis dan cepat

karena tidak merupakan penentuan formula dengan cobacoba (trial and error). Dalam

optimasi model SLD, jumlah sesungguhnya suatu komponen dalam campuran,

diterjemahkan sebagai proporsi yang merupakan bilangan nol atau positif dan tidak

boleh berupa bilangan negatif. Jumlah seluruh proporsi semua komponen adalah 1.

Jika X1, X2,………, Xq adalah proporsi komponen 1, 2, 3,……q, maka 0≤Xi≤1. Jika

terdapat 3 komponen (q = 3) yaitu A, B, C, maka digambarkan dalam bentuk dua

5
dimensi berupa segitiga sama sisi (model special cubic) dengan 3 sudut. Pada

masing-masing sudut segitiga sama sisi menunjukkan komponen tunggal dengan nilai

proporsi sama dengan 1. Hal yang perlu diperhatikan adalah ketiga sisi segitiga harus

mempunyai skala yang sama (Bolton, 1997). Pada model optimasi ini jumlah total

dari bahan yang digunakan harus konstan, misalnya dalam formulasi sirup diketahui

persentase bahan aktif dan pelarut adalah 90 % dari total volume akhir, sisa 10 % dari

formulasi terdiri dari pengawet, pewarna dan surfaktan. Kita menginginkan membuat

formula yang optimal yang tergantung dengan konsentrasi pengawet, pewarna dan

surfaktan yang relatif dengan tetap menjaga bahwa konsentrasinya konstan 10 %

(Bolton, 1997). Desain dan interpretasi multi faktor eksperimen kombinasi proporsi

dengan metode simplex lattice design dapat menggunakan bantuan software Design

Expert versi 7. Software ini menawarkan berbagai macam desain, termasuk faktorial,

faktorial fraksional dan desain gabungan. Design Expert memiliki beberapa kelebihan

yaitu:

1) Dapat digunakan untuk kedua variabel proses dan variabel campuran

2) Menghasilkan desain yang optimal untuk desain standar yang tidak applicable

3) Dapat meningkatkan desain yang sudah ada

(Buxton, 2007)

6
2.4 Monografi Bahan

2.4.1. Ekstrak Herba Sambiloto

Sambiloto mengandung lakton seperti deoksiandrografolid, andrografolid, 14-

deoksi-11, 12-didehidroandrografolid, neo-andrografolid, dan homoandrografolid.

Selain itu, sambiloto juga mengandung flavonoid, alkana, keton, aldehid (Andika

dkk., 2014).

Andrografolida merupakan komponen utama daun sambiloto yang termasuk

kedalam kelompok trihidroksilakton dengan rumus molekul C20H30O5.

Andrografolida mudah larut dalam methanol, ethanol, pyridine, asam asetat, dan

aseton. Memiliki titik leleh 228-230oC, spectrum ultraviolet dalam metanol dengan λ

maksimal 223 nm (Ratnani dkk., 2012). Herba sambiloto memiliki efek menurunkan

kadar glukosa darah dan menurunkan kadar LDL dan trigliserida (Nugroho dkk.,

2012). Herba sambiloto juga memiliki aktivitas farmakologi sebagai

hepatoprotetektif, antitrombotik, antiinflamasi, imunostimulan, antimalaria,

antihiperglikemik, dan kardioprotektif (Anju et al., 2012).

2.4.2. Metilselulosa

Gambar 2.3 Struktur Kimia Metilselulosa (Rowe et al., 2009)

7
Metilselulosa berwarna putih, bubuk berserat atau butiran, tidak berbau dan

berasa. Metilselulosa praktis tidak larut dalam aseton, metanol, kloroform, etanol

(95%), eter, larutan garam jenuh, toluena, dan air panas. Larut dalam asam asetat

glasial dan campuran etanol dan kloroform. Dalam air dingin, metilselulosa

membengkak dan terdispersi perlahan untuk membentuk opalescent, kental, dan

dispersi koloid. Metilselulosa digunakan sebagai coating agent, emulsifying agent,

suspending agent, disintegrant, bahan pengikat tablet, agen peningkat viskositas.

Metilselulosa tidak kompatibel dengan aminakrin hidroklorida, chlorocresol, klorida

merkuri, fenol, resorsinol, tannic acid, perak nitrat, klorida setilpiridinium, p-

hidroksibenzoat asam, paminobenzoic acid, metilparaben, propil paraben, dan

butilparaben. Garam asam mineral (terutama asam polibasa), fenol, dan tanin akan

mengental dalam metilselulosa, meskipun hal ini dapat dicegah dengan penambahan

etanol (95%) atau glikol diasetat. Konsentrasi tinggi dari elektrolit dapat

meningkatkan viskositas. Metilselulosa juga tidak kompatibel dengan oksidator kuat

(Rowe et al., 2009).

2.4.3. Propilenglikol

Gambar 2.4 Struktur Kimia Propilenglikol (Rowe et al., 2009)

Propilenglikol tidak berwarna, kental, praktis berbau, cair, rasa sedikit pedas

menyerupai gliserin. Kelarutan propilenglikol adalah terlarut dengan aseton,

8
kloroform, etanol (95%), gliserin, dan air, larut pada 6 bagian eter, tidak larut dalam

minyak mineral tetapi akan larut dalam beberapa minyak esensial. Pengawet

antimikroba, desinfektan, humektan, plasticizer, pelarut, agen penstabil, water-

miscible cosolvent. Propilenglikol tidak kompatibel dengan reagen pengoksidasi

seperti kalium permanganate (Rowe et al., 2009).

2.4.4. Mentol

Gambar 2.5 Struktur Kimia Mentol (Rowe et al., 2009)

Mentol rasemat adalah campuran dari bagian yang sama dari (1R, 2S, 5R) – dan

(1S, 2R, 5S) -isomers mentol. Mentol bersifat mengalir bebas atau bubuk kristal

aglomerasi, tidak berwarna, prismatik, kristal mengkilap acicular, massa heksagonal

dengan bau yang khas dan rasa yang kuat. Bentuk kristal dapat berubah karena

sublimasi dalam wadah tertutup. Mentol tidak kompatibel dengan butil kloral hidrat,

kamper, kloralhidrat, trioksida kromium, b-naftol, fenol, kalium permanganate,

pirogalol, resorsinol, dan timol.

Formulasi yang mengandung 1% b/b mentol dalam krim berair dilaporkan

memiliki kstabilan hingga 18 bulan bila disimpan pada suhu ruangan. Mentol harus

9
disimpan dalam wadah yang tertutup pada temperatur tidak melebihi 25°C, karena

mudah tersublimasi.

Mentol banyak digunakan dalam obat-obatan dan produk perlengkapan mandi

sebagai agen penambah rasa atau penambah aroma. Mentol juga memiliki

karakteristik peppermint, l-mentol, yang terjadi secara alami memberikan rasa dingin

atau sensasi menyegarkan yang dimanfaatkan dalam berbagai sediaan topikal.

Saat digunakan untuk penambah rasa pada tablet, mentol umumnya dilarutkan

dalam etanol (95%) dan disemprotkan ke granul tablet dan tidak digunakan sebagai

eksipien padat. Mentol telah diteliti dapat meningkatkan penetrasi di kulit dan juga

digunakan dalam parfum, produk tembakau, permen karet dan sebagai agen

terapeutik. Bila diaplikasikan pada kulit, mentol melebarkan pembuluh darah,

menyebabkan sensasi dingin diikuti oleh efek analgesik. Mentol dapat mengurangi

gatal dan digunakan dalam krim, lotion, dan salep. Ketika diberikan secara oral dalam

dosis kecil mentol berguna sebagai karminatif (Rowe et al., 2009).

10

Anda mungkin juga menyukai