Anda di halaman 1dari 14

Pengaruh musik, puisi, dan seni lainnya pada perkembangan individu

1. Pengaruh musik
Pengaruh Musik terhadap Perkembangan Individu Musik adalah suatu kesenian
yang sangat berpengaruh karena melalui musik kita juga bisa menyampaikan pesan
kepada masyarakat tentang hati nurani kita. Pada saat pembelajaran guru dapat memutar
musik untuk menciptakan relaksasi dan kegairahan siswa. Musik menjadi pembangkit
motivasi siswa. Mereka bergairah mengikuti kegiatan belajar dan melepas ketegangan
dalam menyelesaikan berbagai kegiatan sesuai dengan tugas-tugas belajarnya. Campbell
(1996) mengemukakan bahwa untuk meningkatkan kecerdasan musik pada siswa dapat
dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya melalui (1) memperkenalkan musik di
dalam kelas, (2) mendengarkan musik, (3) membuat instrumental musik di kelas.
Sementara Chris Brewer, (1995) memberikan contoh cara yang sangat efektif untuk
mengintegrasikan musik pada pembelajaran. Untuk setiap tujuan, kelas diperkaya dengan
musik dengan menggunakan beragam teknik secara bervariasi. Penggunaan musik di
kelas akan membantu meningkatkan kegembiraan siswa dalam belajar dan sekaligus juga
dapat meningkatkan efektivitas ketercapaian tujuan. Yang tidak kalah pentingnya belajar
melalui musik dan atau belajar dengan musik, serta belajar tentang musik dapat
memberikan banyak manfaat bagi perkebangan baik fisik maupun mental siswa. Melalui
musik banyak yang dapat dipelajari oleh siswa di antaranya dikemukakan berikut ini.

a. Belajar Informasi

Musik dapat digunakan untuk membantu siswa mengingat pengalaman belajar dan
informasi. Dalam pembelajaran yang mengutamakan siswa aktif, pengalaman musik
dilakukan melalui menciptakan sebuah soundtrack untuk kegiatan belajar. Soundtrack
mampu meningkatkan minat dan mengaktifkan informasi secara mental, fisik, atau
emosional. Musik juga dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang sangat terfokus, di
mana kosakata dan bahan bacaan diserap pada tingkat yang besar. Jika informasi
dikemas melalui irama dan sajak, unsur-unsur musik ini akan menyediakan sebuah
kaitan untuk ingatan.

Berikut adalah tiga cara yang dapat dilakukan guru dalam menggunakan musik untuk
membantu siswa belajar informasi.

1) Pengalaman Aktif Belajar

Musik akan mengaktifkan siswa secara mental, fisik, dan emosional dan menciptakan
pusat minat terhadap apa yang dipelajari sehingga dapat meningkatkan pemahaman
tentang materi pembelajaran. Misalnya pada kelas IPS, saat siswa membaca materi
sejarah perjuangan bangsa, sambil mendengarkan musik yang berirama perjuangan, maka
musik tersebut akan membantu siswa untuk memahami materi tentang perjuangan
tersebut. Pembelajaran akan semakin menarik dan semakin efektif, mankala dilanjutkan
dengan kegiatan bermain peran dengan musik latar tetap mengalun. Materi pelajaran akan
dipahami dengan sangat baik dan mudah diingat karena musik membantu siswa untuk
menghargai pengalaman dan mengatur suasana hati.

2) Fokus dan Alpha Minat Belajar

Musik menstabilkan mental, fisik dan irama emosional untuk mencapai keadaan
konsentrasi mendalam dan fokus di mana sejumlah besar konten informasi dapat diproses
dan dipelajari. Musik barok, seperti yang digubah oleh Bach, Handel atau Telemann,
yaitu 50-80 denyut per menit menciptakan suasana fokus yang mengarah ke dalam
konsentrasi siswa dalam keadaan gelombang otak alfa. Belajar kosakata, menghafal fakta
atau membaca yang diiringi musik ini sangat efektif. Di sisi lain, energi musik Mozart
membantu dalam mempertahankan perhatian selama waktu mengantuk, dan membantu
siswa untuk tetap waspada saat membaca atau bekerja pada proyek-proyek.

3) Menghafal

Lagu, nyanyian, puisi, dan ketukan yang berirama musik akan meningkatkan isi memori
fakta dan rincian melalui rima, irama, dan melodi. Maksudnya materi yang dikemas
dalam lagu, nyanyian, dan puisi yang ditulis sendiri oleh siswa akan menjadi alat memori
yang hebat.

b. Meningkatkan Perhatian, Sikap, dan Atmosper

Musik tertentu akan menciptakan suasana belajar yang positif dan membantu siswa untuk
merasa diterima untuk berpartisipasi dalam pengalaman pembelajaran. Dengan cara ini
juga telah sangat mempengaruhi siswa pada sikap dan motivasi untuk belajar. Irama dan
tempo suara musik dapat membantu siswa dalam menetapkan dan mempertahankan fokus
perhatiannya dan tetap bersemangat, sekalipun mereka ada dalam keadaan letih lesu.
Juga membantu mereka menemukan damai dan tenang ketika mereka terlalu
bersemangat dalam beberapa cara.

Berikut adalah dua cara untuk menggunakan musik dalam membangun sikap, perhatian
dan suasana.

1) Menyambut dan Perhatian

Musik latar dapat digunakan untuk memberikan suasana yang bersahabat dan membantu
mempersiapkan dan memotivasi siswa untuk tugas-tugas belajar. Musik dapat
memberikan energi untuk meningkatkan perhatian atau memberikan ketenangan ketika
diperlukan. Saat siswa memasuki ruang kelas mendengar musik mengalun atau saat
mereka pergi untuk istirahat atau makan siang mendengar musik mengalun pula, suasana
seperti itu benar-benar dapat mengubah atmosfer suasana hati. Tentu untuk membuat
atmosfer yang menekankan pada suasana menyambut, meminta perhatian, atau bahkan
untuk suatu perpisahan diperlukan musik yang tepat. Dengan kata lain, apa musik yang
tepat manakala siswa masuk kelas, dan manakala guru meminta perhatian pada siswa,
begitu pula saat siswa harus meninggalkan kelas. Dalam hal ini, guru dapat memilih
musik yang penuh semangat, musik yang menciptakan ketenangan, musik yang dapat
menghidupkan suasana, atau musik yang bertemakan untuk memberikan informasi terkait
materi pelajaran, dan sebagainya.

2) Membangun Masyarakat Belajar

Musik menyediakan lingkungan yang positif yang meningkatkan interaksi siswa dan
membantu mengembangkan rasa kebersamaan dan kerjasama. Musik adalah alat yang
ampuh untuk memahami budaya sendiri dan juga budaya lain dan dapat menjadi ikatan
dengan satu sama lainnya. Memilih dan memainkan lagu tema kelas, mengembangkan
ruang kelas "ritual" seperti menggunakan musik untuk menyapa dengan hello misalnya
pada saat mau bekerja kelompok, atau selamat tinggal saat selesai kegiatan kelompok
atau kegiatan kelompok lainnya. Menggunakan musik baik sebelum, selama, atau setelah
kegiatan belajar bersama adalah cara yang baik untuk membangun pengalaman
komunitas yang langgeng.

c. Ekspresi Pribadi

Musik adalah pintu ke alam batin dan penggunaan musik yang kreatif dan reflektif dapat
memfasilitasi ekspresi pribadi baik dalam menulis, seni, gerakan, dan kegiatan belajar
lainnya. Penciptaan komposisi musik menawarkan jalur untuk mengungkapkan perasaan
dan keyakinan pribadi dalam bahasa suara musik.

Berikut adalah dua cara, bahwa musik dapat membantu siswa untuk mengungkapkan diri
sendiri.

1) Kreativitas dan Perenungan

Musik latar dapat digunakan untuk merangsang proses internal, untuk memfasilitasi
kreativitas, dan mendorong refleksi pribadi. Memperdengarkan musik, seperti piano solo
baik dalam gaya klasik maupun kontemporer, pada saat siswa menulis laporan, menulis
atau mengarang, menulis jurnal, atau menulis terkait proyek belajarnya mampu
memusatkan perhatian pada waktu yang lebih lama daripada tanpa musik. Dalam sebuah
studi, siswa menulis dua kali lebih banyak bila diiringi musik daripada tanpa musik.

