Anda di halaman 1dari 42

Critical Book Review (CBR)

Dosen Pengampu : Dr. Tita Juwitaningsih, M.Si

Nama : Rasyadhifa as sahira


NIM : 4183351005
Kelas : Pendidikan IPA B 2018
Mata Kuliah : Kajian mandiri

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A. 2021 / 2022
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT. Karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya saya dapat
menyelesaikan Tugas ini dengan tapat waktu. Saya memohon maaf apabila kepenulisan
dalam tugas saya masih jauh dari kata sempurna. Saya mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Dr. Tita Juwitaningsih, M.Si selaku dosen kajian mandiri yang memberi
arahan dalam mengerjakan tugas Critical Book Review dengan Judul buku pertama
Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif dengan pengarang Trianto, M.Pd,
judul buka kedua Learning To Teach dengan pengarang Richard I. Arends dan judul
buku ketiga Penelitian Pendidikan Matematika dengan pengarang Prof. Dr. H. M.
Wahyudin Zarkasyi, CPA. Saya berharap tugas ini dapat menambah wawasan kita
mengenai materi yang diangkat menjadi topik utama dalam tugas Critical Book Review ,
serta dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi para pembaca. 
Dengan ini saya mempersembahkan tugas ini dengan penuh rasa terima kasih dan
harapan semoga tugas saya bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. 

Medan, 19 Mei 2021

rasyadhifa as sahira

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Manfaat 2
BAB II RINGKASAN JURNAL 3
2.1 Ringkasan Buku Pertama 3
2.2 Ringkasan Buku Kedua 15
2.3 Ringkasan Buku Ketiga 24
BAB III PEMBAHASAN ANALISIS 36
3.1 Kritikal Buku 36
3.2 Kelebihan dan Kelemahan Buku 37
BAB IV PENUTUP 17
3.1. Kesimpulam 39
3.2 Saran 39
DAFTAR PUSTAKA 39

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu tugas mata kuliah statistik pendidikan matematika Critical Book
Review yang diberikan dengan pembahasan tentang Metoda Statistika dari dua buku
nasional dan internsional dengan cara menganalisis temuan utama, keunggulan dan
kelemahan yang ada dalam buku tersebut dan membandingkannya dengan buku
lainnya. Untuk melengkapi tugas yang diberikan saya mencoba mereview buku
dengan identitas sebagai berikut:

Identitas buku
Buku pertama
Judul Buku : Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif
Penulis : Trianto, M.Pd
Penerbit : Kencana
Cetakan : Edisi pertama Cetakan ke-4 thun 2016
Kota : Jakarta
Tebal :376 halaman, 23 cm
ISBN : 978-979-1486-68-2

Buku kedua
Judul Buku : Learning To Teach
Penulis : Richard I. Arends
Penerbit : Pustaka Pelajar
Cetakan : cetakan pertama edisi ketujuh buku dua 2008
Kota : Yogyakarta
Tebal :248 halaman, 20 cm
ISBN : 978-602-8055-80-2

Buku ketiga
Judul Buku : Penelitian Pendidikan Matematika
Penulis : Prof. Dr. H. M. Wahyudin Zarkasyi, CPA

1
Penerbit : Refika Aditama
Cetakan : cetakan pertama desember 2015
Kota : Bandung
Tebal : 377 halaman, 30 cm
ISBN : 978-602-7948-87-7

1.2. Tujuan
Critical book review ini bertujuan untuk:
1. Mengulas isi buku yang akan direview.
2. Mencari dan mengetahui informasi mengenai metode pembelajaran matematika
yang ada dalam jalam 3 buku
3. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang ada pada buku.

1.3. Manfaat
Critical book review ini bemanfaat untuk:
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Pembelajaran Matematika
b. Untuk menambah pengetahuan tentang Metode Pembelajaran Matematika
dengan 3 buka yang akan direview.

2
BAB II
RINGKASAN
b.1. Ringkasan buku pertama
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Tujuan Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang
melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama
(Enggen and Kauchak, 19996: 279). Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah
usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa , mempasilitasi siswa dengan
pengalaman sifat kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta
memberikan kesempatan pada siswa untuk berintraksi dan belajar bersam-sama
siswa yang berbeda latsr belakangnya . Jadi pembelajaran kooperatif siswa berperan
ganda yaitu sebagi siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara koloboratif
untuk mencapai tujuan bersama , maka siswa akan mengembangkan keterampilan
hubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di
luar sekolah.
Tabel 4.1
Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belaja r Konvensional
Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok belajar Konvensional
Adanya saling ketergantungan positif , Guru sering membiarkan adanya siswa
saling membantu,dan saling memberikan yang mendominasi kelompok atau
motivasi sehingga ada intraksi promotif. menggantungkan diri pada kelompok.
Adanya akunntabilitasi individu yang Akuntabilitasi individual sering diabaikan
mengukur penguasan materi pelajaran sehingga tugas-tugas sering diborang
tiap anggota kelompok diberikan umpan oleh salah seorang anggota kelompok
balik tentang hasil belajar para anggota sedangkan anggota kelompok lainnya
sehingga saling dapay saling mengetahui hanya “mendompleng” keberhasilan
siapa yang memerlukan bantuan dan “pemborong”
siapa yang dapat memberikan bantuan .
Kelompok belajar heterogen, baik dalam Kelompok belajar biasanya homogen.
kemampuan akademik, jenis kelamin,
ras, etnik dan sebagainya sehingga dapat
saling mengetahui siapa yang
memerlukan bantuan dan siapa yang
memberikan bantuan .
Pimpinan kelompok dipilih secara Pemimpin kelompok sering ditentukan
demokratis atau begilir untuk oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk
3
memberikan pengalaman memimpin bagi memilih pemimpinnya dengan cara
para anggota kelompok masing-masing.
Keterampilan sosial yang diperlukan Keterampilan sosial sering tidak secara
dalam kinerja gotong royong seperti langsung diajarkan.
kepemimpinan , kemampuan,
berkomunikasi, mempercayaai orang
lain, dan mengelola konflik secara
langsung diajarkan.
Pada saat belajar kooperatif sedang Pemantauaan melaui obsevasi dan
berlangsung guru terus melakukan intervensi sering tidak dilakukan oleh
pemantauaan melaui observasi dan guru pada saat belajar kelompok sedang
melakukan intervensi jika terjadi berlangsung.
masalah dalam kerja sama antar-anggota
kelompok.
Guru memperhatikan secara proses Guru sering tidak memperhatikan proses
kelompok yang terjadi dalam kelompok- kelompok yang terjadi dalam kelompok
kelompok belajar. yang terjadi dalam kelompok-kelompok
belajar.
Penekanan tidak hanya pada Penekanan sering hanya pada
penyeleseian tugas tetapi juga hubungan penyelesaian tugas.
interpersonal (hubungan antar peribadi
yang saling menghargai)
(Killen,1996).
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Terdapat enam langkan utama atau tahapan di dalam pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif . Langkah-langkah iytu ditunjukan pada table
4.2 Langkah-langkah Model Pembeljaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase-1 Guru menyampaikan semua tujuan
Menyampaikan tujuan dan memotifasi pembelajaran yang ingin dicapai pada
siswa pembelajaran tersebut dan memotifasi
siswa belajar
Fase-2 Guru menyajikan informasi kepada siswa
Menyajikan informasi dengan jalan demontrasi atau lewat
badan bacaan.
Fase-3 Guru menjelkaskan kepada siswa
Mengorganisasikan siswa dalam bagaimana caranya membentuk
kelompok kooperatif kelompok belajar dan membentuk setiap
kelompok agar melakukan transisi secara
efesien.
Fase-4 Guru membimbing kelompok-kelompok

4
Membimbing kelompok bekerta dan belajar pada saat mereka mengerjakan
belajar tugas mereka.
Fase-5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
Evaluasi materi yang telah dipeljari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya.
Fase-6 Guru mencari cara untuk menghargai
Memberikan penghargaan baik upaya maupun hasil bekerja individu
dan kelompok.
Sumber : Ibrahim, dkk. (2000: 10).
Beberapa Variasi Dalam Model Cooperative Learning
Table 4.3 Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran K0operatif
STAD JIGSAW
Investigasi Pendekatan
kelompok Struktural
Informasi Informasi Informasi Informasi
Tujuan akademik akademik akademik & akademik
Kognitif sederhana sederhana keterampilan sederhana
inkuri
Kerja Kerja Kerja sama Keterampilan
Tujuan Sosial kelompok dan kelompok dan dlam kelompok kelompok &
kerja sama kerja sama kompleks keterampilan
sosial
Kelompok Kelompok Kelompok Bervariasi
belajar belajar belajar berdua,bertiga,
heterogen heterogen heterogen kelompok
Struktur Tim dengan 4-5 dengan 5-6 dengan 5-6 dengan 4-5
orang anggota orang anggota anggota orang anggota
menggunakan homogen
pola kelompok
‘asal &
kelompok ‘ahli’
Pemilihan Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru
Topik
Siswa dapat Sisea Siswa Siswa
menggunakan mempelajari menyelesaikan mengerjakan
lembar materi dalam inkuri tugas-tugas
Tugas Utama kegiatan & kelompok ‘ahli’ kompleks yang diberikan
saling kemudian secara sosial
membantu membantu dan kognitif
untuk anggota
menuntaskan kelompok asal
materi mempelajari

5
pelajaran hal itu
Menyelesaikan
Bervariasi proyej dan
Penilaian Tes mingguan dapat berup menulis Bervariasi
tes mingguan laporan , dapat
menggunakan
tes essay
Pengakuan Lembar Lembar
pengetahuan & Publikasi pengakuan dan Bervariasi
publikasi lain publikasi lain
Sumber: Ibrahim, dkk. (2000:29)
a. Studen Teams Achievement Devision (STAD)
Pembelajaran kooperatif tpe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model
pembelajaran kooperatifd dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan
jumlah tiap kelompok 4-5 0rang siswa secara heterogen. Diawali dengan
penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis , dan penghargaan kelompok.
Langkah-langkah pembeljaran kooperatif tipe STAD ini didasarkan pada
langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam langkah atau fase . Fase-fase
dalam mempelajaran ini seperti tersajikan dalam Tabel 4.4
Table 4.4 Fase-fase Pembeljaran Kooperatif Tipe STAD
Fase Kegiatan Guru
Fase 1 Menyampaikan semua tujuan pejaran
Menyampaikan tujuan dan memotivasi yang ingin dicapaau pada pelajaran
siswa tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase 2 Menyajikan imformasi kepada siswa


Menyajikan /menyampaikan informasi dengan jalan mendemonstrasikan atau
lewat bahan bacaan.
Fase 3
Mengorganisasikan siswa dalam Menjelaskan kepada siswa bagaimana
kelompok-kelompok belajar cara membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efesien.
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan Membimbing kelompok-kelompok
belajar belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas mereka.

Fase 5 Mengevaluasi hasil belajar tentang

6
Evaluasi materi yang telah diajarkan atau masing-
masing kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya.

Fase 6 Mencari cara-cara untuk menghargai


Memberikan penghargaan baik upaya maupun hasil belajar individu
dan kelompok.
(Sumber : Ibrahim, dkk. 2000: 10)
Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan
melekukan tahapan-tahapan sebagai berikut:
Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok
Setelah masing-masing kelompok memperoleh predikat ,guru memberikan
hadiah/penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan predikatnya.
Perbedaan model ini dengan model konvensional terletak pada adanya pemberian
penghargaan pada kelompok.
b. Tim Ahli (Jigsaw)
a. Gambaran Umum Jigsaw
Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aroson dan teman-teman
dari Universitas Texas , dan diadopsi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas Jhon
Hopkins.
b. Langkah-langkah Pembelajaran Jigsaw
 Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6orang)
 Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-
bagi menjadi beberapa sub bab.
 Setiap anggota kelompok membaca subbad yang ditugaskan dan bertanggung
jawab untuk mempelajarinya . Misalnya , jika materi yang disampaikan mengenai
sistem ekskresi . Maka seorang siswa yang lain dari kelompok satunya
mempelajari tentang paru-paru, begitu pun siswa lainnya mempelajari kulit , dan
lainnya lagi mempelajari hati.
 Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu
dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
 Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali kekelompoknya bertugas
mengajari teman-temannya.

7
 Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tgihan berupa
kuis individu.
Persyaratan lainnya yang perlu disiapkan oleh guru , antara lain : (1) Bahan
Kuis; (2) Lembaran Kerja Siswa (LKS) ;DAN (3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) . Sistem evaluasi pada jigsaw sama dengan sistem evaluasi pada tipe (STAD) ,
yaitu pemberian skor nilai baik secara individual maupun kelompok.
c. Jigsaw Tipe II
Jigsaw tipe II dikembangkan oleh Slavin (Roy Killen, 1996) dengan sedikit
perbedaan . Dalam belajar kooperatif tipe jigsaw , secara umum siswa dikelompokan
secara heterogen dalam kemampuan . Siswa diberi materi yang baru atau
pendalaman kemampuan. Siswa diberi materi yang baru atau pendalaman dari
materi sebelumnya untuk dipelajari . Model pembelajaran jigsaw tipe II sudah
dikembangkan oleh Slavin . Ada perbedaan mendasar antara pembelajaran Jigsaw I
dan jigsaw II , kalau pada tipe I , awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang
akan menjadi spesialisasinya sementara konsep-konsep yang lain ia dapatkan melalui
diskusi dengan teman segrupnya . Pada tipe II ini setiap siswa memperoleh
kesempatan belajar secara keseluruhan konsep (scan read) sebelum ia belajar
sepesialisasinya untuk menjadi expert. Hal ini untuk memperolej gambaran
menyeluruh deri konsep yang akan dibicarakan.
a. Orientasi
Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan . Memberikan
penekanan tentang manfaat penggunaan metode Jigsaw dalam peroses belajar
mengajar.Mengingatkan senantiasa percaya diri , keritis , koperatif dalam model
pembelajaran ini . Peserta didik diminta belajar konsep secara keseluruhan secara
untuk memperolah gambaran keseluruhan dari konsep . (Bisa juga pemahaman
konsep ini menjadi tugas yang sebelumnya harus sudah dibaca dirumah).
b. Pengelompokan
Misalkan dalam kelas ada 20 siswa, yang kita tahu kemampuan matematikanya
dan sudah di-rangking (siswa tidak perlu tahu), kita bagi dalm 25% (rangking 1-5)
kelompok sangat baik 25% (rangking 6-10) kelompok baik, 25% selanjutnya
(rangking 11-15) kelompok sedang , 25% (rangking 15-20) rendah.
c. Pembentukan dan pembinaan kelompok expert

8
Tiap kelompok ini diberikan konsep matematika (tranformasi) sesuai dengan
kemampuannya . Kelompok 1 yang terdiri dari siswa yang sangan baik
kemampuannya diberi materi yang lebih kompleks worksheet 1(pencerminan
pada garis y = x, y = y = -x garis x = h, y =h dan pencerminan pada sumbuh
koodinat). Kelompok 2 diberi materi worksheet 2 ( translasi pada kordinat
Kartesius dan gabungan dua translasi). Kelompok 3 diberi materi worksheet 3
(menyatakan translasi dalam vector kolom) dan kelompok 4 (pencerminan pada
sumbu x, pada sumbu y, sifat-sifat pencerminan).
d. Diskusi (pemamparan) kelompok ahli dalam grup
Aturan dalam fase ini adalah :
 Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap anggota tim
mempelajari materi yang diberikan.
 Memperoleh pengetahuan baru adalah tanggung jawab bersama , jadi tidak ada
yang selasi belajar sampai semua anggota menguasai konsep.
 Tanyakan pada anggota grup sebelum tanyak pada pendidik.
 Pembicaraan harus dilakukan secara pelan agar tidak menggangu grup lainnya .
 Akhiri diskusi dengan “merayakannya” agar memperoleh kepuasan.
e. Tes (penilaian)
Pada fase ini guru memberikn tes tulis untuk dikerjakan oleh siswa yang membuat
seluruh konsep yang didiskusikan. Pada tes ini siswa tidak diperkenankan unruk
bekerja sam. Jika mungkin tempat duduknya akan dijauhkan.
f. Pengakuan Kelompok
Penilaian pada pembelajaran kooperatif berasarkan skor peningkat individu , tidak
didasarkan pada skor akhir yang diperoleh siswa , tetapi berdasarkan pada
seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya .
d. Investigasi Kelompok (Group investigation)
Investigasi dalam kelompok merupakan model pembelaran kooperatif yang
paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan . Model ini dikembangkan pertama
kali oleh Thekan .
Dalam implementasi tipe investigasi kelompok guru membagi kelas menjadi
kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 bsiswa yang heterogen. Kelompok di sini
dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban atau minat yang sama dalam

9
topik tertentu . Selanjutnya memilih topik untuk diselidiki , dan melakukan
penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih . Selanjutnya ia menyiapkan dan
memperesentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
Table 4.7 Perbandingan pendekatan Kelompok Penyelidik dan Pendekatan Struktural
Pendekatan Unsur Kelompok penyelidik Pendekatan Struktural
Infirmasi akademik tingkat Informasi akademik
Tujuan Kognitif
tinggi dan keterampilan inkuiri sederhana
Keterampilan kelompok
Tujuan Sosial Kerja sama dalam kelompok
dan sosial
Kelompok belajar homogen Bervariasi berdua, bertig ,
Struktur Kelompok dengan 5-6 orang anggota kelompok dengan 4-6
orang anggota
Pemilihan Topik Biasanya siswa Biasanya guru
Siswa menyeleseikan inkuri Siswa mengerjakan tugas-
Tugas Utama kelompok tugas yang diberikan baik
sosial maupun kognitif
Menyeleseikan proyek dan
Penilaian membuat laporan , dapat Bervariasi
menggunakan tes esai
Lembar pengakuan dan
Pengakuan Bervariasi
publikasi lain
Sharan, dkk. (1984) membagi langkah-langkah pelaksanaan model investigasi
kelompok meliputi 6 (enam) fase:
a. Memilih topic
Siswa memilih subtopik khusus didalam suatu daerah masalah umum yang
biasanya ditetapkan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi dua
sampai enam anggota tiap kelompok menjadi kelompok-kelompok yang
berorientasi tugas . Komposisi kelompok hendaknya heterogen secara akademis
maupun etnis .
b. Perencanaan kooperatif
Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajarn , tugas dan tujuan khusus
yang kosisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama.
c. Implementasi
Siswa menerpkan rencana yang telah mereka kembangkn di dalam tahap kedua .
Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktifitas dan keterampilan
yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber belajar

10
yang berada baik dilam maupun diluar sekolah. Guru secara ketat mengikuti
kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan.
d. Analisis dan sintetis
Siswa menganalisis dan menyintesis informasi yang diperoleh pada tahap ketiga
dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan
cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.
e. Presentasi hasil final
Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara
yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan siswa yang lain saling terlibat
satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspeektif luas pada
topik itu . Presentasikan dikoordinasikan oleh guru.
f. Evaluasi
Dalam hal kelompok-kelompok menanganin aspek yng berbeda dengan topik yang
sama , siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas
sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilian
individual atau kelompok.
e. Think Pair Share (TPS)
Strategi think-pair-share ini berkembang dri penelitian belajar kooperatif dan
waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lymani dan koleganya di
Univesitas Maryland sesuai yang dikutip untuk Arends (1997), efektif untuk
membuat variasi suasana diskusi kelas . Guru memilih menggunakan think-pair-share
untuk membandingkan Tanya jawab kelompok keseluruhan. Guru mengggunakan
langkah-langkah (fase) berikut.
a. Langkah 1: Berpikir (Thinking)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran
, dan meminta siswa meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk
berpikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa
berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir.
b. Langkah 2: Berpasangan (Pairing)
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang
telah mereka peroleh. Intraksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan
jawaban suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatuhkan gagasan apabila

11
pertanyaan yang diajuakan dapat menyatu gagasan apabila masalah khusus yang
diidenfikasikan . Secara normal guru memberi waktu 4 samapai 5 menit untuk
berpasangan .
c. Langkah 3 : Berbagi (sharing)
pada langkah akhir , guru meminta pasang-pasangan untuk berbagi keseluruhan
kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari
pasangan ke pasangan dan melajutkan sampai sekitar sebagian pasangan
mendapat kesempatan untuk melaporkan Aremds, (1997) disadur Tjorodihardjo,
(2003).
f. Nubering Head Together (NHT)
Numbering Head Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spenser
Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelah materi yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran tersebut. Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru
menggunakan struktur fase sebagian sintaks NTH :

a. Fase 1 : Penomoran
Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada
setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5 .
b. Fase 2 : Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi.
Pertanyaan dapat amat sepesifik dan dalam bentuik kalimat Tanya. Misalnya ,
“Berapakah jimlah gigi orang dewasa?” Atau bentuk arahan, misalnya “ Pastikan
setiap orang mengetahui 5 buah ibu kota provinsi yang terletak di Puau Sumatera.”
c. Fase 3 : Berpikir bersama
Siswa menyatuhkan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengethui jawaban tim.
d. Fase 4 : Menjawab
Guru memangil suatu nomor terentu , kemudian siswa yang nomornya sesuai
mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk
seluruh kelas.
g. Teams Games Tounament ( TGT)

12
Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Turnaments (TGT) , atau
Pertandingan Tim dikembangkan secara asli oleh David De Varies Keath eward
(1995). Pada model siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain
untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka.
a. Langkah-langkah Pembelajaran Teams Games tournament ( TGT)
Secara rumus implementasinya TGT terdiri dari 4 komponen utama , antara lain
(1) Presentasi guru (sama dengan STAD); (2)Kelompok Belajar (sama dengan
STAD); (3) Turnamen; dan (4) Pengenalan Kelompok.
a) Guru menyiapkan
* Kartu Soal
* Lembar Kerja Siswa
* Alat/ Bahan
b) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5 orang)
c) Guru mengarahkan aturan permainannya
Adapun langkah-langkahnya adaah sebagai berikut. Seperti pada model STAD , pada
TGT siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang
merupakan campuran menurut tingakat prestasi,jenis kelamin ddan suku.Guru
menyiapkan pelajaran , dan kemudian siswa bekerja didalam tim mereka untuk
memastikan bahwa semua tim telah menguasai pelajaran tersebut . Akhirnya ,
seluruh siswa dikenai kuis, pada waktu nkuis ini mereka tidak dapat saling
membantu.
b. Aturan (Skenario)Pemainan
dalam, satu permainan terdiri dari : empat kelompok pembaca , kelompok
penantang I , kelompok penantang II, dan seterusnya sejumlah kelompok yang
ada . Kelompok Pembaca , bertugas : (1) Ambil kartu bernomor dan cari
pertanyaan pada lembar permainan ; (2) Baca pertanyaan keras-keras; dan (3)
beri jawaban. Kelompok penantang kesatu bertugas: Menyetujui pembaca atau
member jawaban yang berbeda . Sedangkan kelompok Penantang kedua : (1)
Menyetujui pembaca atau member jawaban yang berbeda ; dan (2) cek lembaran
jawaban. Kegiatan ini dilakukan secara bergiliran (gemes ruler).
c. Sistem Penghitungan Poin Turnamen

13
Skor siswa dibandingkan dengan rerata skor yang lalu mereka sendiri , dan poin
diberikan pada seberapa jauh siswa menyamai atau melampaui prestasi yang
lainnya sendiri , Poin tiap anggota tim yang mencapai criteria tertentu dapat
diberikan sertifikat atau ganjaran ( award) yang .
Pengajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Intruction)
Istilah dan Pengertian
Istilah Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBM) diadopsi dari istilah Inggris
Problem Based Intrukction (PBI). Model pengajaran berdasakan masalah ini telah
dikenal sejak zaman Jhon Dewey. Dewasa ini, model pembelajaran ini mulai diangkat
sebab ditinjau secara umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari
menyajikan kepada siswa situasi maslah yang autentik dan bermakna yang dapat
memberikan kemudahan kepada ,mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.
Menurut Dewey (dalam Sudjanan 2001 : 19) belajar berdasarkan masalah adalah
intraksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah
belajar dan lingkungan . Lingkungn memberikan masukan kepada siswa berupa
bantuan dan masalah , sedangkan sistem saraf otang berfungsi menafsirkan bantuaan
itu secara efektif shingga masalah yang dihadapai dapat diselidiki , dinilai, dianalisis
serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari
lingkungn akan menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh
oengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tuuan belajarnya .
Sintaks Pengajaran Berdasarkan Masalah
Sintak susatu pembelajaran berisi langkah-langkah praktis yang harus
dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan . Pada pengajaran berdasarkan
masalah terdiri dari 5(lima) langkah utama yang dimulai dengan guru
memperkenalakan siswa dengan suatu sistuasi masalah yang diakhiri dengan
penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah tersebut dijelaskan
berdasarkan lankah-langkah pada table 5.1.

Table 5. Sintaks Pengajaran Berdasarkan Masalah


Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap -1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran ,
Orientasi siswa pada menjelaskan logistic yang dibutuhkan, mengajukan

14
masalah fenmena atau demontrasi atau cerita untuk
memunculkan maslah, memotifasi siswa untuk
terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.
Thap -2 Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan
Mengorganisasikan siswa mengorganisasikan tugas belajar yang
untuk belajar berhubungan dengan masalah tersebut.
Thap-3 Guru mendorongkan siswa untuk mengumpulkan
Membimbing penyelidik informasi yang sesuai , melaksanakan eksperimen,
individual maupun untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
kelompok masalah.
Tahap -4 Guru membantu siswa dalam merencanaka n dan
Mengembangkan dan menyiapkan karya yang sesuai dengan laporan ,
menyajikan hasil karya video dan model serta membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya.
Thap -5 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi
Menganalisis dan atau evaluasi terhadap penyelidik mereka dan
mengevaluasi proses prose-proses yang mereka gunakan.
pemecahan masalah
Sumber : Ibrahim, dkk (2000: 10)

2.2. Ringkasan Buku Kedua


Model-model Pengajaran Interaktif yang Berpusat-pada-Siswa
Cooperative Learning
Memilih Pendekatan . Meskipun perinsip-perinsip dasar cooperative learning
tidak berubah , ada beberapa variasi untuk model ini . Empat pendekataan yang
seharusnya menjadi bagian reperator guru permula adalah sebagai berikut .
1. Student Team Achievement Davisions (STAD).
STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan rekan-rekan sejahwatnya di Johns
Hopkins University dan barang kali pendekatan cooperative learning yang paling
sederhana dan paling mudah dipahami (Slavin 1994, 1995).Guru yang
menggunakan STAD menyajikan informasi akademis kepada siswa setiap minggu
atau secara regular , baik melalui perestasi verbal atau teks. Siswa dikelas
tertentu dibagi menjadi beberapa kelompok /tim belajar, dengan wakil-wakil
dari kedua gender , dari berbagai kelompok risail atau etnis, dan dengan
perestasi rendah , rata-rata, dan tinggi. Angota-anggota tim menggunakan
worksheets atau alat belajar lain untuk menguasai berbagai marteri akademis
dan saling membantu untuk mempelajari bebbagai materi melalui tutoring ,

15
saling memberikan kuis , atau melakukan diskusi tim. Secara individual , siswa
diberikan kuis mingguan atau dua mingguan tentang materi akademis. Kuis-kuis
ini diskor dan masing-masing individu diberi “skor kemajuan” skor kemajuan
(yang dijelaskan nanti) bukan didasarkan pada skor absolut siswa , tetapi pada
seberapa banyak skor itu pertambah dari rata-rata skor sebelumnya.
2. Jigsaw. Jigsaw dikembangkan dan diuji oleh Eliot Aronson dan rekan-rekan
sejawatnya (Aronson & Patnoe ,1997)menggunakan Jigsaw , siswa-siswa
ditempatkan keedalam tim-tim belajar hetorogen beranggota lima sampai enam
orang . Berbagai materi akademis disajikan kepada siswa dalam bentuk teks , dan
setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari satu porsi materinya .
Sebagai contoh , bila materi tekstualnya adalah tentang cooperative learning,
seorang siswa di tim bertanggung jawab untuk mempelajari STAD , seorang
untuk Jigsaw, seorang untuk Grup Investigation (GI) (invetigasi kelompok), dan
satu atau dua orang lainya akan menjadi ahli (expert) untuk dasar penelitian dan
sejarah cooperative learning . Para anggota dari tim-tim yang berbeda , tetapi
membicarakan topic yang sama (kadang-kadang disebut expert grup[kelompok
ahli])bertemu untuk saling belajar dan membantu dalam mempelajari topic
tersebut . Setelah itu siswa kembali ke tim asalnya dan mengajarkan sesuatu yang
mereka pelajari dalam expert grup kepada aggota-anggota lainnya ditim masing-
masing . Setelah pertemuan dan dikusi tim asal , siswa mengerjakan kuis secara
individual tentng berbagai materi belajar
3. Grup Investigation . Banyak fiktur pendekatan grup investigation ( GI) yang
aslinya dirancang oleh Herbert Thelen , yang lebih mutahir , pendekatan ini
diperluas dan disempurnakan oleh Sharan dan rekan-rekan sejawatnya di Tel
Aviv University GI merupakan barangkali pendekatan cooperative learning yang
paling kompleks dan paling sulit diimplementasikan . Kontraks dengan STAD dan
Jigsaw , pendekatan GI melibatkan sisiwa dalam merencanakan topic-topik yang
akan dipelajari dan bagaimana menjalankan invetigasinya . Hal ini membutuhkan
norma dan struktur kelas yang lebih canggih dibandingkan pendekatan-
pendekatan yang lebih teachercentered (berpusat-pada-guru)
4. Pendekatan Struktural. Pendekatan cooperative learning lainya dikembangkan
selama dekade lalu , oleh Spencer Kagan (1992,1998). Meskipun pendekataan ini

16
memiliki banyak persamaandengan pendekatan-pendekatan lainya , pendekatan
struktual menekankan pengguna struktur tertentu yang dirancang untuk
mempengaruhi pola intraksi siswa. Stuktur yang dikembangkan Kagan
dimaksudkan sebagai alternatif untuk struktur kelas yang lebih tradisional
,seperti retrasi , bahwa guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada seluruh
kelas dan siswa memberikan jawaban setelah mengangkat tangannya setelah
dipanggil namanya . Struktur Kagan mengharuskan siswa untuk bekerja
interdependen dikelompok-kelompok kecil dan ditandai reward individual .
Sebagian struktur memiliki tujuan untuk meningkatkan perolehan isi akademis
oleh siswa ; struktur-struktur lainnya dirancang untuk mengerjakan berbagai
keterampilan sosial dan kelompok. Think-pair-share dan numbered heads
together , yang dideskripsikan dibagian ini , adalah dua contoh struktur yang
dapat digunakan oleh guru yang digunakan untuk mengajar ka nisi akademis atau
memeriksa paham siswa untuk isi tertentu . Active listening dan time tokens
adalah contoh-contoh struk-tur untuk mengajarkan keterampilan sosial dan akan
nanti dideskripsikan di bab ini , dibagian keterampiln sosial.
5. Think-Pair-Share.
Strategi think-pair-share timbul dari penelitian tentang cooperative learning
dan wait-time . Pendekatan yang dideskripsikan di sini dan awalnya
dikembangkan oleh Frank Lyman (1985) dan rekan-rekannya di University of
Marland , adalah cara efektif untuk mengubah wacana dlam kelas . Pedekatanan
ini menantang asumsi bahwa semua retitasi atau diskusi pelu dilakukan dalam
seting seluruh kelompok , dan memiliki prosedur-prosedur built-inuntuk
memberikan lebih banyak waktu siswa untuk berpikir, untuk merespons , dan
untuk saling membantu . Sebagai contoh anggap saja seorang guru baru saja
selesai membuat persentasi pendek atau siswa sudah selesai membaca sebuh
tugas atau situasi teka-teki yang dideskripsikan guru . Guru sekarang
menginginkan agar siswa menyimak baik-baik apa yang sudah dijelaskannya . Ia
memilih strategi think-pair-share daripada tanya- jawab seluruh-kelompok. Ia
menerapkan langkah-langkah dibawah ini :
a. Langah 1-Thinking . Guru mengajuksan sebuah poertanyaan atau isu yang
terkait dengan pelajaran dan meminta siswa-siswanya untuk menggunakan

17
waktu satu menit untuk memikirkan sendiri tentang jawab untuk isu tersebut.
Siswa perlu diajari bahwa berbicara tidak menjadi bagian waktu berpikir.
b. Langkah 2-Pairing . Setelah itu guru meminta siswa bepasang-pasangan untuk
mendiskusikan segala yang sudah mereka pikirkan. Intraksi selama priode ini
dapat berupa saling berbagi jawaban bila pertanyaan yang diajukan atau
berbagai ide bila sebuah isu tertentu diidentifikasi. Biasanya , guru member
waktu empat atau lima menit untuk berpasangan (pairing).
c. Langkah 3-Sharing . Dalam langkah terakhir ini , guru meminta pasangan-
pasangan siswa untuk berbagi berbagi sesuatu yang sudah dibicarakan
bersama pasangannya masing-masing dengan seluruh kelas .Lebih efektif bagi
guru untuk berjalan mengelilingi ruangan ,dari satu pasangan kepasangan
lainsampai sekitar seperempat atau separuh pasangan berkesempatan
melaporkan hasil diskusi mereka.
6. Numbered Heads Together. Numbered head together adalah pendekatan yang
dikembangkan oleh Spencer Kagan (1998) untuk melibatkan lebih banyak siswa
dalam reviu bebagai materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran
untukmemeriksa pemahaman mereka tentang isi pelajaran itu . Alih-alih
mengarahkan pertanyaan kepada seluruh kelas , guru menggunakan struktur
empat langkah berikut :
a. Langkah 1 –Numbering. Guru membagi siswa menjadi beberapa time beranggota
tiga sampai lima orang dan memberikan nomor sehingga setiap siswa pada
masing-masing timmemiliki nomor antara 1 sampai 5.
b. Langkah 2-Questioning. Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepad asiswa .
Pertammyaannya bisa berpariasi . Pertanyaan itu bisa spesifik dan dalam
pertanyaan, seperti “ ada beberapa Negara bagian Uni Eropa ?” Mereka juga bisa
direktif , seperti “pastikan setiap orang mengetahui ibu kota yang Negara-negara
batas-batasnya ada di Samudra Fasifik”.
c. Langkah 3-Heads Together . Siswa menyatukan “kepalanya” untuk menemukan
jawaban dan memastikan bahwa semua orang tahu jawabannya .
d. Langkah 4-Answering . Guru memanggil sebuah siswa dan siswa dari masing-
masing kelompok yang memiliki nomor itu mengangkat tanganyan dan
memberikan jawabanya kehadapan seluruh kelas .

18
e. Ketika guru menyiapkan presentasi seluruh-kelas , salah satu tugas utamanya
adalah mengumpulkan materi-materinya byang dapat di translasikan menjadi
ceramah yang bermakna .Meskipun guru menyediakan informasi verbal
kepada siswa dalam pelajaran yang menggunakan coopretive learning,
informasi ini biasanya disertai dengan teks , worksheets, dan pedoman belajar.
f.
g.
STAD JIGSAW GI Pendekatan
Struktur
Tujuan Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan
kognitif akademis konseptual konseptual akademis
faktual faktual dan akademis dan faktual
akademis keterampilan
menyelidiki
Tujuan sosial Kerja Kerja Kerja sama Keterampilan
kelompok dan kelompok dan dalam kelompok dan
kerja sama kerja sama kelompok sosial
kompleks
Struktur tim Tim-tim Tim-tim Kelompok Bervariasi-
belajar belajar belajar pasangan , trio,
heterogen heterogen beranggota kelompok
beranggota 4-5 beranggota 4-5 lima sampai beranggota 4-6
orang orang; enam orang, orang
menggunakan mumgkin
tim-tim asal homogeny
dan tim-tim
ahli
Pemilihan Biasanya guru Biasanya guru Guru dan/atau Biasanya guru
topik siswa
pelajaran
Tugas utama Siswa mungkin Siswa Siswa Siswa
menggunakan menyelidiki menyelesaikan mengerjakan
worksheets berbagai penyelidikan tugas yang
dan saling materi di yang kompleks diberikan-
membantu kelompok ahli; sosial dan
dalam membantu kognitif
menguasai anggota di
materi belajar kelompok asal
untuk
mempelajari

19
berbagai
materi
Asesmen Tes mingguan Bervariasi- Siswa Siswa
dapat berupa menyelesaikan mengerjakan
tes mingguan penyelidikan tugas yang
yang kompleks diberikan-
sosial dan
kognitif
Rekognisi Newsletter dan Newsletter dan Presentasi lisan Bervariasi
publikasi lain publikasi lain dan tertulis
Melaksanakan Cooperative Learning
Keenam fase pelajaran dengan cooperative learning dan perilaku guru yang
terkait dengan masing-masing fase dideskripsikan dalam table 1.4 Empat fase
pertama didiskusikan di bagian ini. Testing dan rekongnisi siswa dideskripsikan di
bagian Asesmen dan Evaluasi.
Fase 1: Mengklarifikasi tujuan dna Guru menjelaskan tujuan-tujuan
establishing set pelajarn dan establishin set.
Fase 2: Mepresentasikan informasi Guru mempresentasikan informasi
kepada siswa secara verbal atau dengan
teks.
Fase 3: Mengorganisasikan siswa Guru menjelaskan kepada siswa tatcara
kedalam tim-tim belajar membentuk tim-tim belajar dan
membantu kelompok untuk melakukan
transisi yang efisien.
Fase 4: Membantu kerja tim dan belajar Guru membantu tim-tim belajar selama
mereka mengerjakan tugasnya .
Fase 5: Menguji berbagai macam materi Guru menguji pengetahuan siswa
tentang berbagai materi belajar atau
kelompok-kelompok mepresentasikan
hasil-hasil kerjaannya.
Fase 6: Memberikan pengakuan Guru mencari cara untuk mengakui
usaha dan prestasi individu maupun
kelompok.

Model-model Pengajaran Interaktif yang Berpusast-pada-Siswa


Problem-Based Learning
Bab ini adalah tentang problem-based learning (PBL) (pembelajaran berbasis-
masalah) dan penggunanya dalam mendukung pemikiran tingkat-tinggi dalam situasi
berorientasi-masalah, seperti project-based instruction (pengajaran berbasis-

20
proyek), authentinc learning (pelajaran autentik), dan anchored instruction . Berbeda
dengan presentasi atau mode-model yang dideskripsikan di bab 7 dan 8 (buku satu)
yang penekanannya adalah guruhlah yang mempresentasikan ide-ide atau
mendemotrasikan berbagai ketrampilan, peran guru dalam berbasis-masalah adalh
menyodorkan berbagai masalah , memberikan petanyaan dan mempasilitasi
investigasi dan dialog. Hal yang terpenting, guru menyediakan scaffolding-perancah
atau kerangka pendukung-yang meningkatkan inquiry (penyelidikan) dan
pertumbuhan intelektual. PBL tidak mungkin terjadi kecuali jika guru menciptakan
lingkungan kelas tempat pertukaran ide-ide yang terbuka dan jujur dapat terjadi.
Dalam hal ini ,banyak pararel diaantaara PBL , cooperative learning , dan diskusi
kelas . Anda akan memilih bahwa PBL memiliki akar yang intektual yang sam dengan
inquiry teaching dan cooperative learning . Dibagian-bagian selanjutnya , fiktur-fiktur
yang sama dengan semua metode ini dieksplorasi dengan lebih terperinci.
PBL biasanya terdiri atas lima fase utama yang diberi guru yang mengarahkan
siswa kesebuah bermasalah dan berpuncak pada presentasi dan analisis hasil kerja
siwa dan berbagai artefak. Bila cakuoan masalahnya tidak terlalu luas , kelima fase
model itu dapat diselesaikan dalam waktu beberapa jam pelajaran. Akan tetapi ,
masalah-masalah yang lebih kompleks dan membutuhkan waktu satu tahun ajaran
penuh untuk diselesaikan . Kelima fase model itu akan dideskripsikan secara lebih
terperinci di bagian lain bab ini.
Dukungan Teoretis dan Empiris
Dewey dan Kelas Berorientasi-Masalah
Seperti halnya cooperative learning , PBL menemukan akan intelektualnya
dalam hasil karya Jhon Dewey . Dalam Democracy Edukation (1916) Dewey
mendiskripsikan pandangan tentang pendidikan dengan sekolah dengan cermin
masyarakat yang lebih besar dan keals akan menjadi laboraterium untuk
penyelidikan dan pengatasan-masalah kehidupan nyata. Pedagogi Dewey mendorong
guru untuk melibatkan siswa di berbagsi proyek berorientasi masalah dan membantu
mereka menyelidiki bebagai masalah sosial dan intelektual penting . Dewey dan
siswa-siswanya seperti Kilpatrick (1918) mengatakan bahwa pembelajaran disekolah
seharusnya purposeful (memiliki maksud yang jelas ) dan tidak abstrak dan bahwa
pembelajaran yang purposeful dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya dengan
memperintahkan anak-anak dalam kelompok-kelompok kecil untuk menangani

21
proyek-proyek yang mereka minati dan mereka pilih sendiri . Visi pembelajaran
purposeful dan problem centered ( dipusatkan pada masalah) yang didukung hasrat
bawaan siswa untuk mengekspolarasi situasi-situasi secara personal berarti baginya
jelas behubungn dengan PBL kontemporer dengan filosofi dan pedagogi pendidikan
Dewey.
Jean Piaget
seorang pesikolog Swiss menghabiskan waktu lebih dari lima puluh tahun
untuk mempelajari bagaiman anak-anak berpikir dan proses-proses yang terkait
dengan pekembangan intelektual mereka. Dalam penjelasan intelek berkembang
pada anak-anak yang amsih belia Piaget membenarkan bahwa anak-anak membawa
sifat bawaan ingin tahu dan berusaha memahami dunia disekitarnya. Keingintahuan
ini , menurut Piaget memotivasi mereka untuk mengontruksikan secara aktif
representasi –representasi dibenaknya tentang lingkungan yang mereka alami.
Ketika umur mereka semakin bertambah dan mendapat kapasitas bahasa dan
ingatan, representasi mental mereka tentang dunia menjadi lebih rumit dan abstrak ,
akan tetapi diseluruh tahapan perkembangannya , kebutuhan anak untuk memahami
lingkungannya untuk memotivasi kemampuan mereka uantuk menginvestigasi dan
mengontruksikan teori yang menjelaskannya.
Perspektif kognitif-konetruktivis, yang menjadi landasan PBL , banyak meminjam
pendapat Piaget (1954, 1963) . Perspektif ini mengatakan, seperti yang juga
dikatakan oleh Piaget , bahwa pelajar dengan umur berapa pun terlibat secara aktif
dalam proses mendapatkan informasi dan mengontruksikan pengetahuannya
sendiri . Pengetahuan tidak statis, tetapi berevulusi dan berubah secara konstan
selama pelajar mengonstruksikan pengalaman-pengalaman yang baru memaksa
mereka untuk mendasarkan diri pada dan memodifikasi pengetahuan sebelumnya .
Lev Vygotsky
Lev Vygotsky adalah seorang pesikolog Rusia yang hasil karnyany baru akhir-
akhir ini saja mulai dikenal kebanyakan orang-orang Eropa maupun Amerika . Seperti
Piaget , Vygostky (1978, 1994) percaya bahwa intelek bekembang ketika individu
menghadapai pengalaman baru dan membingungkan dan ketika mereka berusaha
mengatasi diskrepansi yang timbul oleh pengalaman-pengalaman ini . Dalam usaha
menemukan usaha ini , individu menghubungkan pengetahuan baru dengan

22
pengetahuan sebelumnya dam nengonstruksikan makna baru. Keyakinan Vygotsky
berbeda dengan keyakinan Piaget dalam beberapa hal penting . Bila Piaget
memfokuskan pada tahap-tahap pengembangan intelektual yang dilalui ank terlepas
dari konteks sosial atau kulturalnya , Vygotsky menekankan sosial belajar . Vygotsky
percaya bahwa intraksi sosial dengan orang lain memacu pengontruksian ide-ide
abru dan meningkatkan perkembangan intelektual pelajar.
Salah satu ide kunci yang berasal dari minat Vygotsy pada aspek sosial
pembelajaran adalah konsepnya adalah sosial pembelajaran adalah konsepnya
tentang zone of proximal development . Menurut Vygoksy dua tingkatan
perkembangan yang berbeda : tingkat perkembangan actual menentukan fungsi
intelektual individu saat ini dan kemanpuannya untuk mempelajari sendiri hal-hal
tertentu . Individu juga memiliki tingkat perkembangan potensial, yang oleh Vygosty
didefinisikan sebagai tingkat yang dapat difungsikan atau dicapai oleh individu
dengan bantuan orang lain , misalnya guru, orang tua, atau teman sebayanya yang
lebih maju . Zona yang terletak diantara tingkat perkembangan potensial disebut
sebagai zone of proximal development.
Jrome Bruner
Jrome Bruner , seorang pesikolog Harvard, adalah salah satu pemuka dalam
reformasi kurikulum pada zaman ini.Ia dan teman-teman sejawatnya member
dukungan teoritis penting terhadap discovery learning , sebuah model pengajaran
yang menekankan pentingnay membantu siswa untuk memahami ide-ide kunci suatu
disiplin ilmu , kebutuhan akan keterlibatan aktif siswa dalam peruses belajar , dan
bahwa pembelajaran sejati terjadi melalui personal discovery (penemuan pribadi).
Tujuan pendidikan bukan hanya untuk memperbesar dasar pengetahuan siswa ,
tetapi juga untuk menciptakan berbagai kemungkinan untuk invention
(penciptaan)dan discovery (penemuan) .

2.3. Ringkasan Buku Ketiga


Model-Model Pembelajaran Matematika
Model pembelajajaran adalah satu pola intraksi antar siswa dan guru didalam
kelas yang terdiri dari strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembeljaran yang
diterapakan dalam pelakasanaan kegiatan pembelajaran di kelas. Strategi

23
pembelajaran adalah perencanaan yang meliputi sifat dan kiat yang sengaja dibuat
oleh guru berkenan dengan persoalan pembelajaran, agar pelajaran berjalan sesuai
dengan tujuan . Pendekatan pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah cara menyajikan materi yang bersifat
umum. Teknik pembelajaran adalah cara yang dilakukan sesorang dalam
mengimplementasikan suatumetode secara sepesifik. Media pembelajaran adalah
semua benda yang menjadi perantara dalam pembelajaran.
Selanjutnya akan dilakukan pembahasan mengenai beberapa model
pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai alternative penerapan pembelajaran di
kelas
1. Direct Intrution (DI)
Ariends (2001) mengatakan direct instruction diartikansebagai suatu model
pembelajaran yang bertujuaan untuk membantu siswa mempelajari keterampilan
dasar dan memperoleh pengetahuan yang dapat diajarkan secara bertahan selangkah
demi selngkah. Direct instruction atau pengajaranlangsung dilandasi oleh teori
belajar behavioristik yang menitikberatkan pada penguasaan konsep dan perubahan
perilaku sebagai hasil belajar yang dapat diobsevasi. Pendekatan pembelajaran yang
digunakan dalam model ini adalah teacher centered approach, dimana guru
menyajikan materi/mentransfer informasi secara langsung dan struktur dengan
menggunakan metode ceramah, ekspositori, Tanya jawab, peresentasi/demontrasi
yang dilakukan oleh guru.
2. Contextual Teaching and Learning (CTL)
Contextual Teaching and Learning atau pembelajaran kontekstual adalah suatu
pembelajran yang mengupayakan agar siswa dapat menggali kemampuan yang
dimilikinya dengan mempelajari konsep-konsep sekaligus menerapkannya dengan
dunia nyata disekitar lingkungan siswa.
Pembelajaran konteksual dilandasi oleh teori belajar kontruktivitasme. Pembelajaran
ini memberikan penekanan pada penggunaan berpikir tingkat tinggi, transfer
pengetahuan, pengumpulan, analisis dan sintesis data dan bagaimana sumber dan
sudut pandang, serta sistem eevaluasi yang menekankan pada authentic assessement
yang diperoleh dari berbagai sumber dan pelaksanaannya tertinggi dengan peroses
pembelajaran.

24
3. Realistic Mathematics Edukation (RME)
Realistic Mathematis Edukation atau pendidikan matematika realistic
dilahirkan di Belanda oleh Freudenthal. Pendidikan matematika realistic yang
dimaksudkan dalam hal ini adalah matematika sekolah yang dilaksanakan dengn
menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran.
Masalah-masalah realistic digunakan sebagai sumber munculnya konsep-konsep
matematika atau pengetahuan matematika formal yang dapat mendorong aktifitas
penyelesaian masalah, mencari masalah , dan mengorganisasikan pokok persoalan .
RME mencerminkan suatu pandangan tentang matematika sebagai subject
matter, bagaimana siswa belajar matematika, dan bagaimana matematika seharusnya
diajarkan. Pembelajaran ini dilandasi oleh teori belajar kontruktivisme dengan
memprioritaskan enam prinsip yang mencerminkan dalam tahap pembelajarannya.
Tabel 2.3 :Tahapan Realistic Mathematics Education
Fase Deskripsi
Aktuvitas Pada fase ini, siswa mempelajari matematika melalui aktifitas
doing, yaitudengan mengerjakan masalah-maslah yang didisain
secara khusus . Siswa diperlakukan sebagai partisipan aktif dalam
keseluruhan proses pendidikan.Sehingga mereka mampu
mengembangkan sejumlah mathematical tools yang kedalaman
serta liku-likunya betul-betul dihayati.
Realitas Tujuan utama fase ini adalah agar siswa mampu mengaplikasikan
matematika untuk diselesaikan masalah yang dihadapi. Pada tahap
ii, pembelajaran dipandang suatu sumber untuk belajar
matematika yang dikaikan dengan realitas kehidupan sehari-
harimelalui proses matematisasi. Matematisasi dapat dilakukan
secara horizontal memuat suatu proses yang diawali dari dunia
nyata menuju dunia symbol, sedangkan matematisasi vertical
mengandung makna suatu proses perpindahan dalam dunia
symbol itu sendri.
Pemahaman Pada fase ini, proses belajar matematika mencakup berbagai
tahapan pemahaman mulai dari pengembangan kemampuan
menemukan solusi informal yang berkaitan dengan konteks,
menemukan rumus dan skema , sampai dengan menemukan
prinsip-perinsip keterkaitan.
Intertwinement Pada tahap ini, siswa memiliki kesempatan untuk menyelesaikan
masalah matematika yang akan konteks dengan menerapkan
berbagai konsep, rumus, prinsip, serta pemahaman secara terpadu
dan saling berkaitan.
Intraksi Proses belajar metematika dipandang sebagai suatu aktivitas
25
sosial. Dengan demikian, siswa diberikan kesempatan untuk
melakukan sharing pengalaman, srategi penyelesaian, atau
temuan lainnya. Intraksi memungkinkan siswa untuk melakukan
refleksi yang pada akhirnya akan mendorong mereka
mendapatkan pemahaman yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Bimbingan Bimbingan dilakukan melalui kegiatan guided reinvention, yaitu
dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya epada siswa
untuk mencoba menentukan sendiri perinsip, konsep, atau rumus-
rumus matematika melalui kegiatan pembelajaran yang secara
spesifik dirancang oleh guru.

4. Open-Ended Approach
Open-Ended Approach merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
dikembangkan oleh Backer dan Shimada (1997) dalam tulisannya yang berjudul The
Open-Ended Approach : A New for Teaching Matematics. Open-Endied alah suatu
pendekatan pembelajaran dengan menyajikan suatu permasalahan yang dimiliki
lebih dari satu jawaban dan atau keleluasaan kepada siswa untuk memperoleh
pengetahuan, pengalaman, menemukan , mengenali, dan meyelesaikan masalah
dengan beberapa cara berbeda.
Pendekatan open-ended dilandasi oleh teori belajar konstruksivitasme yang
lebih mengitamakan proses daripada hasil. Dalam siswa dituntut untuk dapat
mengembangkan metode , cara atau pendekatan yang berbeda-beda dalam upaya
memperoleh jawaban yang benar, tetapi juga harus dapat menjelaskan bagaimana
cara yang telah ditempuhnya sehingga memperoleh jawaban yang benar tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas, tahapan dalam pembelajaran open-endeddapat diuraikan
sebagai berikut :
Fase Deskripsi
Open-ended Siswa dihadapakan pada masalah terbuka yang memiliki lebih dari
Problem satu jawaban atau metode penyelesaiaan.
Contructivisme Siswa menemukan pola untk mengontruksi permasalahan sendiri.
Exploration Siswa menyelesaikan masalah dengan banyak cara penyelesaiaan
melalui kegiatan ekplorasi.
Presentation Siswa menyajikan hasil temuannya .

5. Problem Based Learning (PBL)

26
Duch (1995) mengemukakan, bahwa PBL merupakan model pembelajaran yang
menentang siswa untuk belajar bagaimana belajar, bekerja secara berkelompok
untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Selanjutnya Ward (2002)
mengemukakan bahwa PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa
untik menyelesaiakan masalah tersebut sekaligus memiliki keterampilan untuk
menyelesaikan masalah.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpilkan bahwa PBL
merupakan model pembelajaran yang menghadapai siswa pada suatu masalah
sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan
keterampilan penyelesaian maslah serta memperoleh pengetahuamn baru terkait
dengan permasalahan tersebut. Pembelajaran ini dilandasi oleh teori belajar kognitif
yang melibatkan lima aspek dalam pembelajaran, yaitu :
Tabel 2.5 :Tahapan Problem Based Learning
Fase Deskripsi
Orientation Orientasi siswa terhadap maslah. Guuru menjelaskan
tujuan pembelajara, menjelaskan perangkat yang
dibutuhkan, memotivasi sisw, dan mengajukan masalah
sebagai langkah awal pembelajaran. Maslah yang
diajukan biasanya masalah dalam dunia nyata.
Engagement Siswa terlibat dalam aktivitas penyelesaiaan masalah.
Inquiry and Investigation Siswa melakukan penyelidikan dan investigasi dalam
rangka menyelesaikan masalah.
Debriefing Siswa melakukan tanya jawab dan diskusi terkait
kegiatan penyelesaiaan maslah yang telah dilakaukan.

6. Cooperative Learning
Slavin (2009) mengemukakan, bahwa cooperative learning atau pembelajaran
kooperatife adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja
secara kolaborasi dalam suatu kelompok kecil yang terdiri atas 4-5 orang siswa
dengan struktur kelompok heterogen, Pembelajaran ini bertujuan untuk
mengembangkan prestasi akademis, keterampilan sosial, dan menanamkan toleransi
dan penerimaaan terhada keanekaragaman individu. Tiga karakteristik utama dalam
model pembelajaran ini adalah task structure, goal structure, dan reward structure.
Cooperative learning dilandasi oleh teori belajar intraksi sosial dari Vygotsky.
Pembelajaran ini menurut siswa untuk belajar seaama, salaing mencurahakan

27
pendapat tentang ide, gagasan, wawasan, pengetahuan, pengalaman, tugas, dan
tanggung jawab bersam , saling membantu, saling menghargai, berlatih intaksi,
komunikasi, sosialisasi, menyelesaiakan permasalahan, serta saling melengkapi
antara kekurangan dan kelebihan siswa .
Terdapat beberapa tipe dari pembelajaran kooperatif, namun secara umum
pembelajaran kooperatif ini meliputi empat tahapan berikut:
Tabel 2.6 : Tahapan Cooperative Learning
Fase Deskripsi
Grouping Siswa dikelompokan dalam beberapa kelompok dimana masing-
masing kelompok terdiri atas siswa yang heterogen, baik dari segi
kemampuan, ras, agama, dan lainnya.
Interaction Siswa mempresentasi hasil pengerjaan kelompok maupun dengan
kelompok lain dalam menegerjakan tugas diberikan guru.
Presentation Siswa mempresentasikan hasil pengerjaan klompoknya serta
mendiskusikannya dengan kelompok lain.
Reward Guru memberikan penghargaan kepada siswa /kelompok siswa
yang unggul dalam belajar serta memotivasi siswa lainnya agar
dapat mencapai prestasi akademik sesuai dengan yang diharapkan.

7. Number Head Together (NTH)


NTH merupakan tipe pelajaran kooperatf yang mengodisikan siswa untuk
berpikit bersama secara kelompok dimana masing-masing siswa diberi nomor dan
memiliki kesempatan yang sama dalam menjawab permasalahan yang diajukan oleh
guru melalui pemangilan nomor secara acak. Tahapan pembelajaran NTH antara lain:
Tabel 2.7 : Tahapan Number Heads Together
Fase Deskripsi
Numbring Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok heterogen yang
beranggotakan -5 siswa. Masing-masing anggota kelompok diberi
nomor berbeda .
Questioning Guru mengajukan pertanyaan atau masalah kepada siswa .
Heads Siswa berpikir dalam kelompok untuk mencari jawaban dari
Together pertannyaan uang diajukan dan memastikan bahwa setiap anggota
kelompoknya memahami dan dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh guru.

28
Call Out Guru memanggil satu nomor secara acak.
Answering Siswa mengangkat tangan ketika nomornya disebutanoleh guru,
kemudian mewakili kelompoknya memberikan jawaban dari
pertanyaan yang diajukan oleh guru

8. Student Team Achievement Division (STAD)


STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada prestasi tim berdasarkan rekognisi tim yang diperoleh dari jumlah
seluruh skor kemajuan individual setiap anggota tim. Dalam pembelajaran ini , siswa
dikelompokan menjadi beberapa tim yang terdiri atas 4-5 siswa yang mewakili
seluruh bagian dari kelas dalam kinerja akademik, jenis kelamin, ras,dan etnisitas.
Pembentukan tim disusun berdasarkan prestasi akademis siswa dalam kelas
sebagai berikut :
Adapun tahapan pembelajaran STAD adalah sebagai berikut :
Fase Deskripsi
Presentasi Kelas Presentasi kelas merupakan tahapan dimana guru menyambung
materi secara langsung kepada siswa.
Tim Pembentukan tim didasarkan pada pretasi akademis siswa dalam
kelas seperti pada table 2.8. Fungsi utama dari tim ini adalah untuk
memastikan bahw semua anggota tim benar-benar belajar , dan
lebih khususnya lagi untuk mempersiapkan setiap tugas aggota
tim agar dapat menegerjakan kuis dangan baik.
Kuis Pengerjaan soal kuis dilakukan secara individual. Para siswa tidak
diperoleh untuk saling membantu dalam menegerjakan kuis.
Shingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk
memahami materinya.
Skor Kemajuan Setiap siswa diberikan skor awal yang diperoleh dari rata-rata
Individual kinerja siswa tersebut sebalum mengerjakan kuis. Selanjutnya ,
siswa akan mengumpulkan poin untuk tim masing-masing
berdasarkan tungkat kenaikan skor kuis yang dibandingkan
dengan skor awal. Dengan demikian, setiap siswa dapat
memberikan kontribusi poin yang yang maksimal kepada timnya.
Perhitungan skor pengembangan individu tersebut dimaksudkan
agar siswa termotivasi untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai
dengan kemampuannya,
Rekognis Tim Rekognisi tim diperoleh dari rata-rata jumlah seluruh skor
perkembangan individu tim. Tim akan mendapatkan sertifikat atau
bentuk penghargaan lainnya jika skor rata-rata tim mencapai
keriteria tertentu.

29
9. Teams Game Turnament (TGT)
TGT merupakan salah satu tipe model pelajaran kooperatif yang
menitikberatkan permainan dan turnamen untuk mencapai ketuntasan belajar.
Adapun tahap pembelajaran TGT, yaitu :
Tabel 2.10 : Terhadap Teams Games Tournament
Fase Deskripsi
Class Presentasi kelas merupakan tahapan di mana guru menyampaikn
Presentation materi secara langsung kepada siswa.
Teams Siswa dalam kelompok-kelompok kecil (tim) yang terdiri atas 4-5
orang yang heterogen, baik dari segi kemampuan, gender, ras, maupun
karakteristik lainnya.
Games Siswa memainkan permainan dengan anggota tim lain untuk
memperoleh tambahan poin bagi skor timnya. Pemain disusun dai
pertanyaan-pertanyaan yang relavan dengan pelajaran yang dirancang
untuk menguji pengetahuan dan pemahaman siswa. Permainan
tersebut dimainkan pada meja-meja turnamen
Tournament Setiap meja-meja turnamen terdiri atas perwakilan dari kelompok
yang berbeda , namun memiliki kemampuan yang serta . Setiap siswa
akan bertanding dengan siswa lainnya yang ada pada meja turnmen
yang sama dan mengambil kartu yang berisi pertanyaan , siswa yang
dapat menjawab pertanyaan tersebut akan mendapat poin. Turnamen
ini memungkinkan siswa dari semua tingkat kemampuan untuk
berkontribusi terhadap timnya.
Team Rekognisi tim diperoleh dari skor yang diperoleh dari setiap anggota
Recognitif pada saat turnamen. Tim yang memperoleh total tertinggi akan
mendapatkan penghargaan (reward) dari guru.

10. Jigsaw
Jigsaw merupakan salah satu tipe pelajaran kooperatif yang menititikberatkan
pada kerja sama kelompok dalam kelompok kecil. Cri khas pembelajaran
dibandingkan dengan tipe kooperatif lainnya, yaitu adanya kelompok belajar dan
kelompok ahli (expert-team). Tahapan pembelajaran jigsaw, yaitu:
Table 2.11 : Tahap Jigsaw
Fase Deskripsi
Grouping Membagi siswa dalam beberapa grup yang terdiri atas 5-6 siswa yang
heterogen
Leader Menentukan satu orang dari setiap kelompok sebagai ketua kelompok
(leader). Siswa yang ditunjuk sebagai ketua merupakan siswa yang

30
unggul/matang dalam kelompoknya.
Partition Membagi/mempartisipasi materi pelajaran ke dalam 5-6 subtopik,.
Masing-masing siswa dalam satu kelompok memilih satu subtopik yang
menjadi tanggung jawabnya.
Expert Siswa yang mendapat topik yang sam dengan siwa kelompok lain,
Groups bergabung dalam kelompok satu kelompok baru yang disebut
kelompok ahli (expert group). Siswa dalam kelompok ahli ini
mendiskusikan satu topik yang menjadi tanggung jawabnya dan
mencatat poin-poin penting dalam topik tersebut.
Sharing Setelah selesai berdiskusi, kelompok ahli kembali ke kelompok asal
and untuk brbagi dan mempresentasikan hasil diskusinya. Pada tahap ini.,
Presentati siswa salaing melengkapi satu sama lain sehingga terbentuk suatu
on pengetahuan yang utuh terhadap materi yang dipelajari.
Observing Guru mengamati proses yang berlangsung pada masing-masing
kelompok. Jka terdapat anggota kelompo yang mengalami kesulitan
dalam menjelaskan subtopok tyang menjadi tanggung jawabnya , guru
memerintahkan ketua kelompok untuk membantu anggotanya tersebut.
Quiz Guru memberikan kuis untuk menggecek pemahaman siswa.

11. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)


CIRC merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang
menggabungkan kegiaatan mambaca dengan kegiatan lainnya, seperti
menulis,diskusi, dan presentasi secara terpadu.
12. Team Assisted IndividuALIZTION (TAI)
TAI merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang
mengkombinasikan keunggulan pembelajaran individual. Tahapan pembelajaran TAI,
yaitu :
Table 2.13 :Tahapan Team Asisted Individualization
Fase Deskripsi
Placement Test Tes penempatan berdesarkan nilai raport atau nilai ulangan
sebelumnya guna mengetahui kelebihan kelemahan siswa.
Team Pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4-5 siswa
dimana dalam setiap kelompok terdapat minimum satu siswa
yang diunggulan (pandai).
Student Creative Melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan
situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau
dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
Team Study Siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai
anggota kelompok tersebut secara individual, saling tukar
jawaban, saling berbagaisehingga terjadidiskusi. Guru
membangun bantuan secara individual kepada siswa yang

31
mebutuhkan.
Team Scoper and Pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan
Team criteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil dan
Recognition unggul.
Teaching Grup Guru memberikan materi secara singkat.
Fact Test Pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh.
Whole –Class Unit Pemberian rangkuman materi oleh guru di akhiri pelajaran.
13. Grup Investigation (GI)
Model pembelajaran GI menentukan semua anggota kelompok untuk mrencanakan
suatu penelitan beserta perancanaan penyelesaian masalah yang dihadapi. Kelompok
menentukan apa sata yang akan dikerjakan dan siapa saja yang akan
meleksanakannya serta bagaimana perencanaan penyajian di depan kelas, model
pelajaran kooperatif tipe GI dikembangkan oleh Sharan pada kelas. Model
pembelajaran kooperatif tipe GI dikembangkan oleh Sharan pada yahun 1976.
14. Two Stay – Two Stray (TS-TS)
TS-TS merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan
kesempatan kepada kelompok untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan
kelompok lain, dimana ada dua anggota kelompok yang tinggal dan ada dua anggota
kelompok yang bertamu. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Spancer Khan
(1992).
15. Think Pair Share (TPS)
TPS merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang merangsang,
aktifitas berpikir siswa secara berpasangan dan berbagai pengetahuan kepada siswa
lainnya. Tahapan pembelajaran TPS, yaitu :
Tabel 2.16 : Tahap Tihink Pair Share
Fase Deskripsi
Thinking Guru mengajukan permasalahan yang merangsang kemampuan
berpikir siswa . Siswa memikirkan jawaban dari permasalahan yang
diajukan secara mandiri.
Pairing Guru mengarahkan siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa
yang telah dipikirkan
Sharing Team Siswa berbagai pengetahuan yang diperoleh dari hasil diskusi di
depan kelas.

16.Coneting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE)


CORE adalah pembelajaran yang memiliki desain mengontruksi kemampuan
siswa dengan caramenghubungkan dan mengorganisasikan pengetahuan, kemudian

32
memikirkan kembali konsep yang sedang dipelajari. Melalui pembelajaran ini, siswa
diharapkan dapat memperluas pengetahuan mereka selama proses pembelajaran.
Tahapan model pembelajaran CORE, yaitu :
Tabel 2.17 : Tahapan Pembelajaran CORE
Fase Diskripsi
Connecting Koneksi informasi lama dan baru antartopik dan konsep matematika,
koneksi antar disiplin ilmu yang lain, dan koneksi dengan kehidupan
sehari-hari.
Organizing Organisasi ide untuk memahami materi.
Reflection Memukirkan kembali, mendalami, dan memanggil.
Extending Mengembangkan , memperluas, menentukan, dan menggunakan.
Extending Mengembangkan , memperluas, menentukan, dan menggunakan.
17. Script
Script merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif di mana siswa
bekerja berpasangan dan salingg bertukar peran dalam membacakan script yang
diberikan guru . Pembelajaran ini cocok digunakan untuk materi yang bersifat hafalan
guru meningkatkan daya ingat siswa.
18. Co-op Co-op
Co-op Co-op adalah tipe pembelajaran kooperatif bentuk group investigation yang
menempatkan tim dalam kerja sama antara satu siswa dan siswa lainnya untuk
mempelajari suatu materi di dalam kelas. Co-op Co-op memberikan kesempatan
kepada siswa bekerja sama dalam kelompok kecil , untuk meningkatkan pemahaman
tentang kemampuanya dan dunia ilmu yang sedang dipelajarinya, selanjutnya
memberikan kesempatan saling berbagi paham baru tersebut dengan siswa lainnya.
19. Think-Talk-Write (TTW)
Think-Talk-Write adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada kegiatan berpikir, menyusun, menguji, mereflesikandan
menuliskan ide-ide. Tahapan dalam pembelajaran TTW , yaitu :
Tabel 2.20 Tahapaan Pembelajaran Think-Talk-Write
Fase Deskripsi
Teams Pembentukan kelompok yang terdiri atas 4-5 orang anggota yang heterogen
Think Tahap berpikir siswa membaca teks berupa soal. Pada tahap ini., siswa
secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian),
membuat catatan kecil tentang ide-ide yang terdapat pada bacaan , atau hal-
hal yang tidak dipahaminya sesuai dengan bahasanya sendiri.
Talk Pada tahap ini, siswa mereflesikan, menyusu, serta menguji ide-ide dalam
kegiatan diskudi kelompok.

33
Write Siswa secara in divide merumuskan pengetahuan berupa jawaban atas soal (
berisi landasan dan keterkaitan konsep, strategi, dan solusi) dalam bentuk
tulisan (write) dengan bahasanya sender. Pada tulisan itu, siswa
menghubungkan ide-ide yang diperolehnya melalui diskusi.
20. Pembelajaran Bersiklus
Pembelajaran bersiklus adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Siklus yang dimaksud merupakan rangkain tahap kegiatan yang diorganisasikan
sedemikian rupa sehinnga siswa berperan akt untuk dapat menguasai kompetensi-
kopetensi yang harus dicapai dalam tujuan pembelajaran. Model pembelajaran
bersiklus pertama kali diperkenalakan oleh Robert Karplus .
21. Somatic, Auditory, Visualization, Intelellectuallly (SAVI)
SAVI merupakan model pembelajaran tang melibatkan gerakan, seperti gerak fisik
angaogta badan tertentu, berbicara, mendengarkan, melihat mengamati,dan
menggunakan kemampuan intelektual untuk berpikir , menggambarkan,
menghubungkan, dan menurut kesimpulan.

22. Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK)


VAK adalah model pembelajaran yang menekankan , bahwa belajar harus
memanfaatkan alat indra yang dimiliki siswa.
23. Auditory, Intellectually, Reptition (AIR)
AIR merupakan suatu model pembelajaran yang efektif dengan memperhatikan
tiga hal, yaitu auditory, intellectually, dan repetition.
24. Survey, Question, Read, Review (SQ3R)
SQ3R merupakan suatu model pembelajaran yang terdiri atas lima tahapan
dalam pelajaaran, yaitu survey, question, read,recite, dan review.
25. Survey, Question, Read, Recite, Review, Reflect (SQ4R)
SQ4R merupakan pengembangan dari SQ3R dengan menembahkan satu
tahapan dalam pembelajarannya, yaitu reflect.
26. Pembelajaran Improve
Pelajaran Imporove merupakan singkatan dari introducing the new concept,
metakognitive question, practicing,reveview and reducing difficulties, obataining
mastery, verification and enrichment.
27. Brain-based Learning (Bbl)

34
Brain-based Learning atau pembelajaran berbasis kemampuan otak adalah
pembelajaran yang diselaraskan dengan cara kerja otak yang didesain secara ilmiah
untuk belajar, tidak terfokus pada keterurutan, tetapi lebih mengutamakan pada
kesenangan dan kecintaan siswa akan belajar sehingga siswa dapat dengan mudah
menyerap materi yang sedang dipelajari . Model pembelajaran ini
mempertimbangkan apa yang sifatnya alami bagi otak dan bagaimana dipengaruhi
oleh lingkungan dan pengalaman (Jesen ,2008).
28. Projeck-based Learning (Pbl)
Projeck-based learning atau pembeljaran berbasis proyek merupakan model
pembelajaran yang berpusat pada proses, relative berjangka waktu, berfokus pada
masalah, unit pembelajaran bemakna dengan memadukan konsep-konsep dari
sejumlah komponen, baik itu pengetahuan, disiplin ilmu maupun pengalaman
lapangan. Pada pembelajaran berbasis proyek, kekuatan individu dan cara belajar
yang diacu dapat memperkuat kerja tim sebagai suatu kesuluruhan.

BAB III
PEMBAHASAN ANALISIS
3.1. Kritik Buku
Dari buku pertama yang berjudul Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-
Progresif dengan pengarang Trianto, M.Pd, judul buka kedua Learning To Teach
dengan pengarang Richard I. Arends dan judul buku ketiga Penelitian Pendidikan
Matematika dengan pengarang Prof. Dr. H. M. Wahyudin Zarkasyi, saya mengambil
pembahasan tentang pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) untuk di kritik
yang berisi tentang metodologi pemebelajaran.
Manusia tidak memiliki sifat sempurna dalam hal apa pun, bergerak dari prinsip
ini tiga buku ini pasti memiliki kekurangan dalam penulisan isinya. Didalam buku
pertama penjelesan buku tentang materi pembelajaran kooperatif (cooperatif
learning) terlalu banyak kata kata yang kurang berguna untuk mencapai inti dari
materi . Buku pertama membahas tentang model-model pembelajaran kooperatif ada
beberapa model yang tidak mencatum sintaks pembelajaran sehingga membaca akan
merasa kekurangan informasi. Beberapa model-model pembelajaran kooperatif tidak

35
mencantum nama para ahli yang mengembangkannya. Di dalam buku juga tidak
mencantum dukungan teoritis dan empiris dari para ahli.
Buku kedua internasional yang sudah di translate ke dalam bentuk buku bahasa
indonesia masih membahas tentang materi yang sama dengan buku pertama agar
terlihat berbedaan yang signifikan dari ketiga buku ini. Buku kedua bahasa translate
dari bahasa inggris buku asli masih dengan penyusunan kalimat yang agak rancuh
sehingga pembaca akan merasa agak sulit dalam memahaminya. Pembahasan buku
kedua ini sangat lebih sulit dalam memaknai setiap kalimat . Pembahasan materi
tentang model-model kooperatif lebih sedikit pembahasannya dibanding buku
pertama walaupun di dalam buku tersebut juga membahas materi tentang problem
based lerning (PBL). Setiap pembahasan model kooperatif hanya 2 model yang
melampirkan sintaks pembelajaran . Di dalam buku ini mencantumkan nama para
ahli yang mendukung teorotis dan empiris. Pembaca yang bukan berasal dari dunia
pendidikan akan merasa sangat dalam memahami buku kedua ini, jika dari dunia
pendidik yang ingin menerapkan model pembelajaran koopertif harus mencari cari
sintaks pembelajaran dari buku lain.
Buku ketiga Buku masih membahas tentang materi yang sama dengan buku
pertama dan buku kedua sehingga terlihat berbedaan yang signifikan dari ketiga
buku ini. Buku ketiga dengan materi model-model pembelajaran matematika lebih
bagus dari kedua buku sebelumnya. Pembahasan buku ketiga ini sangat mudah
dipahami oleh pembaca. Kalimat yang digunakan oleh penulis tidak bertele-tele
untuk mencapai inti materi yang ingin dijelaskan. Pembahasan materi sangat luas
karena mencakup 68 model pembelajaran matematika. Setiap model selalu
menyertakan sintaks pembelajarannya sehingga mudah untuk diterapkan oleh
pembaca yang mencari informasi model pembelajaran.
Saya sebagai pembaca menjadi sangat senang apabila buku yang kita baca
mudah untuk dipahami sehingga kita bisa langsung mamahami maksud dari materi
pembelajaran kooperatif. Rasa bosan tidak akan timbul dari pembaca dengan buku
yang dipelajari mudah untuk dimengerti dan penerapan aplikasinya di dunia
pendidikan.

3.2. Kelebihan dan Kelemahan Buku

36
Kelebihan Buku pertama
Buku pertama memiliki kelebihan dengan pembahasan materi yang cukup luas
disetiap babnya. Di dalam buku ini juga pembahasannya melampirkan sintaks pada
setiap model pembelajran yang dipaparkan oleh penulis, sehingga mudah untuk
diterapkan dalam pembelajaran.

Kelemahan Buku pertama


1. Pembahasan dalam buku pertama terlalu berbelit-belit untuk mencapai inti dari
pembahasannya.
2. Ada beberapa model pembelajaran yang tidak melampirkan sintaks pembelajaran
3. Tidak mencantum dukungan teoritis dan empiris dari para ahli yang mendukung
pembelejaran kooperatif.

Kelebihan Buku kedua


Buku kedua ini memiliki kelebihan dengan mencantumkan dukungan teorotis dan
empiris dari para ahli dari segi pisikologi pembelajaran kooperatif.

Kelemahan Buku kedua


Kekurangan dalam buku kedua antara lain :
1. Bahasa translitan dari bahasa inggris ke bahasa indinesia buku asli masih dengan
penyusunan kalimat yang agak rancuh sehingga pembaca akan merasa agak sulit
dalam memahaminya.
2. Pembahasan materi tentang model-model kooperatif lebih sedikit
pembahasannya dibanding buku pertama walaupun di dalam buku tersebut juga
membahas materi tentang problem based lerning (PBL).
3. Setiap pembahasan model kooperatif hanya 2 model yang melampirkan sintaks
pembelajaran .

Kelebihan Buku Ketiga

37
Buku ketiga ini memiliki beberapa kelebihan di antaranya :
1. Pembahasan buku ketiga ini sangat mudah dipahami oleh pembaca. Kalimat yang
digunakan oleh penulis tidak bertele-tele untuk mencapai inti materi yang ingin
dijelaskan.
2. Pembahasan materi sangat luas karena mencakup 68 model pembelajaran
matematika.
3. Setiap model selalu menyertakan sintaks pembelajarannya sehingga mudah
untuk diterapkan oleh pembaca yang mencari informasi model pembelajaran.

Kelemahan Buku Ketiga


Buku ketiga ini memiliki kelemahan dengan tidak mencantumkan dukungan teorotis
dan empiris dari para ahli dari segi pisikologi pembelajaran kooperatif.

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Buku pertama, kedua dan ketiga ini sudah bisa menjadi referensi bagi
pembaca yang mempelajari metodologi pembelajaran matematika. Kelebihan dari
buku pertama didalam pembahasannya sudah melampirkan sintaks pada setiap
model pembelajran yang dipaparkan oleh penulis, sehingga mudah untuk diterapkan
dalam pembelajaran. Begitu juga dengan buku kedua ketiga. Buku kedua memiliki
kelebihan dengan mencantumkan dukungan teorotis dan empiris dari para ahli dari
segi pisikologi pembelajaran kooperatif. Buku ketiga memiliki pembahasan yang luas
dengan membahasn 68 model pembelajaran matematika.

4.2. Saran
Penulisan buku pertama, kedua dan ketiga sudah baik dari pembahasannya
materi pembelajaran kooperatif. Meskipun begitu bahkan seorang ahli pun tetap
memerlukan kritik dan saran yang membangun untuk kepenulisan buku berikutnya.

38
Menurut saya sebagai pembaca, buku ini akan lebih bagus lagi jika setiap model
pembelajaran melampirkan sintaks pembelajarannya sehingga pembaca mudah
untuk mengaplikasikan model kooperatifnya. Untuk ketiga buka juga sebaiknya
mencantumkan dukungan teoritis dan empiris dari para ahli dari segi pisikologi
pembelajaran kooperatif untuk memperkuat dasar model kooperatif tersebut.
Penulis banyak berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya karya tulis ilmiah ini dan
penulisan karya-karya tulis ilmia di kesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga
tugas ini berguna bagi penulis dan khususnya juga bagi para pembaca

DAFTAR PUSTAKA
Trianto, 2016. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta
Arends I. Richard, 2008. Learning To Teach .Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Zarkasyi Wahyudin, 2015. Penelitian Pendidikan Matematika. Refika Aditama.
Bandung

39

Anda mungkin juga menyukai