Anda di halaman 1dari 114

DAFTAR ISI

PERTEMUAN 8 .................................................................................................................... 2
PERTEMUAN 9 .................................................................................................................. 10
PERTEMUAN 10 ................................................................................................................ 27
PERTEMUAN 11 ................................................................................................................ 38
PERTEMUAN 12 ................................................................................................................ 52
PERTEMUAN 13 ................................................................................................................ 87
PERTEMUAN 14 ................................................................................................................................ 97

1
PERTEMUAN 8
ASET

A. Definisi Aset

IASB mendefinisikan aset sebagai sumber daya yang dikendalikan oleh entitas
sebagai hasil kejadian masa lalu di mana manfaat ekonomis diperkirakan akan mengalir
ke entitas. Terdapat 3 karakteristik penting yang berhubungan dengan aset, yaitu:

1. Manfaat ekonomi masa depan

Manfaat bagi entitas di sini berhubungan dengan aktivitas yang menghasilkan


keuntungan. Aset punya potensi memberikan kontribusi secara langsung maupun
tidak langsung dalam menghasilkan arus kas atau setara kas pada entitas, bentuknya
ada dua:
a. Profit seeking entity: Kegiatan operasi yang menghasilkan pendapatan entitas.
b. Not for profit entity: Kemampuan untuk mengurangi pengeluaran kas.
Manfaat ekonomi masa depan berkaitan dengan sumber daya ekonomi, di mana
karakteristik utama sumber daya ekonomi adalah kelangkaan dan utilitas. Jika umber
daya tidak langka dan ada cukup untuk semua orang yang menginginkannya, maka
sumber daya tersebut tidak ekonomis. Sedangkan utilitas berhubungan dengan
manfaat masa depan tadi. Intinya, jika ada kelangkaan pasokan komoditas tertentu
dan komoditas itu memiliki utilitas yang diinginkan orang, maka itu dikatakan bernilai
ekonomi. Oleh karena itu, semua sumber daya ekonomi memiliki nilai.
Aset adalah sesuatu yang ada sekarang dan memiliki kemampuan
memberikan jasa atau manfaat saat ini atau di masa depan. Konsep manfaat masa
depan nya contohnya mesin adalah aset bukan karena ada bentuk fisiknya, namun
karena mesin menyediakan layanan masa depan untuk digunakan. Persediaan adalah
aset karena dapat menghasilkan manfaat ekonomi di masa depan dari penjualan.
Konsep aset dibedakan dari objek, seperti mesin dan bangunan dengan
layanan di dalamnya. Ketika bangunan disebut aset, sebenarnya layanan yang
diberikan lebih dapat dikatakan sebagai aset daripada bentuk fisiknya. Layanan masa
depan adalah esensi dari suatu aset, tapi perbedaan antara objek dan layanan itu
sendiri samar-samar. Contoh, jika batu bata dan semen tidak disatukan untuk
membentuk sebuah bangunan, maka layanan tidak dapat diberikan. Layanan masa
depan hanya bisa diberikan melalui suatu instrumen. Jadi, kembali lagi bahwa sifat
alami aset adalah mampu memberikan manfaat ekonomis masa depan.

2
2. Dikendalikan oleh entitas
Untuk memenuhi syarat sebagai aset, manfaat ekonomi harus dikendalikan
oleh entitas yang bersangkutan. Kepemilikan hanyalah hak untuk menggunakan atau
mengontrol aset. Kontrol pemilik memiliki aset itu tidak mutlak, di mana ruang lingkup
kepentingan pribadi selalu tunduk pada hak hak umum negara. Kepemilikan biasanya
sesuai pengendalian, tapi ini bukan karakteristik aset yang penting. Contoh, barang
konsinyasi. Agen punya kewajiban menjual barang milik principal. Barang tersebut
bukan aset agen melainkan aset principal. Tapi karena agen yang mengendalikan,
maka itu adalah kepemilikan agen.

3. Kejadian masa lalu


Pengendalian oleh entitas itu ada sebagai hasil kejadian masa lalu. Aset yang
masih direncanakan tidak termasuk aset. misal, mesin yang akan diperoleh sesuai
anggaran bukan termasuk aset sampai aset tersebut diperoleh, karena kejadian
transaksi pembelian belum terjadi. Mesin yng sudah diperoleh perusahaan baru
termasuk aset. Kejadian dapat diinterpretasikan dengan cara yang berbeda.
contohnya executory contract. Apakah penandatangan kontrak adalah suatu
peristiwa? Jika perusahaan menandatangani kontrak dengan perusahaan konstruksi
untuk memiliki gedung kantor baru di masa depan dan deal dengan harga tertentu,
apakah kejadian ini membuatnya masuk kategori aset yang perlu dicatat? Pembuat
standar, seperti AASB berpendapat bahwa kontrak seperti sewa, bukan kontrak
pembelian yang dapat dibatalkan dan kontrak pertukaran jangka panjang yang
memunculkan aset dan liabilitas harus dilaporkan sebagai aset dan liabilitas pada
laporan keuangan.
Namun ada juga yang menentang bahwa pelaporan executory contract pada
laporan posisi keuangan meningkatkan pengaruh baik aset dan liabilitas, walapun
liabilitas lebih bear, tapi tidak menyebabkan perubahan nyata pada utang ekonomi
perusahaan. Pada 1970an, FASB menugaskan Ijiri untuk melakukan proyek penelitian
kontrak eksekusi, yang pada akhirnya disimpulkan setelah kontrak memenuhi definisi
aset pada pengujian pertama, maka harus memenuhi kriteria kedua yakni pengakuan
sebelum dapat dicatat sebagai aset. Salah satu kriterianya adalah kegunaan, dan
yang lain adalah ketegasan kontrak.

Kriteria lain selain 3 kriteria utama yang tadi sudah dijelaskan adalah exchangeability,
yaitu dapat dipertukarkan. Aset dapat dipisahkan dari entitas. MacNeal menyebutkan
bahwa barang yang kurang bisa dipertukarkan kurang bernilai ekonomi karena pembelian
atau penjualannya mustahil, dan dengan demikian tidak ada harga pasar bagi barang

3
tersebut. Contoh dalam kondisi ini adalah Goodwill yang tidak dapat dijual terpisah dari
aset lainnya, dikatakan sebagai asset tapi bukan merupakan upaya untuk menilai bisnis
secara keseluruhan, hanya sebuah upaya untuk mengidentifikasi dan menghargai
sumber tertentu yang memiliki manfaat masa depan untuk perusahaan.

B. Pengakuan Aset

Seberapa besar dan waktu pengakuan aset penting karena dapat menimbulkan
konsekuensi ekonomi bagi para penyusun dan pengguna laporan keuangan. Kriteria
pengakuan ada 2, yaitu:
1. Dimungkinkan adanya manfaat ekonomi masa depan
2. Aset dapat diukur dengan andal

Beberapa aturan pengakuan dinyatakan dalam bentuk konvensi (informal) maupun


pernyataan otoritatif (formal). Contoh pengakuan aset secara informal:
1. Piutang dicatat sebagai aset ketika penjualan secara kredit dilakukan
2. Peralatan dicatat sebagai aset ketika dibeli

Sedangkan contoh pengakuan aset yang formal adalah pedoman yang digunakan
untuk pengakuan sewa pembiayaan sebagai aset.

Tidak semua kriteria pengakuan aset diformalkan salam sebuah standar, seperti:
1. Ketergantungan pada hukum
Pengakuan aset banyak bergantung pada konsep hukum dari aset. Meskipun hak-hak
hukum kepemilikan atau kontrol manfaat dari penggunaan aset sering digunakan
sebagai kriteria pengakuan, kriteria pengakuan utama adalah bahwa dari substansi
ekonomi daripada bentuk hukum.
2. Substansi ekonomi
Tentukan substansi ekonomi dari transaksi tersebut berhubungan dengan tujuan
pelaporan informasi yang relevan dan dapat diandalkan.
3. Konservatisme
Konservatisme merupakan prinsip kehati-hatian yakni dalam upaya mengantisipasi
kerugian, tapi tidak dengan keuntungan. Jadi aset tidak dicatat terlalu tinggi dan
kewajiban tidak terlalu rendah

4
C. Pengukuran Aset
Pengukuran aset dibagi ke dalam 3 kategori aset, yaitu aset berwujud, tak berwujud
dan instrument keuangan.

1. Aset Berwujud
Untuk aset berwujud, terdapat 2 pengukuran yaitu:

a. Historical cost
Historical cost merupakan pendekatan pengukuran aset tradisional dan konservatif.
Pada awalnya, penggunaan historical cost sangat didukung karena beberapa
kelebihannya, namun seiring dengan berjalannya waktu ternyata terdapat
kebutuhan/kepentingan yang belum dpt diakomodasi oleh historical cost. Historical
cost ini secara firm diadopsi oleh US GAAP, sedangkan IASB kemudian
mengijinkan adanya pengukuran kembali/revaluasi untuk mengukur current value
dari aset berwujud ini. Penggunaan historical cost ini memiliki beberapa kelebihan
dan kekurangan.

Kelebihan historical cost :


1) Historical cost memberikan gambaran yang objektif dan nilai aset dapat
diverifikasi karena aset dinilai berdasarkan harga yang harus dikeluarkan untuk
memperoleh aset tersebut.
2) Penggunaan historical cost juga dianggap sudah cukup menggambarkan
current value aset di neraca dengan aplikasi dari depresiasi dan impairment.

Kekurangan historical cost:


Namun bagi sebagian pihak yang kurang mendukung metode ini, historical cost
dianggap kurang menggambarkan current value aset sehingga kurang relevan
dalam pengambilan keputusan.

b. Revaluasi
Pengukuran lainnya yaitu revaluasian cukup menjawab kekurangan dari historical
cost. Beberapa kelebihan dan kekurangan metode ini :

Kelebihan revaluasi :
1) Metode ini dianggap menyediakan informasi yang lebih relevan terkait aset
karena menyediakan nilai terkini dari aset sehingga akan meningkatkan
manfaat dlm pengambilan keputusan.
2) Penggunaan metode revaluasi ini memungkinkan manajer untuk
mengkomunikasikan ekspektasinya terkait aset organisasinya. Dengan
menggunakan metode ini, manajer lebih bisa prediksi atau menaruh

5
harapannya pada asetnya yng mungkin akan berkembang harganya di
kemudian hari.

Kekurangan revaluasi :
Namun, terdapat juga sebagian pihak yang kontra terhadap metode ini.

1) Beberapa menganggap bahwa metode revaluasi menyebabkan biaya revaluasi


yang cukup tinggi untuk perusahaan yg berada di lingkungan dengan inflasi
rendah, dimana nilai aset saat periode revaluasi tidak jauh berbeda dengan nilai
perolehan aset sehingga permintaan akan informasi current value aset rendah.
2) Beberapa mengatakan bahwa metode pengukuran ini kurang dapat diandalkan
dan cenderung subjektif. Kurang dapat diandalkan karena nilai fair value atas
aset merupakan hasil estimasi, baik dari penilai atau perusahaan, lalu subjektif
karena input peniliaian ini dilakukan oleh entitas yang memiliki aset itu sendiri.
Selain itu, organisasi dapat secara bebas menentukan pilihan model penilaian
untuk mengestimasi revaluasi aset sesuai dengan keinginannya.
3) Kontra lainnya terkait pengukuran ini adalah adanya isu terkait gain yang timbul
akibat revaluasi. Gain atas revaluasi akan dimasukkan ke dalam ekuitas yang
mana hal ini dianggap melanggar konsep dari surplus pendapatan yaitu semua
income harus memasukkan seluruh pendapatan, beban, gain dan loss.

2. Aset Tak Berwujud


Pada dasarnya pengukuran aset tak berwujud menurut standar akuntansi (IAS 38)
adalah menggunakan metode biaya perolehan. Penggunaan metode revaluasi sangat
langka dalam praktiknya, walaupun dalam IAS 38 juga diijinkan untuk menggunakan
menggunakan revaluasian. Namun, penentuan fair value nantinya harus merujuk pada
fair value di pasar aktif. Karena aset tak berwujud kebanyakan tidak memiliki pasar
aktif, maka metode cost yang digunakan.

3. Instrumen Keuangan
Secara garis besar, instrument keuangan dinilai menggunakan fair value. Metode ini
meningkatkan relevansi informasi nilai aset keuangan yang kemudian berguna untuk
kepentingan pengambilan keputusan. Namun tetap ada sebagian pihak yang juga
menganggap bahwa penggunaan fair value ini mengurangi reliabilitas karena
melibatkan estimasi pengukuran yang kurang eksak. Adapun penentuan nilai fair value
secara umum adalah dengan harga pasar kuotasian atau estimasi manajemen, baik
berdasarkan harga pasar aset serupa atau present value dari arus kas masa depan
dari kepemilikan atas aset tersebut.

6
Instrumen keuangan dibagi menjadi 4 yaitu:
a. Loans and receivables, diukur dengan amortised cost;
b. Held-to-Maturity Investment, diukur dengan amortised cost, yang merupakan
subject untuk dilakukan impairment;
c. Available-for-Sale Securities, diukur dengan fair value dengan gain dan loss diakui
di ekuitas;
d. Financial Asset for Trading dan Derivative, diukur dengan fair value dengan gain
dan loss diakui di profit or loss.

D. Tantangan bagi Pembuat Standar


1. Model pengukuran
Dalam penyusunan satndar akuntansi terkait dengan aset, Terdapat isu mengenai
model pengukuran dalam kerangka konseptual. Isu-isu tersebut meliputi alternative
basis pengukuran diantaranya exit price, modified past amount, current entry,
equilibrium price, atau value in use.

Kerangka konseptual itu sendri menyarankan para pembuat standar untuk


mempertimbangkan alternative-alternatif model pengukuran tersebut. Misalnya, IASB
menggunakan model pengukuran fair value untuk menilai aset dan liabilitas. Fair value
tersebut digunakan untuk menilai aset pada saat perolehan, misalnya pada IAS 16
PPE, IAS 17 Leases, IAS 39 Financial Instrument. Adapun alternative model
pengukuran aset yang akan dibahas lebih jauh dalam pemaparan ini adalah model
pengukuran fair value.

2. Bagaimana menghitung pengukuran berdasarkan fair value


Berdasarkan pernyataan standar Statement of Financial Accounting Standard 157
tentang Fair Value Measurement yang diterbitkan oleh FASB, Teknik penilaian yang
digunakan untuk mengestimasi fair value adalah sebagai berikut:
a. Pendekatan pasar, menggunakan harga dan informasi yang dapat diobservasi dari
transaksi aktual untuk aset dan kewajiban yang identic, serupa, atau yang dapat
dibandingkan
b. Pendekatan pendapatan, menggunakan nilai masa depan seperti pendapatan
atau cash flow yang dikonversi ke nilai kini
c. Pendekatan biaya, jumlah yang dibutuhkan untuk mengganti kapasitas
layanannya (current replacement cost)

Dalam SFAS 157 juga dibahas mengenai hierarki fair value, yaitu tiga kategori atau
level sebagai input yang digunakan untuk mengestimasi fair value.

7
a. Level 1, penggunaan harga aset dan kewajiban yang identic sebagai referensi
ketika informasi mengenai aset dan kewajiban tersebut tersedia. Terhadap harga
tersebut tidak perlu dilakukan penyesuaian.
b. Level 2, apabila informasi mengenai harga aset dan kewajiban identik tidak
tersedia, fair value diestimasi berdasarkan harga aset dan kewajiban yang serupa
pada pasar aktif, dengan dilakukan penyesuaian sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan perbedaan antara aset yang akan diukur dengan aset serupa
tersebut.
c. Level 3, apabila informasi mengenai harga aset dan kewajiban yang serupa pada
pasar aktif tidak tersedia, atau apabila perbedaan antara aset dan kewajiban
serupa tidak dapat ditentukan secara objektif, fair value diestimasikan
menggunakan Teknik penilaian berganda yang konsisten dengan pendekatan
pasar, pendapatan, dan biaya.

E. Isu bagi auditor


1. Pemahaman mengenai model valuasi dan proses manajemen yang menentukan input
dari penilaian aset dan kewajiban

Fair value auditing memberikan kesulitan bagi auditor karena aplikasi dari model
valuasi ini sering kali membutuhkan pendapat ahli dalam penentuan nilai aset dan
kewajiban. Selain itu, Semakin banyak aset dan kewajiban auditee yang dinilai dengan
fair value, auditor perlu semakin memahami model valuasi dan proses manajemen
yang menentukan input dari penilaian tersebut. Untuk mengembangkan pendekatan
audit yang efektif, auditor harus memahami proses perusahaan auditee dan
pengendalian yang relevan dalam menentukan nilai fair value, dan menilai apakah
metode penilaian serta asumsi yang digunakan oleh auditee layak dan cenderung
memberikan basis yang tepat untuk pengukuran fair value.

2. Potensi bias dan eror


Dalam hal ini, Auditor perlu mempertimbangkan potensi bias dan eror yang dilakukan
oleh manajemen dalam menerapkan model valuasi, mengidentifikasi nilai input,
menentukan asumsi-asumsi yang diperlukan.

3. Implementasi prosedur audit yang tidak memadai


Terlepas dari apakah fair value pada akhirnya membantu investor dengan
menyediakan informasi yang relevan atau menimbulkan masalah dengan memberikan
estimasi kerugian yang tidak sesuai, terdapat kemungkinan kegagalan bagi auditor
dalam menggunakan prosedur yang memadai untuk menguji dan memberikan

8
penilaian terhadap nilai dari berbagai aset auditee. Kebanyakan permasalahannya
terkait dengan pengujian nilai recoverability dari suatu aset yang dinilai dengan
historical cost, dan masalah-masalah serupa juga muncul pada saat menilai asersi-
asersi terkait dengan fair value. Masalah ini timbul karena auditor tidak menguji asersi
manajemen terkait dengan nilai aset atau kelayakan dari asumsi-asumsi manajemen
yang signifikan dan data yang mendasari asumsi tersebut. untuk menentukan
recoverability dari suatu aset.

Contoh lainnya yaitu pada saat perusahaan mengakuisisi perusahaan lain yang
dimana terdapat goodwill sebagai salah satu komponen aset pada perusahaan yang
diakuisisi tersebut. Terdapat sejumlah nilai yang dialokasikan untuk goodwill
berdasarkan fair value dari masing-masing aset dan kewajiban perusahaan pada
tanggal akuisisi. Kegagalan auditor dalam kasus ini yaitu penerapan prosedur audit
yang tidak memadai untuk menguji alokasi dari harga beli perusahaan serta kelayakan
dari estimasi fair value yang ditetapkan terhadap aset yang diperoleh.

9
PERTEMUAN 9
LIABILITAS DAN EKUITAS

A. Proprietary Theory dan Entity Theory


1. Teori Pemilikan (Proprietary Theory)

Pada awalnya teori ini muncul sebagai perwujudan dari sistem pembukuan berpasangan.
Teori ini memusatkan perhatiannya kepada pemilik. Persamaan akuntansi yang digunakan:

ƩAktiva – ƩLiabilitas = Modal

Aktiva merupakan kekayaan pemilik, sementara hutang merupakan kewajiban pemilik.


Kepemilikan dianggap sebagai nilai bersih dari perusahaan untuk pemilik. Selama berjalannya
usaha maka nilai perusahaan sama dengan investasi awal ditambah akumulasi laba bersih
setelah dikurangi prive untuk pemilik. Jadi teori proprietari menganut wealth concept.

Teori Proprietary sangat cocok diterapkan untuk organisasi perusahaan perseorangan dan
firma oleh karena dalam bentuk organisasi ini ada hubungan personal antara manajemen
perusahaan denga pemilik perusahaan. Hal ini disebabkan net income ditambahkan setiap
periode ke rekening modal pemilik walaupun perhitngan laba bersih tidak mengukur kenaikan
bersih kekayaan (wealth).

Teori propoprietary tidak dapat langsung digunakan untuk bentuk perusahaan peseroan
terbatas seperti halnya untuk perusahaan perseorangan dan firma. Konsep laba komprehensif
yang diadopsi oleh FASB juga menggunakan dasar teori proprietary yaitu memasukkan
semua item yang mempengaruhi pemilik selama periode itu kecuali pengambilan deviden dan
transaksi modal.

Makna Laba (income)


Berdasarkan sudut pemilik, pendapatan diartikan kenaikan modal pemilik, sementara biaya
diartikan sebagai penurunan modal pemilik. Dengan demikian laba merupakan kenaikan
kekayaan/kemakmuran pemilik selama satu periode yang menjadi hak bagi pemilik.
Pemakaian teori proprietary dalam akuntansi memberikan implikasi sebagai berikut:
• Semua kejadian/transaksi yang mempengaruhi perubahan kekayaan/kemakmuran
pemiliki dalam satu periode harus dimasukkan sebagai penentu laba
• Perusahaan merupakan alat bagi pemilik untuk mencapai tujuannya bukan sebagai
entitas yang berdiri sendiri terpisah dari pemilik
• Dividen merupakan distribusi laba bagi pemilik
• Bunga pinjaman dan pajak penghasilan dianggap sebagai biaya

10
• Gaji yang dibayarkan pada pemilik sebagai karyawan tidak dapat diperlakukan sebagai
biaya karena pemilik dianggap sama dengan perusahaan.

2. Teori Entitas (Entity Theory)

Teori entitas muncul untuk mengatasi kelemahan yang melekat pada teori proprietary.
Perkembangan saat ini kenyataannya kegiatan usaha menyebabkan perusahaan menjadi unit
usaha yang berdiri sendiri terpisah dari identitas pemilik. Hal ini berarti terdapat pemisahan
antara kepentingan pribadi dengan kepentingan perusahaan.

Dengan demikian, transaksi/kejadian yang dicatat dan dipertanggung jawabkan adalah


transaksi yang melibatkan perusahaan. Perusahaan dianggap bertindak atas nama
kepentingannya sendiri terpisah dari pemilik. Teori entitas didasarkan atas persamaan
akuntansi:

ƩAktiva = ƩHutang + ƩModal

Elemen yang ada pada sisi kanan persamaan sering disebut hutang, tetapi sesungguhnya
adalah ekuitas dengan hak yang berbeda didalam persamaan. Perbedaan utama antara
hutang dan ekuitas pemilik adalah hak kreditur dapat dinilai secara independen dari penilaian
yang lain jika perusahaan dalam keadaan solvent.

Sedangkan hak pemegang saham/pemilik diukur dari penilaian aktiva yang diinvestasikan
kembali. Jadi, hutang adalah kewajiban khusus perusahaan, dan aktiva menunjukkan hak
perusahaan menerima barang barang dan jasa khusus atau manfaat lainnya.

Penilaian aktiva harus mencerminkan pengukuran manfaat yang diterima oleh perusahaan.
Laba bersih suatu perusahaan umumnya diekspresikan dalam bentuk perubahan bersih
modal pemilik, tidak termasuk perubahan yang berasal dari deklarasi dividen dan transaksi
modal.

Hal ini tidak sama dengan teori proprietary yang mengatakan bahwa laba bersih adalah laba
bagi pemegang saham. Laba bersih dalam konsep entitas menggambarkan sisa perubahan
posisi ekuitas setelah dikurangi semua klaim, termasuk bunga hutang jangka panjang dan
pajak penghasilan.

Perbedaan antara teori proprietary dan teori entitas menimbulkan perbedaan dalam
melakukan penilaian aktiva. Dengan teori proprietary, aktiva harus dinilai dengan nilai
sekarang (current value) oleh karena ekuitas pemilik dianggap sebagai kekayaan bersih.
Sedangkan dengan teori entitas, perusahaan tidak berhubungan dengan nilai sekarang oleh

11
karena penekanannya adalah akuntabilitas cost kepada pemilik atau pemegang saham
lainnya. Dengan demikian dasar pengukuran yang relevan adalah historical cost.

Dua Versi Teori Entitas

Versi Tradisional
Menurut pandangan tradisional, perusahaan beroperasi untuk pemegang ekuitas (Equility
holders), yaitu pihak yang memberi dana bagi perusahaan. Dengan investasi yang dilakukan
pemilik.

Versi Baru
Pandangan ini menyatakan bahwa perusahaan beroperasi atas namanya sendiri dan
berkepentingan terhadap kelangsungan hidupnya sendiri. Penyajian laporan kepada
pemegang ekuitas dimaksudkan untuk memenuhi syarat legal dan menjaga hubungan baik
pemegang ekuitas dalam kaitannya dengan kebutuhan dana yang diperlukan dimasa
mendatang.

Meskipun kedua pandangan di atas memusatkan perhatiannya pada kesehatan usaha


(entitas yang independen) namun pandangan tradisional melihat pemegang ekuitas sebagai
partner (associate) dalam kegiatan usaha yang dijalankan. Sedang pandangan versi baru,
melihat pemegang saham ekuitas sebagai pihak diluar perusahaan. Pemilik dan kreditor
merupakan pemegang ekuitas yang memberi dana, maka perusahaan akuntansinya adalah:

Aktiva = Ekuitas

Ekuitas menunjukkan hak/klaim pemegang ekuitas terhadap aktiva suatu unit suatu usaha.
Atas dasar teori entitas, neraca yang disajikan mengandung makna sebagai berikut:
• Aktiva perusahaan menyajikan informasi langsung mengenai nilai unit usaha.
• Ekuitas menunjukkan laporan tidak langsung terhadap jumlah nilai yang sama.
• Aktiva adalah milik perusahaan
• Utang merupakan kewajiban perusahaan bukan kewajiban pemilik
• Aktiva non moneter lebih relevan bila diukur dengan historical cost karena nilai total
aktiva sama dengan jumlah pasivanya.

Makna Laba (Income)

Dalam pendekatan ekuitas, laporan rugi laba lebih relevan dibandingkan neraca. Alasannya:
a. Pemegang ekuitas lebih tertarik pada laba yang merupakan hasil dari investasi mereka
b. Perusahaan didirikan dengan maksud mencari laba
c. Laba merupakan perubahan dalam aktiva bersih perusahaan
d. Pendapatan adalah aliran masuk aktiva karena transaksi yang dilakukan perusahaan

12
e. Biaya adalah cost aktiva/jasa yang digunakan perusahaan dalam rangka
menghasilkan pendapatan.
Tekanan teori ini adalah pada aktiva karena aktiva dipandang lebih riil daripada ekuitas.

Laba Ditahan
Menurut pandangan tradisional, laba dicatat dan ditampung dalam laba ditahan. Pandangan
versi baru melihat bahwa laba ditahan merupakan ekuitas perusahaan/investasi milik sendiri.

Pandangan Tradisional
a. Bunga pinjaman adalah distribusi laba ditahan atas pemakaian pinjaman modal bukan
biaya bagi kreditor
b. Deviden merupakan distribusi laba ditahan bagi pemilik saham. Jadi bunga pinjaman
kedudukannya sama dengan deviden
c. Pajak penghasilan merupakan distribusi laba ditahan

Pandangan Versi Baru


Kreditor dan pemegang saham dianggap sebagai pihak luar. Bunga pinjaman, deviden dan
pajak penghasilan dianggap sebagai biaya perusahaan karena menurunkan jumlah ekuitas
unit usaha tersebut.

B. Definisi, Pengakuan, dan Pengukuran Liabilitas (ditambah Provisi Dan


Liabilitas Kontinjensi PSAK 57)
1. Definisi Liabilitas

Menurut Kerangka IASB:


Kewajiban sekarang dari entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya
diharapkan menghasilkan arus keluar dari entitas sumber daya yang mewujudkan manfaat
ekonomi.

Dua komponen utama liabilitas:


• Kewajiban masa kini, membutuhkan penyelesaian di masa depan

• Hasil dari transaksi masa lalu atau kejadian masa lalu lain

• lain

2. Pengakuan Liabiltas
Setelah definisi kewajiban terpenuhi, akuntan perlu aturan untuk menentukan apakah harus
diakui. Jenis aturan yang telah diterapkan di masa lalu mirip dengan yang diterapkan pada
pengakuan aset. Mereka termasuk:

13
a. Bergantung pada hukum
Jadi bersifat formal dan ada kekuatan hukum yang mengikat. Misalnya Kewajiban untuk
memulihkan operasi penambangan adalah kewajiban hukum

b. Penentuan substansi ekonomi dari kejadian


Sudahkah beberapa kewajiban 'nyata' muncul? Seberapa pentingkah bagi pengguna adalah
pencatatan dan tampilan kewajiban pada neraca?

Perusahaan James Hardie


menemukan bahwa beberapa karyawan dan keluarganya terkena penyakit sebagai akibat
dari penambangan dan hidup di antara asbes di Wittenoom di Australia Barat. Perusahaan
mengakui bahwa ia memiliki kewajiban 'nyata' untuk memberikan kompensasi bagi penderita
penyakit yang berhubungan dengan asbes.

c. Kemampuan untuk mengukur nilai dari liabilitas


Kriteria ketiga berkaitan dengan menentukan nilai kewajiban. Untuk beberapa kewajiban, nilai
diwakili oleh harga kontrak, seperti jumlah uang tunai yang harus dibayar untuk barang dan
jasa yang diterima. Dalam hal imbalan cuti karyawan, jumlah nominal kewajiban mewakili
jumlah yang harus dibayarkan untuk memadamkan kewajiban. Namun, nilai kewajiban
mungkin berbeda dengan jumlah nominalnya.

d. Penggunaan prinsip konservatisme


Secara historis, akuntan telah mengambil pendekatan konservatif terhadap pengakuan aset
dan liabilitas. Secara umum, mereka lebih cenderung mencatat kewajiban lebih awal daripada
aset. Bagaimanapun, lebih aman untuk mengecilkan aset daripada kewajiban.

Menurut kerangka IASB, liabilitas dapat diakui jika:


• Sudah probable bahwa ada manfaat ekonomi yang mengalir ke dalam atau ke luar
entitas di masa depan yang berkaitan dengan item tersebut.

• Item tersebut memiliki biaya atau nilai yang bisa diukur secara reliabel atau andal.

Maksudnya bahwa liabilitas diakui dalam neraca ketika kemungkinan besar sumber daya
keluar akan terjadi sehubungan dengan adanya liabilitas kini, dan jumlah penyelesaiannya
akan dapat diukur secara andal

Akan sulit untuk mengaplikasikan kriteria ini, kadang akuntan memerlukan judgement
terbaiknya untuk mengestimasi berapa liabilitas yang sebaiknya disajikan, contohnya terkait
klaim garansi.

14
3. Pengukuran Liabilitas
Menurut IFRS, metode pengukuran yang paling umum untuk liabilitas adalah historical cost
(atau modified historical cost)
Pengukuran awal menggunakan fair value biasanya digunakan untuk:
• Leases

• Instrumen keuangan

• Pembayaran berbasis saham

• Kombinasi bisnis

4. Provisi dan Kontinjensi (PSAK 57)


a. Definisi
Provisi adalah liabilitas yang waktu dan jumlahnya belum pasti

Liabilitas kontinjensi adalah kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan
keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu satu atau lebih
peristiwa di masa depan yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas

Semua provisi bersifat kontinjensi, dalam PSAK istilah kontinjensi ditujukan untuk liabilitas
yang tidak diakui, sehingga istilah liabilitas kontinjensi digunakan untuk liabilitas yang tidak
memenuhi kriteria pengakuan

b. Pengakuan
Provisi diakui jika:
• Entitas memiliki kewajiban kini sebagai akibat peristiwa masa lalu

• Kemungkinan besar penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus kas keluar


sumber daya yang mengandung manfaat ekonomik

• Estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat

Liabilitas Kontinjensi = tidak diakui

c. Pengukuran
• Estimasi terbaik
• Jumlah yang diakui sebagai provisi adalah hasil estimasi terbaik pengeluaran yang
diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir periode pelaporan
• Estimasi terbaik yang dimaksud adalah jumlah yang secara rasional akan dibayar
entitas untuk menyelesaikan kewajibannya pada akhir periode pelaporan
ditentukan berdasarkan pertimbangan manajemen entitas dan ditunjang
pengalaman dari transaksi serupa

15
d. Pengungkapan
Provisi:
• Nilai tercatat pada awal dan akhir periode

• Provisi tambahan yang dibuat dalam periode bersangkutan, termasuk peningkatan


jumlah provisi

• Jumlah yang digunakan selama periode bersangkutan

• Jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan selama periode bersangkutan

• Peningkatan, selama periode yang bersangkutan, dalam nilai kini yang timbul karena
berlalunya waktu dan dampak dari setiap perubahan tingkat diskonto.

Liabilitas Kontinjensi
Kecuali kemungkinan arus keluar dalam penyelesaiannya kecil, entitas mengungkapkan
liabilitas kontinjensi:

• Estimasi dari dampak keuangannya

• Indikasi tentang ketidakpastiannya yang terkait dengan jumlah atau waktu arus keluar
sumber daya

• Kemungkinan penggantian oleh pihak ketiga

C. Definisi, Pengakuan, dan Pengukuran Ekuitas

Ekuitas

1. Definisi dan Karakteristik


Ekuitas timbul pada dasarnya bukan kewajiban, tetapi merupakan klaim sisa (residual
claim) terhadap aktiva. Oleh karena itu, konsep ekuitas tidak dapat didefinisikan tersendiri,
terpisah dari aktiva dan hutang. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) mandefinisi ekuitas adalah
hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. FASB Statement of
Financial Accounting Concept No.6 mendefinisikan ekuitas sebagai “hak sisa terhadap suatu
entitas setelah dikurangi hutang”.

Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa dua karakteristik ekuitas adalah sebagai berikut:
1) Ekuitas sama dengan aktiva neto, yaitu selisih antara aktiva perusahaan dengan hutang
perusahaan.

16
2) Ekuitas dapat bertambah atau berkurang karena kenaikan atau penurunan aktiva neto
baik yang berasal dari sumber bukan pemilik (pendapatan dan biaya) maupun investasi
oleh pemilik atau distribusi kepada pemilik.

Perbedaan antara ekuitas pemegang saham dan hutang adalah:


1) Besarnya hak prioritas yang dimiliki oleh para pemegang ekuitas lainnya,
2) Tingkat kepastian dalam penetapan jumlah yang diterima oleh para pemegang ekuitas,
dan
3) Tanggal jatuh tempo pembayaran hak-hak final.

2. Pengakuan dan Pengukuran Ekuitas


Dalam pengakuan modal/ekuitas biasanya diakui saat pemodal mentransfer sumber daya
kepada perusahaan sebagai imbalan bagian kepemilikan perusahaan, pengakuan modal
biasanya digunakan pada perusahaan yang berbentuk perseorangan maupun partnership.
Modal yang disetor diakui pada saat penerimaan baik berupa kas ataupun non-kas.Saldo
normal ekuitas berada di sisi kredit. Modal/Ekuitas diukur sesuai dengan jumlah kas yang
diterima. Sementara untuk setoran yang berupa non kas akan diukur sebesar nilai wajar non-
kas pada saat diserahkan, yaitu nilai oppraisal tanggal yang disetujui dewan komisaris.

3. Penyajian Ekuitas
Menurut PSAK No 21, penyajian ekuitas meliputi penyajian dalam bentuk modal dan
saldo laba. Modal disajikan dalam neraca setelah pos kewajiban. Penyajian ekuitas bertujuan
menyediakan informasi tentang riwayat serta prospek investasi pemilik dan pemegang ekuitas
lainnya. Informasi tentang kewajiaban yuridis perseroan terhdap para pemegang saham dan
pihak lainnya juga merupakan tujuan penyajian ekuitas pemegang saham. Selain itu, akun ini
juga harus disajikan dan dinyatakan terpisah antara akun modal saham dan laba ditahan,
tujuannya yaitu:
1) Membedakan sumber. Modal yang disetor mencerminkan riwayat modal sejak berdirinya
perseroan, sedangkan laba ditahan terbentuk dari akumulasi laba.
2) Dari segi administrasi keuangan, laba ditahan merupakan indikator daya melaba (earning
power). Dari sisi yuridis modal setoran merupakan dana dasar yang harus tetap
dipertahankan untuk menunjukkan perlindungan bagi pihak lain, dana ini hanya dapat
ditarik kembali dalam likuiditas atau dalam keadaan luar biasa lainnya. Sementara untuk
laba ditahan adalah jumlah yang secara yuridis dapat digunakan untuk pembagian
deviden.

17
D. Tantangan Bagi Pembuat Standar
1. CHALLENGES FOR STANDARD SETTERS

Saat ini IASB memiliki beberapa proyek yang akan memengaruhi definisi, pengakuan, dan
pengukuran liabilitas, termasuk yang terkait dengan kerangka kerja konseptual, instrumen
keuangan, provisi, dan hak karyawan. Dewan IASB mengamandemen IAS 37 Provisi,
Liabilitas Kontinjensi dan Aset Kontinjensi dan IAS 19 Manfaat Karyawan sebagai bagian dari
proyek Liabilitas. Tujuan proyek ini adalah untuk:
a) konvergensi standar IASB dengan US GAAP, dan

b) meningkatkan standar saat ini dalam kaitannya dengan identifikasi dan pengakuan
liabilitas.

Proyek pada Liabilitas ini menggambarkan bagaimana standar-standar saling terkait dan
perubahannya kemungkinan mempengaruhi sejumlah standar; misalnya proyek pada IAS 37
akan relevan dengan proyek-proyek tentang leasing, asuransi dan kerangka kerja
konseptual.

Untuk mengilustrasikan tantangan yang saat ini dihadapi oleh pembuat standar, kita
sekarang akan membahas tiga topik utama yang relevan dengan masalah yang dibahas.
Pertama, perbedaan antara klasifikasi item sebagai liabilitas atau ekuitas, yang disebut
perbedaan utang terhadap ekuitas. Kedua, membahas kapan utang diselesaikan; yaitu,
ketika pantas bagi perusahaan untuk menghapus akun liabilitas dari neracanya. Ketiga,
memeriksa transaksi pembayaran berbasis saham dan mempertimbangkan sejauh mana
transaksi tersebut menimbulkan liabilitas atau ekuitas.

a. Debt VS Equity Distinction


Berdasarkan definisi dan kriteria pengakuan yang telah dibahas sebelumnya, kita dapat
menyetujui bahwa saham yang diterbitkan kepada investor merupakan bagian dari ekuitas
dan pinjaman dari kreditor adalah liabilitas. Namun, muncul pertanyaan tentang instrumen
hibrid yang memiliki karakteristik hutang dan ekuitas. Misalnya, saham preferen secara
tradisional dianggap sebagai modal dan termasuk bagian dari ekuitas pemilik, tetapi ternyata
saham preferen juga memiliki karakteristik yang mengarah ke liabilitas, meliputi:
a) memiliki klaim atas laba dan aset sebelumnya yang tetap (karakteristik seperti bunga
obligasi)

b) tidak memiliki partisipasi dalam dividen selain pada tingkat yang ditentukan
sebelumnya (mirip dengan bunga obligasi)

c) memiliki prioritas lebih utama (hak istimewa) dibanding saham biasa dalam
pengembalian modal (seperti halnya liabilitas)

18
d) pada umumnya tidak memiliki hak suara dalam RUPS. (tidak memiliki suara dalam
menentukan kebijakan dan manajemen perusahaan)

Meskipun disebut saham dan dklasifikasikan ke dalam ekuitas, tetapi saham preferen
terkadang memenuhi definisi liabilitas, dan harus diklasifikasikan sebagai liabilitas. IAS 32 /
AASB 132 paragraf 18 menyebutkan bahwa:

“The substance of a financial instrument, rather than its legal form, governs the classification
. . . Substance and legal form are commonly consistent, but not always. Some financial
instruments take the legal form of equity but are liabilities in substance and others may
combine features associated with equity instruments and features associated with financial
liabilities.”

yang berarti seperti berikut:


“Substansi instrumen keuangan, alih-alih bentuk hukumnya, mengatur klasifikasi ...
Substansi dan bentuk hukum umumnya konsisten, tetapi tidak selalu. Beberapa instrumen
keuangan mengambil bentuk hukum ekuitas tetapi secara substansi liabilitas dan yang lain
dapat menggabungkan fitur yang terkait dengan instrumen ekuitas dan fitur yang terkait
dengan liabilitas keuangan”.

IAS 32 / AASB 132 menyatakan bahwa saham preferen di mana menyediakan pembayaran
wajib oleh penerbit saham untuk jumlah yang tetap atau dapat ditentukan pada harga tetap
atau ditentukan pada tanggal di masa depan, dalam karakteristiknya dapat juga termasuk
liabilitas keuangan. Demikian pula, instrumen keuangan yang memberikan hak kepada
pemegangnya untuk mengembalikan instrumen tersebut kepada penerbitnya sejumlah uang
tunai atau aset keuangan lain ('puttable instrument' (mempunyai fitur opsi jual)) dalam
karakteristiknya dapat juga termasuk liabilitas keuangan. Saham preferen, convertible debt,
dan ‘perpetual’ capital notes adalah contoh sekuritas yang dari namanya mungkin tidak
secara akurat menggambarkan karakteristik dominan dari sekuritas.

Klasifikasi instrumen keuangan sebagai liabilitas atau ekuitas memiliki pengaruh di luar
neraca pada saat klasifikasi menentukan apakah bunga, dividen, kerugian atau keuntungan
yang terkait dengan instrumen tersebut diakui sebagai pendapatan atau beban dalam
menghitung net income, atau diperlakukan sebagai distribusi dari profit yang dihitung.
Distribusi bunga, dividen, kerugian dan keuntungan yang terkait dengan instrumen keuangan
atau komponen instrumen keuangan yang merupakan liabilitas diakui sebagai pendapatan
atau beban. Sebaliknya, distribusi kepada pemegang instrumen ekuitas diperlakukan
sebagai distribusi profit setelah dihitung.

19
Konsisten dengan landasan teori pada definisi, IAS 32 / AASB 132 mensyaratkan klasifikasi
instrumen keuangan didasarkan pada substansi ekonomi daripada bentuk hukumnya.
Akibatnya, saham preferen yang dapat ditukarkan berdasarkan opsi pemegang
diklasifikasikan sebagai liabilitas. Instrumen keuangan majemuk memiliki karakteristik utang
dan ekuitas dan bagian-bagian komponen harus diperhitungkan secara terpisah. Misalnya,
penerbit convertible note memberikan hak kepada pemegangnya untuk mengubah wesel
bayar menjadi saham biasa penerbit, seharusnya mengalokasikan hasil dari penerbitan
wesel bayar menjadi komponen liabilitas dan ekuitas. Komponen ekuitas mencerminkan hak
pemegang untuk mengubah sekuritas (interest-bearing note) menjadi saham biasa. Setelah
itu, pembayaran kepada pemegang (selain dari pengembalian pokok) diklasifikasikan
sebagai bunga atau dividen atas dasar pro rata sesuai dengan proporsi sekuritas yang
didefinisikan sebagai utang atau ekuitas.

Tujuan menentukan antara ekuitas pemilik dan liabilitas adalah untuk meningkatkan
kegunaan informasi untuk mengambil keputusan. Pertanyaan menarik diajukan tentang
bagaimana investor melihat apa yang disebut sekuritas hibrid, yang memiliki ciri-ciri baik
utang dan ekuitas seperti convertible note, saham preferensi yang dapat ditukar dan
subordinated debt. Dalam studi tentang kegunaan klasifikasi sekuritas hibrid, Kimmel dan
Warfield menemukan bahwa klasifikasi dua aspek dari saham preferensi yang dapat
ditukarkan sebagai straight debt atau straight equity tidak mencerminkan hubungan risiko
keuangan yang dapat berguna untuk pengambilan keputusan. Menariknya, Kimmel dan
Warfield menyimpulkan manfaat klasifikasi pada laporan keuangan sebagai sarana untuk
meminta informasi atas sekuritas hibrida dipertanyakan ketika sifat sekuritas tidak sesuai
dengan klasifikasi dasar dan sekuritas tidak terbagi.

IASB memiliki proyek saat ini pada IAS 32 / AASB 132, yang mendukung untuk meningkatkan
dan menyederhanakan persyaratannya. Para pemangku kepentingan telah membuat kritik
terhadap standar tersebut, mengklaim prinsip-prinsip tersebut sulit untuk diterapkan dan
penerapan prinsip-prinsip tersebut dapat menghasilkan klasifikasi yang tidak sesuai dengan
berbagai instrumen keuangan. IASB menginginkan perbedaan yang lebih baik antara
instrumen ekuitas dan non-ekuitas. Saat ini IASB sedang mempertimbangkan cara terbaik
untuk membahas apa itu instrumen ekuitas dan apa yang bukan merupakan instrumen
ekuitas. Poin awalnya adalah ide bahwa semua instrumen abadi (yaitu yang kurang memiliki
persyaratan) adalah ekuitas. Selain itu, instrumen yang dapat ditukar berdasarkan opsi
penerbit adalah ekuitas. Sebaliknya, liabilitas wajib dibayar pada tanggal tertentu atau saat
perjanjian atau kejadian pasti. Dewan IASB sedang menjajaki umpan balik pada diskusi yang
dikeluarkan pada bulan Februari 2008. Salah satu tantangan mereka adalah menyediakan

20
panduan yang diminta oleh para prepares tanpa adanya kompromi dari preparer terhadap
pendekatan principal-based dari Dewan.

b. Extinguishing Debt

Utang dapat diselesaikan dengan cara selain dari pembayaran langsung atau pemberian
layanan kepada kreditor. Misalnya adalah utang debitor dapat 'dimaafkan' (dibebaskan) oleh
kreditor melalui penghapusan obligasi oleh kreditor yang membebaskan debitr dari utangnya.
Dengan demikian kreditor membebaskan debitor dari pengorbanan di masa depan. IAS 32 /
AASB 132 juga menguraikan melakukan offset aset finansial dan liabilitas dalam paragraf 42.
Situasi tersebut yang berhubungan dengan ‘set off and extinguishment of debt’ atau 'in-
substance defeasance' yang memungkinkan seorang debitor untuk menghapus utang dari
neraca dan melaporkan aset finansial bersih atau liabilitas jika entitas memiliki hak yang
didukung dengan kekuatan hukum yang berlaku untuk melakukan set off dari jumlah yang
diakui, dan dimaksudkan untuk (a) menyelesaikan dengan net basis atau (b) merealisasikan
aset dan menyelesaikan liabilitas secara bersamaan.

Substansi ekonomi dari transaksi yang melibatkan penempatan aset bebas risiko (seperti
sekuritas pemerintah) atau kas kepada irrevocable trust (misalnya trustee) (trust yang tidak
bisa dimodifikasi atau dihentikan tanpa persetujuan dari penerima manfaat) untuk tujuan
pembayaran utang tersebut dapat disebut juga penyelesaian utang. Namun, perusahaan
(debitur) secara hukum masih bertanggung jawab atas utangnya sehingga menghapus
liabilitas dari neraca dengan meng-offset-kan (mengimpaskan) aset atau kas kepada
irrevocable trust berpotensi mengalami bias. (Praktek ini sebenernya tidak diperbolehkan
karena tidak diatur)

Ilustrasi: Misalkan Perusahaan A memiliki utang obligasi sebesar $ 10 000 000, dijual
awalnya dengan nilai par dengan suku bunga 8 persen dan umur 10 tahun. Saat ini, karena
suku bunga efektif lebih tinggi, harga pasar obligasi lebih rendah dari nilai jatuh tempo.
Perusahaan A akan membeli obligasi pemerintah dengan nilai nominal sebesar $ 10.000.000,
dengan tingkat suku bunga 8 persen dan umur 10 tahun, dengan harga sebesar $ 7 500.000
(discount). Obligasi pemerintah yang dibeli tersebut akan ditempatkan pada irrevocable trust
untuk tujuan melunasi hutang obligasi perusahaan. Jurnal berikut akan dibuat:

21
Keuntungan bagi perusahaan adalah:
a) utang dihapus sehingga DER perusahaan membaik (menurun)

b) laba untuk tahun berjalan meningkat karena adanya jumlah gain

c) untuk tujuan pajak, gain tidak diakui karena perusahaan masih diwajibkan secara
hukum untuk membayar obligasi

d) untuk keperluan pajak, bunga dari obligasi pemerintah akan di offset dengan biaya
bunga obligasi perusahaan

Pembebasan (defeasance) memungkinkan perusahaan untuk mengelola sisi liabilitas pada


neraca sebagaimana halnya marketable securities di sisi aset.

In-substance defeasance memunculkan pertanyaan: Kapan suatu liabilitas tidak lagi diakui?
Dalam kerangka kerja, tepatnya di definisi liabilitas menyiratkan bahwa liabilitas diselesaikan
ketika aset atau jasa telah dipindahkan ke entitas lain. Di sisi lain, meskipun obligasi dapat
dihapus dari akun liabilitas, liabilitas tersebut sebenarnya kembali lagi pada debitur.
Pertanyaannya adalah apa yang akan terjadi jika trustee terbukti tidak dapat diandalkan dan
asetnya hilang atau disalahgunakan. Dalam kasus seperti itu, debitur tetap harus
mengembalikan liabilitas. Seperti contoh di atas, terkadang ada banyak variasi transaksi dan
peristiwa yang menantang struktur teoritis standar akuntansi.

Pentingnya pengakuan yang dapat diandalkan dan pengukuran aset dan liabilitas telah
disorot melalui peristiwa 'sub-prime crisis' (kaum kelas menengah ke bawah mendapatkan
kemudahan dalam hal kepemilikan rumah) yang muncul di Amerika Serikat pada
pertengahan 2007 dan menyebabkan gejolak pasar keuangan global dan krisis ekonomi yang
lebih umum (disebut sebagai 'krisis keuangan global'). Mengingat peran sentral dari
instrumen keuangan dalam krisis, cara-cara di mana instrumen keuangan diatur di bawah
pengawasan ketat oleh berbagai pihak. Standar yang relevan dari IASB dan FASB
ditempatkan pada sorotan dan perubahannya dibuat untuk mengurangi efek akuntansi mark-
to-market (dinilai dengan harga pasar) untuk instrumen tanpa ada pasar yang likuid. IASB
menerbitkan exposure draft yang terkait dengan penghentian pengakuan instrumen
keuangan pada bulan Maret 2003. Amandemen diusulkan untuk IAS 33 Financial Instrument:
Recognition and Disclosure dan IFRS 7 Financial Instrument: Disclosure. Seperti dijelaskan
di atas, perusahaan merespons dengan mendorong untuk menghapus item dari neraca
mereka, atau untuk memastikan bahwa item tidak muncul di neraca mereka. Kegiatan
tersebut mengganggu kemampuan pengguna laporan keuangan untuk menilai risiko
perusahaan. Dalam proyek penghentian pengakuan, IASB mengusulkan pendekatan baru
untuk penghentian pengakuan, berdasarkan pada satu konsep pengendalian daripada

22
beberapa konsep (risiko dan imbalan, pengendalian, keterlibatan berkelanjutan). Selain itu,
pengungkapan akan diperluas dan ditingkatkan sehingga pengguna dapat lebih memahami
hubungan aset yang ditransfer dan liabilitas untuk menilai risk exposure.

c. Employee Shares (Share-based Payment)


Para akuntan berdebat apakah pembayaran karyawan dalam bentuk saham menimbulkan
beban atau tidak. Aspek lain dari masalah ini adalah apakah imbalan yang 'dibayarkan'
kepada karyawan melalui saham perusahaan atau opsi saham (opsi untuk membeli saham)
sebagai kompensasi menimbulkan liabilitas atau ekuitas. Rencana pembayaran berbasis
saham biasanya direncanakan dalam beberapa tahun. Ketika saham atau opsi ditawarkan
berdasarkan rencana, tetapi sebelum penerbitan saham, apakah perusahaan memiliki
liabilitas? Jika iya, apa manfaat ekonomi yang dikorbankan di masa depan? Ketika saham
diterbitkan berdasarkan rencana, apakah ekuitas meningkat, atau hanya diredistribusi?
Mereka yang berpendapat bahwa masalah saham menimbulkan beban dan liabilitas
beranggapan bahwa karyawan mendapatkan sesuatu yang bernilai bagi karyawan; oleh
karena itu, ada biaya untuk perusahaan. Biaya tersebut nantinya merupakan beban, dan
liabilitas ada sampai diselesaikan dengan pembayaran saham dan ekuitas meningkat.
Sedangkan mereka yang berpendapat bahwa penerbitan saham dalam pembayaran
berbasis saham bukan merupakan beban, berpendapat bahwa entitas tidak mengorbankan
manfaat ekonomi masa depan melalui penerbitan ekuitasnya sendiri karena entitas tidak
mengeluarkan apa pun. Mereka berpendapat bahwa perusahaan tidak lebih buruk karena
menerbitkan saham tambahan. Sebaliknya, kepemilikan dari pemegang saham mungkin
telah terdilusi nilainya. (Penjelasan tambahan: pembayaran berbasis saham ini bertujuan
untuk memberikan penghargaan (reward) kepada seluruh pegawai, direksi, dan pihak-pihak
tertentu atas kontribusinya selama bertahun-tahun terhadap perusahaan sehingga kinerja
perusahaan meningkat. Pembayaran berbasis saham ini juga ditujukan agar pegawai yang
berkontribusi dalam perusahaan semakin loyal terhadap perusahaannya (tidak pindah ke
lain hati)).

IASB telah memutuskan untuk memperlakukan imbalan berbasis saham sebagai beban.
IFRS 2 / AASB 2 Share-based payment membedakan antara pembayaran berbasis saham
yang diselesaikan dengan kas (cash-settled) (Penjelasan tambahan: mirip seperti uang
pensiun (perusahaan memberikan sesuatu dalam bentuk voucher (opsi) untuk membeli
saham perusahaan, jika pegawai tersebut merasa tidak mau menerima pembayaran dalam
bentuk saham, pertimbangannya bisa melalui kas/tunai sebesar nilai saham pada periode
tersebut) dan pembayaran yang dilakukan dengan ekuitas (equity-settled). Ketika barang

23
dan jasa diterima atau diperoleh dalam transaksi pembayaran berbasis saham, entitas
mencatat peristiwa ketika memperoleh barang atau ketika layanan diterima. Jika barang atau
jasa diterima dalam transaksi pembayaran berbasis saham yang diselesaikan dengan ekuitas
(equity-settled), sisi kredit dari entri/jurnalnya adalah ke ekuitas pemilik (owner’s
equity). Sebaliknya, jika barang atau jasa diterima dalam transaksi yang akan diselesaikan
secara kas (cash-settled) (misalnya jumlah kas yang sama dengan nilai saham entitas pada
saat pembayaran dilakukan), entri/jurnal kredit yang sesuai adalah liabilitas. Pendekatan
saat ini dalam IFRS 2 / AASB 2 mengarah ke perlakuan diferensial untuk perubahan nilai
wajar (fair value) terkait dengan penyelesaian ekuitas (equity-settled) dibandingkan dengan
penyelesaian kas (cash-settled). Nilai wajar transaksi yang diselesaikan dengan ekuitas
(equity-settled) ditetapkan pada tanggal pemberian dan perubahan selanjutnya diabaikan.
Namun, transaksi yang diklasifikasikan sebagai liabilitas berdasarkan program penyelesaian
kas (cash-settled) disesuaikan/diadjust dengan nilai wajar pada setiap tanggal neraca,
dengan keuntungan dan kerugian termasuk dalam pendapatan. Perlakuan diferensial
menimbulkan pertanyaan apakah item yang sama secara substansi (pembayaran berbasis
saham) harus dipertanggungjawabkan dengan cara yang berbeda.

2. ISSUES FOR AUDITORS

Kelengkapan liabilitas yang diakui di neraca dan pengungkapan note tentang kontinjensi dan
obligasi lainnya adalah masalah utama bagi auditor. Auditor diharuskan untuk
mengumpulkan bukti bahwa utang, akrual, dan liabilitas lain termasuk semua jumlah yang
terhutang oleh entitas kepada pihak lain. Auditor perlu mempertimbangkan kemungkinan
terjadinya penyimpangan waktu, di mana liabilitas yang terjadi sebelum akhir periode
keuangan tidak dicatat oleh entitas sampai dimulainya periode akuntansi baru. Uji cut-off
dirancang oleh auditor untuk mengumpulkan bukti bahwa transaksi dicatat pada periode yang
tepat. Selain itu, auditor perlu menguji apakah liabilitas dicatat pada nilai yang tepat.

Penyembunyian oleh manajer dari liabilitas entitas, seperti liabilitas kontinjensi, jaminan
pinjaman, atau komitmen berdasarkan berbagai perjanjian kontraktual, mengecilkan
(understate) liabilitas dan menciptakan kesan solvabilitas (kemampuan perusahaan untuk
melunasi semua liabilitasnya) yang lebih besar bagi perusahaan. Dalam kasus ekstrem,
seperti penyembunyian, artinya tidak pantas untuk laporan keuangan disusun atas dasar
kelangsungan usaha, dan auditor akan gagal untuk memenuhi kualifikasi opini audit. Standar
audit ASA 570 mengharuskan auditor untuk secara khusus mempertimbangkan apakah
penggunaan manajemen atas dasar kelangsungan usaha sudah tepat dan jika ada
keraguan, apakah keadaan yang relevan telah diungkapkan dengan benar. Jika auditor
menyimpulkan bahwa entitas tidak dapat melanjutkan kelangsungan usahanya, auditor harus

24
menyatakan opini adverse jika laporan keuangan disusun berdasarkan kelangsungan usaha
(ASA 570 paragraf 63).

Contoh perusahaan yang memiliki masalah dengan kelengkapan liabilitas yang dilaporkan
adalah Enron, yang menyatakan kebangkrutan pada Desember 2001. Meskipun transaksi
dan pengaturan lainnya kompleks, dapat dikatakan bahwa Enron mengecilkan liabilitasnya
melalui penggunaan yang tidak benar dari Entitas Bertujuan Khusus (Special purpose Entity)
(Penjelasan tambahan: SPE sering digunakan dalam skema rekayasa keuangan) yang tidak
dikonsolidasikan. Benston dan Hartgraves mencatat bahwa Enron tidak diharuskan oleh US
GAAP yang ada pada saat itu untuk mengkonsolidasikan banyak SPE yang digunakan jika
pihak ketiga yang independen memiliki kepentingan ekuitas yang terkendali dan substansial
dalam SPE. Oleh karena itu Enron memperlakukan SPE sebagai entitas yang terpisah dan
menjual asetnya kepada mereka, menciptakan laba tanpa harus mengakui liabilitas SPE.
Karena aset bersih utama untuk SPE adalah saham di Enron, jatuhnya harga saham Enron
berarti Enron bertanggung jawab atas utang SPE (yang dijamin oleh Enron). Ketika
penggunaan Enron atas SPE direview oleh auditor mereka, Arthur Andersen, pada tahun
2001 diputuskan untuk secara retroaktif mengkonsolidasikan entitas yang menghasilkan
pengurangan besar-besaran dalam laba bersih yang dilaporkan Enron dan peningkatan
besar-besaran dalam utang yang dilaporkan. Dalam beberapa bulan setelah pengumuman
pengurangan $ 1,2 miliar dalam ekuitas pemegang saham, saham Enron tidak berharga.

Meskipun mengecilkan liabilitas merupakan perhatian bagi auditor, terutama jika perlakuan
tersebut menciptakan keraguan tentang solvabilitas perusahaan, melebih-lebihkan
(overstate) provisi juga menimbulkan masalah bagi auditor. Istilahnya disebut 'cookie-jar'
(dana cadangan), provisi untuk pengeluaran di masa depan, seperti pemeliharaan atau
garansi. Biasanya provisi ini memungkinkan perusahaan untuk 'menimbun' kelebihan
pendapatan untuk ‘masa sulit’ (rainy day). Seperti dibahas sebelumnya, penggunaan teknik
ini secara terang-terangan sekarang dibatasi oleh IAS 37 / AASB 137, tetapi auditor masih
diharuskan untuk menguji ketepatan provisi apa pun (termasuk yang ditampilkan sebagai
liabilitas dan yang diakui sebagai aset kontra, seperti provisi untuk utang yang diragukan).

Pengenalan IFRS 2 / AASB 2 Share-based Payment telah meningkatkan pedoman untuk


auditor ketika menilai kewajaran nilai wajar yang diberikan untuk transaksi berbasis ekuitas.
Standar tersebut menyatakan bahwa nilai wajar dapat ditentukan baik dari nilai saham atau
hak untuk saham yang diserahkan, atau dengan nilai barang atau jasa yang diterima,
tergantung pada jenis pembayaran. Terdapat bentuk standar serupa pada US GAAP di
Amerika Serikat, Dewan Pengawas Akuntansi Perusahaan Publik (PCAOB) menginspeksi
perusahaan yang diaudit untuk periode 2004 hingga 2006 dan melaporkan bahwa dalam

25
beberapa kasus, auditor tidak dapat mengevaluasi dengan baik apakah klien mereka,
terutama klien perusahaan yang lebih baru atau lebih kecil, telah menggunakan nilai yang
sesuai untuk transaksi pembayaran berbasis saham. Sebagai contoh, beberapa auditor
mengizinkan instrumen ekuitas diterbitkan sebagai pertimbangan untuk pelunasan utang
yang belum dilunasi dinilai pada nilai tercatat utang, meskipun ada bukti bahwa nilai pasar
dari instrumen ekuitas tersebut melebihi nilai tercatat utang. Secara umum, untuk mengaudit
jenis transaksi secara tepat, auditor perlu mengevaluasi substansi pengaturan dan prinsip-
prinsip akuntansi yang dapat diterapkan, daripada sekadar menerima pernyataan
manajemen tentang sifat, waktu, dan penilaian transaksi.

26
PERTEMUAN 10
PENDAPATAN

A. Definisi Pendapatan
Secara praktis pendapatan dapat ditentukan dengan kenaikan asset dari awal periode
sampai akhir periode, tetapi bukan karena setoran pemilik modal. Kenaikan asset utamanya
berasal dari aktivitas produksi dan aktivitas penjualan barang/jasa. Hal tersebut merujuk pada
pengertian IAS 18.
IAS 18 → Revenue adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomis yang timbul dari
aktivitas operasi normal yang mengakibatkan kenaikan ekuitas selain kenaikan dari setoran
pemilik modal.
Istilah lain yang juga biasa dikenal adalah Income (penghasilan). Istilah income dan
revenue sering muncul bersamaan, akan tetapi memiliki pengertian yang berbeda. Seperti
dinyatakan dalam IASB Framework bahwa pendapatan merupakan bagian dari penghasilan.
Income → kenaikan manfaat ekonomis selama periode akuntansi atau peningkatan asset
atau pengurangan kewajiban yang menghasilkan kenaikan ekuitas selain dari setoran pemilik
modal.
Sehingga menurut IASB penghasilan merupakan keseluruhan manfaat ekonomis dan
peningkatan asset dalam satu periode, semetara pendapatan merupakan manfaat ekonomi
yang berasal dari aktivitas operasi utama. FASB membedakan Gain dan Revenue, dan FASB
setuju keduanya merupakan Income.

Pendapatan Merupakan Hasil dari Perilaku


Revenue generally comes about because the entity does something to make it happen. Myers
(1959) menghubungkan konsep pendapatan dan profit. Dia mengatakan bahwa profit
diperoleh pada saat-saat kritis antara hasil dan upaya. Hal tersebut menekankan bahwa
pendapatan dan profit diperoleh atas usaha yang dilakukan oleh entitas.

Semua kegiatan yang dilakukan oleh entitas untuk menghasilkan profit disebut earning
process

B. Pengakuan Pendapatan
Historical Perspective
Abad 19 → pendaptan ditengarahi oleh naiknya kekayaan bersih. Chatfield secara tegas
menyatakan bahwa pendapatan berasal dari penilaian asset asset perusahaan, disamping
berasal dari aktivitas pokok.
Pandangan kekayaan bersih digantikan oleh jumlah yang terealisasi. Hal tersebut
didasari pada peningkatan penggunaan asset tetap sehingga sulit melakukan penilaian asset.

27
Prinsip konservatisme muncul setelah Great Depression terjadi, yakni menghindari
pengakuan yang terlalu optimis sehingga mengakibatkan informasi yang tidak relevan.
Kriteria Pengakuan Pendapatan
Terdapat tiga kriteria pengakuan pendapatan:
1. Keterukuran Aset
2. Keterjadian transasksi
3. Terjadinya earning process

• Keterukuran asset
Pada awalnya kenaikan asset dinyatakan sebagai pendapatan, namun kenaikan ini
sulit dibuktikan secara objektif. Aliran masuk asset harus dapat dinilai secara objektif
agar pendapatan dapat diakui.
o Aset harus likuid?
FASB → pendapatan diakui ketika terealisasi. Realisasi artinya asset harus
berupa tunai atau asset yang dapat dipastikan nilainya berdasarkan harga
pasar yang tersedia. Secara dominan, menyatakan bahwa asset yang
diterima harus likuid (paton & Littleton, Teori monograp)
o Kolektabilitas
Semakin Panjang jatuh tempo semakin besar ketidakpastian kas akan
diterima. Kepastian bahwa imbalan dapat diterima menjadi penting dalam
pengakuan pendapatan.
• Keterjadian transaksi
Pendapatan baru diakui bila telah terjadi pemindahan barang/ jasa kepada pembeli,
sehingga saat itulah harga pasti diketahui dan imbalan dipastikan akan diterima.
Pihak pembeli dan penjual secara langsung terlibat dalam transaksi lalu sama-sama
membentuk harga.
Pendapatan terjadi → penjual mencatat pendapatan, pembeli mencatat biaya
historis
Atas pandangan exit price dan current cost, pendapatan dapat dicatat tanpa adanya
keterlibatan secara langsung antar pihak bertransaksi. Karena harga bisa diperoleh
dari nilai di pasar. Bukti yang memuaskan harus diperoleh sebagai timbulnya
pendapatan meski tidak ada keterlibatan perusahaan dalam transaksi.
• Terjadinya earning proses
Pendapatan diakui setalah seluruh proses earning terjadi dan diikuti realisasi
pertukaran barang/jasa. Ketika earning proses telah selesai, maka biaya dapat
diidentifikasi sehingga menjadi bukti yang cukup untuk mengakui pendapatan

28
C. PENGUKURAN PENDAPATAN
Tiga kriteria umum pengakuan pendapatan:
- measurability/collectability
- existence of transaction
- substantial completion of earning process
The Framework par 83 -> Dua kriteria pengakuan pendapatan:
a. dimungkinkan bahwa manfaat ekonomi masa depan yang melekat dengan item akan
mengalir ke/dari entitas
b. item mempunyai biaya/nilai yang dapat diukur secara andal
IAS 18/AASB 118:
o Pendapatan diukur dengan fair value dari perhitungan yang diterima atau yang dapat
diterima (paragraf 9)
o Spesific rules untuk pengakuan dan pengukuran dari berbagai jenis pendapatan:

1. Sale of Goods (Penjualan Barang Dagangan)


Umumnya titik penjualan (point of sale) menjadi titik pengakuan pendapatan.
o Secara teoritis
Point of sale terbaik adalah jika memenuhi 3 kriteria pengakuan umum
(measurability/collectability, existence of transaction, substantial completion of
earning process). Sales point pada earning process dianggap sebagai waktu
paling tepat untuk mengukur dan mencatat pendapatan.
o Secara legal/hukum
Point of sale adalah ketika produk dikirimkan atau jasa diberikan.
Sebagaimana yang disebutkan oleh Martin: “The verifiable evidence of
revenue often consists of an external sales transaction, so that revenue cannot
usually be recognized before the point of sale.”
o Secara substansi ekonomi dari transaksi/kejadian
Point of sale bisa terjadi ketika:
a. dokumen disampaikan kepada pelanggan
Dalam beberapa kasus, penjual mungkin saja melakukan
pengiriman bukan dengan memindahkan barang dagang tetapi
mengirimkan dokumen. Menurut IAS 18/AASB 118 par 15, penyerahan
dokumen merupakan salah satu aspek untuk mempertimbangkan
penentuan apakah sebuah penjualan telah dilakukan.
b. metode akuntansi berbeda dari sudut pandang legal, misalnya pada
sales-type/finance lease

29
Sales-type lease (finance lease) adalah contoh bagaimana
metode akuntansi bisa berbeda dengan sudut pandang legal/hukum.
Menurut metode akuntansi, sewa yang secara substansi mentransfer
seluruh manfaat dan risiko yang melekat pada kepemilikan properti
diperlakukan seperti akuisisi aset oleh lesse dan penjualan oleh lessor.
Dari sudut pandang akuntansi, transaksi tersebut adalah penjualan.
Ketika lessor mentransfer produknya kepada lessee, sales revenue dan
cost of sales akan dicatat.

Pengecualian Penggunaan Point of Sale


Kondisi-kondisi dimana pendapatan diizinkan atau diharuskan dicatat selain pada titik
penjualan (point of sale):
o pendapatan diakui selama produksi
IAS 18/AASB 118 memperbolehkan pengakuan pendapatan
berdasarkan percentage-of-sales method. IAS 11/AASB 111 Construction
Contracts menyediakan petunjuk penggunaan metode ini untuk kontrak
konstruksi jangka panjang.
Pendapat yang mendukung ini adalah bahwa pendapatan tidak secara
tiba-tiba/serta merta muncul ketika penjualan dilakukan, tetapi dihasilkan
secara inkremental dalam proses berkelanjutan. Penggunaan percentage-of-
completion method untuk kontrak konstruksi hanya tepat ketika estimasi yang
reliabel dan masuk akal dapat dibuat atas penyelesaian, biaya, dan
pendapatan dari kontrak.

Jika dihubungkan dengan kriteria umum pengakuan pendapatan,


a. Tekanan muncul pada kriteria pertama, yaitu measurability dan
collectability of assets. Karena ada kontrak antara pembeli dan penjual,
measurability dari total nilai penjualan telah terpenuhi. Sedangkan
collectability adalah masalah judgement, tergantung pada tingkat
keyakinan entitas bahwa pembeli akan memenuhi kewajibannya.
b. Kriteria kedua (existence of transaction) telah terpenuhi dengan
penandatanganan kontrak yang menetapkan total nilai penjualan.
Meskipun merupakan executory contract, kontrak tersebut secara
objektif menentukan harga item dan mengungkapkan keinginan pihak
lain untuk membayar jumlahnya.
c. Jika earning process dianggap lengkap hanya ketika proyek selesai,
kriteria pengakuan ketiga (substantial completion of the earning

30
process) dianggap tidak terpenuhi. Namun, jika maksud dari kriteria
'substantial completion' adalah untuk memastikan bahwa pendapatan
tercatat merefleksikan kinerja perusahaan, memastikan bahwa
perusahaan telah melaksanakan necessary activities untuk
memperoleh pendapatannya tersebut; biaya yang terjadi dapat
diasumsikan untuk merefleksikan kinerja perusahaan, sehingga kriteria
ketiga dapat dianggap terpenuhi.

o pendapatan diakui pada akhir produksi


Akan tepat digunakan jika produksi adalah critical event-nya sedangkan
penjualan selanjutnya adalah transaksi rutin saja/sudah terjamin
keterjadiannya.

o pendapatan diakui ketika kas diterima setelah penjualan dilakukan


Contoh pengakuan pendapatan berdasarkan kas diterima setelah penjualan
adalah instalment method (metode cicilan) dan cost recovery method (metode
pemulihan biaya). Kas yang diterima adalah jumlah pendapatan.
a. Dengan instalment method, rasio biaya produk dialokasikan dengan
cara:
cash collected during period
total sales price (total cash expected)
b. Dengan cost recovery method, jumlah expense sama dengan
pendapatan yang diakui sampai seluruh biaya ter-cover. Kemudian,
setiap tambahan kas yang diterima setelah seluruh biaya ter-cover
dianggap sebagai profit.

Instalment dan cost recovery method mengungkapkan konservatisme


entitas dalam pengakuan pendapatan, karena mengasumsikan penjualan
produk bukan merupakan bukti yang cukup bahwa pendapatan telah diperoleh.
Hanya penerimaan kas aktual dari pelanggan yang akan memenuhi bukti yang
diperlukan. Metode ini diperlukan karena baik kriteria pengakuan pendapatan
pertama (measurability/collectability) atau kriteria ketiga (substantial
completion) tidak terpenuhi. Dengan kriteria pertama, penjual tidak mempunyai
keyakinan bahwa semua kas akan diterima dari penjualan. Dengan kriteria
ketiga, perusahaan tidak mencatat pendapatan karena belum memperolehnya
melalui pelaksanaan necessary activities.

31
2. Rendering Of Services (Pemberian Jasa/Layanan)
IAS 18/AASB par 20: pendapatan yang melekat pada pemberian jasa diakui
mengacu pada tahap penyelesaian transaksi pada tanggal pelaporan. Jadi,
pendapatan diakui pada periode ketika jasa diberikan. Pengakuan pendapatan pada
basis ini menyediakan informasi berguna tentang aktivitas jasa dan kinerja
perusahaan dalam suatu periode.
Par 23 menyatakan bahwa entitas secara umum dapat membuat estimasi yang
reliabel, memungkinkan pengakuan pendapatan, ketika telah memenuhi hal-hal
berikut dengan pihak lain:
- hak masing-masing pihak terkait jasa, telah tersedia dan diterima oleh semua
pihak
- pertimbangan untuk pertukaran (misal jasa dengan kas)
- cara dan jangka waktu penyelesaian
Jasa bisa melibatkan tindakan dan waktu sekali atau berkali-berkali. Pengakuan
pendapatan harus mempertimbangkan sifat dan waktu. Jika ada tindakan signifikan
yang harus dilakukan, pengakuan seharusnya tidak terjadi sampai tindakan ini
terlaksana.
Jumlah pendapatan yang diakui seharusnya mencerminkan jasa yang terlaksana.

3. Interest, Royalties, and Dividends


Pendapatan ini dapat diakui ketika diterima, karena memenuhi ketiga kriteria
pengakuan. Namun untuk beberapa item, meskipun belum secara actual diterima,
berlalunya waktu menandakan pendapatan telah diperoleh. Dalam kasus tersebut,
pendapatan secara akrual dicatat, meskipun tidak ada transaksi eksternal. Contohnya
adalah interest revenue diakui secara akrual pada akhir periode akuntansi.

IAS 18/AASB 118 par 30 menyatakan bahwa interest harus diakui secara akrual
menggunakan effective interest method, royalti seharusnya diakui menurut substansi dari
perjanjian terkait, dan dividen diakui ketika shareholder mempunyai hak untuk menerima
pembayaran.

D. Tantangan bagi pembuat standar


1. Pengembangan pengakuan dan pengukuran pendapatan
FASB dan IASB mengadakan join project terkait pengakuan dan pendapatan karena:
a. Transaksi pendapatan belum diatur dengan baik oleh panduan yang ada
b. Transaksi menjadi lebih kompleks.

32
Pembuat standar mencatat terdapat inkonsistensi antara kerangka IASB dan
beberapa standar. Misalnya, penerapan kriteria pengakuan dalam kerangka kerja dan
IAS 18 dapat menciptakan aset dan kewajiban yang ditangguhkan yang tidak sesuai
dengan definisi kerangka aset dan kewajiban.
FASB / IASB telah mengusulkan prinsip-prinsip dasar berikut untuk pengakuan dan
pengukuran pendapatan:
a. Entitas pelaporan harus mengakui pendapatan dalam periode akuntansi di mana
mereka muncul dan mengukurnya pada nilai wajar pada tanggal yang muncul jika
dapat menentukan baik kejadian dan pengukuran mereka dengan keandalan yang
cukup.
b. Entitas pelaporan harus mengukur pendapatan yang timbul dari peningkatan asetnya
atau penurunan kewajibannya pada nilai wajar kenaikan atau penurunan tersebut.