2) Ekspresi Pribadi melalui situs Intelijen

Menciptakan musik untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan batin dan


mengembangkan kecerdasan musikal melalui pemahaman irama, pitch, dan bentuk.
Menulis lagu yang terkait dengan konten atau materi pelajaran memungkinkan siswa
untuk mengungkapkan bagaimana perasaan mereka. Misalnya menulis lagu tentang isu-
isu penting terkait insiden bersejarah, merangkai peristiwa bersejarah dalam sebuah syair
lagu dari topik ilmu sosial atau menulis puisi terkait kondisi sosial, ekonomi, politik
sejalan dengan kondisi saat ini. Siswa juga dapat menciptakan instrumental "soundtrack"
dengan irama sederhana instrumen yang menggambarkan auditorily yang sangat penting
tentang penemuan ilmiah, peristiwa sejarah, atau tindakan dalam sebuah novel. Terkait
dengan musik dalam pembelajaran, yang tujuannya adalah untuk menanamkan ideology
nasional dan semangat perjuangan terhadap siswa usia sekolah dasar, maka music (lagu-
lagu cinta tanag air dan perjuangan) yang dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran, di
antaranya adalah Bagimu Negeri; Berkibarlah Benderaku; Bendera Merah Putih; Bangun
Pemuda Pemudi; Dari Sabang Sampai Merauke; Garuda Pancasila; Gugur Bunga; Hari
Merdeka; Halo-Halo Bandung; Indonesia Mutiaraku; Indonesia Raya; Indonesia tanah air
beta; Indonesia Tetap Merdeka; Maju Tak Gentar; Satu Nusa Satu Bangsa; Syukur, dan
sebagainya. Melaui apresiasi langsung terhadap lagu-lagu tersebut secara perlahan tetapi
pasti semangat juang para pendiri bangsa Indonesia ini akan dapat ditularkan kepada
generasi penerus bangsa ini.

https://www.researchgate.net/publication/305795261_Musik_Dalam_Pembelajaran

2. Pengaruh puisi pada masa kini

Masyarakat pada zaman dulu sering bercerita menggunakan sastra lisan untuk
penyampaian pesan kehidupan atau hiburan. Sastra lisan digunakan pada masa itu karena
belum ada media tulis, jikalau ada masih jarang. Sastra lisan juga dianggap lebih mudah
untuk diceritakan kepada orang-orang karena langsung secara verbal, atau bisa juga
dongeng untuk anak-anak.

Perkembangan sastra lisan dulu, sebelum tulisan sudah umum seperti sekarang ini, cukup
maju dan berkembang. Banyak orang-orang yang membuat sastra seperti misalnya syair,
pantun, dongeng, legenda, dan mitos.

Kehidupan zaman itu menjadi sangat estetik karena orang sering bercerita; hampir segala
sendi kehidupan berkaitan dengan sastra. Bahkan beberapa sastra lisan ada yang dianggap
sakral dan tidak boleh untuk dilanggar, seperti mitos misalnya. Cara masyarakat zaman
dulu untuk bereksistensi dalam memahami dunia lalu menginterpretasikannya, tetapi
dengan cara yang kurang memadai yaitu melalui mitologi.

Sastra lisan zaman dulu memiliki peran yang besar dalam membentuk, mempengaruhi,
dan menetapkan pola pikir, sikap, perilaku, dan sudut pandang seseorang di suatu
masyarakat dalam memandang dan mengarungi kehidupan.

gunakan sastra lisan untuk penyampaian pesan kehidupan atau hiburan. Sastra lisan
digunakan pada masa itu karena belum ada media tulis, jikalau ada masih jarang. Sastra
lisan juga dianggap lebih mudah untuk diceritakan kepada orang-orang karena langsung
secara verbal, atau bisa juga dongeng untuk anak-anak.

Perkembangan sastra lisan dulu, sebelum tulisan sudah umum seperti sekarang ini, cukup
maju dan berkembang. Banyak orang-orang yang membuat sastra seperti misalnya syair,
pantun, dongeng, legenda, dan mitos.

Kehidupan zaman itu menjadi sangat estetik karena orang sering bercerita; hampir segala
sendi kehidupan berkaitan dengan sastra. Bahkan beberapa sastra lisan ada yang dianggap
sakral dan tidak boleh untuk dilanggar, seperti mitos misalnya. Cara masyarakat zaman
dulu untuk bereksistensi dalam memahami dunia lalu menginterpretasikannya, tetapi
dengan cara yang kurang memadai yaitu melalui mitologi.

Sastra lisan zaman dulu memiliki peran yang besar dalam membentuk, mempengaruhi,
dan menetapkan pola pikir, sikap, perilaku, dan sudut pandang seseorang di suatu
masyarakat dalam memandang dan mengarungi kehidupan.

