Anda di halaman 1dari 41

RESUME JURNAL

1. JURNAL 1 : TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR BERSIH


MENGGUNAKAN MEDIA PAC Tahun 2018
2. JURNAL 2 : SISTEM PENGOLAHAN AIR MINUM SEDERHANA
(PORTABLE WATER TREATMENT) Tahun 2017
Dibuat Guna Memenuhi Tugas 1 Mata Kuliah Teori Analisis Air
Dosen Pengampu : Tri Hariningsih, M. Sc

Disusun oleh :

Kelompok 1 Absensi 01-04

1. Agustina Eka N NIM 1193078


2. Ardhi Bimara NIM 1193079
3. Astika Rachmatul A NIM 1193080
4. Dea Fatika N NIM 1193081

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL

2019/ 2020
Vol. 1 No. 1 Agustus 2018
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS

TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR BERSIH


MENGGUNAKAN MEDIA PAC
Fitriyah1, Zacky Maulana2

Universitas Banten Jaya, Jl. Ciwaru Raya II


*Email :fitriyah@unbaja.ac.id

Abstract: This study aims to determine raw water used in PDAM Kenari Banten has met the
standards water treatment process. The research variables studied were TDS (Total Dissolved Solid),
color, DO (Dissolved Oxygen) refer to PERMENKES number 492 of 2010 about standards water
quality. This methods include literature study, field observation, primary data collection, secondary
data collections. The process of clean water treatment is carried out by physical and chemical
processes, including the steps that were carried out, by adding Polyalumunium Chloride coagulants
with variations in waiting time and variations in the concentration of the coagulant volume. The
waiting time used was 5 minutes, 10 minutes, 15 minutes. Based on calculation result optimality of
waiting time and coagulant use, are TDS 21.7%, color 50%, and DO 99.3%.
Keywords: : Clean Water, coagulan, PAC

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui air baku yang digunakan dalam PDAM Kenari
telah memenuhi standar proses pengolahan air bersih. Variabel penelitian yang diteliti adalah TDS
(Total Dissolved Solid), warna, DO (Dissolved Oxygen) yang mengacu pada PERMENKES 492 tahun
2010 tentang standar baku mutu air bersih. Metode pengumpulan data meliputi studi pustaka,
pengamatan lapangan, pengambilan data primer dan pengambilan data sekunder. Proses pengolahan
air bersih dilakukan dengan proses fisika dan kimia, meliputi tahapan yang di lakukan yaitu
menambahkan koagulan Polyalumunium Chloride dengan variasi waktu tunggu dan variasi
konsentrasi volume koagulan. Waktu tunggu yang dipakai yaitu 5 menit, 10 menit, 15 menit. Dengan
menggunakan perhitungan didapatkan waktu tunggu dan penggunaan koagulan yang optimal
yaitu TDS 21,7%, warna 50%, dan DO 99,3%.

Kata kunci: Air Bersih, optimalitas, koagulan, PAC

62
Vol. 1 No. 1 Agustus 2018
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS

PENDAHULUAN

Air adalah unsur yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena air dapat
digunakan untuk berbagai keperluan salah satunya yaitu pada sektor rumah tangga. Tanpa
adanya perawatan dan pengolahan sumber daya air dapat dipastikan kehidupan manusia tidak
akan bertahan lama, maka dari itu perlu dilakukan perawatan dan pengolahan sumber daya air
yang optimal agar kebutuhan masyarakat akan air bersih tercukupi. Di Indonesia kecukupan
air bersih sebagian disuplai dari PDAM atau Perusahaan Daerah Air Minum. PDAM
merupakan salah satu unit usaha milik daerah, yang yang bergerak dalam distribusi air bersih
bagi masyarakat umum. PDAM terdapat di setiap provinsi, kabupaten, dan kotamadya di
seluruh Indonesia. PDAM merupakan perusahaan daerah sebagai sarana penyedia air bersih
yang diawasi dan dimonitor oleh aparat eksekutif maupun legislatif daerah. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengolahan kualitas
air dan pengendalian air menjelaskan air sebagai komponen sumberdaya alam yang sangat
penting maka harus di pergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Hal ini
berarti dalam penggunaan air dan yang akan dating perlu dilakukan pengelolaan dan
pengolahan air yang tersistemasi dengan baik.
Oleh karena itu, air perlu di kelola dengan baik agar ketersediaannya mencukupi baik
dari segi kuantitas maupun kualitasnya, dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Maka dari
itu harus ada sumber air baku lain yang bisa di gunakan untuk mengantisipasi apabila
terjadinya kendala pada sumber air baku yang biasanya, seperti mengeringnya aliran irigasi
Pamarayan yang berada di Kecamatan Kasemen. Sehingga harus adanya penggunaan air baku
dari saluran yang lain seperti sungai Cibanten agar ketersediaan mencukupi baik dari
kuantitas maupun kualitas. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini mengambil judul
Teknologi pengolahan Airr Bersoih dengan menggunakan Koagulan Polyalumunium
Chloride (PAC)

METODE

Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen (percobaan) dengan menerapkan


teknik sampling dari Sungai cibanten yang bertujuan untuk mengetahui kualitas air sungai

63
Vol. 1 No. 1 Agustus 2018
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS

Cibanten sebelum dan sesudah dicampurkan koagulan PAC, dan untuk mengetahui volume
penggunaan koagulan serta waktu tunggu yang optimal dalam pengolahan air bersih

Diagram Alir Penelitian

Mulai

Studi Lapangan Studi Literatur

Pengumpulan Data

Pengambilan Data Sekunder


Pengambilan Data Primer Wilayah Administratif Kota Serang
Jumlah Sampel Layout Kecamatan Kasemen
Parameter Kualitas Air Layout Pengambilan Sampel
Air Baku yang digunakan Standar Baku Mutu Air Baku
Koagulan yang digunakan Standar Baku Mutu Air Bersih

Pengolahan Data

Pengambilan Sampel Air Baku

Proses Koagulasi dan Flokulasi

Proses Sedimentasi Variasi penambahan


koagulan
Hasil  1 tetes
 2 tetes
 3 tetes
Selesai

Gambar 1. Diagram Alir Langkah Kerja Penelitian

Pengambilan Sampel Air Sungai

64
Vol. 1 No. 1 Agustus 2018
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS

Alat dan Bahan


Alat:
1. Water Sampel Horizontal.
2. Botol Penampung berukuran 1000 ml.

Bahan:
1. Sampel air Sungai Cibanten.

Prosedur Penentuan Penggunaan Koagulan:


1. Siapkan alat Water Sampel Horizontal.
2. Tarik kawat yang berada di samping kanan dan kiri lalu kaitkan ke bagian atas.
3. Cuci alat sebanyak tiga kali dengan menggunakan air sampel yang akan di ambil.
4. Setelah di cuci sebanyak tiga kali, alat masukan kedalam aliran sungai sedalam satu meter.
5. Lalu lepaskan pemberat yang berada di ujung tali supaya menekan bagian atas alat.
6. Bagian atas alat yang tertekan akan melepaskan kawat yang tersangkut lalu penutup akan
otomatis tertutup.
7. Angkat alat lalu pindahkan air sampel kedalam botol yang telah di siapkan.
8. Lakukan secara berulang sebanyak total sampel yang akan di ambil.

Penentuan Penggunaan Koagulan dan warna


Alat dan Bahan
Alat:
1. Beaker glass ukuran 1000 ml.
2. Beaker glass ukuran 250 ml.
3. Beaker glass ukuran 100 ml.
4. Spatula.
5. Pipet tetes.

Bahan
1. Sampel air sungai Cibanten.
2. Koagulan Polyalumunium Chloride.

65
Vol. 1 No. 1 Agustus 2018
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS

Prosedur Penentuan Penggunaan Koagulan:


1. Sampel air sungai di masukkan kedalam beaker glass berukuran 1000ml sebanyak
1000ml.
2. Koagulan PAC di masukkan kedalam beaker glass berukuran 100ml secukupnya.
3. Teteskan koagulan kedalam beaker glass yang berisikan sampel air sungai menggunakan
pipet tetes sebanyak Variasi yang telah di tentukan.
4. Aduk cepat sampel yang telah di teteskan koagulan selama lima menit.
5. Tunggu sampai waktu yang telah di tentukan lalu tuangkan sampel kedalam beaker glass
berukuran 250ml agar terpisah dengan flok-flok yang mengendap.
6. Amati warna sampel yang telah dipisahkan kedalam beaker glass 250ml.
7. Ulangi cara yang sama dengan penggunaan volume dan waktu yang telah ditentukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada PDAM Tirta Al-Bantani Kabupaten Serang Unit Kenari proses produksi
menggunakan koagulan PAC murni tanpa memakai koagulan tambahan seperti kaporit, hal
ini dikarenakan air baku tersebut telah memenuhi standar baku mutu PERMENKES
No.492/MENKES /PER/2010. Penelitian ini media PAC digunakan untuk mengurangi
tingkat kekeruhan pada air, karena PAC mempunyai kandungan utamanya adalah unsur
alumunium (Al) yang dapat berikatan dengan unsur lain membentuk senyawa rantai molekul
yang cukup panjang. Dengan demikian PAC menggabungkan netralisasi dan sebagai
senyawa penghubung partikel-partikel koloid sehingga koagulasi berlangsung lebih efisien.
Sehingga penggunaan koagulan PAC ini sangat efektif digunakan sebagai koagulan pada
proses pengolahan air bersih

Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin banyak air baku yang di proses maka semakin
banyak pula penggunaan koagulan PAC untuk proses penjernihan air baku tersebut.

66
Vol. 1 No. 1 Agustus 2018
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS

Penggunaan Polyalumunium Chloride


300 260.87
250

200
PAC (ml)

150 130.435

100 78.261
52.174
50
1
0
23 1200 1800 3000 6000
Air Baku (liter)

Gambar 2. Penggunaan Koagulan PAC

Hasil kualitas Air PDAM Tirta Al-Bantani Kabupaten Serang Unit Kenari

Hasil kualitas air baku maupun air bersih dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. Hasil kualitas air baku PDAM Kenari
Baku Mutu Hasil
No. Parameter Satuan Metode
Air Baku Pemeriksaan
FISIKA
Max Suhu 36.4
1 Temperatur o
C o
SNI.06-6989.23.2005
Udara ±3
2 Daya Tahan Listrik mh/cm - 139 IK.61
3 Kekeruhan NTU - 32.8 SNI.06-6989.25.2005
4 Total Dissoiped Solid Mg/L 1000-2000 64 IK.38
5 Total Suspended Solid Mg/L 50-400 37 SNI.06-6989.3.2004
6 Warna TCU - 100 APHA 2120-C.2005
KIMIA
1 pH Mg/L 6,0 – 9 7.1 SNI.06-6989.11.2004
2 Angka Permanganate Mg/L - - SNI.06-6989.22.2004
3 Kesadahan Total Mg/L Max 500 84.6 SNI.06-6989.12.2004
4 Clorida (Cl) Mg/L Max 600 18.8 SNI.06-6989.19.2009
5 Kalsium (Ca) Mg/L - 30.7 SNI.06-6989.12.2004
6 Magnesium (Mg) Mg/L - 53.9 SNI.06-6989.12.2004
7 Besi (Fe) Mg/L Max 1,0 1.85 SNI.06-6989.4.2009

67
Vol. 1 No. 1 Agustus 2018
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS

APHA Ed 22nd 3010-


8 Timbal (Pb) Mg/L 0.3-1.0 0.06
B.3500
APHA Ed 22nd 3010-
9 Tembaga (Cu) Mg/L 0.02-0.2 0.0093
B.3500
APHA Ed 22nd 3120-
10 Zeng (Zn) Mg/L 0.05-2.0 0.0095
B.3500
11 Kromium Total (Cr) Mg/L - - SNI.06-6989.17.2004
APHA Ed 22nd 3010-
12 Cadmium (Cd) Mg/L 0.01-0.1 0.0025
B.3500
13 Mangan (Mn) Mg/L Max 1.0 0.09 SNI.06-6989.5.2009
APHA Ed 22nd 4500-
14 Nitrat (NO3-N) Mg/L Max 20 2.30
E.2012
15 Nitrit (NO2-N) Mg/L Max 0.06 0.09 SNI.06-6989.9.2004

16 Sulfat (SO4) Mg/L Max 400 11.8 IK-


17 MBAS Mg/L 200 17.5 SNI.06-6989-51.2005
18 Salinitas % - - SK SNI M-03-1989-F
BAKTERIOLOGI
MPN/100/ APHA Ed 22nd 9221-
1 Koliform Tinja 100-2000 626
mL E.2012
Sumber : Laporan hasil kualitas air baku saluran irigasi Pamarayan Barat, 24 November
2017, baku mutu PP No.82 Tahun 2001

Dalam hasil uji kualitas air baku tersebut terdapat Fe dan Nitrit melebihi standar baku
mutu air baku. Tingginya kandungan Fe pada air disebabkan oleh banyaknya sampah-
sampah kaleng dan besi yang dibuang ke saluran irigasi Ppmarayan sehingga
menyebabkan kadar besi pada saluran irigasi meningkat, sedangkan tingginya kandungan
Nitrit disebabkan oleh limbah organik manusia, oleh karennya dilakukan perlakuan
lanjutan dengan menambahkan koagulan PAC pada air baku untuk proses pengolahan air
bersih.

Optimalitas Penggunaan Koagulan


Dari hasil keseluruhan yang telah di dapat maka dapat di ketahui penggunaan koagulan
yang optimal yaitu sebanyak 2 tetes dengan waktu optimum 10 menit, sehingga dapat
diketahui hasil data yang diperoleh sebagai berikut:

68
Vol. 1 No. 1 Agustus 2018
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS

Tabel 2 Nilai optimalitas koagulan 2 tetes

Optimalitas Waktu Tunggu (menit)


2 tetes 5 10 15
68,25 73,75 67,25
TDS
mg/L mg/L mg/L
Jernih
Warna Jernih Jernih
berflok
DO 2,7 ppm 3,04 ppm 3,33 ppm

Berdasarkan Tabel 2, dari parameter TDS hasil yang diperoleh semakin rendah maka
semakin optimal. Sehingga yang menunjukan hasil yang rendah yaitu pada menit 15 dan
menit 25 dengan hasil 67,27. Pada parameter warna hasil yang di peroleh pada menit 5 yaitu
jernih berflok sedangkan pada menit 10 sampai 25 mendapatkan hasil yang jernih, hasil yang
diperoleh dari parameter warna semakin jernih maka semakin optimal. Sehingga yang
menunjukan hasil yang jernih yaitu pada menit 10 sampai menit 25. Dan pada parameter DO
hasil yang di peroleh semakin tinggi maka semakin optimal, pada parameter ini tidak boleh
kurang dari 1,7 ppm sehingga semua waktu tunggu telah memenuhi syarat.
Maka dapat kita ketahui dari parameter yang sangat mempengaruhi dalam penentuan
waktu tunggu yang akan di pakai yaitu TDS, sedangkan untuk parameter warna dan DO
hanya sebagai pendukung apabila hasil yang di peroleh relatif sama. Pada parameter TDS
waktu yang mendapatkan hasil yang optimal yaitu menit 15 dan menit 25 dengan hasil 67,25,
dan pada parameter warna menit 15 dan menit 25 mempunyai hasil yang sama yaitu jernih
yang membedakan hanya dari parameter DO pada menit 15 mempunyai hasil 3,33ppm.

Maka secara besar waktu tunggu yang di pakai yaitu menit 25 dikarenakan pada
parameter tersebut mempunyai hasil yang sama hanya membedakan pada parameter DO,
akan tetapi dari segi waktu dalam pengolahan air bersih terkesan lebih lama dibandingkan
waktu tunggu 15menit. Sehingga waktu tunggu yang optimal yang di pakai yaitu 15 menit
karena pada parameter DO hasil yang di peroleh tidak terlalu mempengaruhi dalam
pemakaian air bersih.

69
Vol. 1 No. 1 Agustus 2018
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS

Hasil dari optimalitas waktu tunggu dan volume pemakaian koagulan PAC yaitu waktu
tunggu 15 menit dengan penggunaan koagulan PAC sebanyak 2 tetes dengan di dapatkan
hasil dari parameter TDS sebesar 67,25 mg/L, DO sebesar 3,33 ppm, dan warna yang di
peroleh jernih.

Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Setelah di dapatkan hasil dari optimalitas waktu tunggu dan volume pemakaian
koagulan PAC, kemudian di lakukan pengecekan parameter kesadahan, besi (Fe), mangan
(Mn), nitrat (NO3-N), nitrit (NO2-N), dan sulfat (SO4) dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 3 Hasil Pemeriksaan Laboratorium

No Parameter Satuan Standart Hasil Air


Hasil Air Bersih
Baku Mutu Baku
FISIKA
1 Warna TCU 50 307 26
2 Rasa - Tak Tak Tak
3 Bau - Tak Tak Tak
4 Temperatur o
C Suhu udara ±3 29 29
5 Kekeruhan NTU 25 95,4 1,15
6 Total mg/L 1000 144 148,5
Padatan
Terlarut
KIMIA
7 pH - 6,5 - 8,5 7,16 7,19
8 Kesadahan mg/L 500 95,95 90,9
9 Besi mg/L 1 1,06 0,02
10 Mangan mg/L 0,5 0,281 0,094
11 Sulfat mg/L 400 12 6
12 Nitrat mg/L 10 3,5 0,8
13 Nitrit mg/L 1 0,174 0,06

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui, dari parameter warna, rasa, bau, temperatur,
kekeruhan, total padatan terlarut, pH, kesadahan, besi, mangan, sulfat, nitrat, dan nitrit air air

70
Vol. 1 No. 1 Agustus 2018
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS

baku yang telah diolah menggunakan koagulan PAC telah memenuhi standart baku mutu
berdasarkan PERMENKES No.492/MENKES/PER/2010. Sehingga air baku tersebut
digunakan sebagai air baku dalam proses pengolahan air bersih.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari penelitian, dapat disimpulkan bahwa

1. Air baku yang telah diolah dengan koagulan PAC telah memenuhi standar baku mutu
air karena hasil yang diperoleh dari parameter warna, suhu, total padatan terlarut,
oksigen terlarut, pH, kesadahan, besi (Fe), mangan (Mn), nitrat (NO3-N), nitrit (NO2-
N), dan sulfat (SO4) telah memenuhi syarat standar baku mutu air baku PP No.82
Tahun 2001. Analisa pengolahan air bersih menggunakan koagulan PAC hasil yang
didapatkan sangat optimal, yaitu sudah memenuhi standar baku air bersih berdasarkan
PERMENKES No.492/MENKES/PER/ 2010.

2. Parameter warna di peroleh nilai Y = 0,04x + 3,2, didapatkan tingkat kemampuan


sebesar 0,5 atau 50%.Dalam persamaan ini dapat diketahui bahwa hasil dari
parameter warna, apabila waktu tunggu semakin lama maka air akan semakin jernih,
terkecuali apabila penggunaan koagulan yang berlebihan akan menyebabkan air akan
menjadi keputihan yang diakibatkan oleh terbentuknya ion klorit yang menyebabkan
terjadinya pengkeruhan.
3. Parameter total padatan terlarut (TDS) di peroleh nilai Y = -0,17x + 71,35. Dalam
persamaan ini dapat membantu untuk memprediksi hasil dari TDS yang akan
diperoleh dengan memasukan banyaknya waktu tunggu yang telah ditentukan. Pada
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa waktu tunggu yang dipakai semakin lama
maka hasil TDS akan mengalami penurunan karena senyawa Al akan mengikat zat
terlarut pada air sehingga terbentuk senyawa kompleks. Pada hasil korelasi
didapatkan tingkat kemampuan sebesar 0,22 atau 22%.
4. Pada Parameter oksigen terlarut diperoleh nilai Y = 0,074x + 2,3. Dalam persamaan
ini dapat diketahui bahwa hasil dari parameter oksigen terlarut, apabila waktu tunggu
semakin lama maka kadar oksigen terlarut akan semakin besar, akan tetapi banyaknya

71
Vol. 1 No. 1 Agustus 2018
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS

penggunaan koagulan semakin banyak maka dapat mempengaruhi berkurangnya


kadar oksigen terlarut pada air yang disebabkan oleh pada koagulan PAC akan
terbentuknya ion klorit yang dapat dianggap sebagai kandungan mineral dan garam.
Pada hasil korelasi parameter warna didapatkan tingkat kemampuan sebesar 0,993
atau 99,3%.

72
Vol. 1 No. 1 Agustus 2018
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS

73
Vol. 1 No. 1 Agustus 2018
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS
DAFTAR RUJUKAN CyberKU Journal. Universitas
Dian Nuswantoro.

Alamsyah, S. 2007. Alat Penjernih Ronald E. Walpole. 1988. Pengantar


Air Untuk Rumah Tangga. Statistika. PT.Gramedia.
Kawan Pustaka. Jakarta. Jakarta.

Bunga Irada dan Agung Sugiri. Setyaningsih, D.2002. Perbandingan


2014. Ketersediaan Air Bersih Efektifitas Penggunaan
dan Perubahan Iklim. Jurnal Koagulan FeCl, PAC, PE
Teknik PWK. Vol. 3. No. 2. ( Poly Electrolit) Pada Proses
295-302. Koagulasi Limbah ( White
water ) Pabrik Kertas. Skripsi.
Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Teknik Kimia UPN Jatim.
Kesehatan Lingkungan. EGC. Surabaya.
Jakarta.
Situmorang, M. 2007. Kimia
Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Lingkungan. FMIPA-
kesehatan lingkungan. UNIMED. Medan
Kedokteran EGC. Jakarta
. Sutrisno Totok dan Suciantur Emi.
2010. Teknologi Penyediaan
Peraturan Pemerintah RI No.82 Air Bersih. PT Rineka Cipta.
Tahun 2001 tentang Jakarta.
Pengolahan Kualitas Air dan
Pengendalian Air.
Permenkes Tri Joko. (2010). Unit Produksi
No.492/MENKES/PER/XI/201 dalam Sistem Penyediaan Air
0. tentang Persyaratan Kualitas Minum. Graha Ilmu.
Air Minum. Yogyakarta
Permenkes RI No.
416/Menkes/Per/IX/1990.
tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air
bersih.

Pratomo, D. S. dan Astuti, E. Z.


(2015). Analisis Regresi dan
Korelasi Antara Pengunjung
dan Pembeli terhadap Nominal
Pembelian di Indomaret

Kedungmundu Semarang dengan


Metode Kuadrat Terkecil.

73
Vol. 1 No. 1 Agustus 2018
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS
RESUME JURNAL 1
TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR BERSIH MENGGUNAKAN MEDIA
PAC Tahun 2018
Fitriyah1, Zacky Maulana2
Universitas Banten Jaya, Jl. Ciwaru Raya II

*Email :fitriyah@unbaja.ac.id

A. PENDAHULUAN

Tanpa adanya perawatan dan pengolahan sumber daya air dapat dipastikan
kehidupan manusia tidak akan bertahan lama, maka dari itu perlu dilakukan
perawatan dan pengolahan sumber daya air yang optimal agar kebutuhan
masyarakat akan air bersih tercukupi

Di Indonesia kecukupan air bersih sebagian disuplai dari PDAM atau


Perusahaan Daerah Air Minum.PDAM merupakan salah satu unit usaha milik
daerah, yang yang bergerak dalam distribusi air bersih bagi masyarakat
umum.PDAM merupakan perusahaan daerah sebagai sarana penyedia air
bersih yang diawasi dan dimonitor oleh aparat eksekutif maupun legislatif
daerah. Hal ini berarti dalam penggunaan air dan yang akan dating perlu
dilakukan pengelolaan dan pengolahan air yang tersistemasi dengan baik.
Maka dari itu harus ada sumber air baku lain yang bisa di gunakan untuk
mengantisipasi apabila terjadinya kendala pada sumber air baku yang
biasanya, seperti mengeringnya aliran irigasi Pamarayan yang berada di
Kecamatan Kasemen. Sehingga harus adanya penggunaan air baku dari
saluran yang lain seperti sungai Cibanten agar ketersediaan mencukupi baik
dari kuantitas maupun kualitas.

Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini mengambil judul Teknologi


pengolahan Airr Bersoih dengan menggunakan Koagulan Polyalumunium
Chloride (PAC) METODE Metode penelitian yang digunakan yaitu
eksperimen (percobaan) dengan menerapkan teknik sampling dari Sungai
cibanten yang bertujuan untuk mengetahui kualitas air sungai

73
Vol. 1 No. 1 Agustus 2018
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS

B. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan yaitue ksperimen (percobaan)


dengan menerapkan teknik sampling dari Sungai cibanten yang bertujuan
untuk mengetahui kualitas air sungai. Cibanten sebelum dan sesudah
dicampurkan koagulan PAC, dan untuk mengetahui volume penggunaan
koagulan serta waktu tunggu yang optimal dalam pengolahan air bersih

C. HASIL dan PEMBAHASAN


Tabel Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Standart Hasil Air


No Parameter Satuan Hasil Air Bersih
Baku Mutu Baku
FISIKA
1 Warna TCU 50 307 26
2 Rasa - Tak Tak Tak
3 Bau - Tak Tak Tak
4 Temperatur oC Suhu udara 29 29
±3
5 Kekeruhan NTU 25 95,4 1,15
6 Total Padatan mg/L 10 144 148,5
Terlarut 00
KIMIA
7 pH - 6,5 - 8,5 7,16 7,19
8 Kesadahan mg/L 50 95,95 90,9
0
9 Besi mg/L 1 1,06 0,02
10 Mangan mg/L 0,5 0,281 0,094
11 Sulfat mg/L 40 12 6
0

73
Vol. 1 No. 1 Agustus 2018
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS
12 Nitrat mg/L 10 3,5 0,8
13 Nitrit mg/L 1 0,174 0,06

Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui, dari parameter warna, rasa,


bau, temperatur, kekeruhan, total padatan terlarut, pH, kesadahan, besi,
mangan, sulfat, nitrat, dan nitrit air . Air baku yang telah diolah menggunakan
koagulan PAC telah memenuhi standart baku mutu berdasarkan
PERMENKES No.492/MENKES/PER/2010. Sehingga air baku tersebut
digunakan sebagai air baku dalam proses pengolahan air bersih.

Penelitian ini media PAC digunakan untuk mengurangi tingkat kekeruhan


pada air, karena PAC mempunyai kandungan utama yaitu unsur alumunium
(Al) yang dapat berikatan dengan unsur lain membentuk senyawa rantai
molekul yang cukup panjang. Dengan demikian PAC menggabungkan
netralisasi dan sebagai senyawa penghubung partikel-partikel koloid sehingga
koagulasi berlangsung lebih efisien. Sehingga penggunaankoagulan PAC ini
sangat efektif digunakan sebagai koagulan pada proses pengolahan air bersih.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin banyak air baku yang di


proses maka semakin banyak pula penggunaan koagulan PAC untuk proses
penjernihan air baku tersebut

D. KESIMPULAN

Air baku yang telah diolah dengan koagulan PAC telah memenuhi standar
baku mutu air karena hasil yang diperoleh dari parameter warna, suhu,
total padatan terlarut, oksigen terlarut, pH, kesadahan, besi (Fe), mangan
(Mn), nitrat (NO3-N), nitrit (NO2-N), dan sulfat (SO4) telah memenuhi
syarat standar baku mutu air baku PP No.82 Tahun 2001.

E. DAFTAR PUSTAKA

73
Vol. 1 No. 1 Agustus 2018
e-ISSN : 2622 8785
P-ISSN : 2622 4984
JURNALIS
http://ejournal.lppm-unbaja.ac.id/index.php/jls/article/view/191/119 diakses pada
20 januari 2021 pukul 21.00

73
Konversi, Volume 6 No. 1, April
2017

SISTEM PENGOLAHAN AIR MINUM SEDERHANA


(PORTABLE WATER TREATMENT)

Noerhadi Wiyono, Arief Faturrahman, Isna Syauqiah*)


Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Lambung Mangkurat Jl. A. Yani Km. 36 Banjarbaru Kalimantan
Selatan

*E-mail : isnatk@gmail.com

Abstrak- Air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi makhluk hidup. Belakangan ini timbul
masalah yang sangat krusial yaitu sulit untuk mendapatkan air bersih dan layak untuk dikonsumsi.
Banyak sumber air yang biasa dipakai tidak sebagus dulu lagi. Maka perlu dilakukan suatu penelitian
pembuatan sistem pengolahan air sederhana dengan variabel waktu dan volume masuk yang cocok untuk
kondisi air sungai Martapura dengan mengetahui kualitas air minum yang dihasilkan. Teknologi yang
digunakan meliputi pengolahan air yang dilakukan secara fisik (filtrasi dan aerasi), pengolahan kimia
(adsorpsi) serta desinfeksi menggunakan UV. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap. Pertama
yaitu perancangan portable water treatment itu sendiri yaitu dengan membuat kolom-kolom aerasi,
kolom filtrasi, kolom adsorpsi, dan kolom desinfeksi yang mana alat-alat tersebut dibuat bongkar
pasang. Kedua, yaitu pengoptimasian alat-alat yang bertujuan untuk menentukan waktu dan volume
optimum masing-masing alat. Sehingga akan didapatkan waktu dan volume optimum untuk alat secara
keseluruhan. Ketiga, hasil analisa air sungai Martapura. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa
desain alat ini kurang efektif dengan kondisi kualitas sungai air Martapura untuk diolah menjadi air
minum yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat sekitar karena kualitas air minum yang dihasilkan belum
mencapai standar baku mutu air minum yang ditetapkan. Waktu optimum untuk alat ini adalah 135 s
dengan lama desinfeksi selama 2 menit dan volume optimum air masuk adalah sebesar 2 L

Kata kunci: aerasi, filtrasi, adsorpsi, desinfeksi

Abstract- Water is the most important thing for living. Lately it is difficult to get clean water and suitable
for consumption. Many water sources are commonly used not as good as it used to be. It needs to
research about making a simple water treatment system with variable time and suitable volume for
Martapura river conditions by knowing the quality of drinking water that produced. The technology used
includes water treatment conducted physically (filtration and aeration), chemical processing (adsorption)
and desinfection using UV. This research was conducted in several stages. First is the design of portable
water treatment itself is by making the columns of aeration, filtration column, adsorption column, and
columns where the desinfection equipment are separated. Second, the optimizing tools that aim to
determine the optimum time and volume of each instrument. So it will be obtained the optimum time and
volume for whole instrument. Third, the analysis results of Martapura river. Based on research results
obtained that the design of this tool is less effective with the quality of Martapura river water conditions
to be processed into drinking water that is usually consumed by people around because the quality of
drinking water that produced has not reached the standard of specified drinking water quality standard.
Optimum time for this tool is 135 s with a desinfection time for 2 minutes and the optimum volume of
entering water amounts to 2 L

Keywords: aeration, filtration, adsorption, desinfection

Republik Indonesia No. 82 thn 2001). Di


PENDAHULUAN Kalimantan Selatan, di mana daerahnya di
Sungai adalah tempat-tempat dan kelilingi banyak sungai yang kondisi airnya
wadah - wadah air termasuk sumber daya tidak layak untuk
alam non hayati yang terkandung di
dalamnya serta jaringan pengaliran air
mulai dari mata air sampai muara dengan
dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang
pengalirannya oleh garis sempadan (PP
27
Konversi, Volume 6 No. 1, April
2017

dikonsumsi. Berdasarkan uji


laboratorium Balai Riset dan
Standardisasi Industri Banjarbaru yang
dapat dilihat pada lampiran.
Air sungai tersebut mengandung
zat-zat padat yang tersuspensi, berwarna
kecoklatan, mengandung pH yang agak
tinggi, dan tingkat kekeruhan (turbidity)
yang juga sangat tinggi. Zat - zat padat
yang tersuspensi tersebut salah satunya
berasal dari lumpur bagian dasar sungai
yang bergerak ke atas akibat dari
banyaknya aktifitas

28
sarana transportasi sungai seperti perahu busuk tidak layak dikonsumsi. Bau
bermotor (kelotok). Berdasarkan busuk merupakan sebuah indikasi
keterangan budaya masyarakat bahwa telah atau sedang terjadi proses
Banjarmasin yang banyak membuang air pembusukan (dekomposisi) bahan-
besar (tinja) langsung ke sungai melalui bahan organik oleh mikroorganisme di
budaya jamban menyebabkan kandungan dalam air. Selain itu, bau dan rasa dapat
bakteri coliform yang berasal dari tinja disebabkan oleh senyawa fenol yang
manusia tersebut sangat tinggi di dalam terdapat di dalam air (Efendi, 2003).
c. Jumlah Padatan Terapung
air sungai martapura dan kandungannya
Perlu diperhatikan, air yang baik dan
jauh berada dari ambang batas toleransi
layak untuk diminum tidak mengandung
(Zainudin, 2009).
padatan terapung dalam jumlah yang
melebihi batas maksimal yang
Standar Baku Air Minum
diperbolehkan (1000 mg/L). Padatan
Beberapa persyaratan air minum
yang terlarut di dalam air berupa bahan
yang layak minum baik dari segi fisika,
-bahan kimia anorganik dan gas - gas
kimia, maupun biologinya antara lain
sebagai berikut : Persyaratan Fisika
Air minum harus memenuhi standar
uji fisik (fisika), antara lain derajat
kekeruhan, bau, rasa, jumlah zat padat
terlarut, suhu, dan warnanya. Syarat fisik
air yang layak minum sebagai berikut :
a. Kekeruhan
Kualitas air yang baik adalah jernih
(bening) dan tidak keruh. Batas
maksimal kekeruhan air layak minum
menurut PERMENKES RI Nomor 907
Tahun 2002 adalah 5 skala NTU.
Kekeruhan air disebabkan oleh partikel
- partikel yang tersuspensi di dalam air
yang menyebabkan air terlihat keruh,
kotor, bahkan berlumpur. Bahan -
bahan yang menyebabkan air keruh
antara lain tanah liat, pasir, dan lumpur.
Air keruh bukan berarti tidak dapat
diminum atau berbahaya bagi
kesehatan. Namun, dari segi estetika,
air keruh tidak layak atau tidak wajar
untuk diminum (Awalludin, 2007).
b. Tidak Berbau dan Rasanya Tawar
Air yang kualitasnya baik adalah tidak
berbau dan memiliki rasa tawar. Bau
dan rasa air merupakan dua hal yang
mempengaruhi kualitas air. Bau dan
rasa dapat dirasakan langsung oleh
indra penciuman dan pengecap.
Biasanya, bau dan rasa saling
berhubungan. Air yang berbau busuk
memiliki rasa kurang (tidak) enak.
Dilihat dari segi estetika, air berbau
yang terlarut. Air yang mengandung PERMENKES RI Nomor 907 Tahun
jumlah padatan melebihi batas 2002,
menyebabkan rasa yang tidak enak, batas pH minimum dan maksimum air
menyebabkan mual, penyebab layak minum berkisar 6,5-8,5. Khusus
serangan jantung (cardiacdisease), untuk air hujan, pH minimumnya
dan tixaemia pada wanita hamil adalah 5,5. Tinggi rendahnya pH air
(Efendi, 2003). dapat mempengaruhi rasa air.
d. Suhu Normal Maksudnya, air dengan pH kurang dari
Air yang baik mempunyai temperatur 7 akan terasa asam di lidah dan terasa
normal, 8º dari suhu kamar (27ºC). pahit apabila pH melebihi 7.
Suhu air yang melebihi batas normal
b. Kandungan Bahan Kimia Organik
menunjukkan indikasi terdapat bahan
Air yang baik memiliki kandungan
kimia yang terlarut dalam jumlah yang
bahan kimia organik dalam jumlah
cukup besar (misalnya, fenol atau
yang tidak melebihi batas yang
belerang) atau sedang terjadi proses
ditetapkan. Dalam jumlah tertentu,
dekomposisi bahan organik oleh
tubuh membutuhkan air yang
mikroorganisme. Jadi, apabila kondisi
mengandung bahan kimia organik.
air seperti itu sebaiknya tidak
Namun, apabila jumlah bahan kimia
diminum.
e. Warna organik yang terkandung melebihi
Warna pada air disebabkan oleh batas dapat menimbulkan
adanya bahan kimia atau mikroorganik
(plankton) yang terlarut di dalam air.
Warna yang disebabkan bahan - bahan
kimia disebut apparent color yang
berbahaya bagi tubuh manusia. Warna
yang disebabkan oleh mikroorganisme
disebut true color yang tidak
berbahaya bagi kesehatan. Air yang
layak dikonsumsi harus jernih dan
tidak berwarna. PERMENKES RI
Nomor 907 Tahun 2002 menyatakan
bahwa batas maksimal warna air yang
layak minum adalah 15 skala TCU
(Awalludin, 2007).

Persyaratan Kimia
Standar baku kimia air layak
minum meliputi batasan derajat
keasaman, tingkat kesadahan, dan
kandungan bahan kimia organik maupun
anorganik pada air. Persyaratan kimia
sebagai batasan air layak minum sebagai
berikut:
a. Derajat Keasaman (pH)
pH menunjukkan derajat keasaman
suatu larutan. Air yang baik adalah air
yang bersifat netral (pH = 7). Air
dengan pH kurang dari 7 dikatakan air
bersifat asam, sedangkan air dengan
pH di atas 7 bersifat basa. Menurut
gangguan pada tubuh. Hal itu terjadi (Awalludin, 2007).
karena bahan kimia organik yang
melebihi batas ambang dapat terurai Teknologi Pengolahan Air Tanah
jadi racun berbahaya. Bahan kimia Menjadi Air Minum pada Skala
organik tersebut antara lain NH4, Rumah Tangga
H2S, SO 2- , dan NO . Teknologi pengolahan
beberapaair tanah melaui
4 3
c. Kandungan Bahan Kimia Anorganik rasa yang tidak enak, lender, dan kerak
Kandungan bahan kimia anorganik pada pipa. Beberapa mikroorganisme
pada air layak minum tidak melebihi nonpatogen yang berada di dalam air
jumlah yang telah ditentukan. Bahan - sebagai berikut:
bahan kimia yang termasuk bahan - Beberapa jenis bakteri, antara lain
kimia anorganik antara lain garam dan Actinomycetes (Moldlikose bacteria), Bakteri
ion - ion logam (Fe, Al, Cr, Mg, Ca, Cl, coli (Coliform bacteria), Fecal streptococci,
dan Bakteri Besi (Iron Bacteria).
K, Pb, Hg, Zn). - Sejenis ganggang atau Algae yang hidup di
d. Tingkat Kesadahan
air kotor menimbulkan bau dan rasa tidak enak
Kesadahan air disebabkan adanya pada air.
kation (ion positif) logam dengan - Cacing yang hidup bebas di dalam air (free
valensi dua, seperti Ca2+ living)
, Mn2+ , Sr2+, Fe2+ , dan Mg2+. Secara
umum, kation yang sering
menyebabkan air sadah adalah kation
Ca2+ dan Mg2+. Kation ini dapat
membentuk kerak apabila bereaksi
dengan air sabun. Sebenarnya, tidak
ada pengaruh derajat kesadahan bagi
kesehatan tubuh. Namun, kesadahan air
dapat menyebabkan sabun atau deterjen
tidak bekerja dengan baik (tidak
berbusa). Berdasarkan PERMENKES
RI Nomor 907 Tahun 2002, derajat
kesadahan (CaCO3) maksimum air
yang layak minum adalah 500 mg per
liter (Efendi, 2003).

Persyaratan Biologi
a. Tidak Mengandung Organisme Patogen
Organisme patogen berbahaya bagi kesehatan
manusia. Beberapa mikroorganisme patogen
yang terdapat pada air berasal dari golongan
bakteri, protozoa, dan virus penyebab penyakit.
- Bakteri Salmonella typhi, Sighella dysentia,
Salmonella paratyphi, dan Leptospira.
- Golongan protozoa seperti Entoniseba
histolyca dan Amebic dysentry.
- Virus Infectus hepatitis merupakan penyebab
hepatitis.
b. Tidak Mengandung Mikroorganisme
Nonpatogen
Mikroorganisme nonpatogen
merupakan jenis mikroorganisme yang
tidak berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Namun, dapat menimbulkan bau dan
tahapan yaitu : air, seperti bau, kekeruhan, serta warna-
Aerasi warna yang mungkin timbul pada air baku
Aerasi merupakan istilah lain dari dan menyaring kotoran dengan ukuran
tranfer gas dengan penyempitan makna, antara 1 s/d
lebih dikhususkan pada transfer gas 2 mm. Awalludin (2007) melakukan
(khususnya oksigen) dari fase gas ke fase penelitian dengan menggunakan media
cair. Fungsi utama aerasi dalam filtrasi dengan campuran antara media
pengolahan air adalah melarutkan pasir silika dan zeolit dengan
oksigen ke dalam air untuk meningkatkan perbandingan 40 : 60, dapat menurunkan
kadar oksigen terlarut dalam air, dalam kandungan Fe dan Mn secara
campuran tersuspensi lumpur aktif dalam signifikan dan
bioreaktor dan melepaskan kandungan
gas-gas yang terlarut dalam air, serta
membantu pengadukan air. Pada alat
pengolahan air sungai ini digunakan tray
aerator. Yaitu aerator yang disusun
secara bertingkat. Tujuan transfer gas
dalam pengolahan air adalah :
1. Untuk mengurangi konsentrasi bahan
penyebab rasa dan bau, seperti hidrogen
sulfida dan beberapa senyawa organik, dengan
jalan penguapan atau oksidasi.
2. Untuk mengoksidasi besi dan mangan.
3. Mengurangi rasa dan bau.
4. Untuk melarutkan gas ke dalam air (seperti
penambahan oksigen ke dalam air tanah dan
penambahan karbon dioksida setelah
pelunakan air).

Filtrasi
Filtrasi atau penyaringan
(filtration) adalah pemisahan partikel zat
padat dari fluida dengan jalan
melewatkan fluida itu melalui suatu
medium penyaring atau septum, di mana
zat padat itu tertahan. Dalam industri,
filtrasi ini meliputi ragam operasi mulai
dari penapisan sederhana sampai separasi
yang amat rumit (Mc Cabe, 1999). Sand
filter adalah filter yang terbuat dari bahan
pasir kuarsa dengan diameter 1 s/d 2 mm
yang berguna untuk melakukan
penyaringan material non air yang berupa
algae atau golongan ganggang-
ganggangan yang terdapat dalam air baku
dari sumber, sehingga tidak sampai
mempengaruhi kualitas air pada akhir
produk yang dihasilkan.
Carbon filter adalah karbon aktif
sebagai sarana proses filterisasi dengan
tujuan mengadakan penyaringan untuk
jenis-jenis material yang terdapat dalam
tinggi dapat menyulitkan sinar radiasi
kualitas air yang dihasilkan sudah menembus air dan pathogen.
memenuhi standart baku air minum. 2. Sinar UV tidak efektif terhadap zat pencemar
mengandung banyak bahan- kimia organik, klor,
Adsorbsi asbes dan lain - lain.
Adsorpsi merupakan peristiwa di 3. Memerlukan listrik untuk beroperasi. Dalam
situasi keadaan darurat ketika listrik mati, maka
mana terikatnya molekul dari suatu fasa alat tersebut tidak akan bekerja.
gas atau larutan pada permukaan suatu 4. UV umumnya digunakan sebagai pemurnian
padatan. Molekul - molekul yang terikat akhir pada sistem filtrasi. Jika ingin
pada permukaan disebut adsorbat,
sedangkan yang mengikat adsorbat
disebut dengan adsorben (Massel, 1996).
Adsorpsi terjadi karena molekul -
molekul pada permukaan zat padat atau
zat cair yang memiliki gaya tarik dalam
keadaan tidak setimbang yang cenderung
tertarik ke arah dalam (gaya kohesi
adsorben lebih besar daripada gaya
adhesinya). Ketidakseimbangan gaya tarik
tersebut mengakibatkan zat padat atau zat
cair yang digunakan sebagai adsorben
cenderung menarik zat-zat lain yang
bersentuhan dengan permukaannya
(Sudirjo, 2005).

Desinfeksi
Air lewat melalui suatu pipa bersih
untuk dipanaskan dengan sinar Ultra
violet (UV). Sinar ultra violet (UV) dapat
secara efektif menghancurkan virus dan
bakteri. Sistem UV ini tergantung pada
jumlah energi yang diserap sehingga dapat
menghancurkan organisme yang terdapat
pada air tersebut. Jika energi tidak cukup
tinggi, maka material organisme genetik
tidak dapat dihancurkan. Keuntungan
menggunakan UV meliputi :
1. Tidak beracun atau tidak berbahaya
2. Menghancurkan zat pencemar organik.
3. Menghilangkan bau atau rasa pada air.
4. Memerlukan waktu kontak yang singkat
(memerlukan waktu beberapa menit).
5. Meningkatkan kualitas air karena gangguan zat
pencemar organik.
6. Dapat mematikan mikroorganisme pathogenic.
7. Tidak mempengaruhi mineral di dalam air.
Kerugian-Kerugian dari menggunakan UV
meliputi :
1. UV radiasi tidak cocok untuk air dengan kadar
suspended solids tinggi, kekeruhan, warna, atau
bahan organik terlarut. Bahan ini dapat
bereaksi dengan UV radiasi, dan mengurangi
performance desinfeksi. Tingkat kekeruhan
mengurangi zat pencemar seperti virus belum menjalani proses aktivasi. Karbon
dan bakteri, maka masih perlu aktif merupakan senyawa karbon, yang
menggunakan suatu karbon untuk dapat dihasilkan dari bahan
menyaring atau dengan sistem osmosis - bahan yang mengandung karbon atau
sebagai tambahan terhadap UV dari arang yang diperlakukan dengan cara
(Sutrisno, 1987). khusus untuk mendapatkan permukaan
yang lebih luas. Luas permukaan karbon
Zeolit dan karbon aktif aktif berkisar antara 300-3500 m2/gram
Zeolit juga baik untuk pasir dan dan ini berhubungan dengan struktur pori
karbon aktif berdasarkan pada kapasitas internal yang menyebabkan karbon aktif
perubahan kationnya yang tinggi. Pasir mempunyai sifat sebagai adsorben.
dan karbon aktif tidak sama dengan zeolit Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan
untuk kapasitas perubahan kation. Zeolit senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat
juga dapat menyerap metal berat, bau, adsorpsinya selektif, tergantung pada
kopi, darah, cat, sampah radioaktif, besar atau volume pori - pori dan luas
arsenik, dan bahan – bahan beracun lain permukaan (Awalludin, 2007).
yang dapat ditemukan di air. Zeolit juga
dapat menyerap beberapa bagian gas
seperti formaldehyde, kloroform, dan
karbon monoksida. Partikel zeolit juga
berperan sebagai bibit untuk
menumbuhkan flok bakteri dengan
menambah pergerakan bakteri tiap
volume unit. Keuntungan menggunakan
zeolit dalam system penyaringan fisik,
antara lain :
1. Dapat membuat air yang berada dalam kondisi
pH asam menjadi lebih netral berdasarkan
kapasitas perubahan kationnya yang besar.
2. Menambah laju aliran secara gravitasi dan
sistem pengatur tekanan apabila dibandingkan
dengan system penyaring yang menggunakan
media pasir/antrasit.
3. Kapasitas penyaringan dapat bertambah tanpa
adanya penambahan biaya.
4. Kapasitas pengangkutan yang lebih besar pada
permukaan wilayah yang besar menghasilkan
kapasitas yang lebih besar juga.
5. Zeolit dapat berfungsi sebagai perisai
penyaringan fisik untuk bakteri patogen
(bakteri dan spora).
Karbon berpori atau lebih dikenal
dengan nama karbon aktif, digunakan
sebagai adsorben untuk menghilangkan
warna, pengolahan limbah, serta
pemurnian air. Karbon aktif akan
membentuk amorf yang sebagian besar
terdiri dari karbon bebas dan memiliki
permukaan dalam yang berongga, warna
hitam, tidak berbau, tidak berasa, dan
mempunyai daya serap yang jauh lebih
besar dibandingkan dengan karbon yang
METODE PENELITIAN Kolom adsorbsi dibuat dari toples
Penelitian ini dilakukan dengan plastik dengan ukuran yang sama pada
melihat variabel sampel air yang sand filter, kolom ini diisi dengan
digunakan, yaitu air sungai martapura di karbon aktif dengan ketinggian 10 cm,
Desa Tambak Anyar Jalan A. Yani Km. sebagai penyaringnya digunakan kawat
44 untuk melihat keefektifan dari alat streamin. Hasil dari proses tersebut
sistem pengolahan air minum sederhana dialirkan dengan menggunakan kran.
ini dalam mengolah air minum. Penelitian E. Pembuatan Kolom Desinfeksi
ini dilaksanakan selama 3 bulan dan Pembuatan kolom desinfeksi dibuat dari
dilakukan di tiga tempat berbeda, yaitu pipa paralon 4 in dengan panjang 35
BLK Prov. Kalsel, Laboratorium OTK cm. Di dalam pipa tersebut dirangkai
Teknik Banjarbaru dan BBTKL-PPM alat lampu UV 8 watt sebanyak 2 buah
Banjarbaru. dan lampu neon ¾ in . Terlebih dahulu
lampu neon dibersihkan terlebih dahulu
Alat dan Bahan agar panas dan penyinaran dari lampu
Alat-alat yang digunakan pada UV di terima dengan sempurna. Air
penelitian ini adalah seperangkat instalasi dari kolom adsorbsi akan masuk ke
alat portable water treatment, gelas ukur dalam kolom desinfeksi melewati
1000 mL, dan beaker glass 500 mL. lampu neon.
Bahan yang digunakan dalam penelitian
adalah air sungai Martapura, zeolit, arang
aktif, dan pasir kuarsa PDAM (1000 dan
710 µm).

Prosedur
Penelitian Proses
Pembuatan Alat
A. Pembuatan Rangka
Rangka dibuat dari pipa besi ¾ in,
perangkaian rangka ini dibantu dengan
las listrik.
B. Pembuatan Tray Aerator
Tray aerator dibuat dari plat besi
sebagai dinding dan plat alumunium
sebagai alasnya. Tray aerator dibuat
menjadi 3 bagian, dengan alas tray
menggunakan variasi lubang 5 , 3 , dan
2 mm. Aerator dipasang di antara tray
aerator untuk mengalirkan oksigen
pada saat air melewati tray.
C. Pembuatan Sand filter
Sand filter dibuat dari toples plastik
besar, yang dibagi menjadi 3 bagian
yaitu kerikil dan pasir yang berbeda
ukuran . Pasir yang digunakan adalah
pasir kuarsa PDAM dengan ukuran
1000 dan 710 µm. Pasir sebelumnya
dicampur dengan zeolit dengan
perbandingan 3:1.
D. Pembuatan Kolom Adsorbsi
Proses Pengolahan Air Minum alat dengan waktu optimum yang
A. Pengujian Awal didapat dari percobaan yang
Masing – masing sampel terlebih terdahulu. kemudain mengukur
dahulu dilakukan pengujian terlebih volume air yang dihasilkan dengan
dahulu sebagai pembanding hasil gelas ukur. Mengulang percobaan
pengolahan dari alat ini. Pengujian ini dengan variasi volume air masuk,
meliputi fisika, kimia, dan biologi. yaitu 2 L dan 3 L lalu masukkan ke
dalam perhitungan sehingga
B. Optimasi Variasi Waktu Dan Volume Umpan
Masuk didapatkan volume optimum dan
- Optimasi Waktu Setiap Stage Dengan waktu optimum.
Volume 1 L - Optimasi Waktu Untuk Stage 4 (Kolom
Menyusun alat sesuai gambar, Desinfeksi)
kemudian air sungai martapura Mengisi sebanyak 325 mL air sungai
sebanyak 1 L dimasukkan kedalam martapura ke dalam beaker glass 500
setiap alat melewati lubang yang mL, mengukur suhu air tersebut
telah disiapkan lalu mengamati dan dengan
mencatat waktu air sungai melewati
setiap alat. Tampung volume dan
ukur volume yang dihasilkan setiap
alat, kemudian masukkan ke
perhitungan sehingga didapat waktu
optimum setiap alat untuk volume 1
L lalu mentotal waktu yang
dihasilkan sebagai acuan awal untuk
mengoptimasi alat secara
keseluruhan.
- Optimasi waktu alat secara keseluruhan
dengan volume 1 L
Menyusun alat sesuai gambar
kemudian memasukkan air sungai
martapura sebanyak 1 L ke dalam
alat. Amati dan tampung air yang
dihasilkan dari alat tersebut dengan
waktu total yang diperoleh dari
optimasi waktu setiap awal. Ukur
volume air yang ditampung dengan
gelas ukur kemudian mengulang
percobaan dengan waktu yang
bervariasi (110 dan 120 s) sehingga
didapatkan volume air yang terbesar,
lalu masukkan data volume ke dalam
perhitungan, kemudian mendapatkan
waktu optimum alat secara
keseluruhan dengan volume air
masuk sebanyak 1 L
- Optimasi Volume Air Masuk Dengan Waktu
Optimum
Menyusun alat sesuai gambar
kemudian memasukkan air sebanyak
1 L ke dalam alat lalu mengamati dan
menapung air yang dihasilkan dari
termometer, sebagai suhu awal metode peramalan untuk mendapatkan
kemudian masukkan air tersebut hasil yang optimum.
kedalam kolom desinfeksi setelah itu Berdasarkan perhitungan waktu
mendiamkan selama 5 menit. optimum yang dihasilkan dari alat kecuali
Mengeluarkan air tersebut dan stage 4 tersebut adalah 135 s, dengan
menampung air tersebut, kemudian volume awal 1000 mL. Digunakan volume
mengukur suhu kembali sebagai suhu awal 1000 mL, agar didapatkan hasil yang
akhir lalu masukkan data temperatur, baik, pengamatan yang
untuk mendapatkan perbedaan
suhunya. Mengulang percobaan
dengan waktu bervariasi, yaitu 10, 20,
dan 30 menit untuk mendapatkan
perbedan suhu terbesar.

C. Pengujian Air Sampel


Hubungkan alat dengan listrik untuk
menghidupkan alat aerator dan lampu
UV kemudian air sungai martapura
sebanyak volume umpan optimum dari
prosedur B dimasukkan kedalam alat
melewati lubang yang telah disiapkan
dengan mengunakan waktu optimum
dari prosedur B lalu mendiamkan
kembali selama 20 menit, kemudian
membuka kran kolom desinfeksi
setelah itu mengambil sampel hasil
pengolahan alat ini, kemudian
melakukan pengujian. Menentukan
keefektifan alat.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Optimasi Waktu Dan Volume Masuk
Setelah alat portable water
treatment selesai, terlebih dahulu
dilakukan pengecekan untuk mengecek
apakah alat ini layak untuk digunakan.
Untuk melihat seberapa keefektifan dari
alat ini, dilakukan pengujian berupa waktu
dan volume optimum yang digunakan alat
ini untuk menghasilkan air minum yang
memenuhi standar. Proses optimasi ini
divariasikan waktu dan volume masuk
yang digunakan untuk alat. Untuk
mendapatkan waktu dan voume air masuk,
digunakan model peramalan dengan
rumus persaamaan regresi linear.
Persamaan yang digunakan adalah SEE
(Standart Error of Estimate) yang sering
digunakan untuk menghitung TSS, BOD,
COD dan lainnya yang menggunakan
mudah dan mendapatkan waktu yang yang digunakan adalah air sungai
singkat. Sedangkan untuk volume martapura, lokasi pengambilan air sampel
optimum pada alat tesebut kecuali stage 4 ini adalah di Desa Tambak Anyar Jalan A.
dengan waktu optimum Yani km. 44, lokasi ini diambil karena
,yaitu 135 s didapatkan sebesar 2 L. daerah sekitar lokasi tersebut masyarakat
Optimasi waktu dan volume masuk ini tergantung dengan sungai tersebut untuk
berdasarkan volume akhir yang memenuhi kebutuhan mereka, khususnya
dihasilkan dari alat ini. Optimasi ini sebagai air minum. Hal ini disebabkan
diharapkan volume yang masuk sama oleh air bersih PDAM belum sampai ke
dengan volume yang keluar dengan daerah tersebut karena faktor topografi
waktu tercepat. yang sangat sulit.
Untuk Stage 4 (desinfeksi), volume
optimum yang didapat berdasarkan
perhitungan volume lampu neon yang
digunakan yaitu sebesar 325 mL,
sedangkan untuk waktu optimum adalah
berdasarkan perbedaan suhu tiap waktu
kewaktu. Berdasarkan hal itu didapatkan
waktu optimum adalah sebesar 20 menit
dengan perbedaan suhu yang dihasilkan
adalah sebesar 2oC. Perbedaan suhu ini
digunakan karena kolom desinfeksi
menggunakan lampu UV 8 watt yang
menghasilkan panas, walaupun
sebenarnya bukan panas yang digunakan
pada alat ini sebagai mengurangi bakteri
yang terkandung dalam sampel air
melainkan penyinarannya. Namun
sebagai parameter yang dapat diamati
adalah panas, sehingga untuk
mendapatkan waktu optimumnya adalah
melihat perbedaan suhu yang terbesar.

Kualitas Air Minum Yang Dihasilkan


Berdasarkan hasil pengujian
kualitas air minum yang dihasilkan oleh
alat terlihat bahwa kualitas air minum
belum dapat dinyatakan air yang
dihasilkan belum layak untuk dikonsumsi
karena ada parameter yang belum
mencapai standar baku mutu yang
ditetapkan, bahkan ada parameter yang
mengalami kenaikan sehingga melebihi
standar baku mutu yang ditetapkan.

Keefektifan Alat
Untuk melihat keefektifan alat ini,
dapat dilihat dari kualitas air sungai awal
sebelum dilewatkan ke alat ini dan
setelah dilewatkan alat ini. Sampel air
Konversi, Volume 6 No. 1, April
2017

200,00
kekeruhan
100,00 92,69
83,90 78,92 TSS
43,10
2,50 9,61 0 TD
0,00
efektifitas (%)

S
30,46
-
-100,00 BO
D
-200,00 -196,30 CO
-300,00 -260,42 D
-339,70 Fe
-400,00 Mn
NO2
Paramet CaCO3
er
klor
colifor
m

Gambar 1. Hubungan Efektifitas dengan Parameter Kualitas Air Sungai Martapura

Dari gambar 1 terlihat bahwa alat ini membuat logam Mn kurang sempurna
dapat menurunkan beberapa parameter, terurai, sebelum dimasukkan
yaitu kekeruhan, TSS, TDS, Fe, NO2, dan kepengolahan air minum, logam Mn
CaCO3. Hal ini, terlihat dari efektifitas masih tertutup oleh lumpur sehingga pada
bernilai positif yang menandakan bahwa saat pengujian jumlah logam Mn sangat
terjadi penurunan parameter. Penurunan kecil sedangkan setelah terjadi pengolahan
ini diakibatkan oleh proses filtrasi dari khususnya pada proses aerasi logam akan
pasir dan zeolit, serta proses adsropsi oleh terurai dari lumpur tersebut dan karena
karbon aktif yang telah diaktifkan. aliran yang kurang merata sehingga proses
Parameter yang mempunyai nilai oksidasi logam Mn kurang maksimal
efektifitas negatif yang berarti mengalami sehingga mengakibatkan jumlah logam
kenaikan, yaitu BOD, COD, Mn dan Mn pada akhir proses mengalami
coliform. Untuk BOD dan COD, kenaikan kenaikan. Untuk parameter biologi, yaitu
ini jika dikaitkan dengan alat ini baketri coliform juga terjadi kenaikan, hal
diakibatkan oleh kapasitas aerasi yang ini disebabkan oleh faktor alat pada stage
belum efektif, sehingga kontak air dengan 4 (desinfeksi). Akibat dari kekuatan sinar
oksigen kurang maksimal. Hal ini UV yang kurang maksimal untuk
disebabkan oleh, waktu kontak yang mendesinfeksi air sungai martapura
sangat singkat antara oksigen dan air serta sehingga sinar tidak bisa menembus air
kapasitas udara yang dikontakkan masih dan bakteri yang mengakibatkan sinar UV
kurang maksimal sehingga proses oksidasi tidak dapat menghancurkan bakteri. Lama
baik oksidasi biologi dan kimianya pun penyinaran kurang maksimal sehingga
kurang maksimal. Untuk Mn, terjadi proses desinfeksi pun kurang maksimal.
kenaikan karena diakibatkan aerasi pula.
Hal ini disebabkan oleh aliran udara yang
kurang merata sehingga

2
7
Konversi, Volume 6 No. 1, April
2017

100,00

50,00
aerasi
0,00
efektifitas (%)

filtrasi
-50,00 43,17 45,30
adsorb

-100,00 si
desinfek
si
-91,79

-150,00 -162,39

1 2 3 4
-
200,0 stage alat
0
Gambar 2. Hubungan Efektifitas dengan Alat Pada Setiap Stage

Dari gambar 2 terlihat bahwa stage 1. Desain alat ini kurang efektif dengan kondisi
yang mempunyai nilai positif adalah stage kualitas sungai air martapura untuk diolah
2 dan stage 3, yaitu filtrasi dan adsorbsi. menjadi air minum yang biasa dikonsumsi
Hal ini menunjukkan bahwa stage ini oleh masyarakat sekitar karena kualitas air
mampu atau efektif dalam menurunkan minum yang dihasilkan belum mencapai
parameter-parameter yang menjadi unsur standar baku mutu air minum yang ditetapkan.
2. Waktu optimum untuk alat ini adalah 135 s
dalam kualitas air minum. Sedangkan
dengan lama desinfeksi selama 2 menit dan
stage 1 dan 4 yang mempunyai nilai
volume optimum air masuk adalah sebesar 2
negatif, yang berarti belum mampu atau
L.
kurang efektif digunakan dalam mengolah
air minum. Oleh karena itu, bisa dikatakan
bahwa alat ini secara keseluruhan belum
mampu mengolah air minum dari air
sungai martapura. Hal ini dikaitkan oleh
uraian diatas mengenai parameter-
parameter yang mengalami kenaikan.
Melihat secara keseluruhan, maka alat ini
masih kurang efektif dalam mengolah air
minum dari air sungai martapura,
sehingga perlu ada rancang ulang pada
desain alat ini khususnya pada stage 1 dan
4.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat
diambil beberapa kesimpulan, antara lain:
34
Konversi, Volume 6 No. 1, April
2017

SARAN
Teknologi pengolahan air tanah ini
masih memiliki banyak kekurangan,
diantaranya debit yang dihasilkan masih
kecil. bentuk dari alat masih besar dan
berat sehingga tidak mudah untuk
dipindahkan. Desain alat pada stage
aerasi dan desinfeksi perlu didesain
ulang, yaitu dengan penambahan lama
waktu kontak dan kapasitas kekuatan
aerasi dan lampu UV, serta kebersihan
alat dan proses juga perlu diperhatikan.
Oleh karena itu perlu pengembangan
lanjutan dari alat ini agar efektifitas dari
alat ini akan menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Awaluddin. N., 2007. Teknologi Pengolahan Air
Tanah Sebagai Sumber Air Minum Pada
Skala Rumah Tangga. LEM-FTSP UII.
Yogyakarta.
Biegel,J.E., 1963, Production Control
A Quantitative Approach, Prentice-
Hall., Englewood Cliffts, New Jersey.
Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air. Penerbit
Kanisisus. Yogyakarta.
Massel, R.I., 1996. Principles of Adsorption and
Reaction on Solid Surface. John wiley &
Sons Inc. New York.
Mc-Cabe, W. L.,1999. Operasi Teknik Kimia. Jilid
2. Erlangga. Jakarta.
Reynolds, T.D., 1982. Unit Operations and
Process in Environmental Engineering.
Texas A & M University,Brooks/Cole
Engineering Division. Monterey,
California,USA.
Sudirjo, E., 2005. Penentuan distribusi Benzene-
Toluena pada Kolom Adsorpsi Fixed bed

35
Karbon aktif. Skripsi. Fakultas Teknik Walpole, E. W., 1997, “Pengantar Statistika” PT.
Universitas Indonesia. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Sutrisno dan Suciati.,1987. Teknologi Penyediaan
Air Bersih. Penerbit Rineka Cipta Karya.
Jakarta.
RESUME JURNAL 2

SISTEM PENGOLAHAN AIR MINUM SEDERHANA


(PORTABLE WATER TREATMENT) Tahun 2017
Noerhadi Wiyono, Arief Faturrahman, Isna Syauqiah*)
Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Lambung
Mangkurat Jl. A. Yani Km. 36 Banjarbaru Kalimantan Selatan
*E-mail : isnatk@gmail.com

A. PENDAHULUAN
Berdasarkan uji laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Banjarbaru
yang dapat dilihat pada lampiran.
Air sungai tersebut mengandung zat-zat padat yang tersuspensi, berwarna
kecoklatan, mengandung pH yang agak tinggi, dan tingkat kekeruhan (turbidity) yang
juga sangat tinggi. Zat - zat padat yang tersuspensi tersebut salah satunya berasal dari
lumpur bagian dasar sungai yang bergerak ke atas akibat dari banyaknya aktifitas sarana
transportasi sungai seperti perahu bermotor (kelotok).
Berdasarkan keterangan budaya masyarakat Banjarmasin yang banyak membuang
air besar (tinja) langsung ke sungai melalui budaya jamban menyebabkan kandungan
bakteri coliform yang berasal dari tinja manusia tersebut sangat tinggi di dalam air
sungai martapura dan kandungannya jauh berada dari ambang batas toleransi (Zainudin,
2009).

1. Standar Baku Air Minum Berdasarkan Persyaratan Fisika

a. Kekeruhan
Kualitas air yang baik adalah jernih (bening) dan tidak keruhKekeruhan air
disebabkan oleh tanah liat, pasir, lumpur. Air keruh bukan berarti tidak dapat
diminum atau berbahaya bagi kesehatan. Namun, dari segi estetika, air keruh
tidak layak atau tidak wajar untuk diminum (Awalludin, 2007).

b. Tidak Berbau dan Rasanya Tawar

Air yang kualitasnya baik adalah tidak berbau dan memiliki rasa tawar. Bau
dan rasa air merupakan dua hal yang mempengaruhi kualitas air.
Biasanya, bau dan rasa saling berhubungan. Air yang berbau busuk
memiliki rasa kurang (tidak) enak.. Bau busuk berarti terjadi proses
pembusukan (dekomposisi) bahan-bahan organik oleh mikroorganisme di dalam
air. Bau dan rasa dapat disebabkan oleh senyawa fenol yang terdapat di dalam
air (Efendi, 2003).

c. Jumlah Padatan Terapung

Perlu diperhatikan, air yang baik dan layak untuk diminum tidak
mengandung padatan terapung dalam jumlah yang melebihi batas maksimal
yang diperbolehkan (1000 mg/L). Padatan terlarut dalam air sepeti bahan -bahan
kimia anorganik dan gas – gas yang terlarut.

d. Suhu Normal

Air yang baik mempunyai temperatur normal, 8º dari suhu kamar (27ºC).

e. Warna

Warna pada air disebabkan oleh adanya bahan kimia atau mikroorganik
(plankton) yang terlarut di dalam air. Air yang layak dikonsumsi harus jernih
dan tidak berwarna.

2. Persyaratan kimia

a. Derajat Keasaman (pH)

pH menunjukkan derajat keasaman suatu larutan. Air yang baik adalah air
yang bersifat netral (pH = 7). Air dengan pH kurang dari 7 dikatakan air bersifat
asam, sedangkan air dengan pH di atas 7 bersifat basa.

b. Kandungan Bahan Kimia Organik

Air yang baik memiliki kandungan bahan kimia organik dalam jumlah
yang tidak melebihi batas yang ditetapkan. gangguan pada tubuh. Bahan kimia
organik yang melebihi batas ambang dapat terurai jadi racun berbahaya. Bahan
kimia organik sepeti NH4,H2S, SO2- , dan NO3- .

c. Kandungan Bahan Kimia Anorganik


Kandungan bahan kimia anorganik pada air layak minum tidak melebihi
jumlah yang telah ditentukan. Bahan kimia anorganik antara lain garam dan ion
- ion logam (Fe, Al, Cr, Mg, Ca, Cl, K, Pb, Hg, Zn).
d. Tingkat Kesadahan
Kesadahan air disebabkan adanya kation (ion positif) logam dengan valensi
dua, seperti Ca2+ , Mn2+ , Sr2+, Fe2+ , dan Mg2+. kation Ca2+ dan Mg2+. Kation ini
dapat membentuk kerak apabila bereaksi dengan air sabun

3. Persyaratan Biologi

a. Tidak Mengandung Organisme Patogen

mikroorganisme patogen yang terdapat pada air berasal dari golongan


bakteri, protozoa, dan virus penyebab penyakit.

1) Bakteri Salmonella typhi, Sighella dysentia, Salmonella paratyphi, dan


Leptospira.

2) Golongan protozoa seperti Entoniseba histolyca dan Amebic dysentry.

3) Virus Infectus hepatitis merupakan penyebab hepatitis.

b. Tidak Mengandung Mikroorganisme Nonpatogen

Mikroorganisme non patogen merupakan jenis mikroorganisme yang tidak


berbahaya bagi kesehatan tubuh. Contoh mikroorganisme non patogen dalam air
Actinomycetes (Moldlikose bacteria), Bakteri coli (Coliform bacteria), Fecal
streptococci, dan Bakteri Besi (Iron Bacteria). ganggang atau Algae yang hidup
di air kotor menimbulkan bau dan rasa tidak enak pada air. Cacing yang hidup
bebas di dalam air (free living)

4. Teknologi Pengolahan Air Tanah Menjadi Air Minum pada Skala Rumah
Tangga.
Teknologi pengolahan air tanah melaui beberapa tahapan :
1) Aerasi
Fungsi utama aerasi dalam pengolahan air :
a. melarutkan oksigen ke dalam air untuk meningkatkan kadar oksigen
terlarut dalam air, dalam campuran tersuspensi lumpur aktif dalam
bioreaktor
b. melepaskan kandungan gas-gas yang terlarut dalam air
c. serta membantu pengadukan air.

d. Untuk mengurangi konsentrasi bahan penyebab rasa dan bau, seperti


hidrogen sulfida dan beberapa senyawa organik, dengan jalan
penguapan atau oksidasi.

e. Untuk mengoksidasi besi dan mangan.

f. Mengurangi rasa dan bau.

g. Untuk melarutkan gas ke dalam air (seperti penambahan oksigen ke


dalam air tanah dan penambahan karbon dioksida setelah pelunakan
air).
2) Filtrasi
Filtrasi atau penyaringan (filtration) adalah pemisahan partikel zat
padat dari fluida dengan jalan melewatkan fluida itu melalui suatu medium
penyaring atau septum, di mana zat padat itu tertahan.
3) Adsorbsi
Adsorpsi adalah peristiwa di mana terikatnya molekul dari suatu fasa
gas atau larutan pada permukaan suatu padatan. Molekul - molekul yang
terikat pada permukaan disebut adsorbat, sedangkan yang mengikat adsorbat
disebut dengan adsorben (Massel, 1996).
4) Desinfeksi
Air lewat melalui suatu pipa bersih untuk dipanaskan dengan sinar
Ultra violet (UV). Sinar ultra violet (UV) dapat secara efektif
menghancurkan virus dan bakteri.

5) Zeolit dan karbon aktif

Zeolit juga dapat menyerap metal berat, bau, kopi, darah, cat, sampah
radioaktif, arsenik, dan bahan – bahan beracun lain yang dapat ditemukan di
air. Zeolit juga dapat menyerap beberapa bagian gas seperti formaldehyde,
kloroform, dan karbon monoksida. Partikel zeolit juga berperan sebagai bibit
untuk menumbuhkan flok bakteri dengan menambah pergerakan bakteri tiap
volume unit.

B. METODE PENELITIAN

ini dilakukan dengan melihat variabel sampel air yang digunakan, yaitu air sungai
martapura di Desa Tambak Anyar Jalan A. Yani Km. 44 untuk melihat keefektifan dari
alat sistem pengolahan air minum sederhana ini dalam mengolah air minum. Penelitian
ini dilaksanakan selama 3 bulan dan dilakukan di tiga tempat berbeda, yaitu BLK Prov.
Kalsel, Laboratorium OTK Teknik Banjarbaru dan BBTKL-PPM Banjarbaru.
Prosedur Penelitian Proses Pembuatan Alat

1. Pembuatan Rangka

2. Pembuatan Tray Aerator

3. Pembuatan Sand filter

4. Pembuatan Kolom Adsorbsi

5. Pembuatan Kolom Desinfeksi

C. PROSES PENGOLAHAN AIR MINUM

1. Pengujian Awal

2. Optimasi Variasi Waktu Dan Volume Umpan Masuk

3. Pengujian Air Sampel

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Optimasi Waktu Dan Volume Masuk
Proses optimasi ini divariasikan waktu dan volume masuk yang digunakan
untuk alat. Untuk mendapatkan waktu dan voume air masuk, digunakan model
peramalan dengan rumus persaamaan regresi linear. Persamaan yang digunakan
adalah SEE (Standart Error of Estimate) yang sering digunakan untuk
menghitung TSS, BOD, COD dan lainnya yang menggunakan metode peramalan
untuk mendapatkan hasil yang optimum.
2. Kualitas Air Minum Yang Dihasilkan
Berdasarkan hasil pengujian kualitas air minum yang dihasilkan oleh alat
terlihat bahwa kualitas air minum belum dapat dinyatakan air yang dihasilkan
belum layak untuk dikonsumsi karena ada parameter yang belum mencapai
standar baku mutu yang ditetapkan, bahkan ada parameter yang mengalami
kenaikan sehingga melebihi standar baku mutu yang ditetapkan.
3. Keefektifan alat
Sampel air yang digunakan adalah air sungai martapura, lokasi pengambilan
air sampel ini adalah di Desa Tambak Anyar Jalan A. Yani km. 44, lokasi ini
diambil karena daerah sekitar lokasi tersebut masyarakat tergantung dengan
sungai tersebut untuk memenuhi kebutuhan mereka, khususnya sebagai air
minum. Hal ini disebabkan oleh air bersih PDAM belum sampai ke daerah
tersebut karena faktor topografi yang sangat sulit.

2 0 0 ,0 0
k e k e ru h a n
83,90 9 2 ,6 9
1 0 0 ,0 0 7 8 ,9 2 TSS
4 3 ,1 0
2 ,5 0 9 ,6 1 0 TDS
0 ,0 0 BO D
e f e k t if it a s ( % )

- 30,46 COD
- 1 0 0 ,0 0 Fe
Mn
- 2 0 0 ,0 0
-1 9 6,3 0 NO2
- 3 0 0 ,0 0 -260,42 C aC O 3
klor
Gambar 1. Hubungan Efektifitas dengan Parameter -339,70Kualitas Air Sungai Martapura
- 4 0 0 ,0 0 c o lifo r m
alat ini dapat menurunkan beberapa P a r a m e t parameter,
er yaitu kekeruhan, TSS, TDS,
Fe, NO2, dan CaCO3. Penurunan ini diakibatkan oleh proses filtrasi dari pasir dan
zeolit, serta proses adsropsi oleh karbon aktif yang telah diaktifkan. Parameter yang
mempunyai nilai efektifitas negatif yang berarti mengalami kenaikan, yaitu BOD,
COD, Mn dan coliform.
Gambar 2. Hubungan Efektifitas dengan Alat Pada Setiap Stage

bahwa stage yang mempunyai nilai positif adalah stage 2 dan stage 3, yaitu
filtrasi dan adsorbsi. Hal ini menunjukkan bahwa stage ini mampu atau efektif dalam
menurunkan parameter-parameter yang menjadi unsur dalam kualitas air minum.
Sedangkan stage 1 dan 4 yang mempunyai nilai negatif, yang berarti belum mampu atau
kurang efektif digunakan dalam mengolah air minum.

E. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa : Desain alat ini kurang
efektif dengan kondisi kualitas sungai air martapura untuk diolah menjadi air minum
yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat sekitar karena kualitas air minum yang
dihasilkan belum mencapai standar baku mutu air minum yang ditetapkan.

F. SARAN

1. Teknologi pengolahan air tanah ini masih memiliki banyak kekurangan, diantaranya
debit yang dihasilkan masih kecil. bentuk dari alat masih besar dan berat sehingga
tidak mudah untuk dipindahkan. Desain alat pada stage aerasi dan desinfeksi perlu
didesain ulang, yaitu dengan penambahan lama waktu kontak dan kapasitas
kekuatan aerasi dan lampu UV, serta kebersihan alat dan proses juga perlu
diperhatikan. Oleh karena itu perlu pengembangan lanjutan dari alat ini agar
efektifitas dari alat ini akan menjadi lebih baik.

2. Diharapkan segera ada tindak lanjut dari pemerintah setempat untuk memperbaiki
sistem pengolahan air berish (airminum) di wilayah ini.

G. DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/107940-ID-none.pdf diakses pada Rabu,


20 Januari 2021 pukul 19.00

Anda mungkin juga menyukai