Anda di halaman 1dari 5

TATA NASKAH

UPTD PUSKESMAS BOGOR TENGAH


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP )

Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah serangkaian instruksi tertulis


yang dibakukan mengenai berbagai prosedur penyelenggaraan aktivitas
organisasi, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa
dilakukan.
Manfaat SOP adalah untuk memenuhi standar pelayanan puskesmas,
mendokumentasi langkah-langkah kegiatan dan memastikan staf puskesmas
memahami bagaimana pelaksanaan pekerjaannya.
1. Format SOP
JUDUL
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
UPTD
drg. KARINA AMALIA
PUSKESMAS
NIP 197403112006042011
BOGOR TENGAH

1 PENGERTIAN
2 TUJUAN
3 KEBIJAKAN
4 REFERENSI
5 LANGKAH-
LANGKAH
PROSEDUR
6 DIAGRAM
ALIR (jika
dibutuhkan)
7 UNIT
TERKAIT
8 REKAMAN
HISTORIS

a) Judul : diisi judul SOP


b) No. Dokumen: diisi sesuai dengan ketentuan penomoran pada
puskesmas
c) No. Revisi : diisi dengan status revisi, diisi menggunakan angka, misalnya
untuk dokumen baru dapat diberi nomor 00, sedangkan dokumen revisi
pertama diberi nomor 01, revisi kedua diberi nomor 02, dan seterusnya.
d) Halaman : diisi nomor halaman dengan mencantumkan juga total
halaman untuk SOP tersebut ( misalnya ; halaman pertama : 1/5,
halaman kedua : 2/5, dan seterusnya ).
e) SOP diberi penamaan sesuai ketentuan (istilah) yang digunakan
Puskesmas, misalnya : SOP.
f) Tanggal terbit : diberi tanggal sesuai tanggal terbitnya atau tanggal
diberlakukannya SOP tersebut.
g) Ditetapkan Kepala Puskesmas : diberi tanda tangan Kepala Puskesmas
dan nama jelasnya.
2. Isi SOP
Isi dari SOP minimal adalah sebagai berikut:
a) Pengertian : berisi penjelasan dan atau definisi tentang istilah yang
mungkin sulit dipahami atau menyebabkan salah pengertian/
menimbulkan multi persepsi.
b) Tujuan : berisi tujuan pelaksanaan SOP secara spesifik. Kata kunci :
“Sebagai acuan……”
c) Kebijakan : berisi kebijakan Kepala Puskesmas yang menjadi dasar
dibuatnya SOP tersebut. Dicantumkan kebijakan yang mendasari SOP
tersebut.
d) Referensi : berisikan dokumen ekternal sebagai acuan penyusunan SOP,
bisa berbentuk buku, peraturan perundang- undangan, ataupun bentuk
lain sebagai bahan pustaka.
e) Langkah - langkah prosedur : bagian ini merupakan bagian utama yang
menguraikan langkah-langkah kegiatan untuk menyelesaikan proses kerja
tertentu.
f) Diagram Alir :
Didalam penyusunan prosedur, diagram alir digunakan apabila sekiranya
dibutuhkan untuk memudahkan dalam pemahaman langkah-langkahnya.
Diagram alir tidak perlu digunakan apabila dirasa tidak dibutuhkan.
Adapun bagan alir secara garis besar dibagi menjadi dua macam, yaitu
diagram alir makro dan diagram alir mikro.
(1) Diagram alir makro/ Macro flow chart, menunjukkan kegiatan-
kegiatan secara garis besar dari proses yang ingin kita tingkatkan,
hanya mengenal satu simbol.
Bentuk balok :
(2) Diagram alir mikro/ micro flow chart, menunjukkan rincian kegiatan-
kegiatan dari tiap tahapan diagram makro, bentuk simbul sebagai
berikut:

o Awal kegiatan :

o Akhir kegiatan :

o Keputusan : ? Ya

Tidak

o Penghubung :

o Dokumen :

o Arsip :

g) Unit terkait : berisi unit-unit yang terkait dan atau prosedur terkait dalam
proses kerja tersebut.
Dari keenam isi SOP sebagaimana diuraikan di atas, jika dibutuhkan
dapat ditambahkan antara lain: rekaman historis dan dokumen terkait.
h) Dokumen Terkait : berisi nama-nama dokumen yang ada kaitannya
dengan SOP tersebut.
i) Rekaman historis perubahan : berisi riwayat jika dilakukan revisi SOP.
3. Syarat Penyusunan SOP
a) SOP harus ditulis oleh mereka yang melakukan pekerjaan atau oleh unit
kerjanya.
b) SOP harus merupakan suatu alur proses dari suatu kegiatan.
c) Dalam SOP harus mudah dikenali siapa yang melakukan, dimana, kapan
dan mengapa.
d) SOP harus menggunakan kalimat instruksi , perintah dengan bahasa
yang dimengerti oleh pemakai.
e) SOP harus jelas, ringkas dan mudah dilaksanakan.
4. Evaluasi SOP
Evaluasi SOP dilakukan terhadap isi maupun penerapan SOP.
a) Evaluasi penerapan/ kepatuhan terhadap SOP dapat dilakukan dengan
menilai tingkat kepatuhan terhadap langkah-langkah dalam SOP. Untuk
evaluasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan daftar tilik/ check list.
b) Evaluasi SOP dilaksanakan sesuai kebutuhan dan minimal dua tahun
sekali yang dilakukan oleh masing-masing unit kerja. .
c) Hasil evaluasi : SOP masih tetap bisa dipergunakan, atau SOP tersebut
perlu diperbaiki/ direvisi. Perbaikan/ revisi isi SOP bisa dilakukan
sebagian atau seluruhnya.
Perbaikan/ revisi perlu dilakukan bila :
 Alur SOP sudah tidak sesuai dengan keadaan yang ada.
 Adanya perkembangan Ilmu dan Teknologi (IPTEK) pelayanan
kesehatan.
 Adanya perubahan organisasi atau kebijakan baru.
 Adanya perubahan fasilititas.

Anda mungkin juga menyukai