Lalu, apakah sastra lisan masih memiliki relevansi di masa sekarang ini? Pertanyaan itu
yang menjadi tilikan bagi kita sebagai orang modern, mengingat masa ini sudah sangat
maju.

Sastra lisan yang sarat dan kental akan kebudayaannya, yang mengandung nilai moral,
seni, dan falsafah kehidupan, apakah masih dibutuhkan dan digemari oleh masyarakat
masa kini? Jika dilihat, sebagian besar orang memang ada yang sudah tidak peduli karena
prioritasnya yang terletak pada iptek. Sastra lisan yang identik dengan kesan "kuno"
mulai ditinggalkan dari waktu ke waktu. Meski masih ada sebagian orang yang tetap
teguh mempertahankan budaya sastra lisan.

Terdapat berbagai macam cara untuk mempertahankan sastra lisan dan mengenalkannya
kepada anak-anak sejak dini. Pertama, melalui pendidikan di sekolah. Kedua, peran orang
tua menceritakan sastra lisan, itu untuk pengenalan kepada anak. Lalu jika kepada
masyarakat umum bagaimana? Sebenarnya kesadaran tentang budaya yang dimiliki
begitu kaya, mengapa tidak ada hasrat untuk mempertahankan dan melestarikan? Kecuali
orang-orang yang berkecimpung di bidangnya seperti budayawan dan sastrawan.
Seharusnya dalam menjaga sastra lisan bukan hanya tugas sebagian orang tetapi
semuanya, sebab itu merupakan warisan bangsa.

Kontribusi masyarakat dalam melestarikan sastra lisan namun dikemas dalam bentuk
yang lebih modern dan menarik, tetapi tidak menghilangkan nilai asli dari sastra tersebut.
Sebagai contoh dongeng dan fabel yang dibuat animasi dan ditonton oleh anak-anak; ada
juga dongeng yang dibukukan lalu diceritakan kembali, meski terdapat beberapa proses
di sana namun tetaplah sastra lisan. Pembuatan film juga dapat dilakukan, dan yang
terpenting adalah pelestarian sastra lisan harus secara kontinu, serta kesadaran pada
masyarakat untuk tetap melestarikan dan mengaplikasikan sastra lisan di dalam
kehidupan.

Sastra lisan harus dipertahankan karena tetap memiliki relevansi di masa kini, nilai moral
yang terdapat di dalamnya dibutuhkan oleh generasi sekarang. Perkembangan iptek dan
pengaruh globalisasi jangan sampai menghilangkan nilai kebaikan pada diri seseorang.

https://www.kompasiana.com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/adinda98/5b3
71054caf7db7cf61c26e4/relevansi-sastra-lisan-di-era-modern?

3. Pengaruh seni

 Pengertian Seni

Seni merupakan proses kreativitas manusia, yang berasal dari ide, gagasan, luapan
perasaan yang diekspresikan melalui media tertentu, sehingga orang lain dapat turut
menikmatinya dan dapat turut mengapresiasi pesan yang disampaikan oleh pembuat
karya seni tersebut. Manusia sangat erat dengan pesan-pesan, yang diteruskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Melalui seni, manusia mewariskan pesan-pesan
kehidupan, sebuah kebijaksanaan untuk mengatasi tantangan kehidupan. Metafora alam
diceritakan dengan penuh pesona dalam sebuah cerita legenda, ataupun diterjemahkan ke
dalam tari-tarian ataupun juga nyanyian.

Seni adalah produk budaya manusia yang usianya sudah sangat tua, di setiap peradaban
pasti menunjukkan bentuknya. Memang tidak semuanya mengalami nasib yang cukup
baik untuk bisa sampai di tangan generasi masa kini, sebagian rusak tidak terawat,
bahkan sebagian dimusnahkan karena alasan kepercayaan. Namun, seni terus mengalir
dari generasi ke generasi, memperbaharui bentuknya yang kontekstual terhadap jaman.
Misalkan, lakon Odiesus yang tersohor dari jaman Yunani kuno, hingga masa kini kerap
dipentaskan oleh grup-grup teater. Ataupun, cerita Romeo dan Juliet yang hingga hari ini
menjadi simbol kisah percintaan yang tragis. Karya seni tersebut berjalan menembus
ruang dan waktu, mendapatkan tempatnya di generasi masa kini.

Contoh pengaruh seni saat ini yaitu :.

