Oleh :
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya makalah dengan judul “Analisis Optimasi Ekonomis” dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Ekonomi
Manajerial. Dalam penyusunan makalah ini, Penulis mendapatkan banyak bantuan,
masukan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, Untuk itu penulis
menyapaikan rasa terimakasi yang tulus iklas kepada bapak I Gede Nandya Oktora
P., S.E., M.B.A. selaku dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Manajerial yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun makalah ini. Selain
itu, penulis memberikan rasa terimakasi kepada rekan – rekan yang telah
memberikan banyak bantuan, masukan, dan dukungan terkait penyusunan makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut, karena kesempurnaan hanya milik Tuhan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat konstruktif.
Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................ 3
2.2 Menghitung Laba dengan Pendekatan Total dan Pendeketan Marginal .......... 14
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan kajian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat
diungkap dalam makalah ini antara lain :
5
BAB II
PEMBAHASAN
Q TC AC=TC/Q MC=dTC/dQ
0 20 - -
2 160 80 20
3 180 60 20
4 240 60 60
5 480 96 240
6
TC = FC + VC
AC = AFC + AVC; MC =
DTC/DQ
Hubungan antara nilai rata-rata dengan marginal juga penting dalam pembuatan
keputusan manajerial. Karena nilai marginal menunjukkan perubahan dari nilai total,
maka jika nilai marginal tersebut lebih besar dari nilai rata-rata, pasti nilai rata-rata
tersebut sedang menaik. Misalnya, jika 10 pekerja rata-rata menghasilkan 200 unit output
perhari, dan pekerja ke 11 (tambahan) menghasilkan 250 unit, maka output rata-rata dari
npekerja meningkat.
Slope adalah suatu ukuran kemiringan sebuah garis, dan didefinisikan sebagai
tingginya kenaikan (penurunan) per unit sepanjang sumbu horisontal. Slope dari sebuah
garis lurus yang melalui titik asal ditentukan dengan pembagian koordinat Y pada setiap
titik pada garis tersebut dengan koordinat X yang cocok.
Hubungan geometris antara nilai total, marginal dan rata-rata terlihat pada kurva
2.2b laba total naik dari titik asal menuju titik C. karena garis yang digambarkan
bersinggungan dengan kurva laba total menjadi lebih curam jika titik singgung tersebut
mendekati titik C, maka laba menaik sampai titik singgung tersebut.
Selain hubungan nilai total rata-rata dan total marginal, hubungan antara nilai
marginal dengan rata-rata juga ditunjukan pada gambar 2.2 b. Pada tingkat output yang
rendah dimana kurva laba marginal terletak di atas kurva laba rata- rata, maka kurva laba
rata-rata sedang menaik. Walaupun laba marginal mencapai titik maksimum pada output
Q1 dan kemudian menurun, tapi kurva laba rata-rata terus meningkat sepanjang kurva
laba marginal masih di atasnya.
7
2. Penurunan kurva total dari kurva marginal atau rata-rata
Penurunan laba total dari kurva laba rata-rata (b). Laba total adalah laba rata-rata
dikalikan jumlah output. Laba total yang sesuai dengan output Q1, misalnya adalah laba
rata-rata (A) dikalaikan output (Q1). Laba total tersebut sama dengan luas bidang segi
empat OABQ1.
Hubungan yang sama terjadi antara laba marginal dengan laba total. Secara
geometris, laba total tersebut ditunjukan oleh daerah Y sampai kuantitas output yang
ditentukan. Tingkat output Q1 laba total sama dengan bidang bawah kurva laba marginal
yaitu bidang OCQ1
Analisis optimisasi dapat dilakukan lebih efisien dan tepat, dengan kalkulus
diferensiasi yang didasarkan pada konsep turunan.
1. Konsep Turunan
Sangat berhubungan erat dengan konsep marjinal. Sebagai contoh, bila keluaran
naik dari 2 menjadi 3 unit, penerimaan total meningkat dari $ 160 menjadi $210.
Rumus : MR = TR
Nilai ini merupakan kemiringan dari busur BC pada kurva penerimaan total.
8
Namun demikian, bila jumlahnya sangat kecil (bila ΔQ diasumsikan memiliki nilai yang
lebih kecil dan bahkan mendekati nol).
Y = F(X) = a
Y = F(X) = a
9
• Aturan untuk perkalian: turunan dari perkalian dua fungsi adalah
sama dengan fungsi pertama dikalikan dengan turunan fungsi ke
dua, di tambah fungsi kedua di kali dengan turunan yang pertama.
Jadi untuk fungsi Y=U.V, di mana U=g (x) dan V=h(x) adalah
• Aturan untuk fungsi dari fungsi rantai: jika Y=f(u) dan U=g(x),
maka turunan dari Y terhadap X adalah sama dengan turunan dari Y
terhadap U di kali dengan turunan U terhadap X. Jadi bila:
Untuk suatu fungsi agar mencapai maksimum atau minimum, turunan dari fungsi
tersebut harus nol. Secara geometris, hal ini berhubungan dengan titik di mana kurvanya
mempunyai kemiringan nol. Sebagai contoh, untuk fungsi penerimaan total (Persamaan
2-1),
10
TR = 1000-100𝑄2
𝑑( 𝑇𝑅 ) = 100 − 20𝑄
𝑑𝑄
100 - 20Q = 0
Kita telah melihat pada subbab sebelumnya bahwa turunan (kemiringan) dari fungsi
(kurva) adalah nol baik pada titik minimum maupun maksimum. Untuk membedakan
antara titik maksimum dengan minimum, kita mempergunakan turunan kedua (second
derivative). ntuk fungsi umum Y = fX), turunan kedua ditulis sebagai 𝑑2Y/𝑑𝑋2. Turunan
kedua adalah turunan dari turunan dan diperoleh dengan menerapkan kembali aturan
turunan (pertama) dari diferensiasi yang disajikan pada Subbab 2-4 yang dirangkum dalam
Tabel 2-4. Sebagai contoh, untuk
Y = 𝑋3
𝑑𝑌
𝑑𝑋 = 32 𝑋
11
Dan,
𝑑2 𝑌
= 6𝑋
𝑑𝑋2
Dengan cara yang sama, untuk TR = 100Q – 10𝑄2
𝑑(𝑇𝑅)
= 100 − 20𝑄
𝑑𝑄
𝑑2 (𝑇𝑅)
Dan = -20
𝑑𝑄 2
Secara geometris, turunan mengacu kepada kemiringan dari suatu fungsi, sedang turunan
kedua mengacu kepada perubahan dari kemiringan fungsi tersebut. Sehingga nilai dari
turunan kedua dapat dipergunakan untuk menentukan apakah kita mempunyai maksimum
atau minimum pada titik dimana turunan pertamanya (kemiringan) adalah nol. Aturannya
adalah bila turunan kedua positif, kita mempunyai minimun, dan jika turunan kedua
negarif, kita menpunyai maksimum. Kita telah menemui aturan geonetris yang serupa
dengan aturan ini pada saat kita membicarakan fungsi laba total (T) pada gambar bagian
bawah Figur 2-4. Fungsi tersebut mempunyai kemiringan nol (yaitu, drldQ= 0) pada saat
e = I dan Q = 3. Tetapi di sekitar Q = 1, kemiringan fungsi s meningkat (yaitu, dsuldg >
0) dari negatif pada Q 1, nol pada Q = 1, dan positif pada QI, jadi fungsi n menghadap ke
atas dan kita mempunyai minimum. Sebaliknya, di sekitar Q= 3, kemiringan fungsi n
menurun (yaitu,
𝑑2𝜋/𝑑𝑄2 < 0) dari mula-mula positif, kemudian nol, dan kemudian negatif, jadi, fungsi π
menghadap ke bawah dan kita mempunyai maksimum. Beberapa penerapannya sebagai
berikut:
𝑑(𝑇𝑅)
45 − 𝑄
𝑑𝑄
12
Dengan menetapkan turunan pertama sama dengan nol, kita menemukan bahwa
fungsi TR mempunyai kemiringan nol pada Q = 45. Karena 𝑑2(TR)/𝑑𝑄2 = -1, fungsi TR
ini mencapai maksimum pada Q =455
ini penting bahwa untuk fungsi TR = 100Q - 10𝑄2 yang dipelajari sebelumnya, kita
peroleh bahwa d(TR)/dQ = 100 – 20Q Oleh karena itu, d(TR)/dQ
= O pada Q = 5 dan 𝑑2(TR)𝑑𝑄2 20, jadi, fungsi TR ini mencapai maksimum pada Q = 5
(lihat Figur 2-1). Bila digambarkan, kurva TR diatas akan terihat pada Figur 2-1, tetapi
kurva tersebut mencapai maksimum pada Q= 45.
Maka,
Dengan menetapkan turunan pertama sama dengan nol, kita menemukan bahwa
kurva MC mempunyai kemiringan nol pada O = 22. Karena 𝑑2(MC)/𝑑𝑄2=
3
maka,
13
Untuk menentukan tingkat keluaran di mana perusahaan memaksimumkan n, kita
lanjutkan
sebagai berikut:
14
π = P.Q – (FC + v.Q)
Π = P. Q* – (FC + v. Q*)
0 = P. Q* – v. Q* – FC
= (P-v). Q* - FC
Q*=FC / (P-V)
Misal,
15
maksimum?
MR=TR' TR=P.Q
MC=TC' TC = AC.Q
2Q = 1000 – P
P = 1000-2Q
• Langaka Ke Kedua (2) Mengubah fungsi P ke TR MR
TR= P.Q
TR= (1000-2Q).Q
=1000Q-2𝑄2
=1000-4Q
MR=TR MR=1000-40Q
= 2000+10Q+ 𝑄2
= 10+2Q
MC = TC MC = 10+2Q
Harga = P
P =1000-2Q
16
=1000-(2x165)
=1000-330 = Rp 670 (Rp 670 adalah harga untuk mencapai
laba maksimum)
a) Turunan parsial
Sampai saat ini kita telah mempelajari hubungan antara dua variabel saja. Sebagai contoh
variabel Y (misalkan, penerimaan total, biaya total, atau laba total) yang diasumsikan
merupakan fungsi dari atau tergantung hanya pada nilai variabel X (output atau kuantitas
total). Sebagian besar hubungan ekonomi berkaitan dengan Sebagian besar hubungan
ekonomi berkaitan dengan lebih dari dua variabel. Penerimaan total dapat saja merupakan
fungsi dari atau tergantung baik pada output maupun iklan, biaya total boleh terjadi
tergantung pada pengeluaran baik untuk tenaga kerja maupun modal, dan laba total
tergantung pada penjualan komoditas X dan Y. jadi penting untuk menentukan dampak
marginal pada variabel terikat, misalkan, laba total, yang diakibatkan karena perubahan
kuantitas setiap variabel secara individu, seperti jumlah komoditas X dan Y yang dijual,
yang dianalisis secara terpisah. Dampak marginal ini di ukur dengan turunan parsial
(partial derivative) yang ditunjukan dengan symbol 𝜕 (bandingkan dengan d untuk
turunan). Turunan parsial dari variabel terikat atau variabel disisi sebelah kiri tanda sama
dengan setiap variabel bebas atau variabel disebelah kanan tanda sama dengan diperoleh
dengan aturan difrensiasi yang sama yang telah disajikan sebelumnya, kecuali bahwa
semua variabel bebas selain variabel yang kita mau cari turunanya parsial dianggap tetap.
17
Sebagai contoh, misalkan bahwa fungsi laba total (𝜋) suatu perusahaan tergantung
kepada penjualan komoditas X dan Y sebagai berikut:
𝜋 = f(X.Y)=80X-2X2-XY-3Y2+100Y
Untuk mencari turunan parsial dari 𝜋 terhadap X, 𝜋 / 𝜕X, kita membuat Y tetap dan
memperoleh
𝜕𝜋
= 80 – 4X – Y
𝜕𝑋
Hal ini mengisolasi dampak marginal terhadap karena adanya perubahan jumlah
komoditas X saja (sedangkan jumlah komoditas Y dianggap tetap). Bahwa turunan dari
suku ketiga fungsi 𝜋 adalah –Y (karena eksponen implisit dari X adalah 1) dan Y dianggap
tetap. Suku keempat dan kelima dari fungsi dibuang dari turunan parsial karena suku-
suku tersebut tidak mengandung variabel X. Dengan cara yang sama, untuk mengisolasi
dampak perubahan Y terhadap 𝜋, kita menganggap X tetap dan memperoleh:
𝜕𝜋
= -X – 6Y+100
𝜕𝑌
Dapat digambarkan secara geometris konsep turunan parsial dengan suatu gambar tiga
dimensi, dengan 𝜋 di sumbu vertical dengan sumbu X dan sumbu Y membentuk
(permukaan suatu bidang, dan bukan garis) dasar dari gambar. Maka, 𝜕𝜋/𝜕𝑋 mengukur
dampak marginal X terhadap 𝜋, pada perpotongan gambar tiga dimensi tersebut
sepanjang sumbu X. Dengan cara yang sama, 𝜕𝜋/𝜕𝑌 Mengukur dampak marginal Y
terhadap 𝜋 pada perpotongan tiga dimensi sepanjangan sumbu Y. dapat dilihat bahwa
nilai 𝜕𝜋/𝜕𝑋 tergantung pula pada tingkat dimana Y dianggap tetap. Dengan cara yang
sama pula dimana nilai 𝜕𝜋/𝜕𝑌 tergantung juga kepada tingkat mana X dianggap tetap.
Hal ini merupakan alasan mengapa hasil 𝜕𝜋/𝜕𝑋 yang diperoleh di atas juga mengandung
variable Y, sedangkan 𝜕𝜋/𝜕𝑌 juga mengandung variable X.
Untuk memaksimumkan atau meminimumkan suatu fungsi dengan banyak variabel harus
membuat setiap turunan parsial sama dengan 0 dan memecahkan beberapa persamaan
tersebut secara bersama untuk memperoleh nilai optimum dari variabel bebas atau
variabel di sisi sebelah kanan. Contoh untuk memaksimumkan fungsi laba total:
𝜕𝜋
= 80 − 4𝑥 − 𝑦 = 0
𝜕𝑋
𝜕𝜋
= −𝑋 − 6𝑌 + 100 = 0
𝜕𝑌
Kalikan persamaan pertama di atas dengan -6, atur kembali persamaan kedua, dan
kemudian jumlahkan kedua persamaan tersebut,
-480 + 24X + 6Y = 0
100 - X – 6Y = 0
Subsitusikan X = 16,52 ke dalam persamaan pertama dari turunan parsial yang ditetapkan
sama dengan nol dan cari Y,
80 – 4(16,52) – Y = 0
Jadi, perusahaan memaksimumkan 𝜋 pada saat menjual16,52 unit komoditas X dan 13,92
unit komoditas Y. Substitusikan nilai-nilai ini ke dalam fungsi 𝜋, kita memperoleh laba
total maksimum perusahaan sebesar
= $ 1.356,52.
• Optimisasi Terkendala
Dalam proses pengambilan keputusan yang dihadapi oleh para manager, ada berbagai
kendala yang membatasi pilihan - pilihan yang tersedia bagi para manager. Kendala-
kendala tersebut dapat berupa terbatasnya kapasitas produksi, tidak tersedianya tenaga
terampil, kelangkaan bahan baku, adanya masalah legal, konflik dengan lingkungan, dan
19
sebagainya. Pada kasus-kasus tersebut termasuk dalam optimisasi terkendala. Optimisasi
terkendala (constrained optimization) adalah maksimisasi atau minimisasi fungsi tujuan
dengan berbagai kendala. Masalah optimisasi terkendala dapat dipecahkan dengan
substitusi atau dengan metode Langrange.
Tetapi, dalam menghadapi kendala yang terjadi output komoditas X ditambah Y harus
sama dengan 12.
X+Y=12
Jadi, untuk memecahkan masalah optimisasi ini dengan subtitusi, terlebih dahulu
memecahkan fungsi kendala X,lalu mensubstitusikan nilai X ke dalam fungsi tujuan (𝜋)
yang ingin dimaksimumkan perusahaan, dan kemudian menerapkan langkah-langkah
untuk memkasimumkan fungsi tujuan.
X= 12 – Y
20
Untuk memaksimumkan fungsi laba (tanpa kendala), diperoleh turunan pertama 𝜋
terhadap Y, yang dibuat sama dengan nol,dan dipecahkan mendapatkan nilai Y. Jadi,
𝑑𝜋
= −8𝑌 + 56 = 0
𝑑𝑌
Didapatkan,Y=7
Jadi, perusahaan memaksimumkan laba total bila memproduksi 5 unit komoditas X dan 7
unit komoditas Y(bandingkan dengan X= 16,52 dan Y=13,92 bila perusahaan tidak
menghadapi kendala output. Dengan X = 5 dan Y=7 maka,
= $868
Bila dibandingkan dengan kondisi tanpa kendala yang besarnya $1.356,52, maka dengan
kendala hasilnya menjadi lebih kecil.
Bila persamaan kendala sangat rumit atau tidak dapat dipecahkan dengan
mempergunakan variabel keputusan sebagai fungsi variabel lain,teknik substitusi untuk
memecahkan masalah optimisasi terkendala tidak mungkin dapat dilakukan. Dalam kasus
tersebut, dapat mempergunakan metode pengali Langrange (Langrangian Multiplier
Method). Metode ini mempunyai ciri khas yaitu: pengunaan simbol λ (lambda) yang
digunakan sebagai representasi kendala yang sekaligus digabungkan ke dalam persamaan
fungsi langrange, penggunaan persamaan fungsi langrange yang disimbolkan dengan 𝐿𝜋
mewakili variabel dependen, serta fungsi kendalanya dipersamakan dengan nol terlebih
dahul
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Analisis optimasi dapat mudah dijelaskan dengan mempelajari proses perusahaan
dalam menentukan tingkat output yang memaksimumkan laba total. Ada 2 pendekatan
optimasi :
Yaitu TR = TC
Yaitu MR = MC
Hubungan antara konsep dan ukuran total, rata – rata dan marginal sangat penting dalam
analisis optimasi. Hubungan tersebut pada dasarnya sama apakah untuk pendapatan, produksi,
biaya, atau laba. Nilai rata – rata sama dengan nilai total dibagi dengan kuantitas. Nilai
marginal sama dengan perubahan total per unit perubahan kuantitas.
Analisis optimisasi dapat dilakukan lebih efisien dan tepat, dengan kalkulus diferensiasi
yang didasarkan pada konsep turunan, aturan differensiasi, Optimisasi multivariate
merupakan proses penentuan nilai maksimum atau minimum atas suatu fungsi yang memiliki
dua atau lebih variabel.
Analisis optimasi dapat dengan baik dijelaskan dengan mempelajari proses maksimisasi
laba oleh perusahaan. Perusahanan memaksimumkan laba total pada tingkat output dimana
perbedaan positif antara penerimaan total dan pengeluaran total terbesar, dan pendapatan
marginal sama dengan marginalnya. Lebih umum, menurut analisis marginal, optimasi terjadi
di mana keuntungan marginal suatu aktivitas sama dengan biaya marginal.
22
DAFTAR PUSTAKA
23