Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi baru lahir ke dunia mengalami berbagai macam perubahan
yang didapatkan pada kondisi lingkungan sekitar. Perbedaan yang
mencolok antara kondisi rahim dan luar rahim membuat bayi harus
berupaya keras beradaptasi terhadap hal tersebut (Goins, 2011). Proses
adaptasi ini akan menjadi lebih sulit pada bayi resiko tinggi, yaitu bayi
yang dilahirkan tanpa memperhatikan usia gestasi dan berat badan yang
memiliki kemungkinan lebih besar akan mengalami morbiditas dan
mortalitas. Salah satu klasifikasi bayi dengan resiko tinggi adalah bayi
prematur.
Bayi prematur memiliki tingkat kematangan organ yang rendah,
sehingga berbagai fungsi fisiliologis dalam tubuhnya akan terganggu
(Boxwell, 2010). Ketidakmatangan sistem saraf pusat merupakan kondisi
yang sering terjadi pada bayi prematur. Salah satu akibat fatal dari
ketidakmatangan sistem saraf pusat adalah sindroma distress pernafasan
yang sering menjadi penyebab kematian pada bayi prematur (Fyfeet al.,
2013).
Distres pernafasan pada bayi prematur juga dapat diprediksi secara
dini melalui perilaku tidur bayi. Penelitian menunjukkan bahwa kejadian
apnea, dan hipoksemia pada bayi premature juga terkait dengan perilaku
tidur bayi. Apnea dan hipoksemia yang tidak tertangani akan
menyebabkan bayi jatuh pada keadaan gawat nafas. Ketidakadekuatan
nutrisi pada bayi prematur juga akan semakin memperparah gangguan
fungsi resprirasi dan semakin meningkatkan risiko mortalitas (Lapillonne
& Griffin, 2013.
Data dari WHO November 2013, menunjukkan jumlah kelahiran
bayi hidup di Indonesia pada tahun 2010 adalah 4.371.800, dengan
kelahiran prematur sebanyak 675.700 (15,5 per 100 kelahiran hidup) dan
2

angka kematian sebesar 32.400 (nomor 8 penyebab kematian di


Indonesia).
Masalah yang paling sering terjadi pada bayi prematur disebabkan
karena immaturitas organ tubuh, Kondisi ini seringkali Membutuhkan
perawatan intensif untuk keselamatan bayi. Unit perawatan intensif untuk
bayi baru lahir disebut Neonates Intensive Care Unit (NICU). NICU
merupakan tempat penting untuk bayi prematur walaupun disi lain dapat
mencederai bayi yang diakibatkan oleh karakteristik ruang NICU.
NICU dapat meningkatkan risiko gangguan terhadap
perkembangan bayi (Einy & Scher, 2008). Para peneliti semakin
berkonsentrasi terhadap efek yang ditimbulkan oleh NICU terhadap bayi
prematur beberapa dekade akhir ini dengan mengembangkan model
asuhan perkembangan untuk meminimalkan risiko tersebut.
Berbagai program yang terdiri dari beberapa intervensi dini untuk
bayi prematur maupun keluarga mulai diujicobakan sejak tahun 1980an
(Einy & Scher, 2008). Salah satu contoh program tersebut adalah
Developmental Supportive Care (DSC) yang didasarkan pada asumsi
bahwa bayi prematur adalah partisipan aktif yang berkomunikasi melalui
tingkah lakunya. Regulasi fisiologis serta perilaku mereka harus
difasilitasi melalui serangkaian intervensi medis dan keperawatan.
Intervensi tersebut diantaranya positioning, menilai dan mengadaptasi
stimulasi sensoris, perawatan metode kanguru, nonnutritive sucking,
kontrol nyeri, pengurangan faktor stress dari lingkungan, penempatan
perawat khusus, dan perawatan berfokus pada keluarga (Einy &
Scher,2008).
Beberapa tahun kemudian, kumpulan intervensi tersebut digabung
dalam sebuah model asuhan perkembangan. Berbagai model yang telah
dikembangkan antara lain Newborn Individualized Developmental Care
and Assessment Program (NIDCAP). Namun program asuhan ini
merupakan model yang membutuhkan banyak perubahan di rumah sakit
mulai dari infrastruktur, keterampilan tenaga kesehatan, hingga kebijakan
3

yang akan menghabiskan waktu serta dana yang tidak sedikit sehingga
tidak akan mudah diimplementasikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud bayi dengan resiko tinggi ?
2. Apakah yang dimaksud NIDCAP (Newborn Individualized Developmental
Care and Assessment Program)?
3. Bagaimanakah penerapan NIDCAP (Newborn Individualized
Developmental Care and Assessment Program) pada bayi prematur?

C. Tujuan
Tujuan dari laporan ini adalah untuk mengetahui penerapan NIDCAP
(Newborn Individualized Developmental Care and Assessment Program)
pada bayi premature.

D. Manfaat
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi mengenai asuhan
keperawatan pada bayi premature dengan Developmental Care
4

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Bayi dengan Resiko Tinggi


Bayi resiko tinggi adalah bayi yang mempunyai kemungkinan
lebih besar untuk menderita sakit atau kematian daripada bayi lain. Istilah
bayi resiko tinggi digunakan untuk menyatakan bahwa bayi memerlukan
perawatan dan pengawasan yang ketat. Pengawasan dapat dilakukan
beberapa jam sampai beberapa hari. Pada umumnya resiko tinggi terjadi
pada bayi sejak lahir sampai usai hari 28 hari yang disebut neonatus. Hal
ini disebabkan kondisi atau keadaan bayi yang berhubungan dengan
kondisi kehamilan, persalinan, dan penyesuaian dengan kehidupan di luar
rahim. Kondisi yang dapat menyebabkan neonatus resiko tinggi adalah
bayi berat lahir rendah, asfiksia neonatorum, sindroma gawat nafas
neonatus (SGNN), hiperbilirubinemia, kejang, hipotermi, hipertermi,
kelainan kongenital, sepsis neonatorum, tetanus neonatorum,
hipoglikemia,perdarahan atau infeksi tali pusat, dan penyakit yang diderita
ibu selama kehamilan (Muslihatun, 2010). Penilaian dan tindakan yang
tepat pada bayi risiko tinggi sangat penting karena dapat mencegah
terjadinya gangguan kesehatan pada bayi yang dapat menimbulkan cacat
atau kematian (Handayani, 2013).

1. Pengertian bayi premature


Menurut WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum
usia kehamilan minggu ke-37 (dihitung dari hari pertama haid
terakhir). The American Academy of Pediatric, mengambil batasan 38
minggu untuk menyebut prematur. Bayi prematur adalah bayi yang
lahir di bawah dari 37 minggu atau berat bayi kurang dari 2.500 gram
(Manuaba, 2008). Bayi prematur merupakan bayi yang lahir pada usia
kehamilan kurang atau sama dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan
berat badan lahir (Wong, 2008).
5

2. Klasifikasi Prematur
Bayi prematur diklasifikasikan dalam tiga golongan, antara lain:
a. Bayi Derajat Prematur di Garis Batas (Border Line Prematur)
Berat badan bayi 2500 gr dengan masa gestasi 37 minggu.
Masalah yang sering muncul pada golongan ini adalah adanya
ketidakstabilan tubuh, kesulitan menyusu, ikterik, respiratory
distress syndrome (RDS) mungkin muncul. Lipatan pada kaki
sedikit, payudara lebih kecil, lanugo banyak, dan genitalia kurang
berkembang.
b. Bayi Prematur Sedang (Moderately Prematur)
Masa gestasi antara 31–36 minggu dengan berat badan 1500– 2500
gram. Masalah yang biasa muncul dalam golongan ini adalah
adanya ketidakstabilan tubuh, pengaturan glukosa, RDS, ikterik,
anemia, infeksi, kesulitan menyusu. Seperti pada bayi prematur di
garis batas tetapi lebih parah, kulit lebih tipis, lebih banyak
pembuluh darah yang tampak.
c. Bayi Sangat Prematur (Extremely Prematur)
Masa gestasi antara 24 – 30 minggu dengan berat badan berkisar
antara 500-1400 gram. Hampir semua bayi prematur dalam
golongan ini memiliki masalah komplikasi yang berat. Ukuran
kecil dan tidak memiliki lemak, kulit sangat tipis, dan sering kali
kedua matanya masih berdempetan.

3. Masalah Kesehatan Bayi Prematur


Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2014) , Chen, Lin, Lu &
Chen (2014) serta Kirk, Uwamungu, Wilson, Hedt-Gauthier, Tapela,
Niyigena, Rusangwa, Nyishime, Nahimana, Nkikabahizi,
Mutaganzwa, Ngabireyimana, Mutabazi & Magge (2017) ada
beberapa masalah kesehatan pada BBLR yaitu:
a. Ketidakstabilan suhu tubuh.
b. Gangguan pernapasan.
6

c. Imaturitas neurologis.
d. Gastrointestinal dan nutrisi.
e. Imaturitas.
f. Hipoglikemi.

B. Developmental Care
1. Pengertian
Developmental Care adalah memodifikasi lingkungan neonatus dan
belajar memproses perubahan perilaku terhadap kebutuhannya (Horner,
2012). Developmental care berfokus pada meminimalkan efek jangka
pendek dan jangka panjang akibat pengalaman di rumah sakit [ada bayi
dalam kondisi kritis terhadap ancaman fisik, psikologi, dan emosional
(Couglin, Gibbins & Hoat, 2009)
Developmental careadalah perawatan yangdilakukan pada bayi
khususnya untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi
yang dirawat di rumah sakit (Zubaidah, 2012)

2. Klasifikasi
Klasifikasi Developmental Care menurut Altimier & Phillips (2013)
a. Newborn Individualized Developmental Care and Assessment
Program (NIDCAP)
b. Infant Behavioral Assessment and Intervention Program (IBAIP),
Universal Developmental Care (UDC)
c. Integrated Developmental Care Model (IDCM)
Namun sejauh ini isu yang berkembang menganggap NIDCAP
sebagai salah satu pendekatan terbaik dalam pemberian asuhan
perkembangan dengan pertimbangan: NIDCAP mampu memberikan
pelayanan yang individual berdasarkan isyarat bayi dengan pendekatan
perawatan berfokus pada keluarga (Van der Pal dalam Efendi. D dan
Rustin. Y, 2013)
7

3. Pendekatan Developmental Care


Menurut Hockenberry dan Wilson (2009) pendekatan developmental care
dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu :
a. Menciptakan suasana malam hari untuk meningkatkan pola tidur
bayi, hal ini dilakukan dengan cara mematikan lampu ruangan
sehingga ruangan menjadi gelap atau redup, menutup inkubator
dengan selimut atau kain penutup dan memakaikan penutup mata
pada bayi.
b. Meminimalkan stimulasi lingkungan, perawat hendaknya selalu
memonitor dan memperhatikan tanda perubahan fisiologis dan
perilaku bayi selama melakukan prosedur untuk mencegah
kemungkinan terjadinya stres pada bayi. Bayi memerlukan
penanganan secara lembut, mengontrol pergerakan bayi karena ada
beberapa bayi yang tidak stabil apabila dipindahkan secara tiba-tiba
dan apabila terjadi pergerakan yang tidak teratur maka bayi harus
diperbaiki kembali pada posisi tulang belakang fleksi, ekstremitas
bawah mendekati tubuh.
c. Membantu memperbaiki posisi bayi dengan cara miring dan fleksi
pada tulang belakang, hal ini dilakukan terutama sebelum dilakukan
prosedur invasif untuk mengurangi distres.
d. Pembedongan seringkali digunakan sebelum prosedur invasif
dilakukan.
Hasil penelitian telah membuktikan bahwa pembedongan dapat
mengurangi respon nyeri pada bayi saat dilakukan prosedur invasive
Dengan dilakukan pembedongan respon fisiologis dan perilaku
akibat adanya stres karena prosedur invasif, prosedur memandikan
maupun pengukuran berat badan (Hockenberry & Wilson, 2009).
e. Nesting (pembatasan) dilakukan dengan cara menggulung selimut
atau kain yang diletakkan pada tempat tidur bayi bagian bawah untuk
membantu mempertahankan posisi fleksi ketika bayi telentang atau
miring (Maguire et al., 2009).
8

f. Skin to skin contact (kangaroo care) dan pijatan sesaat, prosedur ini
dapat menurunkan stres pada bayi prematur . Kontak kulit secara
pasif antara ibu dan bayi secara reguler dapat meringankan stres.
Orang tua dalam hal ini ibu atau ayah tidak mengenakan pakaian
bagian atas, demikian juga bayi, kecuali memakai popok. Bayi
diposisikan vertikal pada dada ibu, sehingga terjadi kontak langsung
kulit bayi dengan kulit ibu, kontak mata serta kedekatan secara
langsung.
g. Cobedding of twins, merupakan intervensi perkembangan yang
memberikan lingkungan yang lebih baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan bayi, dimana bayi kembar ditempatkan pada satu
tempat tidur atau inkubator (Hockenberry & Wilson, 2009). Data
menunjukkan bahwa dengan dilakukan cobedding maka
termoregulasi membaik, episode apneu atau bradikardi yang
berkurang, berat badan lebih cepat meningkat dan mengurangi
jumlah hari rawat

C. NIDCAP
1. Pengertian
NIDCAP adalah sebuah pendekatan perkembangan individual
untuk mendukung dan peduli didasarkan pada membaca isyarat perilaku
setiap bayi prematur, dan pada merumuskan rencana perawatan, yang
meningkatkan dan dibangun berdasarkan kekuatan bayi, dan mendukung
bayi di daerah sensitivitas dan kerentanan. (Als. H & McAnulty.G.B,
2011).
Newborn Individualized Developmental Care and Assessment
Program (NIDCAP) merupakan suatu pendekatan komprehensif yang
terdiri dari metode observasi perilaku dan pembuatan asuhan perawatan
perkembangan individu (VandenBerg, dalam Efendi. D dan Rustin. Y,
2013).
9

2. Klasifikasi
NIDCAP yang disusun berdasarkan Synactive Theory yang
dikembangkan Heideline Als, terdiri dari lima subsistem meliputi
autonomic/physiologic subsystem seperti denyut nadi, warna kulit,
respirasi (frekuensi pernapasan dan saturasi oksigen), pencernaan,
eliminasi, motoric subsystem yang berupa postur, tonus, dan pergerakan,
state organizational subsystem berupa tingkat kesadaran, keadaan tidur
dan terjaga (menangis), Attentional interactive berupa respon dan rentang
perhatian terhadap lingkungan, self regulatory subsystem berupa
kemampuan bayi untuk meregulasi diri terhadap stimulus yang dating
yang bertujuan untuk mempertahankan keseimbangan atau
mempertahankan stabilisasi diri (Vandenberg, dalam Efendi. D dan Rustin.
Y, 2013)

D. Pembahasan Journal
1. The Effects Of Kangaroo Mother Care On The Time To Breastfeeding
Initiation Among Preterm And LBW Infants: A Meta-Analysis Of
Published Studies

a. Pengertian
Kangaroo Mother Care (KMC) adalah intervensi yang yang
komprehensif yang diberikan untuk semua bayi baru lahir terutama
untuk prematur dan berat lahir rendah (BBLR) bayi. Kangaroo mother
care adalah yang paling layak, tersedia, dan disukai intervensi untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas neonatal di negara maju dan
berkembang, dan cocok untuk digunakan di semua kondisi
(Mekonnen. A, 2019).

b. Tujuan
Tujuan utama dari meta-analisis adalah untuk memperkirakan kisaran
waktu untuk memulai pemberian ASI (Inisiasi Menyusui Dini) pada
bayi prematur dan berat badan lahir rendah (BBLR).
10

c. Metode
Para peneliti mencari penelitian uji coba terkontrol secara acak
yang dilakukan pada efek dari KMC pada waktu untuk menyusui
inisiasi pada bayi prematur dan berat lahir rendah. artikel yang
dipublikasikan diidentifikasi melalui pencarian komputerisasi database
elektronik yang mencakup MEDLINE melalui PubMed, EMBASE,
CINAHL. Sebanyak 467 judul yang memenuhi syarat diidentifikasi
dan delapan studi memenuhi kriteria inklusi. Data yang diambil
dimasukkan dan dianalisis menggunakan software Cochrane Review
Manager-5-3.
d. Rekomendasi
Dalam meta-analisis, prematur dan bayi berat lahir rendah pada
kelompok intervensi KMC memulai menyusui 2,6 hari lebih awal dari
metode perawatan konvensional. Hal ini sejalan dengan studi tinjauan
sistematis sebelumnya di mana kelompok KMC mulai menyusui 1,6
hari lebih awal dari perawatan konvensional neonatal. Diamati bahwa
bayi yang diberikan KMC menunjukkan regulasi emosi signifikan
lebih baik daripada bayi yang diberi perawatan standar yang biasa.
Selanjutnya, KMC memiliki peran penting untuk dimulainya Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) pada bayi prematur dan BBLR daripada dengan
menggunakan metode konvensional. Oleh karena itu, fasilitas
kesehatan perlu menerapkan kanguru ibu merawat bayi prematur dan
berat lahir rendah.
e. Keterbatasan
Dalam analisis ini, penelitian yang termasuk terbatas jumlahnya
(hanya delapan studi) yang tidak memungkinkan kita untuk
menentukan ukuran efek pada semua hasil. Penelitian ini mencari
laporan bahasa Inggris saja. Selain itu, penelitian ini hanya didasarkan
pada studi peer-review diterbitkan dan data penting mungkin akan
terjawab dari studi yang tidak dipublikasikan.
11

f. Analisa PICOT

No Problem (P) Intervensi (I) Compare (C) Outcomes (O) Time (T)
1 Penelitian ini Peneliti mencari jurnal dari Tidak ada pembanding Dalam meta-analisis, rata-rata uji coba
menganalisis berbagai sumber ditemukan waktu yang dikumpulkan untuk dilakukan
Sebanyak 467 jurnal sebanyak 467 judul. memulai menyusui dari model secara acak
judul yang Di antara artikel dimulai dari
efek random mengungkapkan
memenuhi dimasukkan dalam analisis, jurnal yang
syarat tujuh studi melaporkan 2,6 hari (2 hari 14 jam 24 min) diterbitkan
diidentifikasi bahwa neonatus pada (95% CI 1.23, 3.96). Hal ini dari Januari
dan delapan kelompok KMC memulai menunjukkan bahwa prematur tahun 2000
studi pemberian ASI eksklusif dan bayi berat lahir rendah pada sampai 30
memenuhi lebih awal dari neonatus kelompok intervensi KMC Juni
kriteria perawatan konvensional memulai pemberian ASI 2018.
inklusi. (Tanpa metode KMC)
eksklusif 2,6 hari lebih awal
Sebaliknya, satu studi
melaporkan bahwa neonatus dari metode perawatan
perawatan konvensional konvensional.
memulai menyusui lebih
awal dari KMC neonatus
12

2. Pengaruh Posisi Pronasi Pada Bayi Prematur Terhadap Perubahan


Hemodinamik

a. Pengertian
Posisi pronasi dilakukan untuk memperbaiki fisiologis
pernapasan dan stabilitas kardiovaskuler dengan cara mengurangi
kompresi abdomen (Evan, 2011). Hasil penelitian terhadap 206 bayi
yang menggunakan ventilator mekanik menyatakan bahwa saturasi
oksigen meningkat dari 1,18 % sampai 4,36%, penurunan frekuensi
nadi dan frekuensi nafas (Ball, J., Bindler, R. M., & Cowen 2012).
Berbeda dengan penelitian Kusumaningrum (2008) yangmenunjukkan
bahwa nilai SpO2 bayi yang dilakukan posisi pronasi tidak
mempengaruhi oksigenisasi, akan tetapi memberikan efek pada
peningkatan denyut nadi, dan HR yang cenderung stabil. Kondisi dan
penampilan klinis bayi seperti pemantauan saturasi oksigen, frekuensi
nafas dan frekuensi nadi merupakan tindakan rutin yang sebaiknya
dilakukan pada bayi dan neonates (Kusumaningrum, 2009).

b. Tujuan
Tujuan dilakukan nya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
dari pemberian posisi pronasi pada bayi premature terhadap status
hemodinamik (Frekuensi Nafas, Frekuensi Denyut Jantung, dan
Saturasi Oksigen/SpO2).

c. Metode
Penelitian ini mengggunakan metode Kuantitatif Quasi Eksperimental
yang merupakan metode penelitian yang digunakan, dengan
pendekatan pre post test intervensi design terhadap responden tentang
perbedaan sebelum dan sesudah pemberian Posisi Pronasi terhadap
status hemodinamik (Frekuensi Nafas, Frekuensi Denyut Jantung, dan
SpO2) pada bayi prematur. Data yang didapatkan di olah dengan
software statistik melalui analisis univariat untuk mengetahui distribusi
13

frekuensi dan bivariat dengan uji statistik yang digunakan adalah


Wilcoxon Test.

d. Rekomendasi
Ada pengaruh bermakna posisi pronasi pada bayi terhadap
Peningkatan saturasi oksigen pre-post intervensi 1 dan 2 jam pertama
(Pv 0.00). Ada pengaruh bermakna posisi pronasi pada bayi terhadap
HR pre-post intervensi 1jam pertama (Pv 0.027) dan 2 jam pertama
(Pv 0.008). Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
asuhan keperawatan pada bayi prematur yaitu dengan pemberian posisi
pronasi. Semakin lama durasi pemberian posisi pronasi di berikan
semakin baik status hemodinamik pada bayi prematur.
14

No Population/ Problem Intervensi Comparation Outcomes Time


(P) (I) (C) (O) (T)
1 Populasi dalam Peneliti membagi Pada Penelitian ini 1. SPO2 Penelitian
penelitian ini adalah kelompok menjadi 2 bayi dibedakan Hasil analisis univariat menunjukkan dilaksanakan
bayi prematur yang yaitu dengan bayi menjadi 2 Rerata Saturasi sebelum 92.87- 96.46 pada bulan
dirawat di ruang diberikan posisi pronasi kelompok yaitu (1jam) - 97.25 (2jam), yang menunjukan Maret – Mei
neonatus. dan tidak untuk kelompok kontrol ada pengaruh bermakna pemberian posisi 2018
Responden pada mengetahui dan intervensi. pronasi selama 1 jam dan 2 jam terhadap
penelitian ini hemodinamik pasien keadaan saturasi oksigen.
berjumlah 32 bayi (TD, HR, RR, SpO2) 2. HR
prematur yang Peneliti mengukur hasil pada pemberian posisi pronasi terhadap
dilakukan pada 2 RS dari HR sebelum posisi, HR sebelum dan sesudah intervensi
Swasta di Jakarta HR sesudah 1jam HR menunjukkan signifikasi (Pv 0.027 pada 1
dan 1 RS Swasta di sesudah 2jam , RR jam pertama dan Pv 0.008 pada 2 jam
Bintaro. sebelum posisi, RR pertama. Hal ini menunjukkan bahwa ada
sesudah 1jam RR pengaruh bermakna pemberian posisi
sesudah 1jam, SpO2 pronasi terhadap HR.
sesudah 1jam 3. Frekuensi Nafas
Pemberian posisi pronasi terhadap
frekuensi nafas sebelum dan sesudah
intervensi menunjukkan signifikasi (Pv
0.748 pada 1 jam pertama dan Pv 0.733
pada 2 jam pertama. Hal ini berarti tidak
ada pengaruh pemberian posisi pronasi
terhadap frekuensi nafas.
15

4. Penurunan Respon Nyeri Akut Pada Bayi Prematur Yang Dilakukan


Prosedur Invasif Melalui Developmental Care

a. Pengertian
Nyeri merupakan suatu stimulus yang dapat merusak
perkembangan otak bayi dan berkontribusi terhadap terjadinya
gangguan belajar dan perilaku pada masa anak-anak (Badr, et al.,
2010). Maka, diperlukan intervensi keperawatan yang dapat
mengurangi respon nyeri pada bayi terutama saat dilakukan perawatan
di rumah sakit.

b. Tujuan
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui pengaruh
developmental care terhadap respon nyeri akut pada bayi prematur.

c. Metode
Desain penelitian ini menggunakan metode quasi experimental
non equivalen control group, before and after design, Dalam penelitian
ini, bayi prematur dilakukan pengukuran terhadap respon nyeri sebelum
dan sesudah dilakukan intervensi developmental care.
Jumlah total sampel 42 orang (21 orang per kelompok), dan teknik
pengambilan sampel secara accidental sampling. Instrumen penelitian
ini menggunakan kuesioner Ballard score test untuk mendapatkan data
tentang umur anak, lembar observasi untuk menilai penerapan dari
tindakan developmental care, serta Premature Infant Pain Profile
(PIPP) untuk menilai respon nyeri bayi. Data dianalisis dengan
menggunakan analisis bivariat yaitu dengan menggunakan t-test
dependen dan t-test independen, dan analisis multivariat yaitu
menggunakan analisis kovarians (Ancova).
16

d. Rekomendasi
Rerata respon nyeri akut setelah mendapatkan development care
diperoleh pada kelompok kontrol mengalami peningkatan dari respon
sebelumnya. Pada kelompok intervensi respon nyeri mengalami
penurunan dan didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang
bermakna terhadap selisih respon nyeri akut bayi prematur sebelum dan
sesudah dilakukan developmental care antara kelompok kontrol dan
kelompok intervensi. Jenis kelamin dan pengalaman terhadap paparan
nyeri sebelumnya tidak secara bermakna memberikan kontribusi pada
respon nyeri akut setelah dilakukan intervensi developmental care.
17

e. Analisa PICOT

No Population/ Problem Intervensi Comparation Outcomes Time


(P) (I) (C) (O) (T)
1 Populasi penelitian Kelompok intervensi Pada Penelitian ini bayi Tindakan developmental care Waktu
adalah semua bayi diberikan developmental dibedakan menjadi 2 merupakan strategi yang tepat penelitian
prematur yang care sebagai berikut: kelompok yaitu dalam mengurangi respon nyeri mulai
dirawat di RSU T penutupan inkubator kelompok kontrol dan terhadap bayi prematur, khususnya Februari
dan RSU C di untuk mengurangi cahaya intervensi. yang mendapatkan prosedur sampai Juni
wilayah Jawa Barat. yang masuk, pembatasan tindakan invasif. 2011
suara (di dalam dan luar Hal tersebut sejalan dengan hasil
inkubator) <60 dBA, penelitian yang telah dilakukan
dipilihkan jenis inkubator oleh Shizun, et al. (2002) yang
dengan suara bising yang menyatakan bahwa developmental
minimal (55-60 dBA), care secara bermakna dapat
penanganan yang minimal menurunkan ekspresi nyeri pada
(minimal handling), bayi prematur yang diukur melalui
mengatur posisi tidur bayi instrumen PIPP (Premature Infant
tengkurap atau miring Pain Profile) dan EDIN (Echelle
dengan kaki fleksi serta de la Douleur Inconfort Nouveau-
pemakaian bantalan untuk Ne Neonatal Pain and Discomfort
mempertahankan posisi Scale) pain scores selama
tidur bayi (nesting). dilakukan prosedur rutin di
ruangan.
18

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari jurnal yang sudah dijelaskan dapat disimpulkan pentingnya manfaat
developmental care untuk asuhan bayi prematur. Hal yang termasuk dalam
developmental care diantaranya adalah Menciptakan suasana malam hari
untuk meningkatkan pola tidur bayi, Meminimalkan stimulasi lingkungan,
Membantu memperbaiki posisi bayi dengan cara miring dan fleksi pada tulang
belakang, Pembedongan seringkali digunakan sebelum prosedur invasif
dilakukan, Nesting (pembatasan), Skin to skin contact (kangaroo care).
Diantaranya yang sudah banyak diaplikasikan adalah memodifikasi
lingkungan (meredupkan lampu, meminimalkan suara, meminimalkan
stimulasi lingkungan ), mengatur posisi bayi, KMC dan Nesting.

B. Saran
1. Dalam jurnal diatas diharapkan dapat dikembangkan kembali dengan
menggunakan sampel yang lebih besar agar hasil yang didapatkan semakin
akurat.
2. Diharapkan semua tenaga kesehatan dapat menerapkan developmental
care untuk membantu perkembangan dan pertumbuan pada bayi
premature.
19

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni., L. D., Indiyah., E. S., Daryati, S. (2018). Pengaruh Posisi Pronasi


Pada Bayi Prematur Terhadap Perubahan Hemodinamik . Journal Of
Holistic Nursing Science 6 (2) : 53-57. Dapat Diakses di :
http://journal.ummgl.ac.id/

Altimier, L., & Phillips, R. M. (2013). Newborn & Infant Nursing Reviews The
Neonatal Integrative Developmental Care Model : Seven
Neuroprotective Core Measures for Family-Centered Developmental
Care. Newborn & Infant Nursing Reviews, 13 , 9–22.

Einy, O. A., & Scher, A. (2008). Measuring deve- lopmentally appropiate practice
in neonatal intensive care units. Journal of Perinatology, 28, 218-225.

Goins, M. (2011). Developmental care: Helping premature babies thrive.


Pediatrics for Parents, 27, 1-2

Herliana, L, Wanda , D., Hastono , S. P. (2011). Penurunan Respon Nyeri Akut


Pada Bayi Prematur Yang Dilakukan Prosedur Invasif Melalui
Developmental Care . Jurnal Keperawatan Indonesia. 14( 3) :199-
206

Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2009). Wong’s essentials of pediatric nursing


(8th Ed.). St. Louis: Elsevier.

Horner, S. (2012). Developmental care. article of neonatal intensive


care. Chicago Children’s Memorial Hospital.

Maguire,C.M.,Walther,F.J.,Zwieten,P.H.,Le Cessie,S.,Wit,J.M.,&Veen,S. 2008.


Effects Of Basic Developmental Care On Neonatal Morbidity,
Neuromotor Development, And Growth At Term Age Of Infant Who
Were Born At < 32 Weeks.Pediatrics, 121, 239–245, Diakses di
www.pediatrics.org.

Mekonnen. A., Yehualashet. S. S., Bayleyegn.A. D. (2019). International


Breastfeeding Journal 14 . (12) : 1-6 Diakses di :
https://doi.org/10.1186/s13006 019-0206-0

Zubaidah, Rustiana, Y., & Sabri, L. (2013). Peningkatan pengetahuan perawat


melalui pemberian informasi tentang developmental care. Paper
presented at 10 International Seminar on Disaster Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai