Efektivitas Penggunaan Film Dalam Mengajar Pronounciation
Efektivitas Penggunaan Film Dalam Mengajar Pronounciation
Lina Herlina
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) apakah menonton film efektif untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam pronunciation dan (2) tanggapan siswa
terhadap penggunaan film dalam meningkatkan kemampuan pronunciation mereka..
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif di Sekolah Menengah Atas Swasta di
Sukabumi. Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA 1 dan X IPA 2 yang
berjumlah 60 siswa. Data dikumpulkan dari tes dan wawancara. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa penggunaan film dalam pembelajaran pronunciation tidak begitu
berarti. Namun, siswa menyambut positif film sebagai media pembelajaran. Selain itu,
penggunaan film dalam kegiatan belajar terbukti meningkatkan motivasi siswa dalam
belajar bahasa Inggris. Penelitian ini menyarankan agar film dimanfaatkan sebagai salah
satu media pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
Abstract
This study aimed to discover (1) whether watching film is effective to improve students’
pronunciation ability and (2) the students’ responses toward film in improving their
pronunciation. The study applied a quantitative study in a private High School in
Sukabumi. The participants of this study were class X Science 1 and X Science 2 with
total 60 students. The data were gathered from test and interview. The result of this
study showed that the use of film in teaching English pronunciation does not give major
improvement. However, the students responded positively toward film as teaching
media. Furthermore, the use of film in teaching enhances students’ motivation in
learning English. This research suggests that the use of film could be useful for
educational purpose.
1
Jurnal BELAINDIKA. Volume 02 Nomor 02 Tahun 2020, 1 - 9
3
Jurnal BELAINDIKA. Volume 02 Nomor 02 Tahun 2020, 1 - 9
memberikan masukan ekstensif dari penutur 2007), peneliti akan membatasi tes dan
asli atau non-penutur asli yang fasih (seperti memperoleh skor dari pre-test dan post-test.
melalui film atau film) kepada siswa adalah Peneliti akan menguji kemampuan
salah satu cara terpenting untuk meningkatkan pronunciation beberapa kosakata siswa pada
kemahiran berbicara siswa tersebut. Lebbih awal penelitian (pre-test) dan pada akhir
jauh lagi, Sherman (2003) menyatakan bahwa penelitian (post-test). Siswa akan diuji
mata menerima masukan lebih cepat daripada berdasarkan tiga aspek; pronunciation,
telinga. Oleh karena itu, jika suatu informasi intonasi, dan tekanan.
dikirim dalam dua bentuk, rekaman suara dan
animasi, seseorang akan dapat menerima Pre-test
informasi yang ditransfer melalui animasi Peneliti memberikan pre-test kepada siswa
lebih cepat dibandingkan dengan rekaman di awal pengajaran untuk mengetahui
suara. Hal ini bisa menjelaskan mengapa penguasaan pronunciation bahasa Inggris
penggunaan film dalam mengajar mereka. Peneliti menyiapkan naskah dan
keterampilan berbicara bahasa Inggris harus kosakata yang dipilih dari naskah. Dalam pre-
didorong. test ini, pronunciation siswa dicatat dan
mereka diminta untuk mengucapkan beberapa
kata untuk mendapatkan skor. Kata-kata yang
METODE dipilih termasuk dalam aspek pronunciation,
seperti: pronunciation (suara individu dan
Penelitian ini menggunakan metode
suara kombinasi), intonasi (ekspresi dan nada
kuantitatif yang menjelaskan fenomena
level), dan tekanan (kata-kata sederhana).
dengan mengumpulkan data numerik yang
dianalisa menggunakan metode berbasis
Post-test
matematis (Aliaga dan Gunderson, 2002, p.1).
Usai treatment, siswa juga diberi kata-kata
Desain penelitian adalah eksperimen semu
yang sama dari pre-test. Dalam tahap ini,
yaitu desain pre-test post-test non-equivalent.
peneliti juga mencatat pronunciation siswa
Cook dan Campbell (1979) menyatakan
dan mengambil nilai akhir siswa.
bahwa eksperimen semu mirip dengan
eksperimen yang sebenarnya dalam segala hal
Wawancara
tetapi eksperimen semu tidak menggunakan
Wawancara terdiri dari lima pertanyaan
tugas acak untuk membuat kesimpulan dari
yang harus dijawab. Wawancara dilakukan
selisih sebelum dan sesudah treatment.
untuk menjawab pertanyaan penelitian
mengenai respon siswa terhadap film sebagai
Tempat dan Subjek Penelitian
media pembelajaran untuk meningkatkan
Penelitian dilakukan di salah satu Sekolah
kemampuan pronunciation.
Menengah Atas Swasta di Sukabumi, Jawa
Barat. Alasan pemilihan sekolah sebagai
Analisis data
lokasi penelitian adalah karena sekolah
Untuk menghitung data, peneliti
tersebut relatif mudah dijangkau. Pemilihan
menggunakan rumus t-test yang diadaptasi
ruang kelas didasarkan pada diskusi dengan
dari buku Anas Sudijono untuk mengetahui
guru kelas. Penelitian ini menggunakan dua
apakah terdapat perbedaan yang signifikan
ruang kelas yang terdiri dari siswa kelas X
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
IPA 1 dan X IPA 2 yang berjumlah 60 siswa.
Rumus t-test yang digunakan dalam penelitian
Para siswa diamati selama pelajaran bahasa
ini adalah sebagai berikut:
Inggris berlangsung.
Pengumpulan data t0 =
Tes Setelah mendapatkan t-test, peneliti
Pengumpulan data dilakukan dengan tes. menentukan tingkat signifikansi yang akan
Karena pengujian sangat ekstensif (Cohen, digunakan untuk menguji hipotesis nol.
5
Jurnal BELAINDIKA. Volume 02 Nomor 02 Tahun 2020, 1 - 9
1,673 sedangkan nilai t0 sebesar 1,5. Karena mempersiapkan materi dengan matang,
nilai t0 lebih kecil dari nilai tt yang diperoleh memilih film yang menyenangkan bagi siswa,
dari hasil penghitungan, maka hipotesis namun juga mendidik dan terkait dengan RPP.
alternatif (Ha) ditolak dan hipotesis nol (H0)
diterima. Untuk Siswa
Berdasarkan pengalaman peneliti dalam
mempelajari pronunciation bahasa Inggris,
SIMPULAN disarankan bagi siswa yang ingin
meningkatkan kemampuan pronunciation
Dari analisis data menunjukkan bahwa
bahasa Inggrisnya dengan menonton film.
pengajaran pronunciation dengan
Selain menghibur, film juga dapat digunakan
menggunakan film tidak memberikan
untuk tujuan pendidikan. Menonton film juga
perbedaan yang signifikan dibandingkan
merupakan cara yang baik untuk belajar
dengan pengajaran bahasa Inggris
bahasa asing dengan lebih baik dan lebih
konvensional. Meskipun nilai pre-test dan
cepat, karena dengan menonton film, siswa
post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol
akan belajar secara tidak sadar dan sekaligus
menunjukkan hasil yang sedikit berbeda,
menikmati film tersebut. Siswa juga dapat
perbedaan tersebut tidak cukup untuk
mempelajari hal-hal lain yang berhubungan
mencapai apa yang diharapkan pada awal
dengan bahasa Inggris, seperti kosakata.
hipotesis. Pada kelas eksperimen, rata-rata
nilai post-test adalah 8,9 dan rata-rata nilai
Untuk Peneliti Lain
pre-test adalah 6,5 dengan nilai yang diperoleh
Mengingat keterbatasan yang peneliti
2,4. Nilai ini sedikit lebih tinggi dibandingkan
temukan, perlu adanya penelitian lebih lanjut
dengan kelas kontrol dengan rata-rata nilai
dengan ukuran sampel yang lebih besar. Hal
pre-test 6,3 dan rata-rata nilai post-test 8,4.
ini akan membantu mendapatkan lebih banyak
Dalam analisis data, pengujian hipotesis
data dan kesimpulan yang lebih konkret.
ditentukan dengan t-test (t0)> t-tabel (tt) pada
Untuk penelitian selanjutnya, peneliti juga
taraf signifikansi 0,05 atau 5%. Nilai t0 1,5
disarankan untuk memberikan masa treatment
sedangkan nilai df 58 pada taraf signifikansi
yang lebih lama untuk mendapatkan hasil yang
5% adalah 1. 673 yang lebih tinggi dari t0.
lebih baik dalam meningkatkan pronunciation.
Artinya hipotesis alternatif ditolak karena
tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Data
DAFTAR PUSTAKA
yang dikumpulkan dengan mewawancarai
Aliaga&Gunderson. (2002). Interactive
beberapa siswa menunjukkan bahwa siswa
Statistic (2nd Edition). United States:
pada dasarnya lebih termotivasi dalam hal
Prentice Hall.
film. Hal tersebut terlihat dari bagaimana
Baluran, C. (2013). Use of Film and Podcasts
mereka mampu fokus pada film selama sesi
in Teaching English Pronunciation to
pembelajaran. Namun guru perlu
ESL Students. International Journal in
memperhatikan dalam memilih film agar tidak
Management and Social Science, 2321-
terjadi ketidaksesuaian isi film bagi siswa.
1784. Vol.01 Issue-02. Tersedia pada
http://www.ijmr.net (Diakses pada 13
SARAN Januari 2019).
Champoux & Anderson. (2007). Films as a
Untuk guru teaching resource. Tersedia pada
Berdasarkan hasil penelitian ini, guru http://symptommedia.com/wpcontent/
bahasa Inggris disarankan untuk menggunakan uploads/teaching-resources.pdf
film dalam pengajaran bahasa Inggris karena (Diakses pada 30 Januari 2019)
film memiliki banyak potensi dalam mengajar Cohen, Manion, & Morrison. (2007). Research
keterampilan bahasa Inggris termasuk Methods in Education (6th Edition).
pronunciation. Oleh karena itu, guru perlu New York: Routledge.
7
Jurnal BELAINDIKA. Volume 02 Nomor 02 Tahun 2020, 1 - 9