Hal ini memberikan beberapa perubahan:


a. Revenue diakui pada periode terjadinya. Ada penekanan pada pengakuan
pendapatan yang tepat waktu, daripada realisasi pendapatan.
b. Pendapatan muncul dari peningkatan aset atau penurunan liabilitas. Pendapatan
dapat berasal dari perubahan nilai aset yang terjadi di siklus produksi dan dari holding
aset (misal: remeasurement pengukuran kembali). Keduanya masuk ke
comprehensive income.
c. Pengakuan dan pengukuran mencerminkan fair value. Pendekatan nilai wajar telah
diadopsi sebagai prinsip kerja, tetapi ini akan dipengaruhi di masa depan oleh
keputusan dalam proyek dewan tentang pengukuran. Pendekatan nilai wajar
kontroversial dan tidak memiliki dukungan bulat dari pembuat standar. Misalnya
penyetel standar akuntansi Jepang telah menyatakan keprihatinan tentang
penggunaan nilai wajar.
d. Pengukuran harus andal. Hal ini konsisten dengan karakteristik kualitatif dalam
framework.

Lebih jauh lagi, IASB menyetujui 2 kriteria untuk diakui sebagai revenue:
a. Kriteria elemen
Perubahan dalam aset atau kewajiban harus terjadi, yaitu:
1) Peningkatan aset telah menghasilkan peningkatan ekuitas, tanpa investasi yang
sepadan oleh pemilik.
2) Penurunan kewajiban telah terjadi yang meningkatkan ekuitas, tanpa investasi
yang sepadan oleh pemilik (seperti seperti pengampunan oleh pemilik hutang
kepada mereka oleh entitas)

33
b. Kriteria pengukuran
Perubahan dalam aset atau kewajiban dapat diukur secara tepat, yaitu:
1) Aset atau kewajiban diukur dengan menggunakan atribut yang relevan.
2) Peningkatan aset atau penurunan kewajiban dapat diukur dengan keandalan yang
cukup.
3) Kriteria pengukuran tidak mengandung kriteria probabilitas, seperti yang ada
dalam Kerangka Kerja IASB dan AASB. Keputusan untuk tidak menggunakan
kriteria probabilitas mencerminkan pandangan IASB bahwa probabilitas harus
menjadi bagian dari pengukuran elemen laporan keuangan dan tidak boleh
menjadi kriteria untuk pengakuan. Terukur masih merupakan elemen penting dari
kriteria baru, tetapi ada kurang penekanan pada penyelesaian substansial dari
proses penghasilan. Pendekatan yang diambil dalam proyek ini adalah untuk fokus
pada perubahan nilai aset dan kewajiban daripada penyelesaian proses
penghasilan.

2. Pengukuran fair value


Munculnya aset dengan berbagai karakteristik seperti financial instrument, dan
penggunaan fair value dalam beberapa standar spesifik seperti:
IAS 39 Financial Instrument
IAS 40 Investment Property
IAS 41 Agriculture
menghasilkan minat yang besar dalam pengakuan pendapatan.
Di bawah mixed measurement attribut model: semua item diukur dengan fair value
saat akuisisi (seperti biaya akuisisi atau entry price) kemudian dicatat dengan biaya
historis, meskipun beberapa diukur kembali dengan nilai wajar.
Seperti sebelumnya didiskusikan, definisi pendapatan yang diadopsi FASB
menyatakan bahwa pendapatan dapat dihasilkan dari perubahan nilai aset. Beberapa
Standar IASB mensyaratkan bahwa keuntungan dan kerugian yang timbul dari
pengukuran kembali aset termasuk dalam pendapatan operasional atau pendapatan
komprehensif (contohnya income yang berasal dari gain dan losses dari periode tersebut,
baik realised maupun unrealised). Standar yang mengijinkan atau membutuhkan
pengukuran kembali aset meliputi IAS 16 PPE, IAS 39 Financial Instrumen, IAS 41
Agrikultur, IAS 19 Employee Benefit. Penggunaan yang lebih besar dari pengukuran nilai
wajar dalam standar berarti bahwa keuntungan dan kerugian diakui pada periode
terjadinya, terlepas dari apakah mereka direalisasikan atau tidak. Akibatnya, FASB dan
IASB telah mengalihkan perhatian mereka ke cara terbaik untuk menampilkan informasi
tentang item pendapatan dalam laporan keuangan entitas.

34
3. Penyajian laporan keuangan
IASB dan FASB melakukan joint project terkait penyajian LK. Proyek ini relevan
dengan diskusi tentang pengakuan revenue tentang bagaimana items revenue akan
dilaporkan dalam LK.
Proyek ini dilakukan untuk menetapkan standar untuk penyajian informasi dalam
laporan keuangan untuk meningkatkan kegunaan informasi tersebut dalam menilai
kinerja keuangan dan posisi suatu entitas. IASB mencatat bahwa terdapat perbedaan
antar negara terkait penyajian, klasifikasi, dan definisi dari item dan kunci indikator kinerja.
Sebagai tambahan, penggunaan mixed-attribute measurement model meningkatkan
perhatian tentang efeknya pada penyajian kinerja dan posisi LK.
Proyek ini mengcover isu terkait penyajian dalam LK terkait pengakuan perubahan
aset dan liabilitas dari transaksi atau kejadian, kecuali yang terkait transaksi dengan
pemilik. Itu akan mempertimbangkan item yang akan dilaporkan dalam income statement,
laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas. IAS 1 mengizinkan tetapi tidak
memerlukan laporan laba rugi komprehensif tunggal.
Dalam perjalanan pembahasannya tentang penyajian LK, Board menyetujui beberapa
kesimpulan sementara:
a. Laporan laba rugi tunggal yang inklusif
Hal ini merupakan perubahan dari praktek masa lalu dimana multiple income
statements disajikan. Semua perubahan asset dan liabilities akan ditunjukkan
dalam income statement, sedangkan di masa lalu hanya beberapa item saja.
b. Realisasi bukan basis dari inclusion of items
Tujuan income statement adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk
pengambilan keputusan. Fakta bahwa sebuah item tidak terealisasi bukanlah
penghalang untuk dimasukkannya ke dalam laporan keuangan. Ini merupakan
perubahan dalam praktek yang mungkin disukai oleh analyst yang menginginkan
pengukuran fair value dan pemasukan semua item yang mempengaruhi kekayaan
shareholder. Penggunaan fair value measurement bersifat kontroversial di banyak
negara karena dianggap kurangnya reliabilitas.
c. Pengungkapan terpisah atas performa dan remeasurement
Income statement akan membedakan antara income flows dan penyesuaian
penilaian. Perubahan fair value akan mengungkap alasan perubahan: performa
dalam periode berjalan, perubahan kondisi ekonomi, atau perubahan ekspektasi
pasar. Akan tetapi klasifikasi atas item dapat terjadi secara tidak langsung dan
membutuhkan judgement. Beberapa pengguna laporan keuangan keberatan
dengan persyaratan yang meningkatkan subjektivitas dalam laporan keuangan
dan mengurangi keandalan dan komparabilitas dari materi yang disajikan

35
E. Issue for auditors
Permasalahan utama adalah risiko overstatement revenue yang dibuat oleh manager.
Overstatement dapat terjadi jika transaksi atau peristiwa yang mendasari pendapatan
yang dicatat belum terjadi atau tidak berkaitan dengan entitas, jumlah revenue tidak
dicatat dengan benar, revenue terkait pendapatan periode akuntansi yang akan datang.
Selain itu ada juga risiko pengungkapan revenue yang tidak akurat, seperti contohnya,
penjualan pada pihak istimewa tidak diungkapkan dengan benar.
1. Overstatement revenue kemungkinan didorong oleh upaya manajer untuk
mengelabui pengguna LK.
Overstatement revenue dianggap sebagai masalah yang lebih besar dibandingkan
understatement karena hal itu lebih mungkin didorong oleh upaya manajer untuk
menipu pengguna laporan keuangan dan upaya terkait untuk menyembunyikan
peristiwa yang sebenarnya membuat overstatement sulit untuk dideteksi. Sebagai
tambahan, bias alami dalam akuntansi terhadap pernyataan laba yang berlebihan
menunjukkan bahwa auditor lebih cenderung untuk ditanyai oleh regulator dan
investor atas kegagalan untuk mendeteksi kesalahan yang mengarah pada
pendapatan yang berlebihan dibandingkan dengan pendapatan yang tidak terlalu
besar.
2. Hal ini mungkin terjadi saat kompensasi manajer didasarkan pada bonus terkait
dengan pendapatan yang ditargetkan.
Lebih dari setengah fraud LK melibatkan overstating revenue. Penipuan bermula di
tingkat manajemen tertinggi dan lebih besar kemungkinan kompensasi manajer
didasarkan pada bonus yang diikat pendapatan terikat, manajer menunjukkan minat
dalam menggunakan kebijakan akuntansi yang agresif untuk meningkatkan harga
saham, dan manajer memiliki sejarah komitmen pada analis dan orang luar lain yang
akan mencapai ramalan agresif atau tidak realistis. PCAOB menyarankan bahwa
pengakuan pendapatan bisa menjadi masalah yang sulit untuk transaksi yang
kompleks dan/ atau ketidakpastian yang signifikan menentukan penentuan
penyelesaian substansial transaksi. Auditor bertanggung jawab untuk menilai dasar
keputusan manajer tentang keberadaan dan nilai pendapatan yang diakui dalam
periode akuntansi saat ini.
3. Auditor perlu sensitif terhadap risiko pertumbuhan pendapatan klien dan harus
mengumpulkan bukti langsung untuk mendukung pendapatan mereka tidak salah
saji.
Bukti pentingnya isu revenue dapat ditemukan di laporan PCAOB atas inspeksi
auditor untuk periode 2004-2006. Laporan tersebut berisi serangkaian masalah

36
umum yang diidentifikasi selama inspeksi perusahaan audit dan bertujuan membantu
perusahaan audit dalam meningkatkan atau mempertahankan kualitas pekerjaan
mereka. PCAOB mencatat bahwa salah saji material karena pelaporan keuangan
yang curang seringkali merupakan hasil dari kesalahan pelaporan pendapatan.
Auditor harus peka terhadap risiko tinggi di sekitar klien yang cenderung lebih
dievaluasi pada pertumbuhan pendapatan daripada laba, dan auditor harus mencari
bukti untuk mendukung pendapat mereka di luar mengandalkan hasil prosedur
analitis atau pengujian area lain.
4. Beberapa salah saji dapat dikaitkan dengan over-optimisme. Misal: kemajuan
kontrak konstruksi.
Estimasi berlebihan pendapatan dapat terjadi dalam standar akuntansi dengan
membuat estimasi kemudian terbukti terlalu optimis. Pendapatan dan beban untuk
kontrak konstruksi yang membutuhkan waktu beberapa tahun untuk diselesaikan
dapat diakui sebelum penyelesaian kontrak jika hasil kontrak dapat diperkirakan
secara relatif (IAS 11). Jika biaya pada proyek nanti melebihi estimasi biaya pada
saat pengakuan pendapatan, penyesuaian dilakukan pada periode selanjutnya untuk
membalikkan laba yang tidak lagi diharapkan untuk diperoleh. Dalam periode
sementara, auditor harus menentukan berapa banyak kelonggaran, mereka akan
memungkinkan manajer dalam perkiraan biaya mereka untuk menyelesaikan dan
dengan demikian berapa banyak pendapatan dapat diakui.
5. Salah saji pendapatan yang lain karena fraud.
Perusahaan melakukan channel stuffing. Perusahaan secara tidak wajar mendorong
pembeli untuk membeli lebih banyak obat daripada permintaan dijamin. Praktik ini
melibatkan pengiriman barang sebelum waktunya kepada pembeli, seringkali
dengan ketentuan pembayaran yang ditangguhkan, dan mengakui pendapatan saat
barang dikirim. Meskipun ini adalah poin umum untuk pengakuan pendapatan, ada
kelemahan dalam validitas pesanan pembeli yang menunjukkan ada keraguan
tentang penyelesaian akhir dari proses penghasilan. Praktik terkait melibatkan
penangguhan penjualan yang dilakukan selama bagian awal periode akuntansi baru
hingga bagian akhir periode akuntansi lama - yang dikenal sebagai cut-off penjualan
yang tidak tepat. Contoh penipuan yang lebih mencolok ditemukan di mana manajer
hanya menciptakan transaksi penjualan.

37
PERTEMUAN 11
EXPENSES

A. EXPENSES DEFINED
1. Dalam Framework paragraph 70, mendefinisikan bahwa beban adalah penurunan
manfaat ekonomik selama periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau penurunan
aset atau timbulnya liabilitas yang mengakibatkan penurunan dalam ekuitas selain yang
berkaitan dengan pembagian kepada pemilik.
2. Beban meliputi kerugian (losses) dan beban (expense). Beban timbul dalam kegiatan
normal entitas. Sedangkan kerugian timbul tidak dalam kegiatan normal entitas. Namun,
kerangka tersebut menyatakan bahwa kerugian juga mewakili penurunan manfaat
ekonomi dari suatu aset, oleh karena itu, tidak berbeda dari expense lainnya. Sehingga,
tidak dianggap sebagai elemen yang terpisah (paragraf 79).
3. Dalam IAS I/ AASB 101, paragraf 85 menyatakan bahwa suatu entitas tidak boleh
menyajikan item income atau expense sebagai extraordinary item. Framework IASB tidak
lagi memisahkan antara expense dengan loss.
4. Menurut FASB, concepts statement no 6 (paragraph 68-9) membedakan antara expense
dan loss. Kerugian adalah penurunan aset bersih dari transaksi di sekitar dan transaksi
tidak disengaja dari peristiwa lain yang sebagian besar diluar kendali perusahaan,
sedangkan beban berkaitan dengan operasi utama entitas.
5. Namun menurut Henderson, Peirson, dan Brown, perbedaan yang dinyatakan FASB
terkait expense dan loss tidaklah begitu tampak berguna. Perbedaan ini menjadikan
adanya kebutuhan untuk menilai apakah transaksi yang terjadi adalah bagian dari operasi
utama entitas atau bukan

1. Change in assets and liabilities


Secara alami, pendapatan dan beban terjadi karena kejadian dalam operasi bisnis.
Pada kenyataannya, expense akan berdampak terhadap penurunan nilai dari suatu aset
maupun peningkatan nilai dari suatu liabilitas akan terjadi. Definisi biaya operasional adalah
konsep arus fisik yang melibatkan entitas, sehingga definisi framework mengacu pada arus
keluar atau habisnya aset atau timbulnya kewajiban. Definisi dari framework tidak
menyebutkan hubungan antara biaya dengan pendapatan, meskipun keduanya didefinisikan
pada manfaat ekonomi masa depan. Meskipun pendapatan dan beban terjadi karena
perusahaan melakukan kegiatan yang akan menghasilkan keuntungan, sebaiknya
pendapatan dihubungkan dengan kejadian aktual dari produksi dan penjualan, dan beban
dihubungkan dengan peggunaan barang atau jasa untuk mendukung peristiwa-peristiwa
tersebut, bukan dengan peristiwa-peristiwa itu sendiri.

38
2. Expense and “costs”
Dalam Framework menyatakan bahwa penggunaan aset mengakibatkan biaya (cost)
pada entitas. Hal ini sesuai dengan argumen sebelumnya bahwa expense merupakan
perubahan nilai. Perubahan nilai mengacu pada pengorbanan yang dilakukan entitas untuk
memperoleh layanan tersebut. Jika tidak ada biaya untuk perusahaan, maka tidak ada beban
(If there is no cost to the firm, then there is no expense). Yakni ketika kita sebagai entitas tidak
mengeluarkan biaya dalam memperoleh suatu manfaat maka kita tidak perlu mengakui
adanya expense dari manfaat yang kita peroleh tersebut. Misalnya, jika seorang karyawan
memberikan layanan tanpa bayaran, mungkin untuk mendapatkan pengalaman, tentu saja
perusahaan tidak boleh mencatat wages expense.
Beban disebut sebagai 'expired cost'. Sebagai contoh, sebuah komite khusus dari
American Accounting Association (AAA) pada 1357 menyajikan definisi "Beban adalah
expired cost, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk periode fiskal terkait aliran
barang atau jasa ke pasar, dan operasi terkait”. Beban hanya cost yang benar-benar
dikorbankan untuk menghasilkan pendapatan; apabila tidak ada cost, otomatis tidak akan ada
beban.

B. EXPENSE RECOGNITION
Ada dua kriteria yang harus dipenuhi dalam expense recognition yaitu:
1. Adanya probabilitas bahwa akan ada future economic benefits yang terkait
dengan item tersebut akan mengalir dari atau kepada entitas bisnis .
Expense dikatakan probable karena pada umumnya kita berada di lingkungan yang penuh
dengan ketidakpastian (uncertainty). Untuk memastikan probabilitas tersebut maka kita
harus membuat degree of uncertainty. Degree of uncertainty ini juga harus memenuhi
karakteristik prudence (kehati-hatian dalam menetapkan degree probabilitas dalam
melakukan judgement yang dibutuhkan dalam mengestimasi keadaan yang kondisinya
tidak pasti), sehingga aset dan pendapatan tidak dilebih-lebihkan serta kewajiban dan
beban tidak dikecilkan. Selain itu, juga harus memenuhi karakteristik kualitatif lainnya
yaitu neutrality, yaitu mengharuskan informasi dalam laporan keuangan bebas dari bias.
Dengan demikian, para penyusun laporan keuangan idealnya harus berhati-hati dalam
penilaian dan estimasi mereka, tetapi tidak membuat bias dalam informasi yang
dilaporkan. Misalnya, beban yang terlalu tinggi yang mencerminkan kehati-hatian yang
berlebihan dan kurangnya netralitas tidak akan dapat diterima karena informasi tersebut
tidak dapat diandalkan.

39
2. Item tersebut harus memiliki cost atau value yang dapat diukur secara andal
(reliable). Pengukuran yang andal maksudnya adalah ketika pengukuran membutuhkan
estimasi, maka harus ada bukti yang cukup untuk mendukung validitas dari estimasi
tersebut. Misalnya untuk mengakui suatu item sebagai expense maka bukti yang valid
adalah adanya penurunan pada nilai suatu aset atau kenaikan nilai liabilitas. Ini berarti,
pada dasarnya, bahwa pengakuan beban terjadi bersamaan dengan kenaikan kewajiban
atau penurunan aset. Misalnya, perubahan nilai aset menimbulkan biaya penyusutan,
amortisasi, atau penurunan nilai.

C. EXPENSE MEASUREMENT
Dalam mengukur beban, sejumlah keputusan harus dibuat tentang bagaimana beban
harus dialokasikan selama periode pendapatan yang dihasilkan. Terdapat beberapa standar
akuntansi yang menawarkan pilihan dalam metode pembagian proporsi beban dan
pendapatan. Sebagai contoh, IAS 16/AASB 116 Property, Plant and Equipment,
memungkinkan nilai aset yang dapat didepresiasi diukur dalam beberapa cara setelah
pengakuan (misalnya model biaya atau model penilaian) dan untuk beberapa opsi alternatif
depresiasi (misalnya straight-line, diminishing value and units of production). Kriteria
pengambilan keputusan pilihan yang akan dipakai, didukung oleh konsep akuntansi akrual
“Matching expenses against revenues” pada periode ketika keduanya saling terkait.

1. Allocation of Expenses
Salah satu pendekatan untuk mengukur beban adalah mengalokasikannya ke
periode yang terkait. Kerangka kerja IASB/AASB mengakui konsep matching dalam
paragraf 95 yang menyatakan “Beban diakui dalam income statement atas basis
keterkaitan langsung antara biaya yang terjadi dan pendapatan suatu penghasilan yang
spesifik”. Proses pencocokan melibatkan pengakuan simultan atau gabungan dari
pendapatan dan pengeluaran yang dihasilkan secara langsung dan bersama dari transaksi
yang sama atau peristiwa lainnya. Misalnya, berbagai komponen beban yang membentuk
harga pokok penjualan diakui pada saat yang sama dengan penghasilan yang diperoleh
dari penjualan barang (paragraf 95). Bagi banyak akuntan, upaya terkait (pengeluaran) dan
pencapaian (pendapatan) untuk periode tertentu adalah fungsi utama akuntansi. Namun,
dalam praktiknya, pencocokan yang tepat adalah tugas yang sulit, dan melibatkan banyak
penilaian dari pihak akuntan. Akuntan harus mengidentifikasi aset mana yang telah habis
(kedaluwarsa) dan nilai yang harus dihapuskan terkait pendapatan untuk periode tersebut.
Matching concept merupakan titik kritis dalam historical cost accounting. Hal tersebut
memberikan tuntunan bagi akuntan dalam menentukan biaya mana yang harus

40
dibebankan dan dapat dipasangkan dengan pendapatan pada periode tersebut, serta
biaya mana yang belum habis masa gunanya, untuk dicatat sebagai aset dalam neraca.
Untuk mengatasi masalah tersebut terdapat 3 metode dasar matching yaitu:
a) associating cause and effect
b) systematic and rational allocation
c) immediate recognition
Yang pertama adalah cara yang paling ideal untuk menentukan jumlah beban, sedangkan
yang kedua dan ketiga ketika yang pertama tidak dapat digunakan.

a. Associating cause and effect


• Cara yang paling ideal dalam mencocokkan beban dengan pendapatan adalah dengan
menghubungkan sebab dan akibatnya. Hubungan sebab dan akibat sulit dibuktikan.
Namun, berdasarkan apa yang tampak sebagai pengamatan yang masuk akal, akuntan
memutuskan bahwa barang dan jasa tertentu yang digunakan pasti telah membantu
dalam penciptaan pendapatan untuk periode itu. Contohnya: komisi penjualan, biaya
penjualan, dan penggajian.
• Tidak ada biaya penjualan jika tidak ada pendapatan. Misalnya, dalam long-term
construction contract, ketika completed contract method digunakan, tidak ada biaya
konstruksi (expense) yang dicatat, selama tidak ada pendapatan konstruksi yang diakui.
Biaya yang dikeluarkan dalam proyek ditempatkan di akun aset. Ketika proyek selesai dan
dijual, barulah total akumulasi biaya dalam akun aset ditransfer ke akun beban (expense)
untuk dicocokkan dengan pendapatan. Asumsinya adalah bahwa pada titik itu upaya yang
diwakili oleh beban akan membantu menghasilkan pendapatan. Jika percentage of
completion method digunakan, biaya konstruksi aktual yang dikeluarkan untuk periode
tertentu diasumsikan telah membantu dalam penciptaan pendapatan saat ini; oleh karena
itu, beban dicatat untuk jumlah biaya konstruksi. Bahkan, teknik umum untuk memastikan
rasio penyelesaian adalah dengan menggunakan biaya konstruksi aktual dari total biaya
konstruksi yang diharapkan dari proyek.
• Menghubungkan sebab dan akibat sulit diterapkan dalam praktiknya. Salah satu
alasannya adalah, dalam praktik, konsep “cost-attach” (keterlekatan biaya) merupakan
basis dari pengaturan sebab – akibat. Menurut Paton dan Littleton:
“Ideally, all costs should be viewed as ultimately clinging to definite items of goods sold
orservices rendered. If this conceptioil could be effectively realised in practice,the
netaccomplishment of the enterprise could be measured in terms of units of output
rather than ofintervals of time . . . In the more typical situation the degree of continuity
of activity tends toprevent the finding of a basis of affinity which will permit convincing

41
assignments, of all classesof costs incurred, to particular operations, departments, and
- finally - items of product. Notall costs attach in a discernible manner, and this fact
forces the accountant to fall back upon atime-period as the unit for associating certain
expenses with certain revenue”
Diakui, dalam situasi tipikal, basis dari keterlekatan biaya tidak dapat ditemukan.
Sebagai dampaknya,akuntan tidak menghubungkan secara langsung biaya dengan
pendapatan, namun mencocokkan biaya pada suatu interval waktu tertentu. Asumsinya,
biaya yang digunakan dalam periode waktu tertentu sebagai beban pasti membantu untuk
menghasilkan pendapatan pada periode tersebut. Kritik lainnya juga menunjukkan bahwa
konsep sebab – akibat mengimplikasikan bahwa jumlah pendapatan tertentu dapat
dikaitkan pada suatu jumlah beban.
Misalnya, anggaplah total pendapatan adalah $ 100.000 dan total beban adalah
$60.000. Katakanlah dari total pengeluaran, seperempat, atau $ 15.000, adalah untuk gaji
dan upah. Jika memperdebatkan sebab dan akibat, akan mengklaim bahwa gaji dan upah,
yaitu, layanan yang diberikan oleh karyawan, menghasilkan seperempat dari pendapatan,
atau $ 25.000. Tetapi tidak ada akuntan yang akan membuat pernyataan seperti itu, dan
tentu saja itu tidak dapat dibuktikan.

D. PENGUKURAN BEBAN
1. Pengalokasian Beban
a. Menghubungkan antara sebab dan akibat
b. Alokasi yang sistematis dan rasional
Saat pengasosiasian sebab dan akibat tidak dapat dilakukan, maka prosedur
untuk melakukan alokasi secara sistematis dan rasional digunakan. Tujuannya adalah
untuk mengakui beban pada periode di mana sumber daya ekonomi dikonsumsi atau
kadaluarsa. Setelah proses ini dilakukan, maka jumlah beban yang diakui akan
berhubungan dengan pengakuan pendapatan pada periode tersebut (matching
process).
Pada IAS 16: PPE, mendefinisikan depresiasi sebagai prosedur alokasi beban
yang dilakukan secara sistematis dan rasional atas jumlah tersusutkan aset pada
periode di mana manfaat diharapkan akan didapatkan selama masa manfaatnya.
Beban depresiasi merupakan contoh dari proses alokasi. Depresiasi juga perlu
mencerminkan pola bagaimana aset yang memiliki manfaat ekonomi akan
dikonsumsi.
Namun, mengakui depresiasi sebagai alokasi beban dapat menimbulkan
beberapa pertanyaan. Apakah depresiasi merupakan suatu prosedur atau kejadian

42
yang benar-benar terjadi? Telah dikatakan sebelumnya bahwa beban menyatakan
monetary event yang diakibatkan oleh physical event. Depresiasi merupakan
fenomena yang benar terjadi dan pencatatan bebannya adalah monetary effect.
Committee on Terminology di Amerika melihat depresiasi sebagai keusangan
pemanfaatan atau penurunan jasa potensial. Namun, pihak lain, termasuk ekonom
melihat depresiasi sebagai penurunan nilai aset yang biasanya juga menyatakan
penurunan harga pasar. Akuntan melihat aset tidak lancar jangka panjang sebagai
suatu gabungan jasa masa depan yang akan menurun seiring dengan berjalannya
waktu yang diakibatkan oleh faktor fisik berupa pemakaian dan faktor ekonomi berupa
keusangan. Untuk mengukur penurunan tersebut, akuntan memilih untuk
menggunakan prosedur alokasi. Jenis prosedurnya bisa berbeda-beda, tetapi selama
pengukuran sistematis dan rasional, maka prosedur dapat diterima.
Prosedur yang diterapkan dapat berupa metode garis lurus, jumlah unit yang
diproduksi, sum-of-the-year-digit, saldo menurun, dan lain-lain. Perbedaan ini
bertujuan untuk menentukan metode mana yang paling cocok dengan pola
jasa/manfaat yang akan dihasilkan oleh aset di masa depan. Namun, karena kesulitan
dalam menerapkan prinsip akuntansi, banyak perusahaan yang memilih metode yang
tidak sesuai dengan pola manfaat aset.
Satu kelemahan alokasi beban adalah metode ini didasarkan pada estimasi dan
asumsi yang dapat menyebabkan kesewanangan. Contohnya saja alokasi goodwill.
Pada awalnya banyak perusahaan yang mengamortisasi goodwill selama 20
tahun/kurang dengan menggunakan metode garis lurus. Namun, perusahaan lainnya
tidak mengakui amortiasi goodwill karena mereka menganggap nilainya (value) tidak
berkurang. Setelah terbit IFRS 3: Kombinasi Bisnis, dinyatakan bahwa goodwill diukur
sebesar biaya pengakuan awal dikurangi penurunan nilai sehingga tidak diperlukan
lagi proses estimasi untuk menentukan amortisasi goodwill.
Metode alokasi biasanya digunakan dalam pembayaran berbasis saham. Pada
IFRS 2, perusahaan diharuskan untuk mencatat beban yang berhubungan dengan
remunerasi pegawai, baik yang diberikan dalam bentuk kas, aset, atau instrumen
ekuitas. Tiga bentuk pembayaran berbasis saham adalah sebagai berikut:
1) Pembayaran dengan instrumen ekuitas: entitas menerima barang dan jasa
sebagai ganti atas instrumen ekuitasnya. Mengakui adanya peningkatan nilai
ekuitas.
2) Pembayaran dengan kas: entitas memperoleh barang dan jasa dengan
memunculkan liabilitas yang nilainya setara dengan instrumen ekuitasnya.
Mengakui adanya peningkatan liabilitas.

43
3) Transaksi lain: dapat memilih apakah pembayaran akan diselesaikan dengan kas
atau instrumen ekuitas.
Barang dan jasa yang diterima pada pembayaran dengan instrumen ekuitas dan
kenaikannya harus diukur dengan nilai wajar barang/jasa yang diterima, kecuali nilai
wajar tidak dapat diestimasi. Nilai wajar barang dan jasa yang diterima tersebut
biasanya menggunakan nilai wajar instrumen keuangan yang diberikan pada tanggal
instrumen keuangan diberikan. Jika harga pasar tidak tersedia, maka dapat
menggunakan option pricing model.
Jika instrumen ekuitas segera diberikan, bebannya pun segera diakui beserta
peningkatan nilai ekuitas. Namun, jika instrumen ekuitas tidak diberikan sampai
kondisi terpenuhi, maka nilai pasar dicatat sampai dengan masa pemberian.
c. Pengakuan segera
Contohnya saja pencatatan beban iklan dan penelitian. Beban iklan mungkin
memiliki manfaat jangka panjang, tetapi jangka waktunya sulit ditentukan. Begitu pula
halnya dengan beban penelitian yang perlu diakui segera setelah terjadinya karena
manfaat ekonomi di masa depan tidak dapat dipastikan dan tidak dapat diukur secara
andal.
Rugi penurunan nilai juga merupakan salah satu beban yang perlu segera diakui.
Walaupun pada aset berwujud maupun tidak berwujud telah dikenakan beban
depresiasi dan amortisasi, mungkin saja terdapat kesalahan penilaian dalam proses
alokasinya atau nilai aset terdampak oleh kejadian tidak terduga. Rugi penurunan nilai
terjadi karena nilai terpulihkan aset lebih kecil dari pada nilai tercatatnya. Hal ini
menyatakan bahwa terdapat penurunan nilai pada aset. Kejadian ini sesuai dengan
definisi beban pada kerangka konseptual.

2. Kritik atas Alokasi


Patton dan Littleton menggunakan konsep matching antara beban dengan
penghasilan untuk memadankan antara usaha dengan hasil/pencapaiannya. Mereka
melihat bahwa tugas utama akuntan adalah menentukan jumlah beban yang sudah
kadaluarsa dan mencantumkannya dalam laporan laba rugi. Sedangkan, beban yang
belum kadaluarsa ditempatkan di Laporan Posisi Keuangan. Sprouse menganggap
bahwa konsep matching membuat Laporan Laba Rugi menjadi lebih penting daripada
Laporan Posisi Keuangan sehingga mengurangi kegunaan LPK dalam pengambilan
keputusan. Pada beberapa tahun terakhir, pembuat standar fokus pada penyusunan
definisi dan kriteria pengakuan atas aset dan liabilitas agar fungsi LPK tidak lebih rendah
dari laporan laba rugi.

44
Selain itu, Thomas juga menganggap bahwa laporan keuangan yang dihasilkan
akuntan tidak berguna karena hampir seluruhnya didasarkan pada alokasi. Menurutnya
teori alokasi tidak dapat dijustifikasi. Untuk dapat dijustifikasi, Thomas berpendapat
terdapat tiga kriteria yang perlu dipenuhi, yaitu:
a. Addivity: jika alokasi dibuat berdasarkan total, maka dalam membaginya juga harus
menggambarkan total tersebut. Jadi, jika total alokasi ditambahkan seluruhnya
jumlahnya harus sama dengan sebelum alokasi
b. Tidak ambigu: cara untuk memilih metode dan pelaksanaan alokasi harus jelas.
c. Defensibility: saat telah memilih salah satu metode alokasi diperlukan adanya
argumen yang meyakinkan atas pilihan tersebut dan mengeliminasi pilihan metode
yang lain

Thomas menyatakan bahwa alokasi beban tidak memenuhi ketiga kriteria ini, terutama
kriteria ketiga karena seluruh metode pasti dapat dibantah dan tidak ada argumen yang
cukup meyakinkan untuk memilih salah satu metode tertentu, kecuali adanya
kesewenangan.
Akuntan menerapkan prosedur alokasi karena dua hal. Yang pertama adalah input
yang ada menyediakan jasa pada masa kini dan masa depan serta pola alokasi
menggambarkan biaya jasa yang dibebankan pada periode bersangkutan. Argumen yang
kedua adalah data yang sudah dialokasi menyediakan informasi yang berguna bagi
pengguna laporan keuangan.
Thomas membantah alasan pertama dengan menyatakan bahwa akuntan tidak
dapat menunjukan bahwa jasa yang diberikan dari input tersebut berkontribusi terhadap
arus kas masuk atau pendapatan atau penghematan biaya. Hal ini disebabkan oleh asersi
alokasi tidak dapat dibenarkan karena tidak dapat diverifikasi atau disangkal secara
obyektif dan empiris. Thomas menyatakan bahwa tidak mungkin untuk membenarkan
perlakuan alokasi di dunia ini, prosedur alokasi hanya ada dalam benak pembuat asersi.
Alasan lain mengapa alokasi dianggap tidak valid adalah interaksi antarinput. Secara
individual, kontribusi input terhadap output/pendapatan/arus kas tidak dapat diketahui
karena seluruh input digunakan bersamaan (adanya interaksi) untuk menghasilkan output.
Thomas juga membantah alasan kedua dengan mengatakan bahwa para pengguna
telah diberikan pemahaman sedemikian rupa sehingga mereka menganggap bahwa
prosedur alokasi adalah valid serta para akuntan membuat klaim yang tidak dapat mereka
validasi. Solusi atas masalah ini menurut Thomas adalah dengan menyajikan laporan
keuangan yang tidak menerapkan prosedur alokasi, seperti menggunakan exit price atau
laporan net quick assets fund.

45
Terlepas dari segala argumen yang ada, pembuat standar tetap menggunakan
prosedur alokasi karena alokasi merupakan hal yang substansial pada akuntansi. Tidak
digunakannya alokasi akan menjadi perubahan yang sangat drastis atas hal yang telah
dipahami, dipercaya, dan biasa dilakukan oleh akuntan.

3. Pembelaan atas Alokasi


Eckel mendukung pernyataan Thomas yang menyatakan bahwa alokasi merupakan
kesewenangan hanya pada poin yang menyatakan bahwa tujuan alokasi tidak dapat
dipertahankan. Tujuan konvensional dari alokasi adalah untuk menentukan laba dengan
proses matching, tetapi hal ini hanya dapat dilakukan jika terdapat hubungan sebab akibat
khusus dan dapat diidentifikasi dari beban dan penghasilan. Namun, tujuan ini dapat
diubah. Contohnya dengan menentukan laba melalui selisih antara pendapatan yang
dapat diakui dengan biaya yang dialokasikan pada periode bersangkutan menggunakan
metode garis lurus.
Zimmerman menyatakan bahwa alokasi beban dapat berguna untuk tujuan internal
sebagai alat pengendalian dan memotivasi manajer. Dalam analisisnya, Zimmerman
menunjukan bahwa alokasi biaya timbul untuk menggambarkan biaya yang sulit untuk
diamati yang terjadi saat perusahaan memberi kewenangan untuk mengambil keputusan
kepada manajer. Prosedur alokasi dan skema insentif akan mendorong manajer untuk
memperhatikan beban yang dilaporkan serta membantu untuk mengurangi permasalahan
pengendalian dan koordinasi yang muncul saat perusahaan memberikan kewenangan
tersebut.
Dia menyatakan bahwa selama manfaat untuk melaksanakan alokasi beban lebih
besar dari biayanya, maka penggunaan alokasi adalah hal rasional. Zimmerman
menyarankan bahwa alokasi fixed cost dapat menjadi pengukuran untuk biaya
kesempatan yang sulit untuk diukur. Miller dan Buckman menyimpulkan bahwa teori
Zimmerman adalah benar pada situasi ekonomi berskala kecil. Mereka membuat
penelitian atas alokasi fixed cost dari service department ke user department.

E. TANTANGAN UNTUK PEMBUAT STANDAR AKUNTANSI


1. Matching
Kerangka teori yang kuat untuk laporan keuangan akan berarti bahwa neraca (laporan
posisi keuangan) dan informasi keuangan saat ini menyediakan informasi yang memiliki
karakteristik relevan dan jujur (IASB, 2008). Standar IASB telah ditulis dan direvisi selama
lebih dari 30 tahun. Kerangka ini bertujuan untuk memberikan definisi umum dan kriteria
pengakuan, untuk meningkatkan konsistensi antara standar.

46
Selain itu, kerangka kerja secara khusus menyatakan bahwa matching konsep
seharusnya tidak diterapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengakuan item
dalam neraca yang tidak memenuhi definisi aset atau liabilitas (paragraf 95). Seperti
disebutkan dalam bab 9, pedoman untuk pengakuan pendapatan yang termasuk dalam IAS
18 / AASB 118 memunculkan item dalam neraca yang tidak memenuhi definisi kerangka kerja
tentang aset atau kewajiban. IASB mengatasi ketidakkonsistenan ini dalam proyek-proyek
yang saat ini dilakukan. Contoh dari Pengakuan biaya atau kerugian yang dapat
diperdebatkan dalam suatu periode akuntansi disajikan dalam teori dalam aksi 10.3 Pada
tahun 2008, Bank Perancis, Societe Generale mengalami kerugian besar sebagai akibat dari
aktivitas yang tidak sah dari seorang pedagang individu. Meskipun kerugian terjadi Pada
tahun 2008, kerugian tersebut termasuk dalam akun 2007, memungkinkan bank untuk
mengimbangi kerugian terhadap laba yang diperoleh di tahun 2007.

Fakta-fakta Bank Perancis, Societe Generale:

a. Lose 6,4 billions euro – worth about $9,7 billion caused by accounting for the fraud
b. FS for 2007, French bank mengalami rugi pada tahun tersebut namun ditutup dengan
profit sebesar 1,5 billion euros, yang dihasilkan oleh trader Jerome Kerviel yag memiliki
visi akan keuntungan di masa depan
c. Kerugian tahun 2008 – yang sebenarnya terjadi tahun 2007 menyebabkan masalah terkait
standar akuntansi.
d. Standar yang digunakan bank prancis tersebut diakui oleh 2 KAP dan pembuat kebijakan.
e. Loss pada tahun 2008 diakibatkan karena subprime mortgage dan kerugian ekspektasi
saham.

2. Conservatism
Konsep matching membutuhkan banyak pertimbangan dalam menentukan apakah
jumlah biaya yang diberikan berlaku untuk masa depan atau periode saat ini. Ini patut
diperhatikan bahwa akuntan menuntut bukti objektif untuk pengakuan pendapatan, tetapi
masih sedikit diskusi terkait bukti obyektif sehubungan dengan mengakui pengeluaran.
Sebaliknya, permohonan itu untuk alasan masuk akal atau kesesuaian, bukan untuk bukti
objektif. Menjadi masuk akal adalah kebajikan, tetapi apa standar kewajaran dalam
menerapkan konsep matching? Ini merupakan penerimaan umum dari suatu prosedur.
Apapun yang dianggap praktik yang dapat diterima dianggap wajar dan sesuai. Misalnya,
terkait dengan persediaan adalah dengan menghitungnya menggunakan salah satu metode
yang diterima (seperti FIFO atau biaya rata-rata) dan cara untuk menangani pabrik dan
peralatan adalah dengan mendepresiasi mereka dengan menggunakan salah satu metode
penyusutan yang diterima.

47
Salah satu alasan terkait persyaratan yang lebih rendah untuk bukti objektif dalam
mengakui pengeluaran dibandingkan dengan pendapatan adalah konvensi konservatisme.
Konvensi ini membutuhkan pencatatan biaya, kerugian dan kewajiban sesegera mungkin,
meskipun bukti mungkin lemah; namun, hal itu mensyaratkan pendapatan, keuntungan, dan
aset didukung dengan bukti yang lebih substansial sebelum dicatat. Menurut IAS 1l / AASR 1
11 Kontrak Konstruksi (para. 2 2) pendapatan kontrak dan biaya kontrak yang terkait dengan
kontrak kontruksi yang diakui masing-masing pendapatan dan beban dengan mengacu pada
tahap penyelesaian kegiatan kontrak pada tanggal pelaporan. Kerugian yang diperkirakan
pada kontrak konstruksi harus diakui sebagai beban segera ... ' Jadi provisi segera dibuat
sebagai kerugian, tetapi tidak untuk keseluruhan keuntungan dari kontrak. Meski beban
seluruh kontrak belum sepenuhnya direalisasikan karena proyek tidak selesai, total kerugian
yang diharapkan harus diakui segera. Ini benar bahkan ketika metode kontrak yang lengkap
digunakan.

Beberapa berpendapat bahwa konservatisme mendasari kriteria probabilitas dan


reliabilitas didukung dalam Kerangka ini. Istilah 'probabie' berarti bahwa kejadian di masa
depan kemungkinan akan terjadi untuk mengkonfirmasi kehilangan atau biaya. Dengan
demikian, beban piutang tak tertagih dicatat karena kemungkinan pada tanggal laporan
keuangan bahwa entitas tidak akan mampu mengumpulkan jumlah tertentu yang menjadi
haknya. Probabilitas ini terutama didasarkan pada masa lalu pengalaman. Kerugian karena
ancaman pengambilalihan harus dicatat jika pengambilalihan sudah dekat dan jumlah
kerugian dapat diperkirakan. Ketepatan mungkin ditunjukkan oleh deklarasi niat publik atau
privat oleh pemerintah. Akrual kerugian terkait litigasi, klaim atau penilaian akan diperlukan
jika probabilitas kerugian seperti kedua kondisi yang disebutkan di atas terpenuhi.

Dikatakan bahwa, karena konservatisme, jika ada kemungkinan bahwa nilai bersih
aset telah menurun, beban harus diakui. Jenis bukti yang dibutuhkan untuk menentukan
probabilitas ini tidak jelas. Perawatan konvensional diikuti, dan konvensi menetapkan bahwa
seseorang bersikap konservatif. Peringatan 'mengantisipasi tidak ada keuntungan tetapi
mengantisipasi semua kerugian' biasanya diikuti. Interpretasi konsep matching dalam
praktiknya, oleh karena itu, bias oleh efek konvensi konservatisme. Konservatisme tidak
berfokus pada bukti, tetapi pada ketakutan berlebihan pada aset bersih dan keuntungan.
Informasi yang menyesatkan dapat menjadi hasilnya.

Di bawah pedoman Australia (SAC 4), konservatisme dianggap bias untuk dihindari
Kerangka saat ini tidak begitu eksplisit, meskipun ia mengemukakan netralitas sebagai
karakteristik kualitatif dari informasi keuangan. Informasi dengan bias konservatif bukanlah
informasi netral. Sejauh mana praktek konservatisme melalui pengakuan provisi telah dibatasi

48
oleh pendahuluan IAS 37 / AASB 137 Provisi, Kewajiban Kontinjensi dan Aset Kontinjensi.
Sebagai tambahan atas kriteria pengakuan Kerangka yang berkaitan dengan 'probabilitas'
dan 'keandalan', standar mengharuskan entitas untuk memiliki kewajiban saat ini (hukum atau
konstruktif) sebelum mengakui suatu provisi (paragraf 95).

Dengan demikian, suatu provisi tidak dapat diakui kecuali entitas tidak dapat
menghindar untuk memenuhi kewajiban; yaitu, 'tidak memiliki alternatif realistis untuk
menyelesaikan kewajiban' (paragraf 17). Akibatnya, kemampuan manajemen untuk membuat
provisi yang mengurangi pendapatan di periode saat ini dan memungkinkan untuk
peningkatan pendapatan di periode mendatang, telah dibatasi. Ketentuan seperti untuk
pemeliharaan dan restrukturisasi tidak bisa termasuk dalam laporan keuangan kecuali jika
kriteria pengakuan terpenuhi. Oleh karena itu, sebuah provisi untuk pemeliharaan harus
mencerminkan kewajiban kepada pihak eksternal. Penyisihan untuk restrukturisasi hanya
muncul ketika rencana formal terperinci, memenuhi kriteria tertentu (paragraf 72), telah
dirumuskan. Selain itu, standar menyatakan bahwa kewajiban kontinjensi tidak dapat diakui,
yaitu, termasuk dalam biaya periode (paragraf 27). Ketika kewajiban kontinjensi tidak
memenuhi kriteria pengakuan, tidak dapat diakui dan tidak melakukan untuk melebihkan
pengeluaran dan dengan demikian menghadirkan pandangan konservatif posisi dan kinerja
keuangan.

F. ISU BAGI AUDITOR


Auditor menghadapi masalah seputar perbedaan antara biaya dan aset periode di
mana biaya diakui, dan pengukuran biaya yang tepat. Definisi pengeluaran dalam Kerangka
Kerja, paragraf 70, sebagai 'decreases in economic benefits… in the form of outflows or
depletions of assets' memfokuskan perhatian pada pilihan antara melakukan debit atas biaya
atau aset saat mencatat arus keluar aset (atau timbulnya kewajiban). Runtuhnya perusahaan
telekomunikasi AS WorldCom pada bulan Juli 2002 mengungkapkan akuntannya telah
mengalami masalah dalam menerapkan prinsip seputar definisi pengeluaran. WorldCom
adalah penyedia utama layanan telepon dan Internet jarak jauh, berkembang pesat selama
tahun 1990-an melalui akuisisi perusahaan lain.

Satu penyimpangan akuntansi yang terungkap setelah runtuhnya WorldCom adalah


kapitalisasi yang tidak pantas dari biaya operasi sebagai aset. Selama tahun 2001 dan 2002
perusahaan mengakui investasi modal US $ 3,8 miliar yang dibayarkan sebagai biaya kepada
perusahaan telekomunikasi lain sebagai hak untuk mengakses jaringan mereka. Pembayaran
biaya untuk penggunaan dari jaringan merupakan arus keluar dari aset yang seharusnya
cocok dengan pendapatan yang dihasilkan dari penyediaan layanan telepon dan Internet
untuk pelanggan dalam periode yang sama.

49
Memperlakukan biaya sebagai aset adalah cara yang relatif tidak rumit untuk melebih-
lebihkan laba periode, dan auditor biasanya memerlukan bukti kuat untuk mendukung
kapitalisasi pengeluaran. Namun, upaya manajer untuk melebih-lebihkan pengeluaran (dan
mengecilkan aset) juga dapat menyebabkan masalah bagi auditor. Saat akuntansi untuk
akuisisi selama tahun 1990-an, WorldCom akan menuliskan nilai aset tertentu itu diperoleh.
Ketika aset diakui dengan biaya yang lebih rendah, biaya penyusutan masa depan juga lebih
rendah, membantu manajer melaporkan laba yang lebih besar. Praktek melebih-lebihkan
biaya satu kali yang terkait dengan akuisisi dan restrukturisasi dikenal sebagai “big bath”
akuntansi. WorldCom juga mempraktikkan akuntansi “cookie-jar” dengan memasukkan biaya
untuk pengeluaran perusahaan yang diharapkan di masa depan pada saat akuisisi. Akuntansi
“Cookiejar” memungkinkan laba ditingkatkan di masa depan saat biaya ditagih dibalikkan
berdasarkan bukti baru bahwa harapan asli dari biaya di masa depan sangat kecil.

Praktik akuntansi mandi besar dan cookie-jar melanggar prinsip alokasi biaya yang
sistematis dan rasional untuk periode akuntansi yang sesuai. Auditor bisa tergoda untuk
kurang memperhatikan kemungkinan pengeluaran melebih-lebihkan daripada mengecilkan
karena keyakinan bahwa pendekatan konservatif untuk pengukuran keuntungan pengukuran
yang diinginkan. Namun, Kerangka ini mencalonkan netralitas sebagai karakteristik kualitatif
yang diinginkan dan pengenalan IAS 37 / AASB 137 tampaknya akan mengharuskan auditor
untuk mengumpulkan bukti yang cukup untuk memastikan bahwa mereka tidak melewati akun
dengan biaya berlebihan.

Area sulit lain untuk auditor yang terkait dengan pengeluaran adalah estimasi
akuntansi, seperti provisi untuk persediaan usang, jaminan, kerugian atas tuntutan hukum,
dan konstruksi kontrak sedang berlangsung. Estimasi akuntansi berarti perkiraan jumlah dari
suatu item tanpa adanya sarana yang tepat dari pengukuran. Biaya timbul dari estimasi ketika
tidak ada transaksi yang mendasari untuk jumlah tertentu yang menghasilkan debit yang
harus diklasifikasikan, seperti apakah pembayaran tunai menghasilkan debit ke pengeluaran
atau aset. Auditor harus menguji asumsi dan proses yang digunakan oleh manajemen ketika
sampai pada perkiraan dan mempertimbangkan apakah ada bukti lain yang mendukung
kewajaran jumlah yang diklaim.

Estimasi akuntansi yang menciptakan kesulitan bagi WorldCom adalah provision


untuk hutang yang diragukan. Banyak akuisisi Worldcorn menciptakan kesulitan operasional
dalam menggabungkan berbagai praktik dan sistem penagihan dan pengumpulan pelanggan.
kesulitan ini menghasilkan lompatan dalam jangka waktu piutang telah di buku perusahaan
tanpa koleksi dari rata-rata 63 hari pada tahun 1999 hingga 77 hari pada tahun Juni 2000.
Bukti kemudian muncul bahwa selama periode ini akun pelanggan yang diketahui tidak

50
tertagih tidak dihapuskan. Akhirnya, pada bulan September 2000, WorldCom mengakui beban
utang buruk sebesar US $ 685 juta yang jelas termasuk pengeluaran yang seharusnya diakui
pada periode sebelumnya.

51
PERTEMUAN 12
TEORI POSITIF KEBIJAKAN AKUNTANSI DAN PENGUNGKAPAN

A. LATAR BELAKANG TEORI POSITIF


Teori normative: Teori mengenai apa yang harus dilakukan bukan apa yang terjadi
atau value judgement mengenai tindakan apa yang tepat contoh IASB mendukung bahwa
pengambilan keputusan merupakan tujuan utama informasi akuntansi. Penelitian pasar
modal menjadi lebih dominan setelah tahun 1970 (titik mulai teori positif akuntansi)
karena teori tujuan utama informasi akuntansi menjadi jelas hingga para peneliti
mengetahui apakah dan bagaimana investor menggunakan laporan keuangan, tidak
masuk akal mengharapkan mereka mengembangkan teori bagaimana akuntan
seharusnya menyiapkan laporan keuangan. Tapi, penelitian tentang pasar modal
belum memberikan gambaran yang dibutuhkan oleh peneliti, praktisi dan regulator.
Misal, sulit memprediksi bagaimana pasar akan bereaksi ke informasi akuntansi ketika
alasan manager mengadopsi praktek akuntansi tertentu tidak diketahui. Selain itu,
penelitian pasar modal tidak secara khusus mengatasi masalah penting stakeholder,
seperti dampak dari regulasi akuntansi terhadap pemberi pinjaman atau pengguna
laporan akuntansi non pemegang saham. Dengan demikian, meskipun penelitian pasar
modal ini membentuk teori akuntansi positif gelombang pertama, gelombang keduanya
dihadapkan pada isu-isu berikut:
1. Mengapa manajer membuat laporan akuntansi apabila tidak ada aturan yang
mengharuskannya?
2. Mengapa manajer membuat keputusan akuntansi yang sistematis dan melobi
pembuat standar untuk mempengaruhi praktek akuntansi mana yang diperbolehkan
menurut standar?
3. Apa yang memotivasi keputusan akuntansi seorang manajer?
4. Apabila perusahaan diminta mengubah praktek akuntansi, tindakan apa yang akan
dilakukan manajemen yang dapat mempengaruhi perilaku pasar modal dan pihak
lainnya?

Latar belakang
Penelitian pasar modal selama tahun 1970an memberikan langkah besar ke
depan dalam menjelaskan efek akuntansi atas investasi modal, khususnya efek
akuntansi terhadap harga saham dan penjualan saham / volume pembelian. Namun,
hal itu tidak mampu meyakinkan investor dalam membuat keputusan dalam membeli atau
menjual saham. Untuk memahami pentingnya pilihan akuntansi, diperlukan
pememahaman akan prinsip-prinsip ekonomi fundamental yang mendasarinya.

52
Literatur menyelidiki isi informasi pasar modal dari laba yang diterima efficient markets
hypothesis (EMH) sebagai realitas deskriptif. Seperti teori harga klasik, EMH bergantung
pada asumsi pasar yang sempurna seperti informasi yang tersedia secara bebas, biaya
transaksi nol, tidak ada pajak dan tidak ada kontrol monopoli (semua partisipan adalah
pengambil harga). Berdasarkan asumsi ini, harga akan segera disesuaikan untuk
memberikan informasi akuntansi.
Asumsi EMH yang ketat dalam penelitian awal akuntansi positif berarti bahwa peneliti
pasar modal tidak bisa selalu menjelaskan mengapa harga saham tidak segera merespon
informasi akuntansi seperti yang telah diprediksi. Apakah laporan keuangan utamanya
ditujukan untuk mendukung pengambilan keputusan dalam pasar modal atau ada
tujuan lain? Jika laporan keuangan tidak disiapkan dengan tujuan utama memberi
informasi kepada pasar modal mengenai nilai saham, mengapa pasar modal harus
bereaksi terhadap perilisan laporan akuntansi? Dengan demikian, ketika mereka
menyelidiki reaksi pasar terhadap rilis praktik akuntansi dan pendapatan perusahaan,
peneliti membuat beberapa pengamatan signifikan yang mendorong minat pada
pengembangan teori positif atas pilihan kebijakan akuntansi. Pengamatan tersebut
dijelaskan di bawah ini:
– Sebelum setiap peraturan mengharuskan mereka untuk melakukannya, banyak
perusahaan telah memberikan laporan akuntansi. Selanjutnya, laporan tersebut
diaudit dan baik persiapan akun serta audit tersebut membutuhkan biaya. Oleh
karena itu, manajer yang rasional tidak akan mengijinkan perusahaan untuk
mengeluarkan biaya ini jika mereka tidak melihat adanya manfaat dari penyediaan
informasi akuntansi ini. Pengamatan itu menyebabkan peneliti mempertanyakan apa
yang akan menjadi manfaat bagi perusahaan jika mereka secara sukarela
mengeluarkan biaya untuk menyiapkan laporan keuangan.
– Perusahaan melakukan lobi dalam kaitannya dengan standar akuntansi yang
diusulkan. Sekali lagi, lobi adalah kegiatan yang mahal dan manajer yang rasional
akan terlibat di dalamnya hanya jika manfaatnya melebihi biaya. Para peneliti mulai
bertanya apa yang akan menjadi manfaat dari lobi.
– Perusahaan membuat pola yang konsisten dari pilihan kebijakan akuntansi di antara
berbagai alternatif yang bersaing dan pilihan kebijakan akuntansi ini tampaknya akan
terkait dengan karakteristik (atribut) dari perusahaan. Para peneliti ingin tahu untuk
menjelaskan alasan hubungan ini.
– Secara keseluruhan, perusahaan cenderung memilih metode akuntansi yang
menerapkan tindakan konservatif laba, aset dan ekuitas. Sekali lagi, peneliti dipaksa
untuk bertanya 'Mengapa?'

53
Hipotesis informasi, bahwa akuntansi dihasilkan untuk membantu investor di pasar modal
untuk membuat keputusan investasi yang baik, tidak secara memuaskan menjelaskan
observasi ini. Konsekuensinya, para peneliti mengembangkan sebuah teori yang
dibangun di atas premis-premis terhadap contracting dan monitoring. Bab ini akan
mempelajari contracting theory dan agency theory yang memberikan alasan rasional
terhadap pembuatan laporan keuangan. Selain itu, ada juga pembahasan mengenai
peran akuntansi dalam proses kontrak dan politik. Penganut teori positif berpendapat
bahwa pasar politik kurang efisien dibanding pasar modal dan memberikan kesempatan
yang lebih besar untuk para orang-orang kaya untuk melakukan lobi politik terhadap
intervensi pemerintah.

B. CONTRACTING THEORY
Contracting theory mencirikan perusahaan sebagai legal nexus (koneksi) dari
hubungan kontraktual antara pemasok dan konsumen faktor-faktor produksi. Perusahaan
ada karena memiliki biaya yang lebih rendah bagi individu untuk bertransaksi (atau
melakukan kontrak) melalui organisasi pusat daripada melakukannya secara individual.
Misal Anda ingin beli es krim, Anda memiliki 2 pilihan. Pilihan pertama membuat kontrak
secara terpisah antara peternak sapi untuk susu dan krim untuk membuat es krim, dan
lapisan coklat, petani tebu, penghancur untuk mengekstrak jus dari tebu, dll. Ketika kamu
sudah memproduksi es krimmu, tiba-tiba sudah datang musim dingin dan kamu akan lebih
memilih makan semangkok sup. Pilihan kedua adalah beli es krim dari perusahaan seperti
toko lokal atau supermarket, perusahaan ini telah memiliki hubungan langsung atau tidak
langsung dengan penyedia sumber daya yang digunakan untuk memproduksi es krim. Ini
adalah contoh hubungan konteak karena terpusat atau terhubung, kontrak antara Anda
sebagai pelanggan dan dengan berbagai pemasok.
Dalam arti yang lebih umum, daripada semua pemasok faktor-faktor produksi (tanah,
tenaga kerja dan modal) secara individual melakukan kontrak dengan konsumen atas
output mereka, lebih baik kontrak ini diambil oleh perusahaan untuk menghubungkan
antara beberapa kelas pemasok dan konsumennya. Contoh kontrak:
• Kontrak pemegang saham dengan manajer (mendokumentasikan syarat dan kondisi
kerja manajer oleh pemegang saham).
• Kreditor yang memberikan sumbangan dana (mendokumentasikan syarat dan kondisi
dimana pemberi pinjaman menyediakan sumberdaya keuangan).
• Kontrak dengan para pekerja (kontrak pekerjaan untuk pabrik dan pekerja lainnya).
• Kontrak dengan pemasok (kontrak untuk penyediaan barang).

54
• Kontrak dengan pemberi jasa pengiriman (kontrak untuk penjualan dan pengiriman
barang dan jasa).
Coase berpendapat bahwa perusahaan akan ada karena perusahaan merupakan
bentuk yang paling efisien dari kontrak penghubung (nexus) dalam mengatur dan
mengkoordinasikan kegiatan ekonomi untuk mengurangi biaya kontrak. Meskipun penting
untuk memahami bahwa perusahaan melibatkan multiplisitas kontrak, teori akuntansi
positif biasanya berfokus pada dua jenis kontrak, yakni management contracts dan debt
contracts. Kedua kontrak tersebut merupakan agency contracts, yang mana dalam teori
keagenan telah menyediakan banyak sumber penjelasan untuk praktik akuntansi yang
sudah ada.
Perusahaan perlu membuat laporan keuangan karena adanya kontrak (mengenai
siapa pembeli dan penjual) atau kontrak pembeli dan penjual. Laporan keuangan dari
perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan itu qualified untuk menyelesaikan
pembayaran pembelian bahan yang dibeli (contoh bahan baku). Karyawan perlu
meyakinkan bahwa perusahaan dapat digunakan sebagai tempat bergantung untuk
mencari sumber kehidupan. Kontrak perusahaan bisa dengan investor, kreditor,
konsumen, maupun pemerintah dalam memaksimalkan kemakmuran pemegang saham,
yang disebut dengan hak perusahaan.

C. AGENCY THEORY
Perusahaan adalah bentuk yang paling efisien atas kontrak dan dulunya
dimiliki dan dikelola oleh individu atau keluarga. Kemudian ada perbedaan antara
pemilik selaku pemegang saham dan pemberi pinjaman dengan manager sebagai
perusahaan. Jensen dan Meckling menggambarkan hubungan agen seperti yang
timbul di mana ada kontrak di mana satu pihak (prinsipal) melibatkan pihak lain (agen)
untuk melakukan beberapa layanan atas nama prinsipal. Berdasarkan kontrak,
principal mendelegasikan beberapa otoritas pengambilan keputusan kepada agen.
Dalam situasi seperti ini, baik prinsipal dan agen merupakan pihak yang akan
memaksimalkan utilitasnya dan tidak ada alasan untuk percaya bahwa agen akan
selalu bertindak demi kepentingan terbaik bagi prinsipal. Contohnya dimana agen
adalah manager perusahaan, manajer memiliki insentif untuk meningkatkan konsumsi
atas penghasilan tambahan seperti penggunaan mobil perusahaan, akun beban, atau
ukuran pembayaran bonus yang menjadi beban principal. Manager (agen) mungkin
berusaha untuk menghindari stress dari bekerja berlebihan, dan tidak akan seteliti
mungkin berusaha keras memaksimalkan nilai perusahaan. Karena agen memiliki
otoritas untuk membuat keputusan, mereka dapat mentransfer kekayaan dari principal
ke agen jika principal tidak melakukan intervensi.

55
Masalah keagenan yang timbul adalah persoalan untuk mendorong agen agar
bertindak seakan ia sedang memaksimalkan kesejahteraan prinsipal. Masalah
keagenan ini, pada akhirnya akan menimbulkan biaya keagenan. Pada tingkat yang
paling umum, biaya keagenan merupakan jumlah (uang) dari penurunan
kesejahteraan yang dialami oleh prinsipal karena perbedaan kepentingan antara
prinsipal dan agen. Jensen dan Meckling membagi biaya keagenan menjadi:
• Biaya Pemantauan (Monitoring Cost)
Monitoring cost adalah biaya pemantauan perilaku agen. Hal terssebut adalah
pengeluaran principal untuk mengukur, mengamati dan mengendalikan perilaku
agen. Contoh biaya monitoring adalah biaya audit wajib, biaya untuk menetapkan
rencana kompensasi manajemen, pembatasan anggaran dan aturan operasi.
Principal menanggung biaya dengan menyesuaikan besaran remunerasi yang
dibayar ke agen sehingga agen menanggung biaya tersebut. Contohnya, agen
dengan reputasi yang baik diharapkan bertindak sesuai dengan kepentingan
principal dan principal akan lebih sedikit mengawasi agen dengan reputasi baik ini
dibanding agen dengan reputasi yang kurang baik. Selain itu, agen dengan
reputasi baik akan dibayar lebih dibanding agen dengan reputasi kurang baik.
Ketika biaya monitoring meningkat, manajer akan membayar agen lebih sedikit.
Cara principal melindungi biaya agensi yang dibayar berdasarkan tingkatan biaya
monitoring yang diharapkan, dikenal sebagai perlindungan harga.
Misalnya dalam kontrak utang, manajer (kali ini bertindak atas nama
pemegang saham) adalah agen untuk kreditur (yaitu principal). Semakin besar
resiko pinjaman, pemberi pinjaman ingin untuk memantau kinerja perusahaan
dimana mereka memberikan pinjaman. Sebagai kompensasi untuk biaya
monitoring, tingkat suku bunga yang diminta kreditur akan lebih tinggi atau periode
pinjaman menjadi lebih pendek. Tingkat bunga dan periode pinjaman ini juga
disebut sebagai perlindungan harga.

• Biaya Ikatan (Bonding Cost)


Agen cenderung membentuk mekanisme untuk menjamin mereka akan
berperilaku sesuai kepentingan principal. Biaya dalam pembuatan dan
penyesuaian mekanisme ini dikenal sebagai biaya ikatan (bonding cost) karena
hal tersebut adalah biaya ikatan kepentingan agen untuk principal. Bonding cost
ditanggung oleh agen. Contohnya, manajer (agen) secara suka rela dapat
memberikan laporan keuangan triwulanan kepada pemegang saham (principal)
yang menunjukkan bahwa manajer memiliki keunggulan komparatif dalam

56
mempersiapkannya, atau manajer mungkin melakukan kontrak untuk tidak
mengungkapkan informasi tertentu kepada pesaing. Biaya yang terjadi terkait
bonding ini adalah :
- Waktu dan usaha dalam membuat laporan akuntansi secara rutin (kuartalan)
- Kendala aktivitas manager karena laporan kuartalan akan mengungkapkan
perilaku oportunistik
- Laba yang hilang karena dilarang menjual rahasia perusahaan kepada
perusahaan pesaing.

• Sisa Kerugian (Residual Loss)


Meskipun ada biaya monitoring dan bonding, sangat mungkin kepentingan agen
tidak sejalan dengan kepentingan principal. Agen kemungkinan akan membuat
beberapa keputusan yang tidak sepenuhnya dalam kepentingan principal. Sebagai
contoh, manajer mungkin mengubah account untuk memaksimalkan bonusnya
atau melakukan perkerjaan kurang dari yang diharapkan pemegang saham.
Dengan demikian, nilai bersih output agen kurang dari jika kepentingan agen
benar-benar sejalan dengan principal. Kerugian ini dikenal sebagai residual loss.
Residual loss adalah efek kekayaan dari fakta bahwa tindakan yang
dilakukan agen terkadang berbeda dari perilaku memaksimalkan
kepentingan atau kekayaan principal.

Jika pasar informasi manajerial dan pemegang saham sangat efisien, maka
pasar akan memiliki informasi sehubungan dengan insentif dan kesempatan bagi agen
untuk bertindak dengan cara yang bertentangan dengan kepentingan prinsipal. Oleh
karena itu, semua informasi ini akan tergabung dalam harga remunerasi agen. Artinya,
prinsipal akan menggaji agen sesuai dengan harapan prinsipal tentang berapa
banyak perilaku agen yang kemungkinan akan bertentangan dengan
kepentingan prinsipal. Dalam keadaan ini prinsipal akan memperoleh perlindungan
harga (price-protected). Oleh karena perlindungan harga merupakan biaya yang
ditanggung oleh agen (agen menerima remunerasi kurang dari yang seharusnya),
maka agen memiliki insentif untuk terikat kepada kepentingan prinsipal dan
menanggung biaya pemantauan perilaku. Insentif ini akan meningkat seiring dengan
perlindungan harga, dan juga fakta bahwa prinsipal dapat 'memberhentikan' agen
untuk perilakunya yang disfungsional.
Ex post settling up terjadi ketika setelah kinerja agen diamati, prinsipal
merevisi imbalan yang akan dibayarkan kepada agen (misalnya gaji manajerial)
untuk memastikan bahwa tingkat remunerasi agen dan tingkat usaha agen telah

57
selaras. Misalnya, pemegang saham dapat memutuskan bahwa manajer telah
bertindak lebih sedikit (atau lebih banyak) sesuai dengan kepentingan pemegang
saham dari yang telah diharapkan. Dalam situasi seperti itu, para pemegang saham
dapat memutuskan untuk membayar gaji manajer lebih sedikit (atau lebih banyak).
The ex post settling up pada akhir satu periode merupakan perlindungan harga yang
efektif untuk awal periode berikutnya.
Rangkuman lain:
Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai
sebuah kontrak yang terjadi antara satu orang atau lebih, dimana pemilik (principal)
menyewa orang lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik yang
meliputi pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Dengan
kata lain, principal memberikan suatu tanggung jawab kepada agent untuk
melaksanakan tugas tertentu sesuai kontrak kerja yang telah disepakati. Pihak yang
disebut sebagai principal adalah pemilik modal atau investor, sedangkan yang disebut
sebagai agent adalah manajer perusahaan.
Teori ini memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu semata-mata termotivasi oleh
kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara
principal dan agent. Konflik kepentingan tersebut berupa asimetri informasi yang dapat
memengaruhi kualitas laba yang dilaporkan karena pihak agent memiliki informasi
lebih banyak dibandingkan principal. Hal tersebut cenderung membuat pihak agent
akan menyusun laporan laba yang sesuai dengan tujuannya, yaitu memaksimalkan
kompensasinya, bukan sesuai tujuan principal, yaitu memaksimumkan return on
invesment (ROI) dan harga saham (Astika, 2011:65). Jadi bisa dikatakan bahwa pihak
agent lebih mengutamakan kepentingan pribadinya, sedangkan pihak principal tidak
menyukai hal tersebut dan lebih memilih untuk mendapatkan kompensasi dari
perusahaan sebesar-besarnya melalui saham.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa masalah keagenen muncul
jika proporsi kepemilikan saham kurang dari 100%. Hal inilah yang cenderung
mendorong manajer untuk mengejar kepentingannya sendiri dan tidak berdasarkan
maksimalisasi nilai dalam pengambilan keputusan pendanaan. Salah satu cara
manajemen untuk memaksimumkan kepuasan dan kemakmurannya adalah dengan
melakukan perataan laba, yaitu dengan cara memilih metode akuntansi dengan tujuan
untuk menarik perhatian invenstor yang cenderung terpusat pada informasi laba tanpa
memperhatikan proses yang digunakan (Mursalim, 2006). Untuk mengatasi masalah
ini, dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah meningkatkan
kepemilikan saham perusahaan oleh pihak pemilik (prinsipal) dengan harapan
manajer akan merasakan langsung akibat dan manfaat dari keputusan yang

58
diambilnya, sehingga manajemen tidak mungkin bertindak oportunistik lagi (Jensen
dan Meckling, 1976).
Jensen dan Meckling (1976), juga Watts and Zimmerman (1986) menyatakan
bahwa penyusunan laporan keuangan diharapkan dapat meminimalkan konflik yang
terjadi. Sebagai pertanggungjawaban kinerjanya, agent diwajibkan melaporkan
laporan keuangan kepada principal agar principal dapat menilai, mengukur dan
mengawasi sampai sejauh mana agent bekerja untuk meningkatkan
kesejahteraannya, serta sebagai dasar pemberian kompensasi kepada agent.

D. PRICE PROTECTION AND SHAREHOLDER/MANAGER AGENCY PROBLEMS


Pemisahan kepemilikan dan kontrol berarti bahwa manajer (sebagai agen dari
pemegang saham) dapat bertindak dalam kepentingan mereka sendiri. Tapi
kepentingan agen mungkin bertentangan dengan kepentingan pemegang saham.
Masalah ini telah diakui pada 1776, ketika Adam Smith merefer kepada The Wealth of
Nations. Kepemilikan parsial atau non-ownership dari suatu perusahaan oleh
manajemen memberikan insentif bagi manajer untuk berperilaku dengan cara yang
bertentangan dengan kepentingan pemegang saham karena manajemen tidak
menanggung biaya penuh dari setiap perilaku disfungsional. Misal, bayangkan sebuah
scenario dimana tidak ada pajak, hanya ada satu pemilik perusahaan, dan pemilik itu
juga seorang manajer. Owner-manager (pemilik yang juga manajer) mungkin akan
peduli terhadap apakah mereka membeli manfaat bukan uang secara langsung, atau
apakah perusahaan membeli manfaat tersebut atas namanya. Asumsikan perusahaan
punya NPV 1.000.000 dan asset owner-manager lainnya bernilai 1.000.000. jika
perusahaan menghabiskan 100.000 untuk memberikan manfaat bagi pemilik, seperti
bonus yang lebih tinggi, pemilik tidak merasa lebih baik atau lebih buruk karena
perusahaan tersebut juga merupakan harta pemilik. Atau dengan kata lain, owner-
manager memiliki asset total 2.000.000. Sekarang asumsikan bahwa pemilik-manajer
menjual 30 persen dari saham perusahaan. Sebagai pemilik 70 persen, manajer tidak
lagi peduli, apakah manfaat yang dimilikinya dibeli oleh perusahaan atau oleh manajer.
Sekali lagi asumsikan bahwa manajer memperoleh manfaat bagi dirinya sendiri
dengan biaya sebesar $100.000, dan segera menikmati manfaat. Aset manajer
sekarang bernilai $ 1.600.000-yaitu, 70 persen bunga di perusahaan bernilai $
700,000 dan aset lain dari manajer adalah senilai $ 900,000. Tetapi jika perusahaan
memperoleh manfaat bagi pemiliknya, aset manajer tersebut memiliki nilai $ 1.630.000
– yaitu, 70 persen bunga di perusahaan bernilai $ 630,000 dan aset lainnya manajer
tersebut memiliki nilai $ 1.000.000. Dalam hal ini, manajer lebih suka bahwa

59
perusahaan memperoleh manfaat baginya karena sebagian kecil dari biaya manfaat
tersebut dibayar oleh pemilik lainnya.
Proporsi biaya yang ditanggung manajer menurun selama kepemilikan
manajer dalam perusahaan menurun. Oleh karena itu, semakin kecil kepemilikan
manajer dalam perusahaan, maka semakin besar kemungkinan manajer untuk
mengkonsumsi penghasilan tambahan dan manfaat lainnya secara berlebihan.
Insentif ada selama manfaat marginal ke pemegang saham melebihi biaya marjinal.
Perlindungan harga dalam hal ini menjadi dua bentuk. Ketika owner-manager
menjual sebagian kepemilikan perusahaannya, investor membayar saham sebesar
yang mereka pikir layak. Harga menggabungkan diskon untuk mengembangkan
harapan manajer untuk mengkonsumsi lebih banyak manfaat pada pekerjaan
daripada kepentingan investor. Dengan demikian, harga owner-manager dibayar
untuk saham menurun ketika ekspektasi pasar atas perilaku yang bertentangan
dengan kepentingan ini meningkat, bahkan jika pemilik baru tidak memonitor
kinerja manajer. Jika pemilik baru memantau kinerja manajer secara lebih dalam,
maka pemilik akan menggaji manajer atas dasar penilaian terhadap kemungkinan
perilaku yang bertentangan dengan kepentingan mereka. Apabila pasar bersifat
efisien, pemegang saham baru akan menerima normal rate of return pada tingkat rata-
rata. Manajer akhirnya menanggung biaya pemegang saham dalam memantau kinerja
mereka dan perilaku mereka diespektasikan akan mengurangi kekayaan pemilik. Oleh
karena itu, mereka merupakan pihak yang memiliki insentif terhadap kontrak agar
tindakan mereka dimonitor, dan membatasi tindakan mereka yang dapat mengurangi
nilai perusahaan. Jika mereka memberikan jaminan di muka yang cukup kredibel
bahwa mereka akan bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham, maka
pasar akan membayar harga yang lebih tinggi untuk kepentingan kepemilikan ini, dan
ada kemungkinan berkurangnya pemantauan.
Alasan adanya perbedaan insentif terkait kebijakan perusahaan antara
pemegang saham dan manajer menciptakan sejumlah masalah yang spesifik.
Masalah-masalah ini termasuk masalah risk-aversion, masalah dividen-retention dan
horizon problem.
Masalah risk-aversion berarti bahwa manajer lebih memilih risiko yang lebih
kecil daripada pemegang saham. Pemegang saham memiliki kapasitas untuk
diversifikasi portofolio investasi mereka sehingga mereka tidak risk-adverse terhadap
investasi mereka dalam perusahaan tertentu. Dengan berinvestasi dalam berbagai
perusahaan (misalnya blue chip, pertambangan, industri) atau jenis investasi
(misalnya saham, properti, komoditas), pemegang saham dapat meminimalkan
kemungkinan mereka atas risiko investasi dari salah satu sumber. Diversifikasi

60
investasi cenderung melindungi melindungi investor dari kemungkinan adanya resiko
kerugian investasi mereka. Penghindaran resiko (risk aversion) pemegang saham
berkurang karena adanya kewajiban terbatas yang artinya bahwa mereka tidak
memiliki kewajiban untuk menanggung kerugian di masa depan atas perusahaan
sebatas kerugian atas saham mereka saja. Karena inilah, mereka beranggapkan
bahwa kepentingan mereka akan lebih maksimal jika manajemen cenderung
berinvestasi pada proyek beresiko tinggi untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
Manajer cenderung memilih untuk berinvestasi di resiko yang rendah, NPV
yang lebih rendah karena mereka memiliki human capital yang tidak terdiversifikasi
dalam perusahaan yang mereka kelola. Artinya, aset manajer yang paling berharga
adalah sumber daya manusia mereka sendiri serta keahlian manajemen, dan semua
ini diinvestasikan di satu perusahaan. Kehilangan pekerjaan atau dibayar rendah
memiliki dampak yang signifikan pada kekayaan manajer, Resiko ini tidak bisa secara
penuh terlindungi atau terdiversifikasi karena manajer biasanya bekerja di satu posisi
manajemen saja. Manajer merupakan risk-averse (penghindar resiko) sehubungan
dengan manajemen mereka di perusahaan hanya atas investasi yang high-return
tetapi investasi yang high-risk mengurangi nilai dari human capital mereka. Meskipun
mereka bisa mencari pekerjaan baru apabila dipecat, posisi dan tunjangan yang
didapat tidak akan setinggi sekarang karena reputasi mereka sudah buruk. Selain itu,
waktu dan usaha yang dihabiskan untuk mencari pekerjaan baru bisa membebankan
manajer. Oleh karena itu, pemegang saham dan manajer memiliki insetif dan
preferensi resiko yang berbeda.
Selanjutnya masalah retensi dividen yang terjadi ketika manajer memilih
membayar lebih sedikit laba perusahaan terkait dividen dibanding yang diinginkan
pemegang saham. Masalah ini dapat muncul karena manajer menahan uang
perusahaan untuk membayar gaji dan manfaat mereka dan untuk meningkatkan
ukuran organisasi yang mereka kendalikan. Misal ada situasi dimana perusahaan
memberikan return 8% bagi pemegang saham tapi sebenarnya pemegang saham
seharusnya bisa mendapatkan return 15%. Dalam situasi ini, pemegang saham ingin
diberikan dividen untuk kemudian diinvestasikan di investasi yang memberikan
pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan memberikan uang mereka di
perusahaan yang memberikan pengembalian rendah. Namun, manajer mungkin
memilih menahan uang mereka untuk meningkatkan ukuran perusahaan dan
meningkatkan cakupan kekuasaan perusahaan.
Masalah horizon berasal dari perbedaan kepentingan waktu antara pemegang
saham dengan manajer. Masalah yang lebih luas berasal dari perbedaan waktu
kepentingan antara pemegang saham dan manajer terhadap perusahaan. Pemegang

61
saham secara teoritis tertarik pada arus kas perusahaan untuk jumlah waktu tak
terbatas ke masa depan, karena nilai teoritis saham mereka adalah nilai diskon kini
dari arus kas yang timbul dari saham. Bahkan jika pemegang saham memiliki saham
untuk berspekulasi, nilai saham mereka adalah nilai tunai dari seluruh arus kas kepada
siapa pun yang memegang saham selama saham ada. Dengan demikian, bahkan
pemegang saham spekulatif memiliki bunga jangka panjang di perusahaan karena
arus masa depan kas perusahaan mempengaruhi berapa banyak investor lain yang
akan membayar saham. Di lain sisi, manajer tertarik pada arus kas perusahaan
hanya selama mereka berniat untuk bekerja lama di perusahaan. Insetif ini
membuat manajer mengambil tindakan menguntungkan dalam jangka pendek tapi
merugikan dalam jangka panjang. Tindakan tersebut akan diambil untuk
meningkatkan laba yang digunakan untuk mengindikasikan manajemen yang bagus.
Kontrak dapat digunakan untuk mengurangi dampak buruk dari masalah ini.
Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan mengikat remunerasi manajer
kepada harga saham. Berdasarkan EMH, harga saham mencerminkan
kepentingan dan espektasi pemilik (prinsipal) tentang tingkat risiko investasi
serta semua arus kas di masa yang akan datang untuk kelangsungan
perusahaan. Dengan demikian, hal itu mencerminkan penilaian pasar atas
perkembangan efek kekayaan bagi pemegang saham dari adanya preferensi risk-
aversion dan dividen-retention manajemen. Selain itu juga memberikan insetif jangka
panjang untuk memaksimalkan harga saham dibanding insetif jangka pendek berupa
maksimalisasi laba. Namun, hal ini dapat menciptakan ketidakadilan. Karena sebagian
nilai saham ditentukan oleh pasar dan efek industry yang tidak bisa dikendalikan
manajer, tidak mungkin manajer akan menerima remunerasi berdasarkan pergerakan
harga saham. Meskipun begitu, memberikan remunerasi berdasarkan harga
saham dapat mengurangi masalah horizon dan risk-aversion.
Laba sering dianggap sebagai hal yang lebih langsung berhubungan dengan
kinerja manajerial daripada harga saham. Dengan demikian, laba akuntansi sering
digunakan untuk menentukan remunerasi manajer. Misal gaji manajer berisi gaji tetap
ditambah bonus dimana manajer dibayar berdasarkan persentase laba yang
dihasilkan dikombinasikan dengan bonus terkait nilai saham. Dengan cara ini, angka
akuntansi dapat digunakan dalam menentukan pembayaran ke manajer.
Konsekuensinya, manajer memiliki ketertarikan yang kuat dalam bagaimana laba
dihitung dan dalam memilih kebijakan akuntansi.
Adapun kontrak spesifik berarti memotivasi manajer untuk bertindak dalam
kepentingan pemegang saham meliputi:

62
• menyediakan rencana bonus di mana batas atas bonus sebagian tergantung
pada rasio pembayaran dividen perusahaan (untuk mengurangi masalah
dividen-retention)
• membayar manajer lebih berdasarkan pada pergerakan harga saham ketika
manajer telah mendekati masa pensiun (untuk mengurangi horizon problem)
• membayar bonus pada tingkat progresif selama keuntungan dilaporkan
meningkat (untuk meminimalkan masalah risk-aversion)
• pengupahan manajer lebih kecil dengan kompensasi berbasis saham selama
kepemilikan manajer dalam perusahaan meningkat (untuk mengurangi
masalah risk-aversion).
Pada titik ini penting untuk menekankan bahwa angka akuntansi lebih sering
digunakan dalam menentukan kontrak kompensasi manajemen. Alasan utama adalah
penerapan yang luas dari angka akuntansi untuk variasi konteks yang lebih luas:
• hanya karena sebagian besar perusahaan tidak memiliki harga saham yang
terdaftar
• nilai pasar perusahaan bersifat non-observable berdasarkan pertukaran yang
tipis atau kepemilikan yang untraded (misalnya proprietary companies atau
unincorporated entities)
• tingkat pembayaran manajemen lebih rendah dari chief executive officer, dan
division/area/section
• upaya manajer lebih langsung terkait dengan earnings performance daripada
share price performance
Oleh karena itu, rencana bonus berdasarkan laba adalah bagian yang lebih
penting dari skema kompensasi eksekutif dan biasanya menyediakan bagi manajer
untuk berbagi dalam beberapa bagian dari keuntungan yang dilaporkan, telah
dihipotesiskan bahwa, dengan adanya temuan ini, manajer akan memilih prosedur
akuntansi yang menggeser laba dari periode mendatang ke periode berjalan. Transfer
laba antar periode mempengaruhi nilai sekarang dari bonus manajer dan
meningkatkan kepastiannya. Hal ini dinamakan hipotesis bonus. Hipotesis rencana
bonus sering diutarakan sebagai: rencana kompensasi manajemen perusahaan
dengan menggunakan kebijakan akuntansi peningkatan laba.
Penggunaan laba sebagai dasar untuk kompensasi eksekutif ini telah
mengakar di seluruh dunia, dengan menggunakan saham dan opsi saham yang juga
diterapkan di perusahaan-perusahaan yang terdaftar di pasar saham. Menariknya,
memperkenalkan beberapa isu-isu akuntansi yang memiliki potensi untuk
mempengaruhi laba yang dilaporkan, dan dengan demikian komponen kompensasi
manajemen dikaitkan dengan laba yang dilaporkan. Pentingnya regulasi atas

63
kompensasi manajemen dan bagaimana perusahaan cenderung untuk mengambil
keputusan ekonomi nyata untuk melawan aturan baru yang akan mengubah
pengaturan untuk pembayaran kontrak untuk manajer puncak.

E. SHAREHOLDER-DEBTHOLDER AGENCY PROBLEMS


Ketika membahas peran kontrak hutang dalam konteks agency, kita
mengasumsikan bahwa manager itu adalah pemilik tunggal perusahaan dan memiliki
kepentingan yang sejalan dengan kepentingan pemilik. Principal dalam hal ini
merupakan pemegang hutang atau pemberi pinjaman, dan agen adalah manajer yang
bertindak atas nama pemegang saham atau pemilik lainnya. Mengingat bahwa nilai
perusahaan meliputi nilai hutang ditambah nilai ekuitas, salah satu cara untuk
meningkatkan nilai ekuitas adalah meningkatkan nilai perusahaan (kontrak yang
efisien); selain itu caranya adalah mentransfer kekayaan dari pemberi hutang /
pemegang obligasi (perilaku opportunistic).
Smith dan Warner mengakui bahwa masalah keagenan atas utang dapat
mengembangkan empat metode utama dalam mentransfer kekayaan dari debtholders
kepada shareholders: (macam-macam perilaku opportunistik)
o excessive dividend payments (pembayaran dividen berlebihan)
Masalah pembayaran dividen yang berlebihan muncul ketika utang
dipinjamkan kepada perusahaan dengan asumsi tingkat pembayaran dividen
tertentu. Utang dihargai secara sesuai, namun perusahaan kemudian
mengeluarkan tingkat dividen yang lebih tinggi. Menerbitkan dividen yang lebih
tinggi mengurangi basis aset dalam mengamankan utang dan mengurangi nilai
utang. Pada situasi ekstrim, ada insentif bagi manajemen untuk meminjam dan
kemudian membayar semua dana yang dipinjam sebagai dividen (dividen
likuidasi), meninggalkan kreditor dengan tidak ada apa-apa dan meninggalkan
pemegang saham dengan dana. Pemegang saham mendapatkan keuntungan di
bawah skema tersebut karena mereka telah menerima uang tunai, tetapi
kewajiban terbatas berarti bahwa mereka tidak secara pribadi bertanggung jawab
atas hutang dari perusahaan dalam hal kepailitan.
o asset substitution (substitusi asset)
Substitusi aset didasarkan pada premis bahwa pemberi pinjaman akan
menghindari risiko (risk-averse). Mereka memberikan pinjaman kepada
perusahaan dengan harapan bahwa pinjaman itu tidak akan diinvestasikan pada
aset atau proyek dengan risiko yang lebih tinggi dari yang dapat diterima oleh
mereka. Mereka menghargai utang dengan sesuai, melalui tingkat bunga yang
dibebankan atau termin pinjaman. Setelah itu, mereka tidak berbagi dalam

64
peningkatan keuntungan proyek yang berisiko tinggi. Namun, mereka berbagi
dalam kerugian sejauh kerugian masih dalam tahap aman untuk memenuhi
tuntutan mereka. Di sisi lain, pemegang saham umumnya memiliki portofolio yang
terdiversifikasi dan, dengan kewajiban terbatas, adalah lebih suka risiko dalam
kaitannya dengan investasi mereka dalam perusahaan tertentu. Hal ini karena
mereka berpartisipasi dalam risiko terbalik di mana aset berisiko tinggi
memberikan keuntungan yang tinggi, tetapi terbatas berarti bahwa mereka tidak
berpartisipasi dalam risiko rendah. Investasi dalam asset beresiko tinggi
menyebabkan financial distress (tekanan keuangan), pemegang saham hanya
bertanggung jawab atas jumlah yang belum dibayar atas saham mereka. Jadi,
manajer memiliki insentif untuk menerima pembiayaan utang dan berinvestasi di
asset resiko tinggi untuk meningkatkan potensi laba ke pemegang saham.
o Underinvestment (kurangnya investasi)
Underinvestment terjadi ketika manajer memiliki insentif untuk tidak
melaksanakan proyek-proyek NPV positif karena untuk melakukannya akan
meningkatkan dana yang tersedia untuk debtholders, tetapi tidak untuk pemegang
saham. Sebagai contoh, bayangkan sebuah perusahaan yang sedang
menghadapi kebangkrutan. Memiliki dana pemegang saham sebesar negatif $
90.000. perusahaan bisa berinvestasi dalam proyek yang akan memberikan NPV
positif sebesar $ 50.000. Namun, seluruh $ 50.000 dicatat ke debtholders
perusahaan, bukan kepada pemegang saham. Ini akan mengurangi hutang bersih
$ 40,000. Hanya jika proyek menghasilkan NPV positif lebih dari $ 90,000 yang
akan memaksimalkan kekayaan pemilik sehingga memiliki insentif untuk
berinvestasi dalam proyek. Di sisi lain, kepentingan pemberi pinjaman diberikan
dengan baik jika perusahaan berinvestasi pada proyek yang NPVnya positif karena
NPV positif meningkatkan dana yang tersedia untuk membayar hutang.
o claim dilution (pencairan klaim)
Claim dilution terjadi ketika perusahaan menerbitkan utang dari prioritas yang
lebih tinggi daripada utang yang sudah diterbitkan. Hal ini meningkatkan dana yang
tersedia untuk meningkatkan nilai perusahaan dan nilai kepentingan pemilik, tetapi
menurunkan keamanan relatif dan nilai hutang yang ada. Artinya, mendelusi nilai
hutang yang ada karena utang yang kini telah menjadi lebih berisiko dengan
adanya utang dengan prioritas yang lebih tinggi. Sekali lagi, pemberi pinjaman
dapat mengantisipasi pencairan klaim dan melindungi harga, namun alternatif
adalah bagi pemilik untuk memasukkan dalam perjanjian kontrak utang yang
menyatakan bahwa mereka tidak akan meminjam utang dari utang prioritas yang
lebih tinggi atau jatuh tempo sebelumnya.

65
Shareholder debtholder agency problem dapat diatasi dengan langkah-langkah berikut
:
• Debtholder dapat melakukan price protect dengan meningkatkan bunga atau
dengan mengurangi jumlah pinjaman atau lamanya pinjaman
• Kepentingan pemegang saham dapat dibatasi oleh debtholder dengan dengan
suatu perjanjian pinjaman

Pemegang saham dan kreditor sama-sama memberikan dana. Pemegang


saham memberi dana dalam bentuk modal. Kreditur membeli dana dalam bentuk
utang, sehingga utang tersebut perlu dikembalikan suatu saat nanti. Manajer bertindak
sebagai wakil pemegang saham. Kreditur memberi pinjaman kepada pemegang
saham. Hak kreditur harus dipenuhi terlebih dahulu bila sudah terpenuhi baru hak
pemegang saham. Jika yang dirugikan adalah pemegang saham, pembayaran
deviden diselesaikan setelah membayar kewajiban kepada kreditur. Hak pemegang
saham semakin berkurang bila kinerja perusahaan semakin turun.
Seperti dalam kasus kontrak manajemen, jika pasar modal memiliki ekspektasi
rasional, maka pemegang saham akan menanggung biaya keagenan dari upaya untuk
mentransfer kekayaan dari pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman akan melindungi
harga melalui tingkat suku bunga dan pengurangan dana pinjaman, dan ini
memungkinkan manajer bertindak atas nama pemegang saham dengan insentif untuk
secara sukarela melakukan kontrak untuk membatasi tindakan mereka. Kontrak utang
ini sering mengandung pembatasan (atau perjanjian) yang dirancang untuk melindungi
kepentingan keuangan pemberi pinjaman. Perjanjian sering ditulis dalam bentuk
angka akuntansi.
Perjanjian utang memiliki syarat dan ketentuan yang tertulis dalam
kontrak utang yang membatasi kegiatan manajemen atau mensyaratkan
manajemen untuk mengambil tindakan tertentu. Perjanjian dirancang untuk
melindungi kepentingan pemberi pinajaman dengan mengharuskan, contoh,
perusahaan mempertahankan sejumlah asset sebagai keamanan hutang (jaminan
hutang). Pelanggaran terhadap perjanjian utang merupakan kesalahan teknis
terhadap kontrak dan memberikan hak kepada para pemberi pinjaman untuk
menyepakati tindakan tertentu seperti penyitaan. Oleh karena itu, manajer memiliki
insentif untuk menyakinkan bahwa persyaratan perjanjian tidak dilanggar. Manajer dari
perusahaan pemberi hutang diminta untuk memastikan bahwa tidak ada pelanggaran.
Kontrak utang umumnya memuat salah satu atau lebih dari empat kategori berikut:

66
• Perjanjian yang membatasi peluang produksi-investasi perusahaan. Perjanjian
ini dirancang untuk mengurangi substitusi aset dan underinvestment.
• Perjanjian menahan pembayaran dividen dan biasanya mengikat pembayaran
dividen untuk fungsi keuntungan. Perjanjian ini menghalangi pembayaran
dividen yang berlebihan.
• Perjanjian menahan financing policy perusahaan. Hal ini ditujukan untuk claim
dillution problem dan biasanya membatasi penggunaan utang yang lebih tinggi
(atau leverage).
• Perjanjian obligasi yang mensyaratkan perusahaan untuk memberikan
informasi tertentu kepada pemberi pinjaman, seperti laporan keuangan dan
pengungkapan kepada pihak berwenang. Hal ini membantu debtholders dalam
menentukan apakah perjanjian telah dilanggar atau hampir terjadi
pelanggaran.

Keberadaan utang menunjukkan bahwa manajer, bertindak untuk pemegang


saham, memiliki insentif untuk mentransfer kekayaan dari debtholders kepada
pemegang saham. Karena mereka dibatasi oleh persyaratan perjanjian utang,
manajer juga memiliki insentif untuk mengadopsi prosedur akuntansi yang
memungkinkan mereka untuk menegosiasi persyaratan perjanjian. Para peneliti telah
membuat hipotesis bahwa dengan meningkatnya leverage perusahaan (debt : asset),
manajer akan memilih prosedur akuntansi yang menggeser laba dari periode
mendatang ke periode berjalan. Asumsi adalah bahwa, dengan meningkatnya
leverage, perusahaan semakin dekat dengan batasan perjanjian, dan dengan
demikian insentif manajer untuk mentransfer kekayaan dari pemberi pinjaman
meningkat secara proporsional. Peningkatan laba tidak akan menghindari banyak
persyaratan perjanjian, karena kendala cakupan bunga hanya benar-benar
menggunakan keuntungan dalam algoritma. Namun, peningkatan laba umumnya
disertai oleh peningkatan aktiva bersih dan penurunan leverage. Kita bisa ulang kata-
kata hipotesis mengatakan bahwa, dengan meningkatnya leverage perusahaan,
manajer akan memilih prosedur akuntansi yang meningkatkan aktiva atau mengurangi
kewajiban, karena banyak perjanjian utang membatasi kewajiban dengan proporsi dari
aset. Mengurangi pelaporan leverage dalam cara ini menurunkan kemungkinan
pelanggaran perjanjian hutang berdasarkan leverage. Menariknya, kondisi ekonomi
dan reputasi yang berbeda berarti bahwa peran perjanjian hutang dan angka
akuntansi dalam kontrak utang tidak konstan, baik antara perusahaan, atau bahkan
untuk perusahaan yang sama dari waktu ke waktu.

67
F. EX-POST OPPORTUNISM DAN EX-ANTE EFFICIENT CONTRACTING
Opportunism
• Agen berusaha mengurangi biaya keagenan.
• Agen berusaha memperoleh kemakmuran dari principal.
Kontrak agensi menyediakan dorongan bagi para agen untuk bertindak dengan
perilaku yang berlawanan dengan kepentingan para principal.. Seberapa kuat
dorongan ini, tidak pernah jelas. Salah satu pendekatan untuk memahami ini adalah
bahwa agen itu bersifat oportunis dan selalu mencari kesempatan untuk mentransfer
kesejahteraan dari prinsipal karena para agen mempertimbangkan bahwa
perlindungan harga tidak lengkap dan ex post yang sudah ditetapkan untuk mengatasi
perilaku menyimpang juga tidak lengkap. Argumen ini diistilahkan sebagai perspektif
“oportunistik”. Disebut juga perspektif ex post karena berangkat dari kontrak antara
agen dan principal yang kurang memenuhi ekspektasi sehingga manajer sebagai agen
bertindak opportunis untuk menguntungkan dirinya sendiri.
Ex post (setelah kontrak dilaksanakan), agen memiliki insentif untuk
mentransfer kekayaan dari prinsipal karena syarat dan renegosiasi kontrak yang ada
tidak mungkin sepenuhnya ‘menyelesaikan’ atau menghilangkan manfaat yang dapat
mereka peroleh (kontrak agency tidak lengkap). Penelitian di awal mengenai teori
agensi menilai perilaku opportunis ex post. Hipotesis rencana bonus dan hipotesis
hutang terhadap ekuitas adalah contoh prediksi berdasarkan teori yang berkembang
dari perspektif opportunis.
Dalam menerapkan perspektif oportunistik dari teori kontrak ke kontrak utang
menyiratkan bahwa manajer akan bertindak dengan mencoba mentransfer kekayaan
dari pemberi pinjaman kepada pemegang saham. Contoh, misal jika manajer melihat
bahwa perusahaan secara finansial tertekan, mereka akan mengambil tindakan untuk
meyakinkan bahwa perusahaan tidak melanggar perjanjian hutang dan pemberi
pinjaman tidak sadar bahwa ada masalah selama mungkin. Tindakan tersebut akan
memungkinkan perusahaan untuk terus beroperasi dan membayar dividen ke
pemegang saham, sambil secara simultan mengurangi jumlah yang tersedia untuk
melunasi hutang ketika perusahaan akhirnya bangkrut. Contoh tindakan yang dapat
diambil manajer adalah menggunakan teknik akuntansi yang meningkatkan laba di
periode berjalan meskipun atribut ekonomi yang mendasarinya tidak terpengaruh
(misal dengan mempercepat pengakuan laba dan menunda pengakuan beban).
Sebuah alternatif untuk pendekatan oportunistik adalah pendekatan kontrak
efisien. Jika kontrak efisien, maka mereka akan menyelaraskan kepentingan agen dan
prinsipal sehingga tindakan tersebut dapat menguntungkan agen dan prinsipal, serta
dapat meningkatkan nilai perusahaan. Meskipun agen memiliki insentif untuk

68
mentransfer kekayaan dari prinsipal, pendekatan 'kontrak efisien', atau pendekatan ex
ante, terhadap teori keagenan berpendapat bahwa agen mengakui bahwa jika mereka
mencoba untuk mentransfer kekayaan dari prinsipal, mereka akan dikenakan sanksi
untuk kegiatan ini di masa depan. Artinya, akan ada penyelesaian yang pada akhirnya
akan menghilangkan manfaat dari perilaku oportunistik. Argumen ini mengakui bahwa
efek reputasi akan mengurangi remunerasi yang dibayarkan kepada agen di masa
depan jika mereka melakukan perilaku disfungsional. Oleh karena itu, agen akan
menegosiasikan kontrak yang selaras dengan kepentingan principal pada pertemuan
awal. Meskipun kontrak tidak sepenuhnya membatasi aktivitas agen, agen akan
bertindak seolah olah kontrak telah mengatasi semua kendala. Perspektif ini disebut
'efisien' karena biaya keagenan diminimalkan dalam jangka panjang. Artinya, nilai
perusahaan, nilai klaim prinsipal, dan nilai dari remunerasi agen, semuanya akan lebih
besar dan lebih dialokasikan secara merata sehingga menurut perspektif oportunistik
pendekatan ini juga disebut ex ante karena agen berperilaku seolah-olah kontrak telah
dinegosiasikan untuk membatasi perilaku mereka.
Melalui pendekatan kontrak efisien, manajer cenderung memberikan informasi
yang mencerminkan seakurat mungkin lingkungan ekonomi yang mendasari
perusahaan. Hal ini akan mengurangi biaya monitoring dan meningkatkan reputasi
manajer, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan dan nilai SDM manajer. Jika
perspektif kontrak efisien diterapkan pada situasi di mana perjanjian utang perusahaan
ada kemungkinan akan dilanggar oleh karena situasi sementara yang menyebabkan
pengungkit (leverage) melebihi nilai maksimum yang ditetapkan, maka manajer
mungkin akan beralih ke metode garis lurus untuk mencegah default teknis. Meskipun
ini juga merupakan tindakan yang akan diambil manajemen di bawah pendekatan
opportunistik, dalam kasus ini tindakan ini efisien karena mencegah kesalahan yang
memaksakan biaya yang tidak penting baik ke pemberi pinjaman dan perusahaan.
Dalam kesalahan teknis, baik pemberi pinjaman dan manajer, bertindak atas nama
pemegang saham, akan diminta untuk menyerahkan sumber daya untuk menentukan
apakah ingin melakukan negosiasi ulang persyaratan dalam perjanjian hutang,
memaafkan, pembiayaan kembali atau mengabaikan pelanggaran. Karena pemberi
pinjaman dan pemegang saham sama-sama memilih untuk menghindari biaya ini,
tindakan ini efisien dalam konteks perusahaan yang kemungkinan pelanggaran
perjanjian hutangnya hanya bersifat sementara. Tindakan opportunis dilakukan untuk
menutupi masalah yang berlanjut.
Contoh lainnya mengenai kontrak efisien adalah ketika perusahaan
menggunakan metode akuntansi seperti depresiasi saldo menurun karena pola
pengakuan bebannya sesuai dengan penggunaan asset. Pendekatan opportunis

69
mungkin mendikte penggunaan depresiasi garis lurus karena meningkatkan laba dan
juga meningkatkan pembayaran bonus manajemen atau menghindari pelanggaran
perjanjian hutang. Perbedaan mendasar adalah kualitas sinyal jangka panjang dari
kontrak akuntansi.
Meskipun kontrak efisien dan opportunistic ex post secara teoritis berbeda,
mereka sulit dibedakan secara praktek.
G. SIGNALLING THEORY
Selain perspektif kontrak, Holthausen menggambarkan perspektif lebih lanjut
pada pilihan kebijakan akuntansi yakni perspektif informasi. Dalam perspektif ini,
manajer secara sukarela memberikan informasi kepada investor untuk membantu
pengambilan keputusan mereka. Manajer melakukan peran ini karena mereka
memiliki keunggulan komparatif dalam produksi dan penyebaran informasi. Informasi
akuntansi yang digunakan untuk menunjukkan bagaimana nilai perusahaan dan klaim
terhadap itu akan berubah. Sama seperti perspektif kontrak efisien, manajer
memberikan informasi untuk pengambilan keputusan karena mereka memiliki
keunggulan komparatif dan juga mengurangi biaya monitoring dan biaya penyelesaian
ex post. Holthausen kemudian melanjutkan untuk membedakan perspektif kontrak dan
informasi sesuai dengan waktu dari arus kas dan informasi akuntansi. Berdasarkan
perspektif informasi, informasi akuntansi memprediksi arus kas yang dapat
mempengaruhi nilai perusahaan. Informasi akuntansi yang digunakan untuk
menunjukkan bagaimana nilai perusahaan dan klaim terhadap hal itu akan berubah.
Di bawah perspektif kontrak efisien, akuntansi mencerminkan perubahan arus kas
yang mempengaruhi perusahaan: laporan akuntansi yang digunakan untuk memantau
peristiwa dan transaksi ekonomi yang terjadi.
Hipotesis informasi mendasari sebagian besar riset awal pasar modal. Dalam
studi pasar modal, manajer diasumsikan memberikan informasi untuk pengambilan
keputusan oleh investor. Dengan demikian, setiap perubahan dalam metode akuntansi
harus berarti bahwa informasi telah berubah dan keputusan investasi harus berubah.
Perubahan keputusan investasi harus terlihat dari harga saham atau volume
perdagangan dan volatilitas.
Hipotesis informasi sejalan dengan signalling theory dimana manajer
menggunakan akun-akun untuk memberikan sinyal mengenai harapan dan tujuan
perusahaan di masa depan. Menurut teori signaling, jika perusahaan mengharapkan
pertumbuhan perusahaan yang tinggi di masa depan, maka mereka akan mencoba
untuk memberi sinyal kepada investor melalui akun-akun. Manajer dari perusahaan
lain yang berkinerja baik akan memiliki insentif yang sama, dan manajer dari
perusahaan dengan berita yang netral akan memiliki insentif untuk melaporkan berita

70
positif sehingga mereka tidak dicurigai memiliki hasil yang buruk. Manajer perusahaan
dengan kabar buruk akan memiliki insentif untuk tidak melaporkan. Namun, mereka
juga akan memiliki insentif untuk melaporkan berita buruk mereka, untuk menjaga
kredibilitas di pasar yang efektif di mana sahamnya diperdagangkan. Dengan asumsi
insentif ini untuk sinyal informasi ke pasar modal, menandakan teori memprediksi
bahwa perusahaan akan mengungkapkan informasi lebih dari yang diminta.
Konsekuensi logis dari teori signaling adalah bahwa ada insentif bagi semua
manajer untuk memberikan sinyal tentang harapan laba masa depan, karena jika
investor percaya akan sinyal tersebut, harga saham akan meningkat dan para
pemegang saham (dan manajer bertindak untuk kepentingan mereka) akan
mendapatkan keuntungan. Namun, satu masalah kemudian muncul: bagaimana
perusahaan yakin bahwa sinyal mereka terlihat kredibel oleh investor dimana
perusahaan lain juga akan memberi sinyal yang baik juga? Agar kredibel, sinyal
tersebut haruslah tidak mudah dan gampang ditiru oleh perusahaan lain. Biaya dapat
mencakup kerugian jangka panjang atas kredibilitas jika kinerja sebenarnya tidak
sesuai dengan sinyal yang diberikan.
Salah satu cara untuk memberikan kredibilitas tambahan terhadap sinyal laba
adalah dengan memberikan sinyal dividen. Biayanya mahal ketika mereka membayar
dividen dalam bentuk kas kepada pemegang saham. Selain itu, perusahaan umumnya
memperlancar pembayaran dividen dan manajer tidak ingin mengurangi besaran
dividen. Jadi, ketika dividen meningkat, manajer cukup yakin bahwa mereka tidak akan
menurunkan besaran pembayaran dividen. Jadi kenaikan dividen dapat menciptakan
harapan atas peningkatan laba di masa depan untuk mendukung pembayaran dividen
yang lebih tinggi.
Penelitian insentif sinyal termasuk studi yang menyelidiki mengapa
perusahaan secara sukarela mengungkapkan berita buruk, mengurangi dividen dan
peningkatan dividen, pendapatan dan merevaluasi serta merusak aset, dan mengakui
aset internal yang dihasilkan.

Resume singkat:
Signaling teori mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah
perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini
berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk
merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain
yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari pada perusahaan lain.
Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk
mengurangi informasi asimetri. Manajer memberikan informasi melalui laporan

71
keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang
menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan
melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan
keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate (Irham,2014).
Teori signal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah
perusahaan memberikan signals kepada pengguna laporan keuangan. Godfrey dkk.
(2010: 375) menjelaskan bahwa :
The information hyphothesis is aligned with signaling theory, whereby managers use
the accounts to signal expectations and intentions regarding the future. According to
signaling theory, if managers expected a high level of future growth by the firm, they
would try to signal that to investors via the accounts.
Signal membawa informasi-informasi yang dapat mempengaruhi proses
pengambilan keputusan. Penggunaan nilai wajar dalam laporan keuangan akan
memberikan indikasi kualitas pelaporan yang lebih baik sehingga memberi sinyal yang
positif terhadap perusahaan yang menggunakan nilai wajar sebagai standar
pelaporannya (Weijun, 2007 dalam Rizki Utami, 2015).
Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena
informasi pada hakikatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk
keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi
kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi
yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar
modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Informasi yang
dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor
dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung
nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut
diterima oleh pasar.
Signalling theori menjelaskan mengapa perusahaan mempuyai dorongan
untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan
perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara
perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai
perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor dan kreditor).
Kurangnya informasi bagi pihak luar mengenai perusahaan meyebabkan mereka
melindungi diri mereka dengan mmberikan harga yang rendah untuk perusahaan.
Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi informasi
asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan
memberikan sinyal pada pihak luar

72
Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima
informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan
menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk
(bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai sinyal baik bagi investor,
maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham. Pengumuman informasi
akuntasi memberikan sinyal bahwa perusahaan mempuyai prospek yang baik di masa
mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan
saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan
dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi
informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap
fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar. Pasar modal
efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga sekuritassekuritasnya telah
mencerminkan semua informasi yang relevan
Secara garis besar signalling theory erat kaitanya dengan ketersedian
informasi. Laporan keuangan dapat digunakan untuk mengambil keputusan bagi para
investor, laporan keuangan merupakan bagian terpenting dari analisi fundamental
perusahaan. Pemeringkatan perusahaan yang telah go-public lazimnya didasarkan
pada analisis rasio keuangan ini. Analisis ini dilakukan untuk mempermudah
interpretasi terhadap laporan keuangan yang telah disajikan oleh manajemen.
Penggunaan teori signalling, informasi berupa ROA atau tingkat pengembalian
terhadap aset atau juga seberapa besar laba yang didapat dari aset yang digunakan,
dengan demikian jika ROA tinggi maka akan menjadi sinyal yang baik bagi para
investor, karena dengan ROA tinggi menunjukkan kinerja perusahaan tersebut baik
maka investor akan tertarik untuk menginvestasikan dananya yang berupa surat
berharga atau saham. Permintaan saham yang banyak maka harga saham akan
meningkat. Profotabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan baik,
sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan akan
meningkat

H. POLITICAL PROCESSES
Teori akuntansi positif juga membuat model proses politik yang melibatkan
hubungan antara perusahaan dan pihak-pihak lain yang tertarik pada perusahaan,
seperti pemerintah, serikat buruh dan kelompok masyarakat. Seperti dalam konteks
utang dan kontrak kompensasi manajemen, akuntansi penting dalam proses politik
sebagai salah satu sumber informasi tentang perusahaan. Perbedaan utama antara
pasar politik dan pasar modal pada umumnya adalah kurangnya permintaan, dan
karena itu maka insentif akan lebih kecil, untuk memproduksi informasi dalam pasar

73
politik. Analisis ekonomi menyarankan bahwa hal ini merupakan hasil dari manfaat
marjinal yang lebih rendah untuk individu dalam proses politik, karena lebih sulit bagi
individu atau kelompok untuk memperoleh manfaat dari infomasi itu. Ada biaya
informasi yang tinggi bagi individu, heterogenitas (keberagaman) kepentingan, dan
biaya organisasi.

I. CONSERVATISM, ACCOUNTING STANDARDS AND AGENCY COSTS


Di pasar modal yang berfungsi dengan baik dengan pemegang saham dan
demokrasi korporasi, terdapat tingkatan kontrak yang sesuai yang meminimalkan
biaya keagenan. Hal ini mengasumsikan dominasi (atau kontrol) oleh prinsipal
(shareholders dan debtholders) dengan sedikit kerugian residual. Pendekatan lain
lebih condong ke arah model pengendalian agen dengan daya yang terbatas untuk
debtholders dan shareholders. Hal ini muncul karena manajer memiliki kepemilikan
terbatas dan liabilitas terbatas serta hal ini membuat bias dalam menentukan estimasi
nilai.

Pada tahun 1931 dan 1933 Securities Acts di Amerika Serikat telah
menyebutkan sebelumnya bahwa salah satu outcome-nya adalah untuk
mempengaruhi perkembangan laporan akuntansi konservatif. Konservatisme
tradisional (prudent) dalam akuntansi berarti mempercepat pengeluaran dan menunda
pengakuan pendapatan: 'anticipate no profit but anticipate all losses.' Konservatisme
muncul karena ada persyaratan verifikasi asimetris yang membebankan tingkat
verifikasi pendapatan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan beban dan pada
umumnya berfungsi untuk mengurangi reported earnings. Selanjutnya, sistem
penilaian didasarkan pada biaya historis, dan revaluasi (terutama dibawa pada
pendapatan) tidak diijinkan di Amerika Serikat. Selain itu, penggunaan biaya historis
konservatif secara efektif berarti bahwa setiap peningkatan nilai aset akan
berpengaruh terhadap laba selama dihasilkan melalui transaksi, bukan melalui
pengenaan langsung pada nilai.

Baru-baru ini, International Accounting Board (IASB) berpendapat bahwa bias


konservatif dalam akuntansi tidak mengungkapkan gambaran keuangan 'real'
perusahaan dan mengurangi informasi yang tersedia bagi investor. Mereka
mengusulkan bahwa pengakuan tepat waktu baik untuk keuntungan maupun
kerugian, sama-sama penting. Sebagai tanggapan, teoris konservatisme kondisional
berpendapat bahwa permintaan akan pengakuan keuntungan secara tepat waktu lebih
rendah. Ini berarti pasar menempatkan nilai yang lebih tinggi pada pengakuan

74
kerugian secara tepat waktu. Alasan untuk hal ini adalah peran yang dimainkan oleh
praktik pelaporan eksternal dalam menyediakan eksternalitas tata kelola perusahaan
oleh: (a) ex ante - mengecilkan trophy investments, dan (b) ex post - menghentikan
negative cash flow investments. Trophy investments terjadi ketika manajemen
berinvestasi pada proyek-proyek yang memperluas kontrol manajemen atau
menambah prestise. Hal itu bukan proyek yang selalu memiliki NPV positif. Jika
manajemen tahu bahwa mereka diwajibkan oleh standar akuntansi untuk menurunkan
nilai investasi ini dalam waktu dekat, maka mereka akan berhati-hati dalam melakukan
investasi.

Akhirnya, prinsip akuntansi yang mengurangi reported income akan


mengurangi kemampuan manajer untuk melaporkan figur akuntansi oportunistik. Oleh
karena itu, kemungkinan manajer dan auditor dikenakan sanksi akan naik (atau turun)
yang kurang dari (atau melebihi) percepatan dan/atau peningkatan reported income.

J. ADDITIONAL EMPIRICAL TESTS OF THE THEORY


Seperti yang telah disebutkan, salah satu keuntungan dari model yang
dikembangkan menggunakan teori positif adalah bahwa model dapat diuji secara
empiris, sehingga membantu untuk menguatkan atau menolak pemahaman yang
dikembangkan oleh teori.
1. Testing the opportunistic and political cost hypotheses
Dengan model yang diterbitkan untuk melakukan kontrak di perusahaan dan
dalam proses politik, hipotesis umum telah dikembangkan untuk menjelaskan pilihan
akuntansi yang melibatkan transfer kekayaan dari prinsipal. Salah satu dari penelitian
pertama dilakukan oleh Watts dan Zimmerman, yang meneliti posisi di mana manajer
perusahaan mengambil bagian dalam US FASB's 1974 Discussion Memorandum on
GPLA (general price level adjustment accounting). Pengaruh GPLA adalah untuk
menyajikan kembali akun perusahaan menurut general inflation index, sehingga dapat
meningkatkan nilai aset, tetapi (pada umumnya) akan menurun reported profit karena
biaya depresiasi yang lebih tinggi.
Watts dan Zimmerman berpendapat bahwa, karena faktor politik, manajer
perusahaan besar memiliki insentif yang lebih besar untuk mengurangi reported profit.
Efek yang diharapkan bervariasi dengan ukuran potential tax relief, rate regulation dan
biaya pembukuan.
Ball dan Foster mengkritik penggunaan ukuran perusahaan sebagai ukuran
untuk biaya politik dan menyarankan langkah-langkah yang lebih langsung seperti
keanggotaan industri.

75
Sejumlah studi telah menemukan bahwa manajer membuat pilihan kebijakan
akuntansi individu yang meningkatkan reported profit selama mereka mendekati hal-
hal yang melanggar perjanjian utang mereka, dan juga bahwa mereka memanipulasi
keuntungan akuntansi secara umum pada tahun-tahun sebelum dan sesudah
melanggar perjanjian utang.
Sweeney menemukan bahwa manajer perusahaan mendekati pembatasan
perjanjian utang mereka lebih mampu mengadopsi strategi akuntansi peningkatan
laba daripada perusahaan yang tidak mendekati standar teknis dari perjanjian-
perjanjian tersebut. Dia juga menemukan bahwa perusahaan mendekati batasan
perjanjian utang mereka biasanya yang pertama untuk mengadopsi standar akuntansi
yang memungkinkan perusahaan untuk menggunakan metode peningkatan laba atau
lambat untuk mengadopsi standar akuntansi yang dipersyaratkan perusahaan untuk
menggunakan metode profit decreasing.
Demikian pula, DeFond dan Jiambalvo menyelidiki perilaku pelaporan manajer
perusahaan yang gagal pada perjanjian utang berbasis akuntansi mereka. Hasil
penelitian mereka mendukung perspektif ex post oportunistik dalam menentukan
pilihan kebijakan akuntansi. Mirip dengan Sweeney, mereka menemukan manajer
perusahaan yang melanggar perjanjian utang akan dimanipulasi keuntungan
akuntansinya pada tahun-tahun sebelumnya.
Sebuah tes yang lebih kuat untuk mempelajari hasil dari portofolio prosedur
akuntansi daripada fokus pada prosedur individu. Studi pertama yang mencoba ini
dilakukan oleh Zmijewski dan Hagerman. Hasil penelitian umumnya mendukung
hipotesis mereka bahwa manajer menggunakan beberapa teknik.
Salah satu topik paling populer dalam penelitian akuntansi positif awal adalah
pilihan prosedur akuntansi untuk biaya pra-produksi di industri minyak dan gas. Pilihan
yang tersedia adalah full costing (FC) dan successful efforts (SE). Sehubungan
dengan SE, FC memiliki efek menggeser keuntungan pada periode berjalan dan
menghasilkan varian keuntungan yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa FC
akan lebih disukai dalam hipotesis rencana bonus dan utang untuk ekuitas. Lilien dan
Pastena mempelajari sejauh mana perusahaan menggeser keuntungan dengan
menggunakan SE dan FC. Selanjutnya studi awal pilihan kebijakan akuntansi oleh
Dhaliwal (accounting for preproduction costs), Daley and Vigeland (accounting for
research and development expenditures), Dhaliwal, Salamon and Smith
(depreciation), and Bowen, Noreen and Lacey (accounting for interest) sangat
mendukung utang kepada ekuitas (debt to equity) dan size hipotesis, serta
memberikan dukungan campuran untuk hipotesis rencana bonus. Akan tetapi, Watts
dan Zimmerman menyarankan tiga perbaikan lebih lanjut, yakni:

76
– Details of the relevant contracts could be used.
– The size hypothesis could be refined since firm size could measure a variety of
factors.
– Hypotheses could be derived from the other contracts already in place within a
firm.

2. Tests using contract details


Healy menggambarkan sifat skema bonus akuntansi dengan melibatkan
transfer sejumlah uang ke bonus pool sesuai dengan rumus berikut:

Di mana:
Pt = a maximum percentage
Et = a variant on the profit figure
Lt = a stated lower limit expressed as a percentage of investment
Ut = an upper limit also expressed as a percentage of investment, sometimes tied to
a variable of interest such as cash dividend payments.

Dengan kata lain, jumlah transfer perusahaan yang sama dengan keuntungan
maksimum lebih kecil dari batas bawah, atau nol. Dimana ada batas atas, jumlah yang
ditransfer akan terikat oleh batas ini. Di bawah threshold keuntungan, manajemen
tidak mendapatkan bonus. Antara threshold (batas bawah) dan ceiling level (batas
atas) keuntungan, manajemen mendapatkan bonus yang akan meningkat selama
keuntungan perusahaan meningkat. Di atas batas atas, manajemen akan
mendapatkan bonus dengan tingkat maksimum konstan yang tidak meningkat selama
keuntungan meningkat di atas batas. Hal ini ditunjukkan dalam diagram pada figure
11.1.

77
Dalam formula Healy, batas bawah adalah $1.000.000, batas atas adalah
$2.500.000 dan Pt adalah 2%, sehingga manajer akan mendapatkan bonus sampai
perusahaan memperoleh keuntungan sebesar $1.000.000. Kemudian manajer akan
mendapatkan 2% dari keuntungan perusahaan yang kurang dari $1.000.000,
maksimal $30.000 (2% x ($2.500.000 - $1.000.000)). Jika perusahaan memperoleh
keuntungan $2.000.000, manajer akan menerima bonus sebesar $20,000 (2% x
($2.000.000 - $1.000.000)). Jika perusahaan memperoleh keuntungan sebesar
$5.000.000, bonus akan menjadi maksimal: 2% x ($2.500.000 - $1.000.000), yakni
$30.000.
Batas bawah ditetapkan untuk mengurangi risk aversion dengan memotivasi
manajer untuk memperoleh keuntungan yang melibatkan beberapa pengambilan
risiko. Batas atas cenderung mencerminkan harapan pemegang saham dari tingkat
keuntungan yang berkelanjutan. Healy merumuskan aturan keputusan berdasarkan
parameter yang ditetapkan dari rencana. Ketika laba sebelum akrual diskresioner
secara signifikan berada di bawah batas bawah, manajer akan memiliki insentif untuk
'take a bath' - yaitu, untuk membuat akrual diskresioner 'negatif' dalam rangka
menghapus keuntungan sebanyak mungkin dengan harapan bahwa laba yang
dilaporkan periode berikutnya akan berada di atas batas bawah. Ketika keuntungan
berada di atas batas bawah, manajer akan berespektasi untuk membuat akrual
diskresioner 'positif' dalam rangka memaksimalkan bonusnya. Namun, jika rencana
bonus menggunakan batas atas dan laba sebelum akrual diskresioner secara
substansial berada di atas batas itu, setiap akrual diskresioner 'positif' akan hilang
karena keuntungan di atas batas atas tidak akan dikompensasi. Oleh karena itu,
manajer akan memiliki insentif untuk membuat 'akrual negatif' untuk batas atas
rencana tersebut. Akrual ini dapat dibalik untuk meningkatkan bonus di masa depan.

78
Figure 11.2 menunjukkan tingkat akrual yang akan diprediksi memberikan
tahapan rencana bonus. L adalah batas bawah, atau threshold keuntungan.
Perusahaan harus memperoleh keuntungan di atas batas bawah ini (L) jika ada
distribusi ke bonus pool. U adalah batas atas, atau ceiling, di mana keuntungan
tambahan tidak akan menarik bonus. K adalah akrual maksimum yang mungkin dan -
K adalah akrual minimum yang mungkin.

Dalam penelitian selanjutnya, Holthausen, Larcker dan Sloan memeriksa


perilaku manajerial menggunakan data privat mengenai rencana kompensasi
manajemen perusahaan. Mereka menemukan hasil yang mengkonfirmasi temuan
Healy, kecuali bahwa mereka tidak menemukan bukti bahwa manajer 'take a bath'
ketika keuntungan berada di bawah ambang batas (threshold).
Healy, Kang dan Palepu memperluas hipotesis penelitian terkait rencana
bonus dengan memeriksa efek dari perubahan dalam prosedur akuntansi pada gaji
tunai dan kompensasi bonus dari CEO. Mereka menguji apakah ada hubungan
statistik antara faktor-faktor ini dengan laba perusahaan setelah perubahan dari
metode FIFO ke LIFO dan dari accelerated ke straight-line. Perubahan dari metode
FIFO ke LIFO menurunkan reported profit dan perubahan dari metode accelerated ke
straight-line meningkatkan reported profit.
Healy, Kang dan Palepu menemukan bahwa setelah perubahan prosedur
akuntansi, pemberian gaji dan bonus didasarkan pada keuntungan yang dilaporkan
sebenarnya. Dengan kata lain, tidak ada penyesuaian untuk perubahan pada prosedur
akuntansi. Hal ini menunjukkan bahwa skema kompensasi manajemen tidak
menghilangkan manipulasi pilihan akuntansi manajerial.

79
Penelitian Healy, Kang dan Palepu menunjukkan bahwa meskipun manajer
memiliki kesempatan untuk mengubah prosedur akuntansi setelah kejadian, dan
dengan demikian kompensasi mereka dihargai, manfaatnya cenderung kecil. Hal ini
mungkin menjelaskan sikap yang diambil oleh komite kompensasi bila tidak
sepenuhnya menyesuaikan perubahan prosedur akuntansi.

3. Refining the specification of political costs


Saran kedua Watts dan Zimmerman dibuat untuk meningkatkan kekuatan tes
teori positif adalah untuk meningkatkan spesifikasi variabel biaya politik.
Dengan menggunakan sampel dari perusahaan Australia, Godfrey dan Jones
menyelidiki insentif bagi perusahaan untuk melakukan smooth reporting laba operasi.
Mereka memperkirakan bahwa selama periode yang memungkinkan untuk
mengklasifikasikan item tidak biasa yang berulang sebagai extraordinary, manajer
akan mengklasifikasikan item ini dengan cara mengurangi ketidakstabilan laba operasi
(the focus of public attention) dalam rangka mengurangi biaya politik. Mereka
berpendapat bahwa dalam konteks multi-periode, manajer cenderung untuk
“smoothing” laba operasi daripada menurunkan profit agar kemungkinan puncak
keuntungan (profit peaks) masa depan dapat diturunkan. Konsisten dengan prediksi
mereka, mereka menemukan bahwa manajer perusahaan dengan tenaga kerja yang
sangat berserikat (dan oleh karena itu tunduk pada biaya politik yang berhubungan
dengan tenaga kerja) berusaha untuk mempengaruhi probabilitas transfer kekayaan
dengan melakukan “smoothing reported net operating profit” dengan
mengklasifikasikan keuntungan dan kerugian sebagai “extraorninary” atau “operating”.
DeAngelo mengamati bahwa pemegang saham “dissident” biasanya lebih
menyukai pendapatan yang kecil daripada kinerja harga saham sebagai bukti politis
untuk pengendalian perusahaan.
DeAngelo kemudian memprediksi bahwa selama kampanye pemilihan
(election campaign), keuntungan tak terduga akan positif karena manajer akan
melaporkan keuntungan yang favorable dan mencoba untuk meningkatkan
kesempatan mereka untuk memenangi pemilu, dengan menggunakan kebijakan
mereka untuk memanipulasi laporan akuntansi. Ditemukan bahwa selama pemilu,
manajer melaporkan laba yang secara material melebihi yang telah dilaporkan tahun
sebelumnya. Pada saat yang sama, peningkatan laba tidak berhubungan dengan
peningkatan arus kas. Hasil ini kontras dengan bukti dari Liberty dan Zimmerman.
DeAngelo menunjukkan bahwa mereka mungkin konsisten dengan pembedaan
insentif untuk memantau manipulasi akuntansi manajemen.

80
DeAngelo juga menemukan bahwa “dissidents” berhasil di tahun pertama
mereka, tetapi pada tahun selanjutnya ada perubahan keuntungan yang sangat
signifikan. Hal ini kemudian dilihat oleh manajer baru sebagai bukti bahwa ketika
mereka telah menempatkan kontrol perusahaan itu dalam kesulitan, namun hal ini
dapat diatasi dengan keterampilan manajemen mereka.
Wong mempelajari pengaruh biaya politik dan kontrak utang pada pilihan
akuntansi untuk kredit pajak ekspor yang tersedia di New Zealand. Sampai dengn
tahun 1985, rezim pajak New Zealand memberikan insentif pajak untuk perusahaan
yang menghasilkan keuntungan ekspor. Antara tahun 1980 dan 1985, ada tekanan
yang signifikan untuk pencabutan aturan tersebut, yang didasarkan pada premis
bahwa 'bisnis besar' tidak membayar pajaknya. Wong berpendapat bahwa cara di
mana kredit pajak dipertanggungjawabkan selama periode ini dipengaruhi oleh biaya
politik. Dua metode yang tersedia untuk memperhitungkan kredit itu adalah:
– the tax reduction method (TRM), where credits are deducted from the taxation
expense
– the credit-to-sales method (CSM), where the income tax is shown as a gross
figure because the tax credit is apportioned directly to sales.
Meskipun laba setelah pajak untuk setiap periode identik menurut metode
(sehingga pilihannya adalah intraperiod), TRM memiliki efek untuk menurunkan tingkat
pajak secara keseluruhan (beban pajak penghasilan dibagi dengan laba sebelum
pajak) dan interest coverage ratio relatif terhadap CSM. Wong menguji tiga hipotesis:
– Companies with low reported tax rates are more likely to use CSM.
– Companies with large amounts of export tax credits are more likely to use CSM.
– Large companies are more likely to use CSM.
Dengan menggunakan ukuran yang secara eksplisit menghubungkan biaya
politik tertentu terhadap efeknya pada pilihan kebijakan akuntansi, Wong meneliti
sejauh mana biaya politik mempengaruhi perusahaan di New Zealand untuk secara
sukarela mengungkapkan data current cost sebagai pelengkap laporan keuangan
biaya historis. Current Cost Accounting (CCA) pada umumnya melaporkan laba yang
lebih rendah daripada historical cost accounting. Hasil Wong konsisten dengan
pandangan bahwa perusahaan tunduk transfer kekayaan dengan cara pajak dan
peraturan pemerintah yang berupaya untuk mempengaruhi probabilitas transfer
tersebut melalui pilihan akuntansi: voluntary disclosure of supplementary current cost
financial statements. Demikian pula dengan Lemke dan Page menemukan dukungan
untuk hipotesis biaya politik ketika mereka memeriksa tanggapan perusahaan UK
terhadap persyaratan wajib untuk menghasilkan akun CCA. Mereka menemukan
bahwa insentif biaya politik yang dipengaruhi pajak sudah cukup mampu menjelaskan.

81
Salah satu studi hubungan antara biaya politik dan kebijakan akuntansi yang
paling terkenal adalah paper Jones tahun 1991 yang menyelidiki apakah manajer
perusahaan tunduk pada pajak impor International Trade Commission. Antara tahun
1980 dan 1985, perusahaan di US memanipulasi akrual akuntansi mereka dalam
rangka menunjukkan kebutuhan mereka akan dukungan pemerintah. Jones
berpendapat bahwa kombinasi dari pilihan-pilihan kebijakan akuntansi dan estimasi
dapat digunakan untuk menurunkan keuntungan dalam rangka menunjukkan
kebutuhan mereka. Jones menemukan bahwa pada saat penyelidikan, perusahaan
sampel memiliki akrual diskresioner negatif yang dapat menurunkan keuntungan.
Namun ternyata mereka tidak memiliki akrual diskresioner negatif di tahun-tahun
sebelum atau setelah dilakukan investigasi.
Dengan menggunakan data 72 perusahaan yang terdaftar di Australian Stock
Exchange (sekarang Australian Securities Exchange), Panchapakesan dan McKinnon
menguji validitas menggunakan ukuran perusahaan sebagai ukuran paparan biaya
politik. Variabel yang mereka teliti adalah market share, industry membership, capital
intensity, number of employees, number of shareholders, social responsibility
disclosure, level of press coverage dan firm size. Hasil penelitian mereka menunjukkan
bahwa semua variabel yang diperiksa terlibat dalam visibilitas politik dengan
pengecualian dalam industry membership dan capital intensity. Dengan demikian,
pengujian mereka mendukung penggunaan ukuran perusahaan sebagai ukuran
paparan biaya politik.

4. Testing the efficient contracting hypothesis


Sepanjang literatur penelitian menyelidiki pilihan akuntansi, telah ada
beberapa penelitian yang secara signifikan menyelidiki perspektif kontrak efisien.
Literatur ini berkonsentrasi terutama pada pemilihan prosedur akuntansi 'efisien', yaitu
keputusan akuntansi ex ante oleh manajemen dan claimholders pada perusahaan
untuk mengurangi biaya keagenan.

Interest capitalisation
Zimmer memberikan teori yang menjelaskan mengapa perusahaan akan
mengkapitalisasi bunga daripada beban, adalah dalam rangka mengurangi biaya
kontrak. Teorinya berlawanan dengan penelitian sebelumnya pada kapitalisasi atau
expensing of interest for ex post (setelah adanya fakta) alasan oportunistik.

82
Zimmer berespektasi bahwa kontrak ex ante antara perusahaan dan
pelanggan yang 'cost plus' menyebabkan kapitalisasi bunga ditujukan untuk dua
alasan. Pertama, meskipun kapitalisasi biasanya meningkatkan bonus manajer,
komite kompensasi manajemen akan memperbolehkn kapitalisasi bunga dan menutup
pendapatan melalui kontrak cost plus. Kedua, penerapan yang konsisten dalam
mengkapitalisasi bunga pada proyek yang dibiayai secara khusus akan menghemat
waktu dalam melakukan negosiasi dengan auditor dan customer's cost investigators.

Zimmer juga menguji sebuah hipotesis oportunisme ex post yang menyatakan


bahwa kapitalisasi lebih memungkinkan pada saat perusahaan-perusahaan memiliki
leverage yang lebih tinggi, karena kapitalisasi menyebabkan peningkatan reported
profit dan pengurangan leverage.

Changes in chief executive officer


Dechow dan Sloan menguji apakah horizon problem akan memotivasi chief
executive officer (CEO) di tahun terakhir mereka untuk meningkatkan reported short-
term profit performances dan juga bonus mereka, dengan melakukan “cut back” pada
beban R&D. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa CEO menghabiskan lebih
sedikit beban R&D di tahun terakhir mereka. Namun, efek dari kompensasi
manajemen diturunkan melalui kepemilikan saham CEO. Selanjutnya, tidak ada bukti
bahwa penurunan expenditures berhubungan dengan kinerja perusahaan yang buruk
ataupun pengurangan investasi dari waktu ke waktu. Bahkan, pada tahun pertama
CEO baru, beban R&D meningkat.
Studi Dechow dan Sloan menunjukkan bahwa kontrak manajemen dapat
menyeimbangkan insentif berbasis saham dan berbasis laba untuk memastikan
bahwa upaya untuk mentransfer kekayaan dari shareholders kepada manajer
sebagian besar tidak efektif. Dengan demikian, akuntansi dan persyaratan kontrak
lainnya dapat mengurangi biaya keagenan ketika insentif bagi oportunisme kuat.

Other studies
Untuk menanggapi Watts dan Zimmerman terkait penelitian tambahan untuk
menyelidiki motivasi pada pilihan akuntansi, Skinner menyelidiki apakah penjelasan
tradisional dari pilihan akuntansi (berdasarkan kontrak yang ada dan pengambilan
keputusan oportunistik) telah mengabaikan penjelasan lain yang mungkin, yakni:
bahwa akuntansi mencerminkan investasi, produksi dan peluang pembiayaan
perusahaan. Dengan menggunakan data dari US, Skinner menguji apakah keputusan
akuntansi berkorelasi dengan variabel kontrak atau dengan variabel yang mewakili

83
atribut ekonomi yang mendasari perusahaan (misalnya kesempatan untuk
pertumbuhan). Ia menemukan bukti bahwa atribut ekonomi perusahaan
mempengaruhi sifat utang dan kontrak kompensasi manajemen, serta bahwa variabel
kontrak tradisional oportunistik berkaitan dengan pilihan kebijakan akuntansi. Dia
hanya menemukan bukti yang terbatas pada hubungan langsung antara atribut
ekonomi yang mendasari dan keputusan akuntansi.

K. EVALUATING THE THEORY


Dengan berkonsentrasi pada pertanyaan positif daripada pertanyaan normatif,
Howieson berpendapat bahwa akademisi saat ini mengabaikan risiko yang berperan
sangat penting dalam masyarakat. Sebaliknya, Schipper berpendapat bahwa
akademisi memberikan masukan yang sangat berharga untuk proses pengawasan
dengan memastikan bahwa regulator (1) dapat memahami dan memprediksi dampak
ekonomi dan sosial dari standar akuntansi alternatif, dan (2) menginformasikan
mengapa manajer membuat pilihan akuntansi tertentu dan apakah itu benar-benar
berdasarkan adanya oportunisme yang mendorong pilihan-pilihan atau sebelum
adanya kontrak efisien. Schipper menunjukkan bahwa akademisi harus fokus pada
penelitian akuntansi positif sebagai masukan untuk proses penetapan standar. Kritik
utama lainnya dari teori akuntansi positif terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu:
kritik metodologis dan statistik, dan kritik filosofis.

1. Methodological and statistical criticisms


Sebuah kritik utama dari teori akuntansi positif adalah bahwa bukti empiris
yang berkaitan dengan penjelasan pilihan kebijakan akuntansi dan efek pada harga
saham serta kontrak perusahaan masih lemah dan tidak meyakinkan. Secara khusus,
kritik metodologis dan statistik menjelaskan bahwa:
– the explanatory variables in some studies are insignificant and not of the
predicted sign
– the predictive power (R2) of the hypothesised models is low
– there is collinearity among the contracting (explanatory) variables
– the cross-sectional models are poorly specified
– crude measures, such as firm size, to operationalise political costs are not well
defined in a theoretical sense, nor in a measurement sense (errors in
variables).
Christie menguji hipotesis secara statistik bahwa teori akuntansi positif dapat
menjelaskan pilihan prosedur akuntansi dengan menggabungkan hasil tes oleh studi
yang sudah diterbitkan. Dia menyimpulkan bahwa ada enam variabel umum untuk

84
satu atau lebih studi penelitian awal akuntansi positif yang konsisten dan signifikan
secara statistik, yakni:
– managerial compensation
– interest coverage
– leverage
– size
– dividend constraints
– risk

2. Philosophical criticisms
Tinker, Merino dan Neimark menyarankan bahwa teori akuntansi positif
bertentangan dengan klaim value-laden, karena peneliti memilih topik yang akan
diselidiki dan metode serta asumsi yang akan diterapkan.
Christenson mencirikan teori akuntansi positif bukan sebagai teori akuntansi,
tetapi sebagai sosiologi akuntansi karena berkonsentrasi pada perilaku manusia
bukan pada perilaku entitas akuntansi.
Sejumlah makalah telah memberi pandangan bahwa metodologi teori
akuntansi positif tidak dengan tujuannya yang dimaksudkan untuk melayani. Dalam
berkonsentrasi untuk mengkritisi paper asli Watts dan Zimmerman, kritikus telah
mengabaikan peningkatan bukti yang mendukung hipotesis dasar dari teori akuntansi
positif.

L. ISSUES FOR AUDITOR


Watts dan Zimmerman memeriksa sejarah audit di Inggris dan Amerika Serikat
untuk menguji apakah audit dituntut untuk mengurangi biaya keagenan dan
meningkatkan nilai perusahaan, atau hanya untuk memenuhi persyaratan hukum.
Watts dan Zimmerman menemukan bukti bahwa audit yang ada dalam sejarah awal
korporasi (sejak 1200). Audit ini berkembang secara bertahap ke dalam jenis audit
yang dibutuhkan oleh the first English companies act pada tahun 1844. Mereka juga
menemukan bahwa perbedaan dalam pengembangan audit profesional antara kedua
negara itu mencerminkan perbedaan pada waktu perkembangan pasar modal di
kedua negara tersebut. Bukti mereka mendukung kesimpulan bahwa legislasi
memerlukan audit untuk mengkodifikasi best practice, daripada mendorong
permintaan untuk audit.
Sulit untuk menguji teori tentang permintaan audit menggunakan data
kontemporer karena negara-negara dengan pasar modal yang maju mensyaratkan

85
perusahaan agar terdaftar di public exchanges untuk mengungkapkan data keuangan
yang sudah diaudit setidaknya setiap tahun.
DeAngelo berpendapat bahwa auditor yang memiliki reputasi besar seperti 'Big
4', memiliki kualitas yang lebih tinggi dari auditor lain karena memiliki 'lebih banyak
kehilangan' dengan kegagalan dalam melaporkan pelanggaran yang ditemukan dalam
catatan klien. Jika perusahaan audit besar mengkompromikan independensinya pada
satu pemeriksaan untuk menyenangkan klien, reputasinya akan turun dan perusahaan
bisa kehilangan semua klien lainnya. Insentif bagi auditor untuk mengkompromikan
independensinya bagi satu klien tergantung pada seberapa pentingnya klien.
Pentingnya klien ini diukur sebagai proporsi dari total nilai perusahaan audit yang
tergantung pada klien.
Datar, Feltham dan Hughes berpendapat bahwa pengguna laporan keuangan
percaya bahwa auditor besar memiliki kualitas yang lebih tinggi karena mereka
memahami argumen 'lebih kehilangan'. Mereka berpendapat bahwa perusahaan
menerbitkan saham pada initial public offering (IPO) dengan menggunakan kualitas
audit untuk menginformasikan kualitas perusahaan dan sahamnya. Salah satu metode
signaling kualitas perusahaan baru adalah untuk promotor dalam rangka
mempertahankan sebagian besar saham. Ini merupakan sinyal yang berharga karena
biayanya mahal. Sinyal alternatif untuk saham berkualitas adalah dengan
mempekerjakan auditor yang mahal dan berkualitas tinggi. kualitas untuk promotor
untuk mempertahankan sebagian besar saham.
Akhirnya, para peneliti telah menyempurnakan konsep auditor berkualitas
tinggi untuk memasukkan auditor yang mengkhususkan diri dalam industri atau
kontrak tertentu. Craswell, Francis dan Taylor menemukan bahwa bahkan setelah
mengendalikan efek dari Big 4 auditor, auditor spesialis industri memberi beban biaya
audit yang lebih tinggi. Godfrey dan Hamilton menunjukkan bahwa perusahaan
dengan beban research and development (R & D) diskresioner yang tinggi memilih
auditor yang khusus di bidang audit R&D, terutama untuk klien kecil yang tidak harus
menggunakan auditor besar. Auditor memberikan jaminan bahwa expenditure untuk
pertumbuhan R&D telah dilaporkan dengan benar, dan karena itu risiko
underinvestment dapat diturunkan.

86
PERTEMUAN 13
POSITIVE THEORY & CAPITAL MARKET RESEARCH

A. Filosofi Teori Positif Akuntansi


Teori positif mencoba memahami fenomena akuntansi dari kacamata bukti empiris dan
membuat prediksi dari hasil pengamatan tersebut untuk peristiwa-peristiwa yang akan datang
atau peristiwa lainnya yang serupa. Berbeda dengan teori deskriptif, yang berfokus hanya
pada mendeskripsikan peristiwa, dan teori normatif, yang mempreskripsikan apa yang
seharusnya terjadi.
Teori positif menjelaskan atau memprediksi fenomena di dunia nyata dan teruji secara
empiris melalui serangkaian observasi dari dunia nyata (positivisme).
Teori akuntansi positif berupaya memahami fenomena akuntansi dengan melakukan
observasi kejadian (events) dan menggunakan hasil pengujian untuk membuat prediksi untuk
observasi lebih luas (generalisasi) atau future events.
Rerangka teori positif dalam mengobservasi fenomena di dunia nyata:
1. Identifikasi masalah;
2. Hipotesis;
3. Pengujian; dan
4. Hasil.
Contoh pertanyaan dalam teori positif:
1. Apa saja biaya yang dikorbankan dan manfaat yang diperoleh dari penggunaan metode
akuntansi alternatif?
2. Apa dampak pelaporan keuangan terhadap harga saham?
3. Model penilaian mana yang lebih superior memprediksi harga, arus kas, atau
pendapatan di masa mendatang?
4. Apa manfaat dan kendala dalam pengaturan dan proses penetapan standar akuntansi?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, teori akuntansi positif mengasumsikan perilaku-
perilaku berikut:
1. Manajer, investor, pemberi pinjaman (lenders) serta individu lainnya dalah rasional dan
evaluative financial utility maximizers.
2. Manajer memiliki diskresi (keleluasaan) dalam memilih metode akuntansi yang
memaksimalkan kepentingan mereka.
3. Manajer akan mengambil tindakan untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
Model akuntansi normatif harus diuji dan diverifikasi terlebih dahulu sebelum ditetapkan
menjadi standar akuntansi.

B. KeunggulanTeori Positif
Dalam mempreskripsikan kebijakan akuntansi yang tepat, kita harus memahami
bagaimana dunia nyata bekerja. Teori positif mengatasi kelemahan teori normatif yang
menghasilkan preskriptif dimana validitasnya membutuhkan spesifikasi baik objektivitas
maupun fungsi objektifnya.
1. To know how the world actually operates.
2. Theory should be refutable or capable of falsification.
3. There is at least some attemp to model connection between account numbers, firms, and
markets.

87
Teori harus mampu menghasilkan hipotesis yang mampu diuji dengan uji empiris. Teori
harus bisa digunakan untuk memaham sejarah penerapan praktik akuntansi dari pasar nyata
daripada hanya perubahan yang bersifat normatif. Kemudian, perlu diuji kembali prinsip-
prinsip akuntansi yang mendasari aturan dalam model historical cost. Terakhir, perlunya
permodelan hubungan antara angka-angka akuntansi, perusahaan dan pasar dan untuk
menganalisis permasalahan dalam kerangka eknoomik.

C. Lingkup Teori Positif


Perkembangan teori akuntansi positif dibagi menjadi dua tahap:
1. Mengikuti kronologi riset akuntansi (bukti empiris) dan perilaku pasar modal.
2. Mencari literatur yang menerangkan dan memprediksi praktik kebijakan akuntansi
semua perusahaan.
Tahap pertama hanya sebatas mengivestigasi hubungan antara pengumuman informasi
akuntansi dengan reaksi pada harga saham. Penelitian menunjukkan bahwa laporan
akuntansi berfungsi sebagai stewardship saja karena laporan memang memberikan informasi
kinerja historis perusahaan dan informasi ini digunakan oleh pasar modal untuk menilai
perusahaan. Akan tetapi, informasi akuntansi bukan sebagai faktor utama penggerak harga
saham.
Tahap kedua memiliki dua fokus, ex post yang menjelaskan perilaku perusahaan lebih ke
oportunis dimana manajer memilih kebijakan akuntansi setelah diketahui bahwa dia ingin
memaksimalkan kepentingan pribadinya, dan ex ante, yang menjelaskan bahwa pemilihan
kebijakan akuntansi untuk alasan efisiensi, yaitu kebijakan akuntansi diterapkan untuk
mengurangi biaya kontrak antara perusahaan dengan pemilik klaim.

D. Riset Pasar Modal dan Hipotesis Pasar Efisien


Terdapat dua jenis riset dalam pasar modal, yaitu:
1. Dampak pengumuman informasi akuntansi terhadap imbal hasil saham; dan
2. Dampak perubahan kebijakan akuntansi terhadap harga saham.
Fama mengasumsikan pasar efisien, dimana setiap muncul informasi baru, pasar segera
menyesuaikan dengan informasi baru tersebut.
Fama mendefinisikan ulang bahwa pasar disebut efisien jika harga-harga (saham)
mencerminkan secara transparan semua informasi yang tersedia, dengan asumsi:
1. Tidak ada biaya dalam perdagangan saham;
2. Informasi tersedia bebas dan merata untuk setiap pelaku pasar;
3. Terapat kesepakatan terhadap implikasi informasi kini ke harga kini dan distribusi ke
harga mendatang.
Namun, penerapan asumsi di atas sangat tidak mungkin di dunia nyata, sehingga Fama
mengklasifikasikan pasar menjadi tiga, yaitu:
1. Pasar bentuk lemah, harga sekuritas merefleksikan seluruh informasi yang terdapat
pada trend historis harga sekuritas.
2. Pasar bentuk semi-kuat, harga sekuritas merefleksikan seluruh informasi publik dan
trend historis harga sekuritas
3. Pasar bentuk kuat, seluruh informasi direfleksikan pada harga sekuritas, termasuk
informasi terbatas yang hanya tersedia untuk internal perusahaan.

88
Efisien dalam EMH bukan berarti semua investor memilik informasi. Efisiensi pasar di sini
lebih mendekati ke harga saham merefleksikan dampak agregat dari informasi yang relevan.
Efficient Market Hypothesis (EMH) adalah teori tentang mekanisme harga pada pasar
sekuritas/saham. Capital Market Research (CMR) adalah riset empiris yang menggunakan
metode statistik untuk menguji hipotesis tentang perilaku pasar modal.

1. Market Model

𝛼𝑖 dan 𝛽𝑖 ditentukan dengan regresi berganda yang menghubungkan dengan tingkat imbal
hasil historis perusahaan dengan tingkat imbal hasil (return) historis pasar. Regresi biasanya
menggunakan return 60-bulanan selama lima tahun.
Asumsi dalam model pasar:
a. Investornya tipe risk-averse;
b. Return didistribusikan secara normal (mean dan standard deviation deskriptif dari return
sekuritas) dan investor memilih portofolio dengan basis ini;
c. Investor memiliki ekspektasi yang homogen; dan
d. Pasar diasumsikan lengkap (semua pelaku pasar adalah tipe pengambil risiko, tidak ada
biaya transaksi, tidak ada pajak, dan investor berekspektasi secara rasional).

FIGURE 1 CONTOH MODEL PASAR

89
Jika informasi akuntansi yang dirilis memiliki informasi yang inkremental (sebelumnya
tidak diketahui dan mendapat repons dari pasar) maka akan muncul residual ke atas atau ke
bawah. Jika nilainya 0 (nol) maka angka-angka akuntansi tidak memiliki informasi inkremental
atau pasar menggunakan informasi lain tanpa menggunakan informasi yang dirilis tadi.

E. Pengaruh Informasi Akuntansi terhadap Perilaku Investor dan Harga Saham


1. Direction
Ball & Brown meletakan pondasi riset teori akuntansi positif dimana mereka menguji
kebermanfaatan informasi akuntansi dengan informasi biaya historis dalam pengambilan
keputusan. Mereka berargumentasi bahwa jika informasi berisi angka laba bermanfaat dan
informatif dalam keputusan investasi, maka harga saham akan menyesuaikan dengan
informasi tersebut.

Dampak penelitian Ball & Brown:


a. Terdapat informasi yang signifikan dalam angka laba historis;
b. Terdapat publikasi informasi terus-menerus sebelum tanggal penerbitan LK, sehingga
informasi akuntansi bukanlah sumber utama informasi mengenai perusahaan;
c. Pasar merespons relatif konsisten dalam mengantisipasi informasi akuntansi, setelah
dipublikasikan, tentunya dengan pertimbangan biaya yang ada.

2. Magnitude
Riset untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari laba kejutan (unexpected profit)
dengan besaran imbal hasil abnormal (abnormal return).
Teori yang mendasari dilakukannya pengujian tersebut adalah jika akuntansi laba
mengandung konten informasi, besaran abnormal return terkait dengan laba kejutan.

90
Riset ini dipelopori oleh Beaver, Clarkie, dan Wright, dengan menggunakan data
perusahaan yang terdaftar di NYSC dan terbagi menjadi 25 portofolio didasarkan pada
magnitude laba kejutan (% dari laba yang diharapkan).
Dalam penelitian selanjutnya, Beaver, Lambert, dan Morse menemukan bahwa rata-rata
0.1-0.15% abnormal return terkait dengan 1% laba kejutan. Kecilnya respon tersebut
dimungkinkan tiap perusahaan memiliki proporsi hubungan yang berbeda-beda.

3. Information Asymmetry and Firm Size


Informasi laba kejutan berbanding terbalik dengan ukuran perusahaan. Semakin kecil
perusahaan semakin banyak konten informasi yang terkandung di dalamnya. Perusahaan
besar (ukurannya) menyediakan banyak variasi informasi, banyak sumber informasi lainnya
(misal, analis keuangan) membuat press release terkait dengan analisis keuangan
perusahaan besar. Grant (1980) meneliti perbedaan ukuran perusahaan dan dampaknya
terhadap pengumuman informasi laba. Hasil penelitian Grant menunjukkan bahwa
pengumuman laba memiliki dampak lebih besar terhadap perusahaan yang lebih kecil.
Freeman menguji perbedaan waktu proses penyesuaian dari perusahaan besar dan
perusahaan kecil, dimana harga saham perusahaan besar lebih dahulu mencerminkan
informasi laba, namun CAR dari perusahaan kecil lebih besar pada tanggal pengumuman
laba.

4. Magnitude of Profit Releases from Other Firms


Responsivitas return saham terhadap pengumuman laba perusahaan lain. Riset transfer
informasi tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa laba kejutan dari satu perusahaan (dari
industri yang berbeda), akan ditransfer ke seluruh industri. Sehingga pihak yang
mengumumkan laba terlebih dahulu memuat informasi paling banyak.
Foster diikuti oleh Clinch dan Sinclair mengamati pengumuman laba dari masing-masing
industri, dan mereka menemukan bawha perusahaan yang paling awal mengumumkan laba
mendapatkan reaksi lebih besar dibanding dengan perusahaan yang paling belakangan
mengumumkan laba.
Freeman dan Tse meneruskan riset Clinch dan Sinclair dimana investor potensial merevisi
prediksi laba akibat dari pengumuman laba perusahaan lain.

5. Volatility
Beaver meneliti varian abnormal return seputar waktu pengumuman laba. Ketika
pengumuman laba mengandung konten informasi, investor menduga akan terjadi perubahan
harga pada tanggal pengumuman. Sebaliknya, setelah tanggal pengumuman, abnormal
return semakin melemah (turun).

91
6. Earnings Response Coefficient
Earnings Response Coefficient (ERC) adalah respon investor (yang dicerminkan dari
perubahan harga saham) atas pengumuman laba. ERC mengukur dampak ukuran akuntansi
terhadap harga saham selama jendela pengamatan (event window), baik dalam jangka
pendek maupun jangka yang lebih panjang. Pengujian ERC ini dengan menjalankan regresi
berganda dengan abnormal return (AR) sebagai variabel dependen dan laba kejutan
(abnormal profit) sebagai variabel independen. ERC ditunjukkan dengan koefisien 𝛽2 pada
model penelitian di bawah.

a. Faktor ERC
Berikut adalah faktor -faktor yang dapat mempengaruhi ERC:

1) Risk and Uncertainty


Peneliti menemukan bahwa risiko berbanding negatif dengan ERC yang disebabkan
semakin besar risiko akan mempengaruhi secara langsung ke discount rate yang lebih besar,
hal ini akan mengurangi discounted present value dari revisi ekspektasi laba masa depan,
dan ERC.
Uncertainty (ketidakpastian) memiliki korelasi tidak langsung dengan ERC. Ketidakpastian
operasi di masa depan akan mempengaruhi ekspektasi manfaat ekonomik masa depan atau
discount rate. Jeter dan Chaney menemukan bahwa hubungan kontrak antara profitabilitas
dan ERC yang rendah cukup signifikan, senada dengan persepsi pasar bahwa laporan laba
yang kinerjanya rendah mengandung lebih banyak noise.

2) Audit Quality
ERC adalah fungsi dari kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran firma
audit dan kualitas audit berbanding positif. Choi dan Jeter meneliti kualitas audit dalam
konteks ketiddakpastian terhadap arus laba masa depan, dan hasilnya menunjukkan bahwa
laporan audit yang berkualitas (qualified audit report) antara sebelum dan sesudah kualifikasi
ERC memberi sinyal ke pasar bahwa angka laba yang dihasilkan lebih banyak ‘gangguan’,
kurang andal, dan ERC yang rendah. Studi lebih lanjut menunjukkan bahwa terjadi penurunan
ERC terhadap perusahaan yang auditornya (Big 6) terkena sanksi dari SEC (otoritas bursa).

3) Industry
Industri memiliki karakteristik yang berbeda tiap industrinya, hal ini akan mempengaruhi
risiko-risiko yang berhubungan dengan ERC.

4) Interest Rate
Suku bunga mempengaruhi ERC melalui hubungannya secara positif dengan risk
premium. Dampaknya bervariasi terhadap waktu kepada ERC.

5) Financial Leverage
Leverage memiliki korelasi negatif dengan ERC menurut Jeter dan Chaney. Selain itu,
DER lebih merepresentasikan perbedaan risiko daripada beta. Stevenson-Clarke
menemukan bahwa jika perusahaan berada di posisi di atas tingkat ideal leverage/debt, ERC
akan menjadi lebih rendah, begitu juga sebaliknya.

92
6) Firm Growth
Peluang growth akan terefleksikan dengan ERC yang bagus. Pada awal berdirinya
perusahaan, informasi laporan keuangan akan memiliki informasi ERC yang berbeda dengan
daur hidup lainnya

7) Permanent and Temporary Profit


Terdapat hubungan antara ERC dan discounted cash flows dan pengukuran akuntansi
dalam hal:
a) Pengumuman laba akan dianalisis oleh investor yang ingin mengestimasi seberapa
banyak unexpected profit yang akan permanen (profit persistence).
b) Dengan meyakini bahwa peningkatan permanen laba nantinya akan berdampak pada
peningkatan dividen yang juga permanen, investor menilai saham pada ekspektasi
revisian atas discoounted cash flows yang diatributkan ke saham.
Hal di atas akan berbeda tergantung ukuran risiko yang digunakan dalam menghitung
revisi ekspektasian arus kas yang teratribusikan ke saham.

8) Disagregating Profit
Agregasi (penggabungan) arus kas dan komponen akrual menghasilkan hilangnya konten
informasi.

9) Cash Flows
Ali, Pope, Hodgson, dan Stevenson-Clarke menemukan bahwa arus kas akan menambah
informasi tapi tidak sebanyak yang disajikan dalam profit. Profit akan menjadi kurang informatif
sejalan dengan meningkatnya elemen transitory profit.
Dechow menunjukkan bahwa arus kas memiliki peran lebih penting di pasar, yaitu (a)
semakin kecil besaran absolut (absolute magnitude) akrual, (b) semakin lama interval
pengukuran, dan (c) semakin pendek siklus operasi perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa
faktor khusus perusahaan mempengaruhi besaran profit dan koefisien respons arus kas.

10) Balance Sheet & Balance Sheet Components


Untuk semakin memahami variabel akuntansi atas harga maka investor perlu membedah
komponen neraca dan laba dan menyesuaikan dengan kondisi makroekonomik karena akan
didapat determinan harga saham dan nilai intrinsik (fundamental).

F. Strategi Trading dan Efek Perilaku Mekanis


1. Post-Annoncement Drift
Fenomena post-earning announcement drift (PAD) pertama kali dikenali keberadaannya
di NYSE dan AMEX pada tahun 1968 oleh Ball dan Brown. Penelitian yang dilakukan oleh
Ball dan Brown tersebut merupakan penelitian terhadap pergerakan return saham disekitar
pengumuman laba (laporan keuangan).
Ball and Brown menemukan bahwa return saham-saham perusahaan yang telah
mengumumkan earning yang lebih besar dari perkiraan, return-nya cenderung untuk
meningkat terus menerus selama beberapa waktu setelah pengumuman tersebut. Dan hal
sebaliknya juga terjadi, yaitu return saharn akan turun terus menerus selama beberapa waktu
setelah pengumuman laporan keuangan yang mengumumkan laba lebih rendah dari
perkiraan.

93
Post-earning announcement drift ini dapat dilihat dengan cara menghitung EAAR (earning
announcement abnormal return) kemudian mengelompokkan saham ke dalam dua kelompok
EAAR, yaitu (+) dan (-).
Tidak hanya itu, setelah selesai mengelompokkan saham ke dalam dua kelompok
tersebut, dilakukan perhitungan drift yang bertujuan untuk mengetahui tingkat post-earning
announcement drift pada masing-masing kelompok saham.
Kelompok saham yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelompok saham value stock
dan glamour stock dimana keduanya merupakan dua kelompok saham yang menarik untuk
diteliti.

2. Winner-Loser and Overconfidence


Studi tentang anomali abnormal return dengan mengobservasi saham-saham yang
memiliki positive return ekstrim (winner position) atau negative return ekstrim (losers). Past
winners akan beralih menjadi future losers dan juga sebaliknya.
DeBontt dan Thaler mengatribusikan pembalikan return jangka panjang ini ke
kepercayaan diri investor dan atribusi diri yang bias. Investor terlalu percaya diri dengan
kepemilikan informasi privat yang mengecilkan pentingnya penyebaran informasi secara
meluas. Investor terlalu percaya pada kinerja laba masa lalu dan kecil fakta bahwa kinerja
tersebut cenderung berbalik arah.
Riset lain membuktikan bahwa apakah ada indikator lain selain laba yang membangkitkan
kinerja abnormal return dalam horizon waktu jangka panjang. Pengujian mencakup yield cash
flows dan pertumbuhan penjualan.

3. Mechanistic or Behavioural Effect


Hipotesis pertama, pasar bereaksi secara mekanistik terhadap angka akuntansi, tidak
tergantung apakah angka tersebut merupakan kosmetik atau yang memiliki dampak terhadap
arus kas, karena pasar secara sistematis ditipu dengan perubahan akuntansi yang menaikkan
dan menurunkan laba.
Hipotesis kedua, pasar mengabaikan perubahan akuntansi yang tidak memiliki implikasi
atau konsekuensi terhadap arus kas.
Pengujian terhadap kedua hipotesis dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku
tingkat abnormal return pada tanggal pengumuman bersamaan dengan perubahan kebijakan
akuntansi. Terkait dengan hipotesis tidak ada dampak, dipastikan tidak ada abnormal return
pada tanggal pengumuman, karena pelaku pasar saham tidak ada pengaruh ke arus kas.
Sebaliknya, jika terdapat abnormal return pada tanggal pengumuman, akuntansi kreatif
mampu membodohi pasar.

94
4. Manipulating Accounting Numbers

1. Standar akuntansi tidak dapat mengukur laba secara tepat (precise).


2. Pemilihan metode akuntansi dipengaruhi subjektivitas, budaya, dan opportunism.

5. Detecting the Quality and Probability of Accounting Management

Untuk pasar yang tidak sepenuhnya memahami kosmetik akuntansi akrual, pasar beraksi
terhadap positive income-increasing accruals. Selain itu, reaksi dari analis keuangan dapat
digunakan untuk mengevaluasi kualitas laba karena keahlian mereka, dengan
membandingkan karakteristik spesifik industri daripada karakteristik spesifik perusahaan.
Selain itu, kualitas tata kelola perusahaan (good corporate governance), keleluasaan akrual
(discretionary accruals) juga menjadi indikasi earnings management.

G. Isu bagi Auditor


1. Keterkaitan antara audit dengan biaya modal
Blackwell, Noland, dan Winters meneliti dampak dari biaya audit terhadap biaya
pendanaan utang (debt capital) pada perusahaan yang tidak diwajibkan untuk diaudit. Mereka
menemukan bahwa perusahaan kecil yang meminta jasa audit dikenakan biaya audit lebih
rendah.

2. Information and insurance effect


Mansi, Maxwell, dan Miller membuktikan bahwa kualitas audit yang semakin baik akan
menurunkan biaya modal, yang menyiratkan bahwa auditor memberikan nilai untuk
perusahaan melalui informasi dan peran penjamin mereka. Pemberi pinjaman (lenders)
percaya bahwa auditor yang berkualitas diasosiasikan dengan informasi keuangan yang lebih

95
berkualitas dan auditor yang lebih besar akan memberikan keyakinan/jaminan atas risiko
gagal bayar.

3. Isu pemilihan auditor (Big) dengan biaya modal


Li dan Stokes menemukan bahwa dalam pemilihan (Big) auditor diasosiasikan dengan
biaya modal yang lebih rendah ketika perusahaan berganti dari (non-Big) auditor ke (Big)
auditor.
Penjelasan mengenai pilihan menggunakan auditor yang lebih besar akan berdampak pada
biaya modal yang lebih rendah dapat disajikan dengan tiga cara, yaitu:
a. Investor menilai kualitas penugasan audit dan/atau proteksi jaminan yang diberikan
auditor besar, sehingga akan meningkatkan pembayaran saham atau menurunkan bunga.
b. Perusahaan dianggap sebagai bentuk investasi yang bagus karena suatu alasan lain, dan
manfaat ekonomik dari biaya modal yang lebih rendah membuat manajer dapat membayar
biaya besar yang dikenakan oleh auditor besar. Di sini biaya modal menyebabkan
pemilihan auditor.
c. Pemilihan auditor dan biaya modal disebabkan oleh faktor lain, seperti kualitas
manajemen perusahaan atau peluang investasi.

96
PERTEMUAN 14
CHAPTER 13 BEHAVIOURAL ACCOUNTING RESEARCH
A. BEHAVIOURAL ACCOUNTING RESEARCH : DEFINISI DAN RUANG LINGKUP

Behavioural accounting research didefinisikan sebagai :


Studi perilaku akuntan atau perilaku non akuntan dimana mereka dipengaruhi oleh fungsi
akuntansi dan laporan.
Behavioural accounting research (BAR), penelitian pasar modal dan penelitian teori agency
dapat disebut penelitian ‘positif’ dalam pengertian bahwa mereka dikaitkan dengan
menemukan ‘fakta’: penelitian pasar modal menanyakan ‘bagaimana reaksi pasar sekuritas
terhadap informasi akuntansi?’; teori agensi menanyakan ‘apakah insentif ekonomi
mempengaruhi dalam memilih metodde akun tansi?’; dan behavioural research menanyakan
‘bagaimana sebenarnya orang-orang menggunakan dan memproses informasi akuntansi?’
bagaimanapun, mereka juga sangan berbeda dalam banyak hal. Untuk instansi, penelitian
pasar modal melihat pada level makro pasar sekuritas agregat, sedangkan teori agensi dan
behavourial accounting fokus pada level mikro pribadi manager dan perusahan. Penelitian
pasar modal dan teory agensi diambil dari ilmu ekonomi dan mengesampingkan motivasi
aktual orangorang dengan asumsi bahwa setiap orang merupakan pemaksimal kekayaan.
Behavioural accounting, pada sisi lain, diambil dari ilmu yang yang lain seperti psikologi,
sosiologi, dan teori organisasi., dan umumnya tidak membuat anggapan tentang bagaimana
orang-orang berkelakuan (behave), terlebih, itu tujuan untuk mengetahui mengapa orang-
orang berkelakuan sebagaimana yang mereka lakukan. Sebagai konsekuensi, tiga kelompok
penelitian akuntansi yang lain ini dimaksudkan untuk menjawab tipe yang sangat berbeda
tentang praktek akuntansi.
Tipe utama BAR dalam area ini yang telah diketahui seperti human judgement theory (HJT)
atau human information processing (HIP) dan me liputi pertimbangan dan pembuatan
keputusan akuntan dan auditor dan mempengaruhi fungsi output pada pengguna ‘pembuatan
pertimbangan dan keputusan’.
WHY IS BAR IMPORTANT? KENAPA BAR PENTING?
Terdapat beberapa alasan yang sangat bagus bahwa BAR sangat pentig untuk praktisi
akuntasi dan yang
lain :
➢ Telah catat pada awal chapter ini bagaimana kelompok penelitian akuntansi yang lain
seperti pasar modal dan teori agensi tidak memperlengkapi dengan jawaban
pertanyaan tentang bagaimana orang-orang menggunakan dan memproses informasi
akuntansi. Untuk mengisi kekosongan membutuhkan penelitian yang secara spesifik
menguji aktivitas pengambilan keputusan yang menyiapkan (penyaji), pengguna, dan
auditor informasi akuntansi.
➢ BAR dapat memberikan arti berharga dalam jenis cara yang berbeda pada hasil,
proses, dan reaksi pengambil keputusan pada fakta-fakta (keterangan) informasi
akuntansi dan metode komunikasi. Kita dapat menggunakannya untuk memperbaiki
pengambilan keputusan dalam berbagai macam cara.
➢ BAR berpotensi menyediakan informasi yang bermanfaat untuk regulator akuntansi
seperti Australian Accounting Standart Board (AASB). Sebagai tujuan pokok akuntansi
adalah untuk menyediakan informasi ‘bermanfaat untuk keputusan’, anggota AASB

97
terus berhadapan dengan masalah dimana metode akuntansi dan apa tipe
pengungkapan yang akan terbukti ‘bermanfaat’ untuk pengguna laporan keuangan
(financial statement).
➢ BAR juga dapat mengarahkan pada efisiensi dalampraktek kerja akuntan dan profesi
yang yang lain. Seperti, keahlian senior dan pengalaman anggota sebuah perusahaan
akuntansi dapat dicatat dan dimanfaatkan oleh metode BAR untuk mengembangkan
sistem keahlian yang terkomputerisasi untuk suatu variasi dalam konteks pengambilan
keputusan (decision making).

B. Development of behavioural accounting research - Pengembangan penelitian


akuntansi perilaku (BAR)

Istilah BAR pertama kali muncu l dalam literatur pa tahun 1967, tetapi penelitian HJT menjadi
pondasinya dalam literature psikologi dengan karya seminal Ward Edward pada tahun 1954.
Aplikasi penelitian pada akuntansi dan auditing dapat terima tahun 1974 ketika Ashton
mempublikasikan sebuah studi percobaan (experimental) pertimbangan internal control oleh
auditor.
Perkembangan penelitian HJT dalam akuntansi memberikan banyak pada adaptasi metode
penelitian telah digunakan dengan baik dalam literatur psikologi, model Brunswik lens. Teknik
ini mewakili pendekatan penelitian baru yang sangat kuat yang dapat diaplikasikan pada
pertanyaan lama yang memperhatikan pengguna data.
Dasar tujuan penelitian HJT adalah untuk menjelaskan cara yang orang-orang gunakan dan
bagian proses informasi akuntansi (dan yang lain) dalam suatu fakta konteks pengambilan
keputusan. Kita gambarkan proses pengambilan keputusan seseorang adalah sebuah
‘model’. Sehingga, contohnya, kita mungkin menggunakan penelitian teknik HJT terhadap
‘model’ (atau menggambarkan) cara yang petugas pinjaman bank proses dengan berbagai
cara pokok informasi akuntansi (atau ‘isyarat’ seperti yang mereka sebutkan) seperti laba dan
angka arus kas untuk suatu keputusan tentang apakah untuk menyetujui suatu pinjaman dari
suatu perusahaan.
Walaupun model brunswik lens metode yang mendominasi untuk pongembangan model
pembuatan keputusan, juga terdapat dua pendekatan penelitian. Satu di sebut ‘process
tracing’, yang lain diketahui sebagai paradingma ‘probabilistic judgement’, dimana dalam
memprosess keputusan mewakili kemungkinan pernyataan berdasarkan pada dalil Baye. 3
Pendekatan yang lain untuk menjelaskan (modelling) pembuatan keputusan adalah:
availability, anchoring dan adjusment, dan expert judgment
C. Model Brunswik Lens

Sejak pertengahan tahun 1970, model brunswik lens telah digunakan sebagai kerangka
analitis dan dasar untuk pendapat penelitian yang paling memerlukan ramalan (seperti
kebangrutan) dan/atau evaluasi (seperti pengendalian internal). Peneliti menggunakan model
lens untuk menginvestigasi hubungan dari beberapa keping informasi dan keputusan.
Keputusan ataupun prediksi dengan melihat kesamaan dari respon terhadap informasi
tersebut. Pengambilan keputusan dipandang seperti melihat dari lensa informasi yang secara
probability terkait dengan kejadian untuk mencapai kesimpulan tentang kejadian tersebut.
Dalam membentuk model ini, subjek diminta untuk memberi keputusan untuk beberapa jenis
kasus berdasarkan informasi yang sama. Sebagai contoh, mereka dapat ditanya untuk

98
memperkirakan apakah sebuah perusahaan mungkin gagal dengan rasio- rasio keusangan
yang telah ditentukan sebelumnya. Kemudian sebuah model linier akan dibentuk untuk
mempresentasikan bagaimana informasi diproses oleh individual. Kemudian sebuah analisis
regresi digunakan dengan menetapkan dependent variable dan independent variable untuk
mendapatkan sebuah model.
Dengan Brunswik lens model peneliti dapat mendapatkan seberapa penting sebuah informasi
dalam model tersebut, apakah signifikan bagi model atau tidak. Selain itu model juga dapat
menentukan hubungan dari pengambil keputusan dengan informasi bagi mereka. Selain itu
kita juga dapat tahu pentingnya informasi dari sudut pandang yang berbeda, misalkan
seorang manajer melihat bahwa profit merupakan informasi yang sangat penting padahal
stakeholder tidak melihat profit sebagai informasi yang sangat penting. Dengan demikian kita
dapat merubah pola pandang manajamen untuk menghasilkan hasil yang lebih baik.
Penggunaan model ini telah membuka jalan bagi penemuan penting sebagai berikut :
➢ Pola dalam penggunaan informasi dalam berbagai model
➢ Pembobotan yang digunakan pengamb il keputusan atas informasi
➢ Akurasi dari pengambil keputusan dari berbagai bidang dalam memprediksi dan
mengevaluasi
➢ Konsistensi dari pengambilan keputusan
➢ Tingkat sudut pandang yang dimiliki pengambil keputusan mengenai pola data

D. Process Tracing Methods

Model pengambilan keputusan yang diturunkan dengan menggunakan model lens Brunswik
biasanya memilki kekuatan prediktif yang baik. Model lens merupakan prediktor yang lebih
baik karena model statistic lens memindahkan banyak random error yang biasanya terdapat
dalam prasangka manusia yang misalnya diakibatkan rasa lelah, sakit, ataupun kurangnya
kosentrasi, namun, model ini juga memiki keterbatasan karena bukan prediktor yang baik
mengenai bagaimana sebenarnya manusia membuat keputusan.
Pengetahuan mengenai proses dan cara pengambilan keputusan oleh manusai dapat
membantu menemukan kelemahan dari proses tersebut sehingga kelemahan tersebut dapat
dihilangkan. Hal ini dapat menghasilkan prediksi yang lebih baik dibandingkan dengan sebe
lumnya.
Dalam process tracing, pengambilan keputusan diberikan serangkaian studi kasus untuk di
analisis, tetapi kali ini mereka diminta untuk mendeskripsikan secara verbal setiap langkah
yang dilalui dalam pengambilan keputusan. Kemudian deskripsi verbal tersebut direkam dan
dianalisis untuk menghasilkan decision tree untuk menggambarkan proses pengambilan
keputusan tadi.
Decision tree yang diturunkan dari metode process tracing secara intuitif adalah deksriptor
yang baik mengenai proses pengambilan keputusan manusia . namun, relative terhadap
model lens Brunswik, metode process tracing tidak selalu merupakan prediktor yang baik. Hal
ini karena pembuat keputusan seringkali mengalami kesulitan dalam menjelaskan semua
langkah yang mereka lalui.
Peneliti mencoba mengatasi keterbatasan kedua model tersebut dengan menkombinasikan
kekuatan deskriptif dan prediktif dua p endekatan tersebut, misalnya dengan sebuah teknik s
tatistic yang dikenal sebagai classification and regression trees (CART). CART menggunakan
metode statistik untuk membagi (memisahkan) ouput prasangka pembuat keputusan ke
dalam noda-noda yang memaksimalkan kekuatan model untuk memprediksi secara tepat

99
klasifikasi kasus-kasus yang berbeda kedalam tipe keputusan yang tepat. CART
mengkombinasikan kekuatan dominan untuk secara tepat mengklafikasikan rekomendasi
analisis dengan dekskriptor intuitif tentang proses pengambilan keputusan mereka.
E. Probabilistic Judgement

Model ini berguna untuk melihat situasi akuntansi dimana kepercayaan awal mengenai
prediksi atau evaluasi harus direvisi ketika ada bukti baru. Model ini berpendapat bahwa cara
yang paling tepat secara normative untuk merevisi kepercayaan awal ini, dinyatakan sebagai
probabilitas subjektif, adalah dengan mengaplikasikan teorama Bayes (sebuah tenet dasar
mengenai teori kondisional probabilitas). Teorema Bayes menyatakan bahwa probabilitas
revisi karena adanya bukti tambahan sama dengan kepercayaan awal dikalikan dengan
seberapa banyak ekspektasi awal harus direvisi. Revisi yang melibatkan auditor dan akuntan
memberikan bukti bahwa akuntan dan auditor memilki serangkaian rules of thumb karena
kompleksitas tipe judgement yang harus mereka buat dengan keterbatasan informasi yang
mereka miliki.
F. Lens Model Studies --- The Evidence

Dengan menggunakan model lens sebagai alat riset memungkinkan adanya analisis
konsistensi judgement, apakah model perilaku manusia dapat memprediksi lebih akurat
daripada manusia itu sendiri. Model ini juga memungkinkan analisis kemampuan petunjuk
untuk memprediksi event dalam pertanyaan. Selain itu, model ini juga memberikan insight
mengenai derajat konsensus antara pembuat keputusa.
Bukti secara konsistensi menunjukkan bahwa manusia mampu untuk mengembangkan
prinsip-prinsip atau model-model untuk memecahkan kesuksesan/kegagalan tugas
menggunakan rasio keuangan, tetapi mereka tidak mampu melakukan hal tersebut ketika
model mereka sendiri digunakan secara matematis. Hal ini karena mereka menjadi tidak
memperhatikan petunjuk dan merek menjadi tidak konsistensi dalam mengaplikasikan aturan
keputusan mereka akibat faktor kelelahan dan kebosanan.
Abdel-Khalik dan El-Sheshai menyimpulkan bahwa pilihan informasi manusialah, bukan
proses pemilihan ptunjuk, yang membatasi akurasi. Simnett dan Trotman menemukan bahwa
meskipun subjek telah dapat menggunakan performa ketika diminta untuk mengaplikasikan
pembobotan petunjuk idela. Penulis-penulis ini menyimpulkan bahwa ketika manusia tidak
bisa memilih rasio mereka sendiri, kinerja pemrosesan informasi merek menurun.
Ketika jumlah informasi meningkat, awalnya penggunaan dan intgrasi informasi menigkat.
Namun, pada titik tertentu, tambahan informasi menyebabkan penurunan jumlah informasi
terintegrasi kedalam tugas pengambilan keputusan. Chewning dan Harrell menemukan bukti
teori tersebut ketika seseorang diberikan lebih dari 8 petunjuk (rasio keuangna). Libby
berpendapat bahwa tambahan petunjuk yang tidak valid ke dalam serangkaian petunjuk yang
lebih valid akan menurunkan performa, namun riset lain tidak mendeteksi adanya hubungan
tersebut.
G. Process Tracing Studies ----The Evidence

Model lens Brunswik secara implisit memperlakukan proses pengambilan keputusan sebagai
kombinasi linier dari informasi petunjuk sedangkan decision tree yang diturunkan dari process
tracing menerangkan langkah-langkah pengambilan keputusan dimana isi informasi sebuah
data berinteraksi dengan informasi lainnya dari data tersebut. Larcker dan lessig menemukan
bahwa process tracing model lebih baik daripada model statistic liner, tetapi selling and shank

100
menemukan hasil sebaliknya ketika kedua pendekatan ini dibandingkan dalam sebuah tugas
yang melibatkan prediksi kebangkrutan.
Kompleksitas pengambilan keputusan yang dilakukan manusia berarti dibutuhkan riset yang
lebih dalam untuk memahami tipe karakteristik keputusan untuk menentukan gaya
pemrosesan informasi yang paling seusai.
H. Format and Presentation Of Financial Statements
Pada tahun 1976 Libby mengobservasi bahwa ada tiga pilihan dasar yang ada untuk
meningkatkan pengambilan keputusan :
1. Mengubah presentasi dan jumlah informasi
2. Memberikan pendidikan ke pembuat keputusan
3. Mengganti pembuat keputusan dengan model of themselves atau dengan ideal or with on
ideal cueweighting model
Dengan pentingnya saran yang pertama terhadap akuntan, auditor, regulator dan pembuat
standar, terdapat penelitian kecil yang dialkukan untuk menemukan format presentasi
akuntansi yang ideal. Studi yang dialakukan cenderung untuk memeriksa perubahan yang
radikal terhadap penyajian laporan keuangan dalam bentuk grafik multidimensional. The lens
model berguna dalam memeriksa isu penyajian laporan keuangan yang sama baiknya dengan
analisa predictive judgement. The lens model mengijinkan untuk analisa kekakuratan human
judgement dalam menentukan sejauh mana dimana individu mendeteksi tugas judgement
yang penting dan secara konsistensi menggunakan kebijakan judgement. Jika perubahan
format informasi menghasilkan peningkatan kedua karakteristik tersebut maka human
judgement seharusnya meningkat.
Chernoff fces menggambarkan perubahan dalam kondisi keuangan. Mukanya dibangun
dengan mapping transformed variabel keuangan menjadi bentuk muka. Mathematical
precision diwujudkan dengan panjangnya hidung, angle alis dan bentuk mulut digunakan
untuk merepresentasikan perubahan kondisi keuangan dari suatu periode ke periode
berikutnya. Pendekatan grafik multidimensional akan menjadi berguna ketika ketersidiaan
biaya atau data membuat model statistik yang tidak mungkin dibangun, terutama jika hasilnya
menggunakan grafik multidimensional yang sama sedikit bagusnya dengan hasil dari model.
Saat ini preparers laporan keuangan tidak lagi menyiapkan grafik seperti muka chernoof tetapi
dengan penggunaan warna dan grafik yang lebih konvesioanl. Penggunaan grafik yang
bervariasi dan bentuk tabular akan mempengaruhi pengambilan keputusan. Laporan dalam
bentuk grafik berguna untuk tingkat kompleksitas yang rendah sedangkan laporan dalam
bentuk tabular untuk tingkat kompleksitas yang tinggi. Tidak ada bentuk penyajian yang
terbaik di semua situasi. Dalam konteks pengauditan, ricchiute menemukan bahwa judgement
mengenai penyesuaian terhadap akun dipengaruhi oleh cara penyajian informasi ke auditor
visual dan atau auditory.
So dan smith menginvestigasi dampak dari warna grafik, jenis kelamin, kerumitan dari tugas,
dan perbedaan format presentasi dalam preditive accuracy dengan sample undergraduate
business students. Hasilnya adalah grafik yang berwarna tidak efektif ketika tugasnya
kompleks dan wanita lebih tertarik terhadap grafik yang berwarna. Penelitian yang lain
dilakukan dengan mengajak decision makers bekerja dengan satu dari seperangkat data;
kombinasi tabel dan bar charts, atau table dengan muka chernoff atau hanya dengan table.
Ketika situasi dimana complexity dari informasi tinggi, penggunaan hanya dengan tabel
membawa kepada keakuratan yang lebih tinggi, penggunaan grafik dan pictorial

101
representatations data membawa kepada penurunan dari keefektifan pengguna dari
pembuatan keputusan. Alasannya adalah decision maker memilih pilihan yang lebih mudah
ketika situasi kompleks, tetapi graphical dan pictorical yang mewakili data terkadang lebih
abstrak dan kurang detail dibandingkan informasi yang disajikan dalam ben tuk tabel
H. Probabilistic Judgement Studies ----The Evidence

Dalam banyak konteks akuntansi dan terutama pengauditan tidak ada solusi yang benar
dengan penilaian yang dapat dibandingkan untuk menilai akurasi dari mereka. Satu cara
untuk mengatasi kurangnya benchmarks dalam penilaian kinerja adalah memeriksa
konsensus mengenai keputusan tertentu di sejumlah pembuat keputusan. Cara yang lain
adalah menggunakan model matematik atau statistika. Penelitian HJT dalam model ini telah
secara konsistensi didemonstrasikan bahwa manusia mempunyai keahlian yang bervariasi
dan tugas yang berbeda, merevisi probabilitas mereka ke tingkat yang lebih rendah daripada
teori Bayes’s. konservatisme ini telah dihubungkan ke penggunaan rules of thumb dan
bias yang diadopsikan sebagai sarana mempermudah judgements yang kompleks agar
manusia bisa mengatasi.
Three rules of thumb :
1. Representativeness
Aturan ini menyatakan bahwa ketika penilaian probabilitas berasal dari populasi. Penilaian
orang akan ditentukan dengan sejauh mana item mewakili populasi. Item atau kejadian yang
dilihat oleh pembuat keputusan more representative akan dinilai mempunyai probabilitas yang
lebih besar kejadiannya daripada yang less representative. Peneliti menunjukkan bahwa
penggunaan rule of thumb dapat membawa kepada keputusan yang miskin karena pembuat
keputusan mengabaikan data lain yang relevan yang bukan bagian dari stereotype.
2. Availability
Ketersediaan rule of thumb mengacu kepada probabilitas suatu kejadian berdasarkan
kemudahan contoh-contoh seperti yang ada di pikiran. Probabilitas yang berhubungan
dengan kejadian yang sensasional biasnya overestimated .
3. Anchoring and adjustment
Mengacu kepada proses judgement secara umum dimana proses awalnya dihasilkan atau
diberikan repons seperti jangkar dan informasi lain digunakan untuk menyesuaikan respons.
Akibat dari rule of thumb adalah kemungkinan penyesuaian yang tidak mencukupi dalam p
erubahan keadaan.
I. REPRESENTATIVENESS : THE EVIDENCE

Orang yang pertama kali melaporkan keberadaan dari representativeness dan


kencenderungan untuk mengabaikan base rates adalah Kahneman dan Tversky.
Penggunaan base-rate information telah membawa kepada hipotesis yang beralasan
probabilistik yang melibatkan contingent processing.
1. Availabilty : Evidence
Basis dari rule of thumb ini adalah kemungkinan judgment berdasarkan on retrieval dari
ingatan cotoh yang relevan atau skenario yang masuk akal. Bagaimanapun juga hal ini
membutuhkan sampel probabilitas yang besar untuk meningkatkan prediksi akurasi.
2. Anchoring dan Adjusment : Evidence
Kinney dan Uecker menemukan bukti tentang anchoring dan adjusment dalam analytical
review (analisa rasio) dan compliance test (audit test of control internal).

102
3. Expert Judgment and Rules of Thumb
Penilitian yang melibatkan expert judgment memberikan kesimpulan bahwa manusia
mempunyai ingatan jangka pendek dengan kapasitas yang sangat terbatas (4-7 chunks) dan
virtually ingatan jangka panjang yang tak terbatas.

J. ACCOUNTING AND BEHAVIOUR

Akuntansi hadir sebagai fungsi yang mengatur secara langsung untuk aktivitas- aktivitas
individu maupun kelompok. Ada beberapa cara pandang yang berbeda tentang akuntansi,
yang mengindikasikan adanya beberapa kemungkinan perspektif akuntansi. Isu utama adalah
teknik apakah yang diadopsi dan interprestasi dari sebuah informasi yang dilaporkan. Selain
itu, adanya persaingan kepentingan diantara orang-orang yang bervariasi yang memberikan
interprestasi terhadap laporan keuangan yang dilaporkan oleh perusahaan.
Informasi akuntansi akan memberikan pengaruh terhadap perilaku baik metode yang diadopsi
untuk mengukur dan melaporkan informasi serta merespon informasi yang diberitahukan.
Menurut Zimmerman, sistem akuntansi adalah komponen fundamental dari sebuah arsitektur
organisasi dengan manajer yang secara konstan beradaptasi untuk memastikan struktur
terbaik bagi perusahaan. Zimmerman menawarkan 2 pengamatan penting tentang factor yang
memengaruhi sistem akuntansi, yaitu:
1. Sistem akuntansi berubah ketika ada perubahan strategi bisnis perusahaan dan
perubahan organisasi lainnya dalam waktu yang bersamaan, khususnya terkait
dengan posisi keputusan yang benar dan sistem evaluasi kinerja d an juga reward.
2. Perubahan dalam arsitektur organisasi, termasuk perubahan di dalam sistem
akuntansi disebabkan oleh adanya external shocks dari tekno logi dan pergeseran
kondisi pasar.

Informasi akuntansi secara signifikan mempengaruhi perilaku individu, baik di dalam entitas
maupun eksternal. Bagaimanapun adanya pengaruh dua arah, untuk individu secara
langsung dan tidak langsung mempengaruhi struktur sistem akuntansi dan pengungkapan
informasi.
K. LIMITATION OF BAR

Peninjauan terhadap BAR telah menunjukkan bahwa ada peranan yang besar dari informasi
akuntansai daslasm pengambilasn keputusan. Proses informasi yang kompleks menyadarkan
kita bahwa perkembangan penelitian teori-teori dan metode akuntansi saat ini masih belum
cukup. BAR memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:
1. Penelitian pada topik yang sama memberikan hasil yang kontradikitif, sehingga
membingungkan saat pengambilan keputusan.
2. Subjek percobaan yang digunakan dalam penelitian tersebut seringkali berbeda
dengan real judgement.
3. Peneliti akuntansi mempertanyakan apakah peraturan harus dipengaruhi oleh hasil
penelitian pembuat keputusan individu atau tidak.

Secara keseluruhan, keterbatasan terbesar dalam BAR adalah tidak adanya satu landasan
teori yang dapat membantu menggabungkan beragamnya pertanyaan pertanyaan dalam
penelitian dan penemuan BAR. Peneliti BAR banyak meminjam pemikiran dari berbagai
disiplin ilmu dan tidak memiliki persamaan framework satu sama lain. Hal ini menyebabkan
sulitnya mengeneralisasi bagi policy makers. Walalupun begitu tidak dipungkiri bahwa metode

103
BAR merupakan alat penelitian yang berharga. Metode Bar telah banyak digunakan untuk
mengembangkan information processing dan training di dunia pekerjaan. Selain itu BAR juga
dapat menunjukkan systematic error.

