Anda di halaman 1dari 21

Penugasan I

TINJAUAN PUSTAKA BLOK XV

HIPOGONADISME
Pembimbing:

dr. Putu Aditya Wiguna, SpA


ANGGOTA KELOMPOK
Baiq Ananda Audia Arsiazi (H1A018015)
Dinda Rifdayani Inayah (H1A018026)
Gunawan (H1A018036)
Inas Hanan Farihah (H1A018042)
Lisa Raihan Lutfia (H1A018057)
M.Mahfuzzahroni (H1A018066)
Nur Fadlia Rahmani (H1A018076)
Rizka Febriya Moestafa (H1A018087)
Vira Eka Trie Sanggita (H1A018095)
Noer Aulya Amy Aprilia (H1A017063)
Baiq Risha Feby Amelia (H1A016018)
Outline
01 DEFINISI

02 EPIDEMIOLOGI

03 KLASIFIKASI

04 ETIOLOGI

05 FAKTOR RESIKO

06 PATOFISIOLOGI

07 PENEGAKAN DIAGNOSIS

08 TATALAKSANA

09 KOMPLIKASI, PROGNOSIS, KIE


DEFINISI
Hipogonadisme merupakan istilah medis terjadinya defisiensi gonad
(ovarium atau testis) menghasilkan hormon testosteron, estradiol,
progesteron, inhibin B, aktivin dan gamet (telur dan sperma).
EPIDEMIOLOGI
• Dapat terjadi pada semua usia. • Jika terjadi setelah pubertas, terjadi
• Konsekuensinya berbeda sesuai infertilitas dan disfungsi seksual
dengan usia saat onset.
• Jika terjadi sebelum lahir (tidak
lengkap/cacat), ambiguitas seksual
dapat terjadi. Jika terjadi sebelum
pubertas, pubertas tidak berlanjut.
KLASIFIKASI
01 Hypothalamic-pituitary hypogonadism
Ditandai dengan kegagalan testis karena gangguan sentral yang
memengaruhi generator denyut hypothalamic gonadotropin-releasing
hormone (GnRH) atau hipofisisgonadotrope untuk merespon sekresi LH
dan FSH.

02 Testicular hypogonadism / Primary hypogonadism


Terjadi jika gonad tidak menghasilkan jumlah steroid seks yang cukup
untuk menekan sekresi LH dan FSH

03 Combined hypogonadism
Terjadi ketika aksis hypothalamic-pituitary dan testis rusak secara
bersamaan.
Etiologi

• Hipogonadisme dapat terjadi akibat bawaan maupun didapat.


• Alat kelamin yang ambigu, mikropenis seta kriptorkismus bilateral merupakan tanda-tanda defisiensi
testosterone pada pria pubertas.
• Penyebab hipogonadisme dapat dibedakan menjadi etiologi primer dan etiologi sekunder dan dapat
diketahui dengan cara mengukur kadar serum LH dan FSH pada pria dengan kadar testosterone yang telah
terkonfirmasi rendah.
• Etiologi primer meliputi hipogonadisme terkait usia, sindrom Klinefelter, kriptorkismus yang tidak dikoreksi,
kemoterapi kanker, terapi radiasi serta trauma yang dicirikan dengan testosterone rendah dengan kadar LH
maupun FSH yang tinggi.
• Etiologi Hipogonadisme sekunder meliputi neoplasma hipofisis, hiperprolaktinemia, gangguan infiltrative
hemochromatosis serta kelainan genetic sekresi GnRH
Faktor Risiko

01 HIV / AIDS

02 Kemoterapi atau terapi radiasi sebelumnya

03 Penuaan

04 Kegemukan

05 Malnutrisi
Patofisiologi

• Produksi testosteron bergantung pada stimulasi dari kelenjar hipofisis anterior yang
mengeluarkan LH ke dalam sirkulasi.
• Ketika LH berikatan dengan reseptornya pada sel Leydig, cAMP . ekspresi
dari dua protein: StAR (protein regulator steroidogenik akut ) dan CYP11A1 (enzim
pembelah sidechain kolesterol).
• StAR mempromosikan transfer kolesterol dari membran mitokondria luar ke membran
mitokondria bagian dalam sementara CYP11A1 mendorong konversi kolesterol menjadi
pregnenolone yang merupakan prekursor semua hormon steroid.
• Pregnenolone akan mengubah 17 alfa-hidroksilasi 17 OH pregnenolone DHEA
(dehydroepiandrosterone). androstenediol untuk membuat testosteron.
• Hipogonadisme primer adalah ketika steroidogenesis testis tidak cukup untuk mensintesis
kadar testosteron yang memadai
• Hipogonadisme sekunder terjadi ketika memberi sinyal ke testis (baik dari hipofisis, melalui
LH, atau dari hipotalamus, melalui GnRH) tidak dapat merangsang produksi testosteron sel
Leydig yang cukup.
PENEGAKAN DIAGNOSIS

Anamnesis

01 Pria : 02 Wanita:

• Anomali perkembangan yang terkait dengan sistem


• Tanda yang berhubungan dengan
genital (misal hipospadia, mikropenis, dan
kriptorkismus) sindrom Turner (missal limfedema,
• Untuk pria pasca pubertas, laju pertumbuhan jenggot, kelainan congenital jantung atau
libido dan fungsi seksual. ginjal, dan pola pertumbuhan yang
• Kemungkinan penyebab kegagalan testis yang didapat pendek)
(misal, Orkitis gondok, trauma, paparan radiasi pada • Usia menarche dan gejala kelebihan
kepala atau testis, dan kemoterapi) androgen seperti jerawat dan
• Obat yang dapat mengganggu fungsi testis, termasuk hirsutisme.
agen yang mengganggu sintesis testosteron, seperti
spironolakton dan siproteron. Agen seperti kortisol,
mariyuana, heroin, dan metadon dapat mengganggu
sekresi gonadotropin.
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik

01 Pria : 02 Wanita:

• Evaluasi testis
• Pemeriksaan genital (kelamin)untuk hipospadia • Pemeriksaan kelamin
• Pemeriksaan skrotum • Menentukan sejauh mana androgenesasi
• Evaluasi tingkat virilisasi • Menentukan tingkat ekstrogenesasi, dibuktikan
• Adanya temuan mikrophallus menunjukan sindrom dengan:
Kallmann atau panhypopituitarism dan meningkatkan • Perkembangan payudara
kekhawatiran adanya hipogonadisme hipogonadotropik
• Stadium pubertas, menggunakan kriteria Tanner untuk alat • Pematangan mukosa vagina
kelamin, rambut kemaluan, dan rambut ketiak • Pemeriksaan tandaTurner Syndrome
• Pemeriksaan tanda sindrom Klinefelter
• Perawakan tinggi, terutama jika panjang tungkai tidak
proporsional
• Ginekomasti
• Habitus tubuh eunuchoid
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang

01 Pria : 02 Wanita:

• Kadar FSH
• Tingkat FSH
• Tingkat LH
• Tingkat prolactin • Tingkat LH
• Tingkat testosterone • Tingkat prolactin
• Fungsi tiroid • Tingkat estradiol
• Pemeriksaan cairan mani • Kadar antibody antovarian, jika kadar
• Kariotipe gonadotropinnya meningkat
• Biopsi testis • Fungsi tiroid
• Berdasarkan pedoman Perhimpunan Endokrin, pada • Kariotipe
laki-laki setelah pubertas, hipogonadisme didasarkan
pada gejala dan tanda hipogonadisme, ditambah
dengan kadar testosteron yang rendah yang diukur
setidaknya sebanyak 2 kali.
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan tambahan untuk evaluasi pasien hipogonadisme

• Tes stimulasi hormone adrenokortikotropik (ACTH)


• Tes stimulasi hormone pelepas hormon luteinizing (LHRH)
• Pengujian jaringan testis
TATALAKSANA

Tujuan pengobatan
• Untuk mempertahankan karakteristik seksual sekunder dan fungsi seksual normal

• Untuk membangun dan mempertahankan massa tulang dan otot yang normal

• Untuk membantu dalam penyesuaian psikososial remaja dengan hipogonadisme


TATALAKSANA
Perawatan medis

• Penanganan berupa terapi penggantian hormonal dengan sex steroid, yaitu estrogen untuk wanita dan testosterone
untuk pria.
• Pengenalan sex steroid dalam kasus hipogonadisme dimulai dengan penggunaan dosis kecil yang semakin lama semakin
meningkat selama beberapa tahun..
• Untuk perempuan, Salah satunya dengan menggunakan estrogen terkonjugasi mulai dari dosis terendah 0,15 mg setiap
hari dan dititrasi ke atas dalam interval 6-12 bulan hingga 0,625 mg setiap hari, di mana menstruasi dapatdiinduksi
dengan pengenalan progestin. Sebagai alternatif, transdermal 17β-estradiol (0,08sampai 0,12 mcg estradiol / kg) dapat
digunakan.
• Untuk laki laki,Umumnya dianjurkan bahwa suntikan intramuscular testosterone dengan testosteron enanthate atau
testosterone cypionate diberikan dosis 50 sampai 100 mg setiap minggu atau dosis 100 sampai 200 mg setiap dua
minggu..
• Gel testosterone
• Terapi dengan penggantian sex steroid memastikan perkembangan karakteristik seksual sekunder dan pemeliharaan
fungsi seksual normal. Alternatif untuk pria dengan hipogonadisme hipogonadotropik adalah pengobatan dengan LHRH
pulsatil atauh hCG, yang salah satunya dapat merangsang pertumbuhan testis dan spermatogenesis.
TATALAKSANA
Perawatan Bedah

• Adanya risiko gonadoblastoma dan karsinoma yang signifikan, jaringan gonad harus diangkat pada wanita
dengan kariotipe yang mengandung kromosom Y.
• Keadaan ini diamati pada wanita dengan disgenesis gonad XY atau pada pasien dengan sindrom Turner
yang memiliki kariotipe yang mengandung kromosom Y (biasanya pada 1 dari 2 atau lebih kariotipe
mosaik).
• Pria dengan jaringan testis yang tidak berfungsi harus menjalani orchiectomy dan penggantian dengan
prostesis.
KOMPLIKASI

01 Pria : 02 Wanita:

• Pada pasien laki-laki dengan hipogonadisme bila tidak ditangani


maka akan mengalami penurun
• Pada wanita dengan hipogonadisme, komplikasinya
• gairah seksual (libido), stamina fisik, implikasi sosial dalam termasuk
mencari rekan ( bila hipogonadisme terjadi saat masa puber) dan • implikasi sosial gagal melalui pubertas dengan teman
osteoporosis. sebayanya.
• Laki laki dengan hipogonadisme hipergonadotropik biasanya • Osteoporosis
tidak subur, meskipun telah melakukan prosedur TESE (Testicular • Dan pada wanita yang mengalami hipogonadisme
sperm extraction) pada seseorang dengan sindrom klinefelter. karena disfungsi hipotalamik atau hipofisis dapat
• Laki-laki yang mengalami hipogonadisme karena disfungsi
hipotaalamik atau hipofisis akan berpotensi menjadi subur
berpotensi menjadi subur dengan memberikan
dengan pemberian gonadotropin. gonadotropin.
• Laki-laki dengan hipogonadisme yang tidak diobati meningkatkan • Wanita dengan hipogonadisme primer sebenarnya
resiko pengembangan penyakit autoimun rematik, serta untuk tidak subur, akan tetapi bisa diatasi dengan pembuahan
rheumatoid arthritis dan lupus. in vitro menggunakan sel telur donor.
PROGNOSIS
• Tidak ada peningkatan mortalitas yang diamati pada pasien dengan
hipogonadisme.
• Morbiditas untuk pria dan wanita termasuk infertilitas dan
peningkatan risiko osteoporosis.
• Pada wanita, peningkatan risiko osteoporosis lebih meningkat
untuk terjadi risiko osteoporosis berat.
• Pada pria, hipogonadisme menyebabkan penurunan kekuatan otot
dan disfungsi seksual.
• Pria dan wanita dengan hipogonadisme dapat menjalani hidup
normal dengan penggantian hormon.
KIE
• Pada pasien dengan hipogonadisme biasanya akan dirujuk ke pusat
pelayanan terkait seperti impoten atau disfungsi erektil dan
amonera.
• Pasien dengan hipogonadisme biasanya mendapati pengobatan
steroid seks. Dimana tujuan dari pengobatan ini untuk membantu
perkembangan dan mempertahankan karakteristik seksual
sekunder dan fungsi seksual normal dan lainnya seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya.
• Terapi ini bersifat seumur hidup dengan pengecualian pada orang
dengan hipogonadisme hipogonadotropik kongenital karena
pemulihannya bisa berlangsung secara spontan.
• Oleh karena itu pasien perlu diberi edukasi untuk pemantauan
jangka panjang yang dapat mencakup pengukuran konsentrasi
testosteron pada pria dan evaluasi massa tulang dengan
absorptiometri radiografi ganda dan penilaian faktor risiko
kardiovaskular.
Sumber
• Burney, B.O and Jose M.G. 2012. Hypogonadism in Male Cancer Patient. J ournal of Cachexia, Sarcopenia, and Muscle.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3424192/ (Diakses 04 November 2020)
• Dandona, P. and Rosenberg, M., 2010. A practical guide to male hypogonadism in the primary care setting. International Journal
of Clinical Practice, [online] 64(6), pp.682-696. Avilable at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2948422/
• Fernandes, C. J. et al. Male Obesity-related Secondary Hypogonadism-Pathophysiology, Clinical Implications and Management.
European Endocrinology. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6785957/ (Diakses 04 November 2020)
• Mayoclinic. 2019. Male Hypogonadism.https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/male-hypogonadism/symptoms-
causes/syc-20354881 (Diakses 04 November 2020)
• Rey RA, Grinspon RP, Gottlieb S, et al. 2012 .Male hypogonadism: An extended classification based on a developmental,
endocrine physiology-based approach. Andrology. Vol 1.doi: 10.1111/j.2047-2927.2012.00008.x.Dapatdiakses di :
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23258624/
• S. Omeed, S. Janice 2020. Hypogonadism. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532933/
• Sizar O, Schwartz J. Hypogonadism. [Updated 2020 Aug 16]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;
2020 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532933/
• Sterling,J., Bernie, A. and Ramasamy, R., 2015. Hypogonadism: Easy to define, hard to diagnose, and controversial to treat.
Canadian Urological Association Journal, [online] 9(1-2), p.65. Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4336035/#!po=5.00000.
• Vogiatzi Maria G. 2019 .Hypogonadism .Medscape .Dapatdiakses di : https://emedicine.medscape.com/article/922038-
overview#a1
• Wong, N.et al. Hypogonadism in The HIV-Infected Man.Current Treatment Options in Infectious Diseases.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5346114/ (Diakses 04 November 2020)
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai