Disusun oleh:
Kelompok 8
2019/2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan kesempatan
kepada kami atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
kami untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Analisa Laporan Keuangan di Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi AMM (STIE AMM) Mataram yang berjudul “Analisis Biaya – Volume –
Laba”.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi
penulisan maupun isi laporan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar menjadi lebih baik di masa mendatang.Semoga dengan terusunnya makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih atas segala dukungan, arahan, bimbingan, dan
bantuan dari pihak-pihak terkait sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
1.3 Tujuan .............................................................................................................. 4
BAB II. PEMBAHASAN .................................................................................................. 5
2.1. Pengertian Analisis Biaya – Volume – Laba ............................................... 5
2.2. Asumsi – Asumsi Dan Keterbatasan Dari
Analisis Biaya – Volume - Laba .................................................................... 5
2.3 Konsep Contribution Margin ......................................................................... 6
2.4. Analisis Titik Impas ....................................................................................... 10
2.5. Komposisi Penjualan Dan Analisis Impas ............................................................... 15
2.5.1. Komposisi penjualan ................................................................................. 15
2.5.2. Komposisi penjualan dan analisis impas ................................................. 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
Analisis biaya-volume-laba merupakan faktor kunci dalam banyak keputusan, seperti pemilihan lini
produk, penentuan harga jual produk, strategi pemasaran dan pemanfaatan fasilitas produktif, bahkan di
dalam perusahaan analisis ini sangat membantu para manajer. Oleh karena luasnya manfaat yang dimiliki,
maka tidak dapat diragukan bahwa analisis ini merupakan alat terbaik yang dimiliki manajer untuk
menemukan potensi laba perusahaan.
Tujuan dari suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimal agar
kelangsungan hidup perusahaan terus berjalan dari waktu ke waktu. Besar kecilnya laba
perusahaan akan menjadi ukuran sukses tidaknya manajemen dalam mengelola perusahaan.
Sedang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat laba adalah harga jual, biaya dan volume
penjualan.
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Analisis Biaya – Volume – Laba.
2. Untuk mengetahui Asumsi – Asumsi dan Keterbatasan dari Analisis Biaya – Volume – Laba.
3. Untuk mengetahui tentang Konsep Contribution Margin.
4. Untuk mengetahui tentang Konsep Analisis Titik Impas.
5. Untuk mengetahui Pembagian Komposisi Penjualan Dan Analisis Titik Impas.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Analisis biaya-volume-laba merupakan faktor kunci dalam banyak keputusan, seperti pemilihan
lini produk, penentuan harga jual produk, strategi pemasaran dan pemanfaatan fasilitas produktif, bahkan
di dalam perusahaan analisis ini sangat membantu para manajer. Oleh karena luasnya manfaat yang
dimiliki, maka tidak dapat diragukan bahwa analisis ini merupakan alat terbaik yang dimiliki manajer
untuk menemukan potensi laba perusahaan.
1. Analisis ini berasumsi bahwa biaya-biaya yang berkaitan dengan tingkat penjualan saat ini, secara
cukup akurat dapat dipisahkan ke dalam elemen biaya variabel dan biaya tetap
2. Analisis ini berasumsi bahwa biaya tetap akan senantiasa tetap selama periode yang dipengaruhi
oleh keputusan yang telah diambil
5
3. Analisis ini berasumsi bahwa biaya variabel berubah secara langsung (proporsional) dengan
penjualan selama periode yang dipengaruhi oleh keputusan yang telah diambil
4. Analisis ini dibatasi pada situasi di mana kondisi ekonomi dan kondisi lainnya diasumsikan relatif
stabil. Pada kondisi inflasi yang tinggi, misalnya, apabila sulit untuk memprediksi penjualan
dan/atau biaya lebih dari beberapa minggu ke depan, maka akan sangat berisiko menggunakan
analisis impas untuk pengambilan keputusan.
5. Analisis impas dan biaya-volume-laba hanya merupakan pedoman untuk pengambilan keputusan.
Analisis ini dapat menunjukkan keputusan tertentu, akan tetapi faktor-faktor lain, seperti
hubungan pelanggan dan karyawan, dapat mengarahkan pada suatu keputusan yang mungkin
berlawanan dengan hasil analisis
6
Berikut ini adalah laporan rugi-laba untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001 yang disusun
oleh PT Citra Aninda:
PT CITRA ANINDA
Lapora Rugi – Laba
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001
Penjualan Rp 100.000,00
Dalam analisis impas dan biaya-volume-laba, laporan rugi-laba disajikan dalam format
contribution margin (yang sering disebut contribution income statement). Con- tribution income
statement memiliki beberapa karakteristik yang menarik yang akan sangat bermanfaat bagi manajer dalam
rangka melihat pengaruh perubahan harga jual, biaya dan volume aktivitas terhadap laba perusahaan.
Berikut ini adalah laporan rugi-laba PT Citra Aninda yang disusun dalam bentuk contribution
margin:
PT CITRA ANINDA
Contribution Income Statement
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001
Perbedaan cara pelaporan ini tidak mengubah besarnya laba perusahaan. Pada contoh ini, PT
Citra Aninda menyajikan penjualan, biaya variabel dan contribution margin baik secara total maupun per
unit. Penyajian seperti ini akan sangat membantu analisis profitabilitas. Contribution margin
menggambarkan jumlah lebih penjualan di atas biaya variabel vang tersedia untuk dikontribusikan
(menutup) biaya tetap dan laba selama periode tentu.
7
Dengan demikian, contribution margin mula-mula harus digunakan untuk menutup biaya tetap,
baru kemudian (bila masih tersisa) dikontribusikan untuk laba. Apabila contribution margin tidak cukup
untuk menutup biaya tetap, berarti terjadi rugi. Berikut contoh apabila PT Citra Aninda hanya menjual 1
(satu) unit produk dan menderita kerugian.
Total Unit
Setiap tambahan 1 (satu) unit produk yang berhasil dijual oleh perusahaan selama periode
tersebut, akan menambah contribution margin yang tersedia untuk menutup biaya tetap. Apabila I unit
tambahan berhasil dijual, maka contribution margin akan bertambah sebesa Rp 100, sehingga kerugian
perusahaan akan berkurang dengan jumlah yang sama, seperti tampak pada perhitungan berikut :
Apabila total unit produk yang dijual mampu menghasilkan contribution margin sebesar
Rp35.000,00, maka semua biaya tetap akan mampu ditutup, sehingga perusahaan tidak mengalami
kerugian (juga tidak memperoleh laba). Kondisi seperti ini disebut impas (Break even). Untuk PT Citra
Aninda, kondisi impas ini akan tercapai bila produk yang dijual sebanyak 350 unit, seperti tampak pada
perhitungan berikut :
Laba/Rugi Rp -0-
8
Apabila kondisi impas telah tercapai, maka laba bersih akan meningkat sebesar contribution
margin per unit untuk setiap tambahan unit terjual. Dengan demikian, bila selama periode tersebut PT
Citra Aninda mampu menjual produk sebanyak 351 unit, maka laba bersih yang diperoleh adalah Rp 100,
seperti tampak pada perhitungan berikut :
Selain dinyatakan dalam satuan rupiah per unit, penjualan, biaya variabel, dan Contributin
margin juga dapat dinyatakan dengan satuan persentase (%), sebagai berikut :
Persentase contribution margin atas penjualan disebut contribution margin ratio (C/M ratio)
atau profit -volume ratio (PNV ratio). Ratio ini sangat berguna untuk menunjukkan bagaimana
contribution margin akan dipengaruhi oleh perubahan total penjualan (dalam rupiah). Pada contoh ini
contribution margin sebesar 40% berarti bahwa setiap kenaikan Rp1,00 penjualan akan menaikkan
contribution margin sebesar Rp 0,40 (40% x Rp 1,00)
9
Banyak manajer merasa lebih mudah menggunakan contribution margin ratio ini dibanding
contribution margin per unit (rupiah), terutama apabila lini produk yang dimiliki perusahaan banyak. Hal
ini disebabkan karena pos-pos dalam ratio tersebut memungkinkan dilakukannya pembandingan diantara
produk-produk tersebut, sehingga manajer dapat menentukan produk mana yang paling menguntungkan
(yang angka C/M ratio paling tinggi).
Meskipun manajemen merencanakan laba untuk tiap periode, akan tetapi mereka umumnya juga
sangat memperhatikan titik impas. Apabila tingkat penjualan jatuh di bawah titik impas, maka berarti
terjadi kerugian. Manajemen harus menentukan titik impas untuk dapat menghitung margin of safety,
yang menunjukkan berapa banyak penjualan boleh turun dari tingkat penjualan yang ditargetkan sebelum
perusahaan menderita kerugian. Margin of safety adalah kriteria yang digunakan untuk menilai
kecukupan penjualan yang direncanakan (adequacy of planned sales).
Analisis impas dan biaya-volume-laba dapat didasarkan pada data historis, operasi masa lalu, atau
penjualan dan biaya yang diproyeksikan. Data untuk analisis impas dan biaya-volume-laba tidak dapat
diperoleh langsung dari perhitungan laba-rugi dengan metode biaya penuh (absorption atau full costing),
karena pengaruh aktivitas terhadap biaya tidak dapat segera ditentukan. Masing-masing pos biaya harus
dianalisis untuk menentukan komponen biaya tetap dan biaya variabel.
Tidak seperti halnya pada laporan laba-rugi atas dasar full costing, pada laporan laba-rugi atas
dasar direct atau variable costing telah memisahkan unsur biaya tetap dan biaya variabel, sehingga sangat
berguna dalam analisis biaya-volume-laba dan impas. Demikian pula dengan anggaran fleksibel dan kartu
harga pokok standar, yang dapat dijadikan sumber data bagi analisis ini.
10
Titik impas dapat ditentukan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan persamaan
(linier) dan pendekatan grafik. Berikut ini dijelaskan masing-masing pendekatan tersebut :
a. Pendekatan persamaan
Analisis impas (break even) dan analisis biaya-volume-laba (CVP) didasarkan pada hubungan
akuntansi berikut :
Persamaan ini juga dapat dinyatakan dengan cara lain sebagai berikut :
Oleh karena total biaya tetap dan biaya variable per unit diasumsikan tetap (konstan)
dalam kisaran aktivitas (range of activity) yang dianalisis, maka hubungan dasar akuntansi
tersebut dapat dinyatan dalam bentuk persamaan linear ini :
TR = FC + (V x TR) + L
Dimana :
TR = Total Penghasilan
V = Biaya Variabel per Rp.1,00 penghasilan (total biaya variable dibagi total penghasilan)
L = Laba
Telah diuraikan dimuka bahwa tujuan analisis impas dan biaya-biaya laba untuk
menetukan volume penjuualan dan komposisi produk yang diperlukan untuk mencapai tingkat
laba yang ditargetkan (laba nol titik impas). Apabila perusahaan hanya memproduksi satu jenis
produk, maka variable yang tidak diketahui adalah volume penjualan. Volume penjualan ini dapat
diukur baik dalam satuan rupiah penjualan maupun unit produk.
TR – (V x TR) = FC + L
TR (1 – V) = FC + L
11
FC + L = Total Biaya Tetap + Laba
TR (BE) = (1 – V) = Contribution Margin per rupiah penjualan
Dengan demikian, untuk laba sama dengan nol, yang berarti tercapai kondisi impas, maka
titik impas (break event point) dapat satuan rupiah penjualan dapat ditenrtukan dengan cara
sebagai berikut :
Contribution margin per rupiah penjualan, yang sering dikenal dengan istilah contribution
margin ratio (C/M ratio) adalah bagian dari setiap satu rupiah penjualan yang tersedia untuk
menutup biaya tetap dan memberikan laba. Di bawah titik impas, contribution margin ini hanya
digunakan untuk menutup biaya tetap, sedangkan diatas titik impas, bagian dari penjualan ini
dapat digunakan untuk memberikan kenaikan laba.
Untuk memperjelas penentuan impas, berikut disajikan data yang diperoleh dari anggaran
fleksibel PT Intan Putri Sejati untuk tahun 1999 :
Atas dasar data ini, maka titik impas (break even point) dapat dihitung dengan cara sebagai
berikut :
Rp. 1.600.000,00
TR (BE)
1-( Rp. 3.600.000,00 / Rp. 6.000.000,00)
Atau
12
Rp. 1.600.000,00
TR (BE)
1-(Rp. 240,00 / Rp. 400,00 )
Dari contoh perhitungan ini dapat dilihat bahwa titik impas tercapai (yang berarti laba
sama dengan nol) pada tingkat penjualan sebesar Rp. 4.000.000,00. Apabila semua biaya tetap
telah dapat ditutup, maka setiap tambahan satu rupiah penjualan merupakan laba. Dengan
demikian, apabila tingkat penjualan impas telah dihitung, maka tingkat penjualan yang diperlukan
untuk mencapai laba yang ditargetkan dapat ditentukan dengan membagi laba dengan
contribution margin per rupiah penjualan, kemudian ditambahkan pada penjualan impas. Sebagai
comtoh, apabila laba yang ditargetkan sebesar Rp. 400.000,00 maka diperlukan penjualan sebesar
Rp. 1.000.000,00 diatas penuualan impas (Rp. 400.000.000,00 dibagi contribution margin per
rupiah penjualan Rp. 0,40). Dengan demikian diperlukan total penjualan sebesar Rp.
5.000.000,00 untuk mencapai laba Rp. 400.000,00.
Alternatif lain yang bisa dipakai untuk menentukan oejnjualan yang diperlukan untuk
mencapai laba yang ditargetkan adalah dengan cara menambahkan laba yang ditargetkan pada
total biaya tetap, dan kemudian dibagi dengan contribution margin per rupiah penjualan. Tingkat
penjualan yang ditentukan dengan alternatif cara ini adalah Rp. 5.000.000 seperti tampak pada
perhitungan berikut ini :
Oleh karena setiap unit produk dijual dengan harga Rp. 400,00 maka jumlah unit produk
yang harus dijual pada kondisi impas sebanyak 10.000 unit (Rp. 4.000.000,00 dibagi Rp. 400,00).
Sedangkan jumlah unit produk yang harus dijual untuk dapat mencapai target laba sebesar Rp.
400.000,00 adalah sebanyak 12.500 unit (Rp. 5.000.000,00 dibagi Rp. 400,00).
13
untuk memasukkan kuantitas produk, harga jual per unit dan biaya variable per unit, sehingga
persamaannya menjadi sebagai berikut :
TR = FC + (V x TR) + L
Oleh karena total penjualan sama dengan harga jual per unit dikalikan dengan total unit
yang dijual, dank arena total biaya variable sama dengan biaya variable per unit dikalikan dengan
total unit yang dijual, maka persamaanya tersebut menjadi sebagai berikut :
P x Q = FC + (VC x Q) + L
Dimana :
Pada persamaan linera baru ini, variable yang diketahui adalah Q, yaitu jumlah unit
(kuantitas) produk yang dijual, yaitu dihitung dengan cara sebagai berikut :
PxQ = FC + (VC X Q) + L
(P X Q)-(VC x Q) = FC + L
Q x (P-VC) = FC + L
Dengan menggunakan contoh dimuka, tingkat penjualan dalam unit yang diperlukan
untuk mencapai laba nol (impas) dan target laba sebesar Rp. 400.000,00 masing-masing adalah
10.000 unit dan 12.500 unit, yang dihitung dengan cara sebagai berikut :
14
FC + L = Rp. 1.600.000,00 + Rp. 400.000,00
Q =
(P – V)= (Rp. 400,00 – Rp. 240,00 )
b. Pendekatan Grafik
Penentuan impas juga dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan grafik, yaitu
dengan cara menggambar garis penghasilan dan biaya. Titik impas merupakan titik perpotongan
antara garis biaya dan garis penghasilan tersebut. Data yang diperlukan untuk membuat grafik ini
adalah ramalan penghasilan, biaya tetap dan biaya variable.
Perubahan pada komposisi penjualan dapat mengakibatkan variasi yang menarik pada
laba perusahaan( kadang-kadang membingungkan). Pergeseran komposisi dari high margin item
menuju ke low margin item air dapat mengakibatkan kenaikan laba, meskipun total penjualan
15
menurun. Dengan mempertimbangkan kemungkinan tersebut maka satu ukuran yang dapat
digunakan untuk mengukur efektivitas tenaga penjualan adalah komposisi penjualan yang
dicapainya.
Apabila perusahaan menjual lebih dari satu jenis produk, maka analisis impas akan
menjadi lebih kompleks. Alasannya, produk yang berbeda mempunyai harga jual, biaya variabel
dan contribution Margin yang berbeda pula. Konsekuensinya titik impas akan sangat bergantung
pada komposisi produk yang dijual.
Untuk memperjelas pengaruh komposisi penjualan terhadap penentuan impas, berikut ini
disajikan sebuah contoh perusahaan yang menjual tiga jenis produk, itu reguler Deluxe dan super.
Informasi yang berhubungan dengan ketiga produk ini adalah sebagai berikut:
Total biaya tetap perbulan adalah Rp 9.225. komposisi penjualan yang selama ini dicapai
oleh perusahaan masing-masing adalah 60% untuk jenis reguler, 30% untuk deluxe dan 10%
untuk super. Sebelum menghitung titik impas, terlebih dahulu harus dihitung kontribusition
margin rasio (atau kontribution margin) rata-rata pertimbangan dengan cara sebagai berikut:
16
= Rp9.22.000,00
Rp 123,00
= 75.000 unit
Komposisi penjualan untuk masing-masing produk pada kondisi impas ini adalah 45.000
unit untuk produk reguler (60%) 22.500 unit produk deluxe (30%) dan 7.500 unit untuk produk
super (10%) titik impas sebesar 75000 unit ini hanya berlaku sepanjang komposisi produk yang
dijual tidak berubah. Apabila komposisi tersebut berubah, maka titik impas juga akan berubah.
Sebagai contoh, apabila komposisi penjualan berubah menjadi 10% untuk produk reguler 30%
produk deluxe dan 60% untuk produk super, maka titik impas akan menjadi sebagai berikut.
Dari perhitungan ini tampak bahwa apabila komposisi penjualan produk yang dijual
berubah dari produk yang mempunyai margin rendah( mula-mula reguler yang mempunyai
margin paling rendah komposisi nya 60%) menjadi produk yang mempunyai margin tinggi( super
dengan margin paling tinggi komposisi 60%), maka titik impas ma mengalami penurunan dari
75.000 unit menjadi 40.000 unit. Ini berarti bahwa laba perusahaan akan mengalami ( pesan
makin mudah mencapai lebih yang ditargetkan)
17
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Analisis biaya-volume-laba merupakan faktor kunci dalam banyak keputusan, seperti pemilihan lini
produk, penentuan harga jual produk, strategi pemasaran dan pemanfaatan fasilitas produktif, bahkan di
dalam perusahaan analisis ini sangat membantu para manajer. Oleh karena luasnya manfaat yang dimiliki,
maka tidak dapat diragukan bahwa analisis ini merupakan alat terbaik yang dimiliki manajer untuk
menemukan potensi laba perusahaan.
Dalam analisis ini membahas tentang 4 konsep penting, yang meliputi pembahasan tentang
pengertian analisis biaya-olume-laba; asumsi yang mendasari analisis dan keterbatasan analisis; konsep
kontribution margin, penentuan impas; dan manfaat analisis simpel dan biaya-volume-laba untuk
mengembalikan keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
18
19