CHAPTER 14 EMERGING ISSUES IN ACCOUNTING AND AUDITING


A. Current Factors Influencing Accounting and Auditing Research, Regulation and
Practice

Salah satu pengaruh utama pada penelitian dan praktik akuntansi dan audit yang diteliti
adalah pertumbuhan standar akuntansi dan audit yang berlaku secara internasional. Maka,
sejumlah sejumlah faktor penting yang secara potensial terkait diuji.
1. XBRL

Adanya perkembangan pada revolusi teknologi yang mempengaruhi penyiapan laporan


keuangan. Pada akhir 2008, the US Securities and Exchange Commission (SEX)
memerintahkan 500 perusahaan besar di Amerika Serikat untuk mengarsipkan laporan
keuangan tahun 2009 dengan menggunakan Extensible Business Reporting Language
(XBRL). XBRL memungkinkan informasi keuangan untuk disajikan secara lebih interaktif dan
mudah digunakan (user friendly) dengan cara melakukan “tagging” data individual sehingga
data tersebut dapat diolah menggunakan software untuk menghasilkan laporan yang dapat
dimodifikasi (custom-designed) oleh pengguna. Harapan SEC terhadap XBRL adalah
mempercepat analisis data keuangan perusahaan dengan memperluas kelompok pengguna
dengan mengurangi tingkat kesalahan. Teknik sekarang yang digunakan untuk mengolah
laporan keuangan seringkali berisi kesalahan karena dilakukan secara manual atau
menggunakn software yang menghasilkan perkiraan data saja.
Laporan keuangan disimpan dalam database SEC (yang dikenal dengan EDGAR) yang bisa
diakses via web sehingga lebih menarik para pengguna. Haka menunjukkan bahwa
perkembangan ini berarti ketersediaan akses data yang lebih besar dan memungkinkan
menempatkan manajer perusahaan dalam kehati-kehatian yang lebih besar untuk
menjelaskan laporan keuangannya. Selanjutnya, Haka juga menunjukkan bahwa XBRL dapat
mengubah analisis sudut pandang terhadap perusahaan kecil. Saat ini, analis keuangan
cenderung fokus pada perusahaan besar karena ketersediaan data yang lebih besar dan
kepentingan investor yang lebih terhadap perusahaan besar. Para analis keuangan ini
menghasilkan laporan dan informasi yang tersedia bagi investor. Namun, jika ketersediaan
data perusahaan kecil tersedia lebih banyak, tidak menutup kemungkinan menarik perhatian
analis. Sebagai tambahan, investor pemula percaya diri dengan menggunakan rincian dan
komparabilitas data yang lebih besar di antara beberapa perusahaan.
Meskipun demikian, Chief Financial Officer (CFO) akan kehilangan kemampuan untuk
memilih tingkat pemisahan (disaggregation) data pada laporan keuangan. Mereka akan
mengakui bagian penting dari akuntansi adalah proses pemisahan poin-poin yang serupa
dengan tujuan memberikan “arti” (meaning) terhadap informasi. Pada tingkat yang ekstrim,
jika memungkinkan untuk memberi investor akses data yang lengkap sampai tingkat data
transaksi, ini akan menjadi tidak berguna karena data tersebut menjadikan data tersebut tidak
ada artinya. “Arti” (meaning) ditambahkan oleh akuntan melalui proses klasifikasi dan
penyatuan (aggregation) yang membolehkan, sebagai contoh, perhitungan rasio beban
tertentu terhadap penjualan.

104
Satu isu terkait XBRL adalah apakah pendekatan audit sekarang atas rekonsilias versi cetak
dari dokumen terkait XBRL dengan informasi yang berada di SEC memadai. Plumlee dan
Plumlee menunjukkan bahwa provisi dari informasi XBRL adalah perpanjangan dari paradigm
pelaporan tradisional yang akan mengubah cara penggunaan data keuangan dan non
keuangan. Pergeseran paradigma ini mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan
pertanyaan yang lebih dalam daripada hanya melakukan rekonsiliasi ouput. Pertanyaannya
meliputi: mempertimbangkan kesalahan dalam XBRL dan apakah materialitas berarti ketika
potongan data keuangan akan digunakan diluar konteks laporan keuangan? Materialitas
secara tradisional dinilai sebagai dampak keputusan pengguna, dan panduan kuantitatif yang
menunjukkan hal tertentu dipertimbangkan terpisah dan dalam kesatuan dan dalam proporsi
terhadap dasar yang relatif, seperti sebagai laba (lihat AASB 1031 Materiality). Jika data dapat
diakses secara terpisah atau dalam kombinasi yang baru, panduan materialitas ini tidak dapat
diterjemahkan dengan cara yang sama. Plumlee dan Plumlee bersama Haka melakukan
penelitian untuk lebih memahami keuntungan dan kelemahan XBRL dan dampaknya
terhadap pelaporan dan audit keuangan di masa depan.
2. Efek “corporate collapse” dan The Sarbanes-Oxley Act (2002)

Pada awal tahun 2000-an, sejumlah perusahaan besar tumbang (collapse) dan aturan
berganti sebagai gambaran atas akuntansi dan audit, dan hal tersebut mempengaruhi
lingkungan. Kritik atas independensi auditor dan tata kelola perusahaan menjadi ‘front-burner’
yang menarik banyak komentar publik dan penelitian.
Sebagai contoh, di Amerika Serikat sebelum era Sarbanes-Oxley Act 2002 (SOX), firma audit
saling mereviu dengan menggunakan sistem peer review dari American Institute of Certified
Public Accountants (AICPA). Proses dalam sistem ini, mengumpulkan informasi pada
prosedur pengendalian kualitas firma audit dengan mewancarai staf dan memeriksa
dokumentasi. Fogarty mengkritik proses ini dengan alasan bahwa proses reviu tidak secara
memadai dalam kehati-hatian dan pereviu akan tidak mampu mendeteksi kesalahan penting.
Hal ini menunjukkan bahwa staf dapat dilatih menjawab pertanyaan pereviu dan dokumen
yang dihasilkan tidak sebagaimana mestinya.
Sejak tahun 2004, Public Company Accounting and Oversight Board (PCAOB), yang dibentuk
dengan aturan SOX, telah mengarahkan inspeksi independen dari firma audit. Meskipun
demikian, daripada menggunakan kritik peer review AICPA yang mana mengarah pada
perubahan aturan, Hilary dan Lennox menyediakan bukti bahwa peer review menyediakan
informasi yang dapat dipercaya tentang perbedaan kualitas firma audit. Hilary dan Lennox
mencatat bahwa perbedaan metode reviu dan secara khusus bagaimana temuannya
dipublikasikan, menyulitkan mengambil kesimpulan. Dalam sistem AICPA, terlihat bahwa
firma yang mereviu cenderung tidak melaporkan masalah audit jika mereka tidak dalam
kondisi bersaing dengan firma yang direviu. Firma yang direviu muncul dengan kualitas yang
lebih tinggi jika mereka direviu oleh auditor yang tidak bersaing mendapatkan klien yang
sama. Fakta menunjukkan sulitnya menghilangkan dorongan kepentingan pribadi di bawah
sistem pengendalian kualitas yang diatur sendiri. Mungkin sistem dengan dorongan personal
yang lebih sedikit lebih sering terkena masalah, bahkan jika itu bukanlah sistem yang lebih
baik.
Provisi kunci yang lain dalam SOX adalah batasan pada provisi pada jasa konsultansi tertentu
(non-audit) oleh firma audit kepada klien mereka. Auditor laporan keuangan dilarang
memberikan jasa konsultansi kepada klien mereka, kecuali terhadap beberapa pengecualian
dengan terlebih dahulu melakukan persetujuan dengan komite audit klien. Setelah
tumbangnya perusahaan pada awal 2000a, firma audit dikritik karena mengkompromikan
independensi mereka dengan sangat bergantung pada pendapatan dari jasa konsultansi.

105
Sedikit sekali bukti penelitian yang mendukung sudut pandang ini karena perusahaan di AS
tidak diharuskan menyajikan fee yang dibayarkan kepada auditor untuk jasa audit dan jasa
konsultansi sebelum tahun 2000. Secara umum, aturan auditor, teknik mereka, dan
independensi mereka berlanjut kepada perdebatan karena aturan mereka dalam membentuk
kepercayaan dalam perusahaan dan manajemen. Di masa depan, perdebatan ini akan secara
intensif menjadi perubahan yang besar (shake-up) dalam system keuangan global.
B. Issues Surrounding The Application of Fair Value Accounting During The Global
Financial Crisis

Penyebab dari krisis keuangan global (GFC) yang melanda seluruh dunia pada tahun 2008
dan 2009 merupakan hal kompleks untuk diperdebatkan. Beberapa menganggap praktek
menilai asset secara wajar adalah sebagai faktor yang berkontribusi terhadap melebarnya
masalah di pasar subprime mortgage AS, dan memperburuk lebarnya krisis. Hal ini karena
standar akuntansi (terutama standar akuntansi keuangan (FAS) No 157 Pengukuran Nilai
Wajar) memerlukan write-downs atas nilai investasi yang dipegang oleh bank saat kondisi
pasar bergejolak. Write-down ini membatasi kemampuan entitas untuk memberikan pinjaman.
Menandai aset keuangan ke pasar (untuk mencerminkan nilai wajar) juga mempengaruhi sisi
aktiva dari neraca pinjaman perusahaan, dan membatasi kemampuan untuk melakukan
pinjaman.
Komisi bursa efek Amerika (SEC) menginvetigasi peran nilai wajar saat terjadi krisis dan
mengeluarkan laporan pada hari-hari terakhir tahun 2008. SEC diminta untuk menyelidiki
peran standar akuntansi, seperti FAS 157 atas kegagalan bank yang terjadi pada tahun 2008.
Laporan menyimpulkan bahwa kegagalan bank di AS disebabkan oleh kemungkinan kerugian
kredit, kualitas aset, dan dalam kasus tertentu, mengikis kepercayaan investor dan pemberi
pinjaman, dan tidak hanya disebabkan ketika menandai aset keuangan ke nilai pasar.
Pandangan tentang peran akuntansi nilai wajar didukun, termasuk mantan akuntan SEC yaitu
Conrad Hewitt dan Lynn Turner, yang memuji akuntansi mark-to-market untuk meningkatkan
transparansi, memungkinkan pengguna dari laporan keuangan untuk melihat kondisi
sebenarnya atas situasi ekonomi suatu lembaga.

Reaksi dengan Standart Setter


Pada bulan Oktober 2008, IASB mengubah aturan untuk reklasifikasi aset keuangan sehingga
kerugian dari perubahan nilai pasar atas aset tersebut yang dapat diperlakukan secara
berbeda. Sebelum perubahan aturan, standart internasional diperlukan seperti kerugian yang
akan diambil melalui laporan laba rugi. Setelah perubahan peraturan, aset bisa dipindahkan
dalam kondisi tertentu untuk menghindari pengisian kerugian mark-to-market ke laporan laba
rugi. Namun, ada juga aturan perubahan yang membutuhkan pengungkapan instrumen
keuangan dan pengaruh reklasifikasi pada laporan laba rugi. Perubahan ini dibuat melalui
amandemen untuk IAS 39 dan IFRS 7.
Ketua IASB, Tuan David Tweedie, telah berbicara secara terbuka tentang tuntutan dibuat
pada IASB oleh politikus Eropa yang meminta perubahan untuk standart yang konsisten
dengan keinginan bank-bank Eropa. Setelah perubahan peraturan, yang dihitung sejak ke Juli
2008, salah satu bank Eropa, Deutsche Bank, mengurangi write-down dan menghasilkan laba
sebelum pajak. G20 mengadakan pertemuan dan menghasilkan rekomendasi untuk
perubahan regulasi pasar keuangan, termasuk standar akuntansi, isu instrumen keuangan,
penurunan asset, dan akuntansi untuk item off neraca. IASB dan FASB merespon
rekomendasi tersebut, salah satunya meminta FASB untuk memperbolehkan bank

106
menggunakan penilaiannya sendiri dalam menentukan nilai wajar asset, daripada
menggunakan pasar sebagai kriteria objektif. Blundell-Wignall, Atkinson dan Lee dalam
papernya menjelaskan hal-hal yang membuat krisis keuangan global, yaitu:
1. Kebijakan likuiditas makro global,
2. Kerangka kerja regulasi yang masih minim.

Auditor dan Krisis Keuangan Global


Berdasarkan catatan Sikka, sangat sedikit perhatian yang diberikan dalam tekanan peran
auditor pada saat krisis, meskipun beberapa komentator menanyakan nilai audit ketika auditor
tidak memprediksi efek dari resiko asset pada neraca beberapa bank. Canadian Institute of
Chartered Accounts dan The Institute of Chartered Accountants di Inggris dan Wales
mengeluarkan publikasi yang menekankan resiko yang dialami auditor ketika menilai nilai
asset dan mempertimbangkan jasa perencanaan manajemen untuk memitigasi resiko
berkesinambungan dan isu likuiditas selama resesi antisipasi. Publikasi ini juga menegaskan
pentingnya standar etis ketika menghadapi tekanan dari manajemen untuk menghindari
pengakuan yang tidak diinginkan atau write-down.
C. Possible Directions in The Future International Accounting Standard Setting
Arrangements

Proyek Konvergensi IASB dan FASB


Pada November 2008, SEC di US mengeluarkan sebuah ‘roadmap’ untuk menerapkan IFRS
oleh perusahaan AS mulai 2014. Konvergensi ini diperhatikan oleh SEC karena SEC akan
memperkirakan akan berkembang ke arah kejadian yang penting di tahun 2011 dan akan
membuat keputusan dalam tahun 2014 maka implementasi tersebut harus sudah diproses.
Kejadian penting tersebut berhubungan dengan:
1. Perbaikan dalam standar akuntansi
2. Akuntabilitas dan membiayai IASC
3. Perbaikan dalam kemampuan untuk menggunakan data pelaporan IFRS
4. Mengadakan pendidikan dan pelatihan yang berhubungan dengan IFRS
5. Dibatasi untuk segera menggunakan IFRS dimana hal ini akan mempertinggi
komparabilitas untuk investor US
6. Mengantisipasi pemilihan waktu pembuatan peraturan mendatang oleh komisi
7. Mengimplementasikan perintah menggunakan IFRS oleh issuers

Masalah Dalam Konvergensi Ifrs-Use Gaap


Meskipun adanya roadmap, belum diketahui secara pasti bahwa negara-negara bersatu akan
mengadopsi IFFS. pimpinan SEC, Mary Schapiro, baru-baru ini mengatakan bahwa dia tidak
akan merasa terikat oleh roatmap tersebut. Dia menambahkan bahwa ada beberapa
kekhawatiran tentang standar IFRS umum, dan tidak siap untuk mendelegasikan pengaturan
standar atau tanggung jawab pengawasan IASB. Seorang anggota dewan akuntansi
perusahaan pengawasan publik (PCAOB) di Amerika Serikat, Charles Niemeier, juga
mengkritik tujuan konvergensi. perhatian utama-Nya adalah bahwa beralih ke IFRS akan
membiarkan US dengan aturan yang lebih sulit untuk ditegakkan. Ia juga mengklaim bahwa
IFRS tidak lebih principel-based dari US GAPP, hanya lebih muda dan untuk itu telah ada
sedikit waktu untuk melakukan koreksi rinci dan penambahan.

107
Pihak lain juga mengungkapkan keprihatinan sehubungan dengan tekanan politik
ditempatkan pada IASB pada akhir 2008 yang memaksa perubahan aturan pada bank
menggunakan nilai wajar. Namun, beberapa komentator telah mengakui bahwa SEC dan
FASB tidak sepenuhnya kebal dari tekanan politik tersebut.
Standar Auditing Internasional
HAKA melaporkan bahwa beberapa akuntan menunjukkan beralihnya ke IFRS akan
memerlukan standar audit dan praktek di US merubah cara dari model penilaian sesuai
dengan aturan dalam standar akuntansi untuk penilaian keseluruhan yang ‘benar dan fair’.
Pendekatan audit memiliki implikasi penting bagi penerapan standar akuntansi principles-
based dalam IFRS karena pendekatan yang ada sebelumnya berfokus pada penegakan
aturan daripada prinsip. Standar Audit juga sedang internasionalisasi untuk beberapa alasan
sebagai standar akuntansi, yaitu globalisasi pasar bisnis dan berbagi permintaan menciptakan
untuk standar global.
D. Sustainability Accounting, Reporting, and Assurance

Apa akuntansi ketahanan dan pelaporan?


Akuntansi ketahan dan pelaporan merupakan bagian dari akuntansi sosial. Gray, Owen, dan
Adams menyatakan akuntansi sosial sebagai kombinasi akuntansi untuk hal yang berbeda,
pada media berbeda, untuk pengguna yang berbeda, dan untuk tujuan yang berbeda. Dengan
kata lain, melampaui pengukuran keuangan dari kejadian ekonomi dan pelaporan untuk
kelompok pengguna tertentu, biasanya sesuai dengan standar akuntansi dan regulasi.
Akuntansi sosial dan pelaporannya bertujuan untuk mengamati dan menyerap isu-isu yang
tidak dicakup oleh fungsi akuntansi tradisional menjadi bentuk yang dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan oleh individu, tidak harus secara langsung atau hanya terkait dengan
keberhasilan keuangan entitas. Akuntansi sosial dapat termasuk kategori empat dan lima dari
asumsi ontologis. Peneliti akuntansi sosial sering mengadopsi pendekatan penelitian
naturalistik, menggunakan studi kasus dan wawancara untuk memahami bagaimana
akuntansi secara sosial dibangun.
Istilah ‘ketahanan’ digunakan dan diinterpretasikan dalam berbagai bentuk. Hal ini dapat
dianggap sebagai pemenuhan kebutuhan saat ini tanpa mengkompromikan kemampuan
generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Berdasarkan definisi ini,
ketahanan berkaitan dengan perlindungan lingkungan (eco-efisiensi) sekaligus sebagai
keadilan antara masyarakat dan generasi (eco-justice). Definisi tersebut berarti bahwa
pelaporan lingkungan merupakan bagian dari informasi yang berkaitan dengan hubungan
mereka dengan karyawan, masyarakat, dan lingkungan.
Perkembangan saat ini dalam pelaporan ketahanan
Bentuk dari pelaporan ketahanan telah berubah pada masa kini terkait beberapa
perkembangan. Salah satu yang paling banyak digunakan sebagai pedoman dalam pelaporan
ketahanan adalah yang dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative (GRI) yang direvisi dan
dikeluarkan pada oktober 2006. Pedoman GRI membentuk dasar framework dari
pengungkapan ketahanan dan berisi prinsip dan petunjuk serta standar pengungkapan untuk
semua tipe organisasi. Prinsip tersebut menentukan isi dari laporan ketahanan, kualitas
informasi, dan batas laporan. Standar pengungkapan termasuk strategi dan profil ketahanan
organisasi, pendekatan manajemen, dan indikator performa. Pedoman GRI sesuai dengan
tujuan kerangka konseptual yang digunakan dalam pedoman pelaporan keuangan.

108
Perusahaan yang mengadopsi pedoman GRI dapat mendaftarkan laporannya dengan GRI,
dan pada bulan Maret 2009 hampir 1000 laporan untuk 2008 telah terdaftar. Pertumbuhan
dalam pelaporan ketahanan dikonfirmasi oleh survey terbaru oleh KPMG pada pengungkapan
kinerja perusahaan ekonomi, lingkungan, dan sosial. Survei menemukan bahwa lebih dari 90
persen dari 250 perusahaan mempublikasikan ‘ketahanan’ atau ‘tanggung jawab
perusahaan’. KPMG juga melaporkan bahwa 70 persen dari pelaporan perusahaan di seluruh
dunia menggunakan pedoman GRI, mungkin karena kredibilitas dari standar dan adanya
keuntungan yang diperoleh dari penggunaan standar operasi mereka secara konsisten,
perusahaan juga melaporkan data dampak dari ketahanan pada supply chain perusahaan.
Pertumbuhan pelaporan tentang isu-isu lingkungan juga didorong oleh kekuatan pasar terkait
izin untuk emisi gas rumah kaca atau tidak. Perusahaan yang dipengaruhi oleh pasar-pasar
ini perlu untuk memperhitungkan emisi gas rumah kaca mereka dan melaporkan berdasarkan
peraturan yang ditetapkan otoritas peraturan yang relevan. Perkembangan izin wajib terkait
emisi, khususnya saat pembentukan Uni Eropa Emisi Trading Scheme (EU ETS) pada bulan
Januari 2005, telah juga memberikan kontribusi terhadap hubungan yang dekat antara
pelaporan keuangan dan lingkungan, atau pelaporan ketahanan. Hal ini disebabkan
kebutuhan untuk mempertimbangkan hak-hak atau izin emisi, dan kewajiban yang timbul
sebagai akibat dari emisi yang dibuat.
ETS UE bukan pasar karbon pertama yang didirikan, tetapi adalah yang terbesar, dengan
perdagangan tahunan yang diizinkan sebesar US $ 50 miliar pada tahun 2007. Dalam periode
sebelum pengenalan Uni Eropa ETS International Financial Pelaporan Komite Interpretasi
(IFRIC), suatu badan pendukung IASB, merilis sebuah dokumen resep perlakuan akuntansi
yang dapat diterima untuk hak-hak emisi. IFRIC 3 Hak Emisi diperlukan perusahaan untuk
memperlakukan seluruh tunjangan sebagai aset tidak berwujud. Ini berarti bahwa mereka
harus mengakui nilai wajar semua tunjangan bebas penghasilan, sedangkan biaya emisi yang
sesuai akan diakui secara bertahap sebagai akumulasinya. Cook menjelaskan respon
terhadap dokumen sebagai ‘kemarahan publik’ dan itu ditarik pada bulan Juni 2005. Mac
Kenzie menambahi kontroversi dengan menyatakan takut bahwa rekomendasi IFRIC 3's akan
menghasilkan peningkatan volatilitas laba sebagai pendapatan dan pengeluaran yang tidak
cocok pada waktunya. Mac Kenzie berpendapat bahwa perusahaan lebih memilih untuk
memperlakukan hak emisi sebagai instrumen keuangan dan menerapkan akuntansi lindung
nilai berdasarkan IAS 39. Hal ini akan memungkinkan perusahaan untuk kemudian
menghapus tunjangan dan emisi terkait, menghapus ‘karbon’ dari neraca.
Sebuah laporan oleh PricewaterhouseCoopers (PwC) dan Asosiasi Perdagangan Emisi
Internasional (IETA) menunjukkan sedikit dukungan untuk metode akuntansi IFRIC 3, serta
variasi substansial dalam akuntansi untuk hak emisi. Survei mereka menunjukkan bahwa
enam metode utama dalam menghitung hak emisi saat ini digunakan di perusahaan-
perusahaan Eropa, dengan kewajiban diakui sebesar nilai tercatat tunjangan yang telah
diberikan/dibeli, dengan saldo pada harga pasar yang berlaku.
PwC dan IETA menyimpulkan bahwa selain kurangnya kejelasan dan komparabilitas laporan
keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan dengan hak-hak emisi, tidak adanya otoritas
tentang masalah ini telah menyebabkan baik kegagalan maupun pemborosan sumber daya
bagi perusahaan. Selain itu, karena survei mereka tidak melihat adanya kebutuhan dan
pandangan para pemangku kepentingan eksternal terkait dampak variabilitas dalam
akuntansi untuk hak emisi pada kemampuan mereka dalam pengambilan keputusan.
Menanggapi masalah dalam akuntansi untuk skema perdagangan emisi ini, IASB baru-baru
ini mengumumkan akan mengaktifkan kembali proyek pada Skema Perdagangan Emisi dan
diharapkan terbentuk standar pada tahun 2010.

109
Perubahan iklim dan keberlanjutan masalah juga mempengaruhi pelaporan keuangan
tradisional terkait keputusan tentang penurunan nilai aktiva dan pengungkapan risiko.
Perubahan iklim dapat menimbulkan ancaman fisik untuk nilai aset, misalnya, dataran rendah
pantai dapat meningkatkan risiko banjir. Selain itu, nilai aset operasional dipengaruhi oleh
penurunan permintaan untuk produk yang mereka hasilkan. Sebagai contoh, pergeseran
permintaan dari peralatan tinggi energi terhadap peralatan rendah energi karena perubahan
sikap atau meningkatnya biaya listrik akan mempengaruhi nilai aset yang digunakan untuk
membuat peralatan energi tinggi.
Selanjutnya, perusahaan asuransi di Amerika Serikat sekarang harus mengungkapkan
kepada regulator asuransi bagaimana perubahan iklim akan mempengaruhi bisnis mereka,
dan dengan implikasi, aset mereka. Peraturan tersebut mewajibkan perusahaan asuransi
untuk membuat ‘laporan risiko iklim’ yang membahas risiko klaim yang lebih tinggi dari klien
mereka karena peristiwa cuaca ekstrim. Penjamin asuransi juga harus mengungkapkan
kerentanan mereka terkait penurunan keuntungan dari investasi mereka dalam perusahaan
yang akan terpengaruh emisi karbon (misalnya perusahaan utilitas). Meskipun laporan risiko
iklim yang kini dibutuhkan perusahaan asuransi bukan merupakan bagian dari peraturan
akuntansi, mereka adalah bukti dari kecenderungan investor dan pemangku kepentingan
lainnya dalam menuntut informasi yang lebih baik tentang bagaimana perubahan iklim akan
mempengaruhi keuntungan perusahaan. Selain itu, terdapat juga kewajiban potensial untuk
pengungkapan operasional, pasar dan risiko kredit dari pasar karbon berdasarkan IFRS 7
Instrumen Keuangan: pengungkapan.
Kecenderungan dalam Keyakinan Pelaporan Keberlanjutan
Sebuah unsur penting dari kegunaan laporan keuangan perusahaan adalah keyakinan yang
independen atas laporan. Keyakinan yang independen memberikan kepercayaan kepada
pemegang kepentingan tentang kredibilitas, relevansi, dan keandalan atas laporan.
Perbedaan antara audit dengan review adalah tingkat keyakinan yang diberikan oleh auditor
terkait keandalan informasi yang diberikan perusahaan. Hal ini ditentukan oleh sifat dan
jangkauan dari prosedur yang dilakukan oleh auditor, hasil dari prosedur dan objektivitas bukti
yang diperoleh. Audit memberikan tingkat keyakinan yang memadai dan review memberikan
tingkat keyakinan yang terbatas. Beberapa perusahaan mencari keyakinan atas laporan
keberlanjutan mereka. Greenwashing adalah praktik menyebarluaskan informasi yang salah
sehingga menampilkan imej publik bertanggung jawab kepada lingkungan. Survei KPMG juga
menunjukkan jumlah dari perusahaan besar yang mencari keyakinan yang resmi berbeda
secara signifikan bergantung negaranya. Permintaan atas informasi terkait lingkungan yang
teruji untuk tujuan yang berkenaan dengan peraturan dapat mengarahkan syarat informasi
yang terjamin bagi kelompok pemegang kepentingan yang lebih luas. Nampaknya terdapat
perubahan sikap terhadap pelaporan keberlanjutan dan keyakinan di Amerika Serikat, dengan
syarat pernyataan keyakinan resmi dalam laporan pertanggung jawaban meningkat dengan
cepat dari 2% pada 2002 menjadi 14% pada 2008. Perubahan ini dapat disebabkan karena
berakhirnya era pemerintahan Bush, dan kegiatan kelompok pelobi seperti CERES yang
berbasis di Boston (salah satu pendiri Global Reporting Initiative). Salah satu pendorong untuk
menyediakan informasi lingkungan yang berkualitas tinggi juga berasal dari tumbuhnya
Carbon Disclosure Project (CDP). CDP memperoleh data dari perusahaan atas risiko
perubahan iklim mereka, strategi, dan emisi gas greenhouse dan membuatnya tersedia
secara gratis di website mereka. Tujuan utama atas pengumpulan informasi ini adalah untuk
memberitahukan keputusan pembelian dan investasi oleh investor dari lembaga, organisasi
pembelian dan badan/instansi pemerintah.

110
Mengapa mencari keyakinan atas laporan keberlanjutan?
Audit diyakini memberikan manfaat dengan meningkatkan kredibilitas pernyataan keuangan
yang disiapkan oleh manajemen dan meningkatkan kualitas dari sistem akuntansi entitas
karena berdasarkan umpan balik atas proses audit. Menerapkan teori ini ke keyakinan
keberlanjutan menimbulkan pikiran bahwa perusahaan dengan keuntungan paling banyak
atas meningkatnya kredibilitas atas laporan mereka akan lebih cenderung untuk mencari
keyakinan. Perusahaan dengan keuntungan paling banyak atas laporan yang lebih kredibel
adalah kemungkinan besar mereka yang sangat terlihat, industri yang berpotensi tinggi
menimbulkan polusi.
Standar keyakinan keberlanjutan
Terdapat pedoman yang berkuasa atas perjanjian keyakinan dalam laporan keberlanjutan dan
informasi emisi karbon. ISAE 3000, Assurance Engagements Other than Audits or Reviews
of Historical Financial Information, diterbitkan oleh IAASB, menyediakan beberapa pedoman
umum namun tidak langsung menuju pada isu yang spesifik. Sehingga dapat diterapkan
secara tidak konsisten oleh pemberi keyakinan. AA1000AS memberikan pedoman keyakinan
laporan keberlanjutan yang mengevaluasi ketaatan entitas kepada AA1000 AccountAbility
Principles dan kualitas atas informasi yang diungkap kepada publik atas kinerja berkelanjutan.
O’Dwyer dan Owen mengkritik dan menganalisis pernyataan keyakinan dari laporan
shortlisted pada tahun 2002 Association of Chartered Certified Accountants (ACCA) Inggris
dan Skema Penghargaan Pelaporan Berkelanjutan Eropa. Mereka melaporkan bahwa
mereka ragu atas independensi dari pembentukan keyakinan dan juga terdapat juga kendali
manajemen dalam tingkat yang besar atas proses terbentuknya keyakinan. Hasil mereka juga
didukung oleh kesimpulan dari Deegan, Cooper, dan Shelly yang memeriksa serangkaian
laporan Australia dan menyimpulkan bahwa “ pernyataan keyakinan tidak muncul secara rata-
rata untuk mengikuti rekomendasi dari GRI (Global Reporting Initiative) atau Federasi Akuntan
Eropa. IAASB bermaksud untuk menerbitkan pedoman, mungkin dalam bentuk ISAE baru,
untuk meningkatkan konsistensi pendekatan keyakian laporan keberlanjutan dan untuk
memberikan bantuan bagi auditor lapangan keuangan ketika mempertimbangkan carrying
value atas hak emisi perdagangan.
E. Other Non-Financial Accounting and Reporting Issues

Akuntansi Air
Akuntansi air saat ini sedang dikembangkan oleh Dewan Standar Akuntansi Air (WASB) di
Australia, dengan proyek serupa di berbagai tahap pengembangan di tempat lain. Para WASB
merilis edisi pertama kerangka konseptual akuntansi air (WACF) dan awal standar akuntansi
di Australia air (PAWAS) pada tahun 2009. Para WACF dan PAWAS mengatur penyusunan
dan penyajian laporan umum tujuan air akuntansi (GPWARs) oleh badan tertentu. Para
GPWARs dirancang untuk pengambilan keputusan oleh pengguna di mana tidak dapat
memerintah informasi air miliknya sendiri dari bebrapa entitas. Tujuan utama dari proyek
akuntansi air adalah untuk memiliki sistem akuntansi dan pelaporan yang akan
menginformasikan keputusan tentang alokasi sumber daya air dan meningkatkan
kepercayaan publik serta investor tentang pengelolaan air di Australia. National Water
Account (NWA) yang jatuh tempo pada tahun 2010, setelah diuji lebih jauh dan umpan balik,
PAWAS diharapkan dapat dikembangkan dan dirilis sebagai Standar Akuntansi Air Australia
(AWA).

111
Tujuan WASB tentang pengembangan standar akuntansi air dan prosedur untuk memfasilitasi
dalam pengambilan keputusan oleh berbagai pengguna yang peduli tentang distribusi,
sumber manajemen, dan penggunaan air adalah sama dengan tujuan penyusun standar
akuntansi keuangan. WASB telah menggunakan kerangka konseptual akuntansi keuangan
dan proses pengaturan standar untuk mendukung pengembangan akuntansi air. WACF
didasarkan pada model standar akuntansi keuangan dan berkaitan dengan tujuan dan isi
laporan akuntansi air. WACF mengatur tujuan laporan akuntansi air tujuan; entitas pelaporan,
karakteristik kualitatif dari informasi yang dilaporkan, unsur-unsur dari laporan-laporan ketika
elemennya diakui dalam tujuan umum laporan akuntansi air dan bagaimana mengukurnya,
serta pengungkapan kepatuhan dan jaminan.
Sistem akuntansi air diadopsi oleh WASB adalah sistem akrual di mana laporan entitas untuk
air akan meliputi:
(a) Pernyataan Arus Air fisik;
(b) Pernyataan Air Aktiva dan Kewajiban Air,
(c) Pernyataan Perubahan Aktiva Air dan Air Kewajiban,
(d) Pengungkapan Catatan;
(e) Pernyataan Kepatuhan, dan
(f) Pernyataan Jaminan.

Penerapan tujuan bahwa laporan untuk memberikan informasi untuk pengambilan keputusan
telah membutuhkan pengembangan laporan pada definisi elemen dari laporan-laporan,
seperti air aktiva, kewajiban dan perubahan aktiva dan kewajiban air. Sebagai contoh,
kerangka konseptual mendefinisikan aset air sebagai berikut:
'Aset Air adalah air, atau hak-hak atau klaim lain untuk air, dimana pelaporan air oleh entitas
atau ditahan, atau untuk entitas pelapor air memiliki tanggung jawab manajemen air, dan dari
mana seorang individu atau organisasi yang merupakan entitas pelaporan air, atau grup
pemangku kepentingan badan air fisik, memperoleh manfaat masa depan.'
Laporan akuntansi air akan memberikan informasi tentang saham dan arus sumber daya air,
bukan hanya data dan klaim yang dibuat oleh manajer yang bergantung pada data yang
bersumber di luar sistem formal akuntansi, seperti dalam pelaporan keberlanjutan. Dengan
cara yang sama bahwa auditor laporan keuangan menambah nilai atas laporan keuangan
dengan meningkatkan kredibilitas mereka, diharapkan bahwa laporan air akan diaudit. Auditor
bisa memberikan jaminan pada laporan air dengan menggunakan keterampilan yang sama
dan teknik yang digunakan untuk laporan audit keuangan, meskipun mereka kemungkinan
akan perlu mencari pendapat mengenai masalah teknis dari insinyur dan ahli kualitas air.
Standar akuntansi air adalah contoh dari asumsi ontologis bahwa akuntansi adalah struktur
beton dan proses. Premis yang mendasari adalah bahwa saham dan arus realitas objektif dan
air sebelum beton dan dapat dipertanggungjawabkan dengan kerangka terstruktur. Akuntansi
air juga merupakan contoh yang tidak biasa dan inovatif dari perpanjangan kerangka
akuntansi keuangan untuk konteks non-keuangan. Jika akhirnya berhasil, itu bisa mendorong
formalisasi standar dalam aplikasi lain pelaporan non-keuangan.
Akuntansi Air vs Akuntansi Emisi Gas Rumah Kaca (GGP)
Satu perbedaan kunci antara standar akuntansi air dan standar GGP adalah penekanan
sebelumnya atas akuntansi untuk saham dan arus air yang menggunakan proses akrual.
Pendekatan pengukuran akuntansi air berasal dari adopsi eksplisit atas tujuan untuk
menghasilkan informasi untuk membantu pengambilan keputusan, yang merupakan tujuan

112
yang sama dengan kerangka konseptual akuntansi keuangan. GGP menyediakan standar
untuk memandu perusahaan dalam mempersiapkan persediaan gas rumah kaca yang
menyajikan suatu akun kebenaran dan adil atas emisinya, dan menekankan karakteristik
kualitatif atas relevansi, kelengkapan, konsistensi, transparansi, dan akurasi. Namun, standar
GGP dirancang untuk membantu perusahaan dalam mengukur dan melaporkan keputusan,
bukan untuk memastikan bahwa semua informasi yang diperlukan oleh stakeholder eksternal
dalam pengambilan keputusan mereka disediakan dalam bentuk yang mereka inginkan.
Meskipun informasi disajikan di bawah standar GGP, informasi yang disajikan tidak lengkap
dan berupa perkiraan. Informasi yang dihasilkan tidak menyediakan penggunaan akuntansi
akrual atas aktivitas prusahaan terhadap persediaan gas rumah kaca di lingkungan, dengan
pelaporan terbatas atas emisi tidak langsung, dan masalah pengukuran dibuat dengan
pendekatan faktor emisi.
Beberapa isu yang timbul dari pendekatan faktor emisi dalam standar GGP berkaitan dengan
pemilihan dan penerapan faktor emisi dan kualitas data kegiatan. Penerimaan faktor emisi
sebagai alat pengukuran yang valid berarti bahwa standar GGP tidak mengijinkan pembuat
keputusan untuk memiliki tingkat kepercayaan di laporan informasi GHG bahwa standar
akuntansi air yang bertujuan untuk menyediakan. Mereka juga mengangkat isu-isu yang
berbeda untuk auditor. Gerakan menuju sistem akuntansi yang terintegrasi penuh secara
akrual untuk emisi gas rumah kaca akan memberikan kesempatan bagi auditor untuk
membuat sedemikian opini.
Namun, meskipun keterbatasan standar GGP dan upaya lain untuk mengukur emisi gas
rumah kaca, sistem ini berarti bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah terdapat
perusahaan yang melaporkan data emisi gas rumah kaca. Para GGP dan standar akuntansi
air, yang keduanya adalah hasil bukti atas tekanan oleh pemerintah untuk memperoleh data
pada sumber daya yang langka, selain yang tradisional ditangkap oleh sistem akuntansi
keuangan. Dengan demikian, mereka menunjuk ke yang lebih luas, dan mungkin akhirnya
lebih penting, masa depan akuntansi di abad dua puluh satu dan seterusnya.

113

Anda mungkin juga menyukai