Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS OBAT DAN NARKOBA I

(STANDARISASI ASAM ASKORBAT (VITAMIN C))

Di Susun Oleh :

Nama : Jihan Aulia Kusumasari


NIM : P27235019075
Kelas : 4B Anafarma

PRODI DIII ANAFARMA


JURUSAN ANAFARMA
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
2020/2021
A. Tujuan

1. Mampu menstandarisasi bahan baku Vitamin C sesuai ketentuan Farmacope


Indonesia.

B. Dasar Teori

Vitamin adalah setiap kelompok substansi organik yang tidak saling


berhubungan, terdapat di dalam makanan dengan jumlah kecil dan diperlukan dalam
jumlah sangat kecil untuk fungsi metabolik normal tubuh. Vitamin yang larut dalam
lemak adalah Vitamin A, D, E, dan K, dan yang larut dalam air adalah Vitamin B dan
C. Asam askorbat adalah vitamin C, suatu vitamin lrut air yang ditemukan dalam
banyak sayur – sayuran dan buah – buahan, dan suatu unsur esensial dalam diet
manusia dan banyak hewan lainnya. Defisiensi vitamin C dapat mengakibatkan
skorbut dan proses penyembuhan luka yang buruk. Vitamin C digunakan sebagai
antiskorbut dan suplemen nutrisi serta dalam pengobatan anemia, defisiensi besi,
keracunan besi kronis, dan dalam pelabelan sel daram merah mengguanakan natrium
kromat Cr 51 (Dorland, 2011)
Vitamin C adalah kristal putih yang mudah larut dalam air dan mudah di
hancurkan pada suhu yang tinggi, mudah dioksidasi oleh oksigen yang terdapat di
atmosfir, dan dipercepat dengan kehadiran tembaga dan besi . Beberapa
Vitamin,terutama C, bersifat larut atau mudah rusak oleh proses bila makanan di
rebus. Makanan yang dikukus atau dipanggang dengan microwave dapat menahan
atau menyimpan banyak Vitamin. Makanan segar tentu yang terbaik, diikuti oleh
makanan yang dibekukan, dan yang paling sedikit kandungan Vitamin adalah
makanan kaleng (Nurlinda, 2013).
Vitamin C disebut juga vitamin anti skorbut karena dapat mencegah penyakit
yang disebut “scurvey” atau scorbut. Yang ditandai oleh terjadinya pendarahan pada
gusi dan mulut. Penyakit skorbut telah dikenal Vasco de gama dalam pelayaran tahun
1497 menuju India lewat Tanjung harapan. Lebih dari separuh awak kapalnya
meninggal akibat skorbut. Pada tahun 1535 Jacques Cartier dalam pelayaran menuju
benua Amerika (Newfoundland) terhindar dari penyakit skorbut karena membawa
cukup bekal berupa buah – buahan segar dan sayur – sayuran. Senyawa kimia dalam
buah – buahan yang dapat mencegah skorbut itu kemudian disebut “scurvey vitamin”.
Nama vitaminC baru diberikan pada senyawa itu tahun 1921 (Moehji, 2009)
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III Tahun 1979

Gambar 2.2. struktur kimia asam askorbat (vitamin C)

Rumus molekul : C6H8O6

Pemerian : serbuk atau hablur, putih hingga kekuningan, tidak berbau, rasa
asam. Oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi gelap. Dalam keadaan kering,
mantap diudara, dalam larutan cepat teroksidasi.

Kelarutan : mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol (95%) p;
praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P, dan dalam benzen P.

Penggunaan : Antiskorbut .

Vitamin C memiliki rumus bangun C6H8O6 dalam bentuk murni merupakan


serbuk hablur atau serbuk putih atau agak kuning. Oleh pengaruh cahaya lambat laun
akan menjadi berwarna gelap. Dalam keadaan kering stabil di udara, dalam larutan
cepat teroksidasi. Melebur pada suhu ± 190C. Vitamin C mudah larut dalam air,
agak sukar larut dalam etanol. Tidak larut dalam kloroform, dalam eter dan dalam
benzena (FI Edisi III, 1979).

Vitamin C mudah diabsorpsi secara aktif pada bagian usus halus lalu masuk ke
peredaran darah melalui vena porta. Rata – rata absorpsi adalah 90% untuk konsumsi
diantara 20 dan 120 mg sehari. Konsumsi tinggi sampai 12 gram (sebagai pil) hanya
diabsorpsi sebanyak 16%. Vitamin C kemudian dibawa ke semua jaringan. Tubuh
dapat menyimpan hingga 1500 mg vitamin C bila konsumsi mencapai 100 mg sehari.
Jumlah ini dapat mencegah terjadinya skorbut selama tiga bulan. Konsumsi melebihi
taraf kejenuhan berbagai jaringan dikeluarkan melalui urin dalam bentuk asam
oksalat. Pada konsumsi melebihi 100 mg sehari kelebihan akan dikeluarkan sebagai
asam askorbat atau sebagai karbon dioksida melalui pernafasan. Vitamin C
dieksresikan terutama didalam urin, sebagian kecil di dalam tinja dan sebagian kecil
lagi didalam keringat (Marbun, 2018).
C. Alat dan Bahan

- Alat :

• Timbangan

• Beaker glas 50, 100, 500 ml

• Gelas ukur 10, 50, 100 ml

• Pipet tetes

• Pipet ukur

• Tabung reaksi

• Spektrofotometer

• Kuvet

• Water bath

• Cawan porselen

• Cawan arloji

• Oven

• Erlen meyer

- Bahan :

• Asam Ascorbat BPFI

• Aqua dest.

• Larutan kalium tembaga (III) tartat

• larutan biru metilen

• H2SO4

• Indicator amilum

• Iodin

• Etanol 70 %

• Sampel serbuk vitamin C


D. Cara Kerja

1.Uji Kelarutan

Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol 95% p, praktis tidak larut
dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam benzen P.

2.Sisa Pemijaran

Tidak lebih 0,1 %

3.Logam Berat

Tidak lebih dari 20 bpj, pengujian dilakukan menggunakan larutan 4%b/v

4.Identifikasi Spektro IR ( Nanti diganti FI5 )

5.Identifikasi Uji Warna

 Larutan 2% b/v mereduksi perlahan-lahan larutan kalium tembaga (II)


tartrat P dan jika dipanaskan reduksi berlangsung lebih cepat.
 Pada 2 mL larutan 2% b/v tambahkan 4 tetes larutan biru metilen P,
hangatkan hingga suhu 40 °, terjadi warna biru tua yang dalam waktu 5
menit berubah menjadi lebih muda atau hilang
 Larutkan 15 mg dalam 15 mLlarutan asam triklorasetat P 5% b/v,
tambahkan lebih kurang 200 mg arang jerap P, kocok kuat selama 1
menit, saring, jika perlu ulangi penyaringan hingga filrat jernih. Pada 5
mL filtart tambahkan 1 tetes pirol P, goyangkan perlahan-lahan hingga
larut, panaskan di atas tangas air pada suhu 50 ℃, terjadi warna biru

6.Penetapan Kadar

Timbang saksama 400 mg, larutkan dalam campuran 100 mL air bebas
karbondioksida P dan 25 mL asam sulfat 10% v/v P. Titrasi segera dengan iodium 0,1
N menggunakan indikator larutan kanji P. 1 mL iodium setara dengan 8,806 mg
C6H8O6

E. Data atau Hasil


1. Uji Organoleptis

SAMPEL BENTUK WARNA BAU RASA


KRISTAL SERBUK

Replikasi 1 Serbuk putih atau agak Tidak berbau Asam pahit


kuning,

oleh pengaruh
cahaya lambat
laun menjadi
berwarna

gelap.

Replikasi 2 Serbuk putih atau agak Tidak berbau Asam pahit


kuning,

oleh pengaruh
cahaya lambat
laun menjadi
berwarna

gelap.

Replikasi 3 Serbuk putih atau agak Tidak Berbau Asam pahit


kuning,

oleh pengaruh
cahaya lambat
laun menjadi
berwarna

gelap.

2. Uji Kelarutan

Sampel Dalam Dalam Dalam Dalam Dalam


(1gram) air (ml) etanol eter (ml) Kloroform benzene
(ml) (ml) (ml)

Rep 1 5 50 >10.000 >10.000 >10.000

Rep 2 4,8 49 >10.000 >10.000 >10.000


Rep 3 5 51 >10.000 >10.000 >10.000

3. Uji Lebur, Sisa Pemijaran, dan Logam Berat

 Padatan 100% berubah menjadi fase cair (meleleh) pada suhu


190°C
 Hasil uji pemijaran 1 gram sampel yaitu 0,01%
 1 gram sampel dilarutkan dalam 25 ml air dilakukan analisis
logam berat dengan metode pengujian logam berat <371>
menghasilkan konsentrasi logam 11 bpj

4. Identifikasi

1. Spectra IR standar

Spectra IR sampel
Spektroskopi Inframerah dari asam askorbat
memberikan puncak serapan khas pada bilangan
gelombang 1670 cm-1 (vibrasi C=C), dua puncakpada
daerah 1125 cm-1dan 1115 cm-1serta puncak tajam pada
1020 cm-1.Ikatan O-H ditunjukkan dengan puncak lebar
pada daerah 3000-3300 cm-1

2. Hasil uji dengan tembaga (II) tartrat alkali Terbentuk


endapan merah bata pada ke 3 replikasi sampel
setelah,direaksikan dengan reagen.

5. Uji penetapan kadar (titrasi dengan iodium 0,1 N)

 Persamaan
Vtitrasi x 0,88 x M [ I 2 ] x fp
% Vitamin C = ×100 %
berat sampel(gram)

Diketahui :

V titran (rata-rata 3 replikasi) = 6,8 ml

M I2 = 0,099 M

Pengenceran = 5x

Berat sampel = 30 gram


6,8 ml x 0,88 x 0,099 M x 5
% Vitamin C = × 100 %
30

= 0,0987 %
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Indonesia. 1975. Farmakope indonesia Edisi III. Jakarta :


Departemen Kesehatan Indonesia

Nurlinda, Andi. 2013. Gizi dalam Siklus Daur Kehidupan Seri Baduta (untuk anak 1-
2 tahun). Yogyakarta : Penerbit Andi.

Penerbit Buku Kedokteran. 2011, DORLAND Edisi 28. Jakarta : EGC

Marbun, C. 2018. Penetapan Kadar Vitamin C pada Bayam Merah (Amaranthus


gangeticus) Secara Iodimetri. Karya Tulis Ilmiah. Program Diploma III
Poltekkes Kemenkes Medan Jurusan Farmasi.

Moehji, Sjahmien. 2009. Dasar – Dasar Ilmu Gizi 1. Jakarta : Pustaka Kemang

Anda mungkin juga menyukai