••Pengaruh seni dan desain terhadap gaya hidup masa kini

Dunia seni dan desain kini sangat berkembang pesat pada era globalisasi seperti sekarang
ini. Karena tidak bisa dipungkiri lagi seiring dengan berkembangnya teknologi,
kreativitas yang kita miliki tersebut menjadi sangat terbantu. Maka dari itu perkembangan
seni dan desain itu pun semakin melesat. Akan tetapi dari perkembangan tersebut timbul
sebuah pengaruh, baik pengaruh yang bersifat positif maupun pengaruh yang bersifat
negative. Mari kita sedikit telaah pengaruh – pengaruh apa saja yang timbul dalam
kehidupan sehari – hari kita. Hal apapun akan sangat menguntungkan bila berhubungan
dengan pengaruh positif, contoh positif dari perkembangan dan keajuan dunia kreatif ini
negara kita dapat mensejajarkan dunia kreatif dan mampu bersaing dengan karya – karya
luar negeri, ddan selain itu pula pengetahuan dalam dunia desain selalu memberikan
inovasi – inovasi baru sehingga tidak mempertahankan cara – cara lama yang akan
membuat pola piker kita terpaku pada pemikiran yang lama. Lalu kita telaah contoh
buruk atau negative dari perkembangan seni dan desain yaituu seperti halnya orang yang
memakai tatto, menurut orang yang memakai tattoo tersebut mengatakan bahwa gambar
yang ada pada tubuhnya itu adalah sebuah seni , padahal menurut pandangan islam orang
yang memakai tattoo itu ibadahnya tidak akan di terinma oleh alloh swt, dan hal tersebut
dapat menimbulkan suatu kontroversi antara kedua belah pihak . Dan contoh lainnya
saya ambil dari desain – desain pakaian yang makin zaman semakin minim bahan yang
digunakan oleh pada desainer, dan hal seperti ini sangat bertentangan dengan kaiddah
islam yang di haruskan untuk berpakaian tertutup dan sopan. Semoga para desainer kelak
khususnya desainer fesyen dapat lebih inovatif lagi untuk mencaiptakan karya –
karyanya.

https://rajifartlantis.wordpress.com/pengaruh-seni-dan-desain-terhadap-gaya-hidup-masa-
kini/

••SENI DALAM KEHIDUPAN

Seni pada posisi tertentu memiliki dimensi yang begitu luas, sedangkan bagi mata yang
awam, mungkin seni dipandang hanya pada produk lukis semata. Padahal, produk seni
begitu beragam. Namun yang paling penting bukanlah produk seninya, melainkan proses
kreatif yang terjadi. Seni membantu manusia untuk memahami dirinya, sesamanya, dan
dunianya. Mungkin akan ada pihak-pihak yang merasa terganggu dengan karya seni yang
dihasilkan, dengan berbagai alasan. Namun, kita harus ingat bahwa proses kreatif
sejatinya tidak dapat dibendung.

Memang di masa sekarang ini, produk teknologi sedang diagung-agungkan, begitupun


dengan aktivitas ekonomi yang menjadi kegiatan utama kehidupan dari sejak lama.
Ketika manusia abai terhadap seni yang menjadi wadah untuk meneduhkan jiwanya yang
sedang gundah dan penuh tanda tanya, manusia menjadi sakit karena tidak mampu
mengendalikan amarahnya. Kita lihat di kota-kota besar seperti Jakarta, sangatlah mudah
untuk memantik kerusuhan, sedikit gesekan yang dibumbui dengan embel-embel
penistaan agama sudah bisa menjadi kekacauan sosial. Masyarakat Indonesia saat ini
sering goyah karena jarang berkesenian, seni jauh dari keseharian. Kebanyakan
memosisikan diri sebagai penonton ketimbang pelaku, banyak alasan yang dikemukakan.
Mulai dari tidak berbakat, tidak mampu, tidak pantas, dll.
Sesungguhnya berkesenian tidak memerlukan kemampuan atau keterampilan khusus,
karena untuk mengekspresikan ide, gagasan dan perasaan bisa dilakukan dengan sebebas-
bebasnya. Tidak ada yang berhak untuk menghakimi, menilai apakah karya seni kita
bagus atau tidak. Kita harus berkesenian karena di dalamnya adalah proses pertumbuhan,
pematangan diri dengan mengekspresikan ide, gagasan, perasaan yang ada di dalam diri
secara berkala. Tanpanya, manusia akan menjadi makhluk yang “kosong” karena tidak
mampu mengekspresikan dirinya.

http://proaktif-online.blogspot.com/2013/12/pikir-pengaruh-seni-dalam-hidup-
manusia_23.html?m=1

4. Definisi Sastra

Sastra (Sansekerta शास्त्र, shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta śāstra,
yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar śās- yang
berarti “instruksi” atau “ajaran”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk
merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau
keindahan tertentu. Tetapi kata “sastra” bisa pula merujuk kepada semua jenis tulisan,
apakah ini indah atau tidak.

Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra
lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan
bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran
tertentu. Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa.[6]

Berikut merupakan pengertian sastra menurut para ahli :

a. Fananie (2000)

“ Bahwa sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi
yang spontan yang mampu mengungkapkan kemampuan aspek keindahan yang baik yang
didasarkan aspek kebahasaan maupun aspek makna”.

b. Semi ( 1984 : 8)

“ Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan semi kreatif yang objeknya adalah
manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahas sebagai mediumnya “.

c. Teeuw ( 1984 : 23)


“ Kata satra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahas Sansekerta akar kata Sas-, dalam
kata kerja turunan berarti mengarahkan, mengajar, memberikan petunjuk atau instruksi.
Akhiran kata tra- biasanya menunjukkan alat, suasana. Maka dari sastra dapat berarti, alat
untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi dan pengajaran; misalnya silpasastra,
buku arsitektur, kemasastraan, buku petunjuk mengenai seni cerita. Awalan su- berarti
baik, indah sehingga susastra dapat dibandingkan dengan berbagai belles letter”.

Kutipan di atas menyatakan, sastra diartikan sebagai alat untuk mengajar, memberi
instruksi dan petunjuk kepada pembaca.

d. Wellek dan Warren ( 1987 : 3 ) mengatakan bahwa sastra adalah suatu kajian
kreatif, sebuah karya seni.

e. Damono ( 1984 : 10) mengatakan bahwa lembaga sosial yang menggunakan bahasa
sebagai medium : bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan
gambaran kehidupan dan kehidupan itu adalah merupakan suatu kenyataan sosial.

Dari keseluruhan defenisi sastra di atas, adalah berdasarkan persepsi masing-masing


pribadi dan sifatnya deskriptif, pendapat itu berbeda satu sama lain. Masing-masing ahli
merupakan aspek-aspek tertentu, namun yang jelas defenisi tersebut dikemukakan dengan
prinsip yang sama yaitu manusia dan lingkungan. Manusia menggunakan seni sebagai
pengungkapan segi-segi kehidupan. Ini suatu kreatifitas manusia yang mampu yang
mampu menyajikan pemikiran dan pengalaman hidup dengan bentuk seni sastra.

Dari beberapa batasan yang diuraikan di atas dapat disebut beberapa unsur batasan yang
selalu disebut untuk unsur-unsur itu adalah isi sastra berupa pikiran, perasaan,
pengalaman, ide-ide, semangat kepercayaan dan lain-lain. Ekspresi atau ungkapan adalah
upaya untuk mengeluarkan sesuatu dalam diri manusia. Bentuk diri manusia dapat
diekspresikan keluar, dalam berbagai bentuk, sebab tampa bentuk tidak akan mungkin isi
tadi disampaikan pada orang lain. Ciri khas penggungkapan bentuk pada sastra adalah
bahasa. Bahasa adalah bahan utama untuk mewujudkan ungkapan pribadi di dalam suatu
bentuk yang indah.[7]

Secara urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan:

· Pujangga Lama

· Sastra “Melayu Lama”

· Angkatan Balai Pustaka

· Pujangga Baru

· Angkatan ’45
· Angkatan 50-an

· Angkatan 66-70-an

· Dasawarsa 80-an

· Angkatan Reformasi

5. Pengertian, Sifat, dan Hakikat Sastra Anak

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita dengar orang menyebutkan atau mengucapkan
kata “sastra anak”, “cerita anak” atau “bacaan anak”. Namun kenyataannya, istilah sastra
anakdalam beberapa kamus istilah sastra, seperti Kamus Istilah Sastra (Panuti Sudjiman,
1990: 71-72) dan Kamus Istilah Sastra (Abdul Rozak Zaidan, et al. 1994: 181-184), tidak
ditemukan lema itu. Demikian juga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988: 786-
787) atau Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Besar (Kamisa, 1997: 473) pun tidak kita
temukan lema atau sublema “Sastra Anak”. Lalu kita bertanya-tanya: apa pengertian dari
sastra anak itu?

Kata “sastra anak” merupakan dua patah kata yang dirangkaikan menjadi satu kata sebut,
yaitu dari kata sastra dan kata anak. Kata sastra berarti ‘karya seni imajinatif dengan
unsur estetisnya dominan yang bermediumkan bahasa’ (Rene Wellek, 1989). Karya seni
imajinatif yang bermedium bahasa itu dapat dalam bentuk tertulis ataupun dalam bentuk
lisan. Sementara itu, kata anak di sini diartikan sebagai ‘manusia yang masih kecil’
(KBBI, 1988: 31) atau ‘bocah’ (KBBI, 1988: 123). Tentu pengertian anak yang dimaksud
di sini bukan anak balita dan bukan pula anak remaja, melainkan anak yang masih
berumur antara 6-13 tahun, usia anak sekolah dasar. Jadi, secara sederhana istilah sastra
anak dapat diartikan sebagai ‘karya seni yang imajinatif dengan unsur estetisnya dominan
yang bermediumkan bahasa, baik lisan ataupun tertulis, yang secara khusus dapat
dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak’.

Sementara itu, Riris K. Toha Sarumpaet (1976: 21) menyatakan bahwa sastra anak adalah
karya sastra yang dikonsumsi anak dan diurus serta dikerjakan oleh orang tua. Pendek
kata, sastra anak ditulis oleh orang tua untuk anak. Orang tua jugalah yang mengedit,
mengilustrasi, mencetak, menerbitkan, mendistribusikan, memilihkannya di rumah atau
di sekolah, sering kali membacakannya, dan sesekali membicarakannya. Orang dewasa
pulalah yang membimbing anak dalah memilih dan mengusahakan bacaan yang baik bagi
anak.

Sebenarnya tidak semua sastra anak itu dibuat oleh orang tua. Penulisan sastra anak dapat
juga dilakukan oleh anak-anak itu sendiri, misalnya anak yang sudah berumur sepuluh
atau sebelah tahun ke atas, sudah dapat membuat puisi atau catatan harian pada majalah
Bobo.

Sifat dan hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak
yang khas milik mereka dan bukan milik orang dewasa. Sifat sastra anak-anak lebih
menonjolkan unsur fantasi. Sifat fantasi ini terwujud dalam eksplorasi dari yang serba
mungkin dalam sastra anak. Anak-anak menganggap segala sesuatu, baik benda hidup
maupun benda mati, itu berjiwa dan bernyawa, seperti diri mereka sendiri. Segala sesuatu
itu masing-masing dianggap memiliki imbauan dan nilai tertentu. Di situlah letak
kekhasan hakikat sastra anak, yaitu bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan
imbauan tetentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam alam kehidupan
mereka (Sarumpaet, 1976: 29).[8]

6. Pengajaran Sastra

Sastra, selain fungsinya sebagai penunjang mata pelajaran yang lain sehingga pendidikan
benar-benar merupakan suatu kebulatan dalam memajukan individu secara harmonis
menjadi a fully functioning person (Amien, 1980), pengajaran sastra juga mempunyai
fungsi ideologis, fungsi cultural, dan fungsi praktis (Sarwadi, 1971). Fungsi ideologis
merupakan fungsi utama, yaitu sebagai salah satu sarana Pembina jiwa Pancasila. Fungsi
cultural pengajaran sastra ialah memindahkan kebudayaan milik suatu generasi kepada
generasi berikutnya. Sastra sebagai suatu materi kebudayaan diajarkan agar dapat
dimiliki dan dikembangkan oleh generasi berikutnya. Oleh karena itu, pelaksanaan
pengajaran sastra hendaknya tidak bersifat pasif verbalistis, akan tetapi dinamis kreatif.
Fungsi praktis mencakup pengertian bahwa pengajaran sastra mempunyai fungsi
membekali bahan-bahan yang mungkin berguna untuk melanjutkan studi ataupun bekal
terjun di tengah kancah masyarakat.[9]

7. Karya Sastra : Puisi

Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya berati
penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan
–poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan
bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa
Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang
hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah
orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf,
negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.

Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:6) mengumpulkan definisi puisi yang pada
umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris sebagai berikut.
(1) Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah
dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara
sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat
erat berhubungannya, dan sebagainya.

(2) Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal.
Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam
puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya
yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi.

(3) Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang
imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Adapun Auden
mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-
baur.

(4) Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia
secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Misalnya, dengan
kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris,
pemilihan kata-katanya tepat, dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta
berirama seperti musik (pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur).

(5) Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah
dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan
menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak,
percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya
merupakan detik-detik yang paling indah untuk direkam.

Dari definisi-definisi di atas memang seolah terdapat perbedaan pemikiran, namun tetap
terdapat benang merah. Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:7) menyimpulkan bahwa
pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang puisi itu sebenarnya. Unsur-
unsur itu berupa emosi, imajinas, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera,
susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.[10]

8. Puisi Anak

Puisi adalah seni tertulis yang menggunakan bahasa untuk tambahan kualitas estetiknya
atau selain arti semantiknya. Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan
rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih
diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi
tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi
sumber segala kreativitas. Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar,
zigzag, dll). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan
pemikirannnya.

Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi
pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi
penulis selalu memiliki alasan untuk segala ‘keanehan’ yang diciptakannya. Tak ada yang
membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan
antara puisi lama dan puisi baru Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau
puisi cyber belakangan ini makin memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi
itu sendiri yaitu ‘pemadatan kata’. kebanyakan penyair aktif sekarang baik pemula
ataupun bukan lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok puisi tersebut.
mereka enggan atau tak mau untuk melihat kaidah awal puisi tersebut.
(http://id.wikipedia.org/wiki/puisi).

Anak-anak—secara psikologis—sering diibaratkan sebagai lembaran kertas yang


putih bersih tanpa noda. Berdasarkan asumsi ini, banyak puisi-puisi yang dibuat oleh para
penyair dewasa, dengan tujuan untuk memperkenalkan anak-anak pada puisi yang puitis,
“puisi yang benar-benar puisi”. Dalam hal ini, bantuan dan bimbingan guru untuk
menuntun anak memasuki wilayah “puisi yang benar-benar puisi” jelas sangat
diperlukan.

Sebutan “puisi yang benar-benar puisi” sesungguhnya berangkat dari “puisi yang
tampaknya saja puisi”, artinya secara visual memang menampakkan wujud puisi tetapi
tidak puitis. Puisi yang ditulis anak-anak, agaknya, banyak yang tergolong demikian,
meskipun kita barangkali perlu menyadari bahwa anak-anak itu baru mencoba-coba
menulis puisi, baru belajar menjadi penyair. Karena sedikit sekali puisi yang ditulis anak-
anak yang dikatakan puitis.

Kelemahan yang umum terdapat dalam puisi yang ditulis anak-anak adalah biasanya
berupa pemilihan kata yang tidak tepat dan ketidakmampuan dalam membangun dan
menghadirkan imaji.

Seperti yang kita ketahui, musik / lagu (lirik lagu adalah puisi yang dinyanyikan) bisa
memberikan efek yang sangat dalam bagi pendengarnya. Bahkan kabar terkini yang telah
kita ketahui bersama, bayi dalam kandungan pun bisa dipengaruhi dengan lagu yang
diputar dekat dengan perut ibunya. Dengan dasar ini pendidik bisa menggunakan lagu-
lagu dan musik (musikalisasi puisi) untuk mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam
benak peserta didik.[11]

9. Manfaat Karya Sastra Anak


Karya sastra anak setidaknya mempunyai lima manfaat bagi kehidupan, yaitu manfaat :

a. Estetika. Manfaat estetis dalam sastra anak adalah manfaat tentang keindahan yang
melekat, keindahan tersebut mampu memberi hiburan, kepuasan, kenikmatan, dan
kebahagiaan bathin ketika dibaca atau didengar.

b. Mendidik, artinya memelihara dan memberi latihan (ajaran) mengenai akhlak, budi
pekerti, dan kecerdasan pikir. Manfaat pendidikan pada karya sastra adalah member
berbagai informasi mengenai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan latihan.

c. Peka, artinya mudah terasa, mudah tersentuh, mudah tergerak, tidak lalai, dan tajam
menerima atau meneruskan pengaruh dari luar. Manfaatnya untuk selalu mengasah bathin
agar mudah tersentuh oleh hal-hal yang bersifat bathiniah maupun social.

d. Wawasan, artinya hasil mewawas, tinjauan atau pandangan. Manfaatnya untuk


memberi tambahan informasi, pengetahuan, pengalaman hidup, dan pandangan-
pandangan mengenai hidup.

e. Manfaat pengembangan kejiwaan dan kepribadian, yaitu mampu memperhalus


budi pekerti.

http://nnachieti-s-secret.blogspot.com/2013/01/pengaruh-karya-sastra-puisi-anak.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai