Anda di halaman 1dari 33

CRITICAL BOOK REVIEW MK

SIPS PRODI PS-FIS

Skor Nilai :

“STRATEGI BELAJAR MENGAJAR”

(Drs.Syaiful Bahri Djamarah & Drs


Aswan Zain , 2015)

NAMA MAHASISWA : YUNITA PEBRINA

NIM : 3223121026

MATA KULIAH. : SIPS

DOSEN PENGAMPU : Ricu Siddiq , M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat-Nya sehingga saya masih diberikan kesehatan dan kesempatan
sehingga bisa menyususn atau menyelesaikan Critical Book Riview.
Pembuatan makalah ini bertujuan sebagai tugas individu mata kuliah
Sejarah Kolonial

Saya mengucapkan trimakasih kepada pihak-pihak yang telah


membantu saya dalam pembuatan makalah ini. CBR ini saya tulis jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekuranggannya. Seperti pepatah yang
mengatakan “ tak ada gading yang tak retak ”,baik isi maupun penyusunnya.
Atas semua itu dengan rendah hati saya harapan kritik dan saran yang
membangun guna menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 31 Oktober 2023

YUNITA PEBRINA

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR


Kritik buku adalah analisa terhadap suatu buku untuk mengamati atau
menilai baikburuknya jurnal secara objektif. Kritik Buku adalah
kegiatan penganalisisan dan pengevaluasian suatu Buku dengan
tujuan untuk meningkatkan pemahaman,memperluas apresiasi, atau
menganalisis kelebihan dan kekurangan Buku danmembantu
memperbaiki kesalahan pada buku agar tidak terjadi kekeliruan
kembali.Kegiatan mengkritik jurnal sangatlah penting mengingat bahwa
pembaca dituntut untukmemahami suatu jurnal secara kritis. Setiap jurnal
yang dikritik akan menjadi rujukan pembuatan jurnal yang lebih baik
kedepannya. Apabila kegiatan ini tidak dilakukanmnlaka tidak akan
terjadi kemajuan literasi dalam dunia pendidikan terutama
diIndonesia. Karena dari kegiatan ini kualitas jurnal yang baik dapat
diketahui secaradetail dan mendalam.

B. Tujuan Penulisan CBR

Tujuan dari critical Book Report ini ialah mencari dan mengetahui
informasi yang ada didalam sebuah buku atau artikel. Dan menyelesaikan
tugas Strategi dan Inovasi Pembelajaran Sejarah. Lalu membantu melatih
diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yanag diberikan oleh buku
utama dan buku pembanding. Dan menambah pengetahuan tentang Strategi
dan Inovasi, serta meningkatkan keahlian untuk mengrevisi sebuah buku.

C. Manfaat CBR

Manfaat dari membuat Critical Book Report ini adalah untuk menambah
pengetahuan atau wawasan tentang mata kuliah ini, khususnya Strategi dan
Inovasi Pembelajaran Sejarah dan mempermudah pembaca mendapatkan inti dari
sebuah buku yang telah dilengkapi dengan ringkasan buku, pembahasan

ii
buku isi buku, serta kekurangan dan kelebihan buku tersebut. Dan
melatih siswa merumuskan dan mengambil kesimpulan-kesimpulan atas
buku-buku yang dianalisis tersebut.

D. Identitas Buku dan buku Yang di Review


Buku Utama

1. Judul Buku : Strategi Belajar Mengajar

2. Penulis : Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain

3. Editor Buku : -

4. Penerbit : Rineka Cipta

5. Kota Terbit : Jakarta

6.Nomor ISBN : 978-979-518-675-5

7.Jumlah Halaman :226 Halaman

3
Buku Pembanding

1.Judul Buku : “Menggagas Pendidikan Bermakna”

2.Penulis : Muchlas Samani

3. Editor Buku : Adriono

4. Penerbit : Sic

5..Kota Terbit : Surabaya

5.Nomor ISBN : 979-9910-55-2

7. Jumlah Halaman : 213 Halaman

4
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

A. Ringkasan Buku Utama

BAB I PENDAHULUAN

Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif Nilai


edukatif mewamai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik.
Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan
sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan
pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya
guna kepentingan pengajaran.Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu
guru tuntut adalah, bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat
dikuasai oleh anak didik secara tuntas Ini merupakan masalah yang cukup
sulit yang dirasakan oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan
hanya sebagai individu dengan segala keunikannya, tetapi mereka juga
sebagai makhluk sosial dengan latar belakang yang berlainan. Paling sedikit
ada tiga aspek yang membedakan anak didik yang satu dengan yang
lainnya, yaitu aspek intelektual, psikologis, dan biologis.

Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar permasalahan yang


melahirkan bervariasinya sikap dan tingkah laku anak didik di sekolah. Hal
itu pula yang menjadi tugas cukup berat bagi guru dalam mengelola kelas
dengan baik. Keluhan-keluhan guru sering terlontar hanya karena masalah
sukarnya mengelola kelas. Akibat kegagalan guru mengelola kelas, tujuan
pengajaran pun sukar untuk dicapai. Hal ini kiranya tidak perlu terjadi,
karena usaha yang dapat dilakukan masih terbuka lebar. Salah satu caranya
adalah dengan meminimalkan jumlah anak didik di kelas. Mengaplikasikan
beberapa prinsip pengelolaan kelas adalah upaya lain yang tidak bisa
diabaikan begitu saja. Pendekatan terpilih mutlak dilakukan guna
mendukung pengelolaan kelas.

5
Pengelolaan kelas yang baik akan melahirkan interaksi belajar
mengajar yang baik pula. Tujuan pembelajaran pun dapat dicapai tanpa
menemukan kendala yang berarti. Hanya sayangnya pengelolaan kelas yang
baik tidak selamanya dapat dipertahankan, disebabkan pada kondisi tertentu
ada gangguan yang tidak dikehendaki datang dengan tiba-tiba Suatu
gangguan yang datang dengan tiba-tiba dan di luar kemampuan guru adalah
kendala spontanitas dalam pengelolaan kelas. Dengan hadimya kendala
spontanitas suasana kelas biasanya terganggu yang ditandai dengan
pecahnya konsentrasi anak didik. Setelah peristiwa itu, tugas guru adalah
bagaimana supaya anak didik kembali belajar dengan mempertahankan
tugas belajar yang diberikan oleh guru.Masalah pengelolaan kelas memang
masalah yang tidak pernah absen dari agenda kegiatan guru. Semua itu tidak
ain guna kepentingan belajar anak didik. Masalah lain yang juga selalu guru
gunakan adalah masalah pendekatan. Hampir tidak pernah ditemukan dalam
suatu pertemuan, seorang guru tidak melakukan pendekatan tertentu
terhadap semua anak didik. Karena disadari bahwa pendekatan dapat
mempengaruhi hasil kegiatan belajar mengajar. Bila begitu akibat yang
dihasilkan dari penggunaan suatu pendekatan, maka guru tidak sembarangan
memilih dan menggunakannya. Bahan pelajaran yang satu mungkin cocok
untuk suatu pendekatan tertentu, tetapi untuk pelajaran yang lain lebih pas
digunakan pendekatan yang lain. Maka adalah penting mengenal suatu
bahan untuk kepentingan pemilihan pendekatan.

BAB II KONSEP STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

Pengertian Strategi Belajar Mengajar

Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar


haluan untuk ber indak dalam usaha mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan
sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.

6
Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal
berikut:

1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi


perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana
yang diharapkan.

2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi


dan pandangan hidup masyarakat.

3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar


mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat
dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan
mengajarnya.

4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau


kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman
oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar menga
yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempuma
sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.

Dari uraian di atas tergambar bahwa ada empat masalah pok yang
sangat penting yang dapat dan harus dijadikan pedoman bu pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar agar berhasil sesuai dengan yang diharapkan.

Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yan


bagaimana diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan it Di
sini terlihat apa yang dijadikan sebagai sasaran dari kegiatan belaja
mengajar. Sasaran yang dituju harus jelas dan terarah. Oleh karena it tujuan
pengajaran yang dirumuskan harus jelas dan konkret, sehing mudah
dipahami oleh anak didik. Bila tidak, maka kegiatan belaja mengajar tidak
punya arah dan tujuan yang pasti. Akibat selanjutny perubahan yang
diharapkan terjadi pada anak didik pun sukar diketahu karena
penyimpangan-penyimpangan dari kegiatan belajar mengaja Karena itu,

7
rumusan tujuan yang operasional dalam belajar mengaja mutlak dilakukan
oleh guru sebelum melakukan tugasnya di sekolah.

Kedua, memilih cara pendekatan belajar mengajar yang diangga


paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara gun
memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang gun
gunakan dalam memecahkan suatu kasus, akan mempengaruhi hasilnya Satu
inasalah yang dipelajari oleh dua orang dengan pendekatan yang berbeda,
akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak sama Norma-norma
sosial seperti baik, benar, adil, dan sebagainya akan melahirkan kesimpulan
yang berbeda dan bahkan mungkin bertentangan bila dalam cara
pendekatannya menggunakan berbagai disiplin ilmu Pengertian konsep dan
teori ekonomi tentang baik, benar atau adil, tidak sama dengan baik, benar
atau adil menurut pengertian konsep dan teor antropologi. Juga akan tidak
sama apa yang dikatakan baik, benar atau adil kalau seseorang guru
menggunakan pendekatan agama, karena pengertian konsep dan teori agama
mengenai baik, benar atau adil itu jelas berbeda dengan konsep ekonomi
maupun antropologi. Begitu juga halnya dengan cara pendekatan yang
digunakan terhadap kegiatan belajar mengajar Belajar menurut Teori
Asosiasi, tidak sama dengan pengertian belajar menurut Teori Problem
Solving. Suatu topik tertentu dipelajari atau dibahas dengan cara menghapal,
akan berbeda hasilnya kalau dipelajari atau dibahas dengan teknik diskusi
atau seminar. Juga akan lain hasilnya andaikata topik yang sama dibahas
dengan menggunakan kombinasi berbagai teori.

Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik


belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik
penyajian untuk memotivikasi anak didik agar mampu menerapkan
pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, berbeda
dengan cara atau metode supaya anak didik terdorong dan mampu berpikir
bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri.
Perlu dipahami bahwa suatu metode mungkin hanya cocok dipakai untuk
thy ah ja mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi dengan sasaran yang berbeda,

8
guru jhendaknya jangan menggunakan teknik penyajian yang sama. Bila
beberapa tujuan ingin diperoleh, maka guru dituntut untuk memiliki
kemampuan tentang penggunaan berbagai metode atau mengombi- nasikan
beberapa metode yang relevan. Cara penyajian yang satu mungkin lebih
menekankan kepada peranan anak didik, sementara teknik penyajian yang
lain lebih terfokus kepada peranan guru atau alat-alat pengajaran seperti
buku, atau mesin komputer misalnya. Ada pula metode yang lebih berhasil
bila dipakai buat anak didik dalam jumlah yang terbatas, atau cocok untuk
mempelajari materi tertentu. Demikian juga bila kegiatan belajar mengajar
berlangsung di dalam kelas, di perpustakaan, di laboratorium, di mesjid,
atau di kebun, tentu metode yang diperlukan agar Tujuan tercapai. Untuk
masing-masing tempat seperti itu tidak sama. Tujuan instruksional yang
ingin dicapai tidak selalu tunggal, bisa jadi terdiri ari beberapa tujuan atau
sasaran. Untuk itu guru membutuhkan varias alam penggunaan teknik
penyajian supaya kegiatan belajar mengaja ang berlangsung tidak
membosankan.

Keempat, menerapkan norma-norma atau kriteria keberhasil


sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran un
menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang tel
dilakukannya. Suatu program baru bisa diketahui keberhasilannya, s
dilakukan evaluasi. Sistem penilaian dalam kegiatan belajar mengaj
merupakan salah satu strategi yang tidak bisa dipisahkan dengan strate dasar
yang lain.

Apa yang harus dinilai, dan bagaimana penilaian itu harus dilakuka
termasuk kemampuan yang harus dimiliki oleh guru. Seorang anak did
dapat dikategorikan sebagai anak didik yang berhasil, bisa dilihat da
berbagai segi. Bisa dilihat dari segi kerajinannya mengikuti tatap muk
dengan guru, perilaku sehari-hari di sekolah, hasil ulangan, hubungan sosia
kepemimpinan, prestasi olahraga, keterampilan, dan sebagainya. Ata dapat
pula dilihat dari gabungan berbagai aspek.

9
BAB III HAKIKAT, CIRI, DAN KOMPONEN BELAJAR
MENGAJAR

Siapa pun tidak akan pernah menyangkal bahwa kegiatan belajar


mengajar tidak berproses dalam kehampaan, tetapi dengan penuh makna. Di
dalamnya terdapat sejumlah norma untuk ditanamkan ke dalam ciri setiap
pribadi anak didik.

Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja


diciptakan Gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan anak didik
Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua
unsur manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan
sebagai mediumnya. Di sana semua komponen pengajaran diperankan
secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan
sebelum pangajaran dilaksanakan.

Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk


menciptakan kondisi belajar mengajar yang dapat mengantarkan anak didik
ke tujuan. Di sini tentu saja tugas guru berusaha menciptakan suasana
belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi semua anak didik.
Suasana belajar yang tidak menggairahkan dan menyenangkan bagi anak
didik biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang
kurang harmonis. Anak didik gelisah duduk berlama-lama di kursi mereka
masing-masing. Kondisi ini tentu menjadi kendala yang serius bagi
tercapainya tujuan pengajaran.

Sebagai kegiatan yang bernilai edukatif, belajar mengajar


mempunyai hakikat, ciri, dan komponen. Ketiga aspek ini perlu betul gun
ketahui dan pahami guna menunjang tugas di medan pengabdian. Ketiga
aspek ini diuraikan pada pembahasan berikut:

Hakikat Belajar Mengajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dar


sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajara

10
tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuze
pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anal didik
berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik sini tidak
hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bi hanya fisik
anak yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aku! maka
kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sam halnya anak
didik tidak belajar, karena anak didik tidak merasaka perubahan di dalam
dirinya. Padahal belajar pada hakikatnya adala "perubahan" yang terjadi di
dalam diri seseorang setelah berakhimy melakukan aktivitas belajar.
Walaupun pada kenyataannya tidak semu perubahan termasuk kategori
belajar. Misalnya, perubahan fisik, mabu gila, dan sebagainya.

Kegiatan mengajar bagi seorang guru menghendaki hadimy


sejumlah anak didik. Berbeda dengan belajar. Belajar tidak selamany
memerlukan kehadiran seorang guru. Cukup banyak aktivitas yan dilakukan
oleh seseorang di luar dari keterlibatan guru. Belajar din mah cenderung
menyendiri dan terlalu banyak mengharapan bantu dari orang lain. Apalagi
aktivitas belajar itu berkenaan dengan kegiat membaca sebuah buku
tertentu.

Mengajar pasti merupakan kegiatan yang mutlak memerluka


keterlibatan individu anak didik. Bila tidak ada anak didik atau objek didik.
siapa yang diajar. Hal ini perlu sekali guru sadari agar kesalahan tafsir
terhadap kegiatan pengajaran. Karena itu, belajar dar tidak terjad mengajar
merupakan istilah yang sudah baku dan menyatu di dalam konsep
pengajaran.

BAB IV BERBAGAI PENDEKATAN DALAM BELAJAR


MENGAJAR

Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi


interaksi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang mengerakkannya.
Interaksi yang bertujuan itu disebabkan gurulah yang memaknainya dengan

11
menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi kepentingan anak
didik dalam belajar. Guru ingin memberikan layanan yang terbaik bagi anak
didik, dengan menyediakan lingkungan yang menyenangkan dan
menggairahkan. Guru berusaha menjadi pembimbing yang baik dengan
peranan yang arif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah yang
harmonis antara dua guru dengan anak didik.

Ketika kegiatan belajar mengajar itu berproses, guru harus dengan


ikhlas dalam bersikap dan berbuat, serta mau memahami anak didiknya
dengan segala konsekuensinya. Semua kendala yang terjadi dan dapat
menjadi penghambat jalannya proses belajar mengajar, baik yang
berpangkal dari perilaku anak didik maupun yang bersumber dari luar diri
anak didik, harus guru hilangkan, dan bukan membiarkannya. Karena
keberhasilan belajar mengajar lebih banyak ditentukan oleh guru dalam
mengelola kelas.

Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan


secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak
didik Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan
perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang san
dalam menilai anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan ya yang
guru ambil dalam pengajaran.

Guru yang memandang anak didik sebagai pribedi yang berbed


dengan anak didik lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang
anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalan
segala hal. Maka adalah penting meluruskan pandangan yang keliru dala
menilai anak didik. Sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individ
dengan segala perbedaan, sehingga mudah melakukan pendekatan dala
pengajaran. Ada beberapa pendekatan yang diajukan dalam pembicara ini
dengan harapan dapat membantu guru dalam memecahkan berbagai masalah
dalam kegiatan belajar mengajar. Demi jelasnya ikutilah urai berikut.

Pendekatan Individual

12
Dikelas ada sekelompok anak didik. Mereka duduk di kursi masing-
masing. Mereka berkolompok dari dua sampai lima orang. Di depa mereka
ada meja untuk membaca dan menulis atau untuk meletakka fasilitas belajar.
Mereka belajar dengan gaya yang berbeda-beda. Perilaku mereka juga
bermacam-macam. Cara mengemukakan pendapat, can berpakaian, daya
serap tingkat kecerdasan, dan sebagainya, selalu adi variasinya. Masing-
masing anak didik memang mempunyai karakteristik tersendiri yang
berbeda dari satu anak didik dengan anak didik lainnya.

Perbedaan individual anak didik tersebut memberikan wawasan


kepada guru bahwa strategi pengajaran harus mamperhatikan perbeda anak
didik pada aspek individual ini. Dengan kata lain, guru haru melakukan
pendekatan individual dalam strategi belajar mengajarnya Bila tidak, maka
strategi belajar tuntas atau mastery learning yang menuntut penguasaan
penuh kepada anak didik tidak pernah menjadi kenyataan. Paling tidak
dengan pendekatan individual dapat diharapkan kepada anak didik dengan
tingkat penguasaan optimal.

Pada kasus-kasus tertentu yang timbul dalam kegiatan belajar


mengajar, dapat diatasi dengan pendekatan individual. Misalnya, untuk
menghentikan anak didik yang suka bicara. Caranya dengan memisahkan/
memindahkan salah satu anak didik tersebut pada tempat yang terpisah
dengan jarak yang cukup jauh. Anak didik yang suka bicara ditempatkan
pada kelompok anak didik yang pendiam.

Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi


kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan
individual ini. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan
kegunaan pendekatan individual, sehingga guru dalam melaksanakan
tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik
di kelas. Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan
menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan
kelompok diperlukan.

13
Pendekatan Kelompok

Dalam kegiatan belajar mengajar terkadang ada juga guru yang


menggunakan pendekatan lain, yakni pendekatan kelompok. Pendekatan
kelompok memang suatu waktu diperlukan dan perlu digunakan untuk
membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini disadari
baliwa anak didik adalah sejenis makhluk homo socius, yakni makhluk yang
berkecenderungan untuk hidup bersama.

Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh-


kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka
dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-
masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di kelas. Tentu saja
sikap ini pada hal-hal yang baik saja. Mereka sadar bahwa hidup ini saling
ketergantungan, seperti ekosistema dalam mata rantai kehidupan semua
makhluk hidup di dunia. Tidak ada makhluk hidup yang terus menerus
berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk lain, langsung atau tidak
langsung, disadari atau tidak, makhluk lain itu ikut ambil bagian dalam
kehidupan makhluk tertentu.

BAB V KEPENDUDUKAN PEMILIHAN DAN PENENTUAN


METODE DALAM PENGAJARAN

Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-uns


manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujua
pengajaran. Guru dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belaj agar
bergairah bagi anak didik. Dengan seperangkat teori dan pengalam yang
dimiliki, guru gunakan untuk bagaimana mempersiapkan program
pengajaran dengan baik dan sistematis.

(Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah


bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu k kompone

14
yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengaj Kerangka
berpikir yang demikian bukanlah suatu hal yang aneh, up nyata; dan
memang betul-betul dipikirkan oleh seorang guru.

Dari hasil analisis yang dilakukan, lahirlah pemahaman tentan


kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai strat
pengajaran, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Berikut adala
penjelasannya.

Metode Sebagai Alat Motivasi Ekstrinsik

Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati


peranan yang tdak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan
belajar mengajar. Tidak ada satu pun kegiatan belajar mengajar yang tidak
menggunakan metode pengajaran. Ini berarti guru memahami benar
kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar
mengajar. Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman. A.M. (1988: 90) adalah
motif-motif yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsang dari
luar. Karena itu, metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang
dapat membangkitkan belajar seseorang.

Dalam penggunaan metode terkadang guru harus menyesuaikan


dengan kondisi dan suasana kelas. Jumlah anak mempengaruhi penggunaan
metode. Tujuan instruksional adalah pedoman yang mutlak dalam pemilihan
metode. Dalam perumusan tujuan, guru perlu merumuskannya dengan jelas
dan dapat diukur. Dengan begitu mudahlah bagi guru menentukan metode
yang bagaimana yang dipilih guna menunjang pencapaian tujuan yang telah
dirumuskan tersebut.

Dalam mengajar, guru jarang sekali menggunakan satu metode,


karena mereka menyadari bahwa semua metode ada kebaikan dan
kelemahannya. Penggunaan satu metode lebih cenderung menghasilkan
kegiatan belajar mengajar yang membosankan bagi anak didik. Jalan
pengajaran pun tampak kaku. Anak didik terlihat kurang bergairah belajar.
Kejenuhan dan kemalasan menyelimuti kegiatan belajar anak didik. Kondisi
seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi guru dan anak didik. Guru
15
mendapatkan kegagalan dalam penyampaian pesan-pesan keilmuan dan
anak didik dirugikan. Ini berarti metode tidak dapat difungsikan oleh guru
sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar.

Akhirnya, dapat dipahami bahwa penggunaan metode yang tepat dan


bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam
kegiatan belajar mengajar di sekolah.

BAB VI KEBERHASILAN BELAJAR MENGAJAR

Pengertian Keberhasilan

Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat


dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan
dengan filsafatnya. Namun, untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita
berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah
disempumakan, antara lain bahwa "Suatu proses belajar mengajar tentang
suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional
khusus (TIK)-nya dapat tercapai".

Untuk mengetahui tercapai tidaknya TIK, guru perlu mengadakan


tes formatif setiap selesai menyajikan satu bahasan kepada siswa. mpu
Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai
tujuan instruksional khusus (TIK) yang ingin dicapai. Fungsi penilaian ini
adalah untuk memberikan umpan balik kepada guru dalam rangka
memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program reme- dial
bagi siswa yang belum berhasil.

Karena itulah, suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan


pengajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan
instruksional khusus dari bahan tersebut.

Indikator Keberhasilan

16
Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar
dianggap berhasil adalah hal-hal sebagai berikut:

1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai


prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.

2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional


khuss (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual
maupun kelompok.

Namun demikian, indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur


keberhasilan adalah daya serap.

BAB VII PENGGUNAAN MEDIA SUMBER BELAJAR


DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

Pengertian Media

Sebelum uraian ini sampai pada penggunaan media oleh guru dalam
proses belajar mengajar, ada baiknya dipahami apa yang dimaksud me dia
itu sebenarnya. Kata "media" berasal dari bahasa Latin dan merupakan
bentuk jamak dari kata "medium", yang secara harfiah berarti "perantara
atau pengantar". Dengan demikian, media merupakan wahana penyalu
informasi belajar atau penyalur pesan.

Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat
diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan
anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti


yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan
yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai
perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat
disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang
kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu.
Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran me- dia.

17
Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa
bantuan media.

Namun perlu diingat, bahwa peranan media tidak akan terlihat bila
penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang telah
Brumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal
acuan untuk menggunakan media. Manakala diabaikan, maka media bukan
lagi sebagai alat bantu pengajaran, tetapi sebagai penghambat dalam
pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.

Akhimya, dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu apa saja
yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan
pengajaran.

Media sebagai Alat Bantu

Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu
kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Karena memang gurulah yang
menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-
pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik.
Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka bahan pelajaran. sukar untuk
dicerna dan dipahami oleh setiap anak didik, terutama bahan pelajaran yang
rumit atau kompleks.,

Setiap materi pelajaran tentu memiliki tingkat kesukaran yang


bervariasi. Pada satu sisi ada bahan pelajaran yang tidak memerlukan alat
bantu, tetapi di lain pihak ada bahan pelajaran yang sangat memerlukan alat
bantu berupa media pengajaran seperti globe, grafik, gambar, dan
sebagainya. Bahan pelajaran dengan tingkat kesukaran yang tinggi tentu
sukar diproses oleh anak didik. Apalagi bagi anak didik yang kurang
menyukai bahan pelajaran yang disampaikan itu.

Anak didik cepat merasa bosan dan kelelahan tentu tidak dapat
mereka hindari, disebabkan penjelasan guru yang sukar dicerna dan
dipahami. Guru yang bijaksana tentu sadar bahwa kebosanan dan kelelahan

18
anak didik adalah berpangkal dari penjelasan yang diberikan guru
bersimpang siur, tidak ada fokus masalahnya. Hal ini tentu saja harus
dicarikan jalan keluarnya. Jika guru tidak memiliki kemampuan untuk
menjelaskan suatu bahan dengan baik.

BAB VIII BEBERAPA TEKNIK MENDAPATKAN UMPAN


BALIK

Pada bagian terdahulu telah disinggung bahwa pola umum terjadinya


interaksi belajar mengajar adalah terjadinya interaksi antara tiga unsur, yaitu
guru, bahan dan anak didik. Bahan sebagai isi dari proses belajar mengajar
disampaikan guru untuk diterima oleh anak didik. Bahan di sini sebagai
perantara untuk terjadinya interaksi belajar mengajar antara guru dengan
anak didik. Itu berarti tanpa bahan tidak akan terjadi interaksi belajar
mengajar. Apa yang harus guru ajarkan kepada anak didik bila guru tidak
mempunyai bahan yang harus disampaikan kepada anak didik. Apa yang
harus diterima oleh anak didik bila guru tidak memberikan bahan dalam
pengajarannya. Karena itu, bahan merupakan unsur yang penting dalam
kegiatan pengajaran.

Bahan pelajaran yang perlu dikuasai oleh guru bukan hanya bahan
pokok yang sesuai dengan keahlian, melainkan juga bahan penunjang di luar
keahlian. Guru yang hanya menguasai bahan pokok akan melahirkan
kegiatan belajar mengajar yang kaku. Situasi pengajaran kurang
menggairahkan bagi anak didik. Sebab bahan pelajaran yang disampaikan
oleh guru kurang dapat menyentuh apersepsi anak didik. Kondisi pengajaran
yang demikian kurang mendapatkan tanggapan dari anak didik. Guru
percuma saja menyampaikan bahan, sementara anak didik asyik dengan
kegiatannya sendiri di kelas.

Dalam menyampaikan bahan pelajaran pokok sebaiknya


dimanfaatkan pula bahan penunjangnya sebagai upaya mendapatkan umpan
balik dari anak didik. Kebanyakan kegagalan seorang guru tidak selamanya

19
terpulang pada masalah penguasaan bahan pokok, tetapi juga disebabkan
masalah penguasaan bahan penunjang. Guru yang hanya menguasai bahan
pelajaran pokok belum tentu berhasil mengajar tanpa ditunjang oleh bahan
penunjangnya. Karena pengetahuan yang telah dikuasai oleh anak didik
bermacam-macam, maka bahan penunjang sangat membantu guru dalam
menyampaikan bahan pelajaran pokok guna mendapatkan umpan balik
secara optimal dari anak didik di kelas.

Dalam kegiatan pengajaran tidak lain yang harus guru capai, kecuali
bagaimana agar anak didik dapat menguasai bahan pelajaran secara tuntas
(mastery). Masalah ini tetap aktual untuk dibicarakan dari dulu hingga
sekarang. Sebab bagaimana pun juga keberhasilan pengajaran ditentukan
sampai sejauh mana penguasaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang
disampaikan oleh guru. Untuk sampai ke sana, yaitu anak didik dapat
menguasai semua bahan yang diberikan, tidak gampang; karena hal ini akan
terpulang pada masalah bagaimana umpan balik yang diberikan oleh anak
didik selama pengajaran berlangsung.

Umpan balik yang diberikan oleh anak didik selama pelajaran


berlangsung ternyata bermacam-macam, tergantung dari rangsangan yang
diberikan oleh guru. Rangsangan yang diberikan guru bermacam-macam
dengan tanggapan yang bermacam-macam pula dari anak didik. Rangsangan
guru dalam bentuk tanya, maka tanggapan anak didik dalam bentuk jawab.
Lahirlah interaksi melalui tanya jawab antara guru dengan anak didik.
Sebaliknya, rangsangan anak didik dalam bentuk tanya, maka tanggapan
guru dalam bentuk jawab. Maka jadilah interaksi dalam bentuk tanya jawab
juga. Tetapi interaksi yang terakhir ini, anak didik yang bertanya dan guru
yang menjawab atas masalah yang diajukan oleh anak didik setelah
diberikan bahan pelajaran.

BAB IX PENGEMBANGAN VARIASI MENGAJAR

20
Pada dasamya semua orang tidak menghendaki adanya kebosanan
dalam hidupnya. Sesuatu yang membosankan adalah sesuatu yang tidak
menyenangkan. Merasakan makanan yang sama terus-menerus akan
menimbulkan kebosanan; melihat film yang sama dua kali saja orang sudah
tidak mau, juga karena bosan. Orang akan lebih suka bila hidup itu diisi
dengan penuh variasi dalam arti yang positif. Makan makanan yang
bervariasi (bermacam-macam) akan merangsang untuk makan.
Mendengarkan lagu-lagu baru lebih menyenangkan daripada lagu-lagu yang
tiap hari didengar. Rekreasi pada dasarnya juga mengurangi kebosanan
pandangan di tempat asalnya. Mengatur alat rumah tangga sering berganti,
akan membuat orang lebih senang di rumah daripada pergi. Demikian juga
dalam proses belajar mengajar. Bila guru dalam proses belajar mengajar
tidak menggunakan variasi, maka akan membosankan siswa, perhatian
siswa berkurang, mengantuk, dan akibatnya tujuan belajar tidak tercapai.
Dalam hal ini guru memerlukan adanya variasi dalam mengajar siswa.

Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar


akan meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam
menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi
antara guru dengan siswa.

Apabila ketiga komponen tersebut dikombinasikan dalam


penggunaannya atau secara integrasi, maka akan meningkatkan perhatian
siswa, membangkitkan keinginan dan kemauan belajar. Keterampilan dalam
mengadakan variasi ini lebih luas penggunaannya daripada keterampilan
lainnya, karena merupakan keterampilan campuran atau diintegrasikan
dengan keterampilan yang lain. Misalnya, variasi dalam memberikan
penguatan, variasi dalam memberi pertanyaan, dan variasi dalam tingkat
kognitif.

Dalam proses belajar mengajar ada variasi bila guru dapat


menunjukkan adanya perubahan dalam gaya mengajar, media yang
digunakan berganti-ganti, dan ada perubahan dalam pola interaksi antara

21
guru-siswa, siswa-guru, dan siswa-siswa. Variasi lebih bersifat proses
daripada produk.

BAB X PENGELOLAAN KELAS

Masalah pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang


sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Aspek yang paling sering
didiskusikan oleh penulis profesional dan oleh para pengajar adalah juga
pengelolaan kelas. Mengapa demikian? Jawabnya sederhana. Pengelolaan
kelas merupakan masalah tingkah laku yang kompleks, dan guru
menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas
sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pengajaran
secara efisien dan memungkinkan mereka dapat belajar. Dengan demikian
pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran yang efektif.
Tugas utama dan paling sulit bagi guru adalah pengelolaan kelas, lebih-
lebih tidak ada satu pun pendekatan yang dikatakan paling baik.

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan


memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi
gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain, ialah kegiatan-
kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal
bagi terjadi proses belajar mengajar. Yang termasuk ke dalam hal ini
misalnya adalah, penghentian tingkah laku anak didik yang
menyelewengkan perhatian kelas, pemberian hadiah bagi ketepatan waktu
penyelesaian tugas oleh siswa, atau penetapan norma kelompok yang
produk.

RINGKASAN BUKU PEMBANDING


Hakikat Belajar Mengajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai
objek dari kegiatan dari kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses
pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai
suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai
22
jika anak didik berusaha secara aktif mencapainya. Keaktifan anak didik
disini tidak hanya dituntut dari segi fisik anak yang aktif, tetapi pikiran dan
mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran ini
selesai.
Mengajar pasti merupakan kegiatan yang mutlak memerlukan
keterlibatan individu anak didik. Bila tidak ada anak didik atau objek didik,
siapa yang diajar. Hal ini perlu sekali guru sadari agar tidak terjadi
kesalahan tafsir terhadap kegiatan pengajaran. Karena itu, belajar dan
mengajar merupakan istilah yang sudah baku dan menyatu di dalam konsep
pengajaran.
Sama halnya dengan belajar, mengajar pun udah pada hakikatnya adalah
suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisir. Lingkungan yang ada
disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak
didik, sehingga dapat menumbuhkan mendorong anak didik melakukan
proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan
bimbingan/bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar.
(Nana Sudjana, 1991: 29).
Peranan guru sebagai pembimbing bertolak dari cukup banyaknya anak
didik yang bermasalah. Dalam belajar ada anak didik yang cepat mencerna
bahan, ada anak pula anak didik yang lamban mencerna bahan yang
diberikan oleh guru. Ketiga tipe belajar anak didik ini mengehendaki agar
guru mengatur strategi pengajarannya yang sesuai dengan gaya-gaya belajar
anak didik.
Akhirnya, bila hakikat belajar adalah “perubahan”, maka hakikat belajar
mengajar adalah proses “ pengaturan” yang dilakukan oleh guru.
Ciri- Ciri Belajar Mengajar
Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas
dari ciri-ciri tertentu, yang menurut Edi Suardi sebagai berikut :
1. Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak
didik dalam suatu perkembangan tertentu.
2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan,
didesaian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

23
3. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan suatu penggarapan materi yang
khusus. Dalam hal ini materi harus di desaian sedemikian rupa, sehingga
cocok untuk mencapai tujuan.
4. Ditandai dengan aktivitas anak didik. Sebagai konsekuensi, bahwa anak
didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar.
5. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing.
6. Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkaan disiplin.
7. Ada batas waktu untuk mencapai tujuan pembelajar tertentu dalam sistem
berkelas (kelompok anak didik), batas waktu menjadi salah satu ciri yang
tidak bisa ditinggalkan. Setiap tujuan itu sudah harus tercapai.
8. Evaluasi, dari seluruh kegiatan diatas, masalah evaluasi bagian penting yang
tidak bisa diabaikan, setelah guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Evaluasi harus guru lakukan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan
pengajaran yang telah ditentukan.

Komponen-komponen Belajar Mengajar


Sebagai suatu sistem tentu saja kegiatan belajar mengajar mengandung
sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar
menajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi, penjelasan dari setiap
komponen tersebut adalah sebagai berikut:
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu
kegiatan.tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan, karena
hal itu adalah suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke
arah mana kegiatan itu akan dibawa.
Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita-cita yang
bernilai normatif. Dengan perkataan, dalam tujuan terdapat sejumlah nilai
yang harus ditanamkan kepada anak didik. Nilai-nilai itu nantinya akan
mewarmaicara anak didik bersikap dan berbuat dalam lingkungan sosialnya,
baik di sekolah maupun diluar sekolah.
Tujuan adalah komponen yang dapat mempengaruhi komponen
pengajaran lainnya seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar,
pemilihan metode, alat, sumber, dan alat evaluasi.

24
Bahan Pelajaran Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan
dalam proses belajar mengajar. Ada dua persoalan dalam penguasaan bahan
pelajaran ini, yakni penguasaan bahan pelajaran pokok dan bahan pelajaran
pelengkap. Bahan pelajaran pokok adalah bahan bahan pelajaran yang
menyangkut bidang studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan
profesinya. Sedangkan bahan pelajaran pelengkap atau penunjang adalah
bahan pelajaran yang dapat membuka wawasan seorang guru agar dalam
mengajar dapat menunjang penyampaian bahan pelajaran pokok.
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala
sesuatu yang telah diprogram akan dilaksanakan dalam proses belajar
mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan melibatkan semua
komponen pengajaran, kegiatan belajar akan menentukan sejauh mana
tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan anak didik terlibat dalam
sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya dalam
interaksi itu anak didiklah yang lebih aktif, bukan guru. Guru hanya
berperan sebagai motivator dan fasilator.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru sebaiknya memperhatikan
perbedaan individual anak didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual, dan
psikologis. Kerangka berpikir demikian dimaksudkn agar guru mudah
dalam melakukan pendekatan kepada setiap anak didik secara individual.
Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar yang bagaimana pun, juga
ditentukan dari baik atau tidaknya program pengajaran yang telah
dilakukan; dan akan berpengaruh terhadap tujuan yang akan dicapai.
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh
guru dan pengunannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan
tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode mengajar yang
dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan (Syaiful
Bahri Djamarah, 1991:72).
Prof. Dr. Winarno Surakhmad, M. Sc. Ed., mengemukakan lima macam
faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar sebagai berikut:
a. Tujuan yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya;
25
b. Anak didik yang berbagai-bagai tingkat kematangannya;
c. Situasi yang berbagai-bagai keadaanya
d. Fasilitas yang berbagai-bagai kualitas dan kuatitasnya;
e. Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai
tujun pengajaran. Sebagai segala segala sesuatu yang dapat digunakan
dalam mencpai tujuan pengajaran, alat mempunyai fungsi, yaitu alat sebagai
perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan,
dan alat sebagai tujuan (Dr. Ahmad D.Marimba, 1989- 51).
Alat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu alat dan alat nbantu pengajaran.
Yang dimaksud dengan alat adalah berupa suruhan,perintah, larangan, dan
sebagainya sedangkan alat bantu pengajaran adalah berupa globe,papan
tulis, batu tulis, batu kapur gambar, di agram,slide, video, dan sebagainya.
Ahli lain membagi alat pendidikan dan pengajaran menjadi alat material.
Sebagai alat bantu dalam pendidikan dan pengajaran, alat materi
(audiovisual) mempunyai sifat sebagai berikut :
a. Kemampuan untuk meningkatkan persepsi;
b. Kemampuan meningkatkan pengertian;
c. Kemampuan meningkatkan transfer (pengalihan);
d. Kemampuan untuk meningkatkan penguatan (reinforcement) atau
pengetahuan hasil yang dicapai:
e. Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan).
6. Sumber Pelajaran
Yang dimaksud dengan sumber sumber-sumber bahan dan belajar adalah
sebagai sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan
pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang (Drs. Udin Sarippudin
Winataputra, M.A. dan Drs. Rustana Ardiwinata, 19991: 165).
Dr. Udin Sripuddin Winaputra, M.A. dan Drs. Rustara Ardiwinata
(1991 :165) berpendapat bahwa terdapat sekurang-kurangnya lima macam
sumber belajar, yaitu:
a. Manusia
b. Buku/Perpustakaan.
c. Media Massa
d. Alam Lingkungan
26
Istilah evaluasi berasal dari bahasa inggris, yaitu evaluation. Dalam buku
Essentials of Educational Evaluation karangan Edwin Wand dan Gerald W.
Brown. Dikatan bahwa Evaluation refer to the act or prosses to determining
the value of something. Jadi, menurut Wand and Borwn, evaluasi adalah
suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
Tujuan Umum dari evaluasi adalah
1. Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam
mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Memungkinkan pendidik / guru menilai aktivitas/pengalaman yang didapat.
3. Menilai metode mengajar yang di pergunakan

Tujuan Khusus dari evaluasi adalah


1. Merangsang kegiatan mahasiswa.
2. Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan.
3. Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat
siswa yang bersangkutan.
4. Memperoleh bahan, laporan tentng perkembangan siiswa yang diperlukan orang
tua dan lembaga pendidikan.
5. Untuk memperbaiki mutu pelajaran cara belajar dan metode mengajar. (Abu
Ahmad dan Widodo Supriyono, 1991: 189).

27
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Isi Buku

 Pada buku utama membahas tentang bagaimana Belajar mengajar


adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif Nilai edukatif mewamai
interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang
bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Kegiatan belajar
mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan
Gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan anak didik Guru
yang mengajar dan anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua
unsur manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif dengan
memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Di sana semua komponen
pengajaran diperankan secara optimal guna mencapai tujuan
pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pangajaran dilaksanakan.
 Pada buku pembanding membahas tentang tentang bagaimana
pendidikan yang baik dan bermakna yang pada hakekatnya adalah
pendidikan yang mampu menghantarkan dan memberdayakan
potensi anak didik sesuai bakat minat dan kemampuan yang
dimilikinya serta mencakup keenam ranah di atas sehingga di masa
depan setelah dewasa mereka bisa sukses.Pengaitan pembelajaran
dengan kehidupan sehari-hari akan memudahkan siswa dalam
belajar, karena dapat terkait dengan Men konsepsi awal yang telah
dimiliki, sebagai dasar untuk melakukan seda konstruksi
pemahaman terhadap materi yang sedang dipelajari. Siswe yang

28
tinggal di daerah pantai tentu lebih paham tentang kehidupan laut
dibanding dengan masalah pegunungan. Oleh karena itu, tidak bijak jika
Biologi untuk mereka menggunakan contoh tumbuha dan binatang yang
hidup di pegunungan. Akan lebih cocok jika menggunakan contoh binatang
dan tumbuhan pantai, karena akan lebih gampang dipahami siswa. Lebih
dari itu, pemahaman tentang topik Biologi tersebut akan lebih mudah
diaplika

Kelebihan dan Kekurangan Buku

Buku Utama

 Kelebihan

1. Dari aspek ruang lingkup isi Buku sudah sangat bagus dimulai dari
struktrur pembuatan Buku .Isi dari Buku sudah sangat di paparkan dengan
jelas sehingga para pembaca mudah memahaminya.

2. Cover buku ini cukup menarik.

3. Buku ini memiliki tata letak yang rapi, font yang baik juga sehingga
mudah dibaca dan tidak mengganggu penglihatan ketika di baca.

 Kekurangan

1. Kekurangan buku ini adalah masih banyak kata kata yang salah dalam
penulisannya serta Banyak kata atau istilah yang sangat sulit dipahami dan
dimengerti.

2. Tidak ada gambar yang disertakan untuk mendukung materi.

3.Tidak mencantum penervit ,tahun terbit ,ISBN dan yang

lainnya

 Buku Pembanding

1. Isi bukunya sudah sangat bagus dan juga menjelaskan sangat detail dan
rinci.

29
2. Cover buki maupun sistematika buku bagus dan rapih

3.Banyak menggunakan pendapat para ahli dalam tiap materi

 Kekurangan

1. Pada buku ini tidak adanya rangkuman yang berisi penjelasan kembali
tentang materi yang disajikan.

2. Tidak adanya gambar pendukung materi

3. Tidak Tidak mencantumkan nama penerbit ,tahun terbit ,ISBN dan yang
lainnya.

30
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan adanya strategi belajar mengajar diharapkan tercapainya
tujuan pembelajaran. Maka dapat dikatakan bahwa guru telah berhasil
dari mengajar keberhasilan kegiatan belajar mengajar tentu saja diketahui
setelah diadakan evaluasi dengan seperangkat item soal yang sesuai dengan
rumusan beberapa tujuan pembelajaran.

B. Saran
Semoga CBR ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.Kami tahu bahwa
di dalam penyusunan makalah ini, mungkin jauh dari kesempurnaan.Maka
dari itu, kami membutuhkan kritik dan saran dari para pemmbaca agar
makalah im Icbih baik lagi dalam penyusunannya. Berdasarkan kekurangan-
kekurangan yang telah ditelaah, maka terdapat saran yang yang disampaikan
untuk penulis.dengan perbaikan-perbaikan seperti menggunakan kata-kata
dan istilah-istilah yang mudah dimengerti oleh pembaca.

31
DAFTAR PUSTAKA

Bahri, Syaiful, dkk. (2015). Strategi Belajar Mengajar. Banjarmasin :


Rineka Cipta.
Samani, Muchlas. (2010). Menggagas Pendidikan Bermakna. Surabaya :
SIC.

32

Anda mungkin juga menyukai