Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I PADA KLIEN GOUT


ARTRITIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN UTAMA NYERI AKUT
Dosen pembimbing : Ns. Edy Suryadi Amin, S.Kep., M.MKes., M.Kep

DISUSUN OLEH:
AINUN RISKIYAH
NIM. 33411901050

PRODI DIII KEPERAWATAN JURUSAN KESEHATAN


POLITEKNIK NEGERI MADURA
TAHUN 2020/2021
LEMBAR PERNYATAAN

Saya mahasiswa yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Ainun Riskiyah


NIM : 33411901050
Alamat : Desa Samatan, Kec. Proppo, Pamekasan
Judul : Asuhan keperawatan medical bedah 1 pada klien gout artritis
dengan masalah keperawatan utama nyeri akut

Menyatakan bahwa saya telah melaksanakan praktik klinik keperawatan Medikal


Bedah II sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Saya sampaikan laporan pelaksanaan
ini sebagai bukti nyata pelaksanaan Asuhan Keperawatan yang telah saya lakukan. Saya
bersumpah bahwa laporan ini bukan merupakan karya orang lain kecuali dalam bentuk
kutipan yang telah disebutkan sumbernya.
Demikian pernyataan ini saya buat, jika ada kesalahan yang terbukti sengaja saya
buat saya siap menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Pamekasan, 2021
Yang membuat pernyataan

Ainun Riskiyah
NRP. 33411901050
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Ainun Riskiyah


NIM : 33411901050
Alamat : Desa Samatan, Kec. Proppo, Pamekasan
Judul : Asuhan keperawatan medical bedah 1 pada klien gout artritis
dengan masalah keperawatan utama nyeri akut

Asuhan Keperawatan Medikal Bedah ini merupakan laporan yang disusun sesuai
dengan hasil pelaksanaan Asuhan Keperawatan sesuai dengan aslinya.

Laporan ini telah diteliti dan disetujui untuk dilanjutkan ke tahap ujian praktik
klinik keperawatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Pamekasan, 2021
Mahasiswa

Ainun Riskiyah
NRP. 33411901050

Mengetahui

Pembimbing PKK
Keperawatan Medikal Bedah

Ns. Edy Suryadi Amin, S.Kep., M.MKes., M.Kep


NIK. 197804172005011011
LEMBAR PERNYATAAN
BERSEDIA MENJADI PARTISPAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Ny. M
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Samatan, Kec. Proppo, Pamekasan
Hubungan dengan pasien : Keluarga
Menyatakan bahwa Mahasiswa
Nama : Ainun Riskiyah
Alamat : Desa Samatan, Kec. Proppo, Pamekasan
Benar-benar telah melaksanakan asuhan keperawatan pada keluarga saya. Saya juga
menyatakan bahwa mahasiswa tersebut selama melakukan perawatan kepada
keluarga saya tidak melakukan tindakan yang:

1. Melanggar protokol pencegahan covid 19


2. Merugikan saya dan keluarga
3. Tidak sopan dan berkomunikasi yang tidak baik
4. Tindakan lain yang sifatnya negatif.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk digunakan
sebagaimana mestinya.

Pamekasan, 2021
Yang membuat pernyataan

Ny. M
I. Konsep Dasar Gout Arthritis
1.1 Definisi
Asam urat (uric acid - dalam bahasa Inggris) adalah hasil akhir dari
katabolisme (pemecahan) purin. Purin adalah salah satu kelompok struktur
kimia pembentukan DNA. Termasuk kelompok purin adalah Adenosin dan
Guanosin. Saat DNA dihancurkan, purinpun akan dikatabolisme (Ode,
2012).
Asam urat adalah asam yang berbentuk kristal-kristal yang
merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan
nucleoprotein), yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada
inti sel-sel tubuh. Secara alamiah, purin terdapat dalam tubuh kita dan
dijumpai pada semua makanan dari sel hidup, yakni makanan dari tanaman
(sayur, buah, dan kacang-kacangan) ataupun hewan (daging, jeroan, ikan
sarden, dan lain sebagainya) (Ode, 2012).
Gout adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan penumpukan asam
urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian
atas, pergelangan dan kaki bagian tengah (Aspiani, 2014).
Gout merupakan gangguan metabolik yang ditandai dengan artritis
inflamasi akut yang dipicu oleh kristalisasi urat dalam sendi. Gout terjadi
sebagai respon terhadap produksi berlebihan atau ekskresi asam urat yang
kurang, menyebabkan tingginya kadar asam urat dalam darah
(hiperurisemia) dan pada cairan tubuh lainnya, termasuk cairan synovial.
Gangguan progresif khas ini ditandai dengan penumpukan urat (endapan
yang tidak larut) dalam sendi dan jaringan ikat tubuh. Gout biasanya
memiliki awitan tiba-tiba, biasanya di malam hari, dan seringkali
melibatkan sendi metatarsophalangeal pertama (jari kaki besar). Serangan
akut awal biasanya diikuti oleh periode selama beberapa bulan atau
beberapa tahun tanpa manifestasi. Seiring dengan kemajuan penyakit, urat
menumpuk di berbagai jaringan ikat lain. Penumpukan dalam cairan
synovial menyebabkan inflamasi akut sendi (artritis gout). Seiring dengan
waktu, penumpukan urat dalam jaringan subkutan menyebabkan
pembentukan nodul putih kecil yang disebut tofi. Penumpukan kristal dalam
ginjal dapat membentuk batu ginjal urat dan menyebabkan gagal ginjal
(LeMone, 2015).
Gout adalah suatu kumpulan gejala yang timbul akibat adanya
deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi
asam urat di dalam cairan ekstraselular. Istilah tersebut perlu dibedakan
dengan hiperurisemia, yaitu peninggian kadar asam urat serum lebih dari
7,0 mg/dL pada laki-laki dan 6,0 mg/dL pada perempuan. Hiperurisemia
adalah gangguan metabolisme yang mendasari terjadinya gout (Tanto,
2014).
1.2 Anatomi Fisiologi
Anatomi dari sendi lutut terbagi dalam beberapa struktur jaringan
yaitu komponen tulang, komponen jaringan lunak, dan jaringan saraf serta
jaringan pembuluh darah (Flandry & Hommel 2011).
a. Komponen tulang dari sendi lutut antara lain femur, patella, tibia,
dan fibula.
b. Komponen jaringan lunak
c. Sendi lutut adalah sendi yang terdiri dari dua buah sendi condyloid
dan satu buah sendi sellar (artikulasi patellofemoral). Sendi lutut
tertutup dalam kapsul sendi yang memiliki suatu resesus
posterolateral dan posteromedial yang memanjang ke arah distal
permukaan subkondral dari tibial plateu. Condylus femoral lateral
dan medial berartikulasi dengan facet tibial.
1) Kapsul Sendi Kapsul sendi khusus berisi lapisan fibrous
external (kapsul fibrous) dan membran synovial internal yang
melapisi permukaan internal dari celah artikular yang tidak
dilapisi kartilago artikular. Lapisan fibrous menempel ke
femur pada bagian superior, sebelah proksimal dari margin
artikular kondilus. Di bagian inferior lapisan fibrous
berlekatan dengan margin dari permukaan artikular tibia (tibial
plateau) kecuali pada tempat di mana tendon popliteus
menyilang tulang. Tendon quadriceps, patella, dan ligamen
patellar berperan sebagai kapsul di bagian anterior.
2) Membran sinovial Membran sinovial yang tebal melapisi
bagian internal dari kapsul fibrous dan berlekatan ke perifer
dari patella dan tepi meniskus. Membran synovial melapisi
dari aspek posterior sendi ke anterior menuju regio
intercondylar, menutupi ligament cruciate dan lapisan lemak
infrapatellar.
3) Meniskus (Makris et al. 2011) Meniskus merupakan suatu
diskus fibrokartilago berbentuk bulan sabit yang berada di
antara condylus femur dan tibial plateau. Meniskus bagian
medial berbentuk seperti huruf “C” dan kurang mobile karena
terfiksir oleh ligamen coronary dan kapsul. Sedangkan
meniskus lateral berbentuk sirkular dan lebih mobile sehingga
lebih sering mengalami robekan pada cedera ligamen
crutiatum anterior(Mclean et al. 2010).
4) Ligamen (Bowman & Sekiya 2010) Ligamen memegang
peranan dalam mempertahankan stabilitas sendi lutut.
Terdapat limaligamen ekstrakapsular yang memperkuat kapsul
sendi yaitu : ligamen patella, ligamen kolateral fibula, ligamen
kolateraltibialis, ligamen poplitea oblique, dan ligamen
poplitea arkuata.
5) Otot dan tendon Otot dan tendon pada sendi lutut memberikan
stabilitas dinamis. Otot pada betis bawah terdiri dari empat
kompartemen yaitu anterior, lateral, posterior superficial,
posterior profundus(Bs & Johanson 2009)
6) Saraf Saraf dari sendi lutut adalah cabang artikular dari saraf
femoral, tibia, dan fibula communis, serta saraf obturator dan
saphena . Tetapi tiga macam saraf yang penting dalam anatomi
sendi lutut yaitu saraf tibial, saraf common peroneal, dan saraf
kutaneous
7) Vaskular Vaskularisasi daerah lutut berhubungan dengan
vaskularisasi daerah cruris. Arteri yang menyuplai sendi lutut
adalah 10 pembuluh darah yang membentuk anastomosis
genicular periarticular di sekitar lutut yaitu : cabang genicular
dari femoral, poplitea, serta cabang anterior dan posterior
rekuren dari arteri rekuren tibialis anterior dan arteri fibula
sirkumfleks.
8) Bursa (Flandry & Hommel 2011) Terdapat 12 bursa di sekitar
sendi lutut karena sebagian tendon berjalan sejajar dengan
tulang. Bursa prepatellar subkutan dan bursa infrapatellar
terletak di permukaan cembung sendi, yang memungkinkan
kulit untuk dapat bergerak bebas selama gerakan lutut. Empat
bursa berkomunikasi dengan rongga artikular sendi lutut yaitu:
bursa suprapatellar (di dalam quadriceps distal), bursa
popliteus, bursa anserine, dan bursa gastrocnemius.
1. 3 Etiologi
Penyebab utama tejadinya gout adalah karena adanya
deposit/penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat
sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan
kelainan metabolik dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang
kurang dari ginjal (Aspiani, 2014).
Secara umum, ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan
terjadinya gout. Genetik, gangguan monogenic yang mengakibatkan
kelebihan produksi asam urat melalui kecacatan enzim dalam
memetabolisme purin. Jenis kelamin dan usia, laki- laki memiliki tingkat
asam urat tinggi dari perempuan dan peningkatan jumlah gout pada semua
usia. Hormon estrogen memiliki efek urikosurik, hal ini yang membuat
gout terjadi sangat jarang pada perempuan khususnya sebelum menopouse.
Penuaan merupakan risiko penting bagi laki – laki dan perempuan, karena
berkurangnya fungsi ginjal didalam tubuh. Diet, juga salah satu penyebab
terjadinya gout karena gaya hidup yang kaya sehingga banyak
mengkonsumsi daging dan minuman alkohol (Albertoni et al, 2012).
Klasifikasi asam urat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Asam urat primer
Penyebabnya belum diketahui (idiopatik), diduga berkaitan
dengan kombinasi faktor genetic dan faktor hormonal yang
menyebabkan gangguan metabolism yang dapat mengakibatkan
meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena
kurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.
b. Asam urat sekunder
Penyebabnya antara lain karena meningkatnya produksi
asam urat karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan
kadar purin yang tinggi
1.4 Tanda dan Gejala
Tahapan gout ada 4 fase yaitu:
a. Tanpa gejala (stadium I)
Pada tahap ini terjadi kelebihan asam urat (hiperurisemia) tetapi
tidak menimbulkan gejala klinik. Penderitan hiperurisemia ini harus
di upayakan untuk menurunkan kelebihan urat tersebut dengan
mengubah pola makan atau gaya hidup.
b. Gout akut (Stadium II)
Pada tahap ini gejalanya muncul tiba– tiba dan biasanya menyerang
satu atau beberapa persendian. Sakit yang di rasakan penderita
sering di mulai di malam hari, dan rasanya berdenyut-denyut atau
nyeri seperti di tusuk jarum. Persendian yang terserang meradang,
merah, terasa panas dan bengkak. Rasa sakit pada persendian
tersebut mungkin dapat berkurang dalam beberapa hari, tapi bisa
muncul kembali pada interval yang tidak menentu. Serangan awal
gout berupa nyeri yang berat, bengkak dan berlangsung cepat, lebih
sering di jumpai pada ibu jari kaki. Ada kalanya serangannyeri di
sertai kelelahan, sakit kepala dan demam. Serangan susulan
biasanya berlangsung lebih lama, pada beberapa penderita berlanjut
menjadi artritis gout yang kronis, sedang di lain pihak banyak pula
yang tidak akan mengalaminya lagi.
c. Gout Interkritikal (Stadium III)
Tidak terdapat tanda gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung
dari beberapa bulan bahkan tahun. Pada tahap ini penderita
mengalami serangan asam urat yang berulang–ulang tapi waktunya
tidak menentu dalam waktu setahun jika tidak diobati. .
d. Gout Kronis (Stadium IV)
Pada tahap ini masa kristal asam urat (tofi) menumpuk di berbagai
wilayah jaringan lunak tubuh penderitanya. Penumpukan asam urat
yang berakibat peradangan sendi tersebut bisa juga di cetuskan oleh
cidera ringan akibat memakai sepatu yang tidak sesuai ukuran kaki,
selain terlalu banyak makan yang mengandung senyawa purin
(misal jeroan), konsumsi alkohol, tekanan batin (stress), karena
infeksi atau efek samping penggunaan obat–obat tertentu (diuretik).
1.5 Pathofisiologi
Asam urat merupakan produk pemecahan meabolisme purin.
Normalnya, keseimbangan terjadi antara produksi dan ekskresi, dengan
sekitar dua pertiga jumlah yang dihasilkan setiap hari dikeluarkan oleh
ginjal dan sisanya dalam feses. Kadar asam urat serum normalnya
dipertahankan antara 3,5 dan 7,0 mg/dL pada pria dan 2,8 dan 6,8 mg/dL
pada wanita. Pada tingkat yang lebih besar dari 7,0 mg/dL, serum tersaturasi
dengan urat, bentuk asam urat terionisasi. Saat peningkatan konsentrasi ,
plasma menjadi supersaturasi, menciptakan risiko pembentukan kristal
monosodium urat. Sebagian besar waktu, hiperurisemia terjadi dari ekskresi
asam urat yang kurang oleh ginjal, produksi berlebihan terjadi pada
hiperurisemia pada hanya sekitar 10% individu.
Pada hiperurisemia, peningkatan kadar urat ada dalam cairan
ekstraseluler lain, termasuk cairan sinavial, dan juga pada plasma. Akan
tetapi, cairan synovial merupakan pelarut yang buruk untuk urat daripada
plasma, meningkatkan resiko untuk pembentukan kristal urat. Kristal
monosodium urat dapat terbentuk dalam cairan synovial atau dalam
membrane synovial, kartilago, atau jaringan ikat sendi lainnya. Kristal
cenderung terbentuk pada jaringan perifer tubuh, sementara itu suhu yang
lebih rendah mengurangi kelarutan asam urat. Kristal juga terbentuk di
jaringan ikat dan ginjal. Kristal ini menstimulasi dan melanjutkan proses
inflamasi, selama neutrofil berespons dengan ingesti kristal. Neutrofil
melepaskan fagolisosom, menyebabkan kerusakan jaringan, yang
menyebabkan terjadinya inflamasi terus-menerus. Pada akhirnya, proses
inflamasi merusak kartilago sendi dan tulang yang menyertai (LeMone,
2015).
1.5 WOC

Makanan Tinggi
Purin

Gangguan metabolisme
Asam Urat

Hiperurisemia

Pelepasan Kristal
monosodium urat (Gout)

Penimbunan Kristal
urat

Pengendapan Kristal pada Pengendapan Kristal


sendi (synovial dan kartilago) pada ginjal

Erosi tulang rawan dan


Inflamasi Batu ginjal
pembentukan panus

Nyeri akut Degenerasi tulang


rawan

Tofi

Kekakuan sendi Gangguan mobilitas


fisik
1.6 Komplikasi
Terdapat beberapa komplikasi pada penyakit gout arthritis ini yaitu:
a. Deformitas atau perubahan bentuk pada persendian yang terserang
b. Urolitiasis atau penumpukan batu ginjal akibat deposit Kristal urat
pada saluran kemih
c. Nephrophaty atau kerusakan ginjal akibat deposit Kristal urat dalam
intertisial ginjal
d. Hipertensi ringan
e. Proteinuria/albuminuria adalah kondisi urine atau air kencing
mengandung jumlah albumin yang tidak normal. Albumin
merupakan salah satu jenis protein dalam darah. Kondisi ini
bukanlah penyakit, tetapi merupakan gejala yang bisa menandakan
penyakit tertentu.
f. Gangguan parenkim ginjal dan batu ginjal (Aspiani, 2014).
Penyakit ginjal dapat terjadi pada pasien gout yang tidak ditangani,
terutama ketika hipertensi juga ada. Kristal urat menumpuk di jaringan
interstisial ginjal. Kristal asam urat juga terbentuk dalam tubula pengumpul,
pelvis ginjal, dan ureter, membentuk batu. Batu dapat memiliki ukuran yang
beragam dari butiran pasir hingga struktur masif yang mengisi ruang ginjal.
Batu asam urat dapat berpotensi mengobstruksi aliran urine dan
menyebabkan gagal ginjal akut (LeMone, 2015).
1.7 Pengobatan
a. Farmakologi :
1) Stadium I (Asimtomatik)
a) Biasanya tidak membutuhkan pengobatan.
b) Turunkan kadar asam urat dengan obat-obat urikosurik dan
penghambat xanthin oksidase.
2) Stadium II (Artritis Gout akut)
a) Kalkisin diberikan 1 mg (2 tablet) kemudian 0,5 mg (1 tablet)
setiap 2 jam sampai serangan akut menghilang.
b) Indometasin 4 x 50 mg sehari.
c) Fenil butazon 3 x 100-200 mg selama serangan, kemudian
diturunkan.
d) Penderita ini dianjurkan untuk diet rendah purin, hindari
alkohol dan obat-obatan yang menghambat ekskresi asam
urat.
3) Stadium III (Interkritis)
a) Hindari faktor pencetus timbulnya serangan seperti banyak
makan lemak, alkohol dan protein, trauma dan infeksi.
b) Berikan obat profilaktik (Kalkisin 0,5-1 mg indometasin tiap
hari).
4) Stadium IV (Gout Kronik)
a) Alopurinol 100 mg 2 kali/hari menghambat enzim xantin
oksidase sehingga mengurangi pembentukan asam urat.
b) Obat-obat urikosurik yaitu prebenesid 0,5 g/hari dan
sulfinpyrazone (Anturane) pada pasien yang tidak tahan
terhadap benemid.
c) Tofi yang besar atau tidak hilang dengan pengobatan
konservatif perlu dieksisi (Aspiani, 2014).
b. Nonfarmakologi :
1) Kompres hangat Berguna untuk melancarkan sirkulasi darah,
menurunkan rasa nyeri
2) Membatasi asupan purin atau rendah purin Pada diet normal, asupan
purin biasanya mencapai 600-1000 mg per hari. Namun penderita
asam urat harus membatasi menjadi 120-150 mg per hari. Purin
merupakan salah satu bagian dari protein. Membatasi asupan purin
berarti juga mengurangi konsumsi makanan yang berprotein tinggi.
Asupan protein yang dianjurkan bagi penderita asam urat sekitar 50-
70 gram bahan mentah per hari atau 0,8-1 gram/kg berat badan/hari
2)
3) Asupan energi sesuai dengan kebutuhan Jumlah asupan energi harus
disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi badan
dan berat badan. 3)
4) Mengonsumsi lebih banyak karbohidrat Jenis karbohidrat yang
dianjurkan untuk dikonsumsi penderita asam urat adalah karbohidrat
kompleks seperti nasi, singkong, roti, dan ubi. Karbohidrat
kompleks ini sebaiknya dikonsumsi tidak kurang dari 100 gram per
hari, yaitu sekitar 65-75% dari kebutuhan energi total. 4)
5) Mengurangi konsumsi lemak Makanan yang mengandung lemak
tinggi seperti jeroan, seafood, makanan yang digoreng, makanan
yang bersantan, margarin, mentega, avokad, dan durian sebaiknya
dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya hanya 10-15% kebutuhan
energi total.
6) Mengonsumsi banyak cairan Penderita rematik dan asam urat
disarankan untuk mengonsumsi cairan minimum 2,5 liter atau 10
gelas sehari. Cairan ini bisa diperoleh dari air putih, teh, kopi, cairan
dari buah-buahan yang mengandung banyak air seperti: apel, pir
jeruk, semangka, melon, blewah, dan belimbing. 6)
7) Tidak mengonsumsi minuman beralkohol Alkohol akan
meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat ini bisa menghambat
pengeluaran asam urat dari tubuh. Karena itu, orang yang sering
mengonsumsi minuman beralkohol memiliki kadar asam urat yang
lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak
mengonsumsinya. 7)
8) Mengonsumsi cukup vitamin dan mineral. Konsumsi vitamin dan
mineral yang cukup, sesuai dengan kebutuhan tubuh akan dapat
mempertahankan kondisi kesehatan yang baik (Ode, 2012).
II. Konsep Asuhan Keperawatan
2.1 Pengkajian
a. Pengkajian Data Umum
1) Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin (wanita mengalami peningkatan resiko
gout artritis setelah menopause, kemudian resiko mulai meningkat
pada usia 45 tahun dengan penurunan level estrogen karena estrogen
memiliki efek urikosurik, hal ini menyebabkan gout artritis jarang
pada wanita muda) (Widyanto, 2014), alamat,agama, bahasa yang
digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi
kesehatan, golongan darah, nomor register, tanggal MRS, dan
diagnosa medis.
2) Riwayat kesehatan klien
a) Keluhan utama
Umumnya pada kasus gout adalah nyeri pada sendi
metatarsofalangeal ibu jari kaki kemudian serangan bersifat
poli artikular. Gout biasanya mengenai satu atau beberapa
sendi. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang
nyeri klien, perawat dapat menggunakan metode PQRST.
1. Provoking Incident : hal yang menjadi faktor
presipitasi nyeri adalah gangguan metabolisme purin
yag ditandai dengan hiperurisemia dan serangan
sinovitis akut berulang.
2. Quality of Pain : nyeri yang dirasakan bersifat
menusuk.
3. Region, Radiation, Relief : nyeri pada sendi
metatarsofalangeal ibu jari kaki.
4. Severity (Scale) of Pain : nyeri yang dirasakan antara
skala 1-8 pada rentang pengukuran 1-10. Tidak ada
hubungan antara beratnya nyeri dan luas kerusakan
yang terlihat pada pemeriksaan radiologi.
5. Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah
bertambah buruk pada malam hari atau siang hari )
b) Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data dilakukan sejak munculnya
keluhan dan secara umum mencakup awitan gejala dan
bagaimana gejala tersebut berkembang. Penting ditanyakan
berapa lama pemakaian obat analgesik.
c) Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan
penyebab yang mendukung terjadinya gout (misalnya:
penyakit gagal ginjal kronis, leukimia, hiperpratiroidisme).
Masalah lain yang perlu ditanyakan adalah pernahkah klien
dirawat dengan masalah yang sama. Kaji adanya pemakaian
alkohol yang berlebihan, penggunaan obat diuretik.
d) Riwayat penyakit keluarga
Kaji adakah keluarga dari generasi terdahulu yang
mempunyai keluhan sama dengan klien karena klien gout
dipengaruhi oleh faktor genetik. Ada produksi/sekresi asam
urat yang berlebihan dan tidak diketahui penyebabnya.
e) Riwayat Psikososial
Kaji respons emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat.
Respons yang didapat meliputi adanya kecemasan individu
dengan rentang variabel tingkat kecemasan yang berbeda
dan berhubungan erat dengan adanya sensasi nyeri,
hambatan mobilitas fisik akibat respons nyeri, dan
ketidaktahuan akan program pengobatan dan prognosis
penyakit dan peningkatan asam urat pada sirkulasi.
3) Pemeriksaan fisik
a) Pengkajian umum
1. Tingkat kesadaran : komposmentis, apatis, somnolen,
sopor, koma
2. Keadaan umum : sakit ringan, sedang, berat
3. Keadaan gizi : tinggi badan dan berat badan dengan gizi
baik, sedang, buruk
4. Tanda-tanda vital : suhu tubuh normal, tekanan darah
normal atau meningkat, nadi normal atau takikardi,
pernafasan dapat normal atau meningkat.
b) Pengkajian system tubuh
1. System pernafasan : tidak ada nyeri tekan, dada simetris,
tidak ada suara nafas tambahan
2. Kepala dan wajah : ada sianosis
3. Mata : sclera tidak ikterik, konjungtiva normal
4. Sistem kardiovaskuler : pengisian kapiler kurangdari 1
detik, sering ditemukan keringat dingin dan pusing akibat
nyeri
5. System bowel : Kebutuhan eliminasi pada kasus gout
tidak ada gangguan, tetapi tetap perlu dikaji frekuensi,
konsistensi, warna, serta bau feses. Selain itu, perlu dikaji
frekuensi, kepekatan, warna, bau, dan jumlah urine. Klien
biasanya mual, mengalami nyeri lambung, dan tidak nafsu
makan, terutama klien yang memakai obat analgesic dan
anti hiperurisemia.
6. Muskuloskletal : nyeri sendi, kaku, terasa panas.
4) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan kadar asam urat dalam darah (normal : pria 4,0-
8,5 mg/dl, wanita 2,5-7,5 mg/dl)
b) Tes urine
c) Tes cairan synovial, fisis, inflamasi, infeksi
d) X-Ray, MRI, Bone Scan untuk melihat perubahan pada
struktur tulang dan kartilago.
2.2 Pengkajian data focus
a. Pengkajian penyebab
Pengkajian faktor penyebab dalam studi kasus ini merupakan
kumpulan kemungkinan faktor yang menjadi penyebab munculnya
masalah keperawatan yaitu :
1) Nyeri akut :
a) Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia,
neoplasma)
b) Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia
iritan)
c) Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma,
latihan fisik berlebih)
2) Gangguan mobilitas fisik :
a) Kerusakan integritas struktur tulang
b) Perubahan metabolism
c) Ketidakbugaran fisik
d) Penurunan kendali otot
e) Penurunan massa otot
f) Penurunan kekuatan otot
g) Keterlambatan perkembangan
h) Kekakuan sendi
i) Kontraktur
j) Malnutrisi
k) Gangguan musculoskeletal
l) Gangguan neuromuscular
m) Indeks massa tubuh diatas persentilke-75 sesuai usia
n) Efek agen farmakologis
o) Program pembatasan gerak
p) Nyeri
q) Kurang terpapar informasi tentang aktivitas
r) Kecemasan
s) Gangguan kognitif
t) Keengganan melakukan pergerakan
u) Gangguan sensoripersepsi
b. Pengkajian data mayor
Pengkajian data mayor merupakan unsur data yang harus terpenuhi
dalam penegakan diagnosa keperawatan, jumlah data mayor harus
terpenuhi lebih dari 80% untuk menegakkan diagnosa
keperawatan. Data mayor sesuai dengan masalah keperawatan
dalam studi kasus ini yaitu sebagai berikut :
1) Nyeri akut :
a) Data subjektif : Mengeluh nyeri
b) Data objektif : tampak meringis, bersikap protektif, gelisah,
frekuensinadi meningkat, sulit tidur
2) Gangguan mobilitas fisik :
a) Data subjektif : mengeluh sulit tidur
b) Data objektif : kekuatan otot menurun, rentang gerak
menurun
c. Pengkajian data minor
Pengkajian data minor merupakan unsur data yang boleh terpenuhi
dalam penegakan diagnosa keperawatan, jumlah data minor tidak
mutlak harus terpenuhi 100% untuk menegakkan diagnosa
keperawatan. Data minor sesuai dengan masalah keperawatan
dalam studi kasus ini yaitu sebagai berikut :
1) Nyeri akut :
a) Data subjektif : (tidak tersedia)
b) Data objektif : tekanan darah meningkat, pola nafas
berubah, nafsumakan berubah, proses berfikir terganggu,
menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaphoresis.
2) Gangguan mobilitas fisik :
a) Data subjektif : nyeri saat bergerak, enggan melakukan
pergerakan, merasa cemas saat bergerak
b) Data objektif : sendi kaku, gerakan sendi tidak
terkoordinasi, gerakan terbatas, fisik lemah
d. Pengkajian kondisi klinis terkait
Pengkajian keadaan klinis terkait merupakan kumpulan keadaan
yang bisa berhubungan atau terikat langsung maupun tidak
langsung dengan masalah keperawatan dalam studi kasus ini,
keadaan klinis terkait meliputi :
1) Nyeri akut :
a) Kondisi pembedahan
b) Cedera traumatis
c) Infeksi
d) Sindrom coroner akut
e) Glaucoma
2) Gangguan mobilitas fisik :
a) Stroke
b) Cedera medulla spinalis
c) Trauma
d) Fraktur
e) Ostheoarthritis
f) Osteomalasia
g) Keganasan
2.3 Analisa data dan Diagnosa
a. Analisa data
Analisa data merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan
daya berfikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu
dan pengetahuan, pengalaman dan pengertian keperawatan. Sesuai
dengan hasil pengkajian, maka analisa data dalam studi kasus ini
disusun sebagai berikut:
No Data Problem Etiologi
1 Data subjektif : Nyeri akut 1) Agen pencedera
mengeluh nyeri fisiologis (mis.
Data objektif : Inflamasi, iskemia,
tampak meringis, neoplasma)
gelisah, bersikap 2) Agen pencedera kimiawi
protektif (waspada, (mis. Terbakar, bahan
kimia iritan)
posisi menghindari
3) Agen pencedera fisik
nyeri), frekuensi nadi (mis. Abses, amputasi,
meningkat, sulit tidur terbakar, terpotong,
mengangkat berat,
prosedur operasi, trauma,
latihan fisik berlebih)

2 Data subjektif : Gangguan 1) Kerusakan integritas


mengeluh sulit tidur mobilitas struktur tulang
Data objektif : fisik 2) Perubahan metabolism
kekuatan otot 3) Ketidakbugaran fisik
menurun, rentang 4) Penurunan kendali otot
gerak menurun 5) Penurunan massa otot
6) Penurunan kekuatan otot
7) Keterlambatan
perkembangan
8) Kekakuan sendi
9) Kontraktur
10) Malnutrisi
11) Gangguan
musculoskeletal
12) Gangguan
neuromuscular
13) Indeks massa tubuh
diatas persentilke-75
sesuai usia
14) Efek agen farmakologis
15) Program pembatasan
gerak
16) Nyeri
17) Kurang terpapar
informasi tentang
aktivitas
18) Kecemasan
19) Gangguan kognitif
20) Keengganan melakukan
pergerakan
21) Gangguan
sensoripersepsi

b. Diagnosa
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respons
individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau
proses kehidupan aktual ataupun potensial sebagai dasar pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil tempat perawat
bertanggung jawab (Febri, 2018). Diagnosa keperawatan dalam studi
kasus ini disesuaikan dengan hasil pengkajian dan analisa data.
Penulisan diagnosa keperawatan disesuaikan dengan pedoman atau
panduan dalam penulisan Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) yaitu :
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
ditandai dengan klien mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah,
bersikap protektif, frekuensi meningkat, sulit tidur.
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai
dengan klien mengeluh sulit tidur, kekuatan otot menurun,
rentang gerak menurun

2.4 Intervensi keperawatan


Intervensi keperawatan merupakan segala treatment yang dikerjakan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai27 luaran (outcome) (PPNI T. P., 2018). Intervensi keperawatan
dalam studi kasus ini disesuaikan dengan buku Standart Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) yang terdiri dari intervensi utama dan
intervensi tambahan, masing-masing intervensi memiliki tindakan
keperawatan. Intervensi dalam studi kasus ini dijabarkan sebagai berikut:
Intervensi utama :
1) Dx 1 Nyeri akut : Manajemen nyeri
Manajemen nyeri memiliki beberapa tindakan sebagai berikut :
a) Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri nonverbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
b) Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (kompres hangat/dingin)
2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
c) Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
d) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
2) Dx 2 Gangguan mobilitas fisik : Dukungan ambulasi
a) Observasi
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
sebelum memulai ambulasi
4. Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
b) Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis.
Tongkat,kruk)
2. Fasilitasi melakukan mobilisasi jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
c) Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
2. Anjurkan melakukan ambulasi dini
3. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan
(mis. Berjalan dari tempat tidur kekursi, ke kamar
mandi, berjalan sesuai toleransi)
2.5 Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
(independen) adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan
atau keputusan sendiri merupakan petunjuk atau perintah dari petugas
kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil
keputusan bersama, seperti dokter dan petugas kesehatan lain.
2.6 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk
menilai apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau
tidak untuk mengatasi suatu masalah (Meirisa, 2013 dalam Inayah, 2016).
Evaluasi keperawatan dalam studi kasus ini meliputi evaluasi sesuai dengan
buku Standart Luaran Keperawatan Indoensia (SLKI). Hasil akhir yang
diharapkan pada asuhan keperawatan klien gout adalah sebagai berikut :
a. Nyeri berkurang atau terjadi perbaikan tingkat kenyamanan
b. Meningkatkan atau mepertahankan tingkat mobilitas
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standart Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Hari Susanto. 2018. Asuhan Keperawatan Pasien Gout Artritis. Universitas
Jember. https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/88184 (diakses
tanggal 24 February 2021).
https://id.scribd.com/doc/293990656/gout-arthritis (diakses tanggal 25 Februari
2021)
https://www.halodoc.com/kesehatan/artritis-gout (diakses tanggal 25 Februari
2021)

Anda mungkin juga menyukai