PEMANFAATAN KHAMIR
SACCHAROMYCES CEREVISIAE
UNTUK TERNAK
Choirummintin Wulandari
ABSTitAIi
5’acchcroniyCes cerevisiae mertipakan salali satrl jenis cendawan tergolong khamir yang bermanlaat untuk manusia dan
ternak. Pertamakali dimanfaatkan untuk pembuatan makanan, sejalan dengan waktu kemudian mulai dipakai untuk keperluan
bioteknologi, industri. .S’. ce ev/siae dipakai sebagai probiotik dan imunostimulan untuk meningkatkan kesehatan clan
produkiivitas tei’nak seperti rtiminan.sia, unggas ataupun ikan. hasil-hasil penelitian yang diperoleh secara umum menunjukkan
pemakaian 5' cei evisiae feed nddilive berkorelasi positif’ terhadap penainpilan bobot badan tcnak. Tulisan ini mcngtiraikan
pentingnya penggunaan 5’. cei evisae untuk produktivitas dan kesehatan ternak.
Kata kunci: S. cerevisiae. probiotik, imunostimulan, ternak
ABSTRACT
Saccliaroriyces cerevi.mere is a yeast that is useful for htunan and animal. It can be used for producing food and for
biotechnology of industrial purposes. Recently. it is used as probiotic and iininunostiinulant to improve livestock productivity
and health. Research rcsults indicate that the rttil ination of’5’. cei’evisiae as feed additive in animal feed has a positive correlation
to the body weight gain of the animal. This paper describes the importance of 5’. cerevisiae in improving livestock productivity
and hcahh.
Key words: 5’. cerevisiae, probiotic, immunostimulant. livestock
49
WA RTA ZOA Vol. 15 No. 1 Th. 2005
51
RIZA Z AINUDDIN AHMAD: Pemuiifaatan Khamir Saccharom yces cerevisiae untuk Ternak
acidophilus, Saccharomyces crimers, Streptococcus bahan pertimbangan seperti ekonomi, pengaruh buruk
lactis dan S. termophilus. terhadap ternak, zat khasiat yang terkandung di
Pengujian terhadap S. cerevisiae yang dipakai dalamnya. Dari segi ekonomi harus diperhitungkan
sebagai feed additive dalam bentuk probiotik terlebih ongkos produksi dalam skala besar dibandingkan
dahulu diuji secara in vitro dengan melakukan uji dengan keuntungan yang diperoleh. Perlu
kemampuan daya hidup terhadap asam-asam organik, dipertimbangkan pengaruh buruk jika pemberian secara
garam empedu, dan pH rendah (AGARWAL et al., berlebihan akan mengganggu keseimbangan mikroflora
2000). TEDESCO et al. (1994) mendapatkan korelasi di dalam tubuh sehingga mengakibatkan terjadinya
dari pemberian S. cerevisiae terhadap bakteri pada pengaruh patogen pada ternak yaitu penyakit
kelinci, yaitu dengan cara mengurangi jumlah bakteri “Saccharomikosis”. Bila zat khasiatnya dapat diolah
patogen dan meningkatkan jumlah bakteri aerob, berupa prebiotik mungkin akan lebih baik dan efisien
anaerob yang menguntungkan di dalam usus. seperti Beta D-glukan untuk imunostimulan yang
KUMPREcHT et al. (1994) memberikan campuran S. diperoleh dari dinding sel S. cerevisiae.
cerevisiae dengan Streptococcus faecum pada ayam
broiler sehingga jumlah kuman Eschericha coli
berkurang sebesar 50% di dalam sekumnya. Selanjutnya Imunostimulan dan sistem pertahanan tubuh
Koi iANG (2002) menggunakan “khamir (ragi) laut”
dengan S. cerevisiae di dalam pakan ayam dan Sistem pertahanan tubuh atau imunitas terdiri dari
mendapatkan hasil yang positif yaitu meningkatnya substansi, sel-sel dan organ-organ yang diperlukan
bobot badan setelah pemberian S. cerevisiae. Selanjutnya untuk membentuk sistem pertahanan yang kompeten.
KUivtPRECHTOVA et al. (2000) memberi S. cerevisiae Hampir semua hewan mempunyai kombinasi
47 dengan dosis 200 9/100 kg pakan untuk pertahanan tubuh antara kekebalan alamiah dan proses
meningkatkan penampilan daging dan mengurangi bau stimulasi berupa adaptasi pertahanan tubuh melalui
amonia nitrogen pada feses ayam. Hasil lain dari antigen untuk menanggulangi serangan infeksi. Sistem
pemberian S. cerevisiae ialah meningkatkan penampilan kekebalan ini yang dikena dengan nama imun. Sistem
bobot ayam dan secara in vitro mampu menekan ini dapat terjadi secara buatan ataupun alamiah. Di
pertumbuhan S. typhimurium meski secara iii vivo tidak dalam proses pengebalan tubuh ini dapat pula dibantu
memberikan hasil yang signifikan (IsTIANA et al., dengan imunostimulan (TIZ , 1987).
2002; GHOLIB et al., 2003). Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa
Pemberian S. cerevisiae pada ternak ruminansia imunostimulan adalah suatu bahan bila diberikan pada
akan meningkatkan bakteri selulolitik dan asam laktat hewan dan manusia dapat menyebabkan peningkatan
pada saluran pencernaan. Meski tidak semua sistem pertahanan tubuh untuk menghadapi serangan
memberikan respon positif terhadap pemberian pakan penyakit. Imunostimulan meningkatkan limfosit T
imbuhan ini namun pada sapi dapat meningkatkan sebagai imunitas seluler yang penting artinya dalam
produksi susu rata-rata sebesar 4,3% dan pertambahan rangka proteksi terhadap bakteri dan virus intra seluler.
bobot badan rata-rata sebesar 8,7%. Sementara ini Limfosit B juga ditingkatkan, dalam rangka
beberapa produk khamir komersial yang diperjual meningkatkan imunitas humoral, dan tingkat serum
belikan di Indonesia adalah Diamond V (USA), CYC- antibodi. Serum ini untuk menetralisasi endotoksin,
100 (Korsel), Yea-Sacc (USA) (WINA, 2000). sehingga pada akhirnya imunostimulan digunakan
Pada ternak domba dilakukan pencampuran S. ternak untuk meningkatkan kemampuan membunuh
cerevisiae dengan Bioplus di dalam ransum untuk bakteri, dan menurunkan waktu yang diperlukan untuk
mendapatkan peningkatan bobot badan serta memperbanyak antibodi (BETA GLUKAN, 2004d).
menurunkan konversi pakan (RnTNANINGSIH, 2000) Lebih rinci lagi imunostimulan dapat digolongkan
dan hasil yang diperoleh menunjukkan korelasi yang yang bekerja spesifik dan non spesifik. Beberapa
positif yaitu dengan dosis 4 g/hari (I g S. cerevisiae materi atau subtansi yang terlibat di dalam proses
ekivalen mengandung 14 x 10'0 koloni) menghasilkan sistem yang spesifik adalah imunisasi aktif dan pasif
konversi pakan sebesar 6 kg/kg pertambahan bobot baik oleh virus, bakteri maupun cendawan sedangkan
badan. Namun tidak semua isolat S. cerevisiae dapat yang non spesifik berupa stimulasi limfosit, dan
digunakan sebagai probiotik, karena harus melalui makrofag (TiZARD, 1987). Manfaatnya secara umum
beberapa macam seleksi dan dari sejumlah khamir imunostimulan dapat meningkatkan aktivitas
tersebut hanya sedikit yang dapat digunakan, misalnya pertahanan tubuh dan mempercepat proses
seperti yang diteliti oleh AGARwAL et al. (2000), dari penyembuhan. Sistem pertahanan tubuh dapat dibagi
9 isolat yang diuji hanya 1 yang dapat digunakan menjadi 2 golongan yaitu kekebalan humoral dan
sebagai probiotik. selular. Humoral terdapat pada darah yang dikenal
Melihat keberhasilan penelitian-penelitian di atas dengan antibodi, juga dapat ditemui sebagai molekrtl
maka S. cerevisiac dapat digunakan sebagai probiotik protein serum. Sedangkan respon selular berupa
namun beberapa faktor harus diperhatikan sebagai mekanisme fagositosis dengan cara peningkatan
WARTAZOA Vol. IS No. 1 Th. 2005
sensitivitas dari sistem R.E.S (Reticulo cndothelial mencari benda-benda asing yang masuk ke dalam
system j yaitu: ginjal, hati, limpa dan tim us. Limfosit tubuh, selain itu pula untuk meningkatkan jum lah sel-
dapat digolongkan menjadi sel B dan sel T. Sel T se1 makrofag. Pada khamir di bagian tertentu dapat
ditemukan dalam peredaran darah hewan tingkat tinggi dijadikan imunostimulan (LIFE SOURCE BASIC, 2002).
dan memegang peranan penting dalam imunitas selular. S. cerevisiae tergolong cendawan berupa khamir
Sel B pada mamalia dihasilkan oleh sumsum tulang
(yeast) pembuat kue dan roti ternyata mempunyai
dan untuk unggas sel B dihasilkan oleh bursa Fabricius,
potensi kemampuan yang tinggi sebagai
sel T dihasilkan oleh tim us. Selanjutnya sel B
imunostimulan, dan bagian yang bermanfaat tersebut
menghasilkan antibodi, yang merupakan salah satu
adalah dinding selnya yang mengandung § (1,3 dan
elemen humoral untuk beradaptasi secara imunitas,
1,6) glukan. Bahan inilah yang dipakai sebagai
sedangkan sel T membantu sel B dengan mengaktivasi
makrofag untuk mempertahankan tubuh terhadap imunostimulan setelah berhasil dipisahkan pada bagian
serangan infeksi m ikroba. Sel makrofag merupakan dinding sel S. cerevisiae (LirE SOURCE BASIC,
salah satu sel yang termasuk dalam kekebalan alamiah 2002).
dengan cara menghasilkan subtansi kimia. Selanjutnya
substansi ini menjadi pertahanan sel imun yang penting Manfaat beta 1-3 dan 1-6 glucan
dengan cara bergerak ke arah sisi yang diserang oleh
sel asing. Makrofag ini mempunya i reseptor pada set Beta-D glukan meningkatkan fungsi imun
membran untuk 7 macam residu gula. Saat reseptor termasuk fagositosis (kemampuan untuk menangkap
berikatan dengan residu, makrofag diaktifkan dan benda asing, partikel yang dilepaskan sitokin; hormon
kemudian menghasilk -an sitokin. Sitol‹in inilah yang interseluler yaitu: IL- 1, IL-6, GM-CSF, interferon) dan
berfungsi sebagai pengatur respon imun tubuh pembuatan antigen. Beta-D glukan juga menstimulasi
(TIZARD, 1987). Demikanlah sistem tersebut secara RES, di dalam proses peningkatan jumlah makrofag,
bersama-sama membentuk sistem pertahanan di dalam dan aktivasi sel-sel darah piitih selain makrofag. Sel-sel
tubuh melawan serangan infeksi penyakit.
tersebut ialah: granulosit dan monosit. Beta—D glukan
Dari rzaian di atas maka jelas bahwa dapat sebagai imunomodulator untuk meningkatkan
imunostimulan sangat berman faat untuk peningkatan kemampuan sel T, sel B, dan makrofag di dalam
sistem kesehatan tubuh, dan salah satu imunostimulan rangka melawan infeksi penyakit. Selain itu membantu
adalah Beta—D glukan yang akan diuraikan perbaikan jaringan yang rusak pada tubuh melalui
selanjutnya. proses regenerasi dan penyembuhan (BETA GL
UCAN, 2004d).
Snccharomyces cerevisiae sebagai imunostimulan Di dalam terapannya tidak melalui suntikan tetapi
melalui oral, bersama-sama makanan, sedangkan
Salah satu bahan yang esensial sebagai peningkatan atau penurunan mekanisme pertahanan
imunostimulan adalah beta-D glukan, dan bahan ini tubuh tergantung pada jumlah glukan yang dikonsumsi
terdapat pada barley dan khamir (S. cerevisiae). oleh ternak. Oleh karena itu respon terhadap ternak
Penemuan substansi beta-D glukan berawal dari sangat bervariasi tergantung ada atau tidaknya reseptor
penelitian Lotus PILL EMER (1940) (dalam LIFE yang dikenal oleh komponen gula dari beta-D glukan
S€)URCE BASIC, 2002), meneliti suatu substansi yang (Lir SOURCE BASIC, 2002).
memiliki kemampuan menghasilkan aktivator Dari beberapa hasil penelitian laboratorium dan
mekanisme pertahanan tubuh yang disebut zymosan. komersil secara umum sudah terbukti manfaat khamir
Meski dikenal sebagai substansi yang berkemampuan (S. cerevisiae) pada ayam broiler, petelur, babi, ikan
menstimulasi secara nonspesifik terhadap respon imun, lele, sapi dan udang sehingga dapat mengurangi biaya
namun zat aktifnya sendiri belum diketahui. Pada obat-obatan dan vaksinasi. Berikut beberapa contoh
penelitian selanjutnya NlcI4OLAS DiLuzio (1970) pemakaian S. cerevisiae sebagai imunostimulan pada
(dalam LiFE SOURCE BASIC, 2002) berhasil ternak. Transfer gen betaglukan dapat dilakukan pada
menemukan substansi tersebut, dan komponen aktifnya udang dan mikroorganisme kelautan lainnya seperti
adalah beta-D glukan. Komponen tersebut berasal dari mikroalga dan bakteri non patogenik lainnya da mm
ekstrak dinding se1 khamir roti yang tergolo•8 rangka meningkatkan kekebalan tubuh. Pada ikan lele
CeFldawan. Komponen tersebut niempunya i sebuah dumbo, Beta glukan dengan dosis 750 mg/kg pakan
campuran unik dengan efektivitas dan intensitasnya mempunyai peran imunostimulan yang positif terhadap
sebagai suatu sistem pertahanan tubuh melalui aktivasi respon kebal non spesifik yang dilakukan dengan uji
sel darah put ih yang spesifik seperti makrofag dan sel tantang terhadap infeksi bakteri Aeromonas hydrophila
NK (natural killer). Beta-D glukan akan berikatan (RUKYANi et al., 1987). Pada udang hitam Penaeus
dengan permukaan sel makrofag dan sel NK dan monodon) pemberian 1 g/kg pakan Beta glukan
berfungsi sebagai triger untuk proses aktivasi memperlihatkan peran imun yang positif terhadap
makrofag. Hasil proses ini berupa peningkatan sirkulasi kenaikan hematosit (SITTHiPUN et al., 2000). Pada
makrofag di dalam tubu.h untuk udang dan ikan penggunaan S. cerevisiae dapat sebagai
Rms ZA I N U DDIN AliMAD: Peiiiarifaatail Khamir 5’accliai own yces cerewsiae untuk Ternak
imunostimulan untuk mengatasi serangan bakteri dan lSTl ANA. k. KUS UMANIN GTYAS, D. GHoLi B dan S. HnSTlONO.
kuman lainnya seperti Aeromonas salmonic ida, 2002. Isolasi dan identifikasi S’nccharomyces
vibriosis, dengan dosis 50 mg/kg bobot udang atau ikan cerevisae beserta in vitro terhadap (5’almonelln
(Fox, 2002). typhimw iiini). Pros. Seminar Nasional Teknologi
Dari uraian di atas tersaji dosis tertentu untuk jenis- Peternakan dan Veteriner. Ciawi, Bogor 30 Sept.—
jenis ternak yang cukup bervariasi jum lahnya dan untuk 1 Okt. 2002. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm.
penerapannya relatif mudah. Selain itu pemakaian 459-462.
imunostimulan Beta-D glukan relatif lebih aman dari JEAN-RICHES. 2005. Saccharomyeces cerevisiaes. http
pada antibiotika yang mempunyai efek resistensi. www›. inra. fr/Internet/Directions/DIC/PRESSE/
COMMUNIQUES/imag
cerevisiae 1.jpg (24 Apri 1 2005).
KESIMPULAN DAN SARAN
KARSPINSKA, E., B. BLASZCAK, G. KosoWSLA, A. DEGRSKI,
M. BINEK and W.B. BORZEMSKA. 2001. Growth of
Penelitian tentang S. cerevisiae sebagai probiotik the intestinal anaerobes in the newly hatched chicks
dan imunostimulan telah banyak dilakukan namun according to the feeding and providing with normal
masih terus diteliti untuk peningkatan produksi dan gut flora. Bull. Vet. Pulawy. 45: 105— 109.
kesehatan ternak. Penampilan bobot badan ternak
setelah mengkonsumsi S. cerevisiae menunjukkan hasil Komiwc, I.P. 2002. Pengaruh ragi S’accharomyces cei-
yang positif sebagai probiotik, sehingga prospek eviae dan ragi laut sebagai pakan imbuhan
probiotik terhadap kinerja unggas. JITV 7(1): 18—
perkembangan penggunaannya sangat baik untuk masa
21.
mendatang.
Walaupun telah banyak penelitian tentang Beta-D KUMPRECHT, 1., P. ZOBAC; K. ASNAREK dan E. ROBOSOVA.
glukan yang berasal dari dinding sel khamir S. 1994. The effect of continues applications of
cerevisiae sebagai imunostimulan dan bahan makanan probiotics preparations based on 5' cerevisae var
kesehatan namun harus disenipurnakan, diteliti lebih elipsoideus and S’treptococcus fciecium C—68 (SF—68)
on chicken broiler yield. Zivocisma-yroba 39(6):
lanjut terutama isolat-isolat lokal di Indonesia. Selain
491—503.
itu dengan adanya dukungan potensi plasma nutfah
dan ketersediaan teknologi merupakan dukungan yang KUMPRECHTOVA, D., P.ZOBAc dan 1. KtrsiPnEoT. 2000. The
tak boleh diabaikan untuk pengembangan effect of Saccharomyces cerevisae Sc 47 on chiken
imunostimulan dan probiotik pada masa sekarang dan broiler performance an nitrogen out put. Czech. J.
mendatang. Anim 5’ri. 45: 169—77.
LANDECKER, E.M. 1972. Fundamental of the Fungi.
Prentice Hall Inc. NewYork University. NewYork.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
USA. pp. 59-61.
AGARWAL, N., D.N. «, L.C.CHAUDHARY, A. Snrioo and LIFE SOURCE BASICS. 2002. WGP. Beta gl ucan. http:
PATHAK. 2000. Selection of Saccharomyces www. Life Source basics.Com/beta glitcan.htm. (10
cerevisae strains for use as a microbial feed Desember 2002).
additive.
http://www.Blackwell.synergy.com/links/dot/10.1046 LoDDER, J. 1970. The Yeast. A Taxonomic Study Second
Revised and Enlarged Edition. The Netherland,
/J.l472-765X.2000.00826.X/Full/ (15 Oktober 2003).
Northolland Publishing Co., Amstei dam.
BETA GLUCAN. 2004d. Beta glucan research. Saccharomyeces
MnRx JEAN, L. 1991. Revolusi Bioteknologi.
cerevisiae. httpJl www.bctaglucan.org/. (20
Terjemahan: WILDER YATIM. Edisi I, Cetakan 1,
Desember 2004).
kota: Jakarta. Yayasan Obor Indonesia: 69—73.
FILE, D.J.A. 1991. The role of The nutrionist in design
feed for future in feed industry. Proc. of Alltechs, NiKON. 2004. 5’accharomyeces Yeast Cells: Nikon
Seventh Annual Symposium. All tech Technical Microscopy. Phase ContrastlmagcGallery.http?/
Publication, Nicholasville Kentucky: 1 —2. www.microscopyu.com/galleries/pliasccontrast/succh
aromx’cessmall.html (15 Juni 2004).
Fox, J.M. 2003. Immunology of fish and shrimp. http://
www.Sci.tamucc.edu/pals/maric/inedx/webpage/dlec SANGER. 2004. Peptidase of 5’acchnt omyces cei’eviscie.
2.html. (15 Oktober 2003). http://merops.Sanger.ac. Uk/speccai ds/peptidase/sp00
0895.htm. (20 Desember 2004).
FULLER, R. 1992. Probiotics the Scientific Basis. Chapman
& Hall. The University Press Cambridge. RATNAN INGSI H, A. 2000. Pengaruh pemberian Probiotik 5’.
cerevisiae Can bioplus pada ransum ternak domba
GHOLIB, D., ISTIANA, TnRMUDu dan R.Z. AHMAD. 2003. terhadap konsumsi bahan kering, kccernaan dan
Laporan hasil Penelitian Potensi 5’accliromy ces konversi ransum ‹in vivos. Skripsi Fakultas
cerevisae APBN 2002 Sebagai Probiotik. Balai Peternakan Universitas Padjajaran. Bandung.
Penelitian Veteriner, Bogor.
WARTACOA Vol. IS No. I Th. 2005