Anda di halaman 1dari 3

Nama:Mega wilasmi utari

Nim:200910302063

Paradigma Fakta Sosial

Fakta sosial inilah yang menjadi pokok persoalan penyelidikan sosiologi. Fakta social
dinyatakan oleh Emile Durkheim sebagai barang sesuatu (Thing) yang berbeda dengan ide.
Barang sesuatu menjadi objek penyelidikan dari seluruh ilmu pengetahuan. Ia tidak dapat
dipahami melalui kegiatan mental murni (spekulatif). Tetapi untuk memahaminya diperlukan
penyusunan data riil diluar pemikiran manusia. Fakta sosial ini menurut Durkheim terdiri atas
dua macam :

1. Dalam bentuk material : Yaitu barang sesuatu yang dapat disimak, ditangkap, dan
diobservasi. Fakta sosial inilah yang merupakan bagian dari dunia nyata contohnya arsitektur
dan norma hukum.
2. Dalam bentuk non-material : Yaitu sesuatu yang ditangkap nyata ( eksternal ). Fakta ini
bersifat inter subjective yang hanya muncul dari dalam kesadaran manusia, sebagai contao
egoisme, altruisme, dan opini.

Pokok persoalan yang harus menjadi pusat perhatian penyelidikan sosiologi menurut
paradigma ini adalah fakta-fakta sosial. Secara garis besar fakta sosial terdiri atas dua tipe,
masing-masing adalah struktur sosial dan pranata sosial. Secara lebih terperinci fakta sosial itu
terdiri atas : kelompok, kesatuan masyarakat tertentu, system sosial, peranan, nilai-nilai,
keluarga, pemerintahan dan sebagainya. Menurut Peter Blau ada dua tipe dasar dari fakta sosial :

1.
1. Nilai-nilai umum ( common values )
2. Norma yang terwujud dalam kebudayaan atau dalam subkultur.
Ada empat varian teori yang tergabung ke dalam paradigma fakta sosial ini. Masing-
masing adalah :

1. Teori Fungsionalisme-Struktural, yaitu teori yang menekankan kepada keteraturan (order) dan
mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Konsep-konsep utamanya
adalah : fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifestasi, dan keseimbangan.

2. Teori Konflik, yaitu teori yang menentang teori sebelumnya (fungsionalisme-struktural)


dimana masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang ditandai oleh pertentangan
yang terus menerus diantar unsure-unsurnya.

3. Teori Sistem, dan

4. Teori Sosiologi Makro

Dalam melakukan pendekatan terhadap pengamatan fakta sosial ini dapat dilakukan
dengan berbagai metode yang banyak untuk ditempuh, baik interviu maupun kuisioner yang
terbagi lagi menjadi berbagai cabang dan metode-metode yang semakin berkembang. Kedua
metode itulah yang hingga kini masih tetap dipertahankan oleh penganut paradigma fakta sosial
sekalipun masih adanya terdapat kelemahan didalam kedua metode tersebut.

 Contoh Paradigma Fakta Sosial

Contoh mengenai paradigma fakta sosial adalah adanya upaya untuk menjadikan seseorang
diterima dalam pekerjaan. Upaya yang dilakukan ini seperti adanya penyogokan, atau adanya
orang dalam (anggota perusahaan) yang mementingkan rasa primodialisme dalam kelompok
tertentu untuk diterima dalam perusahaan.

Mengapa hai ini menjadi salah satu contoh paradigma fakta sosial, lantaran secara tegas pihak
yang melakukan kegiatan tersebut sadar bahwa apa yang dilakukannya adalah salah, akan tetapi
tetap memaksakan kehendak demi terwujudnya keinginan untuk bekerja.
 Contoh Paradigma Fakta Sosial Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Contoh lainnya, yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari mengenai paradigma fakta
sosial. Misalnya ialah korupsi, korupsi dalam bentuk apapaun, bukan hanya korupsi uang akan
tetapi korupsi waktu. Tindakan korupsi berupa prilaku yang menyimpang, secara sedar
sebenarnya sudah diketahu bahwa hal ini adalah salah, akan tetapi demi terwujudkan impian dan
apapun seseorang akan melakukannya.

Anda mungkin juga menyukai