Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ANALISIS BIAYA – VOLUME - LABA

Disusun oleh:

Kelompok 8

1. SISCA TEMA SOFIANA 171568 SA

2. HAIKAL BASARI 19A1825 SA

3. RIAN ROSITA 171599 SA

4. EKO PRAYUDI 171597 SA

5. RUMI UTAMI 171571 SA

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AMM MATARAM

2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan kesempatan
kepada kami atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
kami untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Analisa Laporan Keuangan di Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi AMM (STIE AMM) Mataram yang berjudul “Analisis Biaya – Volume –
Laba”.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi
penulisan maupun isi laporan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar menjadi lebih baik di masa mendatang.Semoga dengan terusunnya makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih atas segala dukungan, arahan, bimbingan, dan
bantuan dari pihak-pihak terkait sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.

Mataram, 12 Desember 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
1.3 Tujuan .............................................................................................................. 4
BAB II. PEMBAHASAN .................................................................................................. 5
2.1. Pengertian Analisis Biaya – Volume – Laba ............................................... 5
2.2. Asumsi – Asumsi Dan Keterbatasan Dari
Analisis Biaya – Volume - Laba .................................................................... 5
2.3 Konsep Contribution Margin ......................................................................... 6
2.4. Analisis Titik Impas ....................................................................................... 10
2.5. Komposisi Penjualan Dan Analisis Impas ............................................................... 15
2.5.1. Komposisi penjualan ................................................................................. 15
2.5.2. Komposisi penjualan dan analisis impas ................................................. 16

BAB III. PENUTUP ....................................................................................................................... 18

3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 19

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Analisis biaya-volume-laba (Cost-volume-profit analysis) adalah analisis yang berkaitan dengan
penentuan volume penjualan dan komposisi produk yang diperlukan untuk mencapai laba yang
diinginkan dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki. Analisis biaya-volume-laba ini merupakan
alat analisis yang memberi manajemen informasi penting tentang hubungan antara biaya, laba, komposisi
produk dan volume penjualan.

Analisis biaya-volume-laba merupakan faktor kunci dalam banyak keputusan, seperti pemilihan lini
produk, penentuan harga jual produk, strategi pemasaran dan pemanfaatan fasilitas produktif, bahkan di
dalam perusahaan analisis ini sangat membantu para manajer. Oleh karena luasnya manfaat yang dimiliki,
maka tidak dapat diragukan bahwa analisis ini merupakan alat terbaik yang dimiliki manajer untuk
menemukan potensi laba perusahaan.

Tujuan dari suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimal agar
kelangsungan hidup perusahaan terus berjalan dari waktu ke waktu. Besar kecilnya laba
perusahaan akan menjadi ukuran sukses tidaknya manajemen dalam mengelola perusahaan.
Sedang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat laba adalah harga jual, biaya dan volume
penjualan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Analisis Biaya – Volume – Laba?
2. Apa asumsi-asumsi dan keterbatasan dari Analisis Biaya – Volume – Laba?
3. Bagaimana penjelasan tentang Konsep Contribution Margin?
4. Bagaimana penjelasan tentang Analisis Titik Impas?
5. Bagaimana pembagian Komposisi Penjualan dan Analisis Titik Impas?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Analisis Biaya – Volume – Laba.
2. Untuk mengetahui Asumsi – Asumsi dan Keterbatasan dari Analisis Biaya – Volume – Laba.
3. Untuk mengetahui tentang Konsep Contribution Margin.
4. Untuk mengetahui tentang Konsep Analisis Titik Impas.
5. Untuk mengetahui Pembagian Komposisi Penjualan Dan Analisis Titik Impas.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN ANALISIS BIAYA – VOLUME - LABA


Analisis biaya-volume-laba (Cost-volume-profit analysis) adalah analisis yang berkaitan dengan
penentuan volume penjualan dan komposisi produk yang diperlukan untuk mencapai laba yang
diinginkan dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki. Analisis biaya-volume-laba ini merupakan
alat analisis yang memberi manajemen informasi penting tentang hubungan antara biaya, laba, komposisi
produk dan volume penjualan.

Analisis biaya-volume-laba mencakup studi tentang saling hubungan diantara faktor-faktor


berikut ini:

a. Harga jual produk

b. Volume atau tingkat aktivitas

c. Biaya variabel per unit

d. Total biaya tetap

e. Komposisi produk yang dijual

Analisis biaya-volume-laba merupakan faktor kunci dalam banyak keputusan, seperti pemilihan
lini produk, penentuan harga jual produk, strategi pemasaran dan pemanfaatan fasilitas produktif, bahkan
di dalam perusahaan analisis ini sangat membantu para manajer. Oleh karena luasnya manfaat yang
dimiliki, maka tidak dapat diragukan bahwa analisis ini merupakan alat terbaik yang dimiliki manajer
untuk menemukan potensi laba perusahaan.

2.2. ASUMSI – ASUMSI DAN KETERBATASAN DARI ANALISIS BIAYA – VOLUME -


LABA
Berikut ini adalah asumsi yang mendasari dan keterbatasan yang dimiliki analisis biaya-volume-
laba dan analisis impas:

1. Analisis ini berasumsi bahwa biaya-biaya yang berkaitan dengan tingkat penjualan saat ini, secara
cukup akurat dapat dipisahkan ke dalam elemen biaya variabel dan biaya tetap

2. Analisis ini berasumsi bahwa biaya tetap akan senantiasa tetap selama periode yang dipengaruhi
oleh keputusan yang telah diambil

5
3. Analisis ini berasumsi bahwa biaya variabel berubah secara langsung (proporsional) dengan
penjualan selama periode yang dipengaruhi oleh keputusan yang telah diambil

4. Analisis ini dibatasi pada situasi di mana kondisi ekonomi dan kondisi lainnya diasumsikan relatif
stabil. Pada kondisi inflasi yang tinggi, misalnya, apabila sulit untuk memprediksi penjualan
dan/atau biaya lebih dari beberapa minggu ke depan, maka akan sangat berisiko menggunakan
analisis impas untuk pengambilan keputusan.

5. Analisis impas dan biaya-volume-laba hanya merupakan pedoman untuk pengambilan keputusan.
Analisis ini dapat menunjukkan keputusan tertentu, akan tetapi faktor-faktor lain, seperti
hubungan pelanggan dan karyawan, dapat mengarahkan pada suatu keputusan yang mungkin
berlawanan dengan hasil analisis

2.3 KONSEP CONTRIBUTION MARGIN


Margin kontribusi adalah jumlah yang tersisa dari pendapatan dikurangi beban variabel.
Jadi, ini adalah jumlah yang tersedia untuk menutup beban tetap dan kemudian menjadi laba
untuk periode tersebut. Margin kontribusi digunakan dulu untuk menutup beban tetap dan
sisanya akan menjadi laba. Jika margin kontribusi tidak cukup untuk menutup beban tetap
perusahaan, maka akan terjadi kerugian untuk periode tersebut. Ketika titik impas dicapai, laba
bersih akan bertambah sesuai dengan margin kontribusi per unit untuk setiap tambahan produk
yang terjual.
Untuk memperkirakan pengaruh kenaikan penjualan yang direncanakan terhadap biaya,
manajer cukup mengalikan peningkatan dalam unit yang terjual dengan margin kontribusi yang
per unit. Hasilnya akan menggambarkan peningkatan laba yang diharapkan. Margin kontribusi
adalah pendapatan penjualan dikurangi semua biaya variabel. Ini dapat dihitung dengan
menggunakan satuan mata uang atau basis per unit.
Laporan Laba Rugi Kontribusi adalah laporan laba operasi yang mengelompokkan biaya
menjadi biaya variable dan biaya tetap untuk menyoroti margin kontribusi.

6
Berikut ini adalah laporan rugi-laba untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001 yang disusun
oleh PT Citra Aninda:

PT CITRA ANINDA
Lapora Rugi – Laba
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001

Penjualan Rp 100.000,00

Biaya variabel Rp 60.000,00


Biaya tetap 35.000,00
Total biaya Rp 95.000,00
Laba Rp 5.000,00

Dalam analisis impas dan biaya-volume-laba, laporan rugi-laba disajikan dalam format
contribution margin (yang sering disebut contribution income statement). Con- tribution income
statement memiliki beberapa karakteristik yang menarik yang akan sangat bermanfaat bagi manajer dalam
rangka melihat pengaruh perubahan harga jual, biaya dan volume aktivitas terhadap laba perusahaan.

Berikut ini adalah laporan rugi-laba PT Citra Aninda yang disusun dalam bentuk contribution
margin:

PT CITRA ANINDA
Contribution Income Statement
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001

Total Per Unit

Penjualan (400 unit ) Rp 100.000,00 Rp 250,00


Biaya variabel Rp 60.00 ,00 150,00
Contribution margin Rp 40.000,00 Rp 100,00
Total biaya tetap Rp 35.000,00
Laba Rp 5.000,00

Perbedaan cara pelaporan ini tidak mengubah besarnya laba perusahaan. Pada contoh ini, PT
Citra Aninda menyajikan penjualan, biaya variabel dan contribution margin baik secara total maupun per
unit. Penyajian seperti ini akan sangat membantu analisis profitabilitas. Contribution margin
menggambarkan jumlah lebih penjualan di atas biaya variabel vang tersedia untuk dikontribusikan
(menutup) biaya tetap dan laba selama periode tentu.

7
Dengan demikian, contribution margin mula-mula harus digunakan untuk menutup biaya tetap,
baru kemudian (bila masih tersisa) dikontribusikan untuk laba. Apabila contribution margin tidak cukup
untuk menutup biaya tetap, berarti terjadi rugi. Berikut contoh apabila PT Citra Aninda hanya menjual 1
(satu) unit produk dan menderita kerugian.

Total Unit

Penjualan (1 unit) Rp 250,00 Rp 250,00


Biaya variabel Rp 150,00 Rp 150,00
Contribution margin Rp 100,00 Rp 100,00
Total biaya tetap Rp 35.000,00
Laba/Rugi Rp (34.900,00)

Setiap tambahan 1 (satu) unit produk yang berhasil dijual oleh perusahaan selama periode
tersebut, akan menambah contribution margin yang tersedia untuk menutup biaya tetap. Apabila I unit
tambahan berhasil dijual, maka contribution margin akan bertambah sebesa Rp 100, sehingga kerugian
perusahaan akan berkurang dengan jumlah yang sama, seperti tampak pada perhitungan berikut :

Total Per Unit

Penjualan (2 unit) Rp 500,00 Rp 250,00


Biaya variabel Rp 300,00 150,00

Contribution margin RP 200,00 Rp 100,00


Total biaya tetap (RP 35.000,00)
Laba/Rugi Rp (34.800,00)

Apabila total unit produk yang dijual mampu menghasilkan contribution margin sebesar
Rp35.000,00, maka semua biaya tetap akan mampu ditutup, sehingga perusahaan tidak mengalami
kerugian (juga tidak memperoleh laba). Kondisi seperti ini disebut impas (Break even). Untuk PT Citra
Aninda, kondisi impas ini akan tercapai bila produk yang dijual sebanyak 350 unit, seperti tampak pada
perhitungan berikut :

Total Per Unit

Penjulan (350 unit) Rp 87.500,00 Rp 250,00


Biaya variabel Rp 52.500,00 Rp 150,00

Contribution margin Rp 35.000,00 Rp 100,00


Total biaya tetap Rp 35.000,00

Laba/Rugi Rp -0-

8
Apabila kondisi impas telah tercapai, maka laba bersih akan meningkat sebesar contribution
margin per unit untuk setiap tambahan unit terjual. Dengan demikian, bila selama periode tersebut PT
Citra Aninda mampu menjual produk sebanyak 351 unit, maka laba bersih yang diperoleh adalah Rp 100,
seperti tampak pada perhitungan berikut :

Total Per Unit

Penjualan (351 unit ) Rp 87.750,00 Rp 250,00

Biaya variabel Rp 52.650,00 Rp 150,00


Rp 52.650,00 Rp 150,00
Contributin margin
Total biaya tetap Rp 35.100,00
Laba/ Rugi Rp 100,00
Dengan menggunakan konsep contribution margin ini, untuk mengetahui jumlah laba pada
berbagai tingkat atau volume aktivitas, perusahaan tidak perlu menyusun laporan laba-rugi yang lengkap.
Untuk menghitung besarnya laba, manajer cukup hanya menentukan jumlah penjualan diatas penjualan
impas dan dikalikan dengan Contributin margin per unit. Misalnya, bila PT Citra Aninda berhasil
menjual sebanyak 450 unit, maka besar laba yang diperoleh adalah Rp 10.000 ((450-350) x Rp 100)).

Selain dinyatakan dalam satuan rupiah per unit, penjualan, biaya variabel, dan Contributin
margin juga dapat dinyatakan dengan satuan persentase (%), sebagai berikut :

Total Per Unit (%)

Penjualan (400 unit) Rp 100.000,00 Rp 250,00 100%


Biaya variabel Rp 60.000,00 Rp 150,00 60%
Contributin margin Rp 40.000,00 Rp 100,00 40%
Total biaya tetap Rp 35.000,00
Laba/ Rugi Rp 5.000,00

Persentase contribution margin atas penjualan disebut contribution margin ratio (C/M ratio)
atau profit -volume ratio (PNV ratio). Ratio ini sangat berguna untuk menunjukkan bagaimana
contribution margin akan dipengaruhi oleh perubahan total penjualan (dalam rupiah). Pada contoh ini
contribution margin sebesar 40% berarti bahwa setiap kenaikan Rp1,00 penjualan akan menaikkan
contribution margin sebesar Rp 0,40 (40% x Rp 1,00)

9
Banyak manajer merasa lebih mudah menggunakan contribution margin ratio ini dibanding
contribution margin per unit (rupiah), terutama apabila lini produk yang dimiliki perusahaan banyak. Hal
ini disebabkan karena pos-pos dalam ratio tersebut memungkinkan dilakukannya pembandingan diantara
produk-produk tersebut, sehingga manajer dapat menentukan produk mana yang paling menguntungkan
(yang angka C/M ratio paling tinggi).

2.4. ANALISIS TITIK IMPAS


Analisis impas (Break-even analysis) adalah teknik analisis yang digunakan untuk menentukan
tingkat penjualan dan komposisi produk yang diperlukan hanya untuk menutup semua biaya yang terjadi
selama periode tertentu. Titik impas (Break-even point) adalah titik di mana total biaya sama dengan total
penghasilan. Dengan demikian, pada titik impas tidak ada laba maupun rugi yang diterima oleh
perusahaan. Oleh karena tujuan analisis biaya-volume-laba adalah untuk menentukan tingkat penjualan
dan komposisi produk yang diperlukan untuk mencapai laba yang ditargetkan, maka analisis impas
merupakan kasus khusus dari analisis biaya-volume-laba, yaitu penentuan tingkat penjualan dan
komposisi produk yang diperlukan untuk menjadi tingkat laba nol.

Meskipun manajemen merencanakan laba untuk tiap periode, akan tetapi mereka umumnya juga
sangat memperhatikan titik impas. Apabila tingkat penjualan jatuh di bawah titik impas, maka berarti
terjadi kerugian. Manajemen harus menentukan titik impas untuk dapat menghitung margin of safety,
yang menunjukkan berapa banyak penjualan boleh turun dari tingkat penjualan yang ditargetkan sebelum
perusahaan menderita kerugian. Margin of safety adalah kriteria yang digunakan untuk menilai
kecukupan penjualan yang direncanakan (adequacy of planned sales).

Analisis impas dan biaya-volume-laba dapat didasarkan pada data historis, operasi masa lalu, atau
penjualan dan biaya yang diproyeksikan. Data untuk analisis impas dan biaya-volume-laba tidak dapat
diperoleh langsung dari perhitungan laba-rugi dengan metode biaya penuh (absorption atau full costing),
karena pengaruh aktivitas terhadap biaya tidak dapat segera ditentukan. Masing-masing pos biaya harus
dianalisis untuk menentukan komponen biaya tetap dan biaya variabel.

Tidak seperti halnya pada laporan laba-rugi atas dasar full costing, pada laporan laba-rugi atas
dasar direct atau variable costing telah memisahkan unsur biaya tetap dan biaya variabel, sehingga sangat
berguna dalam analisis biaya-volume-laba dan impas. Demikian pula dengan anggaran fleksibel dan kartu
harga pokok standar, yang dapat dijadikan sumber data bagi analisis ini.

10
Titik impas dapat ditentukan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan persamaan
(linier) dan pendekatan grafik. Berikut ini dijelaskan masing-masing pendekatan tersebut :

a. Pendekatan persamaan
Analisis impas (break even) dan analisis biaya-volume-laba (CVP) didasarkan pada hubungan
akuntansi berikut :

Laba = Total Penghasilan – ( Total biaya variable+ Total biaya tetap)

Persamaan ini juga dapat dinyatakan dengan cara lain sebagai berikut :

Total Penghasilan = Total biaya variable + Total biaya tetap + Laba

Oleh karena total biaya tetap dan biaya variable per unit diasumsikan tetap (konstan)
dalam kisaran aktivitas (range of activity) yang dianalisis, maka hubungan dasar akuntansi
tersebut dapat dinyatan dalam bentuk persamaan linear ini :

TR = FC + (V x TR) + L

Dimana :

TR = Total Penghasilan

FC = Total Biaya Tetap

V = Biaya Variabel per Rp.1,00 penghasilan (total biaya variable dibagi total penghasilan)

L = Laba

Telah diuraikan dimuka bahwa tujuan analisis impas dan biaya-biaya laba untuk
menetukan volume penjuualan dan komposisi produk yang diperlukan untuk mencapai tingkat
laba yang ditargetkan (laba nol titik impas). Apabila perusahaan hanya memproduksi satu jenis
produk, maka variable yang tidak diketahui adalah volume penjualan. Volume penjualan ini dapat
diukur baik dalam satuan rupiah penjualan maupun unit produk.

Dengan menggunakan persamaan linear tersebut, tingkat penjualan yang diperlukan


untuk mencapai laba yang ditargetkan dapat ditentukan sebagai berikut :

TR – (V x TR) = FC + L

TR (1 – V) = FC + L

11
FC + L = Total Biaya Tetap + Laba
TR (BE) = (1 – V) = Contribution Margin per rupiah penjualan

Dengan demikian, untuk laba sama dengan nol, yang berarti tercapai kondisi impas, maka
titik impas (break event point) dapat satuan rupiah penjualan dapat ditenrtukan dengan cara
sebagai berikut :

FC = Total biaya tetap


TR (BE) =
(1 – V) = Contribution Margin per rupiah penjualan

Contribution margin per rupiah penjualan, yang sering dikenal dengan istilah contribution
margin ratio (C/M ratio) adalah bagian dari setiap satu rupiah penjualan yang tersedia untuk
menutup biaya tetap dan memberikan laba. Di bawah titik impas, contribution margin ini hanya
digunakan untuk menutup biaya tetap, sedangkan diatas titik impas, bagian dari penjualan ini
dapat digunakan untuk memberikan kenaikan laba.

Untuk memperjelas penentuan impas, berikut disajikan data yang diperoleh dari anggaran
fleksibel PT Intan Putri Sejati untuk tahun 1999 :

Total penjualan pada kapasitas normal Rp. 6.000.000,00

Total Biaya Tetap 1.600.000,00

Total Biaya Variabel pada kapasitas normal 3.600.000,00

Harga Jual per unit 400,00

Biaya Variabel per unit 240,00

Atas dasar data ini, maka titik impas (break even point) dapat dihitung dengan cara sebagai
berikut :

Rp. 1.600.000,00
TR (BE)
1-( Rp. 3.600.000,00 / Rp. 6.000.000,00)
Atau

12
Rp. 1.600.000,00
TR (BE)
1-(Rp. 240,00 / Rp. 400,00 )

Dari contoh perhitungan ini dapat dilihat bahwa titik impas tercapai (yang berarti laba
sama dengan nol) pada tingkat penjualan sebesar Rp. 4.000.000,00. Apabila semua biaya tetap
telah dapat ditutup, maka setiap tambahan satu rupiah penjualan merupakan laba. Dengan
demikian, apabila tingkat penjualan impas telah dihitung, maka tingkat penjualan yang diperlukan
untuk mencapai laba yang ditargetkan dapat ditentukan dengan membagi laba dengan
contribution margin per rupiah penjualan, kemudian ditambahkan pada penjualan impas. Sebagai
comtoh, apabila laba yang ditargetkan sebesar Rp. 400.000,00 maka diperlukan penjualan sebesar
Rp. 1.000.000,00 diatas penuualan impas (Rp. 400.000.000,00 dibagi contribution margin per
rupiah penjualan Rp. 0,40). Dengan demikian diperlukan total penjualan sebesar Rp.
5.000.000,00 untuk mencapai laba Rp. 400.000,00.

Alternatif lain yang bisa dipakai untuk menentukan oejnjualan yang diperlukan untuk
mencapai laba yang ditargetkan adalah dengan cara menambahkan laba yang ditargetkan pada
total biaya tetap, dan kemudian dibagi dengan contribution margin per rupiah penjualan. Tingkat
penjualan yang ditentukan dengan alternatif cara ini adalah Rp. 5.000.000 seperti tampak pada
perhitungan berikut ini :

Rp. 1.600.000,00 + Rp. 400.000,00


TR =
1-(Rp. 240,00 / Rp. 400,00)

Oleh karena setiap unit produk dijual dengan harga Rp. 400,00 maka jumlah unit produk
yang harus dijual pada kondisi impas sebanyak 10.000 unit (Rp. 4.000.000,00 dibagi Rp. 400,00).
Sedangkan jumlah unit produk yang harus dijual untuk dapat mencapai target laba sebesar Rp.
400.000,00 adalah sebanyak 12.500 unit (Rp. 5.000.000,00 dibagi Rp. 400,00).

Selain menggunakan pendekatan rupiah penjualan (sales-revenue-approach), analisis


impas dan boaya-volume-laba juga dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan unit
penjualan (unit-of-product-approach). Meskipun kedua pendekatan ini memiliki konsep dasar
yang sama, akan tetapi untuk beberapa jenis analisis lebih bijaksana dan sesuai (tepat) bila
bekerja dengan pendekatan unit produk. Pada pendekatan unit produk, persamaan dasar diub ah

13
untuk memasukkan kuantitas produk, harga jual per unit dan biaya variable per unit, sehingga
persamaannya menjadi sebagai berikut :

TR = FC + (V x TR) + L

Oleh karena total penjualan sama dengan harga jual per unit dikalikan dengan total unit
yang dijual, dank arena total biaya variable sama dengan biaya variable per unit dikalikan dengan
total unit yang dijual, maka persamaanya tersebut menjadi sebagai berikut :

P x Q = FC + (VC x Q) + L
Dimana :

P = Harga jual unit (price)


Q = Kualitas produk yang dijual (Quantity)
FC = Total biaya tetap (fixed cost)
VC = Biaya variable per unit ( variable cost)
L = Laba

Pada persamaan linera baru ini, variable yang diketahui adalah Q, yaitu jumlah unit
(kuantitas) produk yang dijual, yaitu dihitung dengan cara sebagai berikut :
PxQ = FC + (VC X Q) + L
(P X Q)-(VC x Q) = FC + L

Q x (P-VC) = FC + L

FC + L = Total biaya tetap + Laba


Q =
(P-V) = Contribution Margin per
unit

Dengan menggunakan contoh dimuka, tingkat penjualan dalam unit yang diperlukan
untuk mencapai laba nol (impas) dan target laba sebesar Rp. 400.000,00 masing-masing adalah
10.000 unit dan 12.500 unit, yang dihitung dengan cara sebagai berikut :

FC + L = Rp. 1.600.000,00 + Rp. 0


Q (BE) =
(P-V) = (Rp. 400,00 – Rp. 200,00 )

14
FC + L = Rp. 1.600.000,00 + Rp. 400.000,00
Q =
(P – V)= (Rp. 400,00 – Rp. 240,00 )

b. Pendekatan Grafik
Penentuan impas juga dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan grafik, yaitu
dengan cara menggambar garis penghasilan dan biaya. Titik impas merupakan titik perpotongan
antara garis biaya dan garis penghasilan tersebut. Data yang diperlukan untuk membuat grafik ini
adalah ramalan penghasilan, biaya tetap dan biaya variable.

2.5. KOMPOSISI PENJUALAN DAN ANALISIS IMPAS


.
Pembahasan berikut ini akan dititik beratkan pada masalah komposisi penjualan dan pengaruhnya
pada analisis titk impas. Sebelum membahas pengaruh komposisi penjualan, terlebih dahulu, akan
dijelaskan komposisi penjualan itu sendiri.
2.5.1. Komposisi penjualan
Komposisi penjualan (sales mix) dapat didefinisikan sebagai kombinasi relatif dari
berbagai produk yang disajikan pada total penjualan. Para manejer berusaha untuk dapat
mencapai sesuatu kombinasi atau komposisi penjualan yang dapat menghasilkan jumlah laba
yang tersebar. Kebanyakan perusahaan memiliki banyak produk yang dijual, dimana produk-
produk tersebut biasanya mempunyai profitabilitasnyang berbeda. Apa bila hal ini terjadi, maka
laba pada tingkat tertentu akan sangat tergantung pada komposisi pada penjualanyang dapat
tercapai oleh perusahaan. Laba akan lebih besar, jika produk dengan margin yang tingggi(high-
margin items) menduduki porsi yang relatif besar dari total penjualan dibandingkan produk
dengan margin yang rendah (low-margin items).

Kebanyakan perusahaan memiliki banyak produk yang di mana produk-produk tersebut


biasanya mempunyai profitabilitas yang berbeda. Apabila hal ini terjadi, maka laba sampai pada
tingkat tertentu akan sangat bergantung pada komposisi penjualan yang dapat dicapai oleh
perusahaan. laba akan lebih besar, jika produk dengan Margin yang tinggi ( high-margin items)
menduduki posisi yang relatif besar dari total penjualan dibanding produk dengan Margin yang
rendah ( low margin items).

Perubahan pada komposisi penjualan dapat mengakibatkan variasi yang menarik pada
laba perusahaan( kadang-kadang membingungkan). Pergeseran komposisi dari high margin item
menuju ke low margin item air dapat mengakibatkan kenaikan laba, meskipun total penjualan

15
menurun. Dengan mempertimbangkan kemungkinan tersebut maka satu ukuran yang dapat
digunakan untuk mengukur efektivitas tenaga penjualan adalah komposisi penjualan yang
dicapainya.

2.5.2. Komposisi penjualan dan analisis impas

Apabila perusahaan menjual lebih dari satu jenis produk, maka analisis impas akan
menjadi lebih kompleks. Alasannya, produk yang berbeda mempunyai harga jual, biaya variabel
dan contribution Margin yang berbeda pula. Konsekuensinya titik impas akan sangat bergantung
pada komposisi produk yang dijual.

Untuk memperjelas pengaruh komposisi penjualan terhadap penentuan impas, berikut ini
disajikan sebuah contoh perusahaan yang menjual tiga jenis produk, itu reguler Deluxe dan super.
Informasi yang berhubungan dengan ketiga produk ini adalah sebagai berikut:

Regular Deluxe Super


Harga jual per unit Rp. 200,00 Rp. 300,00 Rp. 500,00
Biaya variable per unit Rp. 120,00 Rp. 150,00 Rp. 200,00

Contribution margin/unit Rp. 80,00 Rp. 150,00 Rp. 300,00


Contribution margin ratio 40% 50% 60%

Total biaya tetap perbulan adalah Rp 9.225. komposisi penjualan yang selama ini dicapai
oleh perusahaan masing-masing adalah 60% untuk jenis reguler, 30% untuk deluxe dan 10%
untuk super. Sebelum menghitung titik impas, terlebih dahulu harus dihitung kontribusition
margin rasio (atau kontribution margin) rata-rata pertimbangan dengan cara sebagai berikut:

Produk Contribution komposisi CM


margin Rata-rata
Regular Rp 80.00 60% Rp 48.00
Deluxe 150.00 30% 45.00
Super 300.00 10% 30.00
Contribution margin rat-rata tertimbang Rp 123.00
Titik impas perusahaan (dalam unit) dihitung dengan cara sebagai berikut :
Titik impas = Total biaya tetap
Contribution margin rat-rata tertimbang

16
= Rp9.22.000,00
Rp 123,00
= 75.000 unit

Komposisi penjualan untuk masing-masing produk pada kondisi impas ini adalah 45.000
unit untuk produk reguler (60%) 22.500 unit produk deluxe (30%) dan 7.500 unit untuk produk
super (10%) titik impas sebesar 75000 unit ini hanya berlaku sepanjang komposisi produk yang
dijual tidak berubah. Apabila komposisi tersebut berubah, maka titik impas juga akan berubah.
Sebagai contoh, apabila komposisi penjualan berubah menjadi 10% untuk produk reguler 30%
produk deluxe dan 60% untuk produk super, maka titik impas akan menjadi sebagai berikut.

Produk Contribution komposisi CM


margin Rata-rata
Regular Rp 80.00 10% Rp 8.00
Deluxe 150.00 30% 45.00
Super 300.00 60% 180.00
Contribution margin rat-rata tertimbang Rp 233.00

Titik impas = Rp9.22.000,00


Rp 23,00
= 39.592,27 unit atau dibulatkan menjadi kurang lebih 40.000 unit

Dari perhitungan ini tampak bahwa apabila komposisi penjualan produk yang dijual
berubah dari produk yang mempunyai margin rendah( mula-mula reguler yang mempunyai
margin paling rendah komposisi nya 60%) menjadi produk yang mempunyai margin tinggi( super
dengan margin paling tinggi komposisi 60%), maka titik impas ma mengalami penurunan dari
75.000 unit menjadi 40.000 unit. Ini berarti bahwa laba perusahaan akan mengalami ( pesan
makin mudah mencapai lebih yang ditargetkan)

17
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Analisis biaya-volume-laba (Cost-volume-profit analysis) adalah analisis yang berkaitan dengan


penentuan volume penjualan dan komposisi produk yang diperlukan untuk mencapai laba yang
diinginkan dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki. Analisis biaya-volume-laba ini merupakan
alat analisis yang memberi manajemen informasi penting tentang hubungan antara biaya, laba, komposisi
produk dan volume penjualan.

Analisis biaya-volume-laba merupakan faktor kunci dalam banyak keputusan, seperti pemilihan lini
produk, penentuan harga jual produk, strategi pemasaran dan pemanfaatan fasilitas produktif, bahkan di
dalam perusahaan analisis ini sangat membantu para manajer. Oleh karena luasnya manfaat yang dimiliki,
maka tidak dapat diragukan bahwa analisis ini merupakan alat terbaik yang dimiliki manajer untuk
menemukan potensi laba perusahaan.

Dalam analisis ini membahas tentang 4 konsep penting, yang meliputi pembahasan tentang
pengertian analisis biaya-olume-laba; asumsi yang mendasari analisis dan keterbatasan analisis; konsep
kontribution margin, penentuan impas; dan manfaat analisis simpel dan biaya-volume-laba untuk
mengembalikan keputusan.

DAFTAR PUSTAKA

18
19

Anda mungkin juga